Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

MANAJEMEN KESEHATAN KAMBING PE


(PERANAKAN ETAWA) DI BBPTU-HPT BATURRADEN
KABUPATEN BANYUMAS

HALAMAN JUDUL

Oleh :
Ahmad Mustofa
NIM 2017 01 04 022

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA PURWOKERTO
PURWOKERTO
2020

i
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

MANAJEMEN KESEHATAN KAMBING PE


(PERANAKAN ETAWA) DI BBPTU-HPT BATURRADEN
KABUPATEN BANYUMAS

Oleh :
Ahmad Mustofa
NIM 2017 01 04 022

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana pada


Pendidikan Strata Satu Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Nahdlatul Ulama Purwokerto

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA PURWOKERTO
PURWOKERTO
2020
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

ii
MANAJEMEN KESEHATAN KAMBING PE
(PERANAKAN ETAWA) DI BBPTU-HPT BATURRADEN
KABUPATEN BANYUMAS

LEMBAR PENGESAHAN

Oleh :
Ahmad Mustofa
NIM 2017 01 04 022

Diterima dan disetujui


Tanggal :.....................

Pembimbing I, Pembimbing II,

Novita Hindratiningrum, S.Pt., M.P. Ir.Bambang Rijanto Japutra, M.P.


NPP.19700706 201903 2 164 NPP.19670505 201707 1 077

Mengetahui :
Wakil Dekan,

Ashri Mukti Benita, S.Tp., M.Sc.


NPP.19900930 201707 2 011

iii
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa


Ta’ala atas karunia-Nya, sehingga penulisan laporan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) yang berjudul “Manajemen Pemeliharaan Sapi Perah Dara
di BBPTU-HPT Baturraden Kabupaten Banyumas” berhasil diselesaikan.
Penulisan laporan PKL ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh
karena itu, perkenankan penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Billy Arifa Tengger, S.Si., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Sains Dan Teknologi UNU.
2. Ibu Restuti Fitria, S.Pt., M.P., selaku Koordinasi Program Studi
Peternakan Fakultas Sains Dan Teknologi UNU.
3. Ibu Novita Hindratiningrum, S.Pt., M.P., selaku Dosen Pembimbing
PKL I Yang Telah Memberikan Pengarahan Dari Awal Sampai
Akhir Pelaksanaan PKL Perusahaan.
4. Ir. Bambang Rijanto Japutra, M.P., selaku Dosen Pembimbing PKL
II Yang Telah Memberikan Pengarahan Dari Awal Sampai Akhir
Pelaksanaan PKL Perusahaan.
5. Orang Tua dan saudara-saudara ku yang senantiasa sabar
memberikan bimbingan baik berupa materi maupun do’a selama ini.
6. Teman-teman Program Studi Peternakan Fakultas Sains dan
Teknologi UNU serta semua pihak yang telah membantu sampai
terselesaikannya penyusunan Laporan PKL ini.
Penulis berharap semoga Laporan PKL ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan pembaca pada umumnya.
Purwokerto, Agustus 2020
Penulis

Ahmad Mustofa

iv
Daftar isi

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................iii
PRAKATA....................................................................................................iv
Daftar isi.........................................................................................................v
I. PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Tujuan Praktik Lapangan.....................................................................2
C. Manfaat................................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................3
A. Kambing Peranakan Etawa..................................................................3
2.Karantina dan Isolasi................................................................................6
3.Pengobatan dan Pencegahan Penyakit.....................................................6
1.Penyakit yang disebabkan oleh Parasit (Parasital Desease).................7
2.Penyakit yang disebabkan oleh Bakteri................................................8
3.Penyakit yang disebabkan oleh Virus..................................................9
4.Penyakit yang disebabkan oleh Faktor Lain.........................................9
III. METODE PELAKSANAAN............................................................11
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan........................................................11
B. Materi dan PKL.................................................................................11
C. Metode pelaksanaan...........................................................................11
1. Pengamatan/Observasi...................................................................11
2. Metode Wawancara........................................................................11
3. Partisipasi Aktif dalam Kegiatan PKL...........................................11
4. Studi Pustaka..................................................................................12
D. Sumber Data......................................................................................12
1. Data Primer....................................................................................12
2. Data sekunder.................................................................................12

v
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................13
B.Struktur organisasi BBPTU-HPT Baturraden.......................................14
BAB IV. PENUTUP.....................................................................................22
A. Kesimpulan........................................................................................22
B. Saran..................................................................................................22
V. DAFTAR PUSTAKA...........................................................................23
LAMPIRAN.................................................................................................25

vi
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan peternakan merupakan bagian pembangunan nasional yang


sangat penting,karena salah satu tujuan pembangunan peternakan adalah
peningkatan kualitas sumber daya manusia yang unggul,selain itu tujuan
pembangunan peternakan adalah pendapatan dan kesejahteraan peternak
(Djarijah, 1996). Pengembangan subsektor peternakan khususnya kambing masih
tertinggal jauh dibandingkan dengan ternak besar seperti sapi dan kerbau. Ternak
kambing yang dominan di Indonesia, yaitu Kambing Kacang dan Kambing Etawa.
Sekarang juga mulai dikembangkan Kambing Etawa sebagai kambing perah.
Kambing Etawa merupakan salah satu kambing perah yang penyebarannya cukup
luas di Jawa. Pemeliharaan Kambing Etawa merupakan salah satu alternatif
diversifikasi ternak Penghasil susu disamping sapi perah sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan susu di Indonesia. Jennes (1980) menyatakan susu
kambing mempunyai keunggulan, yaitu lebih mudah dicerna dibanding susu sapi
karena ukuran butir lemak susunya lebih kecil dan dalam keadaan homogen.
Usaha ternak kambing merupakan salah satu usaha yang cukup
menjanjikan, disamping perawatannya mudah, serta ketersediaan pakan mudah
didapatkan dari dedaunan maupun rerumputan yang banyak terdapat di
lingkungan sekitar. Kambing juga mudah untuk dibudidayakan baik untuk
konsumsi ataupun dari segi penjualannya. Usaha ternak kambing akan mengalami
kendala ketika kambing-kambing tersebut terinfeksi oleh penyakit. Penyakit tidak
hanya mengakibatkan kerugian ekonomi karena menurunnya produktivitas ternak
bahkan kematian serta menurunnya minat peternak untuk mengembangkan
usahanya (Effriansyah, 2012).
Sudrajat (1990) menyampaikan beberapa masalah kesehatan hewan dapat
dicegah misalnya dengan sanitasi dan higyene yang baik, dengan vaksinasi dan
menjadi manajemen kesehatan dengan baik. Usaha peternakan pada umumnya

1
masih kurang memperhatikan manajemen kesehatan ternaknya. Berdasarkan
uraian tersebut maka perlu dilakukan praktik kerja lapangan di suatu usaha
peternakan salah satunya di BBPTU-HPT Baturraden.
B. Tujuan Praktik Lapangan

Tujuan dari pelaksanaan praktik kerja lapang tentang manajemen kesehatan


di BBPTU-HPT Baturraden adalah untuk mengkaji manajemen yang dilaksanakan
antara lain: sanitasi, karantina dan pemberian obat serta vitamin.
C. Manfaat

Manfaat praktik kerja lapangan di BBPTU-HPT Baturraden Dusun III


Berubahan Kemutug Lor, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas,Jawa
Tengah sebagai berikut:
1. Mendapat pengetahuan dan wawasan tentang manajemen kesehatan
kambing peranakan etawa
2. Memberikan pengalaman kerja yang aktif dilapangan
3. Memperluas jaringan kerja
4. Menjalin hubungan baik antara pihak balai (BBPTU-HPT) dengan pihak
akademis.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kambing Peranakan Etawa

Kambing ternak (Capra aegagrus hircus) merupakan salah satu


subspesies kambing yang dipelihara atau dijinakkan dari kambing liar Asia Barat
Daya dan Eropa Timur. Apabila seekor kambing terkena penyakit dan sudah akan
mati biasanya mereka melakukan patungan, atau menyembelih kambing sebelum
kambing mati dan menjual dengan harga murah, hasil dari penjualan daging itu
tidak menutup modal pertama saat membeli bibit kambing, dari situ para peternak
sering rugi (Rukmana, 2015).
Kambing peranakan etawa adalah hasil persilangan antara kambing etawa
dengan kambing india dengan kambing kacang.Bentu fisiknya lebih mirip
kambing etawa ,keberadaan kambing peranakan etawa sudah beradaptasi dengan
kondisi Indonesia,di ternak terutama untuk menghasilkan daging dan sus.Bobot
kambing rata-rata 30-50 kg (Sarwono,2002). Menurut Sutama et al.(1995).
Kambing PE memiliki pertumbuhan relatif lambat, yaitu sekitar 30-65 g/hari dan
bobot hidup pada umur satu tahun baru mencapai sekitar 14-17 kg (Sutama,
1995), dengan produksi susu sekitar 1,5 – 2 liter per hari (Batubara, 2007).
Karakteristik kambing PE adalah telinga menggantung ke bawah dengan panjang
18-19 cm, tinggi badan antara 75-100 cm, bobot badan sekitar 32-37 kg.
Kambing PE jantan berbulu di bagian atas dan bawah leher, rambut pundak dan
paha belakang lebih lebat dan panjang, sedangkan kambing PE betina memiliki
bulu panjang hanya pada bagian paha belakang. warna bulu kambing PE terdiri
atas kombinasi coklat sampai hitam atau abu-abu dan muka cembung (Tanius,
2003).

3
B.Manajemen Kesehatan Ternak

Faktor kesehatan ternak sangat menentukan keberhasilan dalam usaha


peternakan kambing. Kesehatan ternak kambing yang dipelihara harus menjadi
prioritas utama disamping kualitas makanan dan tata laksana yang memadai.
Manajemen kesehatan meliputi: sanitasi dan biosecurity, isolasi, karantina dan
pencegahan serta pengobatan penyakit.
Masalah kesehatan pada ternak kambing juga dapat disebabkan oleh tidak
cukupnya nutrisi yang masuk ke dalam tubuh. Ternak kambing tidak akan tumbuh
maksimal bila pakan kurang baik atau kurang menerima nutrisi seperti: protein,
karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air yang tidak seimbang. Tidak
cukupnya nutrisi dapat mengakibatkan penyakit seperti: grass tetany, milk fever,
ketosis, white muscle disease. Selain itu pakan yang kurang akan menimbulkan
masalah parasit, gangguan pencernaan, kegagalan reproduksi dan penurunan
produksi pada ternak kambing (Purnomoadi, 2013).
Penyakit merupakan salah satu hambatan yang perlu diatasi dalam usaha
ternak. Melalui penerapan manajemen kesehatan ternak yang dilakukan secara
berkelanjutan, diharapkan dampak negatif dari penyakit ternak dapat
diminimalkan (Effriansyah, 2012).
1. Sanitasi dan Biosecurity
Sanitasi kandang di BBPTU-HPT Baturraden merupakan hal yang wajib
di lakukan untuk menjaga kesehatan hewan ternak yang ada di farm, upaya
sanitasi kandang mengunakan obat pengendali(disinfectan) dengan dosis yang di
anjurkan. Kandang kambing peranakan etawa menggunakan kandang yang tinggi,
dan ventilasi yang baik sehingga pertukaran udara dapat terjadi sempurna.
Penyemprotan disinfectan di farm kambing Limpakuwus di lakukan satu minggu
sekali, untuk cara menyemprot tidak boleh mengenai hewan ternak terutama mata
agar tidak terinfeksi. Tempat yang dituju adalah bagian atap kandang,bawah
kandang, dan tempat pakan karensa ketika di lakukan penyemprotan hewan ternak
akan mengumpul di pojokan kandang.
Sanitasi yang dilakukan juga menyemprot bagian jalan tengah kandang
dan jalan jalur mobil pakan sebab merupakan yang harus dilakukan secara

4
menyeluruh,yakni terhadap lingkungan sekitar dan terhadap peralatan yang
berhubungan dengan ternak. Lingkungan yang kotor dan tidak terurus merupakan
media yang baik bagi berbagai jenis serangga penyebar penyakit, di sisi lain kalau
kandang kambing bersih maka kandang dan kambing juga akan nyaman untuk di
lihat, tidak kotor dan tidak kumuh.
Penanganan kesehatan merupakan salah satu hal yang memiliki peranan
penting dalam usaha ternak kambing. Adapun upaya yang di lakukan untuk
menjaga kesehtan ternak meliputi: pemeriksaan kesehatan harian, pembersihan
kandang(sanitasi), pemotongan kuku, disinfeksi kandang, kontrol ektoparasit,
pemberian vaksin, pemberian obat cacing (Simanjuntak dan Rasmini,1984).
Biosecurity pada Farm kambing perah Limpakuwus diterapkan pada pintu
masuk farm dan pintu kandang. Pada pintu masuk farm disediakan kolam dipping
dan sprayer yang telah ditam. bahkan dengan larutan desinfektan (campuran
garam) untuk kendaraan yang akan memasuki area farm. Kendaraan yang masuk
ke dalam area kantor dan farm harus dilakukan spray dan dipping ban. Kendaraan
berhenti minimal 1 menit sehingga bagian luar kendaraan basah semua dan
terkena desinfektan.
Setiap kandang, petugas yang memasuki kandang harus melakukan
dipping kaki pada kolam dipping yang telah disediakan pada setiap pintu masuk
kandang. Petugas yang memasuki kandang harus memakai pakaian khusus dan
sepatu boot yang bersih. Selain menyediaan kolam dipping disetiap pintu masuk
kandang, untuk menjaga kandang tetap bersih dari kotoran ternak kandang
dibersihkan sebanyak 2–3 kali sehari. Tetapi khusus untuk pedet umur 0–1 bulan,
pembersihan kandang dilakukan 1 kali sehari untuk menjaga agar kandang tetap
dalam kondisi kering. Pada kandang pedet juga dilakukan pengapuran berupa
serbuk gergaji untuk mencegah dan membunuh mikroogranisme dan jamur yang
merugikan.
Penanggulangan penyakit pada ternak kambing penanganankesehatan
merupakan salah satu hal yang memiliki peranan penting dalam usaha ternak
kambing. Adapun upaya yang di lakukan untuk menjaga kesehatan ternak
meliputi tindakan karantina, pemeriksaan kesehtan harian, penanganan kesehatan

5
hewan, pemotongan kuku, desinfeksi kandang, kontrol ektoparasit, pemberian
vaksin, pemberian obat cacing, biosecurity maupun otopsi (Gregory 1983).
2.Karantina dan Isolasi
Karantina yang di lakukan di BBPTU-HPT Baturraden farm kambing
yang baru tiba di lokasi peternakan ditempatkan pada kandang sementara untuk
proses adaptasi yang memerlukan waktu sekitar beberapa minggu. Kandang
terdiri dari 2 flog kanan-kiri, setelah dikarantina di lakukan penanganan khusus
untuk pemantauan kesehatan kambing oleh dokter hewan. Setiap pagi kandang
karantina di bersihkan dengan sapu lidi agar lantai kandang tetap terjaga
kebersihannya dari bakteri dan virus serta untuk alas kandang dari serbuk kayu
diganti tiga hari sekali. Tujuan dari karantina menghindari penularan oleh hewan
yang baru di datangkan serta agar bisa beradaptasi dengan lingkungan baru.
Isolasi hewan ternak menggunakan sistem pemisahan yang kandang
terpisah dari kandang A-D, dibatasi oleh tembok setinggi 1,5 meter . Kandang
terdiri dari 2 flog kanan untuk kambing muda sedangkan sebelah kiri kambing
bunting, kebanyakan hewan yang di isolasi adalah terkena penyakit pink eye.
Hewan yang sudah menempati kandang karantina dan positif terkena penyakit di
pindahkan kandang isolasi dengan cara di giring menuju kandang isolasi (kandang
E). Penanganan dan pengobatan yang di lakukan oleh dokter hewan lebih entensif
karena untuk mempercepat penyembuhan yang di alami hewan tersebut,
pemberian vitamin b-komleks dan pemberian jamu secara oral pada setiap hewan
ternak yang di isolasi.
3.Pengobatan dan Pencegahan Penyakit

Pengetahuan tentang penyakit pada ternak kambing memang perlu


dikuasai oleh peternak, banyak jenis penyakit yang seing menyerang kambing.
Meskipun kambing budidaya jarang sakit, bukan berarti kambing budidaya tidak
bisa sakit. Dengan dasar pengetahaun yang dimiliki,peternak akan mampu
mengatasi penyakit yang muncul. Penyakit merupakan salah satu hambatan yang
perlu diatasi dalam usaha ternak kambing. Penyakit-penyakit yang dijadikan
prioritas untuk diatasi dalam usaha ternak kambing adalah penyakit parasitik,
terutama skabies dan parasit saluran pencernaan (nematodiasis). Sementara itu

6
untuk penyakit bakterial seperti anthrax, pneumonia. Penyakit viral yang penting
adalah orf, pink eye dan penyakit lainnya. Penyakit non infeksius yang perlu
diperhatikan adalah penyakit diare pada anak ternak, timpani (kembung rumen)
dan keracunan sianida dari tanaman (Simanjuntak dan Rasmini, 1984).
Ternak kambing tidak akan tumbuh maksimal bila pakan kurang baik atau
kurang menerima nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan
air yang tidak seimbang. Tidak cukupnya nutrisi dapat mengakibatkan penyakit
seperti grass tetany, milk fever, ketosis, white muscle disease. Selain itu pakan
yang kurang akan menimbulkan masalah parasit, gangguan pencernaan, kegagalan
reproduksi dan penurunan produksi pada ternak kambing (Purnomoadi, 2013).
Beberapa faktor yang menyebabkan ternak sakit antara lain faktor mekanis,
termis, kekurangan nutrisi, pengaruh zat kimia dan faktor lingkunan (Subroto,
2003).
Menurut Setiawan dan Tanius (2005), bahwa secara umum penyakit
kambing dibagi menjadi empat kelompok besar berdasarkan penyebabnya, yaitu:
1.Penyakit yang disebabkan oleh Parasit (Parasital Desease)

Parasit adalah makhluk hidup yang hidup ditubuh ternak dengan


menghisap atau memakan sebagian tubuh inangnya (Mulyono, 2004).Penyakit
yang disebabkan oleh parasit antara lain :
 Kudis (scabies)
Penykit scabies disebabkan parasit kulit dan bisa menular kepada ternak
lain tanpa batas umur, disebabkan juga oleh tungau parasite sarcoptes scabiei.
Biasanya menyerang ternak yang tidak pernah dimandikan, disikat, atau keadaan
kandang sangat kotor karena kurang terawat. Gejala klinis pada kambing :
a. Kambing terlihat gelisah dan sering menggaruk-garuk bagian tubuh
menggunakan kaki atau manggosokan tubuhnya pada benda-benda yang
kasar seperti pagar kandang.
b. Tubuh kambing kurus karena nafsu makan menurun.
c. Produksi ais susu menurun pada ternak yang sedang mengalami masa
laktasi.

7
Pencegahan yang dilakukan pada kambing yang terserang kudis harus
segera diasingkan dan dirawat ditempat yang hangat dengan memberi ransum
yang gizinya baik serta kandang harus disemprot dan dibersikan denagn
desinfiktan, misalnya Ewawo Perex 20 EC. Setiap literobat dilarutkan dengan 40
liter air,setiap satu liter larutan bisa disemprotkan pada luas kandang 20 m 2
(Sarwono, 2002).
2.Penyakit yang disebabkan oleh Bakteri

 Anthrax (Radang Limpa)


Radang Limpa atau bisa disebut Anthrax merupakan penyakit akut disertai
demam yang ditandai dengan bakterimia yang bersifat terminal pada kebanyakan
spesies hewan . Radang limpa disebabkan oleh Bacillus anthracis, yang hanya
merupakan penyakit hewan menyusui. Namun penyakit tersebut dapat pula
menyerang hewan-hewan menyusui lainnya secara luas (Subronto).
Gejala Klinis yang tampak yaitu suhu tubuh meninggi atau demam tinggi
(41-42O C), selaput lendir mulut dan mata berwarna merah tua sampai ungu,
lubang hidung atau dubur keluar lendir bercampur darah, alat kelamin betina
mengalami pembengkakan. Terjadinya kematian sangat cepat yaitu 2-3 jam untuk
yang akut selama 48 jam setelah terinfeksi (Subronto, 2003).
Pencegahan (Subronto, 2003) yang dilakukan dalam menangani suatu
wabah anthrax mungkin dibenarkan untuk memindahkan hewan-hewan dari
padang penggembalaan ke kandang-kandang yang terpisah untuk pemeriksaan
secara teliti sehari-hari. Vaksin yang sekarang banyak digunakan adalah vaksin
spora avirulem dari Stern, yang memiliki keamanan dan efektivitas yang tinggi.
Di daerah yang bisa terdapat penyakit anthrax vaksinasi tahunan peru dilakukan.
Pemberian anti-anthrax sebanyak 25-50 cc/ekor juga bisa mencegah berjangkitnya
penyakit ini ( Sodiq dan Abidin, 2002).
Pengobatan dengan pemberian preparat penicillin bisa mengobati penyakit
ini, asalkan penyakit ini belum mencapai stadium lanjut. Biasanya kambing yang
terserang tidaak tertolong karena cepatnya serangan penyakit dan cepatnya
penularan terjadi (Sodiq dan Abidin, 2002).

8
3.Penyakit yang disebabkan oleh Virus

 Penyakit Mata (Pink Eye)


Penyakit mata disebabkan oleh penyebab fisik dan mikroorganisme
penyebab penyakit. Penyebab fisik antara lain : bola mata terken tusukan ujug
batang rumput, ranting pohon, duri atau debu secara langsung. Penyebab beruapa
mikroorganisme bisa berupa virus atau bakteri, seperti Ricketsia dan Chlamydia
(Sodiq dan Abidin, 2002).
Gejala Klinis yang terlihat yaitu mata mengelurakan air, tertutup atau
berkedip-kedip. Mata juga membengkak atau berwarna merah , lalu keruh dan
timbul borok pada selaput bening mata sehingga dapat menyebabkan kebutaan.
(Sodiq dan Abidin, 2004).
Pencegahan berkaitan dengan pengndalian lalat dan menjaga kebersihan
kandang dan lingkungan sekitar kandsaang. Tempat pemeliharaan sebaiknya tidak
terlalukering dan berdebu (Sarwono, 2002).Pengobatan yang dilakukan akan
efektif jika penyebab penyakit mata akan diketahui. Analisis penyebab penyakit
bisa dilihat langsung dengan mengamati bola mata kambing yang sakit.
Penyebabnya adalah fisik, perlu dilakukan pembersihan kotoran yang masih
terdapat pada mata kambing tersebut. Pengobatan bisa dilakukan dengan
meneteskan cairan obat mata. Jika penyebabnya mikroorganisme, mata yang sakit
diolesi dengan salep mata, seperti Terramycin 0,1% dengan dosis yang tertera
dikemasan, yang dilakukan sampai sembuh.
4.Penyakit yang disebabkan oleh Faktor Lain

 Kembung (Timpani)
Penyakit Kembung dipicu oleh kegagalan tubuh kambing dalam
mengeluarka gas yang berasal dari proses pencernaan didalam lambung. Adanya
penyumbatan disalah satu saluran pengeluaran atau konsumsi bahan pakan yang
terlalu banyak, diduga merupakan penyabab utama penyakit kembung ini.
Gejala Klinis yang diakibatkan penyakit ini ternak terlihat tidak tenang ,
gelisah, sakit dan sulit bernafas. Perut sebelah kiri sebelah atas terlihat kembung
dan jika ditepuk-tepuk mengeluarkan bunyi agak keras, seperti suara gendang

9
(Sodiq dan Abidin, 2002).Pengobatan yang digunakan adalah antibiotik, misalnya
penicillin yang berfungsi untuk mengurangi bakteri penghasil gas dalam perut
besar. Setiap ekor dapat diberi 30-50 ml Tymposol yang dilarutkan dalam 0,3-0,5
liter air (Sarwono, 2002). Bagian perut yang kembung, bulu-bulu halus dicukur
dan diolesi alkohol atau yodium tincture.
Pencegahan penyakit ini sebaiknya tidak membiarkan kambing terlalu
lapar dan hindarkan pemberian pakan yang bisa menyebabkan kembung. Tidak
memberikan hijauan yang masih terlalu muda dan hijauan yang basah oleh
embun. Bahan pakan bisa dibasahi dengan minyak kelapa atau minyak kacang
sebelum diberikan kepada kambing (Sodiq dan Abidin,2002).

10
III. METODE PELAKSANAAN

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Praktik Kerja Lapangan ini dilakukan dari tanggal 3 Februari – 27


Februari 2020 di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan
Ternak (BBPTU-HPT) yang berlokasi di Dusun III Berubahan Kemutug Lor,
Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas Jawa Tengah.
B. Materi dan PKL

Materi dan bahan yang digunakan sebagai objek pengamatan berupa :


Kambing Peranakan Etawa jantan 3 ekor,kambing betina 35 ekor,kambing
muda jantan 31 ekor, kambing muda betina 49 ekor, kunyit, temulawak, madu,
susu telur dan air hangat. Alat yang digunakan : wearpack,sepatu boat,buku
tulis,bolpoint dan handphone.
C. Metode pelaksanaan

Cara pengambilan data yang dilakukan dalam PKL di BBPTU-HPT


Baturraden ini adalah :
1. Pengamatan/Observasi
Pengamatan dilakukan secara langsung terhadap kegiatan yang
berhubungan dengan pelaksanaan operasional perusahaan yang
berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan PKL guna memperoleh
informasi dan pengalaman secara langsung.
2. Metode Wawancara
Mahasiswa menanyakan langsung kepada responden yang ada di BBPTU-
HPT Baturraden, responden yang di maksud dalam kegiatan PKL ini
adalah pengelola, manajer kandang, karyawan dan pihak-pihak yang
terkait dalam kegiatan perusahaan.
3. Partisipasi Aktif dalam Kegiatan PKL
Kegiatan PKL ini dilakukan dengan keikutsertaan mahasiswa secara
langsung dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan

11
manajemen pemeliharaan kesehatan kambing perah agar mahasiswa
memperoleh pengetahuan dan pengalaman kerja secara langsung dari
kegiatan tersebut.
4. Studi Pustaka
Mahasiswa mencari referensi untuk melengkapi data-data yang diperlukan
agar semakin memahami antara teori dengan aplikasinya di lapangan
tempat PKL, meliputi studi pustaka, jurnal dan majalah ilmiah.
D. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh berdasarkan sifat data ada dua jenis yaitu :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung. Dalam
pelaksanaan PKL ini data primer diperoleh dari manajer farm, staf
perusahaan, supervisor produksi dan karyawan kandang.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan produksi
yang ada selama berdirinya perusahaan dan buku serta jurnal yang
berhubungan dengan kegiatan PKL.

Data yang di kumpulkan dalam kegiatan PKL ini adalah :


1. Penanganan Manajemen Kesehatan Kambing PE
Penanganan manajemen kesehatan kambing peranakan etawa merupakan
kegiatan pencegahan dan pengobatan meliputi : potong kuku, potong bulu,
penyemprotan disinfectan, pemberian vitamin dan pemberian jamu.

2. Manajemen Pemberian Pakan


Merupakan pemberian pakan pada kambing peranakan etawa meliputi :
hijauan 60 %( rumput odot), legum 40 %( indigofera dan kaliandra) dan
konsentrat sekitar 0,9-1 kg/hari.

3. Pemerahan Susu
Pemerahan susu di lakukan 2 kali sehari dengan alat : margarin dan
minyak zaitun sebagai pengoles ambing, serta menggunakan tenaga manusia
yang harus memperhatikan kebersihan ambing dan pemerah.

12
4. Biosecurity dan Sanitasi
Biosecurity adalah kegiatan yang bertujuan untuk melindungi ternak dari
bahaya serangan penyakit atau semua tindakan yang merupakan pertahanan
pengendalian wabah dan dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan
penularan dan penyebaran penyakit pada ternak. Sanitasi adalah tindakan
dilakukannya pembersihan dan desinfeksi secara teratur kandang, peralatan dan
kendaraan serta menjaga kebersihan kandang.

5. Pengendalian Penyakit pada Kambing Perah


Pencegahan penyakit dengan mengamati kegiatan sanitasi dan pemberian
jamu sedangkan pengobatan dilakukan jika ada ternak yang sakit. Kandang
karantina dan isolasi merupakan pengendalian penyakit supaya tidak menular
kepada yang lain.

13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum BBPTU-HPT BATURRADEN

Pemerintah Republik Indonesia mulai membangun peternakan sapi perah


di Baturraden dan diresmikan pada 22 Juli 1953 dengan nama induk Taman
Ternak Baturraden oleh PJM. Drs. Mohammad Hatta. Sekitar tahun 1979 dengan
bantuan dari Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) mulai dilaksanakan kegiatannya
dengan mendapat dukungan gubernur Jawa Tengah untuk mendapat perluasan
lahan. Mendistribusikan sapi perah di wilayah Kabupaten Banyumas dan
membangun sarana persusuan yang sekarang telah dihibahkan oleh Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah, pada tanggal 24 Mei
2013, sesuai Permentan No 55/Permentan/OT.140/5/2013. Berubah menjadi Balai
Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTUHPT)
Baturraden.
Lokasi BBPTUHPT Sapi Perah Baturraden berada pada wilayah yang
meliputi 4 area, yaitu : Farm Tegalsari, Farm Limpakuwus dan Farm Manggala.
Keempat area tersebut berada di lereng kaki Gunung Slamet sisi arah selatan.
Letak area Farm Tegalsari dan Limpakuwus berada dalam kawasan wisata
baturraden yang berjarak ± 15 km ke arah Utara dari kota Purwokerto, sedangkan
area Farm Manggala yang berjarak ± 30 km ke arah Barat dari kota Purwokerto.
Area Farm Tegalsari secara administratif berada di wilayah Desa Kemutug Lor
Kecamatan Baturraden, area Farm Limpakuwus berada di wilayah Desa
Limpakuwus Kecamatan Sumbang serta area Farm Manggala berada di wilayah
Desa Karangtengah Kecamatan Cilongok dan Desa Tumiyang Kecamatan
Pekuncen.
Ketinggian tempat BBPTU-HPT Baturraden pada beberapa area adalah
sebagai berikut Farm Tegalsari sekitar ± 600 mdpl, Farm Limpakuwus sekitar ±
725 mdpl, dan Farm Manggala sekitar ± 700 mdpl. Jenis tanah yang ada di
BBPTU-HPT Baturraden ini yaitu jenis tanah andosol coklat kekuningan serta
assosiasi latosol dan regosol coklat dengan tekstur tanah lempung berpasir.

14
Temperatur lingkungan BBPTU-HPT Baturraden berkisar antara 18-30ºC dengan
kelembaban berkisar antara 70-80% dan curah hujan berkisar antara 3.000-3500
mm/th. Suhu dan iklim tersebut sangat sesuai untuk ternak kambing perah yang
membutuhkan cuaca yang sejuk.
Struktur organisasi BBPTU-HPT Baturraden terdiri dari kepala balai, yang
membawahi satu bagian umum, kepala bidang pelayanan teknis, serta kepala
bidang pemasaran dan informasi, serta kelompok jabatan fungsional. Kepala
bagian umum membawahi kepala sub bagian keungan, kepala sub bagian program
keuangan, kepala sub bagian pengawasan dan tata usaha, serta kepala sub bagian
rumah tangga dan perlengkapan. Kepala bidang pelayanan bibit dan HPT, kepala
seleksi pelayanan teknis dan kepala seleksi prasarana dan teknis. Kepala bidang
pemasaran dan informasi membawahi kepala seleksi pemasaran dan kepala seleksi
informasi. Koordinasi wasbintak, koordinasi medik veteriner, koordinasi
paramedik veteriner dan koordinasi mutu pakan. Struktur organisasi
selengkapnya tertera pada Gambar 1.
Visi adalah gambaran tentang keadaan masa depan yang realistik verisikan
cita-cita dan citra yang ingin dicapai, Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan
Hijauan Pakan Ternak Baturraden telah menetapkan visi sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi yang diemban dan Kesehatan Hewan, Kementrian Pertanian.
Visi BBPTUHPT Baturraden adalah : “Mewujudkan Institusi yang profesional
dalam menghasilkan bibit sapi perah, kambing perah dan hijauan pakan ternak
yang berkualitas , berdaya saing, berkelanjutan”.
Misi yang harus dilaksanakan berdasarkan pada tugas pokok dan fungsi
yang telah ditetapkan. Misi tersebut adalah :
1. Mengembangkan pembibitan sapi perah, kambing perah dan HPT dengan
melaksanakan kebijakan di bidang pemuliaan, pemeliharaan, produksi dan
pemasaran bibit unggul sapi perah, kambing perah dan HPT.
2. Mengembangkan sumber daya manusia aparatur, pelaku usaha sapi perah
kambing perah dan HPT, sarana dan prasarana, pembinaan, evaluasi
Sistem Informasi Manajemen (SIM) dan pelayanan prima.

15
Kepala Balai Besar
Drh. Sintong HMT.
Hutasoit, M.Si

Kepala Bagian Umum


Sujatmiko, S.pt

Kasubag
Kasubag Pengawasan
Program & Kasubag RT
& Tata &
Keuangan Usaha
Jaryanti, Perlengkapan
Spt. M. Si Fertiasa Prawoko, SE
Kabid Yanbit dan
HPT Miasari, SH

Drh. Samsul Fikar


Kabid Pemasaran
& Informasi
Kepala
Kepala Seleksi Ir. Tohir, M. Si
Seleksi Prasarana &
Pelayanan Teknis
Teknis Kasi Pemasaran Kasi Informasi
Ahmad
Rudy Trianto, Marsudi Drh. Endah Heri Supryadi,
S.Pt S.IP.S.Pt., Krisnamurti S.Pt.,M.P
M.P

Koord. Medik Koord.


Koord. Mutu
Koord. Veteriner Paramedik
Pakan
Wasbitnak Veteriner
Drh. Apsari
Samratulangi,
Subiakti, S.Pt Kumalajati, Bambang
S.Pt
MSi Ponco Y. A.Md

Gambar 1. Struktur Organisasi di BBPTU-HPT Baturraden

16
B. Manajemen Pemeliharaan Kambing Peranakan Etawah

Populasi kambing PE di Baturraden sebanyak 118 ekor yang terdiri dari


pejantan 3 ekor, betina 31 ekor, jantan muda 35 ekor dan 49 ekor betina muda.
Kambing PE semuanya ditempatkan pada satu kandang dengan 2 (dua) lajur.
Kandang beserta peralatannya (tempat pakan dan minum) dibersihkan setiap hari
pada pukul 08.00. Pemberian pakan dilakukan sesuai dengan waktu yang telah
terjadwal dan dibagi dalam tiga kategori pemberian pakan. Pemberian pakan pagi
pukul 08.00-09.00 pakan yang diberikan yaitu konsentrat, pukul 10.00-11.00
pakan yang diberikan yaitu hijauan rumput odot, pukul 11.00-12.00 pakan yang
diberikan yaitu legume (indigofera dan kaliandra). Pemberian pakan siang pukul
13.00-14.00 pakan yang diberikan yaitu konsentrat, pukul 14.00-15.00 pakan yang
diberikan yaitu rumput dan legume. Perbandingan antara pakan rumput dan
legume 50:50 jika pakan legume banyak tersedia, akan tetapi yang terjadi
dilapangan perbandingan antara pakan rumput dan legume yaitu 60:40.
Pemberian pakan konsentrat dilakukan dengan menggunakan ember dari
karung kemudian diletakkan di tempat pakan khusus konsetrat. Pakan konsetrat
yang diberikan pada kambing perah berbeda-beda sesuai dengan umur kambing
perah tersebut. Pakan konsentrat yang diberikan setiap harinya untuk kambing
perah PE dewasa yaitu 0,9-1 kg/hari, pakan konsentrat yang diberikan setiap
harinya untuk kambing perah PE muda yaitu 0,4 kg/hari, untuk pakan konsentrat
yang diberikan setiap harinya untuk kambing perah PE pejantan yaitu 1-1,5
kg/hari.
Air minum yang digunakan harus mempunyai kualitas baik, bersih, tidak
berbau, tidak mengandung kotoran dan tidak berwarna. Air minum yang ada di
Farm kambing perah Limpakuwus berasal langsung dari mata air atau air
pegunungan yang kemudian disimpan di penampung air. Air selanjutnya
disalurkan melalui pipa untuk mengisi kekosongan atau kekurangan air yang ada
di tempat minum. Pemberian air minum di Farm Kambing dilakukan 2 kali sehari
dan pada pukul 10.00 tempat air dikuras dan akan diisi kembali pukul 14.00.

17
Menurut Sodiq dan Abidin (2008) secara umum seekor kambing
membutuhkan air sebanyak 1,5-2,5 liter/hari. Sebaiknya air disediakan dalam
jumlah yang tidak terbatas. Artinya jika air di dalam wadah tinggal sedikit, segera
ditambah kembali. Mulyono dan Sarwono (2008), menyatakan bahwa volume
kebutuhan air pada kambing sangat bervariasi, dipengaruhi oleh jenis kambing,
suhu lingkungan, jenis pakan yang diberikan, dan kegiatan kambing. Pengisian
ulang air minum pada tempat minum biasanya dilakukan setiap hari dan ketika air
yang ada di tempat minum berkurang dengan tujuan air yang akan diminum selalu
tersedia, segar dan bersih. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutama (2009) bahwa
kekurangan konsumsi air akan menyebabkan konsumsi pakan berkurang,
kekentalan darah meningkat, kadar air tubuh berkurang dan kinerja produksi
menurun, jika berlanjut dapat terjadi kematian karena dehidrasi. Pembersihan
tempat minum dilakukan setiap hari dengan cara menguras tempat minum
kemudian menyikat dinding-dinding tempat minum agar tidak berlumut yang bisa
mengakibatkan tumbuhnya bakteri.
Penggembalaan kambing perah PE dilakukan seminggu 2-3 kali atau
tergantung cuaca. Kandang penggembala berada disamping kandang utama atau
setiap satu flog/sekat terdapat satu kandang penggembala. Lama penggembalan
dilakukan 2-3 jam/hari. Tujuan kambing di gembalakan pada kandang
pengembalaan yaitu untuk meningkatkan litter size kambing perah PE serta untuk
kambing bisa bergerak bebas.
Feses dibersihkan dengan cara dikeruk menggunakan garpu atau pengeruk
feses kemudian dipisahkan antara feses dan sisa pakan hijauan yang sudah
tercampur air kencing dan feses. Feses dikumpulkan untuk kemudian dibuang
menggunakan karung atau gerobak dan dijadikan pupuk untuk tanaman pakan
hijuan (rumput dan legume). Sisa pakan hijuan yang sudah tercampur air kencing
dan fese dibuang menggunakan mobil ditempat lahan pembuangan sisa pakan.
Kambing PE di BBPTU HPT Baturaden diperiksa seminggu sekali pada
tiap hari Senin oleh petugas. Pemeriksaan meliputi penghitungan jumlah ternak di
tiap flok jika ada kambing perah PE yang berpindah antar flok/sekat dapat
diketahui. Pemeriksaan juga bertujuan untuk mengetahui masih ada atau tidaknya

18
eartag (nomor registrasi). Pemberian eartag pada cempe umur 2 minggu dengan
mengalungkan eartag di bagian leher. Pada umur 2 bulan eartag dipindahkan di
bagian telinga sebelah kiri dengan menggunakan alat penusuk eartag. Kegunaan
utama catatan adalah memberikan informasi tentang ternak tiap individu. Catatan
yang paling idel adalah catatan yang bersifat sederhana, namun lengkap, teliti dan
mudah dimengerti. Hal penting adalah penomoran, karena harus di ketahui dengan
pasti catatan produksi ini milik siapa ( Hardjosubroto,1994).

C. Manajemen kesehatan

Program kesehatan pada kambing perah di BBPTU-HPT Baturraden


meliputi penanganan, pengendalian dan pencegahan penyakit infeksi menular
maupun penyakit hewan menular strategis (PHMS), karena akan sangat
merugikan secara ekonomis pada kambing perah. Parasit cacing akan berpengaruh
pada pertumbuhan berat badan yang terhambat, menyebabkan kerusakan jaringan-
jaringan tubuh dan turunnya skor kondisi badan ternak. Program kesehatan hewan
pada kambing perah penghasil susu akan mampu meningkatkan produktivitas
ternak secara nyata.
Penanganan penyakit berupa pengobatan di peternakan kambing perah
dilakukan ketika penyakit menyerang. Penyakit yang sering menyerang kambing
peranakan etawa di BBPTU HPT Baturaden yaitu :
1. Diare
Penyebab utama terjadinya diare pada kambing peranakan etawa adalah
tentang makanan yang diberikan sehingga kambing mengalami kembung.
Kuman diare akan tumbuh dan berkembang biak dengan kondisi lingkungan
yang kurang bersih. Ternak yang terkena penyakit diare dapat dilihat dari
bentuk fesesnya yaitu berbentuk cair dan lender berwarna putih.
Penanganannya adalah dengan memperbaiki pakan yang diberikan kepada
kambing tidak terlalu basah serta memisahkan kambing yang terkena diare
supaya tidak menularkan. Diare atau mencret adalah masalah gangguan
kesehatan pencernaan yang dialami oleh kambing. Tanda-tandanya adalah
kotoran kambing yang menggumpal seperti kotoran sapi dan apabila diarenya

19
parah berbentuk cair. Feses kambing diare biasanya juga di sertai darah, lendir
dan bau. Diare pada ternak bukan merupakan sebuah penyakit, tapi lebih
kepada tanda atau gejala klinis sebuah penyakit yang lebih komplek
disebabkan oleh beberapa hal(Ahmad Shantosi, 2015).
2.Pneomonia
Pneumonia disebabkan oleh berbagai agen penyakit seperti
bakteri,virus,parasit atau jamur (Subronto, 1994). Perubahan cuaca yang ada di
Baturraden yang mendadak dengan hujan lebat akan membuat temperatur turun
dan kandang lembab serta disebabkan juga amonia yang tinggi. Pencegahan
yang dilakukan adalah melakukan pembersihan kandang secara rutin sehingga
kandang dalam keadaan bersih dan kering.
3. Cacingan
Penyakit cacing merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada
kambing. Penyakit ini disebabkan oleh parasit internal pada saluran pencernaan
kambing. Banyak sekali jenis cacing yang dapat menimbulkan cacingan pada
kambing, antara lain Trichuris dan Oestophagostomum sp. Gejala klinis
cacingan, di peternakan yaitu kambing kurus, lemah, lesu, nafsu makan
menurun, bulu kasar, kusam dan rontok, perut besar dan kepala agak
menunduk, biasanya diare. Pencegahan yang dapat dilakukan, antara lain
kebersihan kandang harus selalu terjaga, kambing yang terkena cacingan dapat
diobati dengan pemberian obat Wormzol-B. Cacing yang menyerang kambing
adalah Haemonchus contorcus biasanya hidup bersama cacing lain dan melekat
pada selaput usus hingga menghisap sari makanan, cairan tubuh dan darah,
serta mengeluarkan racun. Pengaruh yang di timbulkan oleh infeksi cacing
tersebut mengakibatkan kerusakan organ tubuh dan menurunkan bobot tubuh
kambing (Marlina, 1990).
4.Flu
Penyakit flu merupakan penyakit yang menyerang saluran pernafasan
disebabkan oleh cuaca dan pakan. Penyakit flu yang menyerang kambing perah
yang disebabkan cuaca dikarenakan cuaca di area Peternakan Kambing Perah
Limpakuwus tidak menentu, sedangkan penyakit flu yang disebabkan pakan yaitu

20
pakan konsentrat yang terhirup oleh hidung kambing pada saat kambing memakan
pakan konsentrat. Penyakit flu memiliki ciri-ciri keluar cairan kental pada hidung
kambing, kambing pertama-tama selalu bersin-bersin. Pengobatan penyakit flu
yaitu dengan diberi Vitamin dan Antibiotik. Pemberian obat flu di lakukan secara
berskala setiap setiap dua minggu sekali agar ternak bebas dari flu. Obat yang
digunakan adalah Flidoxin untuk meningkatakan daya tahan tubuh dan menambah
energi spontan (Sarwono, 2004).

Pengendalian dan pencegahan penyakit di BBPTU HPT Baturaden


dilakukan melalui kegiatan sanitasi termasuk biosecurity dan pemberian jamu.
Sanitasi dilakukan pada ternak dan kandang. Sanitasi ternak dilakukan dengan
cara menggembalakan hewan ternak pada pagi hari selama satu jam untuk
mendapat sinar matahari dan pencukuran bulu disekitar ekor kambing yang
biasanya banyak terdapat kuman yang dikeluarkan bersama feses. Sanitasi
kandang dilakukan dengan cara membersihkan kandang secara menyeluruh dan
peralatan yang digunakan oleh ternak, kandang dibersihkan rutin setiap pagi hari
terutama lantai yang penuh dengan kotoran kambing dan tempat pakan dan tempat
minum, pembersihan didalam kandang menggunakan sapu lidi untuk membuang
kotoran yang ada disela-sela lantai kandang setelah itu membersihkan lingkungan
disekitar kandang dari segala macam sampah, menimbun genangan air dengan
tanah serta membakar sampah yang telah terkumpul di pojok luar kandang.

Biosecurity adalah suatu usaha untuk mencegah suatu bakteri penyakit


yang ada di luar terbawa ke dalam farm. Pemberian jamu merupaka pengendalian
hewan ternak agar tetap bugar dan sehat terhadap penyakit yang akan menyerang
hewan ternak apabila tidak memiliki imun yang baik. Kandang isolasi merupakan
pencegahan terhadap bibit penyakit yang akan masuk ke dalam farm sehingga bisa
terkontrol dan tidak menyebarkan penyakit kepada hewan yang lain. Biosecurity
pada Farm kambing perah Limpakuwus diterapkan pada pintu masuk farm dan
pintu kandang. Pada pintu masuk farm disediakan kolam dipping dan sprayer
yang telah ditam. bahkan dengan larutan desinfektan (campuran garam) untuk
kendaraan yang akan memasuki area farm. Kendaraan yang masuk ke dalam area

21
kantor dan farm harus dilakukan spray dan dipping ban. Kendaraan berhenti
minimal 1 menit sehingga bagian luar kendaraan basah semua dan terkena
desinfektan.

22
BAB IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

Manajemen pemeliharaan, pengolahan limbah, dan penanganan kesehatan


   

sudah cukup baik. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan terkait


manajemen kesehatan adalah:

a. Kontrol kesehatan di BBPTU-HPT Baturraden dilakukan dengan


selalu mengontrol hewan ternak yang sedang di karantina maupun
di isolasi agar tidak menulari kepada hewan ternak yang lain.
b. Penyakit yang sering ditemukan adalah diare,pneomenia, cacingan,
dan batuk serta pilek.
c. Pencegahan penyakit di BBPTU-HPT Baturraden adalah dengan
melakukan biosecurity dan sanitasi, baik di gerbang masuk dan
juga di dalam kandang.
d. Kesehatan ternak tergantung dari manajemen kesehatannya dan
manajemen ternaknya. Jika salah satu dari faktor tersebut tidak
berjalan maka suatu penyakit akan menular dan membuat hewan
ternka menjadi tidak bisa memproduksi susu serta membuka
peluang penyebran penyakit kepada hewan ternak yang lain.
Semakin baik suatu manajemen pemeliharaan akan memerlukan
biaya yang besar namun hal ini dapat terbayar oleh hasil produksi
yang optimum.
B. Saran

Beberapa hal yang kurang diperhatikan Manajemen di BBPTU-HPT Farm


Kambing Perah Limpakuwus sudah baik hanya kurang evaluasi secara rutin dari
manajemen kesehatan maupun pemeliharaan supaya tidak merugikan dalam hal
produksi susu serta kurangnya penerangan di sekitar kandang peranakan etawa
sehingga menyulitkan untuk pengamatan atau kontrol kesehatan di malam hari.

23
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, B. 2000 . Beternak Domba dan Kambing.Yogyakarta: Kaninus.


Rukmana, Rahmat, H. 2015 . Wirausaha Ternak Kambing PE Secara Intensif.
Yogyakarta.
Mulyadi. 2015 . Panduan Terlengkap Berternak Dan Berbisnis Kambing Etawa
& Kambing Lokal. Yogyakarta: FlashBooks.
Mulyono. 2004 . Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Nahrowi. 2008 . Pengetahuan Bahan Pakan.Bogor : Nutri Sejahtera Press.
Sarwono, B. 2002 . Beternak Kambing Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya.
Siamanjuntak dan Rasmini. 1984 . Petunjuk Berternak Kaming Perah. Jakarta
:Direktorat Bina Produksi Peternakan Departemen Pertanian.
Sodiq, A. 2002 . Kambing Peranakan Etawa Penghasil Sus Berkhasiat Obat.
Jakarta: Agromedia Pustaka.
Surono. 1987 . Ilmu Diagnosa Fisik. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Subronto. 1989 . Ilmu Penyakit Ternak. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press. Stepanus, P. 2008 . Analisis pendapatan Peternak kambing di kab.
Malang: Jurnal Ilmiah Peternakan Vol 3. No.2 ISSN 1907-2821.
Sudrajat. 1990 .Epidemilogi Veteriner. Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan.
Departemen Peternakan.
Undang, Santosa. 2006 . Prospek Agribisnis Penggemukan Pedet. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Jennes, R. 1980 . Composition and characteristic of goat milk. Review 1968-1979
:J. Dairy Sci. 63:1605-1630.
Effriansyah, Y. 2012 . Sanitasi Kandang Ternak. Indralaya: Skripsi. Program
Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.
Djariah, A. 1996 . Usaha Ternak Kambing. Yogyakarta: Kaninus.
Purnomoadi, A. 2003 . Ilmu Ternak Potong dan Kerja. Fakuktas Universitas
Peternakan Diponegoro. Semarang

24
LAMPIRAN

Gambar 1. Penyemprotan kandang

Gambar 3. Menyapu kandang

25
Gambar 4. Pencukuran bulu

Gambar 5.Pencukuran kuku

26

Anda mungkin juga menyukai