HALAMAN JUDUL
Oleh :
Ahmad Mustofa
NIM 2017 01 04 022
i
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Oleh :
Ahmad Mustofa
NIM 2017 01 04 022
ii
MANAJEMEN KESEHATAN KAMBING PE
(PERANAKAN ETAWA) DI BBPTU-HPT BATURRADEN
KABUPATEN BANYUMAS
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
Ahmad Mustofa
NIM 2017 01 04 022
Mengetahui :
Wakil Dekan,
iii
PRAKATA
Ahmad Mustofa
iv
Daftar isi
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................iii
PRAKATA....................................................................................................iv
Daftar isi.........................................................................................................v
I. PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Tujuan Praktik Lapangan.....................................................................2
C. Manfaat................................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................3
A. Kambing Peranakan Etawa..................................................................3
2.Karantina dan Isolasi................................................................................6
3.Pengobatan dan Pencegahan Penyakit.....................................................6
1.Penyakit yang disebabkan oleh Parasit (Parasital Desease).................7
2.Penyakit yang disebabkan oleh Bakteri................................................8
3.Penyakit yang disebabkan oleh Virus..................................................9
4.Penyakit yang disebabkan oleh Faktor Lain.........................................9
III. METODE PELAKSANAAN............................................................11
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan........................................................11
B. Materi dan PKL.................................................................................11
C. Metode pelaksanaan...........................................................................11
1. Pengamatan/Observasi...................................................................11
2. Metode Wawancara........................................................................11
3. Partisipasi Aktif dalam Kegiatan PKL...........................................11
4. Studi Pustaka..................................................................................12
D. Sumber Data......................................................................................12
1. Data Primer....................................................................................12
2. Data sekunder.................................................................................12
v
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................13
B.Struktur organisasi BBPTU-HPT Baturraden.......................................14
BAB IV. PENUTUP.....................................................................................22
A. Kesimpulan........................................................................................22
B. Saran..................................................................................................22
V. DAFTAR PUSTAKA...........................................................................23
LAMPIRAN.................................................................................................25
vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
masih kurang memperhatikan manajemen kesehatan ternaknya. Berdasarkan
uraian tersebut maka perlu dilakukan praktik kerja lapangan di suatu usaha
peternakan salah satunya di BBPTU-HPT Baturraden.
B. Tujuan Praktik Lapangan
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
3
B.Manajemen Kesehatan Ternak
4
menyeluruh,yakni terhadap lingkungan sekitar dan terhadap peralatan yang
berhubungan dengan ternak. Lingkungan yang kotor dan tidak terurus merupakan
media yang baik bagi berbagai jenis serangga penyebar penyakit, di sisi lain kalau
kandang kambing bersih maka kandang dan kambing juga akan nyaman untuk di
lihat, tidak kotor dan tidak kumuh.
Penanganan kesehatan merupakan salah satu hal yang memiliki peranan
penting dalam usaha ternak kambing. Adapun upaya yang di lakukan untuk
menjaga kesehtan ternak meliputi: pemeriksaan kesehatan harian, pembersihan
kandang(sanitasi), pemotongan kuku, disinfeksi kandang, kontrol ektoparasit,
pemberian vaksin, pemberian obat cacing (Simanjuntak dan Rasmini,1984).
Biosecurity pada Farm kambing perah Limpakuwus diterapkan pada pintu
masuk farm dan pintu kandang. Pada pintu masuk farm disediakan kolam dipping
dan sprayer yang telah ditam. bahkan dengan larutan desinfektan (campuran
garam) untuk kendaraan yang akan memasuki area farm. Kendaraan yang masuk
ke dalam area kantor dan farm harus dilakukan spray dan dipping ban. Kendaraan
berhenti minimal 1 menit sehingga bagian luar kendaraan basah semua dan
terkena desinfektan.
Setiap kandang, petugas yang memasuki kandang harus melakukan
dipping kaki pada kolam dipping yang telah disediakan pada setiap pintu masuk
kandang. Petugas yang memasuki kandang harus memakai pakaian khusus dan
sepatu boot yang bersih. Selain menyediaan kolam dipping disetiap pintu masuk
kandang, untuk menjaga kandang tetap bersih dari kotoran ternak kandang
dibersihkan sebanyak 2–3 kali sehari. Tetapi khusus untuk pedet umur 0–1 bulan,
pembersihan kandang dilakukan 1 kali sehari untuk menjaga agar kandang tetap
dalam kondisi kering. Pada kandang pedet juga dilakukan pengapuran berupa
serbuk gergaji untuk mencegah dan membunuh mikroogranisme dan jamur yang
merugikan.
Penanggulangan penyakit pada ternak kambing penanganankesehatan
merupakan salah satu hal yang memiliki peranan penting dalam usaha ternak
kambing. Adapun upaya yang di lakukan untuk menjaga kesehatan ternak
meliputi tindakan karantina, pemeriksaan kesehtan harian, penanganan kesehatan
5
hewan, pemotongan kuku, desinfeksi kandang, kontrol ektoparasit, pemberian
vaksin, pemberian obat cacing, biosecurity maupun otopsi (Gregory 1983).
2.Karantina dan Isolasi
Karantina yang di lakukan di BBPTU-HPT Baturraden farm kambing
yang baru tiba di lokasi peternakan ditempatkan pada kandang sementara untuk
proses adaptasi yang memerlukan waktu sekitar beberapa minggu. Kandang
terdiri dari 2 flog kanan-kiri, setelah dikarantina di lakukan penanganan khusus
untuk pemantauan kesehatan kambing oleh dokter hewan. Setiap pagi kandang
karantina di bersihkan dengan sapu lidi agar lantai kandang tetap terjaga
kebersihannya dari bakteri dan virus serta untuk alas kandang dari serbuk kayu
diganti tiga hari sekali. Tujuan dari karantina menghindari penularan oleh hewan
yang baru di datangkan serta agar bisa beradaptasi dengan lingkungan baru.
Isolasi hewan ternak menggunakan sistem pemisahan yang kandang
terpisah dari kandang A-D, dibatasi oleh tembok setinggi 1,5 meter . Kandang
terdiri dari 2 flog kanan untuk kambing muda sedangkan sebelah kiri kambing
bunting, kebanyakan hewan yang di isolasi adalah terkena penyakit pink eye.
Hewan yang sudah menempati kandang karantina dan positif terkena penyakit di
pindahkan kandang isolasi dengan cara di giring menuju kandang isolasi (kandang
E). Penanganan dan pengobatan yang di lakukan oleh dokter hewan lebih entensif
karena untuk mempercepat penyembuhan yang di alami hewan tersebut,
pemberian vitamin b-komleks dan pemberian jamu secara oral pada setiap hewan
ternak yang di isolasi.
3.Pengobatan dan Pencegahan Penyakit
6
untuk penyakit bakterial seperti anthrax, pneumonia. Penyakit viral yang penting
adalah orf, pink eye dan penyakit lainnya. Penyakit non infeksius yang perlu
diperhatikan adalah penyakit diare pada anak ternak, timpani (kembung rumen)
dan keracunan sianida dari tanaman (Simanjuntak dan Rasmini, 1984).
Ternak kambing tidak akan tumbuh maksimal bila pakan kurang baik atau
kurang menerima nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan
air yang tidak seimbang. Tidak cukupnya nutrisi dapat mengakibatkan penyakit
seperti grass tetany, milk fever, ketosis, white muscle disease. Selain itu pakan
yang kurang akan menimbulkan masalah parasit, gangguan pencernaan, kegagalan
reproduksi dan penurunan produksi pada ternak kambing (Purnomoadi, 2013).
Beberapa faktor yang menyebabkan ternak sakit antara lain faktor mekanis,
termis, kekurangan nutrisi, pengaruh zat kimia dan faktor lingkunan (Subroto,
2003).
Menurut Setiawan dan Tanius (2005), bahwa secara umum penyakit
kambing dibagi menjadi empat kelompok besar berdasarkan penyebabnya, yaitu:
1.Penyakit yang disebabkan oleh Parasit (Parasital Desease)
7
Pencegahan yang dilakukan pada kambing yang terserang kudis harus
segera diasingkan dan dirawat ditempat yang hangat dengan memberi ransum
yang gizinya baik serta kandang harus disemprot dan dibersikan denagn
desinfiktan, misalnya Ewawo Perex 20 EC. Setiap literobat dilarutkan dengan 40
liter air,setiap satu liter larutan bisa disemprotkan pada luas kandang 20 m 2
(Sarwono, 2002).
2.Penyakit yang disebabkan oleh Bakteri
8
3.Penyakit yang disebabkan oleh Virus
Kembung (Timpani)
Penyakit Kembung dipicu oleh kegagalan tubuh kambing dalam
mengeluarka gas yang berasal dari proses pencernaan didalam lambung. Adanya
penyumbatan disalah satu saluran pengeluaran atau konsumsi bahan pakan yang
terlalu banyak, diduga merupakan penyabab utama penyakit kembung ini.
Gejala Klinis yang diakibatkan penyakit ini ternak terlihat tidak tenang ,
gelisah, sakit dan sulit bernafas. Perut sebelah kiri sebelah atas terlihat kembung
dan jika ditepuk-tepuk mengeluarkan bunyi agak keras, seperti suara gendang
9
(Sodiq dan Abidin, 2002).Pengobatan yang digunakan adalah antibiotik, misalnya
penicillin yang berfungsi untuk mengurangi bakteri penghasil gas dalam perut
besar. Setiap ekor dapat diberi 30-50 ml Tymposol yang dilarutkan dalam 0,3-0,5
liter air (Sarwono, 2002). Bagian perut yang kembung, bulu-bulu halus dicukur
dan diolesi alkohol atau yodium tincture.
Pencegahan penyakit ini sebaiknya tidak membiarkan kambing terlalu
lapar dan hindarkan pemberian pakan yang bisa menyebabkan kembung. Tidak
memberikan hijauan yang masih terlalu muda dan hijauan yang basah oleh
embun. Bahan pakan bisa dibasahi dengan minyak kelapa atau minyak kacang
sebelum diberikan kepada kambing (Sodiq dan Abidin,2002).
10
III. METODE PELAKSANAAN
11
manajemen pemeliharaan kesehatan kambing perah agar mahasiswa
memperoleh pengetahuan dan pengalaman kerja secara langsung dari
kegiatan tersebut.
4. Studi Pustaka
Mahasiswa mencari referensi untuk melengkapi data-data yang diperlukan
agar semakin memahami antara teori dengan aplikasinya di lapangan
tempat PKL, meliputi studi pustaka, jurnal dan majalah ilmiah.
D. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh berdasarkan sifat data ada dua jenis yaitu :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung. Dalam
pelaksanaan PKL ini data primer diperoleh dari manajer farm, staf
perusahaan, supervisor produksi dan karyawan kandang.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan produksi
yang ada selama berdirinya perusahaan dan buku serta jurnal yang
berhubungan dengan kegiatan PKL.
3. Pemerahan Susu
Pemerahan susu di lakukan 2 kali sehari dengan alat : margarin dan
minyak zaitun sebagai pengoles ambing, serta menggunakan tenaga manusia
yang harus memperhatikan kebersihan ambing dan pemerah.
12
4. Biosecurity dan Sanitasi
Biosecurity adalah kegiatan yang bertujuan untuk melindungi ternak dari
bahaya serangan penyakit atau semua tindakan yang merupakan pertahanan
pengendalian wabah dan dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan
penularan dan penyebaran penyakit pada ternak. Sanitasi adalah tindakan
dilakukannya pembersihan dan desinfeksi secara teratur kandang, peralatan dan
kendaraan serta menjaga kebersihan kandang.
13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
14
Temperatur lingkungan BBPTU-HPT Baturraden berkisar antara 18-30ºC dengan
kelembaban berkisar antara 70-80% dan curah hujan berkisar antara 3.000-3500
mm/th. Suhu dan iklim tersebut sangat sesuai untuk ternak kambing perah yang
membutuhkan cuaca yang sejuk.
Struktur organisasi BBPTU-HPT Baturraden terdiri dari kepala balai, yang
membawahi satu bagian umum, kepala bidang pelayanan teknis, serta kepala
bidang pemasaran dan informasi, serta kelompok jabatan fungsional. Kepala
bagian umum membawahi kepala sub bagian keungan, kepala sub bagian program
keuangan, kepala sub bagian pengawasan dan tata usaha, serta kepala sub bagian
rumah tangga dan perlengkapan. Kepala bidang pelayanan bibit dan HPT, kepala
seleksi pelayanan teknis dan kepala seleksi prasarana dan teknis. Kepala bidang
pemasaran dan informasi membawahi kepala seleksi pemasaran dan kepala seleksi
informasi. Koordinasi wasbintak, koordinasi medik veteriner, koordinasi
paramedik veteriner dan koordinasi mutu pakan. Struktur organisasi
selengkapnya tertera pada Gambar 1.
Visi adalah gambaran tentang keadaan masa depan yang realistik verisikan
cita-cita dan citra yang ingin dicapai, Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan
Hijauan Pakan Ternak Baturraden telah menetapkan visi sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi yang diemban dan Kesehatan Hewan, Kementrian Pertanian.
Visi BBPTUHPT Baturraden adalah : “Mewujudkan Institusi yang profesional
dalam menghasilkan bibit sapi perah, kambing perah dan hijauan pakan ternak
yang berkualitas , berdaya saing, berkelanjutan”.
Misi yang harus dilaksanakan berdasarkan pada tugas pokok dan fungsi
yang telah ditetapkan. Misi tersebut adalah :
1. Mengembangkan pembibitan sapi perah, kambing perah dan HPT dengan
melaksanakan kebijakan di bidang pemuliaan, pemeliharaan, produksi dan
pemasaran bibit unggul sapi perah, kambing perah dan HPT.
2. Mengembangkan sumber daya manusia aparatur, pelaku usaha sapi perah
kambing perah dan HPT, sarana dan prasarana, pembinaan, evaluasi
Sistem Informasi Manajemen (SIM) dan pelayanan prima.
15
Kepala Balai Besar
Drh. Sintong HMT.
Hutasoit, M.Si
Kasubag
Kasubag Pengawasan
Program & Kasubag RT
& Tata &
Keuangan Usaha
Jaryanti, Perlengkapan
Spt. M. Si Fertiasa Prawoko, SE
Kabid Yanbit dan
HPT Miasari, SH
16
B. Manajemen Pemeliharaan Kambing Peranakan Etawah
17
Menurut Sodiq dan Abidin (2008) secara umum seekor kambing
membutuhkan air sebanyak 1,5-2,5 liter/hari. Sebaiknya air disediakan dalam
jumlah yang tidak terbatas. Artinya jika air di dalam wadah tinggal sedikit, segera
ditambah kembali. Mulyono dan Sarwono (2008), menyatakan bahwa volume
kebutuhan air pada kambing sangat bervariasi, dipengaruhi oleh jenis kambing,
suhu lingkungan, jenis pakan yang diberikan, dan kegiatan kambing. Pengisian
ulang air minum pada tempat minum biasanya dilakukan setiap hari dan ketika air
yang ada di tempat minum berkurang dengan tujuan air yang akan diminum selalu
tersedia, segar dan bersih. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutama (2009) bahwa
kekurangan konsumsi air akan menyebabkan konsumsi pakan berkurang,
kekentalan darah meningkat, kadar air tubuh berkurang dan kinerja produksi
menurun, jika berlanjut dapat terjadi kematian karena dehidrasi. Pembersihan
tempat minum dilakukan setiap hari dengan cara menguras tempat minum
kemudian menyikat dinding-dinding tempat minum agar tidak berlumut yang bisa
mengakibatkan tumbuhnya bakteri.
Penggembalaan kambing perah PE dilakukan seminggu 2-3 kali atau
tergantung cuaca. Kandang penggembala berada disamping kandang utama atau
setiap satu flog/sekat terdapat satu kandang penggembala. Lama penggembalan
dilakukan 2-3 jam/hari. Tujuan kambing di gembalakan pada kandang
pengembalaan yaitu untuk meningkatkan litter size kambing perah PE serta untuk
kambing bisa bergerak bebas.
Feses dibersihkan dengan cara dikeruk menggunakan garpu atau pengeruk
feses kemudian dipisahkan antara feses dan sisa pakan hijauan yang sudah
tercampur air kencing dan feses. Feses dikumpulkan untuk kemudian dibuang
menggunakan karung atau gerobak dan dijadikan pupuk untuk tanaman pakan
hijuan (rumput dan legume). Sisa pakan hijuan yang sudah tercampur air kencing
dan fese dibuang menggunakan mobil ditempat lahan pembuangan sisa pakan.
Kambing PE di BBPTU HPT Baturaden diperiksa seminggu sekali pada
tiap hari Senin oleh petugas. Pemeriksaan meliputi penghitungan jumlah ternak di
tiap flok jika ada kambing perah PE yang berpindah antar flok/sekat dapat
diketahui. Pemeriksaan juga bertujuan untuk mengetahui masih ada atau tidaknya
18
eartag (nomor registrasi). Pemberian eartag pada cempe umur 2 minggu dengan
mengalungkan eartag di bagian leher. Pada umur 2 bulan eartag dipindahkan di
bagian telinga sebelah kiri dengan menggunakan alat penusuk eartag. Kegunaan
utama catatan adalah memberikan informasi tentang ternak tiap individu. Catatan
yang paling idel adalah catatan yang bersifat sederhana, namun lengkap, teliti dan
mudah dimengerti. Hal penting adalah penomoran, karena harus di ketahui dengan
pasti catatan produksi ini milik siapa ( Hardjosubroto,1994).
C. Manajemen kesehatan
19
parah berbentuk cair. Feses kambing diare biasanya juga di sertai darah, lendir
dan bau. Diare pada ternak bukan merupakan sebuah penyakit, tapi lebih
kepada tanda atau gejala klinis sebuah penyakit yang lebih komplek
disebabkan oleh beberapa hal(Ahmad Shantosi, 2015).
2.Pneomonia
Pneumonia disebabkan oleh berbagai agen penyakit seperti
bakteri,virus,parasit atau jamur (Subronto, 1994). Perubahan cuaca yang ada di
Baturraden yang mendadak dengan hujan lebat akan membuat temperatur turun
dan kandang lembab serta disebabkan juga amonia yang tinggi. Pencegahan
yang dilakukan adalah melakukan pembersihan kandang secara rutin sehingga
kandang dalam keadaan bersih dan kering.
3. Cacingan
Penyakit cacing merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada
kambing. Penyakit ini disebabkan oleh parasit internal pada saluran pencernaan
kambing. Banyak sekali jenis cacing yang dapat menimbulkan cacingan pada
kambing, antara lain Trichuris dan Oestophagostomum sp. Gejala klinis
cacingan, di peternakan yaitu kambing kurus, lemah, lesu, nafsu makan
menurun, bulu kasar, kusam dan rontok, perut besar dan kepala agak
menunduk, biasanya diare. Pencegahan yang dapat dilakukan, antara lain
kebersihan kandang harus selalu terjaga, kambing yang terkena cacingan dapat
diobati dengan pemberian obat Wormzol-B. Cacing yang menyerang kambing
adalah Haemonchus contorcus biasanya hidup bersama cacing lain dan melekat
pada selaput usus hingga menghisap sari makanan, cairan tubuh dan darah,
serta mengeluarkan racun. Pengaruh yang di timbulkan oleh infeksi cacing
tersebut mengakibatkan kerusakan organ tubuh dan menurunkan bobot tubuh
kambing (Marlina, 1990).
4.Flu
Penyakit flu merupakan penyakit yang menyerang saluran pernafasan
disebabkan oleh cuaca dan pakan. Penyakit flu yang menyerang kambing perah
yang disebabkan cuaca dikarenakan cuaca di area Peternakan Kambing Perah
Limpakuwus tidak menentu, sedangkan penyakit flu yang disebabkan pakan yaitu
20
pakan konsentrat yang terhirup oleh hidung kambing pada saat kambing memakan
pakan konsentrat. Penyakit flu memiliki ciri-ciri keluar cairan kental pada hidung
kambing, kambing pertama-tama selalu bersin-bersin. Pengobatan penyakit flu
yaitu dengan diberi Vitamin dan Antibiotik. Pemberian obat flu di lakukan secara
berskala setiap setiap dua minggu sekali agar ternak bebas dari flu. Obat yang
digunakan adalah Flidoxin untuk meningkatakan daya tahan tubuh dan menambah
energi spontan (Sarwono, 2004).
21
kantor dan farm harus dilakukan spray dan dipping ban. Kendaraan berhenti
minimal 1 menit sehingga bagian luar kendaraan basah semua dan terkena
desinfektan.
22
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
23
DAFTAR PUSTAKA
24
LAMPIRAN
25
Gambar 4. Pencukuran bulu
26