Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“Persilangan Ayam Kampung Super”

Disusun Oleh:

Algazali (G0119302)

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN DARI PERIKANAN

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

T/A 2020-2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segalah rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai tepat pada waktunya.
Dan harap saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depanya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu,saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Mamasa, 21 Mei 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan .............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................3
A. Sejarah Asal Usul Ayam Joper (Jawa Super) .....................................................3
B. Proses Seleksi Ayam Joper (Jawa Super) ..........................................................4
C. Karakteristik Ayam Kampung Super (Joper) .....................................................7
BAB III PENUTUP ........................................................................................................9
A. Kesimpulan .....................................................................................................9
B. Saran ..............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia memiliki puluhan galur ayam lokal yang cukup potensial, namun
belum dikembangkan secara baik, padahal sebenernya ayam lokal ini memiliki
kelebihan ditinjau dari kemampuan adaptasi dan secara finansial telah mampu
memberikan keuntungan yang tidak kecil bagi peternak (Dirdjopratono dan
Nuschati, 1994; Priyanto, 1994).
Ayam kampung adalah salah satu bahan baku utama yang banyak beredar
di pasaran dan di minati oleh banyak masyarakat lokal karena rasanya yang khas
dan memiliki nilai nutrisi dan manfaat yang sangat tinggi. Ayam kampung atau
ayam buras merupakan salah satu jenis unggas yang di bagi kedalam dua
kelompok besar yaitu kelompok ayam pedaging (Broiler) dan ayam kampung
petelur.
Ayam kampung terus mengalami peningkatan karena banyaknya
permintaan di pasaran, namun di balik semua itu ayam kampung mempunyai
masalah di proses pertumbuhan yang lumayan lambat di banding dengan ayam
ras yang diternakkan di Indonesia. Sehingga banyak penelitian untuk
menghasilkan ayam kampung varian baru yang tidak kalah unggul dari ayam
kampung pada umumnya. Sampai saat ini pengembangan ayam buras masih
belum optimal dalam penyediaan pangan hewani karena rendahnya
produktivitas ayam buras. Pada pemeliharaan secara intensif, rata-rata produksi
telur ayam buras umumnya hanya mencapai 30% (105 butir/ekor/tahun) jika
dibandingkan dengan produksi telur ayam ras yang mencapai 351
butir/ekor/tahun (Telupere dan Sutedjo, 2016). Upaya meningkatkan potensi
ayam buras perlu adanya program peningkatan mutu genetik. Program
perbaikan mutu genetik dalam upaya pengembangan produktivitas ayam buras
dapat dilakukan melalui seleksi dan sistem perkawinan silang luar
(outbreeding).

1
B. Rumusan Masalah
1. Sejarah asal usul ayam Joper (Jowo Super)!
2. Metode persilangan ayam Joper ( Jowo Super)!
3. Karakteristik Hasil persilangan ayam Joper ( Jowo Super)!

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat
ketuntasan dari Mata Kulian Ilmu Pemulian Ternak.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Asal Usul Ayam Joper (Jawa Super)


Ayam Kampung Super yang berasal dari persilangan 2 jenis ayam yaitu
pejantan Bangkok dengan betina ras petelur coklat dengan tujuan untuk ayam
produksi daging yang dikenal dengan nama Ayam Jowo Super. Ayam tersebut
merupakan hasil persilangan yang memiliki pertumbuhan cepat dibandingkan
ayam lokal dan dipersepsi memiliki karakteristik daging mirip dengan ayam
lokal. Persilangan tersebut akan memiliki bulu yang dominan berwarna putih
karena mengikuti indukannya. pada awal kemunculannya banyak masyarakat
yang mengira bahwa ayam ini adalah ayam ras pedaging atau petelur.

Namun seteleh mengetahui rasa tesktur dan dagingnnya, justru semakin


diminati. Rasa daging Ayam Kampung Super mirip dengan daging ayam

3
kampung pada umumnya. Dari berbagai jenis persilangan tersebut, sebagian
besar memilih persilangan antara Ayam Petelur dengan Ayam Pelung atau
Ayam Bangkok. persilangan ini, tidak dilakukan secara bertahap atau
berjenjang sehingga baik indukan maupun betina sebagai “Parent Stock” guna
untuk menghasilkan Final Stock sebagai Ayam Kampung Super.Ayam
Kampung Super dari hasil silangan tersebut juga memiliki bulu yang dominan
berwarna putih, dapat dipanen usia 60 hari dengan pencapaian berat 0,8-1kg.
meskipun beberapa peternak mengeluhkan tentang DOC Kampung Super yang
diduga mirip dengan ayam petelur.
Namun hal ini bukan menjadi penghalang para peternak untuk tetap
membudidadayakannya. Bagi para pembibitnya juga menjadi tantangan,
bagaimana agar ayam ini tidak memiliki warna bulu yang dominan berwarna
putih, serta mampu menghasilkan bulu variatif dalam satu individu sebagai
Ayam Kampung Biasa. Selain itu juga dapat menciptakan keseragaman bobot
pada saat dipanen.

B. Proses Seleksi Ayam Joper (Jawa Super)


Homozigot adalah sifat / karakter dalam bentuk genotip (susunan genetik)
yang diperoleh individu ayam dari bapak atau ibunya, kemudian diwariskan
kepada anaknya. Individu homozigot ini memiliki kromosom dengan pasangan
gen (alel) yang sama pada setiap lokus gen. Lawannya dari homozigot adalah
heterozigot, di mana pasangan gen (alel) dari setiap kromosom menempati
lokus gen yang berbeda-beda.
Rhode Island Red dan White Leghorn yang selama ini digunakan pembibit
ayam kamper sesungguhnya hanya final stock, atau DOC yang dipelihara
sampai besar. Final stcok pasti bersifat heterozigot. Begitu pula dengan ayam
kedu, yang hingga kini belum dilakukan pemurnian galur sehingga selalu
heterozigot.
Dalam proses perkawinan silang setiap peternak memiliki cara masing-
masing. Contohnya, seperti saat ingin menghasilkan Joper dari Ayam Kedu,
Rhode Island Red dan White Leghorn, maka perlu adanya 3 tahap, yaitu :
1. Pertama

4
Pejantan Rhode Island Red dikawinkan dengan betina ayam kedu,
menghasilkan keturunan / filial pertama (F1) yang kita sebut RIRK. Untuk
proses selanjutnya, yang diambil hanya F1 jantan. Dalam pembibitan besar,
proses ini seperti perkawinan antar-GPS untuk menghasilkan parent stock
(PS).
2. Kedua
Pejantan ayam kedu disilangkan dengan betina White Leghorn,
menghasilkan F1 yang kita sebut KWL. Untuk proses selanjutnya, yang
diambil hanya F1 betina. Proses ini juga seperti perkawinan antar-GPS
untuk menghasilkan PS.
3. Ketiga
Pejantan RIRK dikawinkan dengan betina KWL, sehingga
menghasilkan keturunan yang diklaim sebagai ayam kampung super. Proses
ini seperti perkawinan antara dua parent stock untuk menghasilkan final
stock.
analisis persentase darah dari ayam kamper, berdasarkan tiga tahapan
di atas:
• Tahap pertama, RIRK memiliki persentase 50% Rhode Island Red dan
50% Kedu
• Tahap kedua, KWL memiliki persentase 50% Kedu dan 50% White
Leghorn
• Tahap ketiga, ayam kamper memiliki persentase 50% Kedu, 25% Rhode
Island Red dan 25% White Leghorn.

5
AYAM KEDU HITAM

WHITE LEGHORN BETINA RHODE ISLAND JANTAN

Ayam Kampung Super yang berasal dari persilangan 3 jenis ayam


tersebut akan memiliki bulu yang dominan berwarna putih karena mengikuti
indukannya. Pada awal kemunculannya banyak masyarakat yang mengira
bahwa ayam ini adalah ayam ras pedaging atau petelur. Namun seteleh
mengetahui rasa tesktur dan dagingnnya, justru semakin diminati. Rasa
daging Ayam Kampung Super mirip dengan daging ayam kampung pada
umumnya. Dari berbagai jenis persilangan tersebut, sebagian besar memilih
persilangan antara Ayam Petelur dengan Ayam Cemani, Ayam Pelung atau

6
Ayam Bangkok. persilangan ini, tidak dilakukan secara bertahap atau
berjenjang sehingga baik indukan maupun betina sebagai “Parent Stock”
guna untuk menghasilkan Final Stock sebagai Ayam Kampung Super.
Ayam joper adalah hasil persilangan yang tersebut diatas tadi juga
memiliki bulu yang dominan berwarna putih, dapat dipanen usia 60 hari
dengan pencapaian berat 0,8-1kg. meskipun beberapa peternak
mengeluhkan tentang DOC Kampung Super yang diduga mirip dengan
ayam petelur. Namun hal ini bukan menjadi penghalang para peternak untuk
tetap membudidadayakannya. Bagi para pembibitnya juga menjadi
tantangan, bagaimana agar ayam ini tidak memiliki warna bulu yang
dominan berwarna putih, serta mampu menghasilkan bulu variatif dalam
satu individu sebagai Ayam Kampung Biasa. Selain itu juga dapat
menciptakan keseragaman bobot pada saat dipanen.

C. Karakteristik Ayam Kampung Super (Joper)


Sebenarnya tampilan ayam kampung super hampir mirip seperti ayam
kampung pada umumnya. Perbedaannya sebagai berikut:

1. Ukuran ayam kampung jantan lebih besar dari betina. Selain itu ayam jantan
super memiliki jengger yang besar dengan pial besar dan tegap, memiliki
jalu dan warna bulu bervariasi.
2. Ayam kampung super betina bentuknya sama seperti ayam kampung betina
pada umumnya. Perbedaannya ada warna telur, warna telur kampung super
memilki kerabang yang lebih coklat dibandingkan dengan telur ayam
kampung biasa yang agak putih. Namun bentuknya tetap sama seperti
layaknya telur ayam kampung biasa.
3. Ayam kampung super masa panen lebih cepat. Dalam 2 bulan bobot bisa
mencapai 1,1/5 kg jika perawatannya bagus. Umur 44-74 hari sudah siap
dikonsumsi.Hal ini jauh berbeda dengan ayam kampung pada umumnya,
baru bisa dipanen jika sudah berumur 3-6 bulan

7
Sedangkan perilaku ayam joper juga hampir mirip dengan ayam
kampung pada umumnya yaitu tahan penyakit, suka bertengger,suka
berkokok. Pada umur 6 bulan sampai 1,5 tahun produktifitasnya bisa
mencapai 80 % perhari dari jumlah total ayam betina. Setelah umur 1,5
sampai 2 tahun menurun kurang lebih 40%. Uniknya ayam kampung super
mempunyai kemampuan untuk bertelur terus menerus seperti ayam ras,
namun tidak memilki sifat mengeram.

Keunggulan berternak ayam kampung super, di antaranya:

1. Memiliki fisik dan corak bulu atau warna bulu menyerupai ayam kampung
pada umumnya yang sering kita lihat.
2. Masa panen ayam kampung yang relatif lebih singkat. Sehingga
meningkatkan laba serta pendapatan yang lebih signifikan.
3. Harga jual yang lebih tinggi dan stabil. Kita tahu bahwa ayam kampung
masih menjadi primadona bila dibandingkan dengan unggas lainnya.
4. Selalu menjadi sajian utama. Restoran, penjual pecel ayam, serta rumah
makan, baik rumah makan padang maupun rumah makan warteg, menu
utamanya pastilah daging ayam. Dan daging ayam jenis ayam kampung
merupakan incaran konsumen.
5. Pemeliharaanya gampang alasannya mempunyai daya tahan badan yang
tinggi.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Indonesia merupakan salah satu penghasil ayam buras lokal yang sangat
beragam jenisnya. Ayam buras semakin diminati oleh masyarakat karena
rasanya yang khas dan mengandung banyak nutrisi.
Sampai saat ini pengembangan ayam buras masih belum optimal dalam
penyediaan pangan hewani karena rendahnya produktivitas ayam buras. Pada
pemeliharaan secara intensif, rata-rata produksi telur ayam buras umumnya
hanya mencapai 30% (105 butir/ekor/tahun) jika dibandingkan dengan produksi
telur ayam ras yang mencapai 351 butir/ekor/tahun (Telupere dan Sutedjo,
2016). Upaya meningkatkan potensi ayam buras perlu adanya program
peningkatan mutu genetik. Program perbaikan mutu genetik dalam upaya
pengembangan produktivitas ayam buras dapat dilakukan melalui seleksi dan
sistem perkawinan silang luar (outbreeding).

B. Saran
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu,saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://jonihendro.blogspot.com/2014/04/genetika-ayam-unggul.html
https://www.medion.co.id/mengenal-seputar-ayam-joper-pedaging/

10

Anda mungkin juga menyukai