Anda di halaman 1dari 26

TATALAKSANA PEMELIHARAAN AYAM BROILER

LAPORAN AKHIR MANAJEMEN TERNAK UNGGAS

Oleh :
KELOMPOK 4
KELAS E
Chanigia Hikmat Ramadhan 200110160098
Lusy Aulia Dwilestari 200110160109
Muhammad Nur Eldi 200110160118
Tiya Indriani S 200110160124
Ade Rizki 200110160159
Wizri Isa M 200110160286

LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah, Tuhan yang Maha Esa yang
senantiasa mencurahkan karunia dan petunjuk-Nya. Berkat limpahan karunia-Nya,
kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum “Tatalaksana Pemeliharaan
Ayam Broiler” . Solawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan Nabi kita, Nabi
Muhammad SAW, para sahabatnya, keluarganya, serta mudah-mudahan sampailah
kepada kita selaku umat yang mengikuti risalahnya hingga akhir zaman.

Laporan Akhir Praktikum ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam
menyelesaikan rangkaian perkuliahan Manajemen Ternak Unggas. Dalam penyusunan
laporan ini kami tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka dari
itu kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, karena
keterbatasan penulis. Akhirnya dengan segala rasa syukur dan pengharapan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua rekan mahasiswa khususnya dan bagi
pembaca lain pada umumnya.

Sumedang, Desember 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

Bab Halaman

KATA PENGANTAR……………………………………………………… ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. iii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………. v
DAFTAR ILUSTRASI ……………………………………………………. vi
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………. 1
1.2 Identifikasi Masalah……………………………………………………. 2
1.3 Maksud dan Tujuan…………………………………………………….. 2

II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ayam broiler…………………………………………………………… 3
2.2 Sistem Pemeliharaan Ayam Broiler……………………………………. 4
2.2.1 All in All Out System…………………………………………….. 4
2.2.2 Multiple Brooding………………………………………………... 5

2.3 Manajemen Pemeliharaan……………………………………………….. 6


2.3.1 Persiapan Kandang…………………………………………………. 6
2.3.2 Fase Starter…………………………………………………………. 8
2.3.3 Fase Finisher……………………………………………………….. 9

2.4 Penampilan Produksi……………………………………………………. 11


2.4.1 Feed intake…………………………………………………………. 11
2.4.2 Feed conversion ratio………………………………………………. 12
2.4.3 Gain/pertumbuhan…………………………………………………. 12

2.5 Pencegahan penyakit dan vaksinasi……………………………………... 13

III ALAT BAHAN DAN PROSEDUR KERJA


3.1 Alat………………………………………………………………………. 14
3.2 Bahan…………………………………………………………………….. 14
3.3 Prosedur Kerja…………………………………………………………… 14
IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan………………………………………………………… 17
4.1.1 Hasil pengamatan minggu ke-1……………………………………. 17
4.1.2 Hasil pengamatan minggu ke-2……………………………………. 18
4.1.3 Hasil pengamatan minggu ke-3……………………………………. 19
4.1.4 Hasil pengamatan minggu ke-4……………………………………. 23

4.2 Pembahasan……………………………………………………………… 26

V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan………………………………………………………………. 30
5.2 Saran……………………………………………………………………... 30
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………... 31
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Hasil Pengamatan Minggu ke 1 ............................................................. 17


2 Hasil Pengamatan minggu ke 2 ............................................................. 18
3 Hasil Pengamatan Minggu ke-3 ............................................................ 19
4 Hasil Pengamatan Minggu ke-4 ............................................................ 23
DAFTAR ILUSTRASI

Ilustrasi Halaman

1 Sistem pemeliharaan All In All Out System .................................... 4


2 Sistem Pemeliharaan Multiple Brooding ........................................ 5
I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil
persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi,
terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya ayam broiler ini baru populer
di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang kekuasaan mencanangkan
panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit
keberadaannya.
Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai
kelebihannya. Hanya 5-6 minggu dengan bobot badan 1,5-1,7 kg sudah bisa dipanen.
Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak
peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah
Indonesia. Performans yang baik pada ayam broiler akan tampak apabila faktor genetik
dan lingkungan pemeliharaannya juga baik.
Oleh karena itu, dengan adanya praktikum mata kuliah Manajemen Ternak
Unggas tentang Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Broiler diharapkan mahasiswa dapat
mengetahui tatalaksana pemeliharaa ayam broiler yang baik dan benar sehingga dapat
dihasilkan ayam broiler yang baik dari segi kualitas dan kuantitas. Dan ketika lulus
kuliah nanti diharapkan mahasiswa dapat memiliki pengetahuan lebih dalam
pemeliharan ayam broiler yang baik dan dapat membangun peternakan-peternakan
dengan hasil produksi yang tinggi dan dengan kualitas yang baik. Sehingga dapat
memenuhi kebutuhan protein penduduk Indonesia.
1.2. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari kegiatan praktikum ini diantaranya mahasiswa
diharapkan :
1. Mampu mengerjakan penyiapan kandang untuk pemeliharaan ayam
broiler dari DOC sampai dipasarkan
2. Menghitung kebutuhan luas kandang sesuai dengan jumlah ayam
broiler yang akan dipelihara
3. Mengatur pemanas untuk pemeliharaan ayam broiler periode starter
4. Menangani tatalaksana pemeliharaan dari ayam broiler dari DOC
sampai dipasarkan

1.3. Waktu dan Tempat

Praktikum mengenai tatalaksana pemeliharaan ayam broiler ini dilaksanakan pada :


Hari / tanggal : 29 Oktober 2018
5 November 2018
12 November 2018
19 November 2018
Waktu : 15.00 – 17.00
Tempat : Kandang KPTU – Laboratorium Produksi Ternak Unggas
Fakultas Peternakan – UNPAD
II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ayam Broiler


Ayam Pedaging (Broiler) adalah ayam ras yang mampu tumbuh cepat sehingga
dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat (5 sampai 7 minggu). Broiler
mempunyai peranan yang penting sebagai sumber protein hewani asal ternak.
Pengertian Ayam Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil
budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas
pertumbuhan yang cepat, sebagai penghasil daging dengan konversi pakan rendah dan
siap dipotong pada usia yang relatif muda. Pada umumnya broiler ini siap panen pada
usia 28 sampai 45 hari dengan berat badan 1,2 sampai 1,9 kg/ekor (Azis dkk, 2010).
Ayam Broiler adalah jenis ayam ras unggul hasil persilangan antara bangsa ayam
cornish dari Inggris dengan ayam white play mounth Rock dari Ameirka (Rasyaf,
2008). Menurut AAK (2000) Ayam broiler adalah ayam pedaging yang dipelihara
hingga 6 sampai 13 minggu dengan bobot hidup dapat mencapai 1,5 kg pada umur 6
minggu. Pemeliharaan ayam ras pedaging/broiler terkadang terkendala oleh tidak
stabilnya nafsu makan ayam yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari
stres, perubahan cuaca, dan lain-lain.
Pertumbuhan ayam dipengaruhi oleh bangsa, jenis kelamin, umur, kualitas
ransum, dan lingkungan. Zat pakan yang penting bagi pertumbuhan ternak adalah
kalsium yang berfungsi untuk pertumbuhan tulang, produksi, reproduksi normal,
pembentukan sel darah merah, dan berperan dalam system syaraf (Wahyu, 1991).
Tahapan pertumbuhan hewan akan membentukkurva sigmoid (Anggorodi,
1984). Pada awal pertumbuhan lambat, kemudian berkembang lebih cepat dan
akhirnya perlahan lagi menjelang dewasa tubuh. Kecepatan pertumbuhan pada ayam
mempunyai variasi yang cukup besar tergantung pada tipe ayam, strain, jenis kelamin,
dan makanan, disamping factor lingkungan seperti suhu dan perlindungan terhadap
penyakit (North, 1978).

2.2. Manajemen Pemeliharaan


Persiapan yang baik merupakan modal pertama yang harus dimiliki sebelum
mendatangkan bibit ayam broiler yang akan dipelihara. Tersedianya sarana yang
lengkap akan memudahkan dalam pengelolaan secara baik dan sempurna. Persiapan
yang diperlukan antara lain yaitu tersedianya boks atau kandang DOC, boks ini
diletakkan di atas lantai kandang, tirai plastic dipasang pada keempat sisi boks, lampu
pemanas digantung 15 cm dari lantai boks, thermometer untuk mengontrol panas bias
digantung atau diikat pada kandang (Murtdjo, 1987).
Untuk menciptakan suhu udara di dalam kandang stabil maka digunakan
pemanas kandang. Pada peternakan broiler, biasanya pemanas kandang digunakan saat
broiler berumur 1 hari sampai dengan 20 hari (fase awal dan fase pertumbuhan, atau
disesuaikan dengan kebutuhan).
DOC yang baru datang biasanya mengalami stress dan kemunduran kondisi.
Oleh katrena itu, pemberian air minum dilakukan setelah DOC beristirahat kira kira 2
– 3 ja. Air minum yang diberikan pertama kali biasanya diberi tambahan gula jawa
sebagai suplay energi. Pemberian air harus as libitum dan ditempatkan secara merata
disekitar sumber pemanas. Kandang DOC harus diberi pemanas karena pada umumnya
sistem kekebalan tubuh DOC belum stabil dalam fungsinya. Pada keesokan harinya,
air minum di tambah suplemen (vitamin) (Murtidjo, 1987).

2.3. Kesehatan dan Penyakit


Vaksinasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan pada ayam, agar
ayam tersebut kebal terhadap serangan suatu penyakit (Murtidjo, 1992). Program
vaksinasi untuk ayam “broiler” relatif paling sedikit dibandingkan dengan ayam petelur
maupun ayam bibit sebab pemeliharaan ayam “broiler” hanya membutuhkan waktu
relatif lebih singkat yakni sekitar 6-8 minggu.
Beberapa penyakit yang sering menjangkit ayam antara lain ND, Infectious
Bronchitis, Gumboro dan lain – lain. Jasad renik yang menyebabkan hewan sakit dapat
dikelompokkan menjadi beberapa macam kelompok yaitu virus, bakteri, cendawan,
protozoa, dan parasit lain. Semua jasad renik ini rentan terhadap obat dan anti biotika,
ecuali virus, maka pengendalian penyakit virus sepenuhnya tergantung dari program
pencegahan melalui perbaikan sanitasi, pengasingan hewan yang sakit dan vaksinasi
(Akoso, 1993).

2.4. Konversi Pakan


Konversi pakan adalah jumlah ransum yang dikonsumsi seekor ayam dalam
waktu tertentu untuk membentuk daging atau berat badan. Faktor yang mempengaruhi
tingkat konversi pakan antara lain strain, kualitas pakan, keadaan kandang dan jenis
kelamin.Konversi pakan pada ayam pedaging adalah unit pakan yang diperlukan untuk
meningkatkan satu unit berat hidup, dan nilai konversi pakan dapat dihitung dengan
perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi ayam sampai umur pada saat
dipanen atau dipotong dengan pertambahan berat badannya (Kartasudjana dan
Suprijatna, 2010). Konversi pakan merupakan parameter yang penting sebagai tinjauan
ekonomis biaya pakan. Semakin rendah nilai konversi pakan akan semakin
menguntungkan, hal ini disebabkan semakin sedikit ransum yang diberikan untuk
menghasilkan berat badan tertentu (Kartasudjana dan Suprijatna, 2010). Perhitungan
koversi pakan yaitu perbandingan antara rataan konsumsi pakan dengan rataan
pertambahan bobot badan, dengan rumus sebagai berikut.
Rumus :

Rataan konsumsi pakan (g)


FCR =
Rataan bobot harian (g)

2.5. Konsumsi Pakan


Menurut Kartasudjana dan Suprijatna (2010) pakan merupakan 70% biaya
pemeliharaan. Pakan yang diberikan harus memberikan zat pakan (nutrisi) yang
dibutuhkan ayam, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, sehingga
pertambahan berat badan perhari tinggi. Pemberian pakan dengan sistem selalu
tersedia/tidak dibatasi.
Menurut Rasyaf (2003) konsumsi merupakan faktor yang sangat berpengaruh
pada pertumbuhan ayam broiler dan konsumsi itu dipengaruhi oleh suhu, sistem
pemberian pakan, frekuensi pakan, kesehatan ayam, kualitas pakan serta sifat genetik
dari ayam broiler. Konsumsi sangat berpengaruh pada produksi yang dicapai karena
bila nafsu makan rendah akan menyebabkan laju pertumbuhan dari ayam tersebut
menjadi terhambat dan akhirnya produksi akan menjadi menurun. Faktor-faktor yang
mempengaruhi konsumsi pada unggas adalah kandungan serat kasar dalam pakan,
tingkat kualitas pakan, dan palatabilitas atau cita rasa pakan (Rasyaf, 2003).
Perhitungan konsumsi pakan yaitu jumlah pakan yang dibrerikan dikurangi sisa pakan.
III

ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA

3.1. Alat
3.1.1. Kandang broiler
3.1.2. Tempat ransum
3.1.3. Tempat minum
3.1.4. Sekat kandang/ Chick Guard
3.1.5. Pemanas (lampu pijar)
3.1.6. Timbangan

3.2. Bahan
3.2.1. Anak ayam broiler (DOC)
3.2.2. Ransum starter
3.2.3. Vaksin
3.2.4. Sekam
3.2.5. Kertas koran

3.3. Prosedur Kerja


3.3.1. Membersihkan kandang dari bekas kotoran atau litter dengan
menggunakan sekop
3.3.2. Setelah bersih kandang dicuci dengan air sabun sampai bersih, lalu
keringkan kandang
3.3.3. Kandang yang telah kering dikapur sampai merata
3.3.4. Peralatan kandang seperti tepat ransum dan tempat minum dibersihkan
menggunakan sabun hingga bersih.
3.3.5. Mengukur dan membuat kandang sesuai dengan jumlah broiler yang akan
dipelihara
3.3.6. Memasang sekam sebagai litter pada lantai kandang, dan kemudian
dipasang sekat pematas. Diatas sekam dilapisi kertas koran.
3.3.7. Setelah DOC datang, terlebih dahulu DOC diistirahatkan agar dapat
mengurangi stress dalam perjalanan dan beradaptasi dengan lingkungan
sekitarnya
3.3.8. DOC dikeluarkan dari boks, kemudian ditimbang beratnya dan
dipasangkan wing tag
3.3.9. Setelah itu anak ayam DOC diberi air minum yang berisikan air gula.
Kegunaan air gula ini untuk menggantikan energi yang hilang selama
perjalanan
3.3.10. Setelah 3 jam barulah DOC diberi ransum yang ditabur pada feed tray
atau bekas tutup boks anak ayam sebagai tempat ransum.
3.3.11. Pemeliharaan pada minggu pertama, ransum yang diberikan adlibitum
dan sehari diberikan 3 kali yaitu pagi, siang, dan sore, sedangkan air
minum perlu dikontrol agar tidak kehabisan.
3.3.12. Ransum yang diberikan ditabur pada feed tray atau tutup boks selama
minggu pertama, serta kertas koran yang menutupi sekam diganti setiap
hari selam minggu pertama.
3.3.13. Pada minggu pertama dilakukan vaksin ND dan vaksin gumboro yang
diberikan berbeda harinya, jangan dilakukan secara bersamaan.
3.3.14. Catat konsumsi ransum, bobot badan, konversi, dan mortalitas (kematian)
setiap minggunya.
3.3.15. Pemeliharaan pada minggu kedua, pada minggu kedua setiap harinya
sama yang dilakukan pada minggu pertama yaitu, pemberian ransum
sehari tiga kali, air minum secukupnya dan pencatatan, namun tidak
dilakukan vaksinasi.
3.3.16. Pemeliharaan pada minggu ketiga, pada minggu ketiga kegiatan setiap
harinya sama dengan minggu kedua.
3.3.17. Pemeliharaan pada minggu keempat, pada minggu keempat kegiatan
setiap harinya sama dengan minggu ketiga, namun berbeda pada minggu
awal, minggu keempat dilakukan vaksinasi ND melalui air minum.
3.3.18. Buat format tabel yang di dalamnya terdapat kolom bobot badan per
minggu dan kumulatif, konversi per minggu, dan kumulatif. Buat pula
format tabel tersendiri mengenai data mortalitas, biaya produksi, hasil
penjualan, sehingga dapat mengetahui keuntungan yang diperoleh.
IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


 Minggu ke-satu

Bobot Badan
No. Konsumsi
Berat Berat PBB FCR
Ayam Ransum
Awal Akhir
1 55 155 100 93,4 0,934
2 49 134 85 93,4 1,09
3 49 106 57 93,4 1,63
4 51 149 98 93,4 0,95
5 52 126 74 93,4 1,26
JUMLAH 256 670 414 467 1,13

Konsumsi ransum : 467 gram

467 𝑔𝑟
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑅𝑎𝑛𝑠𝑢𝑚 = = 93,4 ⁄𝑒𝑘𝑜𝑟
5
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑅𝑎𝑛𝑠𝑢𝑚
𝐹𝐶𝑅 =
𝑃𝐵𝐵

93,4
𝐴𝑦𝑎𝑚 1 = = 0,934
100

93,4
𝐴𝑦𝑎𝑚 2 = = 1,09
85

93,4
𝐴𝑦𝑎𝑚 3 = = 1,63
57
93,4
𝐴𝑦𝑎𝑚 4 = = 0,95
98

93,4
𝐴𝑦𝑎𝑚 5 = = 1,26
74

 Minggu ke-dua

Bobot Badan
No. Konsumsi
Berat Berat PBB FCR
Ayam Ransum
Awal Akhir
1 155 341 186 320,8 1,7
2 134 369 235 320,8 1,3
3 106 301 195 320,8 1,6
4 149 368 219 320,8 1,4
5 126 351 225 320,8 1,4
JUMLAH 670 1730 1060 1604 1,5

Konsumsi ransum : 1604 gram

1604 𝑔𝑟
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑅𝑎𝑛𝑠𝑢𝑚 = = 320,8 ⁄𝑒𝑘𝑜𝑟
5
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑅𝑎𝑛𝑠𝑢𝑚
𝐹𝐶𝑅 =
𝑃𝐵𝐵

320,8
𝐴𝑦𝑎𝑚 1 = = 1,7
186

320,8
𝐴𝑦𝑎𝑚 2 = = 1,3
235

320,8
𝐴𝑦𝑎𝑚 3 = = 1,6
195
320,8
𝐴𝑦𝑎𝑚 4 = = 1,4
219

320,8
𝐴𝑦𝑎𝑚 5 = = 1,4
225

 Minggu ke-tiga

Bobot Badan
No. Konsumsi
Berat Berat PBB FCR
Ayam Ransum
Awal Akhir
1 341 641 300 480 0,62
2 369 647 278 480 0,57
3 301 717 416 480 0,86
4 368 789 421 480 0,87
5 351 710 359 480 0,74
JUMLAH 1730 3504 1774 2400 1,35

Konsumsi ransum : 2400 gram

2400 𝑔𝑟
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑅𝑎𝑛𝑠𝑢𝑚 = = 480 ⁄𝑒𝑘𝑜𝑟
5
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑅𝑎𝑛𝑠𝑢𝑚
𝐹𝐶𝑅 =
𝑃𝐵𝐵

480
𝐴𝑦𝑎𝑚 1 = = 0,62
300

480
𝐴𝑦𝑎𝑚 2 = = 0,57
278

480
𝐴𝑦𝑎𝑚 3 = = 0,86
416
480
𝐴𝑦𝑎𝑚 4 = = 0,87
421

480
𝐴𝑦𝑎𝑚 5 = = 0,74
359

 Minggu ke-empat

Bobot Badan
No. Konsumsi
Berat Berat PBB FCR
Ayam Ransum
Awal Akhir
1 641 1125 484 700 1,4
2 647 1115 464 700 1,5
3 717 1105 388 700 1,8
4 789 1130 341 700 2,05
5 710 1120 410 700 1,7
JUMLAH 3504 5595 2087 3500 1,67

Konsumsi ransum : 3500 gram

3500 𝑔𝑟
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑅𝑎𝑛𝑠𝑢𝑚 = = 700 ⁄𝑒𝑘𝑜𝑟
5
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑅𝑎𝑛𝑠𝑢𝑚
𝐹𝐶𝑅 =
𝑃𝐵𝐵

700
𝐴𝑦𝑎𝑚 1 = = 1,4
484

700
𝐴𝑦𝑎𝑚 2 = = 1,5
464

700
𝐴𝑦𝑎𝑚 3 = = 1,8
388
700
𝐴𝑦𝑎𝑚 4 = = 2,05
341

700
𝐴𝑦𝑎𝑚 5 = = 1,7
410

4.2. Pembahasan

Dalam kegiatan pemeliharaan ayam broiler dibutuhkan beberapa persiapan


kandang terlebih dahulu. Persiapan ini dilakukan 1 minggu sebelum DOC tiba. Hal
yang dilakukan adalah membersihkan kandang dari kotoran, memberi desinfektan dan
melakukan proses pengapuran baik pada lantai kandang, pagar bambu pembatas dan
dinding kandang, hal ini ditujukan agar mikroorganisme seperti jamur dan bakteri tidak
tumbuh. Perlu juga menutup ventilasi dengan menggunakan tirai dan diusahakan tidak
ada lubang agar angin tidak dapat masuk. Selain itu peralatan yang akan digunakan
selama pemeliharaan seperti tempat makan dan tempat minum harus dicuci bersih
menggunakan sabun lalu dikeringkan. Pembersihan ini untuk membunuh bibit penyakit
dan pengosongan kandang selama 1 minggu ini dimaksudkan untuk memotong siklus
hidup bibit penyakit yang masih tertinggal dalam kandang sehingga rantai penyakit
terputus dan tidak menyebabkan ayam broiler terserang penyakit.

Setelah satu minggu dilakukan persiapan untuk kedatangan DOC seperti


pemasangan koran pada pagar pembatas untuk menahan angin, lalu memasang lampu
sebagai pemanas buatan, serta memasang litter berupa sekam setinggi ± 5cm yang
dilapisi kertas koran agar DOC tidak memakan litter. Saat DOC tiba, hal pertama yang
dilakukan yaitu menyeleksi anak ayam yang sehat untuk dipelihara sebanyak 5 ekor
perkelompoknya. DOC yang baik memiliki beberapa ciri seperti mata bersih dan
bersinar, DOC aktif, anusnya kering, tidak cacat, dan bulu kering.

Setelah didapat 5 ekor DOC yang bisa dikatakan sehat lalu DOC tersebut diberi
nomor dengan cara dikaitkan peniti pada pangkal sayapnya, atau disebut dengan wing
tag. Proses penomoran ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati agar DOC tidak
kesakitan atau bahkan sampai terluka, karena akan mempengaruhi nafsu makan akibat
stress karena sakit yang pada akhirnya akan berpengaruh ke produksi daging. Setelah
proses penomoran selesai lalu DOC tadi ditimbang satu persatu kemudian hasilnya
dicatat di lembar pengamatan. Setelah dilakukan penimbangan, DOC ditempatkan pada
kandang yang telah dipersiapkan. DOC diistirahatkan sebentar kemudian diberikan
larutan gula pada tempat minum (hanging waterer). Pemberian larutan gula ini
dimaksudkan untuk mengganti energi tubuh DOC yang hilang selama perjalanan.
Kemudian 3 jam berikutnya air gula tersebut diganti menggunakan vitachick agar anak
ayam tidak stress dan tidak mudah sakit. Dipersiapkan juga pakan yang akan diberikan
dalam bentuk crumble sebanyak 1 kg, kemudian DOC diberi makan dengan cara pakan
ditaburkan sedikit demi sedikit di atas karton yang telah dibuat seperti tempat makan
sampai umur satu minggu.

Setiap hari ayam perlu di cek keadaannya baik ransum, minuman, kesehatan,
serta keadaan kandang. Air minum harus disediakan secara ad libitum / tak terbatas.
Bila akan mengganti air minum maka tempat air minum (hanging waterer) harus dicuci
terlebih dahulu. Sampai selama 1 minggu air minum yang diberikan mengandung
larutan vitachick. Pemberian pakan dilakukan sedikit demi sedikit dan sesering
mungkin agar pakan dalam kondisi segar saat diberikan sehingga ayam mau untuk
memakannya. Bila kertas koran yang digunakan sebagai alas sudah sangat kotor maka
perlu diganti dengan koran yang baru agar ayam terhindar dari penyakit ngorok, snot,
ataupun gangguan penyakit lainnya yang diakibatkan oleh udara yang tidak bersih.
Sampai ayam berumur satu minggu lampu pemanas harus dijaga agar tetap hidup dan
menghasilkan panas yang cukup, hal tersebut sangat penting agar anak ayam tetap
hangat dan diharapkan pertumbuhan bulu tidak cepat tumbuh karena broiler diharapkan
memiliki bobot daging yang banyak dan bukan pertumbuhan bulu yang banyak. Maka
dari itu saat berumur satu minggu ukuran tubuh sudah mulai membesar, namun bulu
dewasa belum tumbuh sepenuhnya sehingga masih terdapat bulu-bulu filoplumulae
seperti pada DOC.
Setelah berumur satu minggu ayam dilakukan penimbangan kembali bobot
badan ayam, kemudian dilakukan vaksinasi ND berupa tetes mata, untuk menghindari
terjadinya penyakit Newcastle Disease yang sering sekali menjangkiti ternak ayam
broiler, koran yang dijadikan alas dibuka. Sisa pakan dihitung, kemudian FCR
dihitung. FCR yang di dapat pada minggu pertama pada Ayam 1 adalah 0,934, Ayam
2 yaitu 1,09, Ayam 3 sebesar 1,63, Ayam 4 memiliki FCR 0,95 dan pada Ayam 5
adalah 1,26. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa semakin kecil nilai FCR
maka efisiensi pakan pada saat pemeliharaan akan semakin baik. Adapun batas
maksimal toleransi nilai FCR adalah sekitar 1,3 jika melebihi angka tersebut maka
tingat efisiensi pada ayam dianggap kurang baik. Maka, pada saat minggu pertama nilai
FCR kelompok praktikum kami memiliki nilai yang baik karena berada dibawah nilai
toleransi, hanya Ayam 3 yang memiliki nilai FCR diatas nilai toleransi. Hal ini, bisa
disebabkan oleh banyak faktor, seperti kualitas pakan ayam, metode pemberian pakan,
kendala praktikan dalam kejujuran saat pemberian pakan, cuaca, kesehatan ayam, dan
obat-obat atau vitamin. (Rahasia Unggas,2012). Selain FCR, nilai PBB juga penting
untuk di perhatikan agar dapat melihat apakah ayam yang dipelihara sehat dan
produksinya maksimal.

Pada minggu ke dua dan tiga, bobot ayam memiliki kenaikan dua kali lipat dari
berat sebelumnya. Pada minggu ini juga, suhu lingkungan perlu di jaga agar ayam tidak
panting. Hal ini dilakukan dengan cara membuka setiap korang yang masih menempel
pada pagar pembatas dan sesekali membuka tirai plastik pada bangunan kandang.
Selama pemeliharaan, nyala lampu juga cukup berpengaruh untuk menghangatkan
anak ayam. Maka, apabila lampu penghangat mulai mati harus segera di perbaiki atau
diganti dengan lampu yang baru. Selain itu, pada minggu ke dua tempat makan ayam
sebaiknya di gantungkan setinggi leher ayam agar pakan tidak tercampur dengan feses.
Saat pemeberian minum pun sebaiknya rutin untuk diganti apalagi jika air minum telah
di campur vitamin, sebab jika terlalu lama disimpan akan menimbulkan bau yang
menyengat sehingga ayam tidak tertarik untuk minum.
Selama empat minggu masa pemeliharaan, bobot awal Ayam 1 yang tadinya 55
gr telah meningkat menjadi 1125 gr, Ayam 2 dari 49 gr menjadi 1115 gr, Ayam 3 dari
49 gr menjadi 1105 gr, Ayam 4 dari 51 gr menjadi 1130, dan Ayam 5 dari 52 gr menjadi
1120 gr. Namun, menurut Azis pada tahun 2010 bahwa pada umumnya broiler akan
siap panen pada usia 28 sampai 45 hari dengan berat badan 1,2 sampai 1,9 kg/ekor.
Menurut Wahyu (1998) menyatakan bahwa kisaran bobot badan dan waktu potong
tergantung dari berbagai faktor, dimana bobot akhir dipengaruhi oleh jenis kelamin,
bangsa ayam, suhu lingkungan, energi metabolis ransum dan kadar protein dalam
ransum. Konsumsi pakan setiap ternak ayam berbeda beda hal ini dikarenakan
beberap faktor yaitu energi dalam ransum, type ayam, temperatur dan iklim setempat,
bobot badan, palatabilitas dan serat kasar ransum dan cara ayam makan. Oleh demikian
dengan banyaknya faktor yang mempengaruhi bobot ayam maka hal ini
mengindikasikan bahwa kesalahan terjadi akibat kurang baiknya praktikan dalam
melakukan manajemen pemeliharaan ayam broiler.
V

KESIMPULAN

- Hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan ayam broiler yaitu


perkandangan dan peralatan serta persiapannya, pemeliharaan masa awal dan
akhir, pemberian pakan, pencegahan dan pemberantasan penyakit dan
pengelolaan.
- Pemberian vaksin harus pada hari ke 7 dan dilakukan pada pagi hari atau sore
hari dan hindari dari kegiatan lainnya seperti pindah kandang dll supaya
memimalisir tingkat stress.
- Untuk menentukan ransum yang baik untuk broiler diantaranya yang memenuhi
kebutuhan protein dan energi metabolisme.
- Pertambahan bobot badan dari minggu pertama sampai ketiga mengalami
kenaikan. Sedangkan di minggu ke empat mengalami penurunan. FCR dalam
pemeliharaan kami dari minggu ke minggu mengalami kenaikan, yang artinya
efisiensi ransum buruk.
DAFTAR PUSTAKA

AAK. 2000. Beternak Ayam Pedaging. Penerbit Kanisus. Yogyakarata.

Akoso, B. T., 1993. Manual Kesehatan Unggas. Penerbit kanisius. Yogyakarta.

Azis, A., F. Manin, dan Afriani. 2010. Penampilan produksi ayam broiler yang
diberi Bacillus circulans dan Bacillus sp. selama periode pemulihan setelah
pembatasan ransum. Med. Pet. 33: 12-17.

Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir Ilmu Makanan Ternak Unggas. Cetakan


pertama. Penerbit Universitas Indonesia.

Kartasudjana, R dan Suprijatna, E. 2010. Manajemen Ternak Unggas. Cet. Ke-2.


Penebar Swadaya. Depok.

Murtidjo, B. A. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius. Yagyakarta.

Murtidjo, B. A. 1992. Mengelola Ayam Buras. Kanisius, Yogyakarta.

North, M. O., 1978. Commercial Chicken Production Manual. 3rd ed. AVI Pub.
Co. Inc., Westport, Connecticut.
Rasyaf, M. 2003. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rasyaf, M. 2008. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wahyu. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke-3. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai