Oleh :
Komisi Pembimbing :
Mengetahui :
Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan rahmat-Nya
Spermonde.
Penyelesaian laporan ini tidak lepas dari dukungan banyak pihak yang
1. Keluarga Besar Dr. H. Andi Abu Ayyub Saleh, SH., MH. yang senantiasa
memberikan kritik membangun untuk percepatan penyelesaian laporan.
2. Ibu Rantih Isyrini, ST., M.Sc. selaku Pembimbing I dan Bapak Syafyuddin
Yusuf, ST., M.Si. selaku Pembimbing II untuk kearifan dan kebijaksanaan
dalam mendorong penulis melakukan PKL.
5. Saudari Fatma Anwar yang tabah mengisi waktu dan berbagi canda.
6. Serta semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini.
penyusunan laporan ini. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun
senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini
PENULIS
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................vii
I. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
Kesimpulan.................................................................................................... 29
Saran............................................................................................................. 29
LAMPIRAN .......................................................................................................... 31
DAFTAR TABEL
4b). Contoh lain kategori lifeform dengan grup komunitas bentik menurut
karakteristik morfologinya............................................................................ 23
Latar Belakang
Terumbu karang adalah suatu ekosistem laut tropis yang dibangun terutama
oleh biota laut penghasil kapur khususnya jenis-jenis karang batu dan algae berkapur
paling produktif dan menjadi gudang keanekaragaman hayati biota laut, serta memiliki
Fungsi terumbu karang di alam ialah sebagai tempat tinggal sementara atau
tetap, tempat mencari makan, memijah, daerah asuhan dan tempat berlindung dari
berbagai organisme laut. Selain peran ekologi, terumbu karang juga berfungsi
sebagai pelindung pantai dari hempasan gelombang, serta sebagai sumber bahan
gangguan terhadap perubahan suhu, salinitas dan sedimentasi. Kegiatan lain yang dapat
dalam ekosistem terumbu karang. Hasil pemantauan yang dilakukan oleh P3O-LIPI
didapatkan bahwa dari luasan kawasan terumbu karang di Indonesia yang kurang
lebih dari 50.000 km2, didapat hanya 6,5 % yang masih dalam kondisi sangat baik,
Spermonde (Sulawesi Selatan) yang kaya akan potensi sumber daya alam laut,
khususnya terumbu karang. Kerusakan terumbu karang pada kawasan ini banyak
pihak telah berupaya untuk mencari cara terbaik dalam penyadaran masyarakat itu
sendiri dan bagaimana menjaga terumbu karang agar tetap lestari. Oleh karena itu
sebagai kaum akademisi perlu mencari pendekatan dalam melakukan praktek dasar
tentang hewan karang secara intensif dan berkelanjutan, baik mengenai faktor-
itu diadakan field trip di Kepulauan Spermonde untuk mengetahui kondisi terumbu
1. Tujuan akademik adalah sebagai prasyarat wajib mengikuti ujian mata kuliah
tentang survei kondisi terumbu karang dengan metode transek permanen yang
yaitu membantu pengadaan logistik field trip dan analisis data, sedangkan di
transek permanen.
II. KONDISI INSTANSI
Kemudian berganti nama menjadi Pusat Penelitian Terumbu Karang (PPTK) pada
Hasanuddin Lt.5 Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Makassar 90245, Tel: (0411)
kepentingan global karena berbagai alasan. Alasan utama adalah karena umurnya
yang begitu tua, sehingga dapat memberikan petunjuk mengenai asal mula dan
karang di Kawasan Timur Indonesia mengalami ancaman melalui dua jalur utama.
penduduk miskin hidup dan mencari nafkah di kawasan pesisir yang memiliki
sumberdaya biologi ini di Kawasan Timur Indonesia. Hal ini justru akan semakin
pesisir dan laut; maka pada tahun 1999 Universitas Hasanuddin mendirikan pusat
kajian holistik, dengan fokus utama ekosistem terumbu karang, yang mengkaji
semua aspek yang terkait dengan pelestarian dan pemberlanjutan kehidupan dan
Tujuan
kawasan.
c. Meneliti manfaat lebih jauh dan inovatif ekosistem pesisir dengan fokus terumbu
karang.
d. Mendidik dan melatih masyarakat dalam segala aspek yang diperlukan dalam
Misi
a. Menjadi pusat ilmu pengetahuan ekosistem pesisir dan laut, khususnya terumbu
karang di Indonesia.
terumbu karang.
c. Menghasilkan penemuan ilmiah dan praktis untuk pemandirian masyarakat
internasional.
Lingkup Kerja
yang terkait dengan ekosistem terumbu karang yang secara formal telah tercantum
tahun 1999. Program kerja PPTK juga diupayakan dapat mendukung program
pemerintah yang berkaitan dengan kajian kondisi, potensi dan strategi pengelolaan
ekosistem terumbu karang dan ekosistem lainnya di wilayah pesisir. Selain itu
rehabilitasi terumbu karang (COREMAP) yang merupakan program multi donor dan
multi years, yang direncanakan berlangsung hingga tahun 2013. PPTK semakin
evaluasi kondisi ekosistem pesisir dan laut, terutama terumbu karang; melakukan
ruang wilayah pesisir dan laut. Selain melakukan penelitian, PPTK juga melakukan
Struktur Organisasi
* Teknisi
- Halwi, AMD.
- Muh Arif
KEPALA
SEKRETARIS
Keterangan :
= Garis koordinasi
= Tempat pelaksanaan PKL
Program dan hasil riset yang telah dan sementara dilakukan oleh PPTK
Tabel 1. Program dan Hasil Riset PPTK (Pusat Penelitian Terumbu Karang)
Kontrak
Sub Bidang
No. Bidang Pekerjaan Lokasi Sumberdana/ BAP / Waktu
Pekerjaan No./Tanggal
Kerjasama pelaksanaan
1 2 3 4 5 6 7
Studi Saintifik
(Terumbu Karang,
Penelitian Studi Ikan Karang,
TNL TakaBonerate
Optimasi Zonasi Padang Lamun, 631/PP-CRMP/KK/0300
1. Kab. Selayar COREMAP 27 April 2001
Taman Nasional Laut Flora dan Fauna tgl 21 Maret 2000
SulSel
Takabonerte darat) dan
Studi Sosial
Ekonomi
P. Sabangko dan P.
Salemo Kab.
Bioekologi Laut Pangkep, P.
Penelitian (terumbu Karang, Nambolaki dan Departemen
Identifikasi dan Ikan Karang, Tambolongan Kab. Kelautan dan
Optimalisasi Lamun dan Algae), Selayar, P. Perikanan 015/SP/P3K/PSLP3K/2000 18 Nopember
2.
Pemanfaatan Bioekologi darat Batanglampe Kab. Direktorat Jenderal tgl 19 Juni 2000 2000
Sumberdaya P. Kecil (Flora dan Fauna) Sinjai SulSel, Pesisir, Pantai dan
di Sulsel dan NTT Sosial Ekonomi P. Pura, Pulau-pulau Kecil
dan Budaya P. Kera,
P. Parumaan
di NTT
Penelitian
Departemen
Penataan Ekologi dan
Pulau-pulau Kelautan dan
Lingkungan Kawasan Keragaman Hayati,
Sembilan kabupaten Perikanan 285/Pro-ABT/P3K/IX/2000 11 Desember
3 Bahari Terpadu di Oceanografi, Sosial
Sinjai Direktorat Jenderal tgl 12 September 2000 2000
Pulau-Pulau Ekonomi dan
Sulsel Pesisir, Pantai dan
Sembilan Kab. Sinjai Budaya
Pulau-pulau Kecil
SulSel
Penyusunan
Ekologi dan Departemen
Rencana Induk dan
Keragaman Hayati, Kelautan dan
Rencana
Oceanografi, Sosial Pulau-pulau Kecil di Perikanan 22/P4K/VII/2001 26 Nopember
4 Pengelolaan Pulau-
Ekonomi dan Kabupaten Pangkep Direktorat Jenderal tgl 17 Juli 2001 2001
Pulau Kecil Di
Budaya, dan tata Pesisir, dan Pulau-
Pangkep, Sulawesi
ruang pulau Kecil
Selatan
Penilaian Ekosistem
Kepulauan
Kepulauan
Ekologi dan Spermonde di 27 Februari
Spermonde,
5 Keragaman Hayati, Kabupaten Pangkep COREMAP 241/PP-CRMP/KK/1001 2002
Kabupaten Pangkep
Oceanografi dan Kodya
Propinsi Sulawesi
Makassar
Selatan
1 2 3 4 5 6 7
1 2 3 4 5 6 7
Kajian Alternatif
Model Pemulihan
habitat Dalam
Model Alternatif Program Mitra
Upaya P. Bone Tambu
18 rehabilitasi Bahari 2005
Peningkatan DPL
terumbu karang RC Sulsel
Produktivitas
Ekosistem
Terumbu Karang
Transplantasi
BPPSDL, Pesisir
Karang Di Transplantasi Spermonde
19 & Pulau2 Kecil 2005
Kabupaten terumbu karang Pangkep
Sulsel
Pangkep
Science For the
Protection of Cluster 1: Coral
Spermonde ZMT Germany
20 Indonesian Reef Base 2003 - 2007
Archipelago (Coord)
Coastal Research
Ecosystem
Produksi
Juwana Kima &
Lola untuk P. Barrang 26 / Perj / Dep III /
Riset Unggulan
21 penabaran Lompo – Menristek RUT/PPKI/II/2005 Feb – Nov 2005
Terpadu
Kembali, Upaya Spermonde Tanggal 2 Feb 2005
Konservasi
Speies Langka
Planning tools
for
environmentally
sustainable ACIAR Project
Awarange, Barru,
22 ACIAR tropical finfish ACIAR Australia FIS/2003/027 2005 - 2007
Sulsel
cage culture in Tanggal 26 April 2005
Indonesia and
Northern
Australia
Marine Spermonde April – Augustus
23 KYODAI KYODAI Jepang
Utilization Archipelago 2005
Pelatihan
24 Transplantasi Pangkep DKP 2005
Karang
Fasilitas
c. Alat Survei
e. GPS
f. Fish Finder
III. RANGKAIAN KERJA
Praktek Kerja Lapang dimulai dari tanggal 24 Februari 2006 sampai dengan
Alat dan bahan yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang disajikan
Tabel 3. Alat dan bahan yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang.
No Nama Alat dan Bahan Kegunaan
1 Global Positioning System Menentukan posisi stasiun
2 Kamera bawah air Alat dokumentasi kegiatan
3 Meteran 50 m Untuk mengukur panjang terumbu karang
4 Palu Untuk memasang patok
5 Patok besi 30 cm Untuk mengaitkan transek
6 Peralatan selam Kegiatan penyelaman
7 Pelampung Untuk menandakan stasiun pengamatan
8 Sabak dan pensil Untuk mencatat data yang diperoleh
9 Speed boat Alat transportasi
10 Monofilamen/nilon Sebagai transek permanen
Ringkasan Kegiatan
Skema dari tahapan kegiatan Praktek Kerja Lapang adalah sebagai berikut:
Persiapan
Observasi
Pendataan
Pengolahan data
Ulasan Kegiatan
A. Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah rapat koordinasi, baik rapat
seluruh tim trip maupun rapat internal tim koral, untuk memperjelas deskripsi dari
tugas masing-masing. Selain itu juga dilakukan pengadaan logistik tim koral yang
Peralatan yang dibutuhkan dalam survei ini adalah rol meter, peralatan
scuba, alat tulis bawah air, monofilamen/nilon, palu dan patok untuk memasang
C. Pencarian/Penentuan Stasiun
yang pernah dipasangi transek permanen. Jika pada lokasi survei tidak ditemukan
(GPS). Garis transek dimulai dari kedalaman di mana masih ditemukan terumbu
dan status terumbu karang dapat dilakukan pada stasiun yang sama, sehingga
pantai pulau. Garis transek dibuat dengan cara membentangkan rol meter,
sejajar meteran pada patok besi dan diselipkan di karang sebagai transek
permanen. Jika pada stasiun yang lama ditemukan transek permanen yang rusak,
monofilamen/nilon.
E. Pendataan
tergantung pada tujuan survei, waktu yang tersedia, tingkat keahlian peneliti, dan
Meskipun telah banyak metode survei pada saat ini, namun masing-masing
memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga dapat dikatakan belum ada suatu
menggambarkan suatu kondisi terumbu karang dengan metode survei yang ada
2. Ukuran individu atau koloni sangat bervariasi dari beberapa centimeter hingga
beberapa meter.
3. Satu koloni karang dapat terdiri beberapa individu sampai jutaan individu.
5. Tata nama jenis karang masih relatif belum stabil dan adanya perbedaan jenis
yang hidup pada lokasi geografis yang berbeda, serta adanya variasi morfologi
dari jenis yang sama yang hidup pada kedalaman yang berbeda maupun tempat
yang berbeda.
biasanya disajikan dalam bentuk struktur komunitas yang terdiri dari data:
persentase tutupan karang hidup, persentase tutupan karang mati, jumlah marga,
jumlah jenis, jumlah koloni, ukuran koloni, kelimpahan, frekuensi kehadiran, bentuk
yaitu Line Intercept Transeck (LIT). Metode ini digunakan untuk mengevaluasi
penutupan karang dan penutupan komunitas bentos yang hidup bersama karang.
Genera atau spesies dari komunitas bentos utama (seperti karang dan makro alga)
serta kategori lifeform kemudian dicatat oleh penyelam yang bergerak sepanjang
dengan melihat tutupan karang hidup, karang mati, bentuk substrat (pasir, lumpur),
alga dan keberadaan biota lain. Spesifikasi karang yang diharapkan dicatat adalah
berupa bentuk tumbuh karang (lifeform) dan dibolehkan bagi peneliti yang telah
memiliki keahlian untuk mencatat karang hingga tingkat genus atau spesies.
Dalam penelitian ini satu koloni dianggap satu individu. Jika satu koloni dari jenis
yang sama dipisahkan oleh satu atau beberapa bagian yang mati maka tiap bagian
yang hidup dianggap sebagai satu individu tersendiri. Jika dua koloni atau lebih
tumbuh di atas koloni yang lain, maka masing-masing koloni tetap dihitung sebagai
koloni yang terpisah. Panjang tumpang tindih koloni dicatat yang nantinya akan
karang lunak, karang mati lepas atau masif dan biota lain yang ditemukan di lokasi
juga dicatat.
Menurut Johan (2003), kelebihan dan kekurangan metode survei terumbu
Kategori Kode
meteran melewati algae persis di atas koloni tersebut. Cara pencatatan data koloni
karang pada metode Line Intercept Transeck (LIT) dapat dilihat pada Gambar 3
berikut :
pada metode Line Intercept Transect (LIT) menggunakan bantuan perangkat lunak
Terumbu Karang (PPTK) dibagi atas 2 (dua) trip. Trip pertama dilaksanakan pada
20
18
16
14
Persentase (%)
12
10
8
6
4
2
0
E
R
M
SM
E
A
F
T
D
SP
T
ZO
B
R
A
SC
S
A
TA
AA
M
H
M
C
C
AC
O
AC
AC
W
C
Lifeform
oleh Dead Coral Algae (DCA) sebesar 18,32 %. Hal ini kemungkinan diakibatkan
35
30
Persentase (%) 25
20
15
10
5
0
ACB CA CB CE CF CM CMR CS DCA OT R S SC SP
Li feform
Survei di Pulau Barrang Lompo hanya dilakukan pada 1 (satu) site, hal ini
didominasi oleh DCA dan Rubble (R) yang masing-masing 32,36 dan 17,26 %. Hal
ini dikarenakan daerah ini masih merupakan jalur keluar masuknya kapal.
Pulau Kapoposang
40
35
Persentase (%)
30
25
20
15
10
5
0
E
R
M
E
A
T
SP
T
ZO
B
SC
A
A
TA
S
AA
M
H
M
AC
O
AC
W
C
Lifeform
ditemukan predator karang Acanthaster plancii, dan kemudian karang yang mati
oleh badan kapal yang akan berlabuh. Dampak pemanasan global kemungkinan
juga tinggi. Selain itu kerusakan terumbu karang dapat diakibatkan kegiatan
Pulau Kondongbali
50
45
40
Persentase (%)
35
30
25
20
15
10
5
0
R
M
E
A
T
SP
B
SC
A
TA
S
AA
M
AC
O
AC
M
C
Lifeform
Pada Pulau Kondongbali juga didominasi oleh DCA yaitu 43,54 %, hal ini
kedua adalah Coral Branching (CB) yaitu 15,68 %, jenis yang teridentifikasi antara
lain Hydnopora sp, Montipora sp, Porites nigrescen, P. cylindrica, Archelia sp dan
Stylophora sp.
Pulau Sarappokeke
20
18
16
Persentase(%)
14
12
10
8
6
4
2
0
R
M
M
A
D
E
B
C
F
P
A
C
A
S
M
C
S
C
C
C
S
M
C
S
C
D
A
Lifeform
Penutupan tertinggi kedua adalah Sand (S) sebanyak 15,31 %. Tingginya tingkat
Pulau Reang-reang
30
25
Persentase (%)
20
15
10
0
CB CE CF CM CMR CSM DCA MA OT R S SC SP
Lifeform
sebanyak 28,49 %.
Pulau Salemo
35
30
25
Persentase (%)
20
15
10
0
ACD CB CF CM CSM DCA MA OT S SC SP
Lifeform
Gusung Torajae
20
18
16
Persentase (%)
14
12
10
8
6
4
2
0
ACB ACD ACT CB CE CF CM CMR CSM DCA MA OT R S SC SP
Lifeform
Other (OT) sebanyak 19,04 %, antara lain Tunicata, Hydroid, Diadema dan
Pulau Sapuli
20
18
16
Persentase (%)
14
12
10
8
6
4
2
0
ACD CB CE CF CM CMR CSM DCA MA OT S SC SP
Lifeform
terumbu karang di pulau ini masih bagus, penutupan tertinggi adalah Soft Coral
(SC) sebanyak 18,62 %. Hal ini kemungkinan diakibatkan letak pulau yang sudah
Pulau Saugi
30
25
Persentase (%)
20
15
10
0
ACB CB CE CF CM CMR CSM DCA MA OT R S SC SP
Lifeform
oleh CM yaitu 27,5 %. Sedangkan penutupan tertinggi kedua oleh Macro Algae
di pulau tersebut.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
pesisir, dengan fokus utama ekosistem terumbu karang yang mengkaji semua
bersama karang.
Saran
status terumbu karang di sekeliling kita. Dengan kegiatan ini kita dapat mengetahui
sejauh mana usaha kita efektif atau tidak dan sejauh mana keberhasilannya lewat
English, S., C. Wilson dan V. Baker, 1997. Survey Manual of Tropical Marine
Resource. ASEAN-Australia Marine Science Project: Living Coastal
Resources, halaman 34 – 51.
Johan, O., 2003. Metode Survey Terumbu Karang Indonesia. PSK-UI dan
Yayasan Terangi, Jakarta, halaman 1 – 8.
P. Barranglompo,
Senin/ • Pemasangan transek permanen dan Kapal Cinta Laut
6 Maret 2006 pendataan LIT
• Kembali ke Makassar
Menyetujui,
Pembimbing Lapangan Mahasiswa,