Anda di halaman 1dari 97

Tim Penyusun :

Ir. H.Marzuki Ukkas, DEA


Suharto, S.Kel, M.Si

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone i


PERATURAN BERSAMA GUBERNUR SULAWESI SELATAN
DAN GUBERNUR SULAWESI TENGGARA

NOMOR 26 TAHUN 2015


NOMOR 40 TAHUN 2015

TENTANG

PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP


DI KAWASAN TELUK BONE

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


GUBERNUR SULAWESI SELATAN DAN GUBERNUR SULAWESI TENGGARA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menindaklanjuti Perjanjian


Kerjasama Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor:
202/VII/PEMPROV/2012 dan Nomor: 20 Tahun 2012
Tanggal 18 Juli 2012 tentang Pengelolaan dan
Pengembangan Wilayah Terpadu Teluk Bone, maka perlu
ada pengaturan untuk melakukan pengendalian
bersama terkait dengan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup di kawasan Teluk Bone secara tepadu
dan terkoordinasi;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Bersama Gubernur Sulawesi Selatan dan Gubernur
Sulawesi Tenggara tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kawasan Teluk Bone.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang


Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1964 Tentang Pembentukan
Daerah Tingkat I Sulawesi Utara - Tengah dan Daerah
Tingkat I Sulawesi Selatan Tenggara Dengan Mengubah
Undang-Undang Nomor 47 Prp Tahun 1960 Tentang
Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Utara–Tengah
dan Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan-Tenggara
(Lembaran Negara Repubik Indonesia Tahun 1964
Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2687);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1990
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3419);

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone ii


3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1999 tentang Perairan
Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3647);
4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang 19 Tahun 2004 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2004 menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4401);
5. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5073);
6. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4739) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5490);
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5578); sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 24, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5657);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Dan/Atau Perusakan Laut
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3816);

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone iii


10. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 112,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4761);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang


Tata Cara Pelaksanaan Tugas Dan Wewenang serta
Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil
Pemerintah Wilayah Provinsi (Lembaran Negara Repubik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 25, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5107) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23
Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5209);
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009
tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerjasama Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 125);
13. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun
2011 tentang Pedoman Perumusan Materi Muatan
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Dalam
Peraturan Perundang-undangan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 838);
14. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 10
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan
Laut Provinsi Sulawesi Tenggara (Lembaran Daerah
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2005 Nomor 10);
15. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 6
Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
(Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
2007 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi
Sulawesi Selatan Nomor 232);
16. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 4
Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas
Provinsi Sulawesi Tenggara (Lembaran Daerah Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2008 Nomor 4) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi
Tenggara Nomor 11 Tahun 2012 (Lembaran Daerah
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012 Nomor 11);
17. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 9
Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja
Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah,
Lembaga Teknis Daerah Dan Lembaga Lain Provinsi
Sulawesi Selatan (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2008 Nomor 9) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
Nomor 12 Tahun 2009 (Lembaran Daerah Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2009 Nomor 12);
18. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 14
Tahun 2013 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
(Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun
2013 Nomor 14);

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone iv


MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BERSAMA GUBERNUR TENTANG


PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP DI KAWASAN TELUK BONE.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bersama ini, yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Tenggara.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, dan
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara.
3. Gubernur adalah Gubernur Sulawesi Selatan dan Gubernur Sulawesi
Tenggara.
4. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota yang berada dalam Kawasan Teluk
Bone.
5. Kawasan Teluk Bone adalah wilayah yang meliputi pesisir dan laut Provinsi
Sulawesi Selatan yang terdiri atas Kabupaten Kepulauan Selayar, Kabupaten
Bulukumba, Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bone, Kabupaten Wajo,
Kabupaten Luwu, Kota Palopo, Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Luwu
Timur serta Provinsi Sulawesi Tenggara yang terdiri atas Kabupaten Kolaka
Utara, Kabupaten Kolaka, Kabupaten Bombana, Kabupaten Buton,
Kabupaten Muna dan Kota Baubau.
6. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
7. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan
terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan
mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan,
pengawasan, dan penegakan hukum.
8. Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang
memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi
pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta
keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa
kini dan generasi masa depan.
9. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan
kesatuan utuh-menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk
keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.
10. Sumber daya alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber
daya hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan membentuk kesatuan
ekosistem.
11. Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk
hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur
pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu
sebagai unsur lingkungan hidup.
12. Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup adalah ukuran batas perubahan
sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang dapat ditolerir oleh
lingkungan hidup untuk dapat tetap melestarikan fungsinya.
13. Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung dan/atau tidak
langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang
melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
14. Konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam untuk
menjamin pemanfaatannya secara bijaksana serta kesinambungan

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone v


ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai
serta keanekaragamannya.
15. Kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan
masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup
secara lestari.

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Peraturan Bersama Gubernur ini dimaksudkan untuk:
a. sebagai instrumen pengelolaan Kawasan Teluk Bone secara bersama,
terpadu, optimal, dan berkelanjutan;
b. mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lingkungan hidup, secara
berkelanjutan dan mendorong peningkatan kesejahterakan masyarakat; dan
c. melakukan pengawasan, pengendalian dan pengamanan sumber daya
lingkungan hidup secara terpadu terhadap potensi pengrusakan dan
dampaknya, pemanfaatan yang tidak ramah lingkungan serta pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan ekosistem kawasan Teluk Bone.
(2) Tujuan Peraturan Bersama Gubernur ini yaitu :
a. mewujudkan keterpaduan, keselarasan, keserasian, dan keseimbangan
dalam pengelolaan lingkungan hidup secara efektif;
b. memberikan manfaat bersama bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat
sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan bersama yang berkelajutan;
dan
c. melestarikan serta mengoptimalkan fungsi lingkungan hidup di Kawasan
Teluk Bone.

BAB III
KEWENANGAN PENGELOLAAN

Pasal 3
Pemerintah Daerah dan Kabupaten/Kota berwenang mengatur perlindungan dan
pengelolaan sumber daya lingkungan hidup sesuai kedudukan dan kewenangan
masing-masing.

BAB IV
KEWAJIBAN PEMERINTAH DAERAH
Pasal 4
1. Kewajiban Pemerintah Daerah meliputi:
a. memberikan rasa aman kepada masyarakat dalam perlindungan dan
pengelolaan sumber daya lingkungan hidup;
b. mencegah terjadinya kesalahan dalam pemanfaatan sumber daya dan
kerusakan lingkungan hidup;
c. melakukan penegakan hukum sesuai kedudukan dan kewenangan masing-
masing;
d. menyediakan data dan informasi potensi sumber daya lingkungan hidup
berbasis teknologi informatika;
e. memberikan kepastian terhadap pemanfaatan sumber daya lingkungan hidup
secara lestari dan berkelanjutan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan-undangan;
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone vi
f. mendorong peluang kerjasama masyarakat, swasta, baik secara regional,
nasional dan internasional sesuai kebutuhan dan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
g. memberikan pelayanan perizinan terhadap pengelolaan sumber daya
lingkungan hidup secara berkelanjutan di Kawasan Teluk Bone sesuai
kedudukan dan kewenangan masing-masing.

BAB V
PELAKSANAAN
Pasal 5
Dalam rangka penyelenggaraan kewenangan dan kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4, Pemerintah Daerah melakukan kegiatan
yaitu masing-masing :
a. perencanaan, penelitian, pengkajian dan pengembangan pengelolaan sumber
daya lingkungan hidup secara berkelanjutan di Kawasan Teluk Bone;
b. pertukaran data dan informasi serta pemberdayaan pengelolaan sumber daya
lingkungan hidup secara berkelanjutan di Kawasan Teluk Bone;
c. pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia dan teknologi berbasis
teknologi informatika dalam pengelolaan sumber daya lingkungan hidup
secara berkelanjutan di Kawasan Teluk Bone;
d. sosialisasi rutin kepada masyarakat terhadap peraturan terkait perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup di Kawasan Teluk Bone dengan melibatkan
Kabupaten/Kota terkait;
e. secara berkala melakukan monitoring terpadu di Kawasan Teluk Bone oleh
masing-masing Provinsi minimal setiap 6 (enam) bulan;
f. melakukan pertemuan dan koordinasi, evaluasi secara berkala minimal 1
(satu) kali dalam setahun;
g. penetapan bersama kawasan konservasi laut Daerah di Kawasan Teluk Bone;
h. peningkatan pengawasan lingkungan hidup secara bersama;
i. pengembangan dan pengawasan aktifitas pemanfaatan sumber daya
lingkungan hidup di kawasan Teluk Bone dengan memperhatikan
pembangunan berkelanjutan;
j. pengaturan dan pengendalian alat dan bahan yang digunakan dalam
pemanfaatan sumber daya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
k. penetapan dan penilaian indikator, pendekatan berbasis ekosistem terhadap
jaringan konservasi.

BAB VI
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 6
(1) Pemerintah Daerah mengikutsertakan masyarakat, perguruan tinggi dan
pemangku kepentingan yang terkait dalam setiap kegiatan perencanaan dan
pengelolaan sumber daya lingkungan hidup sesuai kebutuhan.
(2) Setiap kegiatan pengelolaan sumber daya lingkungan hidup yang dilakukan
oleh masing-masing Pemerintah Daerah, seseorang dan/atau Badan Hukum,
wajib memperhatikan kearifan lokal dan kebiasaan yang berlaku pada
masyarakat setempat.

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone vii


BAB VII
PENEGAKAN HUKUM
Pasal 7
(1) Pemerintah Daerah dapat melakukan penegakan hukum sesuai kedudukan
dan kewenangan masing-masing.
(2) Dalam rangka pelaksanaan penegakan hukum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dikoordinasikan dengan Pemerintah Kabupaten/Kota setempat
dan/atau Instansi lain terkait.
(3) Setiap orang atau Badan Hukum yang mengetahui terjadinya pelanggaran
dan/atau perbuatan pidana dalam pengelolaan sumber daya lingkungan
hidup di Kawasan Teluk Bone yang berkenaan kewenangan Pemerintah
Daerah, wajib melaporkan kepada aparat yang berwenang atau Pemerintah
Daerah bersangkutan.
(4) Dalam rangka pelaksanaan penegakan hukum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), Pemerintah Daerah masing-masing
membentuk Tim Terpadu yang ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.
(5) Tim Terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri atas unsur :
a. Badan Lingkungan Hidup Daerah;
b. Penyidik Pegawai Negeri Sipil Lingkungan Hidup;
c. Polisi Perairan;
d. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut;
e. Kesatuan Pengawas Laut dan Pantai;
f. Kejaksaan;
g. Kelompok masyarakat pengawas; dan
h. Unsur lain terkait sesuai kebutuhan.

BAB VIII
PEMBIAYAAN
Pasal 8
(1) Biaya yang timbul sebagai akibat pelaksanaan Peraturan Bersama
Gubernur ini dibebankan pada :
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah masing-masing;
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah Kabupaten/Kota; dan/atau
c. Sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat

(2) Sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c, meliputi dukungan pembiayaan yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

BAB IX
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 9
Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis pelaksanaan dari Peraturan Bersama
Gubernur ini, diatur tersendiri oleh Gubernur sesuai kewenangan masing-masing
dan berdasarkan peraturan perundang–undangan.

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone viii


BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 10
Peraturan Bersama Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Bersama Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi
Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Tenggara.

Di tetapkan di Makassar
pada tanggal 20 Mei 2015

GUBERNUR GUBERNUR
SULAWESI TENGGARA, SULAWESI SELATAN,

Ttd ttd

NUR ALAM, SE, M.Si Dr.H. SYAHRUL YASIN LIMPO, SH, M.Si, MH

Diundangkan di Makassar
pada tanggal 20 Mei 2015

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI


SULAWESI SELATAN,

ttd

Ir. H. ABDUL LATIF, M.Si, M.M

Diundangkan di Kendari
pada tanggal 22 Mei 2015

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI


SULAWESI TENGGARA,

ttd

Dr. H. LUKMAN ABUNAWAS, SH, M.Si

BERITA DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2015 NOMOR 26


BERITA DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015 NOMOR 40

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone ix


Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Rahmat,

Karunia, serta Taufik dan Hidayah-Nya sehingga Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dapat

menyusun Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup (RAPLH) Kawasan Teluk Bone ini.

Dokumen RAP-Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone ini merupakan kesatuan dokumen

perencanaan terpadu yang secara kompherensif memuat rencana ataupun program-program

lingkungan terhadap kabupaten yang ada di kawasan pesisir dan laut kawasan Teluk Bone.

Kehadiran dokumen RAPLH kawasan Teluk Bone ini diharapkan menjadi solusi dalam pengelolaan

permasalahan lingkungan melalui perencanaan dari berbagai sektor keilmuan secara terpadu.

Adanya perencanaan program lingkungan yang ada selama ini bersifat sektoral dan belum

mampu menjadi solusi terhadap berbagai permasalahan lingkungan pesisir di kawasan Teluk Bone

seperti degradasi ekosistem terumbu karang, lamun dan mangrove, kemiskinan dan pemukiman

kumuh, permasalahan sampah, penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan, erosi, abrasi dan

sedimentasi, konversi lahan tambak, pencemaran laut, penegakan hukum, tingkat pengetahuan dan

persepsi masyarakat terhadap lingkungan. Sedangkan pada sisi yang lain, harapan pemerintah

terhadap pengelolaan kawasan pesisir berkelanjutan menjadi tumpuan dalam meningkatkan

efektivitas pembangunan dan kesejahteraan masyarakat pesisir Teluk Bone. Oleh karenanya

kehadiran dokumen RAPLH ini menjadi penting.

Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak dan stakeholder yang telah membantu

dalam menyelesaikan dokumen Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup (RAPLH) kawasan

Teluk Bone ini. Semoga dokumen ini dapat membantu Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam

mewujudkan pembangunan di Bidang Lingkungan Hidup secara terpadu dan berkelanjutan pada

kawasan pesisir Teluk Bone dan menjadi pondasi dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat

Sulawesi Selatan.

Makassar, November 2016

Penyusun

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone x


Daftar isi

Halaman

Kata Pengantar ..................................................................................................................................................... x

Daftar isi ............................................................................................................................................................... x

Daftar Gambar................................................................................................................................................... xiii

Daftar Tabel ....................................................................................................................................................... xiv

BAB I. Pendahuluan ......................................................................................................................................... 1

2.1. Latar Belakang....................................................................................................................................... 1

2.2. Maksud dan Tujuan .............................................................................................................................. 2

2.3. Arahan Perencanaan dan Pemanfaatan ............................................................................................... 3

2.4. Ruang Lingkup ....................................................................................................................................... 4

BAB II. Tinjauan Wilayah Perencanaan ............................................................................................................ 5

2.1. Wilayah Geografi .................................................................................................................................. 5

2.2. Sumberdaya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ........................................................................................... 6

2.2.1. Kabupaten Luwu Timur ................................................................................................................. 6

2.2.2. Kabupaten Luwu Utara ............................................................................................................... 11

2.2.3. Kota Palopo ................................................................................................................................. 13

2.2.4. Kabupaten Luwu ......................................................................................................................... 17

2.2.5. Kabupaten Wajo ......................................................................................................................... 24

2.2.6. Kabupaten Bone ......................................................................................................................... 27

2.2.7. Kabupaten Sinjai ......................................................................................................................... 32

2.2.8. Kabupaten Bulukumba ............................................................................................................... 38

2.2.9. Kabupaten Selayar ...................................................................................................................... 40

BAB III. Proses Penyusunan Rencana Aksi ....................................................................................................... 47

3.1. Pembentukan Tim Teknis.................................................................................................................... 47

3.2. Identifikasi Isu Strategi........................................................................................................................ 47

3.3. FGD Penyusunan Rencana Aksi........................................................................................................... 50

3.4. Konsultasi Publik ................................................................................................................................. 51

3.5. Penetapan Peraturan .......................................................................................................................... 51

BAB IV. Hubungan dengan Perencanaan Lain ................................................................................................. 52

4.1. Perencanaan Daerah yang Terkait ...................................................................................................... 52

4.2. Perencanaan RAPLH Teluk Bone ......................................................................................................... 52

BAB V. Program Kerja ..................................................................................................................................... 53

5.1. Ulasan Kegiatan Sebelumnya.............................................................................................................. 53

5.2. Pendekatan Rencana Aksi ................................................................................................................... 56

5.3. Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone ............................................................................................... 58

BAB VI. Pemantauan dan Evaluasi ................................................................................................................... 82

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone xi


6.1. Pemantauan ........................................................................................................................................ 82

6.2. Evaluasi ............................................................................................................................................... 82

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone xii


Daftar Gambar
Gambar Halaman

1. Hubungan Antar Dokumen Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkup Pesisir ........................... 4

2. Peta kabupaten yang ada di kawaasan Teluk Bone ....................................................................................... 5

3. Peta Administratif Kabupaten Luwu Timur .................................................................................................... 7

4. Sebaran Ekosistem di Kecamatan Malili dan Angkona .................................................................................. 8

5. Peta Administratif Kabupaten Luwu Utara .................................................................................................. 12

6. Peta Administratif Kabupaten Luwu ............................................................................................................ 19

7. Peta Administratif Kabupaten Wajo ............................................................................................................ 25

8. Peta Administratif Kabupaten Bone ............................................................................................................. 28

9. Peta Administratif Kabupaten Sinjai ............................................................................................................ 34

10. Peta Administratif Kabupaten Bulukumba ............................................................................................... 39

11. Peta Administratif Kabupaten Selayar ...................................................................................................... 40

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone xiii


Daftar Tabel
Tabel Halaman

1. Aliran sungai di wilayah pesisir Kabupaten Luwu Timur .............................................................................. 7

2. Sebaran Penduduk di Pesisir Kabupaten Luwu Timur ................................................................................ 10

3. Luas Wilayah Kabupaten Luwu Utara dirinci per kecamatan ..................................................................... 11

4. Luas Wilayah Kota Palopo dirinci per kecamatan ...................................................................................... 14

5. Jumlah Penduduk Kota Palopo Tahun 2002 – 2010 ................................................................................... 15

6. Kepadatan Penduduk Kota Palopo Tahun 2010 ......................................................................................... 16

7. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kota Palopo Tahun 2010 ................................................ 17

8. Luas Wilayah dan banyaknya kecamatan di Kabupaten Luwu Tahun 2012 ............................................... 18

9. Jumlah dan Jenis Alat Penangkapan Ikan Tahun 2012 ............................................................................... 20

10. Kelompok Usaha Masyarakat Perikanan tahun 2012................................................................................. 20

11. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Luwu Tahun 2007 – 2011 ............................................ 22

12. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Luwu dirinci per kecamatan Tahun 2008 – 2009 .............. 22

13. Jumlah Penduduk Kabupaten Wajo ........................................................................................................... 26

14. Pertambahan Jumlah Penduduk 2012 - 2013 ............................................................................................ 26

15. Tingkat kerja 2013 - 2014 ........................................................................................................................... 27

16. Indikator Klimatologi Kabupaten Bone 2014.............................................................................................. 29

17. Produksi Perikanan 2014 ............................................................................................................................ 29

18. Perubahan Jumlah Penduduk 2012 - 2014 ................................................................................................. 30

19. Tingkat Kerja 2012 - 2014 ........................................................................................................................... 31

20. Letak Geografis menurut kecamatan di Kabupaten Sinjai ......................................................................... 32

21. Jenis lamun di Kabupaten Sinjai ................................................................................................................. 35

22. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Sinjai tahun 2009............. 36

23. Komposisi Penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Sinjai tahun 2009. .......................................... 37

24. Kepadatan Penduduk dirinci menurut kecamatan di Kabupaten Sinjai, Tahun 2009 ............................... 37

25. Jumlah penduduk per kecamatan dan rata-rata kepadanya...................................................................... 40

26. Data geografis dan Iklim Kabupaten Selayar .............................................................................................. 41

27. Perubahan wilayah administrasi di tahun 2014 - 2015 .............................................................................. 42

28. Luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten Kepulauan selayar ............................................................. 42

29. Pertambahan Jumlah Penduduk 2014 - 2015 ............................................................................................ 43

30. Kelompok Tenaga Kerja 2013 - 2015 .......................................................................................................... 43

31. Produksi Perikanan 2014 - 2015 ................................................................................................................. 45

32. Ringkasan Program Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone ....................................................................... 58

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone xiv


BAB I. PENDAHULUAN

2.1. Latar Belakang

Pesisir merupakan wilayah peralihan antara laut dan daratan, ke arah darat mencakup

daerah yang masih terkena pengaruh air laut atau pasang surut, dan ke arah laut meliputi

daerah paparan benua (continental shelf).

Wilayah pesisir dapat diartikan sebagai

wilayah dimana daratan berbatasan dengan

lautan yaitu batas ke arah daratan meliputi

wilayah-wilayah yang tergenang air maupun

tidak tergenang air yang masih terpengaruh

oleh proses laut seperti pasang surut, angin

laut, dan intrusi garam. Sedangkan batas ke

arah lautan adalah daerah yang terpengaruhi

oleh proses-proses alami di daratan seperti sedimentasi dan kegiatan-kegiatan manusia di

daratan. Pada dasarnya kawasan pesisir merupakan batasan (interface) antara zona laut dan

darat yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi satu sama lain baik secara bio-geofisik

maupun sosial-ekonomi yang menyediakan barang dan jasa (goods and services) bagi

masyarakat pesisir dan pemanfaaatn lainya (beneficiaries).

Kawasan pesisir sebagai kawasan peralihan ekosistem darat dan laut yang saling

memengaruhi dimana kearah 12 mil dari garis pantai untuk provinsi dan sepertiga dari wilayah

laut untuk kabupaten kota dan ke arah darat batas administrasi kabupaten/kota dengan

karakteristik kearah darat dapat meliputi wilayah daratan baik kering mapun terendam air yang

masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut. Sementara ke arah laut perairan pesisir mencakup

wilayah terluar dari wilayah paparan benua yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alamiah

yang terjadi berasal dari darat.

Salah satu permasalahan yang butuh perhatian sangat besar hingga sekarang ialah

terkait masalah lingkungan. Banyaknya permasalahan lingkungan di wilayah pesisir seringkali

belum mendapat perhatian dan penanganan yang konkrit. Akibatnya lingkungan dari waktu ke

waktu terus mengalami degradasi. Pemanfaatan sumberdaya di wilayah pesisir, laut dan pulau

kecil yang tidak harmonis atau tidak terkelola dengan baik, pada akhirnya justru dapat

merugikan daerah dan masyarakat sendiri. Hal ini disebabkan karena karakterisitiknya yang

dinamis, berubah sesuai dengan peruntukannya dan memiliki ekosistem yang rentan

dengan kerusakan. Dampak pemanfaatan lahan pesisir yang dapat terjadi antara lain: abrasi

pantai, sedimentasi, pencemaran, banjir, permasalahan sampah dan pemukiman kumuh, serta
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 1
|
degradasi ekosistem pesisir khususnya mangrove, lamun, dan terumbu karang. Selain itu,

dijumpai ketidakharmonisan pemanfaatan ruang akibat pemanfaatan kawasan lindung untuk

budidaya yang dapat menimbulkan degradasi lingkungan dan konflik kepentingan antara

masyarakat, pemerintah daerah, dan stakeholders lain.

Berdasarkan Undang Undang No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan

ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan

perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia

serta makhluk hidup lain.

Sebagai upaya mendukung pemanfaatan wilayah pesisir, laut dan pulau kecil secara

berkelanjutan, maka pemerintah berusaha melakukan pengaturan melalui kebijakan perundang-

undangan, yang beranjak dari undang-undang No. 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah

pesisir dan pulau kecil dalam hal ini konsen pada pengelolaan lingkungan di kawasan teluk

bone.

Teluk bone yang merupakan bagian dari tak terpisahkan dari kawasan pesisir Sulawesi

Selatan menyimpan potensi besar dan permasalahan lingkungan yang kompleks. Pentingnya

suatu pedoman pengelolaan sumberdaya pesisir dan pulau kecil menjadikan penyusunan

rencana aksi teluk bone dalam lingkup penyelesaian masalah dan isu-isu lingkungan pesisir dan

pulau-pulau kecil menjadi begitu penting untuk dilaksanakan.

Rencana Aksi pengelolaan lingkungan hidup kawasan teluk bone pada prinsipnya akan

membuat suatu jaringan dan pedoman lingkungan pesisir dan laut yang memuat suatu upaya

konkrit dalam penyelesaian masalah lingkungan dan aturan-aturan yang terkait dengan upaya

perlindungan ekosistem pesisir dan laut yang ada di kawasan teluk bone dalam rangka

menciptakan suatu keseimbangan antara kebutuhan-kebutuhan pembangunan dan konservasi.

Sehingga pada akhirnya, diharapkan akan memberikan manfaat dan kontribusi dalam

menciptakan lingkungan yang baik dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir

kawasan teluk bone.

2.2. Maksud dan Tujuan

Rencana aksi ini dmaksudkan sebagai dokumen implementasi dari rencana strategi yang

terkoordinasi antar beberapa komponen dan daerah yang terkait dengan pemanfaatan wilayah

teluk bone dengan mengacu pada pendekatan partisipatif masyarakat dalam mewujudkan

tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Adapun tujuan rencana aksi ini ialah :

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 2


|
1. Membangun kerangka konsep kegiatan/program antar sektor terkait yang disusun sesuai

dengan prinsip pengelolaan dan pemanfaatan, prioritas program, lokasi, alokasi anggaran

serta indikator pencapaian kegiatan di kawasan Teluk Bone.

2. Untuk mewadahi rencana stategis pengelolaan pesisir sulsel dengan rencana kegiatan

pembangunan daerah masing-masing kabupaten yang ada di kawasan teluk bone, dalam

hal ini melalui penyusunan rencana kerja.

3. Mensinergikan rencana kegiatan masing-masing kabupaten dalam pengelolaan wilayah

pesisir teluk bone.

4. Sebagai acuan yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana Pembangunan

Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD)

5. Acuan dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir dan pulau- pulau kecil ;

6. Sebagai pedoman untuk menjembatani koordinasi dan integrasi program- program

pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil antar kabupaten yang ada di kawasan

Teluk Bone ;

7. Dasar pengendalian dan kontrak politik bagi masyarakat dan pihak-pihak lain yang

berkepentingan untuk memantau pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau

kecil.

2.3. Arahan Perencanaan dan Pemanfaatan

Rencana Aksi Pengelolaan merupakan tindak lanjut Rencana Pengelolaan wilayah

pesisir dan pulau-pulau kecil Sulawesi Selatan yang memuat tujuan, sasaran, anggaran, dan

jadwal untuk satu atau beberapa tahun kedepan secara terkoordinasi untuk melaksanakan

berbagai kegiatan yang dilakukan oleh instansi pemerintah, pemerintah daerah, dan

pemangku kepentingan lainnya.

Arahan perencanaan dan pemanfaatan pengelolaan kawasan teluk bone berdasarkan

pada isu yang telah termaktub dalam Rencana Strategis Sulawesi Selatan, Lokasi kegiatan

dalam Rencana Aksi pengelolaan lingkungan hidup berada pada kawasan yang termuat dalam

Rencana Zonasi, sedangkan tata kelola setiap kegiatan yang termuat dalam Rencana Aksi

pengelolaan lingkungan hidup yang menyangkut kebijakan, prosedur dan tanggung jawab

dalam rangka pengambilan keputusan mengacu pada Rencana Pengelolaan yang juga telah

ditetapkan.

Berikut bagan alur arahan perencanaan sesuai dengan pedoman penyusunan rencana

aksi pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil seperti terlihat pada Gambar 1.

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 3


|
Gambar 1. Hubungan Antar Dokumen Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkup Pesisir

2.4. Ruang Lingkup

Penyusunan dokumen Rencana Aksi pengelolaan lingkungan hidup Teluk Bone ini

didasarkan pada data-data yang tersedia dalam dokumen Renstra PWP-3-K, RZWP-3-K di

daerah kawasan Teluk Bone. RAP Lingkungan Hidup Teluk Bone melingkupi seluruh Kawasan

P-3-K yang telah ditetapkan dalam rencana zonasi dan bagian dari kawasan Teluk Bone, serta

daerah yang berbatasan dengan Teluk Bone yang melingkupi :

1. Kawasan Lindung mencakup kawasan lindung mangrove, ekosistem padang lamun dan

ekosistem terumbu karang.

2. Kawasan Pemanfaatan Umum mencakup sub Zona Budidaya, Perikanan Tangkap

dan Wisata

3. Kawasan yang rawan abarasi/erosi dan sedimentasi serta rawan pencemaran pada

kawasan pesisir

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 4


|
BAB II. TINJAUAN WILAYAH PERENCANAAN

2.1. Wilayah Geografi

Teluk Bone merupakan cekungan yang terletak diantara dua lengan Pulau Sulawesi

yaitu lengan tenggara dan lengan selatan. Secara administratif Teluk Bone terletak antara dua

provinsi yaitu Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara Adminsitratif

Provinsi Sulawesi Selatan, meliputi kabupaten/kota yang berbatasan langsung laut Teluk Bone

dengan daratan pesisir timur Kab. Luwu Timur, Kab. Luwu Utara, Kota Palopo, Kab. Luwu, Kab.

Wajo, Kab. Bone, Kab. Sinjai Kab. Bulukumba dan, Kab. Kepulauan Selayar. Sedangkan

administratif dalam wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara, meliputi kabupaten/kota yang

berbatasan langsung laut Teluk Bone dengan daratan pesisir barat Kab. Kolaka Utara, Kab/Kota

Kolaka, Kab. Bombana, Perairan Teluk Bone sebelah selatan merupakan Laut Flores.

Gambar 2. Peta kabupaten yang ada di kawaasan teluk bone

Gambaran pengelolaan sesuai dengan kewenangan pemerintah provinsi dalam hal

pengelolaan wilayah yakni penentuan batas 12 mil ke arah laut dan batas kearah darat

ditetapkan pada wilayah terjauh dari garis pantai ke arah darat dengan kecamatan yang

terdekat dengan garis pantai.

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 5


|
2.2. Sumberdaya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

2.2.1. Kabupaten Luwu Timur

2.4.1.1. Deskripsi Umum

a. Letak Geografis dan Administratif

Secara geografis kabupaten Luwu Timur berada di sebelah selatan garis khatulistiwa

dengan posisi 2° 29’24” - 2° 51’ 33” Lintang Selatan dan 120° 57’ 16”-121° 22’ 46” Bujur

Timu. Luas wilayah Kabupaten Luwu Timur dari luas Provinsi Sulawesi Selatan meliputi

6.944,88 Km2 atau 11,14%. Kabupaten Luwu Timur dengan ibukota Malili merupakan

kabupaten yang berada timur di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Batasan wilayah

administrasif Kabupaten Luwu Timur meliputi :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tenggara dan Teluk

Bone

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Luwu Timur

 Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah

Berdasarkan UU No. 7 Tahun 2003 pada tanggal 3 Mei 2003 Kabupaten Luwu Timur

diresmikan sebagai daerah otonom yang sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten

Luwu Utara. Peresmian Kabupaten Luwu Timur sampai tahun 2007 terdiri atas 11

kecamatan, 99 desa dan 3 Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT).dari 11 kecamatan tersebut

terbagi menjadi 99 desa dan 3 UPT (Unit Pemukiman Transmigrasi).

Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Towuti yaitu 1.820,48 km² atau

26,21% dan Kecamatan terkecil adalah Kecamatan Tomoni Timur yaitu 43,91 km² atau

0,63% dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang berada di pesisir

yakni Kecamatan Burau, Kecamatan Wotu, Kecamatan Angkona dan Kecamatan Malili.

Kabupaten Luwu Timur dialiri oleh beberapa sungai yang bermuara di pesisir.

Sungai-sungai yang mengalir di wilayah pesisir Kabupaten Luwu Timur disajikan pada

Tabel 3.1. Sumber air bersih yang dimanfaat masyarakat adalah air tanah dengan

memanfaatkan sumur gali dan sumur pompa. Kedalaman air tanah 1 - 15 meter. Khusus

di Kecamatan Malili telah tersedia sumber air dari PDAM.

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 6


|
Tabel 1 Aliran sungai di wilayah pesisir Kabupaten Luwu Timur
Kecamatan Nama Sungai
Burau Lepa-lepa, Senggeni, Tawao, Lumbewe

Wotu Powosoi, Senggeni, Bambalu

Angkona Angkona, Langkara

Malili Malili, Ussu, Cerekang. Pongkeru

Kawasan Sepanjang pesisir banyak ditumbuhi hutan mangrove. Pantai Kabupaten Luwu

Timur tergolong datar dan landai. Substrat didominasi oleh lumpur, lumpur berbatu dan pasir

dengan kemiringan pantai tidak terlalau besar yaitu antara 0 – 0,3 derajat.

Gambar 3. Peta Administrasi Kabupaten Luwu Timur

b. Ekosistem Pesisir

Sumberdaya pesisir Kabupaten Luwu Timur meliputi Ekosistem pesisir (Ekosistem

Mangrove, Padang Lamun, dan Terumbu Karang); Sumberdaya Ikan Karang (Kelimpahan);

Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya).

Ekosistem pesisir yang ditemukan di lokasi rencana antara lain berupa ekosistem

mangrove, ekosistem terumbu karang dan ekosisitem padang lamun. dari ketiga jenis

ekosistem tersebut, mangrove adalah salah satunya yang dapat ditemukan disepanjang

pesisir, meskipun kondisinya sudah banyak mengalami kerusakan. Sementara terumbu karang

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 7


|
hanya dijumpai di beberapa lokasi saja. hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi hidrologi lokasi,

dimana terdapat beberapa sungai besar dan kecil yang bermuara di pantai dan mempengaruhi

kondisi perairan. Demikian pula halnya dengan padang lamun, dimana tidak semua wilayah

pantai dapat ditemukan ekosistem ini.

Gambar berikut menunjukkan sebaran-sebaran jenis ekosistem yang ada di sepanjang

pesisir lokasi rencana. Ekosistem lamun terlihat hanya terdapat di beberapa spot di pantai

Angkona, sementara terumbu karang hanya ditemukan di lokasi sekitar perairan pulau Bolu

poloe

Gambar 4. Sebaran Ekosistem di Kecamatan Malili dan Angkona

1. Ekosistem Mangrove

Hasil analisis citra satelit menunjukkan bahwa luas hutan mangrove disepanjang

pesisir Kabupaten Luwu Timur adalah 8672,4 hektar. Secara umum kondisi hutan

mangrove di Kabupaten Luwu Timur masih cukup bagus dengan kerapatan dan

keanekaragaman jenis yang tergolong tinggi dan tutupan tajuk dan akar pohon yang

sangat padat. Ekosistem Mangrove tersebar di 4 kecamatan pesisir Kabupaten Luwu

Timur yakni kecamatan malili, kecamatan Angkona, kecamatan Burau dan kecamatan

Wotu.

2. Ekosistem Padang Lamun

Sebaran ekosistem padang lamun di Kabupaten Luwu Timur berada di sekitar pantai,

meskipun demikian ekosistem lamun berkembang agak jauh dari garis pantai karena bentuk

pantainya yang landai. Ekosistem padang lamun di pesisir Kab. Luwu Timur umumnya

berkembang di daerah sub tidal (daerah yang selalu tergenang pada saat surut terendah) di

depan muara sungai dengan substrat pasir atau pasir berlumpur. Ekosistem lamun ditemukan di

perairan pantai Kecamatan Malili dan Angkona dengan hamparan padang lamunnya relatif kecil

dan sebarannya tidak merata dengan kondisi perairan yang cukup keruh.

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 8


|
Dari 12 jenis lamun yang menyebar di seluruh perairan Indonesia, ditemukan 7 jenis

yang hidup di lokasi, yaitu Enhalus acoroides, Thallasia hemprichii, Halodule uninervis,

Halophylla minor, Halophylla ovalis, Cymodocea serrulata dan Syringodium. Jenis E. acoroides

dan T. hemprichii merupakan jenis lamun yang memiliki sebaran yang luas dengan penutupan

yang tinggi.

3. Ekosistem Terumbu Karang

Terumbu karang di lokasi umumnya adalah tipe terumbu karang tepi (fringing reef).

Terumbu karang di lokasi menyebar hanya di beberapa spot pesisir di Kecamatan Malili, yakni

di sekitar periaran Pulau Bulu Poloe.

Pada beberapa daerah pengamatan kerusakan terumbu karang disebabkan oleh dua

faktor, yaitu faktor alami dan non-alami. Faktor alami seperti sedimentasi, predasi hewan

pemangsa karang (Achantaster, culcita, dan beberapa jenis ikan karang) serta bleaching

oleh perubahan suhu yang drastis. Faktor non-alami lebih banyak disebabkan oleh

penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan.

c. Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Luwu Timur (kondisi Desember 2008) berdasarkan

estimasi Hasil sensus Penduduk 2000 mencapai jumlah 241.617 jiwa dengan jumlah rumah

tangga sebanyak 56.197 Rumah Tangga. Penyebaran penduduk di tiap kecamatan kurang

merata. Kecamatan yang paling banyak jumlah penduduknya adalah Kecamatan Malili

sebesar 31.323 Jiwa (BPS Luwu Timur , 2009).

Kepadatan penduduk tahun 2008 di Luwu Timur masih kecil, hanya 35 jiwa per Km2.

Kecamatan yang paling padat adalah Kecamatan Tomoni Timur dengan kepadatan 274 Jiwa

per km2. Secara umum jumlah penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan, terlihat

dengan rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk Luwu Timur sebesar 107,26 yang artinya

setiap 100 perempuan di Luwu Timur terdapat 107 laki-laki (BPS Luwu Timur , 2009).

Berdasarkan komposisi kelompok umur mengindikasikan bahwa penduduk laki-laki dan

perempuan terbanyak berada di kelompok umur 0-4 tahun. Dan distribusinya

menunjukkan bahwa 34,43 % penduduk Luwu Timur berusia muda (umur 0-14 tahun),

61,50 % berusia produktif (15-64 tahun) dan 4,07 % usia tua (65 tahun ke atas). Sehingga

diperoleh rasio ketergantungan penduduk Luwu Timur 62,61, yang artinya setiap 100 penduduk

usia produktif menanggung 62-63 penduduk usia non produktif (BPS Luwu Timur , 2009).

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 9


|
Sebaran penduduk diwilayah pesisir Kabupaten Luwu Timur ditunjukkan pada tabel di

bawah ini,

Tabel 2. Sebaran Penduduk di Pesisir Kabupaten Luwu Timur


No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Rumah Jumlah (jiwa)
tangga
(jiwa) (jiwa)
I Malili 17.298 16.092 6.782 33.386
2 Angkona 12.449 11.895 5.887 24.344
3 Burau 16.189 15.537 6.855 31.726
4 Wotu 14.840 14.313 6.505 29.153
Sumber : Database Pesisir dan Laut Kabupaten Luwu Timur 2012

Konsentrasi penduduk terpusat di Kecamatan Malili yang memiliki jumlah penduduk

terbesar yakni 33.386, diikuti Kecamatan Burau sebanyak 31.726 jiwa, sedangkan Angkona dan

Wotu masing-masing memiliki jumlah penduduk 24.344 dan 29.153 jiwa.

Jumlah penduduk Kabupaten Luwu Timur yang bekerja adalah sebesar 86.464

jiwa. Jenis pekerjaan utama adalah sebagai petani yang mencapai 60,85 % dari jumlah

pekerja. Lapangan kerja lain yang berperan adalah sektor perdagangan 10,78%. Selebihnya

berada pada berbagai bidang jasa dan wiraswasta.

d. Kondisi Sosial-Budaya

Secara sosial budaya masyarakat Luwu Timur termasuk dalam kategori Masyarakat

yang terbuka. Keberadaan PT. INCO Tbk telah menggerakkan arus tenaga kerja dari luar

memasuki Luwu Timur, yang selanjutnya mempengaruhi nilai-nilai budaya masyarakat asli.

Aktifitas ekonomi masyarakat utamanya pada sektor pertanian, yakni tanaman padi dan

tanaman perkebunan. Sedangkan di wilayah pesisir, kegiatan ekonomi ditandai pula oleh sektor

perikanan, berupa perikanan budidaya dan perikanan tangkap.

Masyarakat memiliki keragaman budaya, baik yang berasal dari masyarakat setempat

maupun dari masyarakat pendatang, utamanya transmigran. Beberapa asal budaya masyarakat

yang berkembang di Luwu Timur antara lain Bugis, Makassar, Toraja Bali dan Jawa. Dalam

kegiatan bermasyarakat kesemua etnis ini saling, berbaur, meskipun secara umum

dipengaruhi oleh budaya Bugis, Jawa dan Bali.

Keanekaragaman masyarakat Luwu Timur didasari oleh beberapa proses mobilitas

penduduk. Dibukanya PT INCO Tbk di Soroako, Kecamatan Nuha, memiliki pengaruh yang

sangat besar. Selain itu, sejak masuknya transmigran dari Pulau Jawa dan Bali pada tahun

1970-an semakin mewarnai dinamika kehidupan masyarakat Luwu Timur.

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 10


|
2.2.2. Kabupaten Luwu Utara

2.2.2.1. Deskripsi Umum

a. Letak Geografis dan Administratif

Kabupaten Luwu Utara merupakan salah satu wilayah kabupaten yang berada di dalam

wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dengan luas wilayah 14.447,56 Km2 dengan 11 (sebelas)

wilayah administrasi kecamatan yang meliputi Kecamatan Sabbang, Kecamatan Baebunta,

Kecamatan Limbong, Kecamatan Seko, Kecamatan Masamba, Kecamatan Rampi, Kecamatan

Malangke, Kecamatan Malangke Barat, Kecamatan Mappedeceng, Kecamatan Sukamaju dan

Kecamatan Bone Bone dengan jumlah 164 desa dan 4 kelurahan.

Kabupaten Luwu Utara secara geografis berada pada koordinat yaitu 2o30’45”–

2o37’30”LS dan 119o41’15”–121o43’11”. Adapun batasan administrasi Kota Palopo terdiri dari :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah;

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Luwu Timur;

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Luwu dan Teluk Bone ;

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Mamuju dan Tator.

Adapun luas Kabupaten Luwu Utara diperinci menurut wilayah kecamatan dapat dilihat

pada tabel 3.

Tabel 3 Luas Wilayah kabupaten luwu utara Dirinci Per Kecamatan


No Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Presentase (%)

1 Sabbang 525.08 7

2 Baebunta 295.25 3.94

3 Malangke 350 4.67

4 Malangke Barat 93.75 1.25

5 Sukamaju 255.48 3.41

6 Bone-Bone 277.33 3.7

7 Masamba 1068.85 14.25

8 Mappedeceng 275.5 3.67

9 Rampi 1565.65 20.87

10 Limbong 685.5 9.15

11 Seko 2109.19 28.11

Jumlah 7501.58 100

Sumber: BPS Luwu Utara Tahun 2015

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 11


|
Gambar 5. Peta Administrasi Kabupaten Luwu Utara

b. Kepadatan Penduduk

Jumlah Penduduk Kabupaten Luwu Utara pada tahun 2011 data hasil Sensus penduduk

2011 tercatat 290.365 yang terdiri dari laki-laki sebanyak 146.312 jiwa dan perempuan

sebanyak 144.053 jiwa. Dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun 1,26 %. Pertumbuhan

penduduk setiap tahun terus meningkat harus menjadi perhatian pemerintah dalam

perencanaan pembangunannya. Jumlah penduduk tersebut terbagi habis kedalam 68.904

rumah tangga, dimana rata-rata jumlah anggota rumah tangga sebanyak 4 jiwa. Kecamatan

Bone-bone merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar yaitu sebesar 46.364 jiwa.

Sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Rampi, sebesar 2.912 jiwa. Kepadatan penduduk

rata-rata di Luwu Utara sebesar 39 jiwa /Km².

c. Daerah Aliran Sungai

Pada umumnya kondisi hidrologi di Kabupaten Luwu Utara sangat berkaitan dengan tipe

iklim dan kondisi geologi yang ada. Kondisi hidrologi permukaan ditentukan oleh sungai-sungai

yang ada yang pada umumnya berdebit kecil, oleh karena sempitnya daerah aliran sungai

sebagai wilayah tadah hujan (cathmen area) dan sistem sungainya. Kondisi tersebut diatas

menyebabkan banyaknya aliran sungai yang terbentuk. Air tanah bebas (watertable

groundwater) dijumpai pada endapan aluvial dan endapan pantai. Kedalaman air tanah sangat

bervariasi yang tergantung pada keadaan dan jenis lapisan batuan.

Diwilayah wilayah Kabupaten Luwu Utara terdapat 8 (delapan) sungai besar yang

melintas diwilayah tersebut, dan sungai yang terpanjang adalah Sungai Rongkong dengan

panjang sekitar 108 Km dan melewati 3 kecamatan yaitu Kecamatan Sabbang, Baebunta, dan

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 12


|
Kecamatan Malangke. Sungai-sungai di wilayah Kabupaten Luwu Utara yang berfungsi sebagai

cathmen area.

d. Kondisi Sosial Budaya

Kabupaten Luwu Utara merupakan salah satu daerah dengan komposisi penduduk yang

multi etnis, agama dan budaya yang terdiri dari penduduk asli (Luwu), pendatang (Bugis,

Makassar dan Toraja). Dan para pendatang atas program pemerintah melalui transmigrasi

(Jawa, Bali, dan Lombok). Secara umum menyebar pada semua Kecamatan sedang para

pendatang menyebar pada dataran rendah yang subur dan daerah pesisir. Sementara

pendatang dari etnis Jawa, Bali dan Lombok terkonsetrasi pada 3 Kecamatan masing – masing

Kecamatan Bone – Bone, Sukamaju dan Mappedeceng dengan mata pencaharian mayoritas

bergerak pada sektor pertanian. Kemajemukan penduduk ini membawa konsekwensi dengan

terjadinya pembauran (Assimilasi) budaya dan social antar etnis, termasuk perkawinan,

pengalaman usaha perdangangan dan pertanian.

2.2.3. Kota Palopo

2.2.3.1. Deskripsi Umum

a. Letak Geografis dan Administratif

Kota Palopo merupakan salah satu wilayah kota administrasi yang berada di dalam

wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dengan luas wilayah 258,17 Km2 dengan 9 (sembilan)

wilayah administrasi kecamatan yang meliputi Kecamatan Wara, Kecamatan Wara Utara,

Kecamatan Wara Selatan, Kecamatan Wara Timur, Kecamatan Wara Barat, Kecamatan

Sendana, Kecamatan Mungkajang, Kecamatan Bara dan Kecamatan Telluwanua dengan

jumlah 48 kelurahan.

Posisi Kota Palopo secara geografis berada pada koordinat 20 53’ 15’’ – 30 04’ 08’’

Lintang Selatan dan 1200 03’ 10’’ – 1200 14’ 34’’ Bujur Timur. Adapun batasan administrasi Kota

Palopo terdiri dari :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Luwu;

- Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone;

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Luwu; dan

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Toraja Utara.

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 13


|
Adapun luas Kota Palopo diperinci menurut wilayah kecamatan dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4. Luas Wilayah Kota Palopo Dirinci Per Kecamatan


No Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Presentase (%)

1. Wara Selatan 15,11 5,85

2. Sendana 35,05 13,58

3. Wara 3,97 1,54

4. Wara Timur 5,34 2,07

5. Mungkajang 37,50 14,52

6. Wara Utara 5,69 2,20

7. Bara 22,00 8,52

8. Telluwanua 35,75 13,85

9. Wara Barat 97,72 37,85

Jumlah 258,17 100,00

Sumber : RTRW Kota Palopo Tahun 2012

b. Kondisi Sosial Budaya

Masyarakat perkotaan umumnya bersifat heterogen atau mengalami pembauran antar

berbagai etnis dan budaya yang beragam, sehingga kultur masyarakat yang bersifat tradisional

mulai tertinggal oleh moderenisasi atau budaya-budaya moderen. Hal tersebut terjadi sebagai

akibat dari akumulasi pembentukan kota atau sifat kekotaan yang terjadi secara alamiah dan

sulit untuk dihindari, oleh karena berbagai kepentingan dan konflik masyarakat didalamnya.

Kondisi ini dapat terlihat dari aktivitas keseharian penduduk kota, pudarnya kebiasaan budaya

dan adat istiadat tradisonal, sifat kekeluargaan terganti oleh individualisme yang tinggi,

penggunaan teknologi dan lain sebagainya.

Pada dasarnya masyarakat Kota Palopo terdiri dari berbagai etnis yang ada di Provinsi

Sulawesi Selatan, yang membawa adat dan budaya masing-masing, sehingga kultur dan

kebiasaan masyarakat Kota Palopo mengalami pembauran. Akan tetapi Kota Palopo masih

dapat dikategorikan sebagai kota kecil sehingga pembauran dan dampak urbanisasi dan

perubahan kultur masih dalam taraf pusat kota saja. Kultur budaya masyarakat yang masih

homogen terlihat pada daerah pinggiran Kota Palopo, hal tersebut dicirikan dari berbagai ragam

sifat tradisional masyarakat seperti bentuk bangunan perumahan, sifat kegotong royongan dan

kekeluargaan yang masih kuat, pengelolaan lahan dan industri masih secara tradisional (industri

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 14


|
rumah tangga), etika dan ritual budaya masih mewarnai kehidupan masyarakat pada pinggiran

kota.

c. Potensi Penduduk

Pertumbuhan penduduk merupakan perbandingan jumlah penduduk yang

memperlihatkan selisih jumlah setiap tahunnya. Pada dasarnya pertumbuhan penduduk

dipengaruhi oleh pertambahan secara alami yaitu faktor angka kelahiran yang lebih tinggi dari

angka kematian, selain itu juga dipengaruhi oleh perpindahan penduduk (migrasi masuk dan

keluar). Data perkembangan jumlah penduduk yang tersaji dalam sistem pendataan merupakan

akumulasi dari faktor-faktor tersebut.

Data pertumbuhan penduduk Kota Palopo dari Tahun 2002-2010 menunjukkan angka

peningkatan. Hal ini terlihat dari jumlah penduduk Kota Palopo tahun 2002 berjumlah 114.829

jiwa, sedangkan jumlah penduduk pada tahun 2010 mencapai 147.677 jiwa. Hal ini

menunjukkan adanya pertambahan jumlah penduduk sekitar 22.997 jiwa dengan rata-rata

tingkat pertumbuhan sekitar 3,12 % pertahun selama kurun waktu 9 tahun terakhir. Untuk lebih

jelasnya mengenai tingkat perkembangan jumlah penduduk Kota Palopo Tahun 2002-2010

dapat dilihat pada table berikut ini.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Kota Palopo Tahun 2002 – 2010


No Tahun Jumlah Penduduk Perkembangan
(Jiwa) (Jiwa)

1. 2002 114.829 1.780

2. 2003 120.812 5.983

3. 2004 125.734 3.922

4. 2005 127.804 2.070

5. 2006 133.990 6.186

6. 2007 137.595 3.605

7 2008 141.996 4.401

8. 2009 146.482 4.486

9. 2010 147.677 1.195

Sumber : Palopo Dalam Angka Tahun 2011

Sumber data yang diperoleh dibawah ini menunjukkan penduduk Kota Palopo pada

tahun 2010 terdistribusi pada 9 kecamatan. Masing-masing kecamatan memiliki tingkat

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 15


|
distribusi penduduk yang berbeda, sebagian besar penduduk terkonsentrasi di Kecamatan Wara

Timur dengan jumlah penduduk 30.997 jiwa dan Kecamatan Wara dengan jumlah penduduk

30.983 jiwa. Secara rinci distribusi dan kepadatan penduduk di Kota Palopo diuraikan pada

table dan pada gambar Peta Kepadatan Penduduk Kota Palopo berikut ini :

Tabel 6. Kepadatan Penduduk Kota Palopo Tahun 2010


No Kecamatan Jml. Prosentase Luas Wil. Kepadatan
Penduduk (%) (Km2) (Jiwa/Km2)
(Jiwa)

1. Wara Selatan 10. 124 6,86 15,11 950

2. Sendana 5.732 3,88 35,05 155

3. Wara 30.983 20,98 3,97 2.697

4. Wara Timur 30.997 20,98 5,34 2.566

5. Mungkajang 6.981 4,72 37,50 130

6. Wara Utara 19.006 12,86 5,69 1.796

7. Bara 22.750 15,41 22,00 974

8. Tellu Wanua 11.701 75,63 35,75 341

9. Wara Barat 9.403 6,37 97,72 174

Jumlah 147.677 100,00 258,17 572


Sumber : BPS, Palopo Dalam Angka Tahun 2011

Tabel diatas menunjukkan tingkat kepadatan penduduk masing-masing kecamatan tidak

merata. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Wara, dengan jumlah

2.697 jiwa/Km2 , Kecamatan Wara Timur dengan kepadatan 2.566 jiwa/Km2, disusul Kecamatan

Wara Utara dengan jumlah 1.796 jiwa/Km2, sedangkan kepadatan terendah terdapat di

Kecamatan Mungkajang dengan tingkat kepadatan 130 jiwa/Km2 dan Kecamatan Sendana

angka kepadatan sebesar 155 jiwa/Km2 .

Berdasarkan data pada Tahun 2010 jumlah penduduk Kota Palopo menurut kelompok

umur diketahui bahwa kelompok umur terbanyak berada pada usia rata-rata penduduk adalah

15-19 tahun dengan jumlah terbanyak yakni 17.089 jiwa, sedangkan kelompok umur yang

termasuk dalam kategori usia sekolah yakni 5-24 tahun dengan jumlah 63.952 jiwa dan

tergolong usia produktif dengan usia 15-54 tahun dengan jumlah 89.420 jiwa, sedangkan yang

tergolong ke dalam usia tidak produktif lagi (55 tahun keatas) dengan jumlah 12.353 jiwa. Untuk

lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel

8 berikut ini.

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 16


|
Tabel 7.Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kota Palopo Tahun 2010
No. Kelompok Laki-Laki Perempuan Jumlah Sek Persentase
Umur (Usia) (Jiwa) (Jiwa)
(Jiwa) Rasio (%)

1. 0-4 7897 7237 15.134 109,12 10,25

2. 5-9 7907 7503 15.410 105,38 10,43

3. 10 - 14 7817 7543 15.360 103,63 10,40

4. 15 - 19 7993 9096 17.089 87,87 11,57

5. 20 - 24 7248 8845 16.093 81,94 10,90

6. 25 - 29 6576 6839 13.415 96,15 9,08

7. 30 - 34 5717 5861 11.578 97,54 7,84

8. 35 - 39 5129 5099 10.228 100,59 6,93

9 40 - 44 4458 4500 8.958 99,07 6,07

10. 45 - 49 3335 3383 6.718 98,58 4,55

11. 50 - 54 2646 2695 5.341 98,18 3,62

12. 55 - 59 1906 1981 3.887 96,21 2,63

13. 60 - 64 1392 1596 2.988 87,22 2,02

14. 65+ 2256 3222 5.478 70,02 3,71

Jumlah 72277 75400 147.677 95,86 100,00


Sumber : BPS, Kota Palopo Dalam Angka Tahun 2011

2.2.4. Kabupaten Luwu

2.2.4.1. Deskripsi Umum

a. Letak Geografis dan Administratif

Ditinjau dari segi geografis, Kabupaten Luwu terletak di bagian utara Provinsi Sulawesi

Selatan, dimana posisi Kabupaten Luwu terletak 2º.34’.45” – 3º.30’.30” LS dan 120º.21’.15” –

121º.43’.11” BT. Secara administratif, Kabupaten Luwu memiliki batas sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Luwu Utara dan Kota Palopo

Sebelah Timur : Teluk Bone

Sebelah Selatan : Kota Polopo dan Kabupaten Wajo

Sebelah Barat : Kabupaten Tanah Toraja, Kabupaten Toraja Utara,


Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Sidrap.

Luas wilayah Kabupaten Luwu sebesar 15,25 persen dari total luas daratan Provinsi

Sulawesi Selatan yaitu sebesar 3.000,25 km2. Menurut ketinggian daerah, sebagian besar

wilayah Kabupaten Luwu berada pada ketinggian di atas 100 m. Luas wilayah yang berada

diatas 100 m tercatat sekitar 63,99 persen, sisanya sekitar 36,01 persen wilayahnya berada

pada ketinggian 0 – 100 m. Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 17


|
iklim dan perputaran/ pertemuan arus udara. Oleh karena itu, jumlah curah hujan beragam

menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Luwu selama

tahun 2014 berkisar 195,03 mm per bulan dan rata-rata hari hujannya 13,66 hari per bulan.

Kabupaten Luwu terbagi atas 22 wilayah kecamatan dan 227 Desa/Kelurahan

dimana Ibukota Kabupaten adalah Kota Belopa (terdiri dari Kecamatan Belopa dan Kecamatan

Belopa Utara). Kecamatan Latimojong merupakan kecamatan yang terluas jika dibandingkan

dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Luwu dengan luas 467,75 Km2 atau 15,59%.

Sedangkan wilayah kecamatan dengan luas yang paling kecil adalah Kecamatan Lamasi

dengan luas 42,2 Km2 atau 1,41 %. Perbandingan luas wilayah dan banyaknya kecamatan di

Kabupaten Luwu, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 8. Luas Wilayah dan Banyaknya Kecamatan Di Kabupaten Luwu Tahun 2012

Banyaknya Desa/Kelurahan
Luas
No Kecamatan (km2) %
Defenitif Persiapan Jumlah
1 Larompong 225,25 7.51 13 - 13

2 Larompomg Selatan 131 4.37 10 - 10

3 Suli 81,75 2.72 13 - 13

4 Suli Barat 153,5 5.12 8 - 8


5 Belopa 59,26 1.98 9 - 9

6 Kamanre 52,44 1.75 8 - 8


7 Belopa Utara 34,73 1.16 8 - 8

8 Bajo 68,52 2.28 12 - 12

9 Bajo Barat 66,3 2.21 9 - 9


10 Bassesangtempe 301 10.03 24 - 24

11 Bassesangtempe Utara
** ** ** - **

12 Latimojong 467,75 15.59 12 - 12

13 Bupon 182,67 6.09 10 - 10

14 Ponrang 107,09 3.57 10 - 10

15 Ponrang Selatan 99,98 3.33 13 - 13

16 Bua 204,01 6.80 15 - 15

17 Walenrang 94,6 3.15 9 - 9

18 Walenrang Timur 63,65 2.12 8 - 8

19 Lamasi 42,2 1.41 10 - 10

20 Walenrang Utara 259,77 8.66 11 - 11

21 Walenrang Barat 247,13 8.24 6 - 6

22 Lamasi Timur 57,65 1.92 9 - 9

Jumlah 3000,25 100 227 - 227


Sumber : Kabupaten Luwu Dalam Angka Tahun 2010

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 18


|
Peta Administrasi kabupaten Luwu disajikan pada gambar di bawah ini.

Gambar 6. Peta Administrasi Kabupaten Luwu

b. Ekosistem pesisir

Sebagai wilayah yang memiliki garis pantai yang cukup panjang, Kabupaten Luwu

merupakan bagian yang sangat strategis bagi pengelolaan kawasan Teluk Bone. Di sepanjang

garis pantai terdapat hutan mangrove yang terbentang luas, padang lamun dan beberapa

pulau-pulau kecil yang dikelilingi terumbuh karang. Konversi lahan mangrove menjadi

pertambakan intensif mendorong degradasi lingkungan pesisir yang cukup cepat. Selain itu

pertambahan penduduk dan pemukiman disekitar wilayah pesisir juga menjadi potret yang

dapat dilihat saat ini di kawasan pesisir Kabupaten Luwu.

Sumberdaya perikanan kabupaten Luwu terdiri atas perikanan laut dan perrikanan

darat. Total potensi lahan untuk kegiatan budidaya perikanan seluas 28.315 ha, terdiri atas

lahan tambak seluas 10.525 ha, lahan mina padi 2.711 ha, lahan kolam 79 ha, dan perairan

pantai 15.000 ha. Tingkat pemanfaatan lahan mencapai 12.743 ha, atau sekitar 45 persen dari

total potensi budidaya perikanan yang tersedia. Sumberdaya kelautan yang dimiliki Kabupaten

Luwu sangat potensial, meliputi wilayah laut seluas 800.000 ha dengan panjang garis pantai

116,16 km. berdasarkan data yang ada luas tutupan terumbu karang diperkirakan sekitar

17.310 ha, dengan estimasi persentase tutupan karang 10 persen dalam kondisi baik, 25

persen dalam kondisi sedang dan 65 persen dalam kondisi rusak. Wilayah perairan di

Kabupaten Luwu selain dimanfaatkan untuk perikanan tangkap, juga dimanfaatkan untuk usaha

budidaya rumput laut dan bagan ikan.

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 19


|
Berikut data jumlah dan jenis alat tangkap yang umumnya digunakan nelayan kabupaten

luwu.

Tabel 9. Jumlah dan Jenis Alat Penangkapan Ikan Tahun 2012

JENIS ALAT
TANGGAK

JARING INSANG

PANCING ULUR
BAGAN APUNG

PUKAT CINCIN

RAWAI DASAR
RAWAI TETAP

RAJUNGAN
HANDLINE
PANCING

PAYANG
HUHATE

JUMLAH
SERO
PUKAT

BUBU
NO. KECAMATAN
PESISIR

1 LAROMPONG
32 58 150 7 7 65 41 2 1 20 383
SELATAN
2 LAROMPONG 44 40 51 93 40 268
3 SULI 2 180 46 146 144 73 591
4 BELOPA 5 37 213 1 25 26 3 310
5 BELOPA UTARA 26 75 1 12 114
6 KAMANRE 40 1 41
7 PONRANG SELATAN 73 165 19 257
8 PONRANG 20 16 145 25 206
9 BUA 104 210 3 43 143 5 19 20 547
10 WALENRANG
11 5 16
TIMUR
11 LAMASI TIMUR 15 3 18
JUMLAH 103 220 411 1263 11 77 209 387 7 3 20 40 2.751

Berikut ini adalah tabel kelompok usaha masyarakat perikanan yang ada di kabupaten
luwu.

Tabel 10. Kelompok Usaha Masyarakat Perikanan tahun 2012

JUMLAH JUMLAH
NO. JENIS USAHA KELOMPOK ANGGOTA

1 Pembudidaya 453 6,647

2 Penangkapan 53 577

3 Pengolahan 43 470

4 Pemasaran 13 130

Jumlah 562 7,824

Tingkat pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan belum optimal, namun

demikian cara yang dilakukan oleh masyarakat pesisir dalam pemamfaatan sumberdaya

tersebut terkadang menggunakan cara-cara yang dapat merusak kelestarian sumberdaya yang

ada. Akitifitas tersebut antara lain penggunaan bahan peledak atau bahan pembius (sianida)

dalam penangkapan ikan, pengambila/penambangan batu karang dan perusak areal hutan

mangrove. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat kerusakan ekosistem pesisir dan laut yang

ada. olehnya itu Dinas Kelautan dan Perikanan mengambil langkah-langkah strategis dalam

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 20


|
rangka pengamanan sumberdaya laut dan pesisir agar dapat dimanfaatkan secara bijaksana

dan berkelanjutan.

Upaya Pelaksanaan Pengamanan Sumberdaya Kelautan dan perikanan dimaksudkan

untuk memberi jaminan terhadap perlindungan dan pengendalian sumberdaya kelautan dan

perikanan dilakukan baik oleh badan usaha maupun oleh masyarakat umum agar terlaksana

secara aman dan bertanggung jawab. Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah agar tercipta

keselarasan antara pengelola dan pemanfaatan sumberdaya secara optimal dengan upaya

pelestarian untuk menjamin ketersediaan sumberdaya alam perikanan dan kelautan yang dapat

dikelola dan dimanfaatkan secara berkesinambungan dan terus menerus guna mendukung laju

gerak pembangunan secara menyeluruh.

Sasaran penyelenggaraan pengamanan sumberdaya ikan ditujukan kepada masyarakat

maupun pengelola usaha dibidang perikanan dan jasa-jasa kelautan lainnya yang bergerak

dan atau berhubungan, baik langsung maupun tidak langsung terhadap pengelolah dan

pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan. Ruang lingkup pengawasan tersebut dari

dua objek pengawasan yaitu :

a. Sumberdaya Ikan :

1. Kegiatan Penangkapan Ikan

2. Kegiatan Pembudidayaan ikan

b. Ekosistem Laut :

1. Mangrove, Estuari

2. terumbu Karang, Lamun

c. Pencemaran Laut

d. Kepadatan penduduk

Perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten Luwu selama lima tahun terakhir

mengalami peningkatan, dimana berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS)

Kabupaten Luwu diketahui bahwa rata-rata pertambahan penduduk dalam lima tahun terakhir

yaitu dari tahun 2007- 2011 sebanyak 3.918 jiwa per-tahun. Laju pertumbuhan penduduk

dari tahun 2007 – 2011 mengalami peningkatan sebesar 1,04 persen, dengan jumlah penduduk

pada tahun sebelumnya sebesar 335.828 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel.

Secara umum, jumlah penduduk terbesar pada tahun 2011 terdapat di Kecamatan Bua

sebanyak 31,266 Jiwa sedangkan penduduk jumlah penduduk terendah terdapat di Kecamatan

Latimojong sebesar 5,512 Jiwa, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 12.

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 21


|
Tabel 11. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Luwu Tahun 2007 – 2011
Jumlah penduduk Pertambahan
No Tahun (jiwa) (jiwa) %
1 2007 320205 - -
2 2008 324229 4024 1.013
3 2009 328180 3951 1.012
4 2010 332428 4248 1.013
5 2011 335828 3400 1.010
Sumber: Kabupaten Luwu dalam angka 2012

Tabel 12. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Luwu Dirinci Per Kecamatan Tahun
2008 – 2009
Tahun
No Kecamatan 2008 2009 2010 2011
1 Larompong 18,381 18,454 18,834 19,024
2 Larompong Selatan 16,267 15,623 15,800 15,959
3 Suli 19,115 18,420 18,479 18,665
4 Suli Barat 8,403 1,457 8,491 8,577
5 Belopa 10,850 14,707 14,812 14,961
6 Kamanre 13,356 11,123 11,238 11,351
7 Belopa Utara 11,634 14,410 14,545 14,691
8 Bajo 11,554 13,849 14,238 14,381
9 Bajo Barat 7,651 8,976 9,324 9,418
10 Bassesangtempe 15,265 13,908 14,115 14,257
11 Bassesangtempe Utara ** ** ** **
12 Latimojong 667 5,358 5,457 5,512
13 Bupon 16,113 14,377 14,451 14,596
14 Ponrang 22,683 25,866 26,114 26,377
15 Ponrang Selatan 20,774 23,664 23,744 23,983
16 Bua 27,533 30,288 30,955 31,266
17 Walenrang 19,220 17,283 17,433 17,608
18 Walenrang Timur 17,783 15,183 15,281 15,435
19 Lamasi 19,659 19,955 20,364 20,569
20 Walenrang Utara 18,528 17,331 17,744 17,923
21 Walenrang Barat 10,130 8,834 8,897 8,987
22 Lamasi Timur 12,653 12,114 12,166 12,288
Jumlah 318,219 321,180 332,482 335,828
Sumber : Kabupaten Luwu Dalam Angka Tahun 2012

e. Kondisi sosial-budaya

Perkembangan bidang pendidikan telah mewujudkan sejumlah pencapaian. Pada

tingkat SD, Angka Partisipasi Murni (APM) pada tahun 2007 mencapai 92,77% (diatas rata-

rata Provinsi yang sebesar 88,89%); Angka Partisipasi Kasar (APK) sebesar 97,13 (diatas rata-

rata Provinsi yang sebesar 95,25%); Angka Putus Sekolah sebanyak 1,79% (dibawah rata-

rata Provinsi yang sebesar 2,84%); rasio murid-guru sebesar 21 (lebih besar dari rata-rata
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 22
|
Provinsi yang sebesar 17%);dan rasio-sekolah 190 (lebih besar dari rata-rata Provinsi yang

sebesar 161). Pada tingkat SLTP/Sederajat, APM sebesar 64,32% (diatas rata-rata Provinsi

yang sebesar 59,63%); APK mencapai 75,55% (diatas rata- rata Provinsi yang sebesar

71,23%); Angka Putus Sekolah sebanyak 1,22% (lebih rendah dari rata-rata Provinsi yang

sebanyak 2,99%); rasio murid-guru sebesar 13 (lebih tinggi dari rata-rata Provinsi yang sebesar

12); dan rasio murid-sekolah senilai 224 (lebih rendah dari rata-rata Provinsi yang senilai 248).

Pada tingkat SLTA/sederajat, APM sebesar 45,03% (lebih tinggi dari rata-rata Provinsi tang

sebesar 22,39%); APK sebesar 56,23% (di atas rata-rata Provinsi yang sebesar 30,48%);

Angka Putus Sekolah sebanyak 5,49% (dibawah rata- rata Provinsi yang sebesar 7,09%); dan

rasio murid-sekolah Sebesar 283 (lebih kecil rata-rata Provinsi yang sebesar 292). Sebagai

salah satu komponen dari IPM, indeks pendidikan Kabupaten Luwu berada pada tingkat cukup

tinggi dan mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir. Indeks pendidikan

Kabupaten Luwu tahun 2007 sebesar 78,09 (lebih tinggi rata-rata Provinsi yang sebesar 73,56

dan rata-rata nasional yang sebesar 77,84). Indeks ini pada tahun 2006 sama yakni

78,11, yang justru meningkat dari nilai 77,40 pada tahun 2004. Angka buta huruf

Kabupaten Luwu pada tahun 2007 sebesar

10,17% (rata-rata Provinsi sebesar 13,76%), naik dari 8,90% pada tahun 2004 (rata-rata

Provinsi sebesar 13,76%). Rata-rata lama bersekolah pada tahun 2007 sebesar 7,7 tahun

(ebih besar dari rata-rata Provinsi yang sebsar 7,23 tahun), naik dari 7,5 tahun pada tahun 2004

(rata-rata Provinsi sebesar 7,23 tahun) Pembangunan bidang Kesehatan telah

menghasilkan pencapaian berupa ketersediaan fasilitas kesehatan sebesar 4,2/10.000

penduduk pada tahun 2007 (lebih tinggi dari rata-rata Provinsi yang besarnya 2,6).

Angka ini meningkat dari tahun 2006 sebesar 3,4 (lebih tinggi dari rata-rata Provinsi yang

besarnya 2,4), pada tahun 2005 sebesar 0,4 (lebih rendah dari rata-rata Provinsi yang

besarnya 2,2), pada tahun 2004 sebesar 3,4 (lebih tinggi dari rata-rata Provinsi yang

besarnya 2,3) dan pada tahun 2003 sebesar 2,5 (lebih tinggi dari rata-rata Provinsi yang

besarnya 2,4). Tenaga kesehatan pada tahun 2007 Tersedia 17,6/10.000 penduduk (rata-rata

Provinsi 17,5/10.000 penduduk), pada tahun 2006 sebanyak 12,3 (rata-rata Provinsi 15,7),

tahun 2005 tersedia 12,8 (rata-rata Provinsi 15,0) tahun 2004 sebanyak 12,7 (rata-rata

Provinsi 10,8) dan tahun 2003 sebesar 9,6 (rata- rata Provinsi 8,6). Rasio dokter dengan fasilitas

kesehatan yakni Rumah Sakit/Puskesmas di Kabupaten Luwu berfluktuasi dalam lima tahuun

terakhir. Pada tahun 2007, rasio dokter dengan fasilitas kesehatan sebesar 0,4 (rata-rata

Provinsi 1,5) pada 2006 sebesar 0,2 (rata-rata Provinsi1,6), pada tahun 2005 sebesar 1,0 (rata-

rata Provinsi2,0), pada tahun 2004 sebesar 0,5 (rata-rata Provinsi 1,1) dan tahun 2003 sebesar

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 23


|
0,2 (rata-rata Provinsi 0,9). Indeks Kesehatan Kabupaten Luwu pada tahun 2007 mencapai

78,17 (lebih tinggi dari rata-rata Provinsi sebesar 74,00 dan rata-rata Nasional yang sebesar

73,03). Angka ini meningkat terus dalam empat tahun terakhir, pada 2006 nilainya 78,17

(rata-rata Provinsi 73,67 dan rata-rata Nasional 72,44), pada tahun 2005 nilainya 78,00 (rata-

rata Provinsi 72,83 dan Nasional 71,81), pada tahun 2004 nilainya 78,00 (rata-rata Provinsi

72,83 dan rata-rata Nasional 71,00). Pada tahun 2007, IPM Kabupaten Luwu 72,46 (lebih tingg

dari IPM Sulawesi Selatan yang sebesar 69,62 dan IPM Nasional yang sebesar 70,65).

Pada tahun 2006, IPM Luwu sebesar 72,08 (IPM Provinsi 68,81 dan IPM Nasional 70,08);

pada tahun 2005 sebesar 71,83 (IPM Provinsi 68,14 dan Nasional 69,57) dan pada tahun

2004 sebesar 71,57 dimana IPM Provinsi saat itu 67,75 dan IPM Nasional 68,66. Masyarakat

Luwu memiliki keragaman kultural cukup tinggi terkait dengan beragamanya etnis. Selain etnis

Bugis-Luwu, juga berdiam etnis Bugis- Makassar, etnis Toraja, Jawa, Bajo dan lainnya.

Setiap etnis memiliki sistem nilai dan norma serta adat istiadat masing-masing. Di sisi lain,

modernisasi juga berlangsung, terutama dibalik perkembangan Kota Palopo yang memberi

pengaruh kepada masyarakat Luwu, juga interaksi dengan dunia luar yang lebih luas

termasuk melalui media massa dan elektronik, sehingga terjadi pertemuan dan perpaduan

antara sistem budaya masing-masing etnis dengan sistem budaya yang dibawa oleh

kemoderenan.

Dalam hal kehidupan beragama dan kesatuan bangsa, dibalik heterogenitas sosial

yang ada, juga berkembangkehidupan beragama diantara para pemeluknya yakni Islam yang

dominan, Protestan dan Katolik serta Hindu dan Budha, yang disaat ini cukup harmonis satu

satu sama lain, meskipun satu dekade sebelumnya konflik cukup sering terjadi, Aspek-aspek

persatuan dan Kesatuan bangsa juga terpengaruh oleh kompleksitas etnis yang ada berupa

adanya potensi kerawanan sosial. Sarana dabn Prasana kehidupan beragama relatif tersedia

untuk penganut masing-masing agama

2.2.5. Kabupaten Wajo

2.2.5.1. Deskripsi Umum

a. Letak Geografis dan Administratif

Kabupaten wajo terletak pada posisi 3039’-4016’ Lintang Selatan dan 119053’-120027

Bujur Timur, merupakan daerah yang terletak ditengah-tengah Propinsi Sulawesi Selatan dan

pada zone tengah yang merupakan suatu depresi yang memanjang pada arah laut tenggara

dan terakhir merupakan selat. Batas wilayah Kabupaten Wajo adalah sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Kabupaten Luwu dan Kab. Sidenreng Rappang

 Sebelah Timur : Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 24


|
 Sebelah Selatan : Kabupaten Bone dan Kabupaten Soppeng

 Sebelah Barat : Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Sidrap Luas

Wilayahnya adalah 2.506,19 Km2 atau 4,01% dari luas Propinsi Sulawesi Selatan

dengan rincian Penggunaan lahan terdiri dari lahan sawah 87.975 ha (35,10%) dan lahan

kering 162.644 ha (64,90%). Sampai dengan akhir tahun 2011 wilayah Kabupaten Wajo

tidak mengalami pemekaran, yaitunya tetap terbagi menjadi 14 wilayah Kecamatan.

Selanjutnya dari keempat-belas wilayah Kecamatan tersebut, wilayahnya dibagi lagi menjadi

wilayahwilayah yang lebih kecil yang disebut desa atau kelurahan. Tetap sama dengan

kondisi pada tahun 2008, wilayah Kabupaten Wajo terbentuk dari 48 wilayah yang berstatus

Kelurahan dan 128 wilayah yang berstatus Desa. Jadi secara keseluruhan, wilayah

Kabupaten Wajo terbagi menjadi 176 desa/kelurahan. Masing-masing wilayah Kecamatan

tersebut mempunyai potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berbeda

meskipun perbedaan itu relatif kecil, sehingga pemanfaatan sumber-sumber yang ada relatif

sama untuk menunjang pertumbuhan pembangunan di wilayahnya.

Gambar 7. Peta administrasi kabupaten wajo

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 25


|
b. Ekosistem pesisir

c. Kepadatan penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Wajo tahun 2015 mencapai 404,5 ribu jiwa yang terdiri dari

192.387 laki-laki dan 212151 perempuan. Angka jumlah penduduk ini mengalami pertumbuhan

sekitar 1,31 persen dibanding tahun 2014. Secara umum jumlah penduduk perempuan di

Kabupaten Wajo masih lebih tinggi dibandingkan jumlah penduduk lakilaki. Hal ini juga dapat

ditunjukkan oleh angka sex ratio Kabupaten Wajo tahun 2015 sebesar 91, artinya untuk setiap

100 penduduk perempuan terdapat 91 penduduk laki-laki. Tingkat kepadatan penduduk Wajo

berada dalam angka wajar, tercatat sebanyak 161 penduduk menghuni setiap km2 wilayah

Wajo pada tahun 2015. Angka ini meningkat tipis dari tahun 2014 dengan kepadatan penduduk

sebesar 159 jiwa/km2.

Tabel 13. Jumlah Penduduk Kabupaten Wajo

Uraian 2014 2015


Jumlah Penduduk (jiwa) 399 287 404 538
Laki-laki 189 816 192 387
Perempuan 209 471 212 151
Laju Pertumbuhan Penduduk (%/ tahun) 0,84 1,31
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 159 161
Sex Ratio (L/P) 91 91
Rata-rata ART (jiwa/ruta) 4 4
Sumber : Wajo Dalam Angka, 2016

Jumlah penduduk Kabupaten Wajo tahun 2015 mencapai 404,5 ribu jiwa yang terdiri dari

192.387 laki-laki dan 212.151 perempuan. Angka jumlah penduduk ini mengalami pertumbuhan

sekitar 1,31 persen dibanding tahun 2014. Secara umum jumlah penduduk perempuan di

Kabupaten Wajo masih lebih tinggi dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Hal ini juga dapat

ditunjukkan oleh angka sex ratio Kabupaten Wajo tahun 2015 sebesar 91, artinya untuk setiap

100 penduduk perempuan terdapat 91 penduduk laki-laki. Tingkat kepadatan penduduk Wajo

berada dalam angka wajar, tercatat sebanyak 161 penduduk menghuni setiap km2 wilayah

Wajo pada tahun 2015. Angka ini meningkat tipis dari tahun 2014 dengan kepadatan penduduk

sebesar 159 jiwa/km2

Tabel 14. Pertambahan Jumlah Penduduk 2012 - 2013

Uraian 2012 2013

Jumlah Penduduk (jiwa) 399.287 404.538

Pertumbuhan Penduduk (%/tahun) 0,84 1,31

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 159 161

Sex Ratio (%) 91 91

Rata-rata ART (jiwa/ruta) 4 4

Sumber : Wajo dalam angka, 2016

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 26


|
Total penduduk usia kerja di Kabupaten Luwu Timur sebanyak 182.636 jiwa, sekitar

67,21 persen diantaranya termasuk dalam angkatan kerja. Sisanya (32,79%) merupakan

penduduk yang tergolong sebagai bukan angkatan kerja yaitu penduduk usia kerja yang

sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Pada tahun 2014, pertumbuhan angkatan kerja

lebih cepat daripada penduduk usia kerja (15 tahun keatas), sehingga TPAK naik menjadi 2,2%

dari tahun sebelumnya.

Tabel 15. Tingkat kerja 2013 - 2014

Indikator 2013 2014


TKK 93,72 91,88
TPT 6,28 8,12
TPAK 65,01 67,21
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Selatan

2.2.6. Kabupaten Bone

2.2.6.1. Deskripsi Umum

a. Letak Geografis dan Administratif

Kabupaten Bone merupakan salah satu kabupaten yang terletak di pesisir timur Provinsi

Sulawesi Selatan dan berjarak sekitar 174 km dari kota Makassar. Luas wilayahnya sekitar

4.559 km2atau 9,78 persen dari luas Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayah yang besar ini terbagi

menjadi 27 kecamatan dan 372 desa/kelurahan. Ibukota Kabupaten Bone adalah Watampone.

Secara geografis Kabupaten Bone berbatasan dengan wilayah-wilayah berikut:

- Sebelah Utara Berbatasan dengan Kabupaten Wajo

- Sebelah Timur Berbatasan dengan Teluk Bone Selatan

- Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kabupaten Sinjai dan Gowa

- Sebelah Barat Berbatasan dengan Kabupaten Maros, Pangkep, Barru

Secara astronomis Kabupaten Bone terletak pada posisi 4°13’- 5°6’ Lintang Selatan dan

antara 119°42’- 120°30’ Bujur Timur. Letaknya yang dekat dengan garis khatulistiwa menjadikan

Kabupaten Bone beriklim tropis.

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 27


|
Gambar 8. Peta Administratif Kabupaten Bone

Sepanjang tahun 2014, kelembaban udara berkisar antara 77 – 86 persen dengan suhu

udara 24,40C-27,6°C. Wilayah Kabupaten Bone terbagi menjadi dua tipe hujan: tipe hujan

Moonson dan tipe hujan lokal. Tipe hujan Moonson memiliki curah hujan tertinggi saat bertiup

angin monsun Asia yaitu bulan Januari dan Februari. Tipe ini mencakup wilayah Kabupaten

Bone bagian barat. Tipe kedua memiliki kriteria pola hujan terbalik dengan pola monsoon, yaitu

curah hujan tertinggi ter- jadi pada bulan Mei-Juni. Tipe ini mencakup sebagian besar wilayah

Kabupaten Bone. Selain kedua wilayah tersebut, terdapat juga wilayah peralihan, yaitu

Kecamatan Bontocani dan Kecamatan Libureng yang sebagian mengikuti wilayah barat dan

sebagian lagi mengikuti wilayah timur.

Jumlah curah hujan bulanan di Wilayah Bone bervariasi dengan rata-rata tahunan

sebesar 201,25 mm. Curah hujan tertinggi terjadi di bulan Juni yaitu 638 mm dengan banyaknya

hari hujan sebanyak 23 hari. Bagian timur Kabupaten Bone bertopografi pesisir menjadikan

Bone mempunyai garis pantai sepanjang 138 km dari arah selatan ke utara. Bagian barat dan

selatan terdapat pegunungan dan perbukitan yang celah-celahnya terdapat aliran sungai.

Pada tahun 2014, tercatat 194 sungai mengalir di Kabupaten Bone dan telah

dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian. Sungai yang terpanjang adalah Sungai Walanae yang

berhulu di Kecamatan Bontocani, mengalir melalui Kabupaten Soppeng hingga Danau Tempe di

Kabupaten Wajo, kemudian mengalir llagi masuk ke Bone hingga bermuara di Teluk Bone.

Panjang sungai tersebut mencapai 60 km khusus di wilayah Kabupaten Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 28


|
Tabel 16. Indikator Klimatologi Kabupaten Bone 2014

Bulan Kelembaban Suhu Udara (0C) Curah Hujan Hari Hujan


Udara (%) (mm) (hari)
Januari 84 25,9 208 19
Februari 83 27,1 187 9
Maret 81 26,2 148 10
April 82 26,2 158 15
Mei 86 25,1 594 22
Juni 86 25 638 23
Juli 85 24,6 200 17
Agustus 84 24,5 194 13
September 80 24,4 0 0
Oktober 77 26,4 1 1
November 77 27,6 33 5
Desember 79 27,4 54 8
Sumber : BMKG, 2015

b. Ekosistem pesisir

Di bidang perikanan sangat ideal dengan potensi penangkapan ikan di sekitar Teluk

Bone dengan panjang pantai 127 Km sampai puluhan mil ke tengah laut, potensi perikanan di

Bone khususnya di Bone Selatan dapat kita rincikan menurut jenis produksinya.

Secara umum perekonomian Kabupaten Bone didominasi sektor pertanian, khususnya

sub sektor pertanian tanaman pangan, selanjutnya sub sektor perikanan, dan perkebunan.

Kabupaten Bone memiliki potensi dan produksi perikanan yang besar. Usaha perikanan terdiri

dari dua kegiatan yaitu penangkapan dan budidaya ikan. Produksi perikanan terbesar berasal

dari kegiatan budidaya ikan di laut, yaitu sebanyak 125.019,75 ton. Kegiatan budidaya yang

dilakukan di tambak juga menunjukkan hasil yang cukup besar, yaitu 115.650,91 ton.

Sementara kegiatan penangkapan ikan di laut menghasilkan produksi ikan sebesar 33.504 ton.

Tabel 17. Produksi Perikanan 2014

Lokasi Jenis Kegiatan Perikanan

Pengkapan Budidaya

Laut 33.504,00 33.504,00 125.019,75

Perairan Umum 137,30 6,00

Tambak - 115.650,91

Kolam - 405,30
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan, 2015

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 29


|
c. Kepadatan penduduk

Salah satu fenomena demografi yang tidak terelakkan adalah pertumbuhan penduduk.

Pertumbuhan penduduk menunjukkan penambahan jumlah penduduk karena kelahiran maupun

migrasi. Pada pertengahan tahun 2014 penduduk Kabupaten Bone sebanyak 738.515 jiwa,

meningkat dari tahun 2013 dengan laju pertumbuhan penduduk 0,60 persen. Jumlah tersebut

terdiri dari 352.081 penduduk laki-laki dan 386.434 penduduk perempuan. Dengan demikan,

rasio jenis kelamin adalah 91,11 persen yang berarti setiap 100 penduduk perempuan terdapat

91 hingga 92 penduduk laki-laki. Kabupaten Bone tergolong kabupaten yang besar dan luas di

Sulawesi Selatan. Rata-rata jumlah penduduk per km2 adalah 162 jiwa. Terkait dengan

perannya sebagai pusat pemerintahan, pendidikan, dan fasilitas publik lain, maka mayoritas

penduduk tinggal terpusat di ibukota kabupaten. Kepadatan penduduknya mencapai 1.111,78

jiwa per km2. Keberadaan penduduk dalam jumlah yang besar, seringkali dianggap sebagai

pemicu masalah-masalah kependudukan seperti kemiskinan dan pengangguran. Namun, dalam

tinjauan demografi, penting untuk melihat struktur umur penduduk. Penduduk usia produktif

yang besar dan berkualitas dapat berperan positif dalam pembangunan ekonomi.

Tabel 18. Perubahan Jumlah Penduduk 2012 - 2014

Uraian 2012 2013 2014

Jumlah Penduduk (jiwa)

Pertumbuhan Penduduk (%) 0,53 0,74 0,60

Kepadatan Penduduk 160 161 162

(jiwa/km2)

Sex Ratio (%) 91,25 90,98 91,11

Jumlah Rumah Tangga 163.621 166.136 167.130

Rata-rata ART (jiwa/ruta) 4,45 4,42 4,42

Sumber : BPS Kabupaten Bone, 2015

Penduduk merupakan aset pembangunan apabila dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Pemanfaatan jumlah penduduk bisa dilakukan dengan melihat seberapa besar penduduk yang

masuk pada kategori usia kerja, dan yang masuk pada angkatan kerja. Bila lapangan pekerjaan

yang ada sesuai dengan jumlah angkatan kerja maka diharapkan akan terjadi full employment

economics. Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional pada tahun 2014, terdapat

530.166 penduduk usia kerja. Dari jumlah tersebut, yang termasuk angkatan kerja sebanyak

338.988 jiwa. Dengan tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Bone adalah 63,94

persen. Semakin tinggi TPAK menunjukkan semakin tinggi pula pasokan tenaga kerja yang

tersedia untuk memproduksi barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Angkatan kerja

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 30


|
meliputi penduduk yang bekerja, sementara tidak bekerja, dan pengangguran. Tahun 2014,

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Bone sebesar 4,96 persen. TPT di wilayah

perkotaan (5,35 persen) tampak lebih tinggi dari wilayah perdesaan (4,88 persen). Kondisi ini

menunjukkan bahwa belum tersedia kesempatan kerja yang mampu menyerap angkatan kerja

secara optimal. Berdasarkan lapangan usaha, mayoritas penduduk bekerja di Kabupaten Bone

bekerja di sektor pertanian. Hal ini selaras dengan keadaan alam Bone yang merupakan basis

pertanian Sulawesi Selatan. Sektor kedua yang menyerap tenaga kerja terbanyak adalah

perdagangan (17,94 persen). Ditinjau dari jenis kelamin, terdapat perbedaan persebaran

lapangan usaha antara penduduk bekerja lakilaki dan perempuan. Sebagian besar penduduk

laki-laki bekerja di sektor pertanian dan lainnya. Sementara penduduk perempuan, sebagian

besar bekerja di sektor pertanian dan perdagangan.

Tabel 19. Tingkat Kerja 2012 - 2014

Indikator 2012 2013 2014

Bekerja 96,49 96,20 95,04

TPT 3,51 3,80 4,96

TPAK 64,84 63,30 63,94

Sumber : Survey Angkatan Kerja Nasional, 2014

d. Kondisi sosial-budaya

Kabupaten Bone adalah salah satu wilayah yang memiliki kekayaan budaya beraneka

ragam. Hal tersebut tidak lepas dari sejarah Kabupaten Bone yang merupakan salah satu

wilayah kerajaan besar di nusantara yang tentunya meninggalkan banyak kebudayaan dan adat

istiadat yang beberapa di antaranya masih bertahan hingga sekarang.

Keberadaan budaya-budaya lokal mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

melandasi pembangunan sebuah wilayah. Nilai-nilai budaya lokal yang luhur tentunya akan

memberikan sumbangsih yang cukup baik dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan

pembangunan sehingga dampak-dampak negatif pembangunan dapat diminimalisir.

Seni dan budaya yang ada di Kabupaten Bone sangat dipengaruhi oleh budaya yang

ditinggalkan oleh Kerajaan Bone dan juga budaya Islam, hal ini dikarenakan mayoritas

penduduk Kabupaten Bone menganut agama islam.Peninggalan budaya yang ada di

Kabupaten Bone antara lain berupa masjid kuno, makam para tokoh,dan bangunan-bangunan

istana. Untuk menjaga kelestarian benda-benda yang menjadi cagar budaya di Kabupaten

Bone, pemerintah melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata secara rutin melakukan kegiatan

perawatan terhadap situs-situs peninggalan budaya tersebut.

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 31


|
2.2.7. Kabupaten Sinjai

2.2.7.1. Deskripsi Umum

a. Letak Geografis dan Administratif

Letak geografis kecamatan pesisir Kabupaten Sinjai disajikan seperti pada tabel di

bawah ini :

Tabel 20. Letak Geografis Menurut Kecamatan di kabupaten Sinjai


NO Posisi

Kecamatan Bujur Timur Lintang Selatan

1 Kecamatan Sinjai Utara 120° 12' 04.94" - 120° 17' 21.83" 05° 05' 15.00" - 05° 08' 27.99"

2 Kecamatan Sinjai Timur 120° 10' 48.81" - 120° 18' 46.89" 05° 06' 35.49" - 05° 14' 01.91"

3 Kecamatan Tellulimpoe 120° 08' 25.09" - 120° 20' 4.33" 05° 12' 49.98" - 05° 18' 39.42"

4 Kecamatan Pulau 120° 23' 10.97" - 120° 25' 38.91" 05° 02' 17.30" - 05° 07' 31.30"

Sembilan

Sedangkan batas-batas wilayah administrasi kecamatan pesisir Kabupaten Sinjai,

diuraikan di bawah ini;

Batas wilayah administrasi Kecamatan Sinjai Utara:

- Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bone;

- Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Bone;

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sinjai Timur, dan

- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Bulupoddo dan Kecamatan Sinjai

Tengah.

Kecamatan Sinjai Utara yang memiliki luas 22,67 km2 (2267 Ha) terdiri dari 6

Kelurahan defenitif. Panjang garis pantai sekitar 3,4 km, yang berada di antara muara sungai

Tangka dan muara sungai Mangottong. Kedua muara sungai tersebut merupakan batas

administrasi untuk daerah pesisir Kecamatan Sinjai Utara. Sungai Tangka menandai batas

dengan Kabupaten Bone, dan Sungai Mangottong sebagai batas Kecamatan Sinjai Utara dengan

Kecamatan Sinjai Timur.

Batas Wilayah Administrasi Kecamatan Sinjai Timur

- Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sinjai Utara;

- Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Bone;

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tellu Limpoe, dan

- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sinjai Tengah dan Kecamatan Sinjai
Selatan

Kecamatan Sinjai Timur memiliki luas 48,27 km2 (4827 Ha) terdiri dari 13 desa. Panjang

garis pantai sekitar 12,8 km, yang berada di antara muara sungai Mangottong dan muara sungai

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 32


|
Bua. Kedua muara sungai tersebut merupakan batas administrasi untuk daerah pesisir

Kecamatan Sinjai Timur. Sungai Mangottong menandai batas dengan Kecamatan Sinjai Utara,

dan Sungai Bua sebagai batas Kecamatan Sinjai Timur dengan Kecamatan Tellulimpoe. Selain

kedua muara sungai tersebut, terdapat satu muara sungai besar di sepanjang garis pantai

Kecamatan Sinjai Timur yakni Sungai Baringang yang menandai batas Desa Tongke Tongke

dengan Desa Panaikang. Ibukota pemerintahan Kecamatan Sinjai Timur terletak di Kelurahan

Mangarabombang yang berjarak 4 km dari pusak ibukota Kabupaten Sinjai.

Batas Wilayah Administrasi Kecamatan Tellu Limpoe :

- Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sinjai Timur;

- Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Bone;

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba, dan

- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sinjai Selatan.

Kecamatan Tellulimpoe memiliki luas 124,73 km2 (12473 Ha) terdiri dari 11 Desa.

Panjang garis pantai sekitar 7,5 km, yang berada di antara muara sungai Bua dan muara sungai

Lolisang. Kedua muara sungai tersebut merupakan batas administrasi untuk daerah pesisir

Kecamatan Tellulimpoe. Sungai Bua menandai batas dengan Kabupaten Bulukumba, dan

Sungai Lolisang sebagai batas dengan Kecamatan Sinjai Timur. Selain kedua muara sungai

tersebut, terdapat dua muara sungai kecil di sepanjang garis pantai Kecamatan Tellulimpoe yakni

Sungai Paranglohe dan Sungai Balampangi. Ibukota pemerintahan Kecamatan Tellulimpoe

terletak di Kelurahan Mananti yang berjarak 38 km dari pusak ibukota Kabupaten Sinjai.

Batas wilayah administrasi Kecamatan Pulau Sembilan :

- Sebelah utara berbatasan dengan wilayah perairan Teluk Bone Kabupaten

Bone;

- Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Bone;

- Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah perairan Teluk Bone Kabupaten

Sinjai, dan

- Sebelah barat berbatasan dengan wilayah perairan Teluk Bone Kabupaten

Bone.

Kecamatan Pulau Sembilan memiliki luas 7,55 km2 (755 Ha) terdiri dari 4 desa dengan

panjang garis pantai sekitar 17,36 km. Kecamatan Pulau Sembilan terdiri atas sembilan pulau

kecil dan beberapa gosong karang (patch reef) yang tenggelam pada saat air pasang maupun

surut. Delapan pulau yang berpenghuni bila diurut dari Selatan adalah: Burungloe, Liang-liang,

Kambuno, Kodingare, Katindoang, Batanglampe, Kanalo I, dan Kanalo II serta satu pulau tak

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 33


|
berpenghuni, yaitu Larea-rea yang terletak di sebelah Selatan Pulau Katindoang. Sebuah gosong

yang telah ditumbuhi sebatang pohon adalah Gosong Lapoipoi yang terletak antara P.

Katindoang dan P. Batanglampe. Ibukota pemerintahan Kecamatan Pulau Sembilan terletak di

Desa Pulau Harapan (Pulau Kambuno) yang berjarak 12 km dari pusat ibukota Kabupaten Sinjai.

Peta administrasi kabupaten sinjai disajikan pada gambar dibawah ini :

Gambar 9. Peta Administrasi Kabupaten Sinjai

b. Ekosistem Pesisir

1. Mangrove

Mangrove di Kabupaten Sinjai dijumpai di ketiga kecamatan pesisir dengan luas

keseluruhan adalah 1157,5 Ha, meskipun demikian masih terdapat area mangrove dalam kondisi

kritis dengan luas 15 Ha yang berada di Kecamatan Tellulimpoe (Data dinas Kehutanan dan

Perkebunan Kabupaten Sinjai, tahun 2010). Ekosistem mangrove di Kecamatan Sinjai Utara

dan Sinjai Timur didominasi oleh Rhizopora sp. Kecamatan Sinjai Timur memiliki hutan mangrove

yang terluas yakni 802,5 Ha dengan vegetasi campuran antara spesies Rhizophora sp., Nypah

sp, Avicennia sp, dan Sonneratia sp. sedangkan mangrove di Sinjai Utara khususnya mangrove

sungai merupakan vegetasi campuran antara spesies Rhizophora sp., dan Nypah sp.

Sementara di pantai didominasi oleh Rhizopora sp.

2. Padang Lamun

Secara umum, Berdasarkan hasil interpretasi citra ALOS memperlihatkan penyebaran

padang lamun dominan berada di dalam wilayah Kecamatan Pulau Sembilan yang luasnya

mencapai 1277 Ha. Pengamatan padang lamun yang dilakukan di Kecamatan Sinjai Utara,

didapatkan 11 jenis lamun yang tersebar di pulau-pulau, namun hanya beberapa jenis yang

keberadaannya hampir dijumpai di setiap pulau, antara lain Cymodocea serrulata, Enhalus

acoroides, Halodule uninervis, Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium dan Thalassia hemprichii.

Beberapa jenis lainnya

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 34


|
Dari keenam jenis lamun ini berasosiasi bersama membentuk padang lamun dari berbagai

habitat di rataan terumbu perairan Sinjai. Karakteristik rataan terumbu Sinjai didominasi oleh

asosiasi lamun, alga, dan karang serta organisme bentik lainnya. Beberapa jenis lainnya hanya

dijumpai pada pulau tertentu saja.

Tabel 21 jenis lamun di kabupaten sinjai


No Jenis Lamun

1 Cymodocea rotundata
2 Cymodocea serrulata
3 Enhalus acoroides
4 Halodule uninervis
5 Halophila ovalis
6 Halodule pinifolia
7 Halophila minor
8 Halophila decipiens
9 Syringodium isoetifolium
10 Thalassia hemprichii
11 Thalassodendron ciliatum

3. Terumbu Karang

Perairan Kabupaten Sinjai merupakan kawasan yang potensial untuk pertumbuhan

terumbu karang. Hal ini dapat dilihat dari tersebarnya daerah dangkalan terumbu karang di

perairan Kabupaten Sinjai dari Pulau Sembilan hingga Desa Patongko Kecamatan Tellu Limpoe.

Dari empat kecamatan pesisir di Kabupaten Sinjai, hanya perairan Kecamatan Sinjai Utara yang

tidak dijumpai adanya ekosistem terumbu karang.

Secara umum, Berdasarkan hasil interpretasi citra ALOS memperlihatkan penyebaran

terumbu karang dominan berada di dalam wilayah Kecamatan Pulau Sembilan yang luasnya

mencapai 3728,05 Ha. Sedangkan di Kecamatan Sinjai Timur tersebar di 14 dangkalan

terumbu (taka) dengan total luasan hanya sekitar 19,23 Ha, sementara di Kecamatan

Tellulimpoe tersebar di 7 dangkalan terumbu (taka) dengan luasan sekitar 72,61 Ha.

Dari hasil pengamatan langsung dengan menggunakan metode RRA untuk melihat kondisi

terumbu karang menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang umumnya telah mengalami

kerusakan. Persentase tutupan karang hidup berkisar antara 0 – 75 %, dengan kondisi kerusakan

karang yang dijumpai adalah pecahan karang (rubble), dan karang mati (dead coral).

c. Kepadatan Penduduk

Jumlah dan tingkat pertumbuhan penduduk dalam wilayah perencanaan merupakan

sebuah indikator yang penting untuk diketahui. Penduduk Kabupaten Sinjai hingga tahun 2009

berjumlah 228304 Jiwa yang tersebar tidak secara merata dalam 9 kecamatan. Kecamatan

Sinjai Utara dan Kecamatan Sinjai Selatan merupakan kecamatan yang jumlah penduduknya
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 35
|
paling banyak dibandingkan kecamatan lainnya. Sedangkan kecamatan yang memiliki jumlah

penduduk terkecil adalah Kecamatan Pulau Sembilan.

Menurut jenis kelamin, penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan penduduk laki-

laki. Sebanyak 118079 jiwa (51,72 % dari penduduk Sinjai) merupakan penduduk perempuan

dan 110225 jiwa (48,28%) merupakan penduduk laki-laki. Dari data tersebut diketahui rasio

jenis kelamin 93,34 % yang berarti setiap 100 penduduk perempuan terdapat sekitar 93

penduduk laki-laki.

Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan penduduk rata-rata pertahun 0,37%. Terdapat

dua kecamatan yang memiliki laju pertumbuhan penduduk yang menurun yakni Kecamatan

Sinjai Utara dan Kecamatan Bulupoddo. Untuk lebih jelasnya sebagaimana pada tabel di

bawah ini.

Tabel 22. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Sinjai
tahun 2009
No Kecamatan 2005 2009 Laju Pertumbuhan Penduduk
Laki-laki Perempuan Total 2005-2009 (%)
(I) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Sinjai Barat 22840 11485 12112 23597 0,82
2 Sinjai Borong 15984 8344 8590 16934 1,45
3 Sinjai Selatan 35969 17985 19500 37485 1,04
4 Tellu Limpoe 31827 15851 16978 32829 0,78
5 Sinjai Timur 28168 14202 15566 29768 1,39
6 Sinjai Tengah 24106 13418 13620 27038 2,91
7 Sinjai Utara 38223 17818 19768 37586 (0,42)
8 Bulupoddo 15776 7399 8019 15418 (0,57)
9 Pulau Sembilan 7537 3723 3926 7649 0,37
Kabupaten Sinjai 220430 110225 118079 228304 0,88

Berdasarkan komposisi kelompok umur mengindikasikan bahwa penduduk laki laki dan

perempuan terbanyak berada di kelompok umur 10-14 tahun. Dilihat dari distribusinya

menunjukkan bahwa 32,87% penduduk Kabupaten Sinjai berusia muda (0 – 14 tahun), 61,79%

berusia produktif (15 – 64 tahun) dan 3,11% berusia lansia (65 tahun ke atas). Dari gambaran

tersebut diperoleh rasio ketergantungan penduduk Kabupaten Sinjai sebesar 171,77 yang

artinya setiap 100 penduduk usia produktif menanggung 177 usia non produktif.

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 36


|
Tabel 23. Komposisi Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Sinjai tahun 2009.
KELOMPOK UMUR JENIS KELAMIN JUMLAH
LAKI-LAKI PEREMPUAN
0-4 13084 12282 25366
5-9 12239 11388 23627
10 - 14 13528 12520 26048
15 - 19 11561 11676 23237
20 - 24 9451 10522 19973
25 - 29 9435 10658 20093
30 - 34 8042 9152 17194
35 - 39 7187 8174 15361
40 - 44 5918 6942 12860
45 - 49 4907 5549 10456
50 - 54 4087 4974 9061
55 - 59 3160 3801 6961
60 - 64 2534 3349 5883
>65 5092 110225 7092
JUMLAH 118079 12184 228304
Sumber : Sinjai Dalam Angka Tahun 2010

Kepadatan penduduk didapat dari hasil bagi antara luas lahan per jumlah penduduk

yang menempatinya. Jumlah penduduk di Kabupaten Sinjai tahun 2009 sebanyak 228304 jiwa

dengan luas wilayah 819,96 Km2, berarti rata-rata kepadatan penduduk sekitar 278 jiwa/ Km2.

Kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Sinjai Utara yang

merupakan Ibukota Kabupaten Sinjai. Kecamatan dengan tingkat kepadatan terendah adalah

Kecamatan Bulupoddo. Untuk lebih jelasnya mengenai kepadatan penduduk di Kabupaten

Sinjai sebagaimana pada tabel dibawah ini

Tabel 24. Kepadatan Penduduk Dirinci Menurut Kecamatan Di Kabupaten Sinjai, Tahun 2009
No Kecamatan Banyaknya Kepadatan
2
Luas (Km ) Kepala Penduduk Per Km2
Keluarga
(I) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Sinjai Barat 135,53 5796 23597 174
2 Sinjai Borong 66,97 4454 16934 253
3 Sinjai Selatan 131,99 9135 37485 284
4 Tellu Limpoe 147,30 7758 32829 223
5 Sinjai Timur 71,88 7302 29768 414
6 Sinjai Tengah 129,70 6551 27038 208
7 Sinjai Utara 29,57 8910 37586 1271
8 Bulupoddo 99,47 4565 15418 155
9 Pulau Sembilan 7,55 1840 7649 1013
Jumlah 819,96 56311 228304 278
Sumber : Sinjai Dalam Angka Tahun 2010

d. Kondisi Sosial Budaya

Secara umum, kehidupan masyarakat di Kabupaten Sinjai tidak jauh berbeda dengan

kehidupan masyarakat pesisir pada umumnya di Sulawesi Selatan. Daerah Sinjai yang

memanjang, mencakup daerah pegunungan dan pantai memberi arti tersendiri bagi masyarakat

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 37


|
Sinjai. Karena itu pula kehidupan masyarakatnya selain sebagai petani sawah dan kebun, juga

sebagai nelayan dan petani tambak. Tani dan nelayan menjadi sumber penghasilan utama

penduduk Sinjai. Aktivitas mencari ikan yang dilakukan oleh masyarakat yang bermukim di

sekitar pantai dan pulau-pulau di wilayah rencana pada umumnya adalah sebagai nelayan

tangkap. Hanya sebagian kecil masyarakat melakukan aktivitas budidaya.

Mayoritas penduduk Kabupaten Sinjai adalah beragama islam yakni 99,97% dari

penduduk sinjai atau sebanyak 228224 jiwa, dan hanya 0,3% merupakan penduduk non muslim

(kristen, hindu, dan budha). Sedangkan berdasarkan etnis, masyarakat Kabupaten Sinjai

didominasi etnis bugis. Sedangkan suku lainnya adalah makassar, bajoe, dan suku lainnya.

Untuk masyarakat suku bajoe umumnya dijumpai dan menetap di pulau-pulau sembilan. Hal ini

terkait dengan mata pencaharian utama mereka di laut.

2.2.8. Kabupaten Bulukumba

2.2.8.1. Deskripsi Umum

a. Letak Geografis dan Administratif

Kabupaten Bulukumba terletak di bagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan dan berjarak

153 Km dari Makassar (Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan). Luas wilayah Kabupaten

Bulukumba 1.154,67 Km2. Kabupaten Bulukumba terletak antara 05°20’ - 05°40’ LS dan

119°58’ - 120°28’ BT yang terdiri dari 10 Kecamatan dengan batas-batas yakni :

- Sebelah Utara berbatasan Kabupaten Sinjai;

- Sebelah Timur berbatasan Teluk Bone dan Pulau Selayar;

- Sebelah Selatan berbatasan Laut Flores;

- Sebelah Barat berbatasan Kabupaten Bantaeng.

berikut gambaran administratif kabupaten bulukumba disajikan pada gambar dibawah ini.

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 38


|
Gambar 10. Peta Administratif kabupaten Bulukumba

b. Ekosistem Pesisir

c. Kepadatan Penduduk

Penduduk Kabupaten Bulukumba pada tahun 2011 tercatat sebanyak 398.531 jiwa

yang terdiri dari laki-laki 187.439 jiwa dan perempuan 211.092 jiwa. Penduduk tersebut tersebar

diseluruh desa/kelurahan dalam wilayah Kabupaten Bulukumba dengan kepadatan 345

jiwa/km2. Kecamatan terpadat adalah Kecamatan Ujung Bulu yaitu 3.360 jiwa/km2 dan yang

terjarang penduduknya adalah Kecamatan Kindang sekitar 202 jiwa/km2.

Dilihat dari perkembangan jumlah penduduk dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir

yaitu periode 2007-2011 terdapat peningkatan jumlah penduduk sebesar 0,79 %. Pada

tahun 2007 berdasarkan hasil pengolahan data dari Biro Pusat Statistik Kabupaten Bulukumba

jumlah penduduk yang tercatat sebanyak 386.239 jiwa Penduduk Kabupaten Bulukumba yang

terdiri dari laki-laki 183.737 jiwa dan perempuan 202.502 jiwa.

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 39


|
Tabel 25. Jumlah penduduk perkecamatan dan rata-rata kepadanya
KEPADATAN
JUMLAH LUAS
KECAMATAN PENDUDUK
PENDUDUK (km2)
PER Km2
Gantarang 71.741 173,51 413
Ujung Bulu 48.518 14,44 3.360
Ujung Loe 26.964 96 276
Bonto Bahari 11.301 57 223
Bonto Tiro 7.999 40 294
Herlang 38.202 187 354
Kajang 22.920 222 368
Bulukumpa 27.861 320 299
Rilau Ale 117,53 117,53 324
Kindang 148,76 148,76 202
2011 398.531 1.154.67 345
2010 395.268 1.154.67 342
JUMLAH 2009 394.746 1.154.67 341
2008 390.543 1.154.67 338
2007 386.239 1.154.67 318
Sumber : Buku Bulukumba Dalam Angka tahun 2012

d. Kondisi Sosial-Budaya

2.2.9. Kabupaten Selayar

2.2.9.1. Deskripsi Umum

a. Letak Geografis dan Administratif

Kabupaten Kepulauan Selayar terletak antara 5°42' - 7°35' Lintang Selatan dan 120°15' -

122°30' Bujur Timur yang berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba dan Teluk Bone di sebelah

Utara, Laut Flores sebelah Timur, Laut Flores dan Selat Makassar sebelah Barat dan Propinsi

Nusa Tenggara Timur di sebelah Selatan.

Gambar 11. Peta Kabupaten Selayar

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 40


|
Wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar tercatat 10.503,69 km2 dengan luas daratan

1.357,03 km2 dan luas lautan 9.146,66 km2 dengan panjang garis pantai 670 km. Hingga akhir

tahun 2015, wilayah tersebut secara administratif terbagi menjadi 11 Kecamatan, 7 Kelurahan

dan 81 desa. Sebagian besar desa di Kab. Kepulauan Selayar merupakan desa pesisir yang

jumlahnya mencapai 75 desa, lembah 2 desa, lereng 5 desa dan dataran 6 desa. Selain itu,

41% wilayah Kepulauan Selayar berada di luar pulau utama. Sementara itu tipe iklim di wilayah

ini termasuk tipe B dan C, musim hujan terjadi pada bulan November hingga Juni dan

sebaliknya musim kemarau pada bulan Agustus hingga September. Pada tahun 2015 terjadi

147 Hari Hujan dan memberikan 3.256 mm2 air hujan.

Tabel 26. Data geografis dan Iklim Kabupaten Selayar

Uraian Satuan 2015


0
Suhu Udara C
Max/Min 31,63/23,90
Rata-rata 27,04
Kecepatan Angin Knot
Max/min 9,58/2,00
Rata-rata 3,33
0
Kelembaban C
Max/min 48,16/95,83
Rata-rata 80,41
Hujan
Hari Hujan Hari 147
Curah Hujan mm2 3.256
Tekanan Udara mb 1.011
Penyinaran Matahari Jam 874
Sumber : BPS 2016

Pada tahun 2015, wilayah Kepulauan Selayar terbagi menjadi 11 kecamatan, 7

kelurahan dan 81 desa. Tidak ada pemekaran desa maupun satuan wilayah terkecil yang terjadi

pada tahun 2015. Semua satuan wilayah yang terbentuk di Kepulauan Selayar bertujuan agar

pelayanan administrasi bisa mencapai struktur daerah terkecil hingga level rukun tangga.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kepulauan Selayar tahun 2015 mencapai lebih dari 40 miliar

rupiah. Pajak dan retribusi daerah memberikan kontribusi sekitar 36,88%.

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 41


|
Tabel 27. Perubahan wilayah administrasi di tahun 2014 - 2015

Wilayah Administrasi 2014 2015

Kecamatan 11 11

Desa 81 81

Kelurahan 7 7

Dusun 299 283

Lingkungan 40 27

RK 348 415

RT 515 519

Sumber : BPS 2016

Tabel 28. luas wilayah setiap kecamatan di kabupaten kepulauan selayar


NO KECAMATAN Luas Wilayah
1 Pasimarannu 195.33
2 Pasilambena 114.88
3 Pasimassunggu 131.8
4 Takabonerate 49.3
5 Pasimassunggu 67.14
Timur
6 Bontosikuyu 248.22
7 Bontoharu 128.12
8 Benteng 24.63
9 Bontomanai 136.42
10 Bontomatene 193.05
11 Buki 68.14
TOTAL Kepulauan 1 357.03
Selayar

b. Kepadatan penduduk

Dari total 130,199 penduduk di Kepulauan Selayar tahun 2015, Kecamatan Benteng

merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar, yaitu 24,414 jiwa. Sedangkan jumlah

penduduk terkecil adalah Kecamatan Buki dengan jumlah penduduk 6.353jiwa. Selama periode

2014-2015 laju pertumbuhan penduduk mengalami percepatan sebesar 1,13 %. Sedangkan

kepadatan penduduk setiap km² dihuni sebanyak 96 jiwa pada tahun 2015, naik 1 poin

dibanding tahun 2014.

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 42


|
Tabel 29. Pertambahan jumlah penduduk 2014 - 2015

Uraian 2014 2015

Jumlah Penduduk 128.744 130.199

Pertumbuhan Penduduk (%) 1,34 1.13

Kepadatan Penduduk (jiwa/km²) 95 96

Sex Ratio (L/P) 92,35 92.57

Banyaknya Rumah Tangga 33.458 32.687

Rata-rata ART (jiwa/ruta) 4 4

Beban Ketergantungan (%) 58,25 57.73

Sumber : Kepulauan Selayar dalam angka, 2016

Dari total penduduk usia kerja (15 tahun ke atas), 60 % lebih termasuk dalam angkatan

kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dari tahun 2013-2015 mengalami fluktuasi.

Pada tahun 2015, Angkatan kerja di Kepulauan Selayar berdasarkan tingkat pendidikan,

tamatan SD ke bawah kontribusinya sebesar 56,49% , kemudian tamat SMP dan SMA sebesar

26,69% dan perguruan tinggi ( akademi / universitas ) 16,82% Pasar tenaga kerja Kepulauan

Selayar juga ditandai dengan tingginya angka kesempatan kerja. Hal ini dapat dilihat pada

tingginya persentase penduduk usia kerja yang bekerja besarnya mencapai lebih 99% pada

tahun 2015.

Tabel 30. Kelompok Kerja 2013 - 2015

Uraian 2013 2014 2015

TPAK (%) 61,11 60,60 67,64

Tingkat Pengangguran (%) 4,62 2,15 0,90

Bekerja (%) 95,38 97,85 99,10

Sektor Pertanian (%) 51,49 46,93 44,60

Sektor Jasa (%) 21,27 39,26 41,65

Sektor Perdagangan (%) 11,21 13,80 13,75

Tenaga Kerja Informal (%) 63,40 62,10 64,73

Tenaga Kerja Formal (%) 36,60 37,90 35,27

Sumber : Sakernas, 2015

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 43


|
c. Potensi Sumberdaya Pesisir

1. Terumbu karang

Topografi pesisir Pulau Selayar pada bagian barat cenderung membentuk rataan yang

landai dengan jarak terumbu karang kearah pantai berada pada kisaran 500 m – 1000 m.

sedangkan pada bagian timur daerah pesisir di dominasi oleh pantai terjal dengan sedikit pantai

berpasir. Pada bagian timur ini topografi terumbu karang yang ditemukan didominasi oleh

terumbu karang drop off, dengan kedalaman perairan lebih dari 100 meter. Jarak terumbu

karang dengan pantai relatif lebih dekat < 50 m. Terumbu karang di kepulauan Selayar sebagian

besar didominasi oleh terumbu karang tepi, patch reef dan atoll. Atoll terbesar di Indonesia

ditemukan di kepulauan Selayar yaitu di lokasi Taman Nasional Takabonerate (PPG,2013)

Hamparan terumbu karang yang luas dan pulau-pulau kecilnya yang sangat potensial

membuat Kabupaten Selayar terkenal, salah satu ikon kabupaten maritimnya adalah karena di

kabupaten ini terdapat Taman Nasional Laut Taka Bonerate yang juga dikenal sebagai

Kepulauan Macan (LIPI-BAKOSURTANAL, 1996). Pantai yang indah tersebar di sepanjang

daratan utama dan pesisir pulau-pulau keci dengan sebaran terumbu karang yang berada pada

kedalaman 2-25 meter.

Kabupaten Selayar terdiri dari gugusan pulau dimana didalamnya terdapat pulau atol

terbesar di Indonesia. Terumbu karang di kabupaten ini teridentifiksi mencapai 33.313,86 Ha

dengan tutupan karang yang didominasi oleh bentuk koloni karang karang bulat (massif), karang

menjalar dan bercabang. Berdasarkan hasil penelitian LIPI 2015 kondisi terumbu karang

Kabupaten Selayar berada pada kondisi sedang hingga baik dimana persentase karang hidup

berada pada kisaran 7 – 50%. Dengan rata-rata persentase karang hidup adalah 30% (LIPI-

UNHAS, 2015). Terumbu karang yang sangat luas terutama di Kepulauan Macan (Taka

Bonerate), Taka Karumpa. Estimasi luasan terumbu karang kepulauan Selayar sekitar 896.77,7

Ha (Bapedalda Selayar, 2006). Jenis megabenthos yang banyak ditemukan di kepulauan

selayar adalah jenis Tridacna sp (LIPI-UNHAS, 2015)., Tridacna (giant clams) termasuk dalam

kelompok bivalvia berukuran besar yang hidup didaerah terumbu karang di perairan Indo

Pasifik. Masyarkat banyak memanfaatkan biota ini karena ukurannya yang besar dan mudah

didapatkan. Penurunan populasinya dialam mengakibatkan biota ini masuk dalam daftar CITES

(Sant, 1995). dan berukuran besarhidup di habitat terumbu karang di perairan tropis Indo Pasifik

dan merupakan kelompok Bivalvia yang berukuran besar dan telah dieksploitasi secara luas

sehingga populasinya di dunia semakin menurun sehingga sudah dimasukkan dalam daftar

CITES (Sant, 1995).

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 44


|
2. Ekosistem Mangrove

Kabupaten Selayar memiliki ekosistem mangrove yang tersebar hanya dibeberapa

bagian pulau, terutama di pulau utama Selayar, dan Pulau Jampea. Jenis mangrove yang

ditemukan ada enam jenis, yaitu R. mucronata, R. apiculata, Avicennia marina, A. officinalis,

Sonneratia alba dan Bruguiera gymnorrhiza. R. Muconata ditemukan disemua stasiun.

Keanekaragaman mangrove dipengaruhi oleh faktor antropogenik dan faktor alami. Salah satu

faktor antropogenik yang banyak terjadi adalah penebangan pohon mangrove, sedangkan faktor

alami antara lain kondisi luasan pantai yang terbatas. Selain itu kondisi jenis substrat dasar

sangat mempengaruhi keanekaragaman mangrove. (Sulistiyowati, 2009)

3. Ekosistem Lamun

Tutupan lamun di Kabupaten Selayar berada pada kisaran 23.5% - 84.1% yang tersebar

hampir diseluruh perairan selayar kecuali di pantai timur Pulau Selayar. Di kepulauan selayar

ditemukan delapan jenis lamun yakni Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Enhalus

acoroides, Syringodium isetifolium, Halophila ovalis, Halodule pinifolia, Halodule uninervis dan

Thalassodendrom ciliatum. Walaupun jenis yang dominan adalah Thalassia hemprichii,

Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides dan Syringodium isetifolium, sedangkan jenis

Thalassodendrom ciliatum hanya ditemukan diperairan pulau Jampea

4. Sektor Perikanan

Di sektor perikanan, perikanan laut yang menjadi primadona dari sektor perikanan.

Produksinya mengalami kenaikan walau sedikit dimana pada tahun 2013 produksinya mencapai

28.573,2 ton maka di tahun 2014 ini menjadi 28.959,2 ton. Untuk perikanan budidaya

nampaknya mesti lebih diperhatikan. Hal ini selain untuk mengurangi eksploitasi perikanan laut

juga bisa menambah pendapatan rumah tangga. Budidaya diutamakan untuk komoditi unggulan

daerah seperti udang, lobster, dan ikan kerapu.

Tabel 31. Produksi Perikanan 2014 - 2015

Sektor 2014 2015

Perikanan (Ton)

Perikanan laut 28.959,20 24.155,80

Perairan Umum - -

Sumber : Kepuauan Selayar dalam angka, 2016

Untuk kegiatan perikanan, nelayan kabupaten ini umumnya skala kecil karena

didominasi oleh perahu tanpa motor dan motor tempel, yaitu perahu tanpa motor 1.041 unit,

perahu motor tempel 2.001 unit, perahu bermesin dalam 723 unit, dan kapal motor besar 570

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 45


|
unit. Secara umum alat tangkap yang digunakan adalah bagan, jaring insang, perangkap

pancing.

d. Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi

Penduduk Kabupaten Kepulauan Selayar pada tahun 2007 berjumlah 117.860 jiwa yang

tersebar di 10 kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar di Kecamatan Benteng yaitu

sebanyak 18.174 orang. Penduduk kabupaten ini didominasi oleh 5 etnis, yaitu

Selayar/Makasar, Bajo, Bugis, Bonerate dan Buton.

Kondisi perekonomian kabupaten ini bertumpu pada beberapa sektor diantaranya

perikanan, peternakan, tanaman pangan dan perindustrian. Namun demikian, pertumbuhan

ekonomi berjalan lambat karena kurangnya akses transportasi yang menghubungkan dengan

daerah lain.

Secara umum, mata pencaharian penduduk Kabupaten Kepulauan Selayar didominasi

oleh sektor pertanian yaitu 26.285 orang, disusul jasa-jasa 12.177 orang, dan industri 5.341

orang. Namun demikian, mata pencaharian utama sebagian besar penduduk adalah sektor

perikanan dengan jenis usaha sebagai pengusaha hasil-hasil laut, pedagang ikan, penjual

bahan-bahan kebutuhan pokok, dan pengusaha pelayaran.

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 46


|
BAB III. PROSES PENYUSUNAN RENCANA AKSI

3.1. Pembentukan Tim Teknis

Tahap awal penyusunan Rencana Aksi pengelolaan Teluk Bone adalah dengan

melakukan sosialisasi penyusunan Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone oleh Badan

Lingkungan Hidup Daerah dengan stakeholder yang terkait untuk membangun persamaan

persepsi, komitmen bersama serta identifikasi awal isu tentang pengelolaan wilayah pesisir dan

Laut kawasan Teluk Bone.

Dalam penyusunan Rencana Aksi pengelolaan Teluk Bone gubernur sesuai

kewenangannya membentuk tim teknis yang terdiri dari pejabat dinas yang membidangi dengan

anggota terdiri dari SKPD/ instansi terkait sesuai dengan kewenangan dominan dan

karakteristik daerah yang bersangkutan seperti dinas kelautan, Pariwisata dan Koperasi dll.

Bila memang dibutuhkan, anggota dari instansi terkait lainnya seperti Dinas Perhubungan,

Pertambangan, Perhubungan Laut, Kesehatan, dan Pendidikan Nasional sebagai anggota tim

teknis.

Tugas tim teknis dalam penyusunan Rencana Aksi pengelolaan Teluk Bone antara lain :

1. Menyusun Kerangka Acuan Kerja sebagai landasan bagi pengerjaan penyusunan

Rencana Aksi pengelolaan Teluk Bone yang setidaknya meliputi arahan maksud dan

tujuan penyusunan Rencana Aksi pengelolaan Teluk Bone, hal-hal strategis terkait

penyusunan Rencana Aksi pengelolaan Teluk Bone, dan arahan metodologi.

2. Mengkoordinasikan persiapan penyusunan Rencana Aksi pengelolaan Teluk Bone

bersama stakeholder yang terkait di daerah.

3. Melakukan inventarisasi berbagai isu dan permasalahan dalam penyusunan Rencana

Aksi pengelolaan Teluk Bone

4. Mengumpulkan data dan informasi dalam penyusunan Rencana Aksi pengelolaan

Teluk Bone Tahap Pembentukan Tim Teknis pada penyusunan Rencana Aksi

pengelolaan Teluk Bone dilakukan selama 1 (satu) bulan.

3.2. Identifikasi Isu Strategi

Proses ini akan mengidentifikasi dan memprioritaskan peluang yang paling layak baik

dari segi finansial maupun teknis untuk mencapai tujuan tertentu. Kegiatan yang bersifat

eksperimentil atau secara teknologi tidak terbukti atau duplikasi program pengembangan

komunitas sebaiknya tidak direkomendasikan untuk diterapkan. Beberapa ide yang inovatif

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 47


|
lebih bernilai bila diawasi di lapangan (studi terpercaya) dan sebaiknya diklasifikasikan

sebagai proyek riset terapan dan dilaksanakan hanya oleh peneliti berkualitas.

Identifikasi isu strategis pula dimaksudkan untuk menemukan, mengumpulkan, meneliti,

mendaftarkan, mencatat data dan informasi terkait dengan berbagai permasalahan lingkungan

yang ada di kawasan teluk bone. Identifikasi ini diharapkan pula menjadi data awal dalam

pemecahan masalaha-masalah lingkungan yang ada. Adapaun issu strategis dan

permasalahan yang perlu mendapatkan perhatian di kawasan teluk bone berdasarkan kajian

awal dari berbagai sumber adalah :

1. Inventarisasi Data-Data Ekosistem Lingkungan

Belum adanya inventarisasi data spasial maupun temporal terkait permasalahan

ekosistem dan potensi SDA secara terpadu yang ada dikawasan teluk bone menjadikan

pengelolaan ekosistem dan pemecahan masalahan lingkungan menjadi tidak terintegrasi.

Sehingga terkadang upaya untuk penanggulangan masalah lingkungan tersebut menjadi

tidak terstruktur dan tidak dapat membedakan program-program yang belum dan telah

dilakukan. Oleh karenanya perlunya ada upaya untuk membuat database terkait kondisi

wilayah, kajian potensi SDA, tata kelola wilayah pesisir teluk bone dan kajian kerusakan

dan degradasi ekosistem di kawasan pesisir dan laut teluk bone.

2. Kerusakan DAS

Kerusakan DAS disebabkan oleh berbagai jenis penggunaan lahan di kawasan teluk

bone saat ini seperti penggunaan hutan, sawah, ladang, perkebunan, padang rumput,

semak belukar dan jenis lainnya yang membawa pengaruh terhadap kelestarian beberapa

Daerah Aliran Sungai (DAS), seperti: DAS Jeneberang, DAS Bila, dan DAS Walanae.

Penutupan vegetasi daerah aliran sungai saat ini diperkirakan 70 % dari luas total, tetapi

dilain pihak banjir masih terus terjadi di wilayah tersebut dan bahkan dampaknya

semakin luas dan semakin lama waktu genangannya. Hal ini mengindikasikan bahwa

kondisi penutupan lahan di wilayah hulu DAS telah mengalami kerusakan sebagai akibat

dari kegiatan perambahan hutan.

3. Banjir dan Kekeringan

Banjir merupakan merupakan masalah pokok yang terus menerus terjadi dan

intesitas terus meningkat yang perlu mendapat perhatian yang serius di Sulawesi Selatan.

Hal ini sangat meresahkan masyarakat terutama masyarakat yang bermukim di sekitar

sungai Jeneberang, Saddang, Bila, Walanae, Cendranae dan Sungai besar lainnya dengan

debit banjir setiap tahunnya semakin meningkat.

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 48


|
4. Sedimentasi

Sedimentasi merupakan salah satu masalah pokok lingkungan hidup yang ada di

kawasan Teluk Bone. Dimana setiap tahun terjadi peningkatan sedimentasi di beberapa

sungai utama di wilayah ini yang cukup tinggi.

5. Pencemaran Air dan Udara

Pencemaran Air di kawasan teluk bone belakangan ini makin signifikan, hal ini

disebabkan oleh aktivitas manusia yang dilakukan tanpa memperhatikan lingkungan

sekitarnya. Sebagaimana kita ketahui bahwa Danau, Sungai lautan dan air tanah adalah

bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari

siklus hidrologi. Pencemaran air disebabkan oleh berbagai hal antara lain :

o Sampah organik seperti air comberan (Sewage) menyebabkan peningkatan

kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada

berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah seluruh ekosistem.

o Buangan limbah pabrik yang mengalir kesungai, dimana mengandung berbagai

macam polutan seperti bahan organik, neutrien, dan padatan tersuspensi.

Saat ini masalah pencemaran udara adalah merupakan isu yang sangat penting

mengingat meningkatnya aktivitas manusia yang setiap hari berpeluang untuk menciptakan

polusi udara yang sangat tinggi. Hal ini perlu kita sikapi bersama dengan cara menekan laju

pencemaran udara yang terjadi pada daerah kota dan daerah padat industri yang

menghasilkan zat di atas batas kewajaran. Gas-gas pencemar udara di antaranya CO, CO2,

NO, NO2, SO, SO2. Semakin banyak kendaraan bermotor dan alat-alat industri yang

mencemarkan lingkungan maka akan semakin parah pula pencemaran uadara yang terjadi,

kualitas Udara semakin memburuk di sebabkan semakin sempitnya lahan hijau atau

pepohonan di suatu daerah untuk itu perlu adanya peran serta pemerintah, pengusaha dan

masyarakat untuk dapat menyelesaikan permasalahan pencemaran udara di Sulawesi

Selatan.

6. Kerusakan ekosistem pesisir pantai

Kerusakan hutan mangrove di kawasan teluk bone disebabkan oleh lemahnya berbagai

faktor, antara lain kebijakan pemanfaatan wilayah pesisir, Kebijakan pengelolaan hutan

mangrove, penegakan hukum dan koordinasi antar sektor instansi terkait dalam

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 49


|
pemanfaatan wilayah pesisir. Kerusakan terumbu karang di Sulsel telah menyebabkan

menurunnya populasi/produksi ikan di sepanjang pesisir pantai.

7. Persampahan

Saat ini masalah persampahan adalah sebuah issu penting yang memerlukan

penanganan secara tepat, dimana pola konsumsi masyarakat yang belum mengarah pada

pola-pola yang berwawasan lingkungan sehingga penggunaan kemasan berupa kertas,

kantong plastik, kaleng dan bahan-bahan lainnya masih tinggi. Hal ini menyebabkan

peningkatan jumlah timbunan sampah perkotaan, tetapi umumnya peningkatan jumlah

tersebut tidak diikuti oleh prasarana dan sarana persampahan yang memadai sehingga

sampah yang tidak tertangani menjadi sumber pencemaran.

8. Degradasi Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati di sulsel perlu dilestarikan melalui perlindungan dan

pemanfaatan secara berkelanjutan seperti yang amanatkan dalam UU No. 5 Tahun

1994 tentang Keanekaragaman Hayati. Keanekaragaman hayati terdiri dari komponen

gen, spesies dan ekosistem yang merupakan sumberdaya dan jasa bagi kehidupan umat

manusia.

9. Tata Kelola Kawasan Pemukiman

Buruknya penataan kawasan pemukiman dikawasan pesisir teluk bone menjadi

permasalahan tersendiri yang harus segera di atasi. Hal ini dikarenakan kondisi sanitasi,

tata kelola lingkungan yang baik menjadi salah satu faktor dalam menunjang kesehatan

masyarakat pesisir. Dengan kondisi lingkungan pemukiman yang baik maka tingkat

kesehatan, keindahan lingkungan kawasan pesisir teluk bone akan menjadi lebih baik.

10. Peningkatan Kualitas SDM

Pengembangan sumber daya manusia perlu dilakukan secara terencana dan

berkesinambungan. Agar pengembangan dapat dilaksanakan dengan baik, harus lebih

dahulu ditetapkan suatu program pengembangan sumber daya manusia. Progam

pengembangan sumber daya manusia hendaknya disusun secara cermat dan tepat.

Pengembangan haruslah bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis,

konseptual serta moral sumber daya manusia dalam memandang lingkungan. Sehingga

kesejahteraan masyarakat bisa tercapai.

3.3. FGD Penyusunan Rencana Aksi

Dokumen awal Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone selanjutnya dikonsultasikan

dengan para pemangku kepentingan melalui Focus Group Discussion (FGD) untuk dilakukan

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 50


|
pengkajian guna mendapatkan feedback dan umpan balik dari sisi kualitas data, metodologi,

sistematika, substansi materi dan analisa data yang digunakan dalam rancangan Rencana Aksi

Pengelolaan Teluk Bone serta mendapatkan input yang baik berupa koreksi maupun

penambahan untuk rancangan Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone.

3.4. Konsultasi Publik

Hasil kajian rancangan Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone selanjtnya

dikonsultasikan kepada publik untuk mendapat masukan tanggapan, saran dan perbaikan

dari instansi terkait, LSM dan atau ORMAS dan masyarakat guna menghasilkan dokumen

Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone.

3.5. Penetapan Peraturan

Dokumen rencana aksi pengelolaan teluk bone ini ialah suatu bentuk dokumen formal

dan legal. Proses panjang yang telah dijalani dalam pembuatan dokumen rencana aksi ini ialah

mulai dari pembentukan tim teknis, Identifikasi isu-isu strategis, pembahasan dan perbaikan

dokumen yang dilakukan melalui FGD, diskusi formal dan informal sampai kepada pengesahan

dan penetapan aturan melalui SK. Gubernur No. 26 tahun 2015 dan No. 40 tahun 2015. Hingga

akhirnya tertanggal 20 mei 2015 penerbitan SK. Ini menjadi bentuk legal formal untuk

mengadopsi sistem perencanaan strategis dalam pengelolaan kawasan teluk bone.

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 51


|
BAB IV. HUBUNGAN DENGAN PERENCANAAN LAIN

4.1. Perencanaan Daerah yang Terkait

Sistem perencanaan pembangunan did aerah-daerah harus dapat menjamin

keterpaduan seluruh satuan-satuan perencanaan, baik satuan perencanaan di tingkat

kabupaten/ kota, dan tingkat provinsi maupun satuan-satuan perencanaan sektoral. Keberadaan

rencana aksi teluk bone ini bukan untuk menyingkirkan program-program lingkungan yang telah

ada dalam satuan perangkat rencana kerja di tiap-tiap kabupaten/kota kawasan teluk bone.

Akan tetapi menjadi satu-kesatuan kolektif yang tak terpisahkan dan menjadi bagian dari

penjabaran pembangunan wilayah yang lebih sistematis yang merumuskan kebijakan

pengelolaan lingkungan hidup dengan sektor kepesisiran secara administratif dan spasial.

4.2. Perencanaan RAP Teluk Bone

Penyusunan Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone diarahkan pada penanganan

isu-isu yang termuat dalam Rencana Strategis BLHD Prov. Sulawesi Selatan. Lokasi kegiatan

Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone berada pada Kawasan yang telah ditetapkan yakni di

kawasan pesisir dan laut Teluk Bone yang mencakup 9 kabupaten/Kota, sedangkan tatakelola

setiap kegiatan yang termuat dalam Rencana Aksi ini terutama yang menyangkut kebijakan,

prosedur dan tanggung jawab dalam rangka pengoordinasian pengambilan keputusan

mengacu pada Rencana Pengelolaan Kawasan Teluk Bone yang juga telah ditetapkan.

Semua kegiatan yang ada dalam Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone ini mengacu

pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Rencana Zonasi dan rencana Tata

Ruang daerah dan diintegrasikan menjadi bagian dari kegiatan yang termuat dalam Rencana

Kerja Pendek Daerah.

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 52


|
BAB V. PROGRAM KERJA

5.1. Ulasan Kegiatan Sebelumnya

Selama ini kegiatan program lingkungan lingkup kepesisiran seringkali dihadapkan pada

berbagi persoalan SDM, baik pada tataran pemerintah daerah maupun pada tingkatan

masyarakat lokal. Pada tataran pemerintah (pusat dan daerah) budaya birokrasi yang lebih

bersifat sektoral menjadi salah satu hambatan krusial yang mengarahkan model pengelolaan

lingkungan yang bersifat terpadu. Sehingga, diperlukan waktu yang cukup lama untuk merubah

perilaku budaya sektoral tersebut.

Kesiapan masyarakat, khususnya mereka yang tinggal diwilayah pesisir untuk

menerapkan pola model kegiatan berbasis lingkungan masih dihadapkan pada berbagai

persoalan-persoalan sosial-ekonomi yang sangat mendasar, antara lain : pendapatan rumah

tangga yang sangat rendah mengakibatkan daya beli terhadap kebutuhan-kebutuhan dasar

sangat terbatas, menjadikan mereka rentan melakukan ekploitasi sumberdaya yang bersifat

destruktif. Tingkat pendidikan yang rendah mengakibatkan rendahnya kemampuan mengadopsi

model-model pengelolaan yang dicontohkan serta terbatasnya kemampuan menerapkan dan

mereplikasi paket-paket teknologi yang diberikan. Keterbelakangan ini merupakan bagian dari

proses-proses sosial. Komunitas masyarakat yang memiliki persoalan-persoalan sosial ekonomi

yang awalnya berada di wilayah daratan-pegunungan dan daratan-perkotaan secara perlahan

mendiami wilayah pesisir. Ketertarikan komunitas ini diakibatkan adanya sumberdaya pesisir

yang dapat dimanfaatkan tanpa perlu memiliki.

Demikian sebaliknya, segmen masyarakat pesisir telah memiliki kualitas hidup yang lebih

baik, misalnya tingkat pendidikan membaik cenderung berurbanisasi dan meninggalkan wilayah

pesisir. Sehingga secara keseluruhan persoalan keterbelakangan sosial ekonomi masyarakat

pesisir seakan-akan membentuk suatu lingkaran setan. Oleh karena itu, persoalan penerapan

kegiatan lingkungan berbasis kepesisiran dan kelautan secara terpadu terletak pada

kemampuan SDM. Isu ini telah menjadi alasan yang melatarbelakangi berbagai proyek/program

yang berkaitan dengan program lingkungan tersebut. Setiap proyek/program seyogyanya

mempaketkan kualitas SDM, misalnya pendidikan dan latihan, lokakarya, dan seminar.

Selama ini kegiatan rencana aksi pengelolaan lingkungan di wilayah Sulawesi Selatan

dilakukan oleh pemerintah daerah dan lembaga-lembaga non-pemerintah. Implementasi

program-program yang difasilitasi oleh pemerintah daerah (PEMDA) dilakukan melalui suatu

perencanaan. Sebelum pemberlakuan UU. No. 25/2004, satuan perencanaan ini merupakan

konfilasi usulan-usulan program setiap sektor yang di evaluasi berdasarkan prioritas

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 53


|
pembangunan (arah Kebijakan Umum dan Renstrada), setelah tahun 2004, satuan

perencanaan daerah dijabarkan menjadi 3 dokumen, yaitu : (i) Perencanaan pembangunan

jangka panjang (ii) perencanaan pembangunan jangka menengah (5 tahun) (iii) rencana kerja

pemerintah daerah.

Semua satuan perencanaan dikendalikan oleh sistem pendanaan. Pendanaan diperoleh

dari APBN, baik melalui anggaran pemerintah murni-maupun dari alokasi dana CSR dan

pendanaan APBD. Alokasi dana setiap program dari kegiatan yang bersumber dari APBN

dikucurkan melalui setiap instansi/ sektor yang bersangkutan, sementara program-program

yang bersifat multisektoral diluncurkan melalui Bappeda. Pendanaan program/kegiatan yang

bersumber dari pemerintah daerah dikoordinasi oleh Bappeda, setelah mendapat persetujuan

dari DPRD.

Sedangkan implementasi program lingkungan lingkup kepesisiran dan kelautan secara

terpadu yang difasilitasi oleh lembaga-lembaga non-pemerintah (LSM) biasanya dikendalikan

oleh perencanaan yang telah dipersiapkan oleh lembaga donor (Founding research). Sistem

perencanaan ini biasanya tidak terintegrasi dengan perencanaan yang telah ada di daerah.

Sehingga program-program atau kegiatan tidak terintegrasi dan saling bertumpuk.

Beberapa kelemahan yang terjadi pada pelaksanaan kegiatan/program lingkungan

kepesisiran selama ini yang dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran diantaranya :

1. Kegiatan/program kelautan dan kepesisiran dilakukan secara sektoral, tidak jarang

kegiatan yang sama dilakukan oleh beberapa instansi yang berbeda, misalnya

rehabilitasi mangrove melalui penanaman tegakan pada area kritis dilakukan oleh dinas

kehutanan, Bappeda, BLHD dan dinas kelautan dan perikanan. Kelemahan utama pada

kasus di atas adalah tidak adanya konsistensi dalam menggerakkan mandat dan

kewenangan setiap instansi yang membidangi rehabilitasi mangrove tersebut.

2. Implementasi kegiatan-kegiatan lingkungan lingkup kepesisiran dan kelautan sering

dilakukan secara eksklusif (masyarakat tertentu), akibatnya masyarakat lainnya tidak

memiliki akses terhadap kegiatan tersebut. Padahal aspirasi masyarakat yang tidak

terakomodasi ini justru merupakan representasi isu atau persoalan masyarakat itu.

Perencan dan pelaksana program khawatir melibatkan masyarakat dalam jumlah yang

besar karena keterbatasan biaya. Hal ini disebabkan karena sikap masyarakat terhadap

suatu proyek sering diidentikkan dengan umpan balik berupa materil seperti uang.

Menyikapi sikap masyarakat tersebut, desain kegiatan seharusnya diawali dengan

kegiatan-kegiatan yang dapat membangun sikap yang benar dan motivasi kuat untuk

berkontribusi pada pelaksanaan kegiatan nantinya.

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 54


|
3. Beberapa kegiatan lingkungan lingkup kepesisiran yang terlaksana selama ini sering

dilakukan oleh pelaksana (individu/kelompok) yang tidak memiliki kapasitas yang relevan

dengan paket kegiatan tersebut. Hal ini disebabkan karena sistem seleksi tidak berjalan

optimal.

4. Sebagian besar kegiatan kepesisiran yang telah terlaksana selama ini hanya berupa

kegiatan percontohan (pilot project) yang dikemudian hari memerlukan inisiatif

masyarakat lokal untuk meneruskan secara mandiri, tetapi perencanaan proyek dan

pasca proyek tidak dipersipakan secara menyeluruh sehingga sebagian besar kegiatan

tersebut tidak berlanjut dan tidak tereplikasi, akibatnya manfaat (outcome) dan solusi

yang ingin dicapai dari kegiatan/program tersebut tidak tercapai. Seharusnya, masa

pasca proyek adalah periode dimana masyarakat masih perlu mendapatkan fasilitas dan

pendampingan sampai pada terbentuknya “kemandirian” dan kemampuan pengetahuan

5. Kontribusi pihak swasta pengusaha atau perusahaan dalam kegiatan lingkungan

kepesisiran hanya terfokus pada kegiatan-kegiatan ekonomi produktif (dimensi ekonomi)

sedangkan keberpihakan pada aspek lingkungan/konservasi masih sangat terbatas.

Kontribusi pihak-pihak pengusaha pada program konservasi seharusnya “difasilitasi”

oleh pemberlakuan peraturan dan penegakannya secara konsisten, diharapkan pada

akhirnya terbangun sikap dan kepedulian tinggi terhadap lingkungan (Enviromental

Responsive Attitude).

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 55


|
5.2. Pendekatan Rencana Aksi

Dalam menyusun Rencana Aksi Pengelolaan lingkungan hidup kawasan teluk bone, ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu daya dukung sumberdaya dan lingkungan pesisir,

optimalisasi manfaat sumberdaya yang tersedia, kapasitas aparat pelaksana, keikutsertaan

masyarakat, keterlibatan dunia usaha dan kearifan lokal yang masih dianut oleh masyarakat

setempat.

Pendekatan program yang digunakan dalam penyusunan dokumen Rencana Aksi

pengelolaan lingkungan hidup kawasan teluk bone adalah :

1. Pendekatan Akomodatif, yaitu dokumen ini diharapkan memenuhi kebutuhan

berbagai pihak pengguna sumberdaya di daerah dalam hal pengelolaan sumberdaya

pesisir dan puau-pulau kecil selain itu kajian terhadap dokumen meliputi arah kebijakan

umum baik di tingkat regional maupun nasional.

2. Pendekatan Suportif, yaitu dokumen ini diharapkan mampu mendorong pembangunan

ekonomi masing-masing kabupaten di daerah sesuai dengan renstra-pengelolaan

lingkungan hidup.

e. Pendekatan Protektif, yaitu mengandung makna bahwa dokumen ini dapat

digunakan sebagai panduan arahan untuk melindungi wilayah pesisir dan laut

daerah, yang secara ekologis sangat penting, yaitu vegetasi mangrove, padang

lamun, terumbu karang, dan aspek-aspek lainnya tentang lingkungan pesisir.

f. Pendekatan Aspiratif, yaitu dokumen ini diharapkan mampu mengatasi konflik dalam

pemanfaatan sumberdaya pesisir dan potensi kerusakan sumberdaya.

Begitu banyak program dan kegiatan yang dapat dilakukan dalam pengelolaan wilayah

pesisir dan pulau-pulau namun karena keterbatasan beberapa hal yang membutuhkan

penanganan secara cepat sehingga diperlukan penyusunan rencana aksi skala priorotas.

Kriteria utama penentuan rencana Aksi adalah :

1. Berdayaguna, artinya kegiatan aksi dapat bermanfaat secara ekonomi, yang dapat

memberikan tambahan penghasilan bagi rumah tangga (income regenarating),

menciptakan lapangan kerja, berkonstribusi terhadap pendapatan asli daerah. Daya

dukung Lingkungan, artinya setiap kegiatan dalam rencana aksi tidak boleh melebihi dari

daya dukung lingkungan yang ada

2. Praktis, artinya aspek kesederhanaan harus menjadi salah satu pertimbangan.

Kesederhanaan memudahkan bagi masyarakat mengerti, melaksanakan dan mereplikasi

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 56


|
pada tempat dan waktu yang berbeda. Akan tetapi kesederhanaan tidak mengurangi

porsi pencapaian tujuan dari kegiatan-kegiatan tersebut.

3. Kemampuan Pembiayaan, artinya program aksi seharusnya mempertimbangkan

kemampuan dan prioritas pembiayaan pemda (APBD). Sumber pembiayaan lainnya

(APBN dan Loan/grant) biasanya mensyaratkan kriteria dan kondisi tertentu sehingga

tidak secara otomatis dapat digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang telah

dirancang.

4. Terjangkau,artinya Rencana Aksi diharapkan dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat

dan tidak terbatas hanya pada kelompok masyarakat tertentu atau terhadap

pengelolan program secara langsung.

5. Keterbukaan, artinya setiap tahapan kegiatan mulai dari perencanaan, penetapan

hingga pelaksanaan serta evaluasinya dilaksanakan secara terbuka

6. Mengakomodasi Rencana Kerja SKPD, artinya Rencana Aksi disusun dengan menyesuaikan

rencana kerja yang telah dilaksanakan masing-masing SKPD terkait.

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 57


|
5.3. Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone

Tabel 32 Ringkasan Program Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone


NO. BIDANG PENGEMBANGAN INDIKATOR LOKASI PAGU INDIKATIF
URUSAN KEGIATAN KEBERHASILAN
PEMERINTAHAN TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019 TAHUN 2020 TAHUN 2021 SKPD
DAN PROGRAM PENANGGUNG
PEMBANGUNAN JAWAB
TARGET RP TARGET RP TARGE RP TARGET RP TARGET RP
(JT) (JT) T (JT) (JT) (JT)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Strategi Operasional a.
Perencanaan, penelitian, pengkajian dan pengembangan pengelolaan sumber daya lingkungan hidup secara berkelanjutan di Kawasan Teluk Bone
1 Perencanaan 1. Membentuk area Terbentuknya 5 kab. Di Bulukumba 450 Kab. Bone 450 Kab. 450 Kab. Luwu 450 Kab. Luwu 450 Dishut/DINAS
penetapan kawasan hutan area kawasan kawasan Wajo Utara PENGELOLAAN LH
kawasan hutan lindung mangrove hutan lindung Teluk
lindung dan mangrove Bone
konservasi laut 2. Penetapan Terbentuknya 3 kab. Di Sinjai, 1000 Sinjai, 500 Sinjai, 400 Sinjai, 400 Sinjai, 400 DKP/DINAS
kawasan cagar kawasan cagar kawasan Luwu Luwu Luwu Luwu Luwu PENGELOLAAN LH
perikanan perikanan dalam Teluk Timur, Timur, Timur, Timur, Timur,
menunjang Bone Selayar Selayar Selayar Selayar Selayar
sumberdaya
perikanan
berkelanjutan
3. Penetapan Telah ditetapkan 3 kab. Di Kota 1000 Kota 500 Kota 400 Kota 400 Kota 400 DKP/DINAS
Daerah Daerah kawasan Palopo, Palopo, Palopo, Palopo, Palopo, PENGELOLAAN LH
perlindungan Laut perlindungan Laut Teluk Kab Luwu, Kab Luwu, Kab Kab Luwu, Kab Luwu,
Bone Kab Wajo Kab Wajo Luwu, Kab Wajo Kab Wajo
Kab
Wajo
4. Penetapan Ditetapkannya 3 kab. Di Luwu, Luwu, Luwu, Luwu, Luwu, DKP/DINAS
Kawasan Daerah Kawasan Daerah kawasan Wajo, Wajo, Wajo, Wajo, Wajo, PENGELOLAAN LH
Perlindungan Perlindungan Teluk Palopo Palopo Palopo Palopo Palopo
Lamun Lamun Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 58


|
2 Penyusunan 1. Pembuatan Tersusunya Daerah Selayar, 1200 Selayar, 1200 Selayar, 120 Selayar, 1200 Selayar, 1200 DKP/Dishut/DINAS
rencana kegiatan dokumen kegiatan dokumen pesisir Bulukumba Bulukumba Buluku 0 Bulukumba Bulukumba PENGELOLAAN LH
jangka 5 tahunan tahunan kegiatan tahunan dan laut , Sinjai, , Sinjai, mba, , Sinjai, , Sinjai,
hutan Mangrove melalui panduan sepanjan Bone, Bone, Sinjai, Bone, Bone,
dan ekosistem rencana aksi g teluk Wajo, Wajo, Bone, Wajo, Wajo,
pesisir dan laut pengelolaan bone Luwu, Luwu, Wajo, Luwu, Luwu,
lingkungan hidup Palopo, Palopo, Luwu, Palopo, Palopo,
kawasan teluk Luwu Luwu Palopo, Luwu Luwu
bone Utara, Utara, Luwu Utara, Utara,
Luwu Luwu Utara, Luwu Luwu
Timur Timur Luwu Timur Timur
Timur
2. Pembuatan Tersusunya Daerah Bulukumba 500 Sinjai, 500 Luwu, 500 Wajo 500 Luwu 500 DKP/Dishut/DINAS
pedoman pembuatan pesisir , Selayar Bone, Palopo Utara, PENGELOLAAN LH
pelaksanaan pedoman sepanjan Luwu
kawasan hutan pelaksanaan g teluk Timur
mangrove dan kawasan hutan bone
ekosistem laut mangrove dan
ekosistem laut
3 Pengelolaan 1. Pembuatan Tersusunnya Daerah Luwu 150 Palopo, 150 Luwu 150 Sinjai, 150 Bulukumba 150 DKP /DINAS
kawasan aturan-aturan kecil pembuatan pesisir Wajo Utara, Bone , Selayar PENGELOLAAN LH
ekosistem dalam bentuk aturan-aturan sepanjan Luwu
mangrove dan papan penyelia kecil dalam g teluk Timur
laut informasi di setiap bentuk papan bone
desa/kecamatan penyelia
P3K informasi di
setiap
desa/kecamatan
P3K
2. Penyusunan Tersusunnya Daerah Wajo, 200 Luwu 200 Luwu 200 Bulukumba 200 Sinjai, 200 DKP/Dishut/DINAS
peraturan daerah peraturan daerah pesisir Palopo Timur, , Selayar Bone PENGELOLAAN LH
terkait pengelolaan terkait sepanjan Luwu Utara
kawasan mangrove pengelolaan g teluk
dan ekosistem kawasan bone
pesisir mangrove dan
ekosistem pesisir

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 59


|
3. Pelatihan dan Terlaksananya Daerah Wajo, 100 Luwu 100 Luwu 50 Bulukumba 100 Sinjai, 100 DKP/Dishut/DINAS
konsultasi publik pelatihan dan pesisir Palopo Timur, , Selayar Bone PENGELOLAAN LH
terkait pengelolaan konsultasi publik sepanjan Luwu Utara
kawasan mangrove terkait g teluk
dan ekosistem pengelolaan bone
pesisir kawasan
mangrove dan
ekosistem pesisir
Strategi Operasional b.
Pertukaran data dan informasi serta pemberdayaan pengelolaan sumber daya lingkungan hidup secara berkelanjutan di Kawasan Teluk Bone
1 Pengelolaan data 1. Pembuatan peta Tersusunnya peta Daerah Sinjai, 500 Selayar, 500 Luwu, 500 Luwu 500 Wajo 400 DKP/Dishut/DINAS
terpadu ekosistem dan database dan database pesisir Bone Bulukumba Palopo Utara, PENGELOLAAN LH
pesisir dan pulau- kawasan hutan kawasan hutan sepanjan Luwu
pulau kecil mangrove mangrove g teluk Timur
bone
2. Pembuatan peta Tersusunnya peta Daerah Sinjai, 500 Selayar, 500 Luwu, 500 Luwu 500 Wajo 400 DKP/DINAS
dan database dan database pesisir Bone Bulukumba Palopo Utara, PENGELOLAAN LH
kawasan padang kawasan padang sepanjan Luwu
lamun lamun g teluk Timur
bone
3. Pembuatan peta Tersusunnya peta Daerah Sinjai, 800 Selayar, 800 Luwu, 800 Luwu 800 Wajo 400 DKP/DINAS
dan database dan database pesisir Bone Bulukumba Palopo Utara, PENGELOLAAN LH
kawasan terumbu kawasan terumbu sepanjan Luwu
karang karang g teluk Timur
bone
4. Pengadaaan Terlaksananya Daerah Luwu 450 Wajo, 900 Luwu 900 Sinjai, 900 Selayar, 900 DKP/Dishut/DINAS
survei/kajian survei/kajian pesisir Palopo Utara, Bone Bulukumba PENGELOLAAN LH
potensi dan potensi dan sepanjan Luwu
ancaman ancaman g teluk Timur
lingkungan Hidup lingkungan Hidup bone
Kawasan Teluk Kawasan Teluk
Bone Bone
5. Pembangunan Terlaksananya Daerah Bulukumba 1600 Bulukumba 1000 Buluku 600 Bulukumba 400 Bulukumba 400 DKP/Dishut/DINAS
pusat data dan pembangunan pesisir , Bone, , Bone, mba, , Bone, , Bone, PENGELOLAAN LH
spasial pusat data dan sepanjan Palopo, Palopo, Bone, Palopo, Palopo,
sumberdaya spasial g teluk Luwu Luwu Palopo, Luwu Luwu
lingkungan hidup sumberdaya bone Timur Timur Luwu Timur Timur
kawasan teluk bone lingkungan hidup Timur
kawasan teluk

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 60


|
bone

6. Pengembangan Terlaksananya Daerah Selayar, 1000 Selayar, 1000 Selayar, 100 Selayar, 1000 Selayar, 1000 DKP/Dishut/DINAS
hasil database dan pengembangan pesisir Bulukumba Bulukumba Buluku 0 Bulukumba Bulukumba PENGELOLAAN LH
spasial pada hasil database dan laut , Sinjai, , Sinjai, mba, , Sinjai, , Sinjai,
outlet/daerah dan spasial pada sepanjan Bone, Bone, Sinjai, Bone, Bone,
kabupaten outlet/daerah g teluk Wajo, Wajo, Bone, Wajo, Wajo,
kabupaten bone Luwu, Luwu, Wajo, Luwu, Luwu,
Palopo, Palopo, Luwu, Palopo, Palopo,
Luwu Luwu Palopo, Luwu Luwu
Utara, Utara, Luwu Utara, Utara,
Luwu Luwu Utara, Luwu Luwu
Timur Timur Luwu Timur Timur
Timur
Strategi Operasional c. :
Pengelolaan sumberdaya Mangrove berkelanjutan, peningkatan Kualitas SDM dan pengembangan potensi kawasan ekowisata Dalam Pengelolaan Hutan Mangrove lestari di Kawasan Teluk Bone
1 Pemulihan 1. Penyusunan Tersusunnya Daerah Luwu 500 Luwu 250 Wajo, 500 Selayar, 500 Sinjai, 500 DKP/Dishut/DINAS
kawasan pedoman pedoman pesisir Utara, Palopo Bulukumba Bone PENGELOLAAN LH
mangrove yang pelaksanaan pelaksanaan dan laut Luwu
mengalami krisis rehabilitasi rehabilitasi sepanjan Timur
mangrove mangrove g teluk
bone
2. Pelatihan teknik Terlaksananya Daerah Luwu 500 Luwu 250 Wajo, 500 Selayar, 500 Sinjai, 500 DKP/Dishut/DINAS
rehabilitasi bagi pelatihan teknik pesisir Utara, Palopo Bulukumba Bone PENGELOLAAN LH
dinas/instansi rehabilitasi bagi dan laut Luwu
terkait dan dinas/instansi sepanjan Timur
masyaraat terkait dan g teluk
masyaraat bone
3. Pelaksanaan Terlaksananya Daerah Luwu 500 Luwu 250 Wajo, 500 Selayar, 500 Sinjai, 500 DKP/Dishut/DINAS
kegiatan rehabilitasi kegiatan pesisir Utara, Palopo Bulukumba Bone PENGELOLAAN LH
mangrove pada rehabilitasi dan laut Luwu
kawasan kritis mangrove pada sepanjan Timur
kawasan kritis g teluk
bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 61


|
4. Pembuatan adanya papan Daerah Luwu 250 Luwu 250 Wajo, 250 Selayar, 250 Sinjai, 250 DKP/Dishut/DINAS
papan informasi informasi dan pesisir Utara, Palopo Bulukumba Bone PENGELOLAAN LH
dan sosialisasi Tersosialisasinya dan laut Luwu
aturan kawasan aturan kawasan sepanjan Timur
mangrove yang mangrove yang g teluk
telah di rehabilitasi telah di bone
rehabilitasi
2 Pemberdayaan 1. Pembentukan Terbentuknya Daerah Luwu Utara 500 Luwu 250 Wajo, 500 Selayar, 500 Sinjai, 500 DKP/Dishut/DINAS
aparat dan dinas kawasan hijau kawasan hijau pesisir Palopo Bulukumba Bone PENGELOLAAN LH
terkait serta mangrove berbasis mangrove dan laut
masyarakat dalam masyarakat berbasis sepanjan
pengelolaan masyarakat g teluk
ekosistem bone
mangrove 2. Pelatihan kader Dilakukannya Daerah Luwu 500 Luwu 250 Wajo, 500 Selayar, 500 Sinjai, 500 DKP/Dishut/DINAS
masyarakat pelatihan kader pesisir Utara, Palopo Bulukumba Bone PENGELOLAAN LH
pengelola masyarakat dan laut Luwu
mangrove pengelola sepanjan Timur
mangrove g teluk
bone
3. Pembentukan Dibentuknya Daerah Luwu 500 Luwu 250 Wajo, 500 Selayar, 500 Sinjai, 500 DKP/Dishut/DINAS
Kelompok Kelompok pesisir Utara, Palopo Bulukumba Bone PENGELOLAAN LH
penguatan penguatan dan laut Luwu
kelembagaan kelembagaan sepanjan Timur
Mangrove daerah Mangrove daerah g teluk
(KKMD) (KKMD) bone
4. Sosialisasi Dilakukannya Daerah Luwu 500 Luwu 250 Wajo, 500 Selayar, 500 Sinjai, 500 DKP/Dishut/DINAS
aturan perundang- sosialisasi aturan pesisir Utara, Palopo Bulukumba Bone PENGELOLAAN LH
undangan terkait perundang- dan laut Luwu
pengelolaan hutan undangan terkait sepanjan Timur
mangrove pengelolaan g teluk
hutan mangrove bone
3 Perencanaan dan 1. Mengadakan Diadakannya Daerah Luwu 450 Bulukumba 450 Wajo 450 Luwu Utara 450 Luwu 450 DKP/Dishut/DINAS
pengkajian survei potensi survei potensi pesisir Timur PENGELOLAAN LH
kawasan kesesuaian kesesuaian dan laut
mangrove dalam mangrove sebagai mangrove sepanjan
pengembangan kawasan ekowisata sebagai kawasan g teluk
wisata ekowisata bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 62


|
2. Membuat Dibuatnya Daerah Luwu 450 Bulukumba 450 Wajo 450 Luwu Utara 450 Luwu 450 DKP/Dishut/DINAS
peraturan daerah peraturan daerah pesisir Timur PENGELOLAAN LH
terkait mangrove terkait mangrove dan laut
sebagai kawasan sebagai kawasan sepanjan
ekowisata ekowisata g teluk
bone
3. Sosialisasi Dilakukannya Daerah Luwu 450 Bulukumba 450 Wajo 450 Luwu Utara 450 Luwu 450 DKP/Dishut/DINAS
kawasan ekowisata sosialisasi pesisir Timur PENGELOLAAN LH
pada dinas terkait kawasan dan laut
dan Masyarakat ekowisata pada sepanjan
dinas terkait dan g teluk
Masyarakat bone
4. Pembangunan Dilakukannya Daerah Luwu 1000 Bulukumba 1000 Wajo 100 Luwu Utara 1000 Luwu 1000 DKP/Dishut/DINAS
dan pengadaan pembangunan pesisir Timur 0 PENGELOLAAN LH
sarana dan dan pengadaan dan laut
prasarana daerah sarana dan sepanjan
mangrove sebagai prasarana daerah g teluk
kawasan ekowisata mangrove bone
sebagai kawasan
ekowisata
5. Penetapan dan Ditetapkannya Daerah Luwu 450 Bulukumba 450 Wajo 450 Luwu Utara 450 Luwu 450 DKP/Dishut/DINAS
pencanangan dan dicanangkan pesisir Timur PENGELOLAAN LH
kawasan ekowisata kawasan dan laut
mangrove ekowisata sepanjan
mangrove g teluk
bone
Strategi Operasional d.
Pengelolaan sumberdaya & mengembalikan serta mempertahankan kawasan vital ekosistem pesisir (ekosistem lamun dan terumbu karang)
1 Pengurangan 1. Rehabilitasi Dilakukannya 3 kab. Di Luwu, 500 Luwu, 500 Luwu, 500 Luwu, 500 Luwu, 500 DKP /DINAS
kerusakan padang lamun yang rehabilitasi kawasan Wajo, Wajo, Wajo, Wajo, Wajo, PENGELOLAAN LH
padang lamun mengalami padang lamun Teluk Palopo Palopo Palopo Palopo Palopo
dan pengelolaan kerusakan yang mengalami Bone
kawasan padang kerusakan
lamun 2. Penyusunan Tersusunnya 3 kab. Di Luwu, 500 Luwu, 500 Luwu, 500 Luwu, 500 Luwu, 500 DKP /DINAS
pedoman pedoman kawasan Wajo, Wajo, Wajo, Wajo, Wajo, PENGELOLAAN LH
pelaksanaan pelaksanaan Teluk Palopo Palopo Palopo Palopo Palopo
kegiatan Daerah kegiatan Daerah Bone
Perlindungan Laut Perlindungan
(DPL) Ekosistem Laut (DPL)

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 63


|
Lamun Ekosistem Lamun

3. Survey kondisi Dilakukannya sur 3 kab. Di Luwu, 500 Luwu, 500 Luwu, 500 Luwu, 500 Luwu, 500 DKP /DINAS
ekosistem lamun di vey kondisi kawasan Wajo, Wajo, Wajo, Wajo, Wajo, PENGELOLAAN LH
kawasan teluk ekosistem lamun Teluk Palopo Palopo Palopo Palopo Palopo
Bone di kawasan teluk Bone
Bone
4. Pembuatan Dibuatnya 3 kab. Di Luwu, 450 Luwu, 450 Luwu, 450 Luwu, 450 Luwu, 450 DKP /DINAS
peraturan daerah peraturan daerah kawasan Wajo, Wajo, Wajo, Wajo, Wajo, PENGELOLAAN LH
terkait DPL terkait DPL Teluk Palopo Palopo Palopo Palopo Palopo
ekosistem padang ekosistem Bone
Lamun padang Lamun
5. Pembentukan Terbentuknya 3 kab. Di Luwu, 450 Luwu, 350 Luwu, 300 Luwu, 300 Luwu, 300 DKP /DINAS
dan sosialisasi dan kawasan Wajo, Wajo, Wajo, Wajo, Wajo, PENGELOLAAN LH
kawasan Daerah tersosialisasinya Teluk Palopo Palopo Palopo Palopo Palopo
Perlindungan Laut kawasan Daerah Bone
(DPL-ekosistem Perlindungan
padang Lamun) Laut (DPL-
ekosistem
padang Lamun)
6. Pembentukan Terbentuknya 3 kab. Di Luwu, 500 Luwu, 400 Luwu, 300 Luwu, 300 Luwu, 250 DKP /DINAS
kelompok kelompok kawasan Wajo, Wajo, Wajo, Wajo, Wajo, PENGELOLAAN LH
masyarakat masyarakat Teluk Palopo Palopo Palopo Palopo Palopo
kawasan DPL kawasan DPL Bone
ekosistem padang ekosistem
lamun padang lamun
2 Pengurangan Laju 1. Transplantasi Dilakukannya Daerah Sinjai 250 Selayar 250 Luwu 250 Bone 250 Bulukumba 250 DKP /DINAS
kerusakan Karang yang transplantasi pesisir PENGELOLAAN LH
terumbu karang mengalami Karang yang dan laut
dan pengelolaan kerusakan mengalami sepanjan
kawasan terumbu kerusakan g teluk
karang bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 64


|
2. Penyusunan Tersusunnya Daerah Luwu, 400 Luwu, 400 Luwu, 400 Luwu, 400 Luwu, 400 DKP /DINAS
pedoman pedoman pesisir Wajo, Wajo, Wajo, Wajo, Wajo, PENGELOLAAN LH
pelaksanaan pelaksanaan dan laut Palopo, Palopo, Palopo, Palopo, Palopo,
kegiatan Daerah kegiatan Daerah sepanjan Bulukumba Bulukumba Buluku Bulukumba Bulukumba
Perlindungan Laut Perlindungan g teluk mba
(DPL) Ekosistem Laut (DPL) bone
Terumbu Karang Ekosistem
Terumbu Karang
3. Survey kondisi Dilakukannya Daerah Selayar, 1000 Selayar, 1000 Selayar, 100 Selayar, 1000 Selayar, 1000 DKP /DINAS
ekosistem terumbu survey kondisi pesisir Bulukumba Bulukumba Buluku 0 Bulukumba Bulukumba PENGELOLAAN LH
karang di kawasan ekosistem dan laut , Sinjai, , Sinjai, mba, , Sinjai, , Sinjai,
teluk Bone terumbu karang sepanjan Bone, Bone, Sinjai, Bone, Bone,
di kawasan teluk g teluk Wajo, Wajo, Bone, Wajo, Wajo,
Bone bone Luwu, Luwu, Wajo, Luwu, Luwu,
Palopo, Palopo, Luwu, Palopo, Palopo,
Luwu Luwu Palopo, Luwu Luwu
Utara, Utara, Luwu Utara, Utara,
Luwu Luwu Utara, Luwu Luwu
Timur Timur Luwu Timur Timur
Timur
4. Pembuatan Dibuatnya Daerah Luwu, 400 Luwu, 400 Luwu, 400 Luwu, 400 Luwu, 400 DKP /DINAS
peraturan daerah peraturan daerah pesisir Wajo, Wajo, Wajo, Wajo, Wajo, PENGELOLAAN LH
terkait DPL terkait DPL dan laut Palopo, Palopo, Palopo, Palopo, Palopo,
ekosistem terumbu ekosistem sepanjan Bulukumba Bulukumba Buluku Bulukumba Bulukumba
karang terumbu karang g teluk mba
bone
5. Pemasangan Diadakannya Daerah Luwu, 450 Luwu, 450 Luwu, 450 Luwu, 450 Luwu, 450 DKP /DINAS
tanda dan zona tanda dan zona pesisir Wajo, Wajo, Wajo, Wajo, Wajo, PENGELOLAAN LH
public awarness public awarness dan laut Palopo, Palopo, Palopo, Palopo, Palopo,
sepanjan Bulukumba Bulukumba Buluku Bulukumba Bulukumba
g teluk mba
bone
6. Pembentukan Terbentuknya Daerah Luwu, 400 Luwu, 400 Luwu, 300 Luwu, 300 Luwu, 300 DKP /DINAS
dan sosialisasi kawasan dan pesisir Wajo, Wajo, Wajo, Wajo, Wajo, PENGELOLAAN LH
kawasan Daerah dtersosialisasinya dan laut Palopo, Palopo, Palopo, Palopo, Palopo,
Perlindungan Laut Daerah sepanjan Bulukumba Bulukumba Buluku Bulukumba Bulukumba
(DPL-ekosistem Perlindungan g teluk mba
terumbu karang) Laut (DPL- bone
ekosistem
terumbu karang)

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 65


|
7. Pembentukan Terbentuknya Daerah Luwu, 500 Luwu, 500 Luwu, 500 Luwu, 500 Luwu, 500 DKP /DINAS
kelompok kelompok pesisir Wajo, Wajo, Wajo, Wajo, Wajo, PENGELOLAAN LH
masyarakat masyarakat dan laut Palopo, Palopo, Palopo, Palopo, Palopo,
pengawas dan pengawas dan sepanjan Bulukumba Bulukumba Buluku Bulukumba Bulukumba
pengelola kawasan pengelola g teluk mba
DPL-Terumbu kawasan DPL- bone
Karang Di teluk Terumbu Karang
Bone Di teluk Bone
8. Penguatan Terlaksananya Daerah Luwu, 450 Luwu, 450 Luwu, 450 Luwu, 450 Luwu, 450 DKP /DINAS
kapasitas SDM peatihan pesisir Wajo, Wajo, Wajo, Wajo, Wajo, PENGELOLAAN LH
aparat dalam kapasitas SDM dan laut Palopo, Palopo, Palopo, Palopo, Palopo,
pengelolaan aparat dalam sepanjan Bulukumba Bulukumba Buluku Bulukumba Bulukumba
kawasan DPL pengelolaan g teluk mba
kawasan DPL bone
9. Pengadaan Diadakannya Daerah Luwu, 800 Luwu, 800 Luwu, 800 Luwu, 800 Luwu, 800 DKP /DINAS
fasilitas penunjang fasilitas pesisir Wajo, Wajo, Wajo, Wajo, Wajo, PENGELOLAAN LH
dalam pengawasan penunjang dalam dan laut Palopo, Palopo, Palopo, Palopo, Palopo,
kawasan DPL- pengawasan sepanjan Bulukumba Bulukumba Buluku Bulukumba Bulukumba
ekosistem terumbu kawasan DPL- g teluk mba
karang di pesisir ekosistem bone
teluk bone terumbu karang
di pesisir teluk
bone
Strategi Operasional e.
Pemanfaatan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Untuk Pariwisata
1 Pengembangan 1. Penyusunan Penyusunan Daerah Selayar 250 Bulukumba 250 Sinjai 250 Bone 250 Luwu 250 DKP/Dishut/DINAS
kawasan Profil Wisata Pulau- Profil Wisata pesisir PENGELOLAAN LH
ekosistem pulau- pulau kecil Pulau-pulau kecil dan laut
pulau kecil sepanjan
sebagai kawasan g teluk
ekowisata bahari bone
2. Penyusunan Tersusunnya Daerah Selayar 250 Bulukumba 250 Sinjai 250 Bone 250 Luwu 250 DKP/Dishut/DINAS
Rencana Induk Rencana Induk pesisir PENGELOLAAN LH
Pengembangan Pengembangan dan laut
wisata bahari wisata bahari sepanjan
g teluk
bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 66


|
3. Inisiasi pilot Dilakukannya Daerah Selayar 250 Bulukumba 250 Sinjai 250 Bone 250 Luwu 250 DKP/Dishut/DINAS
projek wisata inisiasi pilot pesisir PENGELOLAAN LH
bahari projek wisata dan laut
bahari sepanjan
g teluk
bone
4. Survei Potensi Dilakukannya Daerah Selayar 250 Bulukumba 250 Sinjai 250 Bone 250 Luwu 250 DKP/Dishut/DINAS
kawasan ekowisata survei Potensi pesisir PENGELOLAAN LH
bahari kawasan dan laut
ekowisata bahari sepanjan
g teluk
bone
5. Pembuatan Dibuatnya Daerah Selayar 250 Bulukumba 250 Sinjai 250 Bone 250 Luwu 250 DKP/Dishut/DINAS
peraturan daerah peraturan daerah pesisir PENGELOLAAN LH
kawasan wisata kawasan wisata dan laut
bahari bahari sepanjan
g teluk
bone
6. Peningkatan Dilakukaannya Daerah Selayar 250 Bulukumba 250 Sinjai 250 Bone 250 Luwu 250 DKP/Dishut/DINAS
kepedulian pelatihan pesisir PENGELOLAAN LH
masyarakat melalui peningkatan dan laut
diklat kepedulian sepanjan
kepariwisataan masyarakat g teluk
melalui diklat bone
kepariwisataan
7. Diadakannya Daerah Selayar 250 Bulukumba 250 Sinjai 250 Bone 250 Luwu 250 DKP/Dishut/DINAS
Pengadaan/perbaik dan dilakukannya pesisir PENGELOLAAN LH
an sarana, perbaikan sarana, dan laut
prasarana, dan prasarana, dan sepanjan
fasilitas penunjang fasilitas g teluk
dasar wisata bahari penunjang dasar bone
wisata bahari
8. Promosi dan up Pengembangan Daerah Selayar 250 Bulukumba 250 Sinjai 250 Bone 250 Luwu 250 DKP/Dishut/DINAS
dating pariwisata Promosi dan up pesisir PENGELOLAAN LH
bahari dating pariwisata dan laut
bahari sepanjan
g teluk
bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 67


|
Strategi Operasional f.
pengendalian erosi, abrasi, sedimentasi, pencemaran pada DAS, dan pesisir kawasan teluk bone akibat kegiatan alamiah dan aktivitas industry
1 Kajian tingkat 1. Survei lahan Dilakukannya Daerah Bulukumba 600 Bulukumba 600 Buluku 600 Bulukumba 600 Bulukumba 600 DKP /DINAS
lahan kritis, kritis, erosi, survei lahan kritis, pesisir , Selayar, , Selayar, mba, , Selayar, , Selayar, PENGELOLAAN LH
peningkatan laju sedimentasi pada erosi, dan laut Sinjai, Sinjai, Selayar, Sinjai, Sinjai,
erosi dan daerah aliran sedimentasi pada sepanjan Palopo Palopo Sinjai, Palopo Palopo
sedimentasi di sungai di kawasan daerah aliran g teluk Palopo
Daerah Aliran teluk bone sungai di bone
Sungai dan kawasan teluk
wilayah pesisir bone
kawasan teluk 2. Pemetaan Dilakukannya Daerah Bulukumba 600 Bulukumba 600 Buluku 600 Bulukumba 600 Bulukumba 600 DKP /DINAS
bone kawasan lahan pemetaan pesisir , Selayar, , Selayar, mba, , Selayar, , Selayar, PENGELOLAAN LH
kritis, erosi pada kawasan lahan dan laut Sinjai, Sinjai, Selayar, Sinjai, Sinjai,
Daerah Aliran kritis, erosi pada sepanjan Palopo Palopo Sinjai, Palopo Palopo
Sungai Daerah Aliran g teluk Palopo
Sungai bone
2 Memperbaiki dan 1. Monitoring Dilakukannya Daerah Selayar, 800 Selayar, 800 Selayar, 800 Selayar, 800 Selayar, 800 DKP /DINAS
mempertahankan kualitas perairan monitoring pesisir Bulukumba Bulukumba Buluku Bulukumba Bulukumba PENGELOLAAN LH
kualitas perairan kualitas perairan dan laut , Sinjai, , Sinjai, mba, , Sinjai, , Sinjai,
pada kisaran sepanjan Bone, Bone, Sinjai, Bone, Bone,
standard baku g teluk Wajo, Wajo, Bone, Wajo, Wajo,
mutu dan bone Luwu, Luwu, Wajo, Luwu, Luwu,
kelayakan Palopo, Palopo, Luwu, Palopo, Palopo,
pendukung Luwu Luwu Palopo, Luwu Luwu
produktivitas Utara, Utara, Luwu Utara, Utara,
perairan Luwu Luwu Utara, Luwu Luwu
Timur Timur Luwu Timur Timur
Timur
2. Pendataan dilakukannya pen Daerah Luwu 200 Luwu 200 Luwu 200 Luwu 200 Luwu 200 DKP /DINAS
kegiatan industri dataan kegiatan pesisir Timur Timur, Timur, Timur, Timur, PENGELOLAAN LH
yang berpotensi industri yang dan laut Palopo Palopo Palopo Palopo
dan telah berpotensi dan sepanjan
melakukan telah melakukan g teluk
pencemaran di pencemaran di bone
kawasan Pesisir kawasan Pesisir
teluk bone teluk bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 68


|
3. Pengendalian Dilakukannya Daerah Selayar, 600 Selayar, 600 Selayar, 600 Selayar, 600 Selayar, 600 DKP /DINAS
bahan dan jumlah Pengendalian pesisir Bulukumba Bulukumba Buluku Bulukumba Bulukumba PENGELOLAAN LH
cemaran ke bahan dan jumlah dan laut , Sinjai, , Sinjai, mba, , Sinjai, , Sinjai,
perairan oleh cemaran ke sepanjan Bone, Bone, Sinjai, Bone, Bone,
industri di kawasan perairan oleh g teluk Wajo, Wajo, Bone, Wajo, Wajo,
pesisir industri di bone Luwu, Luwu, Wajo, Luwu, Luwu,
kawasan pesisir Palopo, Palopo, Luwu, Palopo, Palopo,
Luwu Luwu Palopo, Luwu Luwu
Utara, Utara, Luwu Utara, Utara,
Luwu Luwu Utara, Luwu Luwu
Timur Timur Luwu Timur Timur
Timur
4. Pembentukan terbentuknya tim Daerah Selayar, 450 Selayar, 450 Selayar 450 Selayar, 450 Selayar, 450 DKP /DINAS
tim audit dan audit dan pesisir Bulukumba Bulukumba , Bulukumba Bulukumba PENGELOLAAN LH
pengawas sistem pengawas sistem dan laut , Sinjai, , Sinjai, Buluku , Sinjai, , Sinjai,
"wash treatement" "wash treatement sepanjan Bone, Bone, mba, Bone, Bone,
g teluk Wajo, Wajo, Sinjai, Wajo, Wajo,
bone Luwu, Luwu, Bone, Luwu, Luwu,
Palopo, Palopo, Wajo, Palopo, Palopo,
Luwu Luwu Luwu, Luwu Luwu
Utara, Utara, Palopo, Utara, Utara,
Luwu Luwu Luwu Luwu Luwu
Timur Timur Utara, Timur Timur
Luwu
Timur
3 Pengendalian 1. Pemasangan Dilakukanya Daerah Bone, 2000 Bone, 2000 Bone, 200 Bone, 2000 Bone, 2000 DKP /DINAS
abrasi dengan Breakwater Pemasangan pesisir Wajo, Wajo, Wajo, 0 Wajo, Wajo, PENGELOLAAN LH
bangunan fisik Breakwater dan laut Luwu, Luwu, Luwu, Luwu, Luwu,
sepanjan Palopo, Palopo, Palopo, Palopo, Palopo,
g teluk Luwu Luwu Luwu Luwu Luwu
bone Utara, Utara, Utara, Utara, Utara,
Luwu Luwu Luwu Luwu Luwu
Timur Timur Timur Timur Timur

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 69


|
Strategi Operasional g.
Peningkatan Fasilitas Umum & Penataan Kawasan Kumuh Masyarakat Pesisir Teluk Bone
1 Peningkatan 1. Pembuatan jalan Dilakukanya Daerah Selayar, 2500 Selayar, 2500 Selayar, 250 Selayar, 2500 Selayar, 2500 PU Bina Marga /DKP
Akses Jalan darat dan jembatan Pembuatan jalan pesisir Bulukumba Bulukumba Buluku 0 Bulukumba Bulukumba
setiap daerah dan jembatan dan laut , Sinjai, , Sinjai, mba, , Sinjai, , Sinjai,
pesisir sepanjan Bone, Bone, Sinjai, Bone, Bone,
g teluk Wajo, Wajo, Bone, Wajo, Wajo,
bone Luwu, Luwu, Wajo, Luwu, Luwu,
Palopo, Palopo, Luwu, Palopo, Palopo,
Luwu Luwu Palopo, Luwu Luwu
Utara, Utara, Luwu Utara, Utara,
Luwu Luwu Utara, Luwu Luwu
Timur Timur Luwu Timur Timur
Timur
2 Pengelolaan 1. Sosialisasi Dilakukanya Daerah Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 DKP /DINAS
sampah pesisir tentang Sampah Sosialisasi pesisir Bulukumba Bulukumba Buluku Bulukumba Bulukumba PENGELOLAAN LH
dan pulau-pulau tentang Sampah dan laut , Sinjai, , Sinjai, mba, , Sinjai, , Sinjai,
kecil sepanjan Bone, Bone, Sinjai, Bone, Bone,
g teluk Wajo, Wajo, Bone, Wajo, Wajo,
bone Luwu, Luwu, Wajo, Luwu, Luwu,
Palopo, Palopo, Luwu, Palopo, Palopo,
Luwu Luwu Palopo, Luwu Luwu
Utara, Utara, Luwu Utara, Utara,
Luwu Luwu Utara, Luwu Luwu
Timur Timur Luwu Timur Timur
Timur
2. Penyediaan Disediakanya Daerah Selayar, 1000 Selayar, 1000 Selayar, 100 Selayar, 1000 Selayar, 1000 DKP /DINAS
sarana-prasarana sarana-prasarana pesisir Bulukumba Bulukumba Buluku 0 Bulukumba Bulukumba PENGELOLAAN LH
Pengolah Sampah Pengolah dan laut , Sinjai, , Sinjai, mba, , Sinjai, , Sinjai,
(tempat sampah, Sampah (tempat sepanjan Bone, Bone, Sinjai, Bone, Bone,
Motor pengangkut sampah, Motor g teluk Wajo, Wajo, Bone, Wajo, Wajo,
sampah) untuk pengangkut bone Luwu, Luwu, Wajo, Luwu, Luwu,
masyarakat pesisir sampah) untuk Palopo, Palopo, Luwu, Palopo, Palopo,
dan Pulau-Pulau masyarakat Luwu Luwu Palopo, Luwu Luwu
Kecil pesisir dan Pulau- Utara, Utara, Luwu Utara, Utara,
Pulau Kecil Luwu Luwu Utara, Luwu Luwu
Timur Timur Luwu Timur Timur
Timur

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 70


|
3. Pembuatan Dibuatnya Video Daerah Selayar, 350 Selayar, 350 Selayar, 350 Selayar, 350 Selayar, 350 DKP /DINAS
Video Kesadaran Kesadaran pesisir Bulukumba Bulukumba Buluku Bulukumba Bulukumba PENGELOLAAN LH
terhadap Sampah terhadap dan laut , Sinjai, , Sinjai, mba, , Sinjai, , Sinjai,
Sampah sepanjan Bone, Bone, Sinjai, Bone, Bone,
g teluk Wajo, Wajo, Bone, Wajo, Wajo,
bone Luwu, Luwu, Wajo, Luwu, Luwu,
Palopo, Palopo, Luwu, Palopo, Palopo,
Luwu Luwu Palopo, Luwu Luwu
Utara, Utara, Luwu Utara, Utara,
Luwu Luwu Utara, Luwu Luwu
Timur Timur Luwu Timur Timur
Timur
4. Pembentukan Terbentuknya Daerah Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 DKP /DINAS
bank sampah untuk bank sampah pesisir Bulukumba Bulukumba Buluku Bulukumba Bulukumba PENGELOLAAN LH
masyarakat pesisir untuk masyarakat dan laut , Sinjai, , Sinjai, mba, , Sinjai, , Sinjai,
dan pulau-pulau pesisir dan pulau- sepanjan Bone, Bone, Sinjai, Bone, Bone,
kecil pulau kecil g teluk Wajo, Wajo, Bone, Wajo, Wajo,
bone Luwu, Luwu, Wajo, Luwu, Luwu,
Palopo, Palopo, Luwu, Palopo, Palopo,
Luwu Luwu Palopo, Luwu Luwu
Utara, Utara, Luwu Utara, Utara,
Luwu Luwu Utara, Luwu Luwu
Timur Timur Luwu Timur Timur
Timur
3 Perbaikan 1. Pembuatan WC Dilakukannya Daerah Selayar, 800 Selayar, 800 Selayar, 800 Selayar, 800 Selayar, 800 DKP /DINAS
Kualitas Sanitasi dan Kamar Mandi Pembuatan WC pesisir Bulukumba Bulukumba Buluku Bulukumba Bulukumba PENGELOLAAN LH
dan air bersih Umum dan Kamar Mandi dan laut , Sinjai, , Sinjai, mba, , Sinjai, , Sinjai,
Masyarakat Umum sepanjan Bone, Bone, Sinjai, Bone, Bone,
Pesisir & g teluk Wajo, Wajo, Bone, Wajo, Wajo,
Kebersihan bone Luwu, Luwu, Wajo, Luwu, Luwu,
Lingkungan Palopo, Palopo, Luwu, Palopo, Palopo,
Luwu Luwu Palopo, Luwu Luwu
Utara, Utara, Luwu Utara, Utara,
Luwu Luwu Utara, Luwu Luwu
Timur Timur Luwu Timur Timur
Timur

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 71


|
2. Pembangunan Dilakukannya Daerah Selayar, 800 Selayar, 800 Selayar, 800 Selayar, 800 Selayar, 800 DKP /DINAS
penampungan air Pembangunan pesisir Bulukumba Bulukumba Buluku Bulukumba Bulukumba PENGELOLAAN LH
bersih dan sumur di penampungan air dan laut , Sinjai, , Sinjai, mba, , Sinjai, , Sinjai,
setiap desa pesisir bersih dan sumur sepanjan Bone, Bone, Sinjai, Bone, Bone,
di setiap desa g teluk Wajo, Wajo, Bone, Wajo, Wajo,
pesisir bone Luwu, Luwu, Wajo, Luwu, Luwu,
Palopo, Palopo, Luwu, Palopo, Palopo,
Luwu Luwu Palopo, Luwu Luwu
Utara, Utara, Luwu Utara, Utara,
Luwu Luwu Utara, Luwu Luwu
Timur Timur Luwu Timur Timur
Timur
3. Penataan desa- Dilakukannya Daerah Selayar, 450 Selayar, 450 Selayar, 450 Selayar, 450 Selayar, 450 DKP /DINAS
desa pesisir Penataan desa- pesisir Bulukumba Bulukumba Buluku Bulukumba Bulukumba PENGELOLAAN LH
dengan konsep desa pesisir dan laut , Sinjai, , Sinjai, mba, , Sinjai, , Sinjai,
"Green Village" dengan konsep sepanjan Bone, Bone, Sinjai, Bone, Bone,
"Green Village" g teluk Wajo, Wajo, Bone, Wajo, Wajo,
bone Luwu, Luwu, Wajo, Luwu, Luwu,
Palopo, Palopo, Luwu, Palopo, Palopo,
Luwu Luwu Palopo, Luwu Luwu
Utara, Utara, Luwu Utara, Utara,
Luwu Luwu Utara, Luwu Luwu
Timur Timur Luwu Timur Timur
Timur
4 Penataan 1. Peningkatan Dilakukannya Daerah Selayar, 600 Sinjai, 600 Wajo, 600 Luwu Utara 300 Luwu 300 DKP /DINAS
Pemukiman sarana & prasarana Peningkatan pesisir Bulukumba Bone Luwu, Timur PENGELOLAAN LH
Wilayah Pesisir Kesehatan sarana & dan laut Palopo
dan Pulau-Pulau (Puskesmas & prasarana sepanjan
Kecil Kawasan Posyandu) Kesehatan g teluk
Teluk Bone (Puskesmas & bone
Posyandu)
2. Penyuluhan Dilakukannya Daerah Selayar, 300 Sinjai, 300 Wajo, 350 Luwu Utara 200 Luwu 200 DKP /DINAS
Kesehatan Penyuluhan pesisir Bulukumba Bone Luwu, Timur PENGELOLAAN LH
Lingkungan Kesehatan dan laut Palopo
Lingkungan sepanjan
g teluk
bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 72


|
3. Bedah Kampung Dilakukannya Daerah Selayar, 900 Sinjai, 900 Wajo, 100 Luwu Utara 500 Luwu 500 DKP /DINAS
untuk Pemenuhan Bedah Kampung pesisir Bulukumba Bone Luwu, 0 Timur PENGELOLAAN LH
kebutuhan untuk dan laut Palopo
perumahan yang Pemenuhan sepanjan
layak, terjangkau kebutuhan g teluk
dengan target pada perumahan yang bone
masyarakat miskin layak,
dan berpendapatan terjangkau
rendah dengan target
pada masyarakat
miskin dan
berpendapatan
rendah
Strategi Operasional h.
Pemberdayaan Masyaraat pesisir melalui Pengolahan sampah menjadi produk daur ulang Ramah Lingkungan
1 Peningkatan 1. Diklat Dilakukannya Daerah Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 Wajo, 400 Luwu 400 DINAS
Kuaitas Pengolahan Diklat pesisir Bulukumba Bulukumba Buluku Luwu, Utara, PENGELOLAAN LH
Sumberdaya Sampah Pengolahan dan laut , Sinjai, , Sinjai, mba, Palopo, Luwu
Masyarakat Sampah sepanjan Bone Bone Sinjai, Timur
Pesisir dalam g teluk Bone
Mengolah bone
Sampah 2. Pembentukan Dilakukannya Daerah Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 Wajo, 400 Luwu 400 DINAS
Kelompok Binaan Pembentukan pesisir Bulukumba Bulukumba Buluku Luwu, Utara, PENGELOLAAN LH
pengolahan produk Kelompok Binaan dan laut , Sinjai, , Sinjai, mba, Palopo Luwu
sampah daur Ulang pengolahan sepanjan Bone Bone Sinjai, Timur
melalui " KOMPOS- produk sampah g teluk Bone
Kelompok Olah daur Ulang bone
sampah melalui "
Masyarakat Pesisir" KOMPOS-
Kelompok Olah
sampah
Masyarakat
Pesisir"

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 73


|
3. Pendampingan Dilakukannya Daerah Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 Wajo, 400 Luwu 400 DINAS
Promosi Produk Pendampingan pesisir Bulukumba Bulukumba Buluku Luwu, Utara, PENGELOLAAN LH
sampah daur Ulang Promosi Produk dan laut , Sinjai, , Sinjai, mba, Palopo Luwu
ramah Lingkungan sampah daur sepanjan Bone Bone Sinjai, Timur
Melalui Pameran, Ulang ramah g teluk Bone
Website dan Paket Lingkungan bone
wisata Melalui Pameran,
Website dan
Paket wisata
Strategi Operasional i.
Membangun Masyarakat Pesisir melalui Pendidikan berwawasan lingkungan
1 Terbangunnya 1. Penyusunan Dilakukannya Daerah Selayar, 400 Sinjai, 400 Wajo, 400 Luwu Utara 200 Luwu 200 DKP/Dishut/DINAS
wawasan dan kurikulum Penyusunan pesisir Bulukumba Bone Luwu, Timur PENGELOLAAN LH
kepedulian sejak kepesisiran dan kurikulum dan laut Palopo
dini terhadap wawasan kepesisiran dan sepanjan
kepesisiran dan lingkungan pada wawasan g teluk
lingkungan tingkat SD, SMP, lingkungan pada bone
dan SMA tingkat SD, SMP,
dan SMA
2. mengadakan Diadakannya Daerah Selayar, 400 Sinjai, 400 Wajo, 400 Luwu Utara 200 Luwu 200 DKP/Dishut/DINAS
Diklat bagi calon Diklat bagi calon pesisir Bulukumba Bone Luwu, Timur PENGELOLAAN LH
guru Lokal guru Lokal dan laut Palopo
sepanjan
g teluk
bone
3. Pemberian Dilakukannya Daerah 400 Sinjai, 400 Selayar, 400 Luwu Utara 300 Luwu 300 DKP/Dishut/DINAS
Akses Layanan Pemberian Akses pesisir Bone Buluku Utara, PENGELOLAAN LH
Pendidikan melalui Layanan dan laut mba, Luwu
Pemberian Pendidikan sepanjan Sinjai, Timur
Beasiswa bagi melalui g teluk Bone
anak tidak mampu Pemberian bone
Beasiswa bagi
anak tidak
mampu
4. pembuatan Dilakukannya Daerah Selayar, 300 Sinjai, 300 Wajo, 300 Luwu Utara 200 Luwu 200 DKP/Dishut/DINAS
Brosur-brosur pembuatan pesisir Bulukumba Bone Luwu, Timur PENGELOLAAN LH
Kepesisiran dan Brosur-brosur dan laut Palopo
wawasan Kepesisiran dan sepanjan
Lingkungan wawasan g teluk

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 74


|
Lingkungan bone
Strategi Operasional j.
formulasi kebijakan pengelolaan dan Pengembangan kemitraan melalui penguatan kerjasama dan isiniasi dengan berbagai stakholder pemerintah, swasta (Corporate Social Responsibility), LSM dalam
upaya pelestarian Lingkungan
1 Pencanangan dan 1. Pilot Project Dilakukannya Daerah Selayar, 500 Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 DKP/Dishut/DINAS
penerapan sistem Program Pilot Project pesisir Bulukumba Bulukumba Buluku Bulukumba Bulukumba PENGELOLAAN LH
pengelolaan Pengelolaan Program dan laut , Sinjai, , Sinjai, mba, , Sinjai, , Sinjai,
ekosistem pesisir Ekosistem Pesisir Pengelolaan sepanjan Bone, Bone, Sinjai, Bone, Bone,
dan Pulau-Pulau dan Laut Terpadu Ekosistem Pesisir g teluk Wajo, Wajo, Bone, Wajo, Wajo,
Kecil secara multi stakeholder dan Laut Terpadu bone Luwu, Luwu, Wajo, Luwu, Luwu,
terpadu di dan integrasi multi stakeholder Palopo, Palopo, Luwu, Palopo, Palopo,
Kawasan Teluk program MDGs dan integrasi Luwu Luwu Palopo, Luwu Luwu
Bone Pesisir-CSR swasta program MDGs Utara, Utara, Luwu Utara, Utara,
Pesisir-CSR Luwu Luwu Utara, Luwu Luwu
swasta Timur Timur Luwu Timur Timur
Timur
2. Penyusunan dan Dilakukannya Daerah Selayar, 500 Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 DKP/Dishut/DINAS
Pembahasan Penyusunan dan pesisir Bulukumba Bulukumba Buluku Bulukumba Bulukumba PENGELOLAAN LH
Rancangan Pembahasan dan laut , Sinjai, , Sinjai, mba, , Sinjai, , Sinjai,
Peraturan Daerah Rancangan sepanjan Bone, Bone, Sinjai, Bone, Bone,
Pengelolaan Peraturan Daerah g teluk Wajo, Wajo, Bone, Wajo, Wajo,
Wilayah Pesisir dan Pengelolaan bone Luwu, Luwu, Wajo, Luwu, Luwu,
Pulau-Pulau Kecil Wilayah Pesisir Palopo, Palopo, Luwu, Palopo, Palopo,
dan Pulau-Pulau Luwu Luwu Palopo, Luwu Luwu
Kecil Utara, Utara, Luwu Utara, Utara,
Luwu Luwu Utara, Luwu Luwu
Timur Timur Luwu Timur Timur
Timur
3. Pembentukan Dilakukannya Daerah Selayar, 500 Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 DKP/Dishut/DINAS
Badan Pengelolaan Pembentukan pesisir Bulukumba Bulukumba Buluku Bulukumba Bulukumba PENGELOLAAN LH
kawasn Teluk Bone Badan dan laut , Sinjai, , Sinjai, mba, , Sinjai, , Sinjai,
Pengelolaan sepanjan Bone, Bone, Sinjai, Bone, Bone,
kawasn Teluk g teluk Wajo, Wajo, Bone, Wajo, Wajo,
Bone bone Luwu, Luwu, Wajo, Luwu, Luwu,
Palopo, Palopo, Luwu, Palopo, Palopo,
Luwu Luwu Palopo, Luwu Luwu
Utara, Utara, Luwu Utara, Utara,
Luwu Luwu Utara, Luwu Luwu
Timur Timur Luwu Timur Timur

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 75


|
Timur
4. Penyusunan Dilakukannya Daerah Selayar, 500 Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 DKP/Dishut/DINAS
SOP/Pedoman Penyusunan pesisir Bulukumba Bulukumba Buluku Bulukumba Bulukumba PENGELOLAAN LH
Pelaksanaan dan SOP/Pedoman dan laut , Sinjai, , Sinjai, mba, , Sinjai, , Sinjai,
JUKNIS dalam Pelaksanaan dan sepanjan Bone, Bone, Sinjai, Bone, Bone,
Perizinan JUKNIS dalam g teluk Wajo, Wajo, Bone, Wajo, Wajo,
Pengelolaan Perizinan bone Luwu, Luwu, Wajo, Luwu, Luwu,
Kawasan Teluk Pengelolaan Palopo, Palopo, Luwu, Palopo, Palopo,
Bone Kawasan Teluk Luwu Luwu Palopo, Luwu Luwu
Bone Utara, Utara, Luwu Utara, Utara,
Luwu Luwu Utara, Luwu Luwu
Timur Timur Luwu Timur Timur
Timur
6. Penyusunan dan Dilakukannya Daerah Selayar, 500 Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 DKP/Dishut/DINAS
Pembahasan Penyusunan dan pesisir Bulukumba Bulukumba Buluku Bulukumba Bulukumba PENGELOLAAN LH
Peraturan Daerah Pembahasan dan laut , Sinjai, , Sinjai, mba, , Sinjai, , Sinjai,
(Perda) Perizinan Peraturan Daerah sepanjan Bone, Bone, Sinjai, Bone, Bone,
Usaha di Wilayah (Perda) Perizinan g teluk Wajo, Wajo, Bone, Wajo, Wajo,
pesisir dan Laut Usaha di Wilayah bone Luwu, Luwu, Wajo, Luwu, Luwu,
Teluk Bone pesisir dan Laut Palopo, Palopo, Luwu, Palopo, Palopo,
Teluk Bone Luwu Luwu Palopo, Luwu Luwu
Utara, Utara, Luwu Utara, Utara,
Luwu Luwu Utara, Luwu Luwu
Timur Timur Luwu Timur Timur
Timur
7. Penyediaan Dilakukannya Daerah Selayar, 500 Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 DKP/Dishut/DINAS
informasi publik Penyediaan pesisir Bulukumba Bulukumba Buluku Bulukumba Bulukumba PENGELOLAAN LH
mengenai Potensi informasi publik dan laut , Sinjai, , Sinjai, mba, , Sinjai, , Sinjai,
lestari lingkungan mengenai Potensi sepanjan Bone, Bone, Sinjai, Bone, Bone,
dalam PWP3K lestari lingkungan g teluk Wajo, Wajo, Bone, Wajo, Wajo,
dalam PWP3K bone Luwu, Luwu, Wajo, Luwu, Luwu,
Palopo, Palopo, Luwu, Palopo, Palopo,
Luwu Luwu Palopo, Luwu Luwu
Utara, Utara, Luwu Utara, Utara,
Luwu Luwu Utara, Luwu Luwu
Timur Timur Luwu Timur Timur
Timur

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 76


|
2 Penguatan 1. Penyusunan dan Dilakukannya Daerah Selayar, 500 Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 DKP/Dishut/DINAS
Kualitas pengesahan Penyusunan dan pesisir Bulukumba Bulukumba Buluku Bulukumba Bulukumba PENGELOLAAN LH
pemangku dokumen rencana pengesahan dan laut , Sinjai, , Sinjai, mba, , Sinjai, , Sinjai,
Kepentingan dan Aksi Teluk Bone dokumen rencana sepanjan Bone, Bone, Sinjai, Bone, Bone,
Pelibatan Aksi Teluk Bone g teluk Wajo, Wajo, Bone, Wajo, Wajo,
Masyarakat dalam bone Luwu, Luwu, Wajo, Luwu, Luwu,
Penyusunan, Palopo, Palopo, Luwu, Palopo, Palopo,
perencanaan, Luwu Luwu Palopo, Luwu Luwu
Pengelolaan, dan Utara, Utara, Luwu Utara, Utara,
Pengawasan Luwu Luwu Utara, Luwu Luwu
Timur Timur Luwu Timur Timur
Timur
2. Penyusunan Dilakukannya Daerah Selayar, 500 Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 DKP/Dishut/DINAS
Rencana Penyusunan pesisir Bulukumba Bulukumba Buluku Bulukumba Bulukumba PENGELOLAAN LH
Pengembangan Rencana dan laut , Sinjai, , Sinjai, mba, , Sinjai, , Sinjai,
Zona Pengembangan sepanjan Bone, Bone, Sinjai, Bone, Bone,
Zona g teluk Wajo, Wajo, Bone, Wajo, Wajo,
bone Luwu, Luwu, Wajo, Luwu, Luwu,
Palopo, Palopo, Luwu, Palopo, Palopo,
Luwu Luwu Palopo, Luwu Luwu
Utara, Utara, Luwu Utara, Utara,
Luwu Luwu Utara, Luwu Luwu
Timur Timur Luwu Timur Timur
Timur
3. Pengadaan Dilakukannya Daerah Selayar, 500 Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 DKP/Dishut/DINAS
DIKLAT penerapan pengadaan pesisir Bulukumba Bulukumba Buluku Bulukumba Bulukumba PENGELOLAAN LH
dokumen rencana DIKLAT dan laut , Sinjai, , Sinjai, mba, , Sinjai, , Sinjai,
AKSI Teluk Bone penerapan sepanjan Bone, Bone, Sinjai, Bone, Bone,
bagi aparat/ dokumen rencana g teluk Wajo, Wajo, Bone, Wajo, Wajo,
perencana AKSI Teluk Bone bone Luwu, Luwu, Wajo, Luwu, Luwu,
bagi aparat/ Palopo, Palopo, Luwu, Palopo, Palopo,
perencana Luwu Luwu Palopo, Luwu Luwu
Utara, Utara, Luwu Utara, Utara,
Luwu Luwu Utara, Luwu Luwu
Timur Timur Luwu Timur Timur
Timur

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 77


|
4. Pengadaan Dilakukannya Daerah Selayar, 500 Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 DKP/Dishut/DINAS
semiloka dan pengadaan pesisir Bulukumba Bulukumba Buluku Bulukumba Bulukumba PENGELOLAAN LH
konsultasi publik semiloka dan dan laut , Sinjai, , Sinjai, mba, , Sinjai, , Sinjai,
dalam penerapan konsultasi publik sepanjan Bone, Bone, Sinjai, Bone, Bone,
Rencana AKSI dalam penerapan g teluk Wajo, Wajo, Bone, Wajo, Wajo,
Teluk Bone Rencana AKSI bone Luwu, Luwu, Wajo, Luwu, Luwu,
terhadap Teluk Bone Palopo, Palopo, Luwu, Palopo, Palopo,
Masyarakat terhadap Luwu Luwu Palopo, Luwu Luwu
Masyarakat Utara, Utara, Luwu Utara, Utara,
Luwu Luwu Utara, Luwu Luwu
Timur Timur Luwu Timur Timur
Timur
5. Seminar dan Dilakukannya Daerah Selayar, 500 Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 DKP/Dishut/DINAS
sosialisasi Konsep Seminar dan pesisir Bulukumba Bulukumba Buluku Bulukumba Bulukumba PENGELOLAAN LH
Rencana AKSI sosialisasi dan laut , Sinjai, , Sinjai, mba, , Sinjai, , Sinjai,
Teluk Bone kepada Konsep Rencana sepanjan Bone, Bone, Sinjai, Bone, Bone,
anggota AKSI Teluk Bone g teluk Wajo, Wajo, Bone, Wajo, Wajo,
legistlatif/eksekutif kepada anggota bone Luwu, Luwu, Wajo, Luwu, Luwu,
legistlatif/eksekuti Palopo, Palopo, Luwu, Palopo, Palopo,
f Luwu Luwu Palopo, Luwu Luwu
Utara, Utara, Luwu Utara, Utara,
Luwu Luwu Utara, Luwu Luwu
Timur Timur Luwu Timur Timur
Timur
6. Penguatan Dilakukannya Daerah Selayar, 500 Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 DKP/Dishut/DINAS
Kelembagaan Penguatan pesisir Bulukumba Bulukumba Buluku Bulukumba Bulukumba PENGELOLAAN LH
pengelolaan Kelembagaan dan laut , Sinjai, , Sinjai, mba, , Sinjai, , Sinjai,
rencana aksi teluk pengelolaan sepanjan Bone, Bone, Sinjai, Bone, Bone,
bone di tingkat rencana aksi g teluk Wajo, Wajo, Bone, Wajo, Wajo,
kabupaten/kota teluk bone di bone Luwu, Luwu, Wajo, Luwu, Luwu,
tingkat Palopo, Palopo, Luwu, Palopo, Palopo,
kabupaten/kota Luwu Luwu Palopo, Luwu Luwu
Utara, Utara, Luwu Utara, Utara,
Luwu Luwu Utara, Luwu Luwu
Timur Timur Luwu Timur Timur
Timur

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 78


|
Strategi Operasional k.
Optimalisasi Hasil Budidaya Tambak dan Perikanan Tangkap dan Pengendalian kerusakan
1 Peningkatan 1. Sosialisai Dilakukannya Daerah Bulukumba 600 Bulukumba 600 Buluku 600 Bulukumba 600 Bulukumba 600 DKP/DINAS
SDM, Nilai Tambak Ramah Sosialisai pesisir , Sinjai, , Sinjai, mba, , Sinjai, , Sinjai, PENGELOLAAN LH
Kontribusi Lingkungan Tambak Ramah dan laut Bone, Bone, Sinjai, Bone, Bone,
Budidaya Tambak Lingkungan sepanjan Wajo, Wajo, Bone, Wajo, Wajo,
ramah g teluk Luwu, Luwu, Wajo, Luwu, Luwu,
Lingkungan dan bone Palopo, Palopo, Luwu, Palopo, Palopo,
pengurangan Laju Luwu Luwu Palopo, Luwu Luwu
kerusakan Utara, Utara, Luwu Utara, Utara,
Lingkungan Luwu Luwu Utara, Luwu Luwu
Timur Timur Luwu Timur Timur
Timur
2. Monitoring Dilakukannya Daerah Bulukumba 500 Bulukumba 500 Buluku 500 Bulukumba 500 Bulukumba 500 DKP/DINAS
Penggunaan Pupuk Monitoring pesisir , Sinjai, , Sinjai, mba, , Sinjai, , Sinjai, PENGELOLAAN LH
dan Pestisida Penggunaan dan laut Bone, Bone, Sinjai, Bone, Bone,
Pupuk dan sepanjan Wajo, Wajo, Bone, Wajo, Wajo,
Pestisida g teluk Luwu, Luwu, Wajo, Luwu, Luwu,
bone Palopo, Palopo, Luwu, Palopo, Palopo,
Luwu Luwu Palopo, Luwu Luwu
Utara, Utara, Luwu Utara, Utara,
Luwu Luwu Utara, Luwu Luwu
Timur Timur Luwu Timur Timur
Timur
3. Pengendalian Dilakukannya Daerah Bulukumba 500 Bulukumba 500 Buluku 500 Bulukumba 500 Bulukumba 500 DKP/Dishut/DINAS
Konversi Hutan Pengendalian pesisir , Sinjai, , Sinjai, mba, , Sinjai, , Sinjai, PENGELOLAAN LH
Mangrove Menjadi Konversi Hutan dan laut Bone, Bone, Sinjai, Bone, Bone,
Lahan Tambak Mangrove sepanjan Wajo, Wajo, Bone, Wajo, Wajo,
Menjadi Lahan g teluk Luwu, Luwu, Wajo, Luwu, Luwu,
Tambak bone Palopo, Palopo, Luwu, Palopo, Palopo,
Luwu Luwu Palopo, Luwu Luwu
Utara, Utara, Luwu Utara, Utara,
Luwu Luwu Utara, Luwu Luwu
Timur Timur Luwu Timur Timur
Timur
2 Peningkatan 1. Pengadaan Dilakukannya Daerah Bulukumba 600 Selayar, 600 Buluku 600 Bulukumba 600 Bulukumba 600 DKP/DINAS
kapasitas SDM, Diklat tata-kelola Pengadaan Diklat pesisir , Sinjai, Bulukumba mba, , Sinjai, , Sinjai, PENGELOLAAN LH
Pengendalian Rumpon tata-kelola dan laut Bone, , Sinjai, Sinjai, Bone, Bone,
Kerusakan Laut Rumpon sepanjan Wajo, Bone, Bone, Wajo, Wajo,

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 79


|
akibat Perikanan g teluk Luwu, Wajo, Wajo, Luwu, Luwu,
Tangkap bone Palopo, Luwu, Luwu, Palopo, Palopo,
Luwu Palopo, Palopo, Luwu Luwu
Utara, Luwu Luwu Utara, Utara,
Luwu Utara, Utara, Luwu Luwu
Timur Luwu Luwu Timur Timur
Timur Timur
2. Pengadaan Dilakukannya Daerah Bulukumba 600 Selayar, 600 Buluku 600 Bulukumba 600 Bulukumba 600 DKP/DINAS
Diklat Penggunaan Pengadaan Diklat pesisir , Sinjai, Bulukumba mba, , Sinjai, , Sinjai, PENGELOLAAN LH
Alat Tangkap Penggunaan Alat dan laut Bone, , Sinjai, Sinjai, Bone, Bone,
(GPS, Fish Tangkap (GPS, sepanjan Wajo, Bone, Bone, Wajo, Wajo,
Finder,..) Fish Finder,..) g teluk Luwu, Wajo, Wajo, Luwu, Luwu,
bone Palopo, Luwu, Luwu, Palopo, Palopo,
Luwu Palopo, Palopo, Luwu Luwu
Utara, Luwu Luwu Utara, Utara,
Luwu Utara, Utara, Luwu Luwu
Timur Luwu Luwu Timur Timur
Timur Timur
3. Diklat Handling & Dilakukannya Daerah Bulukumba 600 Selayar, 600 Buluku 600 Bulukumba 600 Bulukumba 600 DKP/DINAS
Processing Hasil Diklat Handling & pesisir , Sinjai, Bulukumba mba, , Sinjai, , Sinjai, PENGELOLAAN LH
Tangkap Processing Hasil dan laut Bone, , Sinjai, Sinjai, Bone, Bone,
Tangkap sepanjan Wajo, Bone, Bone, Wajo, Wajo,
g teluk Luwu, Wajo, Wajo, Luwu, Luwu,
bone Palopo, Luwu, Luwu, Palopo, Palopo,
Luwu Palopo, Palopo, Luwu Luwu
Utara, Luwu Luwu Utara, Utara,
Luwu Utara, Utara, Luwu Luwu
Timur Luwu Luwu Timur Timur
Timur Timur
4. Sosialisasi Code Dilakukannya Daerah Bulukumba 400 Selayar, 400 Buluku 400 Bulukumba 400 Bulukumba 400 DKP/DINAS
Of Conduct Sosialisasi Code pesisir , Sinjai, Bulukumba mba, , Sinjai, , Sinjai, PENGELOLAAN LH
Fisheries Of Conduct dan laut Bone, , Sinjai, Sinjai, Bone, Bone,
Fisheries sepanjan Wajo, Bone, Bone, Wajo, Wajo,
g teluk Luwu, Wajo, Wajo, Luwu, Luwu,
bone Palopo, Luwu, Luwu, Palopo, Palopo,
Luwu Palopo, Palopo, Luwu Luwu
Utara, Luwu Luwu Utara, Utara,
Luwu Utara, Utara, Luwu Luwu
Timur Luwu Luwu Timur Timur
Timur Timur

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 80


|
5. Pengendalian Dilakukannya Daerah Selayar, 500 Selayar, 500 Selayar, 500 Selayar, 500 Selayar, 500 DKP/DINAS
Alat Tangkap Pengendalian pesisir Bulukumba Bulukumba Buluku Bulukumba Bulukumba PENGELOLAAN LH
Perusak Alat Tangkap dan laut , Sinjai, , Sinjai, mba, , Sinjai, , Sinjai,
Lingkungan (BOM, Perusak sepanjan Bone, Bone, Sinjai, Bone, Bone,
Racun, dll) Lingkungan g teluk Wajo, Wajo, Bone, Wajo, Wajo,
(BOM, Racun, dll) bone Luwu, Luwu, Wajo, Luwu, Luwu,
Palopo, Palopo, Luwu, Palopo, Palopo,
Luwu Luwu Palopo, Luwu Luwu
Utara, Utara, Luwu Utara, Utara,
Luwu Luwu Utara, Luwu Luwu
Timur Timur Luwu Timur Timur
Timur
6. Operasi Patroli Dilakukannya Daerah Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 DKP/DINAS
Ilegal Fishing Operasi Patroli pesisir Bulukumba Bulukumba Buluku Bulukumba Bulukumba PENGELOLAAN LH
Ilegal Fishing dan laut , Sinjai, , Sinjai, mba, , Sinjai, , Sinjai,
sepanjan Bone, Bone, Sinjai, Bone, Bone,
g teluk Wajo, Wajo, Bone, Wajo, Wajo,
bone Luwu, Luwu, Wajo, Luwu, Luwu,
Palopo, Palopo, Luwu, Palopo, Palopo,
Luwu Luwu Palopo, Luwu Luwu
Utara, Utara, Luwu Utara, Utara,
Luwu Luwu Utara, Luwu Luwu
Timur Timur Luwu Timur Timur
Timur
7.Pengendalian Dilakukannya Daerah Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 Selayar, 400 DKP/DINAS
Buangan Limbah Pengendalian pesisir Bulukumba Bulukumba Buluku Bulukumba Bulukumba PENGELOLAAN LH
Kapal Buangan Limbah dan laut , Sinjai, , Sinjai, mba, , Sinjai, , Sinjai,
Kapal sepanjan Bone, Bone, Sinjai, Bone, Bone,
g teluk Wajo, Wajo, Bone, Wajo, Wajo,
bone Luwu, Luwu, Wajo, Luwu, Luwu,
Palopo, Palopo, Luwu, Palopo, Palopo,
Luwu Luwu Palopo, Luwu Luwu
Utara, Utara, Luwu Utara, Utara,
Luwu Luwu Utara, Luwu Luwu
Timur Timur Luwu Timur Timur
Timur

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone 81


|
82

BAB VI. PEMANTAUAN DAN EVALUASI

6.1. Pemantauan

Untuk menjawab kebutuhan teknis di lapangan terutama pada masyarakat pesisir dan

penguatan kelembagaan maka perlu dilakukan pelatihan, baik yang bersifat keterampilan

maupun yang bersifat peningkatan kapabilitas pengelola, perencana dan pengguna.

Pelatihan keterampilan lebih ditujukan pada teknis pengelolaan sumberdaya yang

berimplikasi pada peningkatan produksi dan pendapatan. Dalam penguatan kelembagaan

lebih difokuskan pada pelatihan - pelatihan yang meningkatkan kapabilitas staf birokrat dalam

menganalisis data dan Informasi sumberdaya wilayah pesisir yang berorientasi pada

perencanaan ataupun pada peningkatan produksi dan pelayanan kepada masyarakat. Ada

berbagai pelatihan teknis kedinasan yang berhubungan dengan pengelolaan sumberdaya

pesisir bisa dilakukan secara kontinu, seperti Teknik Pemetaan/Kartografi, GIS, Evaluasi

Lingkungan Pantai, AMDAL, Reefcheck, Metodologi Penelitian Terumbu Karang (MPTK),

Teknik Rehabilitasi Mangrove secara Ekologi (EMR) dan lain- lain.

Monitoring merupakan salah satu hal penting dalam pengelolaan sumberdaya pesisir

dan laut. Monitoring merupakan pemantauan yang bersifat pengawasan yang dilakukan

dengan tujuan agar program tersebut dapat berjalan sesuai dengan rencana awal yang telah

dirancang. Dengan adanya program tersebut dapat dimonitoring capaian-capaian program,

permasalahan yang ditemui di lapangan, terkumpulnya informasi yang baru sehingga

dapat dilakukan tindakan - tindakan pencegahan pada kegiatan yang tidak sesuai dengan

rencana awal. Program monitoring ini nantinya diharapkan dapat lebih mengoptimalkan

pengelolaan w i l a y a h pesisir dan laut teluk yang sudah diprogramkan.

6.2. Evaluasi

Semua program perencanaan dari tahap persiapan hingga pencapaian program

perlu proses review atau pengkajian yang mendalam menyangkut output dan outcome

program. Bahan evaluasi yang akan direview berasal dari rencana, temuan di lapangan dan

hasil monitoring. Hasil dari review akan memutuskan apakah rencana kegiatan yang diusulkan

masih relevan atau tidak, sehinggga perlu dilakukan amandemen (perubahan-perubahan) baik

pada program pokok itu sendiri maupun pada kegiatan-kegiatan yang dialokasikan di dalamnya.

Perubahan dan perkembangan yang terjadi di masyarakat yang tidak relevan lagi

dengan arahan yang terdapat dalam dokumen Rencana Pengelolaan ini maka perlu

diamandemen sesuai dengan kebutuhan. Pada saat mengamandemen dokumen Rencana

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Teluk Bone 82


83

Pengelolaan ini maka Tim Pengarah dan pengelola Proyek harus membahasnya bersama-sama

dengan instansi terkait.

Jangka waktu antara review disesuaikan dengan kebutuhan, terutama yang terkait

dengan adanya perubahan-perubahan radikal dalam tuntutan pembangunan yang

menginginkan segera dilakukannya perubahan dalam rencana strategis. Rencana Aksi

Pengelolaan Teluk Bone berlaku selama 1 (satu) – 5 tahun terhitung mulai sejak ditetapkan.

Pelaksanaan review dapat pula dilakukan ketika terjadi perubahan yang dinamis dalam konteks

politik, ekologi, dan sosial budaya masyarakat

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Teluk Bone 83

Anda mungkin juga menyukai