Anda di halaman 1dari 22

Pengelolaan

Ekosistem Terumbu Karang di Pulau


Pramuka,
Taman Nasional
kepulauan Seribu
Oleh :
Zulfikar Afandy (C252140141)
Mukti Ali (C252140101)

Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan


Sekolah Pasca Sarjana
Institut Pertanian Bogor
2014

Terumbu Karang
Menjadi

sumber kehidupan bagi beraneka


ragam biota laut.
Sumber bahan makanan langsung atau tidak
langsung dan sumber obat-obatan.
Sebagai pelindung pantai dari hempasan
ombak.
Penyedia lahan dan tempat budidaya berbagai
hasil laut.
Untuk rekreasi pantai dan bawah laut serta
sebagai tempat penelitian dan kepentingan
pendidikan

Perkembangan

kegiatan wisata bahari


Kegiatan perikanan yang bersifat merusak
masih berlangsung dan minimya
pengelolaan limbah,
Menyebabkan semakin tinggi tekanan
terhadap ekosistem terumbu karang
Perlu model pengelolaan yang optimal

Kepulauan Seribu
Pulau Pramuka

Variabel yang dikembangkan di


dalam pemodelan
Variabel Bebas

Variabel tidak
Bebas

perikanan yang merusak


(destructif fishing)

tutupan karang keras hidup

Water Pollution Control (WPC)

tutupan alga

biaya masuk kawasan konservasi


P. Pramuka (FEE)

limbah (BOD)
jumlah wisatawan.

Metodologi
menggunakan diagram causal-loops untuk
menunjukkan umpan balik dari struktur
sistem.
Diagram causal-loops merupakan diagram
jaringan (network) yang menunjukkan
hubungan sebab akibat diantara variabelvariabel sistem menggunakan causal link
(Kusumo, 2012).

mbar 1. Causal loop pengelolaan ekosistem terumbu karang di P. Pramu

Analisis Trade-off
Untuk mendapatkan skenario yang terbaik, maka akan dilakukan
analisis trade-off melalui skoring yang dilakukan menggunakan
persamaan benefit indicators dan cost indicator (Brown et al.
2001; Nardo et al.2005 dalam Kusumo 2012)
Jumlah
Benefit Indicators :
wisatawan
(orang)
&
Tutupan karang
Xs
keras hidup (%)

Cost Indicators :
Xs

Tutupan alga
(%)
&
Limbah (BOD)
(mgr/L)

Skenario pengelolaan terumbu karang


A.

B.

C.

D.

Pengelolaan terhadap faktor-faktor yang dapat


mengurangi tutupan karang hidup, seperti
Destructif Fishing (sub model biologi);
Pengelolaan terhadap faktor-faktor yang dapat
meningkatkan tutupan alga, seperti pengaturan
terhadap buangan limbah ke perairan melalui
Water Pollution Control (sub model lingkungan
perairan);
Pengaturan jumlah wisatawan melalui pengaturan
terhadap biaya masuk kawasan (sub model sosial
ekonomi);
Pengelolaan terhadap semua sub model, yakni :
biologi, sosial ekonomi dan lingkungan perairan.

Data Awal
Jumlah aktivitas DF : 20 alat
Jumlah WPC : 0 Unit
Biaya masuk kawasan : Rp. 25.000
Simulasi selama 10 tahun

Hasil Simulasi

Skenario A Pengelolaan terhadap faktor-faktor yang dapat mengurangi


tutupan karang hidup, seperti Destructif Fishing dan aktivitas wisatawan
(sub model biologi)

Fokus

Pengawasan DF 0 Kapal

Skenario B Pengelolaan terhadap faktor-faktor yang dapat


meningkatkan tutupan alga, seperti pengaturan terhadap
buangan limbah ke perairan melalui Water Pollution Control (sub
model lingkungan perairan)

Pemasangan

WPC menjadi 10 Unit

Skenario C Pengaturan jumlah wisatawan melalui pengaturan


terhadap biaya masuk kawasan (sub model sosial ekonomi)

Penambahan

FEE menjadi 35.000


Years

Alga

Coral

0.28

0.11

0.26

0.00

0.24

0.00

0.23

0.00

0.22

0.00

0.22

0.00

0.21

0.00

0.22

0.00

0.23

0.00

0.24

0.00

Final

0.26

0.00

Tourist
3.598.0
0
3.546.1
4
3.376.6
5
3.290.1
4
3.054.1
1
3.138.0
0
3.086.8
7
3.013.6
4
3.149.2
7
3.471.2
5
3.307.9
3

Skenario D Pengelolaan terhadap semua sub model, yakni :


biologi, sosial ekonomi dan lingkungan perairan

Penambahan

jumlah WPC menjadi 10 Unit


Penambahan FEE menjadi 35.000
Fokus Pengawasan DF 0 Kapal
Years

Alga

0.28

0.26

0.23

0.18

0.12

0.06

0.02

0.00

0.00

0.00

Final

0.00

Coral Tourist
3.598.0
0.11
0
3.579.5
0.11
6
3.429.0
0.12
3
3.375.0
0.13
2
3.161.9
0.14
8
3.466.8
0.15
2
3.625.7
0.15
3
3.795.4
0.16
3
4.490.6
0.17
1
5.814.1
0.19
7
5.930.9
0.21
7

Tabel 1. Hasil analisis Trade-off terhadap variabel bebas


Trade Off Variabel Bebas
Scenario

A B C D

Criteria
Sub Model Sosial Ekonomi
(1) Biaya masuk kawasan
(puluhan ribu rupiah)

SCORED EFFECT
TABLE
Scenario
A
B
C

25 25 35 35

Average scores
Sub Model Biologi
(2) Perikanan yang merusak
(alat)

0 15 20

Average scores

0,00

0,00 100,00 100,00

0,00

0,00 100,00 100,00

100,00

25,00

0,00 100,00

100

25,00

0,00 100,00

0,00 100,00

30,00 100,00

Sub Model Lingkungan


Perairan
(3) Water Pollution Control (unit)

0 10

Cost
Indicators

Average scoresBenefit Indicators

Overall average scores

3 10

Rank

100

33,33
4

41,67
3

30

100

43,33 100,00
2
1

skenario pengelolaan dengan bobot yang sama dan


berbeda-beda untuk masing-masing kriteria

Kesimpulan
Pengelolaan

secara parsial tidak menjamin


keberlanjutan ekosistem terumbu karang;
Berdasarkan hasil analisis trade-off, skenario
pengelolaan yang paling efektif untuk menjamin
keberlanjutan ekosistem terumbu karang adalah
skenario D,yakni Pengelolaan terhadap semua sub
model, yakni : biologi, sosial ekonomi dan lingkungan
perairan;
Pengelolaan ekosistem terumbu karang harus
dilaksanakan secara menyeluruh, dengan melibatkan
semua aspek pengelolaan seperti aspek sosial
ekonomi, biologi dan lingkungan

Rekomendasi
Berdasarkan

hasil analisis terhadap beberapa


skenario pengelolaan, maka perlu diterapkan
konsep Co-Management dalam pengelolaan
ekosistem terumbu karang di Pulau Pramuka,
dimana semua stakeholder yang berhubungan
dengan sub model biologi, sosial ekonomi dan
lingkungan dapat dilibatkan. Sehingga
pengelolaan terpadu dapat diaplikasikan dan
memberikan manfaat yang optimal terhadap
keberlanjutan ekosistem terumbu karang dan
kesejahteraan masyarakat Pulau Seribu.

Dangkee

Anda mungkin juga menyukai