Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

‘’ SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK DAERAH RAWA ‘’

DOSEN : APRIYANA IRJAYANTI, SKM, M.KES

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 6 :

NAOMI PANGALA 20170711014154


NIKANOR B RUMPUMBO 20170711014186
PIPIT WIRANTI 20170711014078
RAHMALIA P SUNANDYA 20170711014006
RINA C HAAY 20170711014140
SILVIA J ANITU 20170711014223
STEFANI C SIBI 20170711014090
THIA L BEMBE 20170711014163

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS CENDRAWASIH

JAYAPURA – PAPUA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih
dan rahmat – Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga dapat
menyelesaikan makalah tentang ‘’ Sistem Penyediaan Air Bersih Untuk Daerah
Rawa ‘’ dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan kami
ucapkan terimakasih kepada dosen pengampuh Ibu Apriyana Irjayanti, SKM,
M.Kes yang telah memberikan tugas ini. Kami sangat berharap dengan adanya
makalah ini kita dapat memenuhi wawasan pengetahuan pembaca. Namun,
makalah ini masi jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan
kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya
yang lebih baik lagi.

Jayapura, November 2019

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air sangat penting dalam mendukung kehidupan dan aktivitas
manusia. Dalam kehidupan sehari- hari, air digunakan untuk keperluan
minum, memasak, mandi dan kebutuhan lainnya. Seiring dengan
meningkatnya pertumbuhan penduduk dan industri maka kebutuhan air
bersih akan terus meningkat. Jika peningkatan ini tidak diimbangi dengan
sumber penyediaan yang baru maka akan menimbulkan krisis air bersih.
Pemenuhan kebutuhan air bersih sudah menjadi masalah yang sangat
umum dan belum bisa diatasi di sebagain wilayah khususnya didaerah
pedesan dan daerah terpencil. Di daerah yang belum mendapatkan
pelayanan air bersih, penduduk biasanya menggunakan air sumur galian,
air sungai yang kadang- kadang bahkan sering kali air yang digunakan
tidak memenuhi standar air minum yang tidak sehat (Zainudin, 2013).
Untuk menanggulangi hal tersebut maka diperlukan studi lebih
lanjut mengenai sumber daya air serta cara pengolahannya sehingga dapat
menghasilkan air bersih yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari yang secara fisika dan kimia sesuai
dengan standar mutu yang ditetapkan (Darmayanto, 2009).Kondisi dan
sumber daya air yang ada di negara kita berbeda-beda, tergantung pada
keadaan alam dan kegiatan manusia yang terdapat di daerah tersebut
(Samosir, 2009).
Salah satu dari sumber daya air yang ada di negara kita adalah air
gambut. Air gambut di negara kita merupakan salah satu dari sumber daya
air yang masih melimpah, kajian Pusat Sumber Daya Geologi Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral melaporkan bahwa sampai tahun 2006
sumber daya lahan gambut di Indonesia mencakup luas 26 juta ha yang
tersebar di Pulau Kalimantan (± 50%), Sumatera (± 40%) sedangkan
sisanya tersebar di Papua dan pulau-pulau lainnya. Lahan gambut
Indonesia menempati posisi ke-4 terluas di dunia setelah Canada, Rusia
dan Amerika Serikat (Darmayanto, 2009). Penyebaran lahan gambut di
Sumatera Selatan sendiri, merupakan terluas kedua di Sumatera, yakni
mencakup 1.483.662 ha. Paling dominan berpenyebaran di wilayah
Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dan Musi Banyuasin (Muba)
(Wahyunto, 2003).
Berdasarkan data di atas, air gambut di negara kita khususnya di
Sumatera Selatan secara kuantitatif sangat potensial untuk dikelola sebagai
sumber daya air yang dapat diolah menjadi air bersih atau air minum.
Namun, pada daerah gambut umumnya air permukaan yang tersedia
sebagai sumber air baku masih sulit dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-
hari. Hal ini disebabkan air permukaan daerah tersebut berwarna kuning
atau coklat dan mengandung zat organik yang tinggi serta bersifat asam
sehingga perlu pengolahan khusus sebelum siap digunakan.
Adanya kandungan besi (Fe) dalam air gambut juga menyebabkan
warna air tersebut menjadi kecoklatan. Kandungan Fe dapat menimbulkan
gangguan kesehatan seperti gangguan pada usus, bau yang kurang enak
dan bisa menyebabkan kanker. Selain itu, keracunan Fe menyebabkan
permeabilitas dinding pembuluh darah kapiler meningkat sehingga plasma
darah merembes keluar (Ririn, 2013). Dari berbagai kasus, warna akan
semakin tinggi karena disebakan oleh adanya logam besi (Fe) yang terikat
oleh asam-asam organic yang terlarut dalam air tersebut (ririn, 2013). Oleh
karena itu, perlu adanya perlakuan untuk menurunkan kadar Fe pada air.
Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan proses adsorbsi.
Adsorben yang digunakan pada penelitian ini adalah tanah gambut. Tanah
gambut adalah salah satu material yang dapat digunakan untuk
mengurangi ion logam dan berat dari larutan (Munawar, 2010).
Kandungan utama di dalam air gambut adalah asam humus yang
terdiri dari asam humat, asam fulfat dan humin. Asam humus adalah
senyawa organik dengan berat molekul tinggi dan berwarna cokelat
sampai kehitaman yang menyebabkan air berwarna dan bersifat asam
Senyawa humus terbentuk dari dekomposisi zat organik alami yaitu
senyawa humus seperti lignin, tanin, dan asam organik lainnya (Novita,
2008).
Tanah Gambut adalah material yang kompeks dengan komponen
utama berupa lignin dan selulosa. Karena sifat polar yang dimilikinya,
gambut memiliki daya serap yang relatif tinggi terhadap bahan terlarut
seperti logam dan senyawa organik polar. Karakteristik ini menjadi dasar
utama dari berbagai studi penggunaan gambut untuk pemurnian air limbah
yang mengandung logam-logam berat (munawar, 2013). Menurut
Eligwe,dkk ;1999 dalam jurnal Yusnimar tahun 2012 bahwa tanah gambut
merupakan salah satu jenis adsorben yang memiliki banyak pori-pori dan
jika terkena air akan menyerap air. Adsorben ini dapat menyerap ion-ion
logam berat pada air gambut.

B. Tujuan
1) Untuk mengetahui karakteristik dari air gambut.
2) Untuk mengetahui proses pengolahan air gambut.
3) Untuk mengetahui bahan baku apa saja yang di butuhkan dalam proses
pengolahan air gambut.
4) Untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan unit pengolahan dan
cara penggunaannya.
5) Untuk mengetahui bagaimana cara pemeliharaannya.

C. Manfaat
1)
BAB II
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Air Gambut / Rawa


Air gambut tergolong air yang tidak memenuhi persyaratan air
bersih yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
492/MENKES/PER/IV/2010 tanggal 19 April 2010, beberapa
karakteristik yang tidak memenuhi persyaratan adalah sebagai berikut :
1. Segi estetika yaitu dengan adanya warna, kekeruhan dan bau
pada air gambut akan mengurangi efektifitas usaha
desinfeksi, karena mikroba terlindung oleh zat padat
tersuspensi, baik yang bersifat anorganik maupun yang organik.
Hal ini tentu berbahaya bagi kesehatan bila terdapat mikroba yang
pathogen. Disamping itu penyimpanan terhadap standar
yang diterapkan akan mengurangi penerimaan masyarakat
terhadap air tersebut yang selanjutnya dapat mendorong untuk
mencari sumber air lain yang kemungkinan tidak aman.
(Sutrisno, 1991).
2. PH rendah pada air gambut menyebabkan air terasa asam
yang dapat menimbulkan kerusakan gigi dan sakit perut
(Notodarmojo , 1994).
3. Kandungan zat organik yang tinggi dapat menjadi sumber
makanan bagi mikroorganisme dalam air yang dapat menimbulkan
bau apabila zat organik tersebut terurai secara biologis dan jika
dilakukan desinfeksi dengan larutan khlor akan membentuk
senyawa organochlorine yang bersifat karsinogenik (Notodarmojo ,
1994).
4. Tingginya kadar besi (Fe) pada air merupakan suatu hal
yang harus diperhatikan dalam penyediaan air bersih bagi
masyarakat. Mengingat bahwa tingginya kadar Fe akan
mengurangi segi estetika dan akan mengurangi efektifitas
usaha desinfeksi karena mikroba terlindung oleh zat tersuspensi
tersebut. Tingginya kadar besi pada air menyebabkan air
berwarna merah kecoklatan dan berbau logam sehingga
menimbulkan keengganan untuk mengkonsumsinya . (Sutrisno,
2006).
5. Endapan mangan (Mn) akan memberikan noda-noda pada
bahan/benda-benda yang berwarna putih. Adanya unsur ini
dapat menimbulkan bau dan rasa pada minuman. (Sutrisno,
2006).

Berdasarkan kelarutannya dalam alkali dan asam, asam humus


dibagi dalam tiga fraksi utama yaitu (Pansu, 2006):
1. Asam humat
Asam humat atau humus dapat didefinisikan
sebagai hasil akhir dekomposisi bahan organik oleh
organisme secara aerobik. Ciri-ciri dari asam humus ini antara
lain:
a. Asam ini mempunyai berat molekul 10.000 hingga
100.000 g/mol (Collet, 2007). Merupakan makromolekul
aromatik komplek dengan asam amino, gula amino,
peptide, serta komponen alifatik yang posisinya berada
antara kelompok aromatik.
b. Merupakan bagian dari humus yang bersifat tidak larut
dalam air pada kondisi pH<2 tetapi larut pada pH yang
lebih tinggi.
c. Bisa diekstraksi dari tanah dengan bermacam reagen
dan tidak larut dalam larutan asam. Asam humat adalah
bagian yang paling mudah diekstraksi diantara
komponen humus lainnya.
d. Mempunyai warna yang bervariasi mulai dari coklat
pekat sampai abu-abu pekat.
e. Humus merupakan tanah gambut mengandung lebih
banyak asam humat (Stevenson, 1982). Asam humus
merupakan senyawa organik yang sangat kompleks,
yang secara umum memiliki ikatan aromatik yang
panjang dan nonbiodegradable yang merupakan hasil
oksidasi dari senyawa lignin (gugus fenolik).
2. Asam fulvat
Asam fulvat merupakan senyawa asam organik alami
yang berasal dari humus, larut dalam air, sering ditemukan
dalam air permukaan dengan berat molekul yang rendah yaitu
antara rentang 1000 hingga 10.000 (Collet, 2007). Bersifat
larut dalam air pada semua kondisi pH dan akan berada
dalam laurtan setelah proses penyisihan asam humat melalui
proses asidifikasi. Warnanya bervariasi mulai dari kuning sampai
kuning kecoklatan.
3. Humin
Kompleks humin dianggap sebagai molekul paling
besar dari senyawa humus karena rentang berat molekulnya
mencapai 100.000 sampai 10.000.000. sedangkan sifat kimia dan
fisika humin belum banyak diketahui.

B. Pengolahan Air Gambut


Unit pengolahan sederhana untuk air gambut terdiri dari koagulasi,
flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi. Serta bahan kimia yang dibutuhkan
adalah Kapur (60% Ca), koagulan alumunium sulfat, kaogulan natrium
sulfat, dan tanah gambut.
1. Tahap koagulasi
Tahap koagulasi adalah proses pembubuhan bahan kimia ke dalam air
agar kotoran yang ada didalam air yang berupa padatan tersuspensi
Penamabahan kapur bertujuan untuk meningkatkan pH sementara
penambahan kaporit untuk menghilangkan zat organik dan besi
yang mungkin terkandung dalam air gambut. Sedangkan
penambahan koagulan dan tanah gambut bertujuan untuk
mengikat warna.Tanah gambut merupakan tanah dengan ciri
berwarna hitam kelabu, liat, dan tidak tercampur organik.

2. Tahap Flokulasi
Flokulasi dilakukan pada 4 tahap dengan arah aliran naik –turun.
Flokulasi dilakukan pada 4 tangki berkapasitas 120 L yang
dihubungkan dengan pipa berdiameter 18 mm. Dilengkapi dengan pipa
penguras berdiameter 18 mm
3. Sedimentasi
Volume tangki sedimentasi 1200 L dengan diameter 110 cm dan tinggi
130 cm. Tangki diletakan di atas lantai kayu setinggi 1 m dari
muka tanah. Lumpur dibuang melalui pipa yang terletak di dasar
tangki sedimentasi.
4. Filtrasi
Filtrasi merupakan penyaringan untuk menghilangkan zat padat
tersuspensi (yang diukur dengan kekeruhan) dari air melalui media
berpori-pori. Pada proses penyaringan ini zat padat tersuspensi
dihilangkan pada waktu air melalui lapisan materi berbentuk
butiran yang disebut media filter. Filtrasi dilakukan pada tangki
filtrasi berukuran 1200 L dengan media pasir setinggi 60 cm dan
kerikil setinggi 30 cm.

1. Bahan Baku
NO BAHAN SATUAN JUMLAH
1 Tangki Fiber glass Vol. 500 liter Buah 1
Tong Kran Plastik, Volume 20 atau
2 Buah 1
40 liter
3 Stop kran ½" Buah 1
4 Stop kran ¾" Buah 2
5 Socket PVC drat luar ½" Buah 3
6 Socket PVC drat luar ¾" Buah 3
7 Fauset PVC drat dalam ½" Buah 3
8 Fauset PVC drat dalam ¾" Buah 2
9 Pipa PVC ½" Batang 1
10 Pipa PVC ¾" Batang 1
11 Slang Plastik 5/8" Meter 6
12 Pompa Tekan Buah 1
13 Ember Plastik Buah 2
14 Spons busa, tebal 2 cm Lembar 1
15 Kerikil, diameter 1-2 cm Kg 5
16 Pasir silika Kg 25
17 Arang Kg 5
18 Ijuk Ikat 1
19 Kapur Gamping - -
20 Tawas - -
21 Kaporit - -

Bahan-bahan tersebut tidak termasuk bahan untuk dudukkan alat.


Di samping itu bahan - bahan tersebut dapat juga disesuaikan dengan
keadaan setempat misalnya, jika tidak ada tong plastik dapat juga dipakai
drum bekas minyak yang dicat terlebih dahulu.

2. Pembuatan Unit Pengolahan Air


Peralatan yang digunakan terdiri dari Tong, pengaduk, pompa
aerasi, dan saringan dari pasir. Kegunaan dari masing-masing
peralatan adalah sebagai berikut:
a. Tong/Tangki Penampung
Terdiri dari Drum Plastik dengan volume 220 liter. Drum
tersebut dilengkapi dengan dua buah kran yaitu untuk
mengalirkan air ke bak penyaring dan untuk saluran penguras.
Pada dasar Drum sebelah dalam diplester dengan semen
sehingga berbentuk seperti kerucut untuk memudahkan
pengurasan. Selain itu dapat juga menggunakan tangki fiber
glass volume 550 liter yang dilengkapi dengan kran
pengeluaran lumpur. Tong atau tangki penampung dapat juga
dibuat dari bahan yang lain misalnya dari tong bekas minyak
volume 200 liter atau dari bahan gerabah. Fungsi dari drum
adalah untuk menampung air baku, untuk proses aerasi atau
penghembusan dengan udara, untuk proses koagulasi dan
flokulasi serta untuk pengendapan.
b. Pompa Aerasi
Pompa aerasi terdiri dari pompa tekan (pompa sepeda) dengan
penampang 5 cm, tinggi tabung 50 cm. Fungsi pompa adalah
untuk menghembuskan udara kedalam air baku agar zat besi
atau mangan yang terlarut dalam air baku bereaksi dengan
oksigen yang ada dalam udara membentuk oksida besi atau
oksida mangan yang dapat diendapkan. Pompa tersebut
dihubungkan dengan pipa aerator untuk menyebarkan udara
yang dihembuskan oleh pompa ke dalam air baku. Pipa aerator
terbuat dari selang plastik dengan penampang 0.8 cm, yang
dibentuk seperti spiral dan permukaannya dibuat berlubang-
lubang, jarak tiap lubang + 2 cm.
c. Bak Penyaring
Bak Penyaring terdiri dari bak plastik berbentuk kotak dengan
tinggi 40 cm dan luas penampang 25 X 25 cm serta dilengkapi
dengan sebuah keran disebelah bawah. Untuk media penyaring
digunakan pasir. kerikil, arang dan ijuk. Susunan media
penyaring media penyaring dari yang paling dasar keatas
adalah sebgai berikut :
 Lapisan 1: kerikilatau koral dengan diameter 1-3 cm, tebal
5 cm.
 Lapisan 2: ijuk dengan ketebalan 5 cm.
 Lapisan 3: arang kayu, ketebalan 5-10 cm.
 Lapisan 4: kerikil kecil diameter + 5 mm, ketebalan + 5 cm.
 Lapisan 5: pasirsilika, diameter + 0,5 mm, ketebalan 10-15
cm.
 Lapisan 6: kerikil, diameter 3 cm, tebal 3-6 cm.

Unit alat Pengolahan Air Gambut Sederhana

3. Penggunaan
1. Masukkan air baku kedalam tangki penampung sampai hampir
penuh (550 liter).
2. Larutkan 60 - 80 gram bubuk kapur / gamping (4 - 6 sendok
makan) ke dalam ember kecil yang berisi air baku, kemudian
masukkan ke dalam tangki dan aduk sampai merata.
3. Masukkan slang aerasi ke dalam tangki sampai ke dasarnya dan
lakukan pemompaan sebanyak 50 - 100 kali. setelah itu angkat
kembali slang aerasi.
4. Larutkan 60 - 80 gram bubuk tawas (4 - 6 sendok makan) ke
dalam ember kecil, lalu masukkan ke dalam air baku yang telah
diaerasi. Aduk secara cepat dengan arah yang putaran yang
sama selama 1 - 2 menit. Setelah itu pengaduk diangkat dan
biarkan air dalam tangki berputar sampai berhenti dengan
sendirinya dan biarkan selama 45 - 60 menit.
5. Buka kran penguras untuk mengelurakan endapan kotoran yang
terjadi, kemudian tutup kembali.
6. Buka kran pengeluaran dan alirkan ke bak penyaring. Buka
kran saringan dan usahakan air dalam saringan tidak meluap.
7. Tampung air olahan (air bersih) dan simpan ditempat yang
bersih. Jika digunakan untuk minum sebaiknya dimasak
terlebih dahulu.

C. Pemeliharaan
1. Pemeliharaan harian atau mingguan
Pemeliharaan sumur pompa tangan yang dilakukan setiap hari atau
minggu sebagai berikut :
a) Setiap hari dibersihkan terutama setelah selesai dipakai, buang
endapan dari kran pembuang, lalu drum bersihkan dengan air
sampai bersih.
b) Periksa kalau air yang keluar keruh, atau secara rutin setiap
minggu bersihkan drum penyaringan dengan menuangkan air pelan
– pelan ke dalam drum penyaringan sampai air yang keluar
kembali bersih.

2. Pemeliharaan bulanan dan tahunan


a) Periksa kran – kran apa ada yang rusak atau tidak berfungsi, kalau
perlu segera diganti.
b) Perika drum dari kerusakan dan atau bocor segara tambal.
c) Cat bagian – bagian drum yang perlu di cat.
d) Periksa kayu – kayu penyangga apakah ada yang rusak dan apabila
ada segera diperbaiki.
e) Bisa dilakukan pembongkaran media filtrasi, bersihkan dan
bersihkan dan kemudian disusun kembali seperti awal.

Anda mungkin juga menyukai