HASIL PENELITIAN
OLEH
AINUN SALSABILA
A1J117057
HASIL
oleh
Ainun Salsabila
A1J117057
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui oleh
Ketua Jurusan Pendidikan Biologi
ii
ABSTRAK
iii
ABSTRACT
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas segala
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi dapat terselesaikan
dengan baik.
v
Terjun Lasolo Kota Kendari
8. Senior-senior saya yang selama ini telah membantu, memberikan ide dan
memotivasi selama pembuatan skripsi ini.
9. Sahabat-sahabatku Melani Dice Lisulangi, Wa Ode Mastia Hasmi, Rizkyqa,
Indah Prayuningsi, Deri yang telah memberikan bantuan, dukungan dan
semangat kepada penulis hingga akhir studi.
10. Pacar saya Pratu Aswan yang telah memberikan bantuan, dukungan dan
semangat kepada penulis hingga akhir studi.
11. Teman-teman, khususnya angkatan 2017 yang telah memberikan semangat
dan kebersamaannya selama ini yang terbingkai dalam “Regnum 2017” yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penghormatan dan penghargaan yang tak terhingga serta ucapan
terima kasih kepada orang tuaku tercinta Ayahanda Mustamin dan Ibunda
Bau anis atas segala pengorbanan dan kasih sayang yang tulus, sabar dan
ikhlas mendidik, menasehati, mendoakan dan menfasilitasi segala kebutuhan
penulis hingga saat ini.
Akhir kata penulis mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-
besarnya jika dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengapresiasi kritik dan saran yang
sifatnya membangun untuk perbaikan skripsi ini.
Ainun Salsabila
vi
DAFTAR ISI
Halaman
vii
E. Teknik Analisis Data. ................................................... 21
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air Terjun Lasolo merupakan kawasan hutan yang berada dalam
kawasan Tahura Nipa-Nipa tepatnya di Jl.Lasolo Kecamatan Kendari Barat,
Kendari, Sulawesi Tenggara. Tahura Nipa-Nipa merupakan salah satu
kawasan konservasi di Sulawesi Tenggara yang ditetapkan melalui SK
Menteri Kehutanan No.103/Kpts-II/1999 seluas 7.877,5 ha. Kawasan tersebut
memiliki fungsi untuk perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan kawasan
serta tempat berbagai jenis flora dan fauna (Zulkarnain dan Abdih, 2010 :
246).
Keadaan tumbuhan yang beragam memberi pengaruh terhadap
ekosistem hutan itu sendiri, misalnya, pepohonan akan memperkuat struktur
tanah hutan. Jenis pohon tersebut merupakan bentuk keanekaragaman yang
perlu dijaga. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu kegiatan identifikasi
sehingga diharapkan dapat mengenal berbagai jenis-jenis pohon dan dapat
membedakan antara satu jenis dengan jenis lainnya khususnya jenis pohon
famili Dipterocarpaceae. Keanekaragaman pohon dalam suatu ekosistem
merupakan komponen yang mendominasi pada suatu hutan, yang berperan
sebagai organisme produsen dan habitat dari berbagai jenis burung dan hewan
lainnya. Pohon menggunakan energi radiasi matahari dalam proses
fotosintesis, sehingga mampu mengasimilasi CO 2 dan H2O menghasilkan
energi kimia yang tersimpan dalam karbohidrat dan mengeluarkan Oksigen
yang kemudian dimanfaatkan oleh semua makhluk hidup di dalam proses
pernapasan. Keanekaragaman pohon dalam tingkatan komunitas dapat dilihat
berdasarkan organisasi biologinya. Keanekaragaman pohon dapat digunakan
untuk menyatakan struktur komunitas dan mengukur stabilitas komunitas,
yaitu kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil
meskipun ada gangguan terhadap komponen-komponennya (Wahyudi, dkk.
2014 : 2)
1
2
4
5
Buah
Buah Dipterocarpaceae berupa bakal buah menumpang
atau hampir menumpang, tersusun dari 3 daun buah, beruang 3
atau 2, dengan 2 bakal biji dalam tiap ruang, masing-masing
dengan integumen. Buah hanya berisi 1 biji, biasanya tidak
pecah bila masak (Aththorick dan Siregar, 2006 : 140)
Biji
Biji dari Dipterocarpaceae umumnya bersayap. Biji
tersebut memiliki dua sayap besar dan tiga bentuk kecil yang
tidak mirip seperti sayap. Namun pada Shorea dan Parashorea
tiga sayap yang ada sama panjang dan dua yang lainnya pendek
(Fajri, 2008 : 15).
b. Keanekaragaman Dipterocarpaceae
Famili Dipterocarpaceae merupakan salah satu jenis
pohon yang menjadi penyusun utama sebagian besar hutan pada
kawasan dataran rendah, termasuk indonesia. Berbagai jenis
Dipterocarpaceae yang dikenal di Indonesia adalah :
Mersawa (Anisoptera sp.)
Anisoptera sp. adalah spesies dari famili
Dipterocarpaceae yang memiliki nama daerah mersawa, berua,
damar kelasi, damar miharo, merayo, merbani dan tukam.
Tinggi pohon sampai 45 m, panjang batang bebas cabang 15 –
35 m, diameter sampai 150 cm, bentuk batang silindris. Kulit
luar berwarna kelabu, kelabu-kuning, kelabu-coklat sampai
coklat, beralur dangkal dan mengelupas kecil-kecil. Tinggi
banir 1,5 – 3 m.
7
lebar 2,5 m dan tebal 20 cm, kulit luar berwarna kelabu atau
coklat, tebal kulit lebih kurang 5 mm (Martawijaya, dkk. 2005 :
85)
c. Taksonomi Dipterocarpaceae
Famili Dipterocarpaceae adalah famili dari jenis pohon
dengan jumlah spesies di seluruh dunia mencapai sekitar 600
spesies yang terdiri dari 16 genus. Famili ini memiliki tiga sub
famili yang terdiri dari Dipterocarpadeae, Pakaraimoideae dan
Monotoidae (Appanah, 1998 : 5). Di antara ketiga sub famili
tersebut, Dipterocarpadeae merupakan sub famili yang terpenting
karena memiliki jumlah jenis yang banyak dan bernilai komersil.
Sub famili Dipterocarpaceae ini memiliki 13 genus dan 470 jenis
(Fajri, 2008 : 10). Famili Dipterocarpaceae yang terdapat di
Indonesia terdiri dari 9 genus yaitu Anisoptera, Cotylelobium,
Dipterocarpus, Dryobalanops, Hopea, Parashorea, Shorea ,
Vatica, dan Upuna.
Adapun karakteristik morfologi dari 9 genus adalah :
Genus Anisoptera
Anisoptera adalah genus tanaman dalam famili
Dipterocarpaceae. Pohon dari genus ini memiliki tinggi pohon
mencapai 67 meter dengan diameter batang bagian bawah
mencapai lebih 150 cm. Batang tinggi, lurus, dan berbentuk
silinder. Kulit batang berwarna kelabu, kelabu kekuningan,
kelabu kecoklatan, hingga coklat (Onrizal, 2010 : 8)
Genus Cotylelobium
Cotylelobium adalah genus dari famili
Dipterocarpaceae. Genus ini memiliki Tangkai daun
melengkung, daun menyerupai daun meranti, kadang terdapat
daun penumpu bangun lanset, tapi lekas gugur. Urat daun
sekunder susun menyirip, pada ujung tiap urat daun sekunder
bersambung satu sama lain dengan suatu lengkungan (looping),
buah dengan 2 sayap panjang dan 3 sayap pendek, ada pula
11
Identifikasi Jenis
18
19
2. Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah semua tumbuhan dari famili
Dipterocarpaceae yang ditemukan pada lokasi penelitian.
20
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Nama
Kelas Ordo Suku Jenis Habitus
Indonesia/Lokal
Dicotyledoneae Malvales Dipterocarpaceae c Meranti hitam Pohon
Hopea gregaria V.Slooten Pooti
Hopea celebica Burck Balau
Shorea balangeran Kahui
Shorea leprosula Meranti tembaga
Hopea mengarawan Damar mata kucing
Shorea laevis Bangkirai
Shorea stenoptera Tengkawang tungkul
Ching.
Shorea assamica Dyer Meranti putih
Dicotyledonea B
e
Pteridopsid
a
Deskripsi :
Meranti hitam (Shorea acuminatissima Sym), adalah pohon yang
memiliki tinggi 20-60 m dengan diameter 150 cm. Bentuk batang silindris,
lurus dan berbanir 3-6,5 m dari permukaan tanah. Daun tunggal,
bentuknya lenset, panjang 7-14 cm, ujung meruncing, pangkal runcing,
simetris, permukaan bila mengering coklat, permukaan kasap/kasar.
Benang sari 15. Kelopak buah dengan tiga sayap panjang dan dua sayap
pendek, sayap panjang 4,4-6 x 1- 1,5 cm, sayap pendek 3-4,5 x 0,7-0,9 cm,
dan buah bulat telur. Tumbuh sampai ketinggian 850 m dpl (Sugiyanti dkk
(2011: 69)
2. Pooti (Hopea gregaria V. Slooten)
A C
Gambar 4.2. (a) Habitus, (b) Batang, (c) Daun
Deskripsi :
Pooti (Hopea gregaria V. Slooten) adalah pohon yang mencapai
ketinggian 35 meter yang berukuran sedang. Akar tunggang dan kadang
berbanir. Batang bulat berdiameter kisaran 20 cm dan menghasilkan getah
yang berwarna putih dan kuning. Daun berwarna hijau, tunggal, bentuk
25
A C
A C
Gambar 4.4. (a) Habitus, (b) Batang, (c) Daun
Deskripsi :
Kahui (Shorea balangeran) adalah Pohon sedang-besar, tinggi
mencapai 35 m dengan diameter batang 75 cm. Batang silindris,
berbanir., beralur dalam, bagian dalam cokelat kemerahan, mengeluarkan
resin kekuningan. Daun tunggal tersusun berseling, lonjong-jorong hingga
melanset, pangkal daun membaji hingga menumpul ujung melancip.
Perbungaan dalam majemuk, menjuntai pada ujung ranting atau ketiak
daun. Buah merah kehijauan, bertangkai pendek, ramping, bersayap 5
tidak sampai panjang ( Partomihardjo, dkk, 2020: 109)
27
A C
Gambar 4.5. (a) Habitus, (b) Batang, (c) Daun
Deskripsi :
Meranti tembaga (Shorea leprosula) adalah Pohon besar, tinggi
mencapai 60 m, berbanir, tinggi banir dapat mencapai 3,5 m. Batang lurus
dengan tinggi cabang pertama 20–30 m, kulit batang berwarna abu-abu
atau cokelat, sedikit beralur dangkal, mengelupas agak besar-besar dan
tebal. Kulit bagian dalamnya berwarna cokelat muda sampai merah,
hingga kuning muda. Daun tunggal, tersusun spiral atau berseling, jorong,
bundar telur, 8–14,5 cm × 3,5–6 cm, ujung meruncing dan pangkal daun
menumpul (Sudarmonowati, 2020: 109)
28
A C
A C
Gambar 4.7. (a) Habitus, (b) Batang, (c) Daun
Deskripsi :
Bangkirai (Shorea laevis) adalah Pohon besar, batang berdiameter
terukur 42,37 cm dan berbanir. Daun berukuran 6,5–10 cm × 2,5–4 cm dan
berbentuk bundar telur sampai lanset. Daun penumpu berukuran 8 × 2 mm,
berbentuk lanset dengan ujung daun runcing. Bunga berdiameter 5 mm
berwarna kuning kehijauan dengan tipe perbungaan malai. Buah memiliki
panjang sekitar 10 mm, berwarna hijau, dengan 3 sayap panjang berukuran
30 mm dan 2 sayap lebih pendek (Sudarmonowati, 2020: 112)
30
A C
Gambar 4.8. (a) Habitus, (b) Batang, (c) Daun
Deskripsi :
Tengkawang tungkul (Shorea stenoptera) Pohon kecil hingga
sedang, tinggi 30–50 m. Batang tegak lurus, diameter mencapai 75 cm,
berbanir pendek atau hampir tidak berbanir, tinggi batang bebas cabang
mencapai 15 m. Daun tunggal, kedudukan berseling, tangkai daun 2,4–3,5
cm panjangnya, silindris, berbulu kasar warna cokelat, membengkak pada
bagian pangkal helaian daun; helaian daun kaku seperti kulit, lonjong, atau
jorong, 21–44 cm × 8,5–25,5 cm, ujung daun meruncing, pangkal daun
membaji lebar hingga menjantung, tepi daun rata, tulang daun primer rata
pada permukaan atas, tulang daun sekunder menyirip, 20–21 pasang,
tulang daun tersier berbentuk tangga. Bunga dalam susunan majemuk,
letak diujung ranting atau ketiak daun. Buah besar berukuran 7,5 × 2 cm,
memiliki tiga sayap besar (bagian luar) berukuran 3,5–7,5 cm × 1,5–2,5
cm dan dua sayap kecil (bagian dalam) berukuran 2–5,5 cm × 0,5–1 cm
(Sudarmonowati, 2020: 154)
31
A C
Gambar 4.9. (a) Habitus, (b) Batang, (c) Daun
Deskripsi :
Meranti putih (Shorea assamica Dyer) adalah pohon yang
berukuran besar mencapai 55 meter dengan diameter batang dapat
mencapai 150 cm. kulit batang coklat kemerahan. Akar tunggang dan
berbanir. Daun bulat telur 2-4 cm, permukaan bawah kadang berbulu,
tangkai daun 5-7 mm panjangnnya. Bunga tersusun majemuk. Buah
bersayap dengan 3 kelopak besar dan 2 kelopak kecil (Pitopang, dkk,
2008: 99)
32
C. Pembahasan
Suatu ekosistem dapat dipengaruhi oleh keberagaman faktor lingkungan
yang ada di kawasan tersebut baik dari temperatur, curah hujan, kelembaban,
dan tekanan uap air yang dapat dipengaruhi oleh tutupan kenopi ataupun bentuk
tajuk pohon suatu kawasan. Semakin tinggi dan banyak intensitas cahaya yang
menebus tajuk pohon (Naharuddin, dkk, 2016: 29) maka semakin tinggi pula
suhu lingkungan suatu kawasan dan menyebabkan semakin rendahnnya
kelembaban dari kawasan tersebut sehingga setiap pohon memiliki suhu
lingkungan yang sangat beragam. Adanya tajuk yang terbentuk berpengaruh
besar terhadap sinar matahari sehingga yang sampai ke permukaan tanah sangat
kecil.
Berdasarkan eksplorasi yang di lakukan di kawasan Hutan Air Terjun
Lasolo Kota Kendari, jenis Dipterocarpaceae yang terdapat dilokasi penelitian
temukan sebanyak 9 spesies pohon dari famili Dipterocarpaceae yang terdiri
dari 2 genus yaitu genus Hopea dan Shorea. Berdasarkan penelitian genus
yang mendominasi kawasan tersebut yaitu jenis pohon dari genus Shorea
sebanyak 6 jenis dan genus Hopea 3 jenis, diantaranya yaitu Shorea
acuminatissima Sym, Hopea gregaria V.Slooten, Hopea celebica Burck,
Shorea balangeran , Shorea leprosula, Hopea mengarawan, Shorea laevis,
Shorea stenoptera , Shorea assamica Dyer. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Purwaningsih (2004: 1) yang menyatakan bahwa jenis Dipterocarpaceae yang
paling banyak tumbuh di Indonesia khususnya wilayah sulawesi yaitu Shorea,
Vatica, Anisoptera dan Hopea. Adanya jenis yang mendominasi ini dapat
dipengaruhi oleh persaingan antara tumbuhan yang ada, dalam hal ini
berkaitan dengan iklim dan mineral yang diperlukan. Iklim dan mineral yang
dibutuhkan akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan suatu spesies,
sehingga spesies tersebut akan lebih unggul dan lebih banyak ditemukan
didalam suatu kawasan (Agustina, 2008: 51)
Genus Shorea dan Hopea adalah jenis pohon yang memiliki kondisi
kayu yang mudah berbaur dengan jenis lainnya ketika berada di hutan.
33
Sehingga, kayu dapat tumbuh dengan baik, tanpa melihat cuaca, keadaan
hutan, bahkan tanaman sekeliling. Pohon genus Shorea dan Hopea memiliki
habitat yang cocok tumbuh di Taman Hutan Raya (Tahura) Nipa-nipa yang
bertipe hutan hujan dataran rendah dengan ketinggian 25 – 100 mdpl. Hal ini
sejalan menurut Pratiwi, dkk, (2017: 4), Genus Shorea dan Hopea biasa
tumbuh di hutan hujan tropis, dari dataran rendah hingga pegunungan dengan
ketinggian dibawah 1.750 mdpl.
Jenis kayu yang berasal dari famili Dipterocarpaceae merupakan
tumbuhan paling penting, yang mencakup beberapa jenis pohon komersial
terutama dalam industri perkayuan. Menurut Rudjiman dan Dwi (2002: 23)
genus Shorea biasa disebut kayu meranti yang merupakan salah satu genus
penghasil kayu-kayu Dipterocarpaceae yang terpenting. Aneka jenis kayu
meranti (meranti kuning, merah, dan putih), bangkirai, balangeran dan lain-
lain. Di samping itu, genus ini juga menghasilkan resin yang disebut damar
dari berbagai kualitas, salah satu yang terbaik kualitasnya adalah damar mata
kucing. Damar terutama digunakan dalam industri pernis dan cat, serta untuk
pengolahan kimiawi lainnya. Beberapa spesies Shorea menghasilkan
tengkawang, yakni buah yang besar dan berlemak. Minyak tengkawang
digunakan dalam industri kosmetika dan makanan. Biji Shorea mengandung
lemak yang lumayan (40-60 %) dan protein yang banyak (5-6 %). Dalam
industri makanan , ia dipergunakan untuk menggantikan mentega coklat
(cocoa butter)
Genus Hopea yang dikenal sebagai merawan, jenis Kayunya cocok
untuk mesin gilas di industri tekstil, tiang, dan konstruksi jembatan atau
sebagai alternatif untuk kayu pada sepatu tinggi. Pohonnya bisa sebagai pohon
peneduh. Kulit kayunya memiliki tanin dan berguna untuk menyamak kulit.
Jenis ini juga menghasilkan damar untuk interior yang berkualitas. Damarnya
bisa juga untuk obat sakit dan luka. Di Burma, damar ini dipakai untuk vernis
cat dan sebagai campuran tinta untuk mengecat gambar, juga dipakai untuk
mendempul kapal.
34
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah jenis Dipterocarpaceae yang
ditemukan di Kawasan Hutan Air Terjun Lasolo Kota Kendari berjumlah 9
spesies yang terdiri dari 2 genus (Hopea dan Shorea). Jenis Dipterocarpaceae
yang banyak ditemukan di Kawasan Hutan Air Terjun Lasolo Kota Kendari
yaitu genus dari Shorea yang berjumlah 6 spesies.
B. SaranDF
Saran untuk peneliti selanjutnya agar penelitian tentang jenis-jenis
Dipterocarpaceae dilakukan di tempat yang berbeda yang belum diteliti.
36
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, D.K., 2008. Studi Vegetasi Pohon di Hutan Lindung RPH Donomulyo
BKPH Sengguruh KPH Malang. Skripsi. Jurusan Biologi, Fakultas
Sains dan Teknologi. UIN-Maliki. Malang.
Rustam, B.R., 2013. Buku Informasi Taman Hutan Raya Nipa-Nipa Sulawesi
Tenggara. Balai Tahura Nipa-Nipa. Sulawesi Tenggara.
Triantoro, R.G.N., Krisma, L., Zeth, L.R., dan Marinus, R., 2008.
Keanekaragaman Jenis Flora pada Cagar Alam Pegunungan Yapen
Tengah, Provinsi Papua. Jurna Info Hutan. Vol. 1, No. 1, Mei 2008.
Zulkarnain, A., dan Abdih, M., 2010. Studi Identifikasi Daerah Berpotensi Rawan
Bencana Kebakaran Hutan pada Kawasan Taman Hutan Raya (Tahura)
Nipa-Nipa. Jurnal GRIPLUS. Vol. 20 (3)
39
Nama
Kelas Ordo Suku Jenis Habitus
Indonesia/Lokal
Dicotyledoneae Malvales Dipterocarpaceae Shorea acuminatissima Sym Meranti hitam Pohon
Hopea gregaria V.Slooten Pooti
Hopea celebica Burck Balau
Shorea balangeran Kahui
Shorea leprosula Meranti tembaga
Hopea mengarawan Damar mata kucing
Shorea laevis Bangkirai
Shorea stenoptera Tengkawang tungkul
Ching.
Shorea assamica Dyer Meranti putih
Dicotyledonea
e
Pteridopsid
a