Anda di halaman 1dari 53

JENIS-JENIS DIPTEROCARPACEAE DI KAWASAN HUTAN

AIR TERJUN LASOLO KOTA KENDARI


( Kajian Materi Keanekaragam Hayati SMA Kelas X)

HASIL PENELITIAN

OLEH
AINUN SALSABILA
A1J117057

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
PERSETUJUAN PEMBIMBING

HASIL

JENIS-JENIS DIPTEROCARPACEAE DI KAWASAN HUTAN AIR TERJUN


LASOLO KOTA KENDARI
( Kajian Materi Keanekaragam Hayati SMA Kelas X)

oleh
Ainun Salsabila
A1J117057

telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing serta untuk dipertahankan di


hadapan Panitia Ujian Hasil pada Jurusan/Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo.

Kendari, Januari 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. La Kolaka, M.Si Damhuri, S.Pd., M.P


NIP 19641231 199011 1 001 NIP 19750716 200604 1 002

Diketahui oleh
Ketua Jurusan Pendidikan Biologi

Lili Darlian, S.Si., M.Si.


NIP 19730828 200012 2 002

ii
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis Dipterocarpaceae di Kawasan


Hutan Air Terjun Lasolo Kota Kendari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode eksplorasi dengan teknik jelajah.Teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis deskriptif yaitu dengan memberikan gambaran tentang karakteristik dari
masing-masing sampel yang ditemukan, kemudian diidentifikasi berdasarkan ciri-ciri
morfologinya yang mengacu pada buku identifikasi. Berdasarkan hasil penelitian Jenis-
jenis Dipterocarpaceae yang ditemukan terdiri dari 2 genus, yaitu Shorea dan Hopea.
Genus Shorea terdiri 6 jenis dan genus Hopea 3 jenis yang diantaranya, yaitu: Shorea
acuminatissima Sym, Hopea gregaria V.Slooten, Hopea celebica Burck, Shorea
balangeran , Shorea leprosula, Hopea mengarawan, Shorea laevis, Shorea stenoptera ,
Shorea assamica Dyer.

Kata Kunci: Dipterocarpaceae, Air Terjun Lasolo

iii
ABSTRACT

This study aims to determine the types of Dipterocarpaceae in the Lasolo


Waterfall Forest Area, Kendari City. The method used in this study is an
exploratory method with a roaming technique. The data analysis technique used
is descriptive analysis, namely by providing an overview of the characteristics of
each sample found, then identified based on morphological characteristics that
refer to the identification book. Based on the results of the research, the types of
Dipterocarpaceae found consisted of 2 genera, namely Shorea and Hopea. The
Shorea genus consists of 6 species and the Hopea genus includes 3 species,
namely: Shorea acuminatissima Sym, Hopea gregaria V.Slooten, Hopea celebica Burck,
Shorea balangeran, Shorea leprosula, Hopea mengarawan, Shorea laevis, Shorea
stenoptera, Shorea assamica Dyer

Key words: Dipterocarpaceae, Lasolo Falls

iv
UCAPAN TERIMA KASIH

UCAPAN TERIMA KASIH

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas segala
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi dapat terselesaikan
dengan baik.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terlaksananya penelitian dan


penyusunan skripsi ini adalah berkat kerja sama, dorongan, bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada Drs. La Kolaka, M.Si. selaku pembimbing I dan Damhuri, S.Pd., M.P.
selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan
serta nasehat sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan sebagaimana
yang diharapkan. Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Halu Oleo.
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Halu Oleo.
4. Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, khususnya di Jurusan
Pendidikan Biologi yang telah membimbing dan membekali penulis selama di
bangku perkuliahan.
5. Tim penguji, Dra. Asmawati Munir, M.Si. selaku ketua penguji, Dra. Suriana
Gende Ede, M.Si. selaku sekretaris penguji, Ahdiat Agriansyah, S.Pd., M.Sc.
dan Dr. Suarna Samai, S.P., M.P. selaku anggota penguji yang telah
memberikan banyak pengetahuan dan saran untuk penelitian ini.
6. Damhuri, S.Pd., M.P. selaku penasehat akademik yang telah memberikan
nasehat dan bimbingan selama mengikuti perkuliahan di Jurusan Pendidikan
Biologi FKIP.
7. Kepala UPTD Taman Hutan Raya (Tahura) Nipa-nipa kota Kendari yang
telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di Kawasan Hutan Air

v
Terjun Lasolo Kota Kendari
8. Senior-senior saya yang selama ini telah membantu, memberikan ide dan
memotivasi selama pembuatan skripsi ini.
9. Sahabat-sahabatku Melani Dice Lisulangi, Wa Ode Mastia Hasmi, Rizkyqa,
Indah Prayuningsi, Deri yang telah memberikan bantuan, dukungan dan
semangat kepada penulis hingga akhir studi.
10. Pacar saya Pratu Aswan yang telah memberikan bantuan, dukungan dan
semangat kepada penulis hingga akhir studi.
11. Teman-teman, khususnya angkatan 2017 yang telah memberikan semangat
dan kebersamaannya selama ini yang terbingkai dalam “Regnum 2017” yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penghormatan dan penghargaan yang tak terhingga serta ucapan
terima kasih kepada orang tuaku tercinta Ayahanda Mustamin dan Ibunda
Bau anis atas segala pengorbanan dan kasih sayang yang tulus, sabar dan
ikhlas mendidik, menasehati, mendoakan dan menfasilitasi segala kebutuhan
penulis hingga saat ini.
Akhir kata penulis mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-
besarnya jika dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengapresiasi kritik dan saran yang
sifatnya membangun untuk perbaikan skripsi ini.

Kendari, 20 Januari 2022


Penulis,

Ainun Salsabila

vi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN....................................................... ii
ABSTRAK ...................................................................................... iii
UCAPAN TERIMA KASIH.......................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... ix
DAFTAR TABEL........................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .......................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ........................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori .................................................................. 4
1. Hutan ..................................................................... 4
2. Dipterocarpaceae.................................................. 5
3. Identifikasi............................................................. 14
B. Kajian Empirik ............................................................. 15
C. Kerangka Berpikir ........................................................ 16
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian....................................... 18
B. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian.............. 18
C. Metode dan Objek Penelitian ....................................... 18
D. Instrumen Penelitian dan Prosedur Pengumpulan
Data .............................................................................. 20

vii
E. Teknik Analisis Data. ................................................... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian............................... 22
B. Jenis-Jenis Dipterocarpaceae yang Teridentifikasi
di Kawasan Hutan Air Terjun Lasolo Kota Kendari.... 22
C. Deskripsi Dipterocarpaceae yang Ditemukan di
Kawasan Hutan Air Terjun Lasolo Kota Kendari......... 23
D. Pembahasan................................................................... 32
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................... 35
B. Saran............................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………….... 36
LAMPIRAN............................................................................... 39

viii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

2.1. Mersawa ................................................................................................... 7


2.2. Keruing..................................................................................................... 7
2.3. Tengkawang ............................................................................................. 8
2.4. Merawan................................................................................................... 8
2.5. Kapur ........................................................................................................ 9
2.6. Resak ........................................................................................................ 9
2.7. Bagan Kerangka Berpikir ......................................................................... 17

3.1. Peta Lokasi Penelitian .............................................................................. 19


4.1. Shorea acuminatissima Sym .................................................................. .. 23

4.2. Hopea gregaria V.Slooten .................................................................... .. 24

4.3. Hopea celebica Burck ........................................................................... .. 25

4.4. Shorea balangeran ................................................................................. .. 26

4.5. Shorea leprosula ................................................................................... .. 27

4.6. Hopea mengarawan .............................................................................. .. 28


4.7. Shorea laevis…………………………………………………………… 29
4.8. Shorea stenoptera.................................................................................. .. 30

4.9. Shorea assamica Dyer........................................................................... .. 31

ix
DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

3.1. Alat dan Kegunaannya ............................................................................ 20


3.2. Bahan dan Kegunaannya......................................................................... 20
4.1. Jenis-Jenis Jamur Dipterocarpaceae yang Ditemukan di Kawasan
Hutan Air Terjun Lasolo Kota Kendari………………………………… 23

x
DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Peta Kawasan Hutan Air Terjun Lasolo Kota Kendari ....................................39


2. Dokumentasi Penelitian ...................................................................................39
3. Jenis-Jenis Dipterocarpaceae Ditemukan di Kawasan Hutan Air Terjun
Laslo Kota Kendari ..........................................................................................41

xi
ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air Terjun Lasolo merupakan kawasan hutan yang berada dalam
kawasan Tahura Nipa-Nipa tepatnya di Jl.Lasolo Kecamatan Kendari Barat,
Kendari, Sulawesi Tenggara. Tahura Nipa-Nipa merupakan salah satu
kawasan konservasi di Sulawesi Tenggara yang ditetapkan melalui SK
Menteri Kehutanan No.103/Kpts-II/1999 seluas 7.877,5 ha. Kawasan tersebut
memiliki fungsi untuk perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan kawasan
serta tempat berbagai jenis flora dan fauna (Zulkarnain dan Abdih, 2010 :
246).
Keadaan tumbuhan yang beragam memberi pengaruh terhadap
ekosistem hutan itu sendiri, misalnya, pepohonan akan memperkuat struktur
tanah hutan. Jenis pohon tersebut merupakan bentuk keanekaragaman yang
perlu dijaga. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu kegiatan identifikasi
sehingga diharapkan dapat mengenal berbagai jenis-jenis pohon dan dapat
membedakan antara satu jenis dengan jenis lainnya khususnya jenis pohon
famili Dipterocarpaceae. Keanekaragaman pohon dalam suatu ekosistem
merupakan komponen yang mendominasi pada suatu hutan, yang berperan
sebagai organisme produsen dan habitat dari berbagai jenis burung dan hewan
lainnya. Pohon menggunakan energi radiasi matahari dalam proses
fotosintesis, sehingga mampu mengasimilasi CO 2 dan H2O menghasilkan
energi kimia yang tersimpan dalam karbohidrat dan mengeluarkan Oksigen
yang kemudian dimanfaatkan oleh semua makhluk hidup di dalam proses
pernapasan. Keanekaragaman pohon dalam tingkatan komunitas dapat dilihat
berdasarkan organisasi biologinya. Keanekaragaman pohon dapat digunakan
untuk menyatakan struktur komunitas dan mengukur stabilitas komunitas,
yaitu kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil
meskipun ada gangguan terhadap komponen-komponennya (Wahyudi, dkk.
2014 : 2)

1
2

Dipterocarpaceae merupakan salah satu famili tumbuhan dari jenis


pohon yang tersebar di daerah tropis, terutama di wilayah Melanesia termasuk
Indonesia (Adriyanti, dkk. 2016 : 34). Dipterocarpaceae memiliki jumlah
jenis yang sangat banyak dan bervariasi, sekitar 600 jenis yang terdiri dari
16 genus, yaitu Anisoptera, Balanocarpus, Neobalanocarpus, Cotylelobium,
Dipterocarpus, Doona, Dryobalanops, Hopea, Isoptera, Parashorea, Shorea,
Stemonoporus, Upuna, Vateria, Vatica dan Vateriopsis (Muhtadi, 2014 : 1).
Di Indonesia penyebaran Dipterocarpaceae dimulai dari Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua (Atun, 2009 : 151). Keberadaan
Dipterocarpaceae memiliki peranan yang cukup penting, baik dari segi
ekonomi maupun ekologi. Segi ekonomi, sebagian besar jenis dari famili ini
merupakan penghasil kayu komersial untuk memenuhi berbagai keperluan,
baik di dalam maupun luar negeri. Secara ekologi, famili Dipterocarpaceae
berperan dalam pembentukan tegakan hutan dan pengisi kanopi hutan paling
atas (Saridan, 2012 : 76).
Penelitian telah dilakukan oleh Albasri, dkk (2019 : 79) di sekitar
sungai Lahundape, Taman Hutan Raya (Tahura) Nipa-Nipa, Kota Kendari,
ditemukan jenis pohon dari salah satu famili Dipterocarpaceae yaitu jenis
Pooti (Hopea gregaria V.Slooten) sebanyak 57 individu pada tingkat pohon,
96 individu pada tingkat tiang, 72 individu pada tingkat pancang dan 106
individu pada tingkat semai. Tingginya jumlah individu pada tingkat semai
disebabkan kurangnnya persaingan tumbuhan bawah dalam memperebutkan
unsur hara yang ada dalam tahan dan cahaya matahari dalam proses
fotosintesis.
Berdasarkan hasil penelusuran literatur, observasi kawasan hutan dan
komunikasi dengan pihak pengelola Taman Hutan raya (Tahura) Nipa-Nipa,
masih belum ada studi ilmiah mengenai jenis- jenis pohon dari Famili
Dipterocarpaceae khususnya di kawasan Hutan Air Terjun Lasolo. Jenis flora
yang menempati kawasan tersebut sangat beranekaragam, salah satunya
adalah tumbuhan dari famili Dipterocarpaceae yang jenisnya belum
diketahui.
3

Berdasarkan uraian latar belakang, maka perlu dilakukan penelitian


tentang “ Jenis-jenis Dipterocarpaceae di Kawasan Hutan Air Terjun
Lasolo Kota Kendari”
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah jenis-jenis tumbuhan
apa saja yang termasuk dalam famili Dipterocarpaceae di kawasan hutan Air
Terjun Lasolo Kota Kendari ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis
tumbuhan apa saja yang termasuk dalam famili Dipterocarpaceae di kawasan
hutan Air Terjun Lasolo Kota Kendari
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memperdalam kajian teori tentang
jenis tumbuhan dari famili Dipterocarpaceae.
b. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat setempat khususnya jenis
tumbuhan dari famili Dipterocarpaceae yang terdapat di kawasan
hutan Air Terjun Lasolo Kota Kendari.
2. Manfaat Praktis
a. Melatih penulis dalam mengembangkan ide-ide yang dituangkan
dalam bentuk karya tulis ilmiah.
b. Sebagai bahan pembanding bagi peneliti selanjutnya yang
memiliki relevansi dengan obyek penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hutan
Hutan merupakan kumpulan atau asosiasi dari pohon dan menutup
areal cukup luas, sehingga dapat membentuk iklim mikro dengan kondisi
ekologi yang khas (Agustina, 2010 : 7). Selanjutnya Undang-Undang
No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan, mendefinisikan hutan adalah suatu
kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam
hayati yang didominasi jenis pepohonan dalam persekutuan dengan
lingkungannya, yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan
(Suhendang, 2002 : 64). Undang-Undang No.19 Tahun 2004 tentang
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No.1 Tahun 2004
menjelaskan bahwa kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang
ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai
hutan tetap. Kawasan hutan terdiri dari kawasan hutan konservasi, hutan
lindung dan hutan produksi. Masing-masing kawasan tersebut memiliki
fungsinya masing-masing, yaitu untuk kawasan hutan konservasi
berfungsi untuk pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa, hutan
lindung berfungsi untuk perlindungan hidrologi, sedangkan hutan
produksi berfungsi untuk memproduksi hasil hutan. Kumpulan pohon
dikategorikan sebagai hutan jika sekelompok pohon tersebut mempunyai
tajuk yang cukup rapat, sehingga merangsang pemangkasan alami dengan
cara menaungi ranting dan dahan di bagian bawah dan menghasilkan
serasah sebagai bahan organik (Arief, 2001:12)
Lingkungan hutan merupakan vegetasi alami yang menutupi
sekitar dua per tiga dari luas permukaan bumi. Secara umum ada
dua fungsi utama hutan yaitu fungsi ekonomi dan fungsi ekologi. Fungsi
ekonomi hutan yaitu sebagai penyedia lahan untuk kegiatan perkebunan,
industri dan sektor lingkungan sosial masyarakat, sedangkan fungsi

4
5

ekologi hutan antara lain untuk pengatur siklus hidrologi, penyimpanan


sumber daya genetik, pengaturan kesuburan tanah dan iklim (Agustina,
2010 : 2)
2. Dipterocarpaceae
a. Morfologi Dipterocarpaceae
Dipterocarpaceae adalah famili dari jenis pohon yang menjadi
unsur utama dan mendominasi hutan hujan dataran rendah.
Dipterocarpaceae kebanyakan berupa pohon-pohon besar dengan
tajuk menjulang tinggi dan luas tajuk besar (Diana, dkk. 2016 : 37)
Adapun ciri-ciri morfologi dari Dipterocarpaceae adalah :
 Batang
Batang Dipterocarpaceae biasannya berbentuk silinder,
berlekuk, biasanya berbanir, kadang dengan akar jangkang atau
dengan banir-banir terbang (Onrizal, 2010 : 5)
 Daun
Daun Dipterocarpaceae yaitu berseling, tunggal,
berbentuk perisai, biasanya menjangat, jarang berlukup,
pangkal biasanya simetris, tidak meruncing ke arah tangkai
daun, permukaan bawah daun bila kering pudar, tepi daun rata,
kadang beralun, tergulung, permukaan atas biasanya lokos
(tidak berbulu), pertulangan sekunder, menyirip (Onrizal, 2010
: 7)
 Bunga
Bunga Dipterocarpaceae yaitu bunga banci, aktinomorf,
daun kelopak 5, di antaranya sejumlah 2, 3 atau semuanya
kemudian berubah menjadi alat seperti sayap yang membantu
pemencaran buahnya. Daun mahkota 5, bebas atau sedikit
belekatan, dalam kuncup seperti terpilin. Benang sari 5 sampai
banyak, hampir selalu bebas semuanya (Aththorick dan Siregar,
2006 : 140)
6

 Buah
Buah Dipterocarpaceae berupa bakal buah menumpang
atau hampir menumpang, tersusun dari 3 daun buah, beruang 3
atau 2, dengan 2 bakal biji dalam tiap ruang, masing-masing
dengan integumen. Buah hanya berisi 1 biji, biasanya tidak
pecah bila masak (Aththorick dan Siregar, 2006 : 140)
 Biji
Biji dari Dipterocarpaceae umumnya bersayap. Biji
tersebut memiliki dua sayap besar dan tiga bentuk kecil yang
tidak mirip seperti sayap. Namun pada Shorea dan Parashorea
tiga sayap yang ada sama panjang dan dua yang lainnya pendek
(Fajri, 2008 : 15).
b. Keanekaragaman Dipterocarpaceae
Famili Dipterocarpaceae merupakan salah satu jenis
pohon yang menjadi penyusun utama sebagian besar hutan pada
kawasan dataran rendah, termasuk indonesia. Berbagai jenis
Dipterocarpaceae yang dikenal di Indonesia adalah :
 Mersawa (Anisoptera sp.)
Anisoptera sp. adalah spesies dari famili
Dipterocarpaceae yang memiliki nama daerah mersawa, berua,
damar kelasi, damar miharo, merayo, merbani dan tukam.
Tinggi pohon sampai 45 m, panjang batang bebas cabang 15 –
35 m, diameter sampai 150 cm, bentuk batang silindris. Kulit
luar berwarna kelabu, kelabu-kuning, kelabu-coklat sampai
coklat, beralur dangkal dan mengelupas kecil-kecil. Tinggi
banir 1,5 – 3 m.
7

Gambar 2.1. Mersawa (Martawijaya, dkk. 2005 : 96-97)


Keterangan : (a) Daun, (b) Batang, (c) Buah
 Keruing (Dipterocarpus sp.)
Dipterocarpus sp. adalah spesies dari famili
Dipterocarpaceae yang memiliki nama daerah keruing,
ansurai, karup, keladan, kerup, dan tempurau. Tinggi pohon
dapat mencapai 50 m dengan panjang batang bebas cang
sampai 35 m, diameter dapat mencapai 120 cm, bentuk batang
silindris, berbanir 1 – 2 m, pada keruing dapat mencapai 4 m
(Martawijaya, dkk. 2005 : 56-57)

Gambar 2.2. Keruing ( Muhtadi, 2014 :1 )


Keterangan : (a) Daun, (b) Batang, (c) Buah
 Tengkawang (Shorea sp.)
Shorea sp. adalah spesies dari famili Dipterocarpaceae
yang memiliki nama daerah meranti merah, lentang, ponga,
putang, dan tengkawang. Tinggi pohon dapat mencapai 50 m,
panjang batang bebas cabang sampai 30 m, diameter umumnya
sekitar 100 cm, banir Meranti Merah berukuran tinggi 3,5 m
8

lebar 2,5 m dan tebal 20 cm, kulit luar berwarna kelabu atau
coklat, tebal kulit lebih kurang 5 mm (Martawijaya, dkk. 2005 :
85)

Gambar 2.3. Tengkawang (Thomas, 2014 : 39)


Keterangan : (a) Daun, (b) Batang, (c) Buah
 Merawan (Hopea sp.)
Hopea sp. adalah spesies dari famili Dipterocarpaceae
yang memiliki nama daerah merawan, luis, nyerakat, takungan,
dan tengkarangan. Tinggi pohon 30 – 40 m, panjang batang
bebas cabang 15 – 25 m, diameter 75 – 150 cm, berbanir 1 – 3
m, mengeluarkan damar berwarna jernih, putih, kuning sampa i
kuning tua. Kulit luar berwarna kelabu-coklat, coklat sampai
hitam, beralur dangkal

Gambar 2.4. Merawan (Martawijaya, dkk. 2005 : 101)


Keterangan : (a) Daun, (b) Batang, (c) Buah
 Kapur (Dryobalanops sp.)
Dryobalanops Sp. adalah spesies dari famili
Dipterocarpaceae yang memiliki nama daerah kapur, ampadu,
9

ampalang, bindari, kapur, dan kapur hitam. Tinggi pohon


umumnya berkisar antara 35 – 45 m dan dapat mencapai 60 m,
panjang batang bebas cabang 30 m atau lebih, diameter 80 –
100 cm, bentuk batang silindris, lurus dengan tajuk kecil,
kadang-kadang berbanir sampai 2 m.

Gambar 2.5 . Kapur (Martawijaya, dkk. 2005 : 51-52)


Keterangan : (a) Daun, (b) Batang, (c) Buah
 Resak (Vatica sp.)
Vatica sp. adalah spesies dari famili Dipterocarpaceae
yang memiliki nama daerah resak, damar rasak, gisok gunung,
kadamu, dan keresek. Tinggi pohon 25 – 35 m, panjang batang
bebas cabang 10 – 20 m, diameter 40 – 80 cm, tidak berbanir.
Kulit luar berwarna kelabu putih, tidak beralur, sedikit
mengelupas, mengeluarkan damar berwarna putih atau putih
kuning (Martawijaya, dkk. 2005 : 133)

Gambar 2.6. Resak (Thomas, 2014 : 91)


Keterangan : (a) Daun, (b) Batang, (c) Buah
10

c. Taksonomi Dipterocarpaceae
Famili Dipterocarpaceae adalah famili dari jenis pohon
dengan jumlah spesies di seluruh dunia mencapai sekitar 600
spesies yang terdiri dari 16 genus. Famili ini memiliki tiga sub
famili yang terdiri dari Dipterocarpadeae, Pakaraimoideae dan
Monotoidae (Appanah, 1998 : 5). Di antara ketiga sub famili
tersebut, Dipterocarpadeae merupakan sub famili yang terpenting
karena memiliki jumlah jenis yang banyak dan bernilai komersil.
Sub famili Dipterocarpaceae ini memiliki 13 genus dan 470 jenis
(Fajri, 2008 : 10). Famili Dipterocarpaceae yang terdapat di
Indonesia terdiri dari 9 genus yaitu Anisoptera, Cotylelobium,
Dipterocarpus, Dryobalanops, Hopea, Parashorea, Shorea ,
Vatica, dan Upuna.
Adapun karakteristik morfologi dari 9 genus adalah :
 Genus Anisoptera
Anisoptera adalah genus tanaman dalam famili
Dipterocarpaceae. Pohon dari genus ini memiliki tinggi pohon
mencapai 67 meter dengan diameter batang bagian bawah
mencapai lebih 150 cm. Batang tinggi, lurus, dan berbentuk
silinder. Kulit batang berwarna kelabu, kelabu kekuningan,
kelabu kecoklatan, hingga coklat (Onrizal, 2010 : 8)
 Genus Cotylelobium
Cotylelobium adalah genus dari famili
Dipterocarpaceae. Genus ini memiliki Tangkai daun
melengkung, daun menyerupai daun meranti, kadang terdapat
daun penumpu bangun lanset, tapi lekas gugur. Urat daun
sekunder susun menyirip, pada ujung tiap urat daun sekunder
bersambung satu sama lain dengan suatu lengkungan (looping),
buah dengan 2 sayap panjang dan 3 sayap pendek, ada pula
11

buah yang bersayap 3 panjang dan 2 sayap kecil (Onrizal, 2010


: 10)
 Genus Dipterocarpus
Dipterocarpus adalah genus dari famili
Dipterocarpaceae. Genus ini memiliki pohon sedang hingga
besar bahkan tumbuh hingga ketinggian 65 meter. Batangnya
lurus, berbentuk bulat dan sedikit bercabang. Batang dan
rantingnya mengeluarkan resin apabila dilukai. Daun menyirip
lurus dan terlihat urat- urat dibagian bawah daun, berseling,
bergelombang dan melipat di antara urat-urat daun sekunder.
Berbungga tunggal dan berukuran besar serta memiliki 5
kelopak, dan buahnya dinamakan buah geluk, terbungkus
oleh kelopak dan berukuran besar. Tipe buahnya samara, yaitu
terbungkus oleh kelopak dan memiliki akar banir dengan tinggi
mencapai 1,5 meter (Onrizal, 2010 : 13)
 Genus Dryobalanops
Dryobalanops adalah genus tanaman berbunga dari
famili Dipterocarpaceae. Genus ini adalah salah satu spesies
yang paling berlimpah dihutan, mempunyai ukuran yang besar
dan tinggi. Diameter batangnya mencapai 70 cm bahkan 150
meter dengan tinggi pohon mencapai 60 meter. Kulit pohon
berwarna coklat dan coklat kemerahan di daerah dalam. Daun
tunggal dan berseling, memiliki stipula disisi ketiak, dengan
permukaan daun mengkilap, dan tulang daun sekunder
menyirip sangat rapat dengan stipula berbentuk garis
(Onrizal, 2010 : 19)
 Genus Vatica
Vatica adalah genus dari famili Dipterocarpaceae.
yang pohonnya memiliki ciri tangkai daun melengkung,
urat/tulang daun kedua menyirip tidak teratur urat/tulang daun
12

ketiga ada yang menjala dan ada yang sejajar/trail, buah


bersayap 5 besar atau 2 besar dan 3 kecil, dengan macam-
macam variasi dalam arah sayap, bervariasi dalam ketebalan
sayap, bervariasi dalam panjang (ukuran) sayap (Onrizal, 2010
: 34)
 Genus Shorea
Shorea adalah genus dari famili Dipterocarpaceae.
yang memiliki ciri pohon mencapai tinggi 60 m. Batangnya
lurus dan silindris dengan diameter mencapai 100 cm
dengan tinggi batang bebas cabang 30 m. Tajuknya itu lebar,
berbentuk payung dengan ciri berwarna coklat kekuning-
kuningan seperti tembaga. Daun lonjong sampai bulat telur
(Onrizal, 2010 : 30)
 Genus Hopea
Hopea adalah genus tanaman dalam famili
Dipterocarpaceae, yang memiliki tinggi pohon mencapai 40
m, diameternya 100 cm, berbanir, batang berwarna sawo
matang atau hitam kelabu, beralur banyak, mengelupas kecil-
keci. Daun bulat telur atau jorong memanjang, dan ujung daun
meruncing (Onrizal, 2010 : 23)
 Genus Upuna
Upuna adalah genus dalam famili Dipterocarpaceae.
yang memiliki ciri pohon besar dengan berbanir rendah.
Kulitnya coklat tua, halus bersisik dengan kulit bagian
dalam tidak dilaminasi. Daun upuna adalah daun yang tipis dan
biasanya agak membengkak (Onrizal, 2010 : 17)
 Genus Pharashorea
Pharashorea adalah genus tanaman dalam famili
Dipterocarpaceae, yang memiliki ciri pohon yang selalu hijau
dengan mahkota berbentuk kubah yang padat, tingginya bisa
13

mencapai 60 m. Batang lurus dan silindris dapat bebas dari


cabang higga 30 m. Berdiameter hingga 200 cm, dengan
penompang papan yang besar, urat daun licin, mahkotanya
berbentuk kubah padat (Onrizal, 2010 : 27)
d. Ekologi Dipterocarpaceae
Dipterocarpaceae merupakan unsur utama penyusun
berbagai tipe hutan dataran rendah, beberapa di antaranya juga
terdapat di hutan pegunungan bawah. Kebanyakan berupa pohon-
pohon besar dengan tajuk yang sangat dominan. Hutan dataran
rendah Dipterocarpaceae di Kepulauan Malaysia bagian barat
terletak di paparan Sunda dan di lepas pantai Filipina (khususnya
Pulau Visayas dan Pulau Mindanao), merupakan yang terbesar
dari seluruh hutan hujan tropis dunia dalam bentuk perawakannya.
Hutan ini memiliki perawakan besar dan kadang-kadang memiliki
pohon menjulang yang tingginya mencapai 70-80 m dan jumlahnya
banyak, sehingga membentuk petak-petak yang luas, tidak tegak
terpencil seperti lazimnya. Volume kayu pohon besar berdiameter
di atas 50 cm biasanya 60 m3/ha dan di beberapa tempat di
Kalimantan bagian timur dan Filipina sering mencapai 100-180
m3/ha, suatu ukuran yang menakjubkan dibandingkan dengan
20-30 m3/ha yang umum untuk hutan hujan tropis di dunia
(Appanah, 1998 : 11)
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyebaran
Dipterocarpaceae
Secara ekologi Famili Dipterocarpaceae mempunyai
beberapa faktor pembatas untuk pertumbuhan dan penyebarannya.
Faktor yang paling menentukan adalah faktor tanah, iklim dan
ketinggian tempat (Purwaningsih, 2004 : 89)
14

 Iklim dan Ketinggian Tempat


Sebagian besar jenis-jenis Dipterocarpaceae terdapat
pada daerah beriklim basah dan kelembaban tinggi, pada
ketinggian tempat 0 - 800 m dpl, dan curah hujan di atas 2.000
mm/th dengan musim kemarau yang pendek (Fajri, 2008 : 12)
 Tanah
Jenis Dipterocarpaceae sebagian besar menyukai tanah
yang kering, bereaksi asam, bersolum dalam dan liat. Pada
kondisi tanah yang asam, akar dari jenis Dipterocarpaceae
berasosiasi dengan ektomikoriza sehingga mereka dapat
bertahan hidup dan berkembang pada tanah dengan kondisi
asam tersebut. ada juga sebagian kecil yang bisa tumbuh pada
tanah dengan kondisi berkapur, berpasir dan gambut. Pada
tanah yang berkapur, jenis Dipterocarpaceae yang bisa
ditemukan adalah Hopea aptera, Hopea billitonensis, Shorea
guiao, Shorea harilandii. Pada tanah berpasir antara lain
Dipterocarpus aromatica, Shorea stenoptera, Shorea falcifera,
Hopea bacariana, Upuna bomeensis dan Cotylolebium
malanaxylon. Pada tanah bergambut antara lain Shorea
pltycarpa, Shorea uliginosa (Fajri, 2008 : 13)
3. Identifikasi
Identifikasi tumbuhan berarti mengungkap atau menetapkan
identitas (jati diri) suatu tumbuhan, dalam hal ini menentukan namanya
yang benar dan tempatnya yang tepat dalam sistem klasifikasi
(Tjitrosoepomo, 2005 : 70).
Identifikasi tumbuhan berdasarkan spesimen yang masih hidup
maupun yang telah diawetkan dan dibuatkan deskripsi yang memuat ciri-
ciri morfologi. Ketika mengidentifikasi tumbuhan yang tidak kita kenal,
tetapi telah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan, pada saat ini tersedia
beberapa sarana antara lain:
15

a) Menanyakan identitas tumbuhan yang tidak kita kenal kepada


seseorang yang kita anggap ahli dan diperkirakan mampu
memberikan jawaban atas pertanyaan kita.
b) Mencocokkan dengan spesimen herbarium yang telah
diidentifikasi.
c) Mencocokkan dengan candra dan gambar-gambar yang ada dalam
buku- buku flora yang dimana salah satu ciri khas dari seluruh
anggota suku Dipterocarpaceae adalah mengandung getah bening
yang dikenal dengan damar dan buah bersayap.
d) Menggunakan kunci identifikasi dalam identifikasi tumbuhan.
e) Penggunaan lembar identifikasi jenis (Species Identification
Sheet) “Lembar Identifikasi Jenis” adalah sebagai gambar suatu
jenis tumbuhan yang disertai dengan nama dan klasifikasi jenis
yang bersangkutan (Tjitrosoepomo, 2005 : 73)
B. Kajian Empirik
Penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini
yaitu sebagai berikut:
1. Maria, dkk (2016 : 543) berdasarkan hasil penelitiannya di kawasan
Arboretum Sylva Universitas Tanjungpura Pontianak, diperoleh sebanyak
6 genus dari famili Dipterocarpaceae yang terdiri dari 31 spesies dan
genus yang paling banyak diperoleh yakni Shorea 24 spesies.
2. Septiari, dkk (2018 : 121) berdasarkan hasil penelitiannya yang dilakukan
di hutan adat Bukit Benuah Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten
Kubu Raya ditemukan pohon dari famili Dipterocarpaceae sebanyak 125
individu tersebar pada 5 genus yakni Dryobalanops, Dipterocarpus,
Hopea, Shorea, dan Vatica.
3. Atmoko, dkk (2011 : 402) berdasarkan hasil penelitiannya yang
dilakukan di Sumber Benih, Kalimantan Tengah, ditemukan sebanyak 31
jenis pohon Dipterocarpaceae 31 jenis, terdiri dari marga Anisoptera
16

(satu jenis), marga Dipterocarpus (dua jenis), marga Dryobalanops (satu


jenis), marga Shorea (23 jenis), dan marga Vatica (tiga jenis).
4. Sujalu (2017 : 198) berdasarkan hasil penelitiannya yang dilakukan di
hutan Dipterocarpaceae dataran rendah klimaks Kabupaten Malinau
ditemukan pohon yang terdiri dari suku Shorea 18 jenis, suku
Dipterocarpus dan suku Vatica (masing-masing 4 jenis).
5. Ngatiman dan Amiril (2012 : 9) berdasarkan hasil penelitiannya yang
dilakukan di daerah Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL)
teridentifikasi sebanyak 24 jenis Dipterocarpaceae, yang terdiri dari 6
marga yaitu Anisoptera, Dipterocarpus, Dryobalanops, Hopea, Shorea
dan Vatica.
C. Kerangka Berpikir
Air Terjun Lasolo merupakan kawasan hutan yang berada di Jl.
Lasolo, Kecamatan Kendari Barat, Kendari, Sulawesi Tenggara. kawasan ini
berada dalam kawasan hutan konservasi Taman Hutan Raya (Tahura) Nipa-
Nipa yang merupakan kawasan ekosistem essensial yang ditandai dengan
masih adanya vegetasi asli berupa hutan primer. Kondisi topografi yang
berbukit-bukit (daratan landai sangat kurang) dan letak hutan dekat dengan
pemukiman penduduk mengakibatkan kawasan rentan terhadap eksploitasi
hutan. Berdasarkan hasil observasi, kawasan tersebut memiliki
keanekaragaman jenis tumbuhan yang cukup tinggi. Jenis tumbuhan yang
mendiami kawasan hutan tersebut meliputi pohon, semak, liana, herba dan
epifit. Pohon yang hidup pada kawasan tersebut yaitu jenis pohon dari famili
Ebenaceae, Fabaceae, Dipterocarpaceae dan sebagainya.
Dipterocarpaceae merupakan salah satu famili tumbuhan yang
tersebar di daerah tropis. Dipterocarpaceae memiliki peranan dalam segi
ekonomi adalah sebagai penghasil kayu komersial untuk memenuhi berbagai
keperluan, baik di dalam maupun luar negeri. Secara ekologi, famili
Dipterocarpaceae berperan dalam pembentukan tegakan hutan dan pengisi
17

kanopi hutan paling atas. Secara sistematis, kerangka berpikir dalam


penelitian ini dapat ditunjukkan pada Gambar 2.7 berikut ini.

Kawasan Hutan Air Terjun Lasolo


Kecamatan Kendari Barat, Kendari, Sulawesi Tenggara

Komunitas Tumbuhan Hutan Hujan Tropis

Lumut Paku Pohon Liana Palem Bambu

Famili Famili Famili


Ebenaceae Dipterocarpaceae Fabaceae

Identifikasi Jenis

Gambar 2.7 Bagan Kerangka Berpikir

Keterangan : : Diteliti : Tidak diteliti


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan desember 2021 bertempat Jl.
Lasolo Kecamatan Kendari Barat, Kendari, Sulawesi Tenggara dan proses
identifikasi akan dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo Kendari.
B. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian
1. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini, yaitu :
a. Dipterocarpaceae adalah kelompok tumbuhan yang terdapat di
kawasan hutan Air Terjun Lasolo Kota Kendari yang mengandung
getah bening yang dikenal dengan damar dan buah bersayap.
b. Identifikasi adalah menentukan nama jenis berdasarkan ciri morfologi
yang dimiliki sesuai aturan pemberian nama binomial nomenclature.
2. Indikator Penelitian
Indikator dalam penelitian ini yaitu bentuk morfologi tumbuhan
yang meliputi batang, daun, bunga, buah dan biji.
C. Metode dan Obyek Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksplorasi
dengan teknik jelajah, yakni dengan menjelajahi lokasi penelitian sambil
mengumpulkan spesies organ tumbuhan, hingga tidak dijumpai lagi
adanya jenis yang berbeda dengan jenis tumbuhan yang dijadikan
spesimen, dan mengukur faktor lingkungan di lokasi.

18
19

Lokasi pengambilan sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada


Gambar 3.1 berikut:

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian

2. Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah semua tumbuhan dari famili
Dipterocarpaceae yang ditemukan pada lokasi penelitian.
20

D. Instrumen Penelitian dan Prosedur Pengumpulan Data


1. Instrumen Penelitian
a. Alat
Tabel 3.1. Alat yang digunakan dalam Penelitian beserta Fungsinya

No. Nama Alat Fungsi


1. Buku identifikasi Acuan dalam identifikasi
2. Aplikasi Avenza Mengambil titik isssss
kordinasi
ssss
3. Kamera Canon 1300D Alat dokumentasinjgsi
penelitian
4. Mistar Kayu 1 Meter Mengukur panjangsipohon
5. Mistar Mengukur panjang daun
6. Parang Merintis lokasi penelitian
b. Bahan
Tabel 3.2. Bahan yang digunakan dalam Penelitian beserta Fungsinya

No. Nama Bahan Fungsi


1. Log Book Mencatat ciri morfologi tumbuhan
dari famili Dipterocarpaceae,
Si yang
ditemukan
2. Alat Tulis Menandai sampel yang ditemukan
3. Isolasi Merekatkan mistar kayu ke pohon
4. Kertas label Menuliskan nomor spesimen yang
diperoleh di lokasi penelitian
5. Kantong plastic Tempat menyimpan sampel
7. Tumbuhan dari famili Sebagai objek penelitian
Dipterocarpaceae

2. Prosedur Pengumpulan Data


Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
a. Melakukan observasi di kawasan hutan Air Terjun Lasolo.
b. Menjelajah dan mengumpulkan tumbuhan dari famili
Dipterocarpaceae.
c. Mengamati ciri-ciri morfologi setiap spesimen yang ditemukan .
d. Memberi tanda pada setiap spesimen yang ditemukan menggunakan
kertas label dan mendokumentasikan bagian morfologi secara
keseluruhan
21

e. Mengidentifikasi spesimen tumbuhan yang ditemukan dengan


mengacu pada buku-buku identifikasi yaitu Muhtadi (2014), Onrizal
(2010), Sudarmonowati, (2020), Thomas (2014), dan referensi
lainnya yakni jurnal-jurnal ilmiah yang relevan dengan penelitian
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis deskriptif yaitu cara mendeskripsikan ciri-ciri morfologi spesies
tumbuhan yang ditemukan di kawasan hutan Air Terjun Lasolo berdasarkan
ciri-ciri morfologi yang ada, mencocokkan buku- buku identifikasi, beserta
karakteristik lingkungan tempat tumbuhnya.
22

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

Kawasan Hutan Air Terjun Lasolo merupakan kawasan yang berada


dalam kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Nipa-Nipa yang merupakan
salah satu kawasan konsevasi di Provinsi Sulawesi Tenggara, dengan luas
kawasan 7.877,5 ha. Secara administratif terletak pada dua pemerintahan
daerah yaitu Kota Kendari seluas 2.302,6 ha dan Kabupaten Konawe seluas

5.574,9 ha. Secara geografis kawasan ini terletak antara 03054’05”-

03058’00’’LS dan 122029’38’’-122004’25’’ BT (Rustam, 2013: 64-69).


kawasan ini adalah kawasan ekosistem essensial yang ditandai dengan masih
adanya vegetasi asli berupa hutan primer serta kondisi biogeofisik lokasi yang
masih tergolong asli dan topografi yang berbukit-bukit (daratan landai sangat
kurang) yang telah memberikan manfaat langsung untuk masyarakat di
sekitar kawasan, salah satunya adalah penyedia sumber air (Rustam, 2013:
71).

B. Jenis-Jenis Dipterocarpaceae yang Teridentifikasi di Kawasan Hutan Air


Terjun Lasolo Kota Kendari
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Kawasan Hutan Air Terjun
Lasolo Kota Kendari, maka diperoleh jenis-jenis Dipterocarpaceae yang
teridentifikasi dapat dilihat pada Tabel 4.1.
23

Tabel 4.1. Jenis-Jenis Dipterocarpaceae yang Ditemukan di Kawasan Hutan


Air Terjun Lasolo Kota Kendari

Nama
Kelas Ordo Suku Jenis Habitus
Indonesia/Lokal
Dicotyledoneae Malvales Dipterocarpaceae c Meranti hitam Pohon
Hopea gregaria V.Slooten Pooti
Hopea celebica Burck Balau
Shorea balangeran Kahui
Shorea leprosula Meranti tembaga
Hopea mengarawan Damar mata kucing
Shorea laevis Bangkirai
Shorea stenoptera Tengkawang tungkul
Ching.
Shorea assamica Dyer Meranti putih

C. Deskripsi Jenis-jenis Dipterocarpaceae yang Ditemukan di Kawasan


Hutan Air Terjun Lasolo Kota Kendari
1. Meranti Hitam (Shorea acuminatissima Sym.)

Dicotyledonea B
e

Pteridopsid
a

Gambar 4.1. (a) Habitus, (b) Batang, (c) Daun


24

Deskripsi :
Meranti hitam (Shorea acuminatissima Sym), adalah pohon yang
memiliki tinggi 20-60 m dengan diameter 150 cm. Bentuk batang silindris,
lurus dan berbanir 3-6,5 m dari permukaan tanah. Daun tunggal,
bentuknya lenset, panjang 7-14 cm, ujung meruncing, pangkal runcing,
simetris, permukaan bila mengering coklat, permukaan kasap/kasar.
Benang sari 15. Kelopak buah dengan tiga sayap panjang dan dua sayap
pendek, sayap panjang 4,4-6 x 1- 1,5 cm, sayap pendek 3-4,5 x 0,7-0,9 cm,
dan buah bulat telur. Tumbuh sampai ketinggian 850 m dpl (Sugiyanti dkk
(2011: 69)
2. Pooti (Hopea gregaria V. Slooten)

A C
Gambar 4.2. (a) Habitus, (b) Batang, (c) Daun
Deskripsi :
Pooti (Hopea gregaria V. Slooten) adalah pohon yang mencapai
ketinggian 35 meter yang berukuran sedang. Akar tunggang dan kadang
berbanir. Batang bulat berdiameter kisaran 20 cm dan menghasilkan getah
yang berwarna putih dan kuning. Daun berwarna hijau, tunggal, bentuk
25

daun lonjong-melanset, ujung meruncing, panjang daun 13–18 cm, lebar


6–8 cm. Bunga kuning pucat tersusun mejemuk. Buah bersayap 2 besar
dan 3 kecil (Albasri, dkk, 2019: 1)
3. Balau (Hopea celebica Burck)

A C

Gambar 4.3. (a) Habitus, (b) Batang, (c) Daun


Deskripsi :
Balau ( Hopea celebica Burck) memiliki tinggi pohon mencapai 40
meter. Tumbuh pada hutan primer dengan ketinggian di bawah 500 mdpl.
Akar tunggang, kadang berbanir. Batang bulat, kulit batang, hitam sawo
matang, beralur, kulit bagian dalam berwarna putih sampai merah muda
kekuningan, memiliki damar berwarna putih, diameter mencapai 100 cm.
Daun, berwarna hijau, bentuk daun bundar telur-melanset, ujung
meruncing, pangkal menumpul, tepi terulung balik, panjang daun 15–20
cm, lebar 6–8 cm. Bunga mejemuk. Buah bersayap 2 besar dan 3 kecil
(Sudarmonowati, 2020: 98)
26

4. Kahui (Shorea balangeran)

A C
Gambar 4.4. (a) Habitus, (b) Batang, (c) Daun
Deskripsi :
Kahui (Shorea balangeran) adalah Pohon sedang-besar, tinggi
mencapai 35 m dengan diameter batang 75 cm. Batang silindris,
berbanir., beralur dalam, bagian dalam cokelat kemerahan, mengeluarkan
resin kekuningan. Daun tunggal tersusun berseling, lonjong-jorong hingga
melanset, pangkal daun membaji hingga menumpul ujung melancip.
Perbungaan dalam majemuk, menjuntai pada ujung ranting atau ketiak
daun. Buah merah kehijauan, bertangkai pendek, ramping, bersayap 5
tidak sampai panjang ( Partomihardjo, dkk, 2020: 109)
27

5. Meranti tembaga (Shorea leprosula)

A C
Gambar 4.5. (a) Habitus, (b) Batang, (c) Daun
Deskripsi :
Meranti tembaga (Shorea leprosula) adalah Pohon besar, tinggi
mencapai 60 m, berbanir, tinggi banir dapat mencapai 3,5 m. Batang lurus
dengan tinggi cabang pertama 20–30 m, kulit batang berwarna abu-abu
atau cokelat, sedikit beralur dangkal, mengelupas agak besar-besar dan
tebal. Kulit bagian dalamnya berwarna cokelat muda sampai merah,
hingga kuning muda. Daun tunggal, tersusun spiral atau berseling, jorong,
bundar telur, 8–14,5 cm × 3,5–6 cm, ujung meruncing dan pangkal daun
menumpul (Sudarmonowati, 2020: 109)
28

6. Damar matar kucing (Hopea mengarawan)

A C

Gambar 4.6. (a) Habitus, (b) Batang, (c) Daun


Deskripsi :
Damar matar kucing (Hopea mengarawan) memiliki tinggi pohon
mencapai tinggi mencapai 40–60 m. Tumbuh pada bukit-bukit rendah
dengan ketinggian di bawah 500 mdpl. Akar tunggang, berbanir. Batang
bulat, kulit batang beralur dalam, cokelat tua, memiliki damar berwarna
putih, diameter mencapai sekitar 1 m. Daun berwarna hijau, tunggal,
berukuran 6–12,5 cm × 2,5–6,5 cm, bentuk daun lonjong-melanset, ujung
meruncing, pangkal membaji, tepi terulung balik, panjang daun 15–20 cm,
lebar 6–8 cm. Bunga; kuning pucat mejemuk. Buah; bersayap 2 besar dan
3 kecil (Sudarmonowati, 2020: 107)
29

7. Bangkirai (Shorea laevis)

A C
Gambar 4.7. (a) Habitus, (b) Batang, (c) Daun
Deskripsi :
Bangkirai (Shorea laevis) adalah Pohon besar, batang berdiameter
terukur 42,37 cm dan berbanir. Daun berukuran 6,5–10 cm × 2,5–4 cm dan
berbentuk bundar telur sampai lanset. Daun penumpu berukuran 8 × 2 mm,
berbentuk lanset dengan ujung daun runcing. Bunga berdiameter 5 mm
berwarna kuning kehijauan dengan tipe perbungaan malai. Buah memiliki
panjang sekitar 10 mm, berwarna hijau, dengan 3 sayap panjang berukuran
30 mm dan 2 sayap lebih pendek (Sudarmonowati, 2020: 112)
30

8. Tengkawang tungkul (Shorea stenoptera)

A C
Gambar 4.8. (a) Habitus, (b) Batang, (c) Daun
Deskripsi :
Tengkawang tungkul (Shorea stenoptera) Pohon kecil hingga
sedang, tinggi 30–50 m. Batang tegak lurus, diameter mencapai 75 cm,
berbanir pendek atau hampir tidak berbanir, tinggi batang bebas cabang
mencapai 15 m. Daun tunggal, kedudukan berseling, tangkai daun 2,4–3,5
cm panjangnya, silindris, berbulu kasar warna cokelat, membengkak pada
bagian pangkal helaian daun; helaian daun kaku seperti kulit, lonjong, atau
jorong, 21–44 cm × 8,5–25,5 cm, ujung daun meruncing, pangkal daun
membaji lebar hingga menjantung, tepi daun rata, tulang daun primer rata
pada permukaan atas, tulang daun sekunder menyirip, 20–21 pasang,
tulang daun tersier berbentuk tangga. Bunga dalam susunan majemuk,
letak diujung ranting atau ketiak daun. Buah besar berukuran 7,5 × 2 cm,
memiliki tiga sayap besar (bagian luar) berukuran 3,5–7,5 cm × 1,5–2,5
cm dan dua sayap kecil (bagian dalam) berukuran 2–5,5 cm × 0,5–1 cm
(Sudarmonowati, 2020: 154)
31

9. Meranti putih (Shorea assamica Dyer)

A C
Gambar 4.9. (a) Habitus, (b) Batang, (c) Daun
Deskripsi :
Meranti putih (Shorea assamica Dyer) adalah pohon yang
berukuran besar mencapai 55 meter dengan diameter batang dapat
mencapai 150 cm. kulit batang coklat kemerahan. Akar tunggang dan
berbanir. Daun bulat telur 2-4 cm, permukaan bawah kadang berbulu,
tangkai daun 5-7 mm panjangnnya. Bunga tersusun majemuk. Buah
bersayap dengan 3 kelopak besar dan 2 kelopak kecil (Pitopang, dkk,
2008: 99)
32

C. Pembahasan
Suatu ekosistem dapat dipengaruhi oleh keberagaman faktor lingkungan
yang ada di kawasan tersebut baik dari temperatur, curah hujan, kelembaban,
dan tekanan uap air yang dapat dipengaruhi oleh tutupan kenopi ataupun bentuk
tajuk pohon suatu kawasan. Semakin tinggi dan banyak intensitas cahaya yang
menebus tajuk pohon (Naharuddin, dkk, 2016: 29) maka semakin tinggi pula
suhu lingkungan suatu kawasan dan menyebabkan semakin rendahnnya
kelembaban dari kawasan tersebut sehingga setiap pohon memiliki suhu
lingkungan yang sangat beragam. Adanya tajuk yang terbentuk berpengaruh
besar terhadap sinar matahari sehingga yang sampai ke permukaan tanah sangat
kecil.
Berdasarkan eksplorasi yang di lakukan di kawasan Hutan Air Terjun
Lasolo Kota Kendari, jenis Dipterocarpaceae yang terdapat dilokasi penelitian
temukan sebanyak 9 spesies pohon dari famili Dipterocarpaceae yang terdiri
dari 2 genus yaitu genus Hopea dan Shorea. Berdasarkan penelitian genus
yang mendominasi kawasan tersebut yaitu jenis pohon dari genus Shorea
sebanyak 6 jenis dan genus Hopea 3 jenis, diantaranya yaitu Shorea
acuminatissima Sym, Hopea gregaria V.Slooten, Hopea celebica Burck,
Shorea balangeran , Shorea leprosula, Hopea mengarawan, Shorea laevis,
Shorea stenoptera , Shorea assamica Dyer. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Purwaningsih (2004: 1) yang menyatakan bahwa jenis Dipterocarpaceae yang
paling banyak tumbuh di Indonesia khususnya wilayah sulawesi yaitu Shorea,
Vatica, Anisoptera dan Hopea. Adanya jenis yang mendominasi ini dapat
dipengaruhi oleh persaingan antara tumbuhan yang ada, dalam hal ini
berkaitan dengan iklim dan mineral yang diperlukan. Iklim dan mineral yang
dibutuhkan akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan suatu spesies,
sehingga spesies tersebut akan lebih unggul dan lebih banyak ditemukan
didalam suatu kawasan (Agustina, 2008: 51)
Genus Shorea dan Hopea adalah jenis pohon yang memiliki kondisi
kayu yang mudah berbaur dengan jenis lainnya ketika berada di hutan.
33

Sehingga, kayu dapat tumbuh dengan baik, tanpa melihat cuaca, keadaan
hutan, bahkan tanaman sekeliling. Pohon genus Shorea dan Hopea memiliki
habitat yang cocok tumbuh di Taman Hutan Raya (Tahura) Nipa-nipa yang
bertipe hutan hujan dataran rendah dengan ketinggian 25 – 100 mdpl. Hal ini
sejalan menurut Pratiwi, dkk, (2017: 4), Genus Shorea dan Hopea biasa
tumbuh di hutan hujan tropis, dari dataran rendah hingga pegunungan dengan
ketinggian dibawah 1.750 mdpl.
Jenis kayu yang berasal dari famili Dipterocarpaceae merupakan
tumbuhan paling penting, yang mencakup beberapa jenis pohon komersial
terutama dalam industri perkayuan. Menurut Rudjiman dan Dwi (2002: 23)
genus Shorea biasa disebut kayu meranti yang merupakan salah satu genus
penghasil kayu-kayu Dipterocarpaceae yang terpenting. Aneka jenis kayu
meranti (meranti kuning, merah, dan putih), bangkirai, balangeran dan lain-
lain. Di samping itu, genus ini juga menghasilkan resin yang disebut damar
dari berbagai kualitas, salah satu yang terbaik kualitasnya adalah damar mata
kucing. Damar terutama digunakan dalam industri pernis dan cat, serta untuk
pengolahan kimiawi lainnya. Beberapa spesies Shorea menghasilkan
tengkawang, yakni buah yang besar dan berlemak. Minyak tengkawang
digunakan dalam industri kosmetika dan makanan. Biji Shorea mengandung
lemak yang lumayan (40-60 %) dan protein yang banyak (5-6 %). Dalam
industri makanan , ia dipergunakan untuk menggantikan mentega coklat
(cocoa butter)
Genus Hopea yang dikenal sebagai merawan, jenis Kayunya cocok
untuk mesin gilas di industri tekstil, tiang, dan konstruksi jembatan atau
sebagai alternatif untuk kayu pada sepatu tinggi. Pohonnya bisa sebagai pohon
peneduh. Kulit kayunya memiliki tanin dan berguna untuk menyamak kulit.
Jenis ini juga menghasilkan damar untuk interior yang berkualitas. Damarnya
bisa juga untuk obat sakit dan luka. Di Burma, damar ini dipakai untuk vernis
cat dan sebagai campuran tinta untuk mengecat gambar, juga dipakai untuk
mendempul kapal.
34

Menurut Odum (1994: 132), persaingan akan meningkatkan daya saing


untuk mempertahankan hidup, jenis yang kuat akan menang dan menekan
yang lain sehingga jenis yang kalah mempunyai tingkat pertumbuhan yang
rendah dan menyebabkan jenis tersebut kurang berkembang sehingga
kepadatannya juga akan sedikit. Setiap jenis tumbuhan mempunyai kondisi
minimum, maksimum dan optimum terhadap faktor lingkungan yang ada.
Pada kondisi minimum akan menunjukkan suatu jenis untuk mampu tumbuh
tetapi tidak mampu berkembang sama seperti kondisi maksimum, mereka
hanya akan mampu tumbuh berbeda dengan kondisi optimum, dimana kondisi
yang diharapkan suatu jenis mampu untuk tumbuh dan berkembang.
Kawasan Hutan Air Terjun Lasolo rentan terhadap eksploitasi hutan
karena dekat dengan pemukiman penduduk. Semakin banyaknya jumlah
penduduk, mendatangkan konsekuensi dengan semakin bertambahnya
kebutuhan akan sandang, pangan dan papan. Menurut Triantoro, dkk (2008:
33), kebutuhan papan merupakanan ancaman bagi kelangsungan hidup
tumbuhan dikawasan konservasi, sedangkan kebutuhan ekonomi berakibat
terjadinya eksploitasi destruktif terhadap beberapa spesies tumbuhan,
khusunnya jenis pohon dari Dipterocarpaceae. Eksploitasi destruktif dapat
mengurangi persediaan sumber daya genetik dan merusak fungsi hutan tropis
dan sistem drainase atau tata air di kawasan hutan
Kerusakan lingkungan didalam hutan sangat berpengaruh terhadap
stabilitas ekosistem hutan, oleh sebab itu kestabilan sangat diperlukan.
Apabila suatu kerusakan lingkungan hutan tidak dapat diatasi maka
berdampak pada komunitas tumbuhan yang ada dihutan. Menurut Indriyanto
(2006), suatu fase pertumbuhan membutuhkan suatu keanekaragaman dan
kestabilan, sehingga suatu jaring-jaring makanan akan terbentuk lebih
kompleks, dan kestabilan suatu ekosistem juga akan meningkat. Suatu
komunitas akan stabil jika populasi yang membentuknya juga stabil, dimana
jumlah spesies Dipterocarpaceae yang ada didalamnya relatif konstan
sepanjang waktu.
35

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah jenis Dipterocarpaceae yang
ditemukan di Kawasan Hutan Air Terjun Lasolo Kota Kendari berjumlah 9
spesies yang terdiri dari 2 genus (Hopea dan Shorea). Jenis Dipterocarpaceae
yang banyak ditemukan di Kawasan Hutan Air Terjun Lasolo Kota Kendari
yaitu genus dari Shorea yang berjumlah 6 spesies.

B. SaranDF
Saran untuk peneliti selanjutnya agar penelitian tentang jenis-jenis
Dipterocarpaceae dilakukan di tempat yang berbeda yang belum diteliti.
36

DAFTAR PUSTAKA

Adriyanti, D, T, Soekotjo, Na’iem, M, Rimbawanto, A. 2016. Pengelompokan


Keruing (Dipterocarpus Spp.) Di Indonesia Menurut Karakter Buah.
Jurnal Ilmu Kehutanan .Vol.10 (1) : 33-45

Agustina, D, K. 2010. Vegetasi Pohon di Hutan Lindung. Maliki Press.


Malang.

Agustina, D.K., 2008. Studi Vegetasi Pohon di Hutan Lindung RPH Donomulyo
BKPH Sengguruh KPH Malang. Skripsi. Jurusan Biologi, Fakultas
Sains dan Teknologi. UIN-Maliki. Malang.

Albasri, Tuheteru F, D, dan Sanjaya, I, M, S. 2019. Analisis Kerapatan Dan


Penyebaran Pooti (Hopea Gregaria V.Slooten) di Sekitar Sungai
Lahundape Tahura Nipa-Nipa Kota Kendari. Jurnal Ecogreen .Vol. 5 (1)
: 77-81

Appanah, S, Turnbull, J, M. 1998. A Review of Taxonomy, Ecology and


Silviculture. Center for International Forestry Research: Bogor.

Arief, A., 2001. Hutan dan Kehutanan. Kanisius. Yogyakarta.

Aththorick, T, A dan Siregar, E, S. 2006. Buku Ajar Taksonomi Tumbuhan


Medan. FMIPA Universitas Sumatera Utara.

Atmoko, T, Z, Arifin, Priyono. 2011. Struktur dan Sebaran Tegakan


Dipterocarpaceae di Sumber Benih Merapit, Kalimantan Tengah
(Structure And Distribution of Dipterocarpaceae Trees in Merapit Seed
Stand, Central Kalimantan). Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi
Alam. Vol. 8 (3) : 399-413

Atun, Sri. 2009. Hopeafenol-O-Glukosida, Senyawa Hasil Isolasi dari Kulit


Batang Anisoptera Marginata (Dipterocarpaceae). Jurnal Indo. J. Chem.
Vol. 9 (1) : 151-157

Diana, R, Sutedjo, Matius, P, Hastaniah dan Suwasono, R, A. 2016. Studi


Regenerasi Hutan Alam di Pt Karya Lestari. Pusat Pengkajian
Perubahan Iklim Universitas Mulawarman: Samarinda
Fajri, M. 2008. Pengenalan Umum Dipterocarpaceae, Kelompok Jenis Bernilai
Ekonomi Tinggi. Jurnal Info Teknis Dipterokarpa .Vol. 2 (1) : 114-122

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta.


37

Maria, K, W, Manurung, T, F, Sisilia, L. 2016. Identifikasi Jenis Pohon Famili


Dipterocarpaceae Di Kawasan Arboretum Sylva Universitas
Tanjungpura Pontianak. Jurnal Hutan Lestari . Vol. 4 (4) : 527–534

Martawijaya, A, Kartasujana, I, Kadir, K, Prawira, S, A. 2005. Atlas Kayu


Indonesia Jilid 1. Badan Penelitian dan Pusat Pengembangan
Kehutanan: Bogor

Muhtadi. 2014. Ilmu Kimia Tumbuhan Keruing (Dipterocarpus) Famili


Dipterocarpaceae. Lingkar Media : Jogjakarta

Naharuddin, A, dan Sigit, H, 2014. Curahan Tajuk pada Tegakan Model


Arsitektur Pohon Aubreville, Leuwenberg dan Stone Tipe Penggunaan
Lahan Kebun Hutan Sub Daerah Aliran Sungai Gumbasa. Jurnal Warta
Rimba. Vol. 4. No. 1

Ngatiman dan Amiril, S. 2012. Ekplorasi Jenis-Jenis Dipterokarpa di Kabupaten


Paser, Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Dipterokarpa.Vol. 6 (1) : 1-
10

Odum, E.P., 1994. Dasar-Dasar Ekologi Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta Onrizal. 2010. Dipterocarpaceae (Meranti-merantian). Departemen


Kehutanan. Universitas Sumatera Utara

Purwaningsih. 2004. Ecological Distribution of Dipterocarpaceae Species in


Indonesia. Jurnal Biodiversitas. Vol. 5 (2) : 89-95

Rudjiman dan Dwi T. Adriyanti. 2002. Identification manual of Shorea species.


Faculty of Forestry. Gajah Mada University. Yogyakarta.

Rustam, B.R., 2013. Buku Informasi Taman Hutan Raya Nipa-Nipa Sulawesi
Tenggara. Balai Tahura Nipa-Nipa. Sulawesi Tenggara.

Saridan, A. 2012. Keragaman Jenis Dipterokarpa dan Potensi Pohon Penghasil


Minyak Keruing di Hutan Dataran Rendah Kabupaten Berau,
Kalimantan Timurjurnal. Jurnal Penelitian Dipterokarpa. Vol. 6 (2) :
75-83

Septiari, D, Fernando, T, dan Tavita, G, E. 2018. 114 Keanekaragaman Jenis


Pohon Famili Dipterocarpaceae Di Hutan Adat Bukit Benuah Kecamatan
Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Hutan Lestari . Vol. 6
(1): 114–122
38

Sudarmonowati, E, Yulita, K, S, Partomihardjo, T, dan Wardani, W. 2020. Daftar


Merah Tumbuhan Indonesia 1:50 Jenis Pohon Kayu Komersial. LIPI
Press. Jakarta

Suhendang, E. 2002. Pengantar Ilmu Kehutanan. Fakultas Kehutanan IPB

Sujalu, A, P. 2017. Identifikasi Pohon Inang Epifit di Hutan Dipterocarpaceae


Dataran Rendah Klimaks Kabupaten Malinau. Jurnal Hut Trop Vol 1(2):
196-201

Thomas, A. 2014. Pandauan Lapangan Identifikasi Jenis Pohon Hutan.


Kalimantan Forests and Climate Partnership (KFCP): Jakarta

Tjitrosoepomo, G. 2005. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press:


Yogyakarta.

Triantoro, R.G.N., Krisma, L., Zeth, L.R., dan Marinus, R., 2008.
Keanekaragaman Jenis Flora pada Cagar Alam Pegunungan Yapen
Tengah, Provinsi Papua. Jurna Info Hutan. Vol. 1, No. 1, Mei 2008.

Wahyudi, A, Harianto, S, P, dan Darmawan, A. 2014. Keanekaragaman Jenis


Pohon di Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul
Rachman. Jurnal Sylva Lestari. Vol. 2 (3) : 1-10

Zulkarnain, A., dan Abdih, M., 2010. Studi Identifikasi Daerah Berpotensi Rawan
Bencana Kebakaran Hutan pada Kawasan Taman Hutan Raya (Tahura)
Nipa-Nipa. Jurnal GRIPLUS. Vol. 20 (3)
39

Lampiran 1. Peta Lokasi penelitian di Kawasan Hutan Air Terjun Lasolo


Kota Kendari

Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian

1. Gambar Pengambilan Sampel Penelitian


40

2. Gambar Identifikasi Sampel Dipterocarpaceae di Laboratorium


41

Lampiran 3. Jenis-Jenis Dipterocarpaceae yang Ditemukan di Kawasan


Hutan Air Terjun Lasolo Kota Kendari

Nama
Kelas Ordo Suku Jenis Habitus
Indonesia/Lokal
Dicotyledoneae Malvales Dipterocarpaceae Shorea acuminatissima Sym Meranti hitam Pohon
Hopea gregaria V.Slooten Pooti
Hopea celebica Burck Balau
Shorea balangeran Kahui
Shorea leprosula Meranti tembaga
Hopea mengarawan Damar mata kucing
Shorea laevis Bangkirai
Shorea stenoptera Tengkawang tungkul
Ching.
Shorea assamica Dyer Meranti putih

Dicotyledonea
e

Pteridopsid
a

Anda mungkin juga menyukai