Anda di halaman 1dari 71

ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI ENDOFIT DARI

DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)

SKRIPSI

Ditujukan untuk memenuhi persyaratan


memperoleh gelar Sarjana Sains

Oleh :

MARIA KASILDA LONGA WINI


NIM: 1806050091

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2022
ii
iii
HALAMAN PERUNTUKAN

MOTTO
“Serahkanlah Perbuatanmu Kepada Tuhan,
Maka Terlaksanalah Segala Rencanamu”

SKRIPSI INI SAYA PERSEMBAHKAN UNTUK :


1. Tuhan Yesus Kristus
2. Keluarga tercinta, Bapak Benediktus Loda dan Mama Regina Mau Do
serta adik Maria Kalista Moi
3. Program Studi Biologi
4. Almamater Tercinta Universitas Nusa Cendana

iv
v
ABSTRAK

ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI ENDOFIT DARI DAUN


BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)

Maria Kasilda Longa Wini, Amor T. Karyawati*, Ronny S. Mauboy**

Bakteri endofit merupakan bakteri yang hidup didalam jaringan tanaman inang tanpa
menyebabkan gejala-gejala penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
terdapatnya bakteri endofit pada daun Binahong dan mengetahui karakteristik
morfologi bakteri endofit pada daun Binahong. Tahapan penelitian meliputi sterilisasi
alat dan bahan, pengambilan sampel, pembuatan media, isolasi dan pemurnian bakteri
endofit, karakterisasi isolat bakteri endofit. Analisis data dilakukan secara kualitatif
dengan mendeskripsikan hasil isolasi dan karakteristik makroskopik dan
mikroskopik. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 19 isolat bakteri endofit
yang berhasil diisolasi dari daun binahong. Karakteristik bakteri endofit berbentuk
bulat dan tidak teratur, memiliki tepi yang beraturan, tidak teratur dan bergerigi,
elevasinya timbul, datar dan cembung, dan memiliki warna cream, putih susu dan
kuning.

Kata kunci : Bakteri Endofit, Daun Binahong, Karakterisasi, Isolasi.


* : Pembimbing I
** : Pembimbing II

vi
ABSTRACT

ISOLATION AND CHARACTERIZATION OF ENDOPHITE BACTERIA FROM


BINAHONG LEAVES (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)

Maria Kasilda Longa Wini, Amor T. Karyawati*, Ronny S. Mauboy**

Endophytic bacteria are bacteria that live in host plant tissues without causing disease
symptoms. This study aims to determine the presence or absence of endophytic
bacteria on Binahong leaves and to determine the morphological characteristics of
endophytic bacteria on Binahong leaves. The stages of the research included
sterilization of tools and materials, sampling, preparation of media, isolation and
purification of endophytic bacteria, characterization of endophytic bacteria isolates.
Data analysis was carried out qualitatively by describing the results of isolation and
macroscopic and microscopic characteristics. The results showed that there were 19
isolates of endophytic bacteria that were successfully isolated from binahong leaves.
Characteristics of endophytic bacteria are round and irregular, have regular, irregular
and jagged edges, raised elevations, flat and convex,

Keywords : Endophytic Bacteria, Binahong Leaves, Characterization, Isolation


*1st : Advisor
** 2nd : Advisor

vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang berlimpah penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa karena atas rahmat dan penyertaanNya yang diberikan kepada penulis, sehingga
penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari betapa besarnya dukungan dari sesama yang membimbing
dan membantu penulis selama penyelesaian skripsi ini. Untuk itu, pada kesempatan
ini penulis mengucapkan limpah terima kasih yang setulus-tulusnya dan rasa hormat
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Philiphi de Rozari, S.Si, M.Si, M.Sc, Ph.D sebagai Dekan
Fakultas Sains dan Teknik beserta Civitas Akademika yang telah membantu
selama penyelesaian tugas akhir.
2. Ibu Andriani Ninda Momo S.Si, M.P sebagai Koordinator Program Studi
Biologi Fakultas Sains dan Teknik dan seluruh staf Program Studi Biologi
atas kesempatan dan bantuan yang diberikan dalam melakukan dan
memperoleh informasi yang diperlukan selama penyelesaian tugas akhir.
3. Ibu Dr. Amor T. Karyawati, S.Si, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak
Rony S. Mauboy, S.Si, M.Si selaku pembimbing II, yang dengan penuh
kesabaran memberi motivasi, bimbingan, ide dan arahan bagi penulis
sehingga semua kendala yang ditemui dapat diselesaikan dengan baik.
4. Ibu Dra. Maria T.L. Ruma, M.Si selaku penguji I, Bapak Drs. Djeffry Amalo,
M.Pd selaku penguji II, dan Bapak Dr. Ir. Alfred O.M. Dima, M.Si selaku
penguji III yang telah memberi saran dan koreksi kepada penulis dalam
memperbaiki penulisan skripsi ini.
5. Bapak Rony S. Mauboy, S.Si, M.Si sebagai Dosen Penasehat Akademik, yang
selalu memberikan nasehat, motivasi, dan masukan kepada penulis.
6. Seluruh staf dosen Program Studi Biologi yang telah memberikan bekal
pengetahuan kepada penulis selama mengikuti kuliah sehingga dapat
diaplikasikan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

viii
7. Seluruh staf kependidikan di lingkungan Fakultas Sains dan Teknik,
khususnya Ibu Widya Nenotek, S.Pd yang selalu siap sedia membantu
kelancaran pengurusan administrasi terkait penyelesaian penulisan
penyusunan skripsi ini.
8. Orangtua tercinta Bapak Benediktus Loda dan Mama Regina Mau Do serta
adik tersayang Maria Kalista Moi yang selalu mendukung dan mendoakan
penulis dalam menempuh pendidikan.
9. Teman-teman seperjuangan Nia, Dele, Ebi, Nita, Selvin, Elsi, Jhoys serta
Brantas’ 18 yang telah memberikan semangat, dukungan, dan nasehat yang
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. D.O. Kyungsoo, Ka Ronal, Becky, Mam Fao, Enchy, Ustin, Adhelsy N Joy
yang telah membantu dan memberikan semangat dan motivasi kepada penulis
dalam penyelesaian skripsi ini.
11. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang
telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis selama
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi yang telah disusun masih
memiliki banyak kekurangan dan belum adanya kesempurnaan dalam skripsi ini.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran yang bersifat perbaikan dari
pembaca . Atas bantuan dan kerja sama yang baik dari semua pihak penulis
mengucapkan terima kasih.

Kupang, Desember 2022

Penulis

ix
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN SAMPUL ......................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. iii
HALAMAN PERUNTUKAN .............................................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................. vi
ABSTRACT .......................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .......................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xiv
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 5
1.1 Kajian Pustaka .............................................................................. 5
1.1.1 Botani Binahong ............................................................... 5
1.1.2 Bakteri Endofit .................................................................. 8
1.1.3 Isolasi Bakteri ................................................................... 12
1.1.4 Karakterisasi Bakteri ......................................................... 13
1.2 Penelitian Yang Relevan ............................................................... 16
BAB III. METODE PENELITIAN .................................................... 20
3.1 Waktu dan Tempat ............................................................... 20
3.2 Alat dan Bahan ..................................................................... 20

x
3.3 Desain Penelitian .................................................................. 20
3.4 Prosedur Kerja ...................................................................... 20
3.5 Analisis Data ........................................................................ 24
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................. 25
4.1 Isolasi Bakteri Endofit dari Daun Binahong ........................ 25
4.2 Karakterisasi Bakteri Endofit dari Daun Binahong .............. 28
BAB V. PENUTUP ............................................................................... 37
5.1 Kesimpulan ........................................................................... 37
5.2 Saran ..................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 38
LAMPIRAN .......................................................................................... 44

xi
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan ...................................................... 16
Tabel 4.1 Jumlah Isolat Bakteri Endofit .............................................. 26
Tabel 4.2 Karakterisasi Bakteri Endofit ............................................. 29
Tabel 4.3 Hasil Uji Pewarnaan Gram .................................................. 32

xii
DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman
Gambar 2.1 Habitus Binahong ............................................................ 5
Gambar 2.2 Morfologi Binahong ........................................................ 6
Gambar 4.1 Hasil Isolasi Bakteri Endofit ........................................... 27
Gambar 4.2 Persentase Karakteristik dari Penfui ................................ 30
Gambar 4.3 Persentase Karakteristik dari Tofa .................................. 30
Gambar 4.4 Persentase Karakteristik dari Oebobo ............................. 31

xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
Lampiran 1. Perhitungan Jumlah Koloni Bakteri ............................... 45
Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian ................................................. 47
Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian ....................................................... 50
Lampiran 4. Surat Hasil Penelitian .................................................... 51
Lampiran 5. Surat Keterangan dari Laboratorium ............................. 56

xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bakteri endofit merupakan bakteri yang hidup di dalam jaringan tanaman
inang tanpa menyebabkan gejala-gejala penyakit (Bhore dan Sathisa). Bakteri
endofit dapat hidup didalam pembuluh vaskular atau diruang intersel, akar,
batang, daun dan buah. Mekanisme invasi bakteri endofit masuk kedalam jaringan
tanaman dapat terjadi melalui beberapa cara yaitu bakteri dapat masuk melalui
stomata, lentisel, titik tumbuh akar lateral, radikula yang sedang tumbuh, dan
jaringan akar meristematik yang tidak terdiferensial (Desriani dkk, 2014).
Bakteri endofit memberikan manfaat terhadap tanaman seperti memacu
pertumbuhan tanaman karena bakteri endofit mampu meningkatkan ketersediaan
nutrisi dan menghasilkan hormon pertumbuhan (Hallman dan Berg 2006 dalam
Nursulistyarini & Ainy, 2011). Salah satu tanaman yang berpotensi memiliki
bakteri endofit adalah tanaman Binahong.
Binahong merupakan salah satu tanaman yang secara empiris banyak
digunakan secara tradisional untuk mengobati berbagai penyakit. Diantaranya
adalah muntah darah, pemulihan pasca melahirkan, menyembuhkan luka,
sembelit, asam urat dan menurukan panas tinggi. Kemampuan tanaman binahong
dalam menyembuhkan berbagai penyakit ini, tidak terlepas dari peran aktif yang
terkandung di dalamnya seperti flavonoid, terpenoid dan saponin (Manoi, 2009).
Tanaman binahong dimafaatkan sebagai obat tradisional karena memiliki
keunggulan, antara lain: tanaman mudah didapatkan, mudah dikembangbiakan,
ramah lingkungan, telah digunakan secara turun temurun dan tidak tergantung
pada teknologi, tanaman binahong juga memiliki kelemahan seperti keterbatasan
penyediaan bahan di lingkungan yang tidak sebanding dengan laju pertumbuhan
dan perkembangbiakan tanaman (Prahesti dkk, 2018).

1
Kemampuan binahong dalam menghambat pertumbuhan bakteri yang
berkaitan dengan senyawa aktif yang terkandung di dalamnya telah dilakukan
oleh Darsana dkk, 2012. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa perasan
daun binahong dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli secara
in vitro. Peningkatan konsentrasi perasan daun binahong diiringi dengan
meningkatnya daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli
secara in vitro. Apriliani (2015) dalam hasil penelitiannya menjelaskan bahwa
pemberian ekstrak segar daun binahong mampu menghambat pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus. Hal ini dapat terlihat pada rata-rata zona bening
yang terbentuk. Trisunuwati & Setyowati (2017) melaporkan bahwa perasan daun
binahong dapat dimanfaatkan sebagai alternatif zat antibakteri herbal dalam
pelaksanaan pencelupan puting pada kasus mastitis yang disebabkan oleh
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
Tanaman binahong yang sering digunakan adalah bagian daun. Daun
binahong dapat digunakan untuk mengobati penyakit asam urat, stroke, maag,
diabetes, radang usus dan penyembuh luka. Daun binahong berdasarkan
penelitian memiliki bioaktivitas sebagai antioksidan, antibakteri, antijamur,
antidiabetes, antiinflamasi, antiseptik, dan antibakteri (Susmayanti dkk, 2012).
Seiring perubahan dan perkembangan zaman serta meningkatnya pengetahuan
tentang penyakit, kini pemanfaatan tanaman sebagai bahan dasar pembuatan obat
juga semakin meningkat. Namun demikian, penggunaan tanaman secara terus-
menerus dengan cara mengambil sebagian atau keseluruhan dari tanaman
induknya tanpa disertai dengan usaha melestarikan dan menjaga tanaman
dikhawatirkan nantinya akan merusak sumber daya hayati yang ada. Hal ini
membuat populasi tanaman yang ada di alam semakin menurun karena eksploitasi
yang berlebihan oleh manusia (Fithriyah, 2015).
Untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas salah satu teknik pengendalian
berbasis ramah lingkungan yang di kembangkan dan di gunakan adalah
pemanfaatan mikroorganisme antagonis yaitu mikroba endofit. Mikroba endofit

2
merupakan mikroorganisme (bakteri, jamur) yang hidup dan berkoloni di dalam
jaringan inang tanpa menimbulkan efek negatif, bahkan memberikan keuntungan
terhadap inangnya dan lingkungan (Foeh dkk, 2019).
Pemanfaatan bakteri endofit sebagai sumber bioaktif ini sangat
menguntungkan karena siklus hidup mikroba yang lebih singkat dibandingkan
siklus hidup tumbuhan inangnya sehingga dapat menghemat waktu produksi dan
jumlah senyawa antibakteri yang diproduksi dapat dibuat dalam skala besar tanpa
menggunakan ruang yang luas (Nursulistyarini & Ainy, 2011). Tahap awal dalam
upaya untuk mengembangkan bakteri endofit yang berfungsi sebagai penghasil
antibakteri adalah dengan mengisolasi bakteri endofit. Isolasi tersebut dapat
dilakukan dari tanaman obat yang banyak digunakan oleh masyarakat
(Nursulistyarini & Ainy, 2011). Menurut (Radji, 2005 dalam Miliana & Safitri,
2015) mikroba endofit yang diisolasi dari suatu tanaman obat dapat menghasilkan
metabolit sekunder yang sama dengan tanaman aslinya atau bahkan dalam jumlah
yang lebih tinggi, sehingga kita tidak perlu menebang tanaman aslinya untuk
diambil simplisia. Salah satu tanaman yang berpotensi memiliki bakteri endofit
adalah tanaman Binahong (Irdawati dkk, 2017).
Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa
daun binahong memiliki senyawa aktif yang mampu menyembuhkan berbagai
penyakit, sehingga penulis telah melakukan penelitian dengan judul “ Isolasi dan
Karakterisasi Bakteri Endofit Dari Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.)
Steenis).

3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan pokok
dalam penelitian ini yaitu :
1. Apakah ada bakteri endofit pada daun binahong ?
2. Bagaimana karakteristik morfologi bakteri endofit pada daun binahong?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui terdapatnya bakteri endofit pada daun binahong
2. Mengetahui karakteristik morfologi bakteri endofit pada daun binahong.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang potensi yang
dimiliki bakteri endofit dari tanaman binahong sebagai penghasil senyawa
antibakteri
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
tentang manfaat dan kegunaan daun binahong, yang dapat dikembangkan
menjadi obat tradisional yang penggunaannya untuk mencegah penyakit
seperti bisul, impetigo dan diare.
3. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi yang berguna bagi
pengembangan tumbuhan obat tradisonal yang berkhasiat sebagai antibakteri
dan menambah wawasan ilmu pengetahuan mengenai pengembangan dan
pemanfaatan obat tradisional di masyarakat, khususnya daun binahong.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka


2.1.1 Botani Binahong
a. Klasifikasi
Binahong termasuk tanaman herba dengan nama latin Anredera
cordifolia (Ten.) Steenis. Klasifikasi tanaman binahong sebagai berikut
(Desriani dkk, 2014)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Caryophyllales
Family : Basellaceae
Genus : Anredera
Species : Anredera cordifolia (Ten.) Steenis

Gambar 2.1. Habitus Binahong


(Sumber : Suherlan, 2022)
b. Morfologi
Binahong termasuk tanaman merambat atau menjalar, memiliki
rizoma, batang lunak, ramping dan tidak berserabut, berbentuk silindris,
saling membelit, berwarna merah, bagian dalamnya solid, permukaannya
halus (Desriani dkk, 2014 ; Afandy, 2020). Daun tanaman binahong

5
termasuk daun tunggal, memiliki tangkai yang pendek, tersusun
berseling-seling, daun berwarna hijau, bentuk daun menyerupai jantung,
panjang daun 5-10 cm sedangkan lebarnya 3-7 cm, helaian daun tipis
lemas dengan ujung yang meruncing, memiliki pangkal yang berlekuk
tepi rata, permukaan licin (Manoi, 2009). Akar tanaman ini berjenis akar
tunggang dengan tekstur yang lunak dan berwarna coklat tua. Tanaman
ini mempunyai bunga majemuk berbentuk tandan atau malai yang cukup
panjang, berwarna putih kehijauan sampai putih krem dan berumur
pendek. Mahkota bunga binahong terdiri dari lima helai yang tidak saling
melekat, panjang mahkotanya berkisar antara 0,5-1 cm dengan aroma
yang sangat wangi (Manoi, 2009 ; Afandy, 2020).

a b c

Gambar 2.2. Morfologi Binahong


(a) Akar (plantamor.com), (b) Batang (idntimes.com), (c)
Daun (Trenggalekpedia.com), (d) Bunga (Sentul.com)
c. Manfaat dan Kandungan Kimia Binahong
Tanaman binahong diketahui mengandung senyawa saponin
triterpenoid, flavonoid dan minyak atsiri. Ekstrak etil asetat dari batang
binahong mengandung polifenol, flavonoid, dan saponin. Adapun ekstrak

6
etanol 70% daun binahong diketahui mengandung polifenol, flavonoid,
tanin, saponin, dan alkaloid, sedangkan ekstrak etanol 70% batang
binahong mengandung polifenol, flavonoid, dan saponin. Golongan
senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa bioaktif dalam tanaman,
sehingga diduga juga berpotensi sebagai antibakteri (Wardhani &
Sulistyani, 2012).
Kandungan senyawa flavonoid, alkaloid, terpenoid, dan saponin
dilaporkan mampu menyembuhkan luka bakar dan analgesik (mengurangi
rasa nyeri). Aktivitas farmakologi flavonoid adalah sebagai anti-
inflamasi, dan antioksidan, alkaloid sebagai hipoglikemik. Terpenoid
dapat membantu tubuh dalam proses sintesis organik dan pemulihan sel-
sel tubuh, sedangkan saponin berperan untuk menurunkan kolesterol dan
anti karsinogenik. Pada umumnya binahong digunakan masyarakat
sebagai penyembuh luka setelah operasi, tipus, radang usus, asam urat,
disentri, dan ambeien (Manoi, 2009).
Setiap tanaman memproduksi bermacam-macam senyawa kimia
untuk tujuan tertentu. Senyawa kimia yang dihasilkan disebut sebagai
metabolit sekunder. Menurut Lenny (2006), senyawa metabolit sekunder
merupakan senyawa kimia yang umumnya memiliki kemampuan
bioaktifitas dan berfungsi sebagai pelindung dari gangguan hama
penyakit untuk tumbuhan itu atau untuk lingkungannya.
Manfaat tanaman binahong sangat besar dalam dunia pengobatan.
Secara empiris tanaman binahong dapat menyembuhkan berbagai jenis
penyakit. Seluruh bagian tanaman menjalar ini berkhasiat mulai dari akar,
batang dan daunnya. Dalam pengobatan, bagian tanaman yang digunakan
dapat berasal dari akar, batang, daun, dan bunga maupun umbi yang
menempel pada ketiak daun (Manoi, 2009). Tanaman ini memiliki
kandungan antioksidan tinggi dan antivirus. Beberapa penyakit yang
dapat disembuhkan dengan menggunakan tanaman ini adalah: kerusakan

7
ginjal, diabetes, pembengkakan jantung, muntah darah, tifus, stroke,
wasir, rhematik, pemulihan pasca operasi, pemulihan pasca melahirkan,
menyembuhkan segala luka dalam, radang usus, melancarkan dan
menormalkan peredaran dan tekanan darah, sembelit, sesak napas,
sariawan, pusing-pusing, sakit perut, menurunkan panas tinggi, maag,
asam urat, keputihan, pembengkakan hati, meningkatkan vitalitas dan
daya tahan tubuh (Lanti, 2018 ; Sukandar dkk., 2010). Kemampuan
binahong untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit ini berkaitan erat
dengan senyawa aktif yang terkandung didalamnya antara lain flavonoid,
alkaloid, terpenoid dan saponin (Manoi, 2009).
2.1.2 Bakteri Endofit
a. Pengertian Bakteri Endofit
Bakteri endofit adalah bakteri yang hidup di dalam jaringan
tanaman tanpa menimbulkan bahaya dan memiliki senyawa aktif yang
sama seperti tanaman inangnya. Setiap tanaman tingkat tinggi dapat
mengandung beberapa bakteri endofit yang mampu menghasilkan
senyawa biologi atau metabolit sekunder yang diduga sebagai akibat
koevolusi atau transfergenetik dari tanaman inangnya ke mikroba
endofit (Foeh, 2019). Tipe asosiasi biologis antara mikroba endofit
dengan tanaman inang bervariasi dari netral, komensalisme sampai
simbiosis.Pada situasi ini tanaman merupakan sumber makanan bagi
mikroba endofit dalam melengkapi siklus hidupnya (Desriani dkk,
2014).
Bakteri endofit dapat diperoleh dengan cara diisolasi dari
tanaman yang permukaannya telah disterilkan ataupun diekstrak untuk
memperoleh bakteri yang terdapat pada jaringan tanaman. Secara
khusus, bakteri masuk ke jaringan melalui jaringan yang berkecambah,
akar, stomata, maupun jaringan yang rusak (Parida dkk., 2017). Bakteri
endofit maupun rizobakteri lainnya merupakan bagian dari mikroflora

8
alamiah dari tanaman yang sehat di lapangan. Bakteri ini dapat
dikatakan sebagai kontributor penting bagi kesehatan tanaman, serta
bakteri endofit berperan dalam kesehatan tanaman dalam hal: (1)
antagonisme langsung atau penguasaan relung atas patogen, (2)
menginduksi ketahanan sistemik dan (3) meningkatkan toleransi
tanaman terhadap tekanan lingkungan. Karena sifat-sifat tersebut bakteri
endofit telah terbukti dapat dimanfaatkan sebagai pengendali hayati
penyakit tanaman bahkan dapat mengurangi serangan hama tanaman
(Foeh, 2019).
b. Interaksi Bakteri Endofit dengan Tanaman Inang
Interaksi bakteri endofit dengan tanaman inang bersifat
simbiosis mutualisme hingga komensialisme. Bakteri endofit secara
alami dan kuat berasosiasi dengan niche jaringan tanaman yang sama
dengan patogen penyebab penyakit sehingga lebih mampu melawan
patogen. Hal ini juga menunjukkan bahwa bakteri endofit sesuai
digunakan sebagai agen biokontrol karena bakteri endofit
mengkolonisasi niche seperti patogen tumbuhan (Aulia, 2019). Bakteri
dapat hidup dalam jaringan tanaman tanpa menyebabkan gejala tertentu
pada tanaman yang disebut endofit, mengindikasikan bahwa asosiasi
tersebut dapat bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman (Tangapo, 2020).
Interaksi simbiotik bakteri dengan tanaman yang bermanfaat
bagi pertumbuhan tanaman diamati awalnya pada bakteri pembentuk
nodul, yang dapat menyediakan nitrogen bagi tanaman legum. Rhizosfer
yang merupakan bagian tanah di sekitar perakaran, yang secara
langsung dipengaruhi oleh eksudat akar, menjadi zona yang cocok untuk
kehidupan bakteri dan menjadi asal dari bakteri yang terseleksi masuk
ke dalam akar menjadi endofit (Tangapo, 2020). Tanaman sebagai inang
menyediakan relung yang sangat bervariasi bagi bakteri dan
fotoasimilatnya menjadi sumber nutrien bagi bakteri Plant Growth

9
Promoting Bacteria (PGPB). Bagi tanaman sendiri, asosiasi dengan
PGPB bermanfaat bagi kesehatan dan produktivitas tanaman tersebut
(Desriani dkk., 2014).
Bakteri endofit mendapatkan nutrisi dari hasil metabolisme
tanaman dan memproteksi tanaman dalam melawan patogen, sedangkan
tanaman mendapatkan derivat nutrisi dan senyawa aktif yang diperlukan
selama hidupnya. Bakteri endofit mampu memproduksi metabolit
sekunder spesifik seperti tanaman inang. Kemampuan bakteri endofit
tersebut disebabkan adanya proses transformasi genetik pada bakteri
endofit. Transformasi genetik ini terjadi karena penyesuaian diri
mikroba endofit terhadap lingkungan baru (Iramadhan, 2018).
Jenis bakteri tertentu dapat hadir pada relung yang berbeda
dan hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang spesifik yang cocok
untuk kelangsungan bakteri tersebut. Umur tanaman yang seiring
dengan tahap pertumbuhan tanaman menjadi faktor penyeleksi bakteri
yang hadir. Proses sehingga bakteri rhizosfer menjadi bakteri endofit
diduga dapat terjadi melalui beberapa mekanisme yaitu difusi pasif yang
memungkinkan bakteri yang paling dominan pada rhizosfer
berkolonisasi pada tanaman dan seleksi aktif yang memungkinkan
hanya jenis bakteri tertentu yang dapat masuk dan tinggal di dalam
tanaman (Tangapo, 2020).
Hubungan antara mikroba endofit dengan tanaman adalah
karena kontribusi senyawa kimia yang diperoleh mikroba, yang terdiri
dari berbagai jenis bioaktif. Mikroba tersebut masuk ke dalam jaringan
tanaman umumnya melalui akar atau bagian lain dari tanaman. Pada
situasi ini tanaman merupakan sumber makanan bagi mikroba endofit
dalam melengkapi siklusnya. Mekanisme kolonisasi bakteri endofit
dalam tumbuhan inang, pada umumnya bakteri endofit berasal dari
lingkungan sekitar tumbuhan baik dari rhizofer atau dari filosfer.

10
Mekanisme invasi mikroorganisme endofit ke dalam jaringan
tumbuhan dapat terjadi melalui beberapa cara yaitu melalui stomata,
lentisel, luka alami, titik tumbuh akar lateral, radikula yang sedang
tumbuh, dan jaringan akar meristematik yang tidak terdiferensiasi.
Bakteri di dalam jaringan tanaman kemudian berkoloni di titik tempat
dia masuk atau menyebar ke seluruh bagian tumbuhan melalui xilem.
Pemanfaatan mikroba endofit belum sebanyak mikroba yang ada di
alam bebas. Beberapa potensi mikroba endofit sudah diketahui
diantaranya adalah menghasilkan antimikroba Xanthomonas campestris,
Pseudomonas solanacearum, Colletrotricum gloeosporioides, Fusarium
oxysporum cubense, Escherichia coli, Stapylococcus aureus, Candida
albicans dan Salmonella typhimurium. (Carrol, 1988 dalam Fithriyah,
2015).
c. Manfaat Bakteri Endofit
Keberadaan bakteri endofit di dalam jaringan tanaman
diketahui dapat memicu pertumbuhan tanaman dan berperan sebagai
agen pengendali hayati. Selain itu, bakteri endofit mempunyai banyak
keuntungan dalam berbagai aspek kehidupan. Senyawa yang
dihasilkan bakteri endofit tertentu berpotensi dikembangkan dalam
bidang medis dalam bentuk sediaan obat-obatan, pertanian dan
remediasi lahan tercemar dan industri (Desriani dkk., 2014).
Mikroba endofit mampu memproduksi senyawa metabolit
sesuai dengan tanaman induknya, sehingga dapat dijadikan peluang
dan dapat diandalkan untuk memproduksi metabolit sekunder dari
mikroba endofit yang diisolasi dari tanaman inangnya. Metabolit
sekunder tersebut antara lain alkaloid, benzopyranones, flavonoid,
asam fenolik, kuinon, steroid, terpenoid, tetalones, xanthones, dan
lain-lain (Adityawarman dkk., 2019).

11
Bakteri endofit umumnya memproduksi senyawa metabolit
sekunder yang memiliki aktivitas biologis yang bermanfaat seperti
senyawa-senyawa anti kanker, antivirus, atau antibakteri. Peran bakteri
endofit diantaranya adalah melarutkan senyawa fosfat, memfiksasi
nitrogen, merangsang pertumbuhan akar lateral, mensintesis
fitohormon seperti Indole Acetic Acid (IAA). Beberapa spesies bakteri
dari genus Aerobacter, Pseudomonas, Bacillus, dan Klebsiella
memiliki potensi dalam memfiksasi nitrogen dan menghasilkan
hormon IAA (Aulia, 2019).
Bakteri endofit secara langsung berperan sebagai pemacu atau
perangsang pertumbuhan dengan mensintesis zat pengatur tumbuh,
sebagai penyedia hara misalnya dengan menambat nitrogen (N2) dari
udara secara asimbiosis dan melarutkan hara fosfor (P) yang terikat
dalam tanah. Pada tanah yang terkontaminasi logam, bakteri yang
berasosiasi dengan tanaman berperan penting dalam pertumbuhan
tanaman dan akumulasi logam. Sejumlah bakteri yang berasosiasi
dengan tanaman yang diketahui memiliki potensi yang bermanfaat
bagi pertumbuhan tanaman antara lain Azospirilum, Alcaligenes,
Arthrobacter Acinetobacter dan Bacillus (Tangapo, 2020).
2.1.3 Isolasi Bakteri
Isolasi bakteri merupakan suatu proses mengambil bakteri dari
medium atau dari lingkungan asalnya lalu menumbuhkannya di medium
buatan sehingga diperoleh biakan yang murni. Prinsip dari isolasi mikroba
adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lain yang berasal
dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan
menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel mikroba akan membentuk
koloni sel yang tetap pada tempatnya (Iramadhan, 2018).
Beberapa cara atau metode untuk memperoleh biakan murni dari suatu
biakan campuran yaitu metode cawan gores, metode cawan tuang dan

12
metode cawan sebar, yang didasarkan pada prinsip pengenceran dengan
maksud untuk memperoleh spesies individu. Dengan anggapan bahwa
setiap koloni dapat terpisah dari satu jenis sel yang dapat diamati
(Sabbathini, 2017).
Isolasi harus memperhatikan beberapa hal penting yakni : sifat spesies
mikroba yang akan diisolasi, asal mikroba, medium untuk pertumbuhan
yang sesuai, cara menanam mikroba, cara inkubasi mikroba, cara menguji
bahwa mikroba yang diisolasi telah berupa biakan murni dan sesuai dengan
yang ingin diisolasi dan cara memelihara agar mikroba yang telah diisolasi
tetap merupakan biakan murni (Iramadhan, 2018).
2.1.4 Karakterisasi Bakteri
Pada karakterisasi bakteri mula-mula diamati morfologi koloni secara
makroskopis dan mikroskopis dan pertumbuhannya pada berbagai medium.
a. Karakterisasi Makroskopis
Bakteri hasil inkubasi diamati secara langsung (makroskopis)
meliputi : bentuk koloni, tepi, elevasi dan warna koloni dari isolat
koloni bakteri pada beberapa tipe medium yaitu medium agar miring,
tegak dan cair. Pada medium agar miring koloni bakteri
diinokulasikan sepanjang agar secara goresan dengan ose, pada
medium agar tegak koloni bakteri diinokulasikan secara tusukan, dan
pada medium cair koloni bakteri diinokulasikan langsung pada
medium (Lubis, 2017).
Prihanto dkk (2018) dalam penelitian tentang bakteri endofit
pada Mangrove Sonneratia alba memperoleh bentuk bakteri bulat
dan irreguler, tepi halus dan tidak rata, elevasi cembung, warna putih
susu dan putih kekuningan. Magharaniq dkk (2014) dalam penelitian
tentang bakteri endofit dari tanaman Sirih Hijau memperoleh tepi
bakteri rata, bergerigi dan licin; elevasi cembung dan datar; dan
memiliki warna putih, putih tulang, kuning cerah, merah muda, krem,

13
putih kekuningan dan putih susu. Nuruwe dkk (2020) pada penelitian
bakteri endofit beberapa jenis pohon berhabitat basah memperoleh
bentuk bakteri bundar, benang halus dan filliform; tepi licin, lekukan
benang, berombak dan tak beraturan; elevasi timbul,berbukit dan
datar; warna koloni kuning, putih dan putih susu.
b. Karakterisasi Mikroskopis
Karakterisasi mikroskopis yang dilakukan yaitu dengan teknik
Pewarnaan gram. Pewarnaan Gram dilakukan untuk mengetahui
kelompok bakteri Gram positif atau Gram negatif. Perbedaan Gram
ini disebabkan oleh struktur dinding sel bakteri. Gram (+) terdiri dari
peptidoglikan sedangkan Gram (-) terdiri atas lipida yang larut oleh
larutan pemucat (Hidayati, 2014). Dalam proses ini olesan bakteri
yang terfiksasi dikenai larutan-larutan berikut yaitu ungu kristal,
lugol, alkohol 96% (bahan pemucat), dan safranin atau beberapa
pewarna tandingan lain yang sesuai (Lubis, 2017).
Pewarnaan gram dilakukan untuk melihat bentuk sel dan sifat
bakteri terhadap zat warna dengan pengamatan menggunakan
mikroskop agar dapat di bedakan Pewarnaan gram bakteri dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu gram positif dan gram negatif. Bakteri
gram positif berwarna ungu yang disebabkan oleh kompleks zat
warna kristal violet-yodium yang tetap dipertahankan meskipun
diberi larutan pemucat, pewarnaan gram negatif berwarna merah
karena kompleks tersebut akan larut sewaktu pemberian larutan
pemucat. Perbedaan hasil pewarnaan ini disebabkan oleh perbedaan
struktur kedua kelompok bakteri tersebut (Kurniasih, 2021).
Nuruwe dkk (2020) pada penelitiannya memperoleh 17 isolat
yang termasuk kedalam kelompok bakteri gram negatif, dan 3 isolat
termasuk bakteri gram positif; dengan bentuk sel Monococus,
Staphylococcus dan Streptococcus. Wulansari dkk (2019) dalam

14
penelitiannya memperoleh 16 isolat bakteri endofit pada tanaman
bangle termasuk bakteri gram negatif dan gram positif; dengan
bentuk basil meliputi basil, basil rod dan basil yang berendospora.
Prihanto dkk (2018) dalam penelitiannya memperoleh bakteri gram
positif, setelah diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran
1000x. Bentuk selnya basil dan berwarna ungu.

15
2.2 Penelitian yang Relevan
Tabel 2.1. Penelitian yang relevan dan sudah dilaksanakan
No. Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil atau
Kesimpulan
1 Fanna Isolasi dan Uji Metode penelitian Ekstrak hasil isolasi
Veronita, Aktivitas dimulai dengan daun binahong diduga
Nanik Antibakteri maserasi sampel merupakan senyawa
Wijayati, Daun Binahong menggunakan flavonoid golongan
Sri Mursiti serta pelarut n-heksana auron. Esktrak daun
(2017) Aplikasinya dan etanol, isolasi binahong memiliki
sebagai Hand menggunakan daya hambat terhadap
Sanitizer pelarut etil asetat bakteri E. coli dan S.
dan air. Identifikasi aureus. Sedangkan
senyawa flavonoid hand sanitizer daun
menggunakan binahong memiliki
spektrofotometer aktivitas antibakteri
Forier Transform terhadap E. coli dan
Infrared (FT-IR) tidak memiliki daya
dan hambat terhadap
spektrofotometer bakteri S. aureus.
Ultra Violet Visible
(UV-Vis)
2 Yuszda K. Identifikasi Ekstrak serbuk Uji fitokimia ekstrak
Salimi, Senyawa Aktif daun binahong daun binahong positif
Nurhayati dan Uji dengan pelarut mengandung senyawa
Bialangi, Toksisitas metanol. Teknik aktif flavonoid,
Rahma Ekstrak Daun yang digunakan steroid, terpenoid dan
Tomayahu Binahong adalah maserasi. saponin. Uji toksisitas
(2014) (Anredera Ekstrak metanol menunjukan bahwa
cordifolia Ten. dipekatkan dan ekstrak metanol daun
Steenis) dengan difraksinasi, binahong bersifat
Metode Brine dilakukan uji toksik dengan nilai
Shrimp fitokimia dan uji LC50≤1000 ppm
Lethality Test toksisitas Analisis (447,96 ppm)
data dengan
analisis probit
menggunakan
program MC excel
3 Windi Isolasi,Identifik Pemisahan Hasil isolasi dan
Susmayanti asi dan Uji dilakukan dengan identifikasi dari daun
,Enny Sitotoksik metode binahong (Anredera
Fachriyah, Senyawa kromatografi lapis cordiforlia (Tenns)
Dewi Flavonoid dari tipis (KLT), Stennis) diperoleh
Kusrini Ekstrak Etil Kromatografi senyawa flavonoid

16
(2012) Asetat Daun kolom, KLT golongan Auron yaitu
Binahong Preparatif.Pengujia 4’,6,7 Trihidroksi
(Anredera n kemurnian Auron. Hasil uji
Cordifolia dilakukan KLT dan sitotoksik dengan
(Tenns) Stennis) KLT 2 dimensi. metode BSLT
Analisis dilakukan menunjukkan berbagai
dengan analisis aktivitas. Ekstrak n-
spektrometri UV- heksana, ekstrak etil
Vis dengan asetat dan ekstrak
pereaksi geser, etanol tidak bersifat
sedangkan toksik sedangkan hasil
pengujian fraksi B memiliki
sitotoksik aktivitas sebagai
menggunakan antibakteri.
BSLT (Brine
Shrimp Lethality
Test).
4 Adityawar Isolasi, Penelitian Sebanyak 4 dari 42
man, Identifikasi dan deskriptif- isolat memiliki potensi
Mahyarudi Aktivitas eksploratif. Isolasi sebagai antibakteri
n, Effiana Antibakteri bakteri endofit dari terhadap pertumbuhan
(2019) Bakteri Endofit daun pegagan bakteri Escherichia
Daun Pegagan (C.asiatica L.) coli. Isolat 16
(Centella menggunakan memiliki kemampuan
asiatica L.) metode tanam tertinggi yaitu dengan
terhadap langsung, potensi zona hambat 6,5 mm.
Escherichia coli antibakteri diuji isolat 16 memiliki
dengan metode kemiripan dangan
difusi cakram. genus Pseudomonas.
Identifikasi bakteri
endofit dilakukan
dengan pengamatan
morfologi koloni,
morfologi sel dan
uji biokimia.
5 Chindy Isolasi dan Uji Metode yang Memperoleh sebanyak
Achika Antibakteri dari digunakan dalam tujuh isolat bakteri
Rori, Febby Bakteri Endofit penelitian ini yaitu endofit yang diisolasi
Ester Fany Tumbuhan deskriptif dari
Kandou, Mangrove eksploratif tumbuhan A. marina.
Agustina Avicennia yaitu dengan Uji potensi antibakteri
Monalisa marina melakukan isolasi menunjukkan dua
Tangapo bakteri dari isolat bakteri endofit
(2020) tumbuhan berpotensi sebagai
mangrove A. antibakteri terhadap
marina dan bakteri uji E. coli.

17
melakukan
pengujian potensi
antibakteri dari
isolat bakteri
endofit. Hasil

6 Imas Isolasi Dan Penelitian Karakterisasi


Afriani, Fifi Karakterisasi dilakukan dengan morfologi bakteri
Puspita, Morfologi Dan metode ekplorasi endofit memiliki
Muhammad Fisiologi dan observasi. beberapa kesamaan
Ali Bakteri Endofit Penentuan lokasi satu sama lain, tetapi
Dari Tanaman pengambilan ada perbedaan pada
Buah Naga sampel yaitu secara tepi koloni morfologi.
Merah purposive Dua isolat memiliki
(Hylocereus sampling. Isolasi tepi yang rata dan tiga
Polyrhizus) dilakukan dengan isolat memiliki tepi
metode gores bergelombang.
(streak), karakterisasi fisiologi
karakterisasi dari bakteri
bakteri endofit menunjukkan reaksi
dilakukan secara positif pada masing-
morfologi masing isolat, tetapi
(makroskopis & ada perbedaan pada uji
mikroskopis) dan motilitas dan uji indol.
fisiologi. Dua isolat
menunjukkan motil
dan uji indol positif,
sedangkan tiga isolat
lainnya menunjukkan
non-motil dan uji indol
negatif. Berdasarkan
kesamaan morfologi
dan fisiologis bakteri
endofit, dapat
diasumsikan bakteri
termasuk ke dalam
Genus Bacillus dan
Corynebacterium.
7 Fachrin Produk Permen Rancangan Acak penilaian
Imran, Sri Jelly Dari Filtrat Lengkap Faktorial organoleptik produk
Wahyuni, Daun Binahong (RALF) dengan 2 permen jelly daun
RH. Fitri Merah faktor yaitu Binahong merah
Faradilla (Andredera konsentrasi filtrat yang meliputi uji
(2021) cordifora (Ten.) Binahong dan suhu.
deskriptif dan uji
Steenis) Sebagai Variabel
Alternatif pengamatan terdiri hedonik berpengaruh
nyata terhadap faktor

18
Permen Sehat penilaian perlakuan yang
Berantioksidan organoleptik yang digunakan. Hasil
meliputi uji Afektif analisis antioksidan
(hedonik) dan uji menunjukkan bahwa
deskriptif aktivitas antioksidan
(karakteristik)
permen jelly
meliputi warna,
aroma, rasa, tekstur tergolong lemah
(kekenyalan) dan dimana perlakuan
keseluruhan A2B2 memiliki nilai
(overall), analisis persentasi inibisi
kadar air dan kadar pada kosentrasi 100
abu menggunakan ppm (14,432%), 200
metode ppm (22,727%), 400
thermogravimetri ppm (38,636%), 600
dan uji aktivitas ppm (43,068,) dan
antioksidan 800 ppm (52,159%)
menggunakan
dengan nilai IC50
metode DPPH
sebesar 519,98 ppm.
8 Pratiwi Potensi Perasan Metode Perasan daun binahong
Trisunuwati Daun Binahong experimental murni (Anredera cordifolia
,Endang (Anredera dengan RAL (Ten.) Steenis) dengan
Setyowati cordifolia) dengan empat konsentrasi 100%
sebagai perlakuan (P0, P1, (tanpa campuran)
Antibakterial P2, P3) dan 5 memiliki kemampuan
pada Kultur ulangan. Uji daya menghambat bakteri
Media Bakteri hambat anti bakteri Staphylococcus aureus
Staphylococcus perasan daun dan Escherichia coli
aureus dan binahong lebih baik dibanding
Esherichia coli (Anredera dengan iodip 10%
Penyebab cordifolia) terhadap sekaligus memiliki
Mastitis Klinis bakteri nilai daya hambat
Penyebab Staphylococcus dengan kategori kuat
Mastitis Sapi aureus dan (>6mm) dan
Perah Esherichia coli merupakan perlakuan
menggunakan terbaik.
metode sumuran.

19
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada September 2022. Pengambilan sampel dilakukan
di Oebobo, Tofa dan Penfui. Isolasi dan karakterisasi bakteri endofit, dilakukan
di Laboratorium F-MIPA Universitas Widya Mandira Kupang.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah erlemeyer, tabung reaksi, rak
tabung reaksi, cawan petri, gelas beaker, gelas ukur, timbangan analitik, hot
plate, laminar air flow, autoklaf, inkubator, colony counter, vortex, mikro pipet,
blue tip, mikrotube, bunsen, batang pengaduk, jarum ose, spreader, pipet ukur,
kaca objek, spatula, mikroskop, mortar, alu, cool box, gunting, pinset, pensil,
kamera.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Binahong, alkohol 70
%, Natrium Hipoklorit (NaOCl), akuades, kapas, kasa, tissue, kertas label, plastik
wrap, plastik anti panas, plastik steril, alumunium foil, spiritus, minyak imersi,
Media isolasi bakteri endofit yaitu medium Nutrien Agar, bahan pewarnaan gram
(safranin,iodin, alkohol 95 % dan kristal violet).
3.3 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang dilakukan melalui
pengamatan morfologi dari hasil isolasi daun binahong dengan metode spread
plate dan hasil karakterisasi isolat bakteri endofit.
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Tahap Persiapan
Peneliti melakukan beberapa persiapan sebelum melakukan penelitian.
Persiapan yang dilakukan adalah :

20
a. Alat dan Bahan
Pada tahap ini dilakukan persiapan alat dan bahan yang digunakan
dalam penelitian.
b. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
melakukan pengamatan langsung ke lokasi. Hal ini dilakukan untuk
memperoleh berbagai informasi dan data yang aktual serta dapat
memahami situasi dan kondisi dinamis objek penelitian (Marlina,
2019). Pada tahap ini peneliti melakukan observasi langsung ke tiga
lokasi pengambilan sampel daun binahong untuk mengetahui langsung
keadaan lapangan dan memastikan adanya binahong.
3.4.2 Sterilisasi Alat
a. Disiapkan alat yang akan disterilkan
b. Tabung reaksi dan erlenmeyer disumbat menggunakan kapas dan kasa,
kemudian dibungkus dengan plastik anti panas
c. Cawan petri dan peralatan lainnya yang terbuat dari kaca dibungkus
dengan koran dan dilapisi dengan plastik anti panas
d. Dimasukan alat-alat tersebut kedalam autoklaf, disterilkan selama 15
menit pada suhu 121°C dengan tekanan 1 atm (Irdawati dkk, 2017).
3.4.3 Pengambilan Sampel
a. Diambil sampel daun binahong menggunakan gunting steril
b. Sampel daun yang diambil yaitu daun binahong berwarna merah dan
yang sudah tua
c. Dimasukan sampel kedalam plastik steril dan diberi kode sesuai tempat
pengambilan sampel lalu disimpan kedalam cool box (Rori dkk, 2020).
d. Sampel daun binahong dibawa ke laboratorium F-MIPA Unwira untuk
dianalisis.

21
3.4.4 Pembuatan Media
Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media Nutrient Agar.
Pembuatan media NA dilakukan berdasarkan prosedur yang dilakukan
(Alcamo, 1998) dalam (Irdawati dkk, 2017) yaitu sebagai berikut :
a. Diambil media Nutrient Agar lalu ditimbang sebanyak 24 g kemudian
dilarutkan dalam 1000 ml aquades pada erlenmeyer
b. Dipanaskan media diatas hot plate dan diaduk dengan batang pengaduk
hingga homogen
c. Setelah itu ditutup rapat dengan menggunakan kapas dan kasa kemudian
dibungkus dengan alumunium foil
d. Media disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 121°C selama 15
menit
e. Media Nutrient Agar dituang kedalam cawan petri sebanyak 15 ml, dan
didiamkan sampai memadat.
3.4.5 Isolasi dan Pemurnian Bakteri Endofit
a. Diambil sampel daun binahong lalu dicuci dengan air mengalir hingga
bersih
b. Ditiriskan sampel diatas tisu steril, kemudian sampel dipotong-potong
lalu ditimbang sebanyak 25 g
c. Setelah ditimbang, sampel disterilisasi secara bertahap dengan cara
direndam dalam alkohol 70 % selama 2 menit, kemudian direndam
dengan natrium hipoklorit selama 3 menit, direndam kembali dengan
alkohol selama 30 detik dan terakhir dibilas dengan akuades steril
sebanyak 3 kali selama 1 menit
d. Dikeringkan sampel diatas tisu steril (Rori dkk, 2020 ; Irdawati dkk,
2017).
e. Kemudian sampel dihaluskan menggunakan mortar dan alu secara
aseptis

22
f. Dimasukan sampel kedalam 225 ml NaCl fisiologis dalam erlenmeyer
sebagai pengenceran 10-1, kemudian sampel divortex hingga homogen
g. Disiapkan tabung reaksi lalu diisi dengan 9 ml NaCl fisiologis dan
diberi label pada setiap tabung 10-2, 10-3, 10-4
h. Diambil 1 ml dari pengenceran 10-1 dan dilakukan pengenceran
bertingkat ke 10-2, 10-3, 10-4 secara aseptis
i. Setiap pengenceran divorteks terlebih dahulu, kemudian diambil 0,1 ml
dari setiap tabung reaksi 10-2, 10-3, 10-4 menggunakan mikropipet
j. Dimasukan sampel kedalam cawan petri yang berisi media Nutrient
Agar dan disebar menggunakan spreader, lalu diinkubasi pada suhu
30°C selama 24 jam dalam inkubator
k. Bakteri yang tumbuh diambil 1 ose menggunakan jarum ose dan
dimurnikan pada media Nutrient Agar baru
l. Diinkubasi selama 24 jam pada suhu 30°C untuk mendapatkan koloni
tunggal (Ramadhani dkk, 2017 ; Hamtini, 2021 ; Aqlinia dkk, 2020).
3.4.6 Peremajaan Bakteri Endofit
Peremajaan bakteri dilakukan dengan tujuan agar bakteri awal yang
merupakan biakan induk yang masih dalam keadaan dorman menjadi
biakan segar sehingga ketika digunakan bakteri dalam keadaan segar.
Peremajaan bakteri dilakukan dengan cara :
a. Biakan bakteri endofit diambil satu ose dan diinokulasikan pada tabung
reaksi yang berisi media Nutrient Agar berbentuk agar miring secara
aseptis, dan digores secara zig-zag dari dasar kemiringan agar kearah
atas
b. Diinkubasi selama 24 jam dalam inkubator pada suhu 30°C.

23
3.4.7 Karakterisasi Isolat Bakteri Endofit
a. Makroskopik
Karakterisasi makroskopik dilakukan dengan mengamati koloni bakteri
yang tumbuh diatas permukaan media agar seperti bentuk, warna,
elevasi dan tepi koloni (Aqlinia dkk, 2020).
b. Mikroskopik
1) Kaca objek disterilkan dengan cara diusapkan alkohol lalu difiksasi
diatas api bunsen
2) Isolat bakteri endofit diambil satu jarum ose secara aseptis dan
disuspensikan dengan aquades steril yang ada di atas kaca objek
3) Preparat difiksasi di atas api bunsen dengan cara melewatkan 3-4
kali sampai kering.
4) Preparat ditetesi dengan larutan crystal violet dan didiamkan selama
1 menit, kemudian dicuci dengan aquades steril lalu dikering
anginkan.
5) Preparat ditetesi dengan larutan iodine dan didiamkan selama 1
menit, kemudian dicuci dengan aquades steril lalu dikering
anginkan.
6) Preparat ditetesi dengan larutan alkohol 96% didiamkan selama 30
detik kemudian dicuci dengan aquades steril lalu dikering anginkan.
7) Preparat ditetesi dengan larutan safranin dan didiamkan selama 2
menit, kemudian dicuci dengan aquades steril lalu dikering
anginkan.
8) Diamati dibawah mikroskop (Irdawati dkk, 2017; Pulungan dkk,
2018).
3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini, dianalisis secara deskriptif yang
dimana hasil karakteristik dari masing-masing isolat dibuat dalam bentuk tabel
dan gambar.

24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Isolasi Bakteri Endofit dari Daun Binahong
Isolasi bakteri endofit yang diperoleh dari penelitian ini berasal dari sampel
daun binahong yang diambil secara acak dari tiga titik yang berbeda yakni
Penfui, Tofa dan Oebobo. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan bakteri endofit
yang beranekaragam. Dalam penelitian ini menggunakan daun binahong yang
tua, hal ini disebabkan karena daun tua memiliki kemampuan yang lebih besar
untuk mensintesis senyawa bioaktif. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Felicia dkk. (2017) menyatakan bahwa daun alpukat tua
mengandung kadar flavonoid yang lebih tinggi dibandingkan daun alpukat muda;
dan penelitian yang dilakukan oleh Gultom dkk. (2020) menyatakan hasil analisis
GC-MS pada daun kirinyuh tua sebanyak 22 senyawa bioaktif dan daun kirinyu
muda 13 senyawa bioaktif.
Penelitian ini terlebih dahulu disterilisasi permukaan daun. Sterilisasi
dilakukan dengan tujuan agar tidak ada bakteri kontaminan. Berdasarkan
penelitian Sagita dkk. (2017), menyatakan sterilisasi permukaan sangat penting
dalam mencari bakteri endofit daun agar tidak terkontaminasi oleh
mikroorganisme lain yang bukan endofit. Habibah dkk. (2013) menyatakan
sterilisasi permukaan harus dilakukan agar memperoleh hasil yang baik karena
jika tidak steril maka kultur in vitro tidak dapat diperoleh.
Sampel binahong yang telah disterilkan kemudian dihancurkan dengan
menggunakan mortar dan alu dalam keadaan aseptis, lalu ditumbuhkan pada
media Nutrient Agar dan diinkubasi pada suhu 30°C selama 24 jam. Penelitian
ini menggunakan media Nutrient Agar karena media tersebut merupakan salah
satu media yang umum dan mengandung komponen dasar yang dibutuhkan
untuk menumbuhkan bakteri. Menurut Magharaniq dkk. (2014) menyatakan
bahwa media Nutrient Agar merupakan media kaya yang terdiri atas yeast

25
extract, pepton, NaCl dan agar. Bakteri endofit dapat hidup pada media Nutrient
Agar dikarenakan sifat media yang kompleks. Hasil jumlah isolat bakteri endofit
pada daun binahong seperti yang disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Jumlah isolat bakteri endofit yang diperoleh dari daun Binahong

Kode sampel Jumlah isolat


daun binahong
BP 9
BT 6
BO 4
Total Isolat 19
Ket : BP : Binahong yang diambil dari Penfui
BT : Binahong yang diambil dari Tofa
BO : Binahong yang diambil dari Oebobo
Berdasarkan data pada Tabel 4.1. hasil penelitian menunjukan bahwa ketiga
sampel daun binahong memberikan jumlah bakteri endofit yang beragam. Jumlah
hasil isolat binahong yang diambil dari Penfui lebih banyak daripada isolat
binahong yang diambil dari Tofa dan Oebobo, hal ini disebabkan karena kondisi
binahong Penfui memiliki struktur tanah yang baik dan gembur, dan juga
memiliki ukuran daun yang lebih lebar dan panjang. Sedangkan di binahong Tofa
dan Oebobo berada di kondisi tanah yang kering dan memiliki ukuran daun yang
lebih kecil. Perbedaan jumlah isolat bakteri endofit ini juga disebabkan oleh
kemampuan dari masing-masing strain endofit dalam menempati relung atau
habitatnya masing-masing sehingga populasi endofit diantara bagian tanaman
saling berbeda. Adanya variasi bakteri endofit yang ditemukan menunjukan
bahwa habitat dari endofit menentukan kelimpahan populasi endofit di dalam
jaringan tanaman.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa isolat bakteri endofit dari daun
binahong memiliki isolat yang lebih banyak yaitu sebanyak 19 isolat jika
dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nursulistyarini & Ainy

26
(2011) pada isolasi bakteri endofit daun binahong dilaporkan hanya memiliki 9
isolat bakteri endofit dan penelitian yang dilakukan oleh Carion (2021) pada
identifikasi bakteri endofit daun binahong diperoleh 8 isolat bakteri endofit.
Perbedaan jumlah isolat yang dihasilkan dipengaruhi oleh faktor lingkungan
seperti umur tanaman dan tempat tumbuh tanaman binahong. Hal ini didukung
oleh Yandila dkk. (2018) yang menyatakan bahwa tanaman dengan jenis yang
sama memiliki kandungan bakteri endofit yang berbeda. Bakteri endofit yang
berasosiasi pada tanaman dipengaruhi oleh genotipe tanaman, umur tanaman dan
bagian tanaman yang digunakan sebagai sumber bakteri endofit.
Bakteri endofit yang berasosiasi dengan binahong dapat menghasilkan
senyawa metabolit sekunder dan berpotensi sebagai senyawa bioaktif seperti
flavonoid dikarenakan bakteri endofit dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman
serta merangsang pertumbuhan tanaman dan memproduksi hormon pertumbuhan
seperti auksin, sitokinin dan giberelin.
Isolasi bakteri endofit dari daun binahong dilakukan dengan mengambil hasil
gerusan daun binahong yang telah disterilkan permukaannya dan disebarkan pada
media Nutrient agar. Hasil isolasi bakteri endofit pada daun binahong dapat
dilihat pada gambar 4.1.
Isolat BP Isolat BT Isolat BO

Gambar 4.1. Hasil isolasi bakteri endofit dari daun binahong


Keterangan : BP (Binahong yang diambil dari Penfui)
BT (Binahong yang diambil dari Tofa)
BO (Binahong yang diambil dari Oebobo)

27
Berdasarkan Gambar 4.1. dapat dilihat secara makroskopis, isolat mempunyai
ciri-ciri : koloni tumbuh berbentuk bulat, adapula yang tidak teratur dan
menyebar disekeliling medium, tepinya bergerigi dan tidak beraturan, ada koloni
yang rata dengan permukaan medium, adapula yang timbul diatas permukaan
medium; memiliki permukaan yang halus; warna koloni putih susu dan warna
cream. Isolat bakteri yang tumbuh pada media tersebut menandakan bahwa
bakteri endofit dapat diisolasi pada daun binahong. Hal ini menunjukan bahwa
daun merupakan salah satu tempat kolonisasi dan jalur invasi bakteri. Menurut
(Compant dkk., 2010 dalam Tangapo 2020) jumlah kerapatan populasi bakteri
pada daun adalah 103-104 cfu/g, hal ini memungkinkan untuk dapat mengisolasi
bakteri dari daun. Pada penelitian Adityawarman dkk. (2019), ditemukan
sebanyak 42 isolat murni bakteri endofit pada daun pegagan (Centella asiatica
L.). Selain itu, penelitian Irdawati dkk. (2017) menggunakan daun salam
(Zyzygium polyanthum Wight) ditemukan sebanyak 11 isolat bakteri endofit dan
penelitian Setianah dkk. (2021) ditemukan isolat bakteri endofit pada daun
Ciplukan (Physalis angulata L.) sebanyak 8 isolat, hal ini menunjukan bahwa
adanya keragaman bakteri yang terdapat pada daun.
Keragaman bakteri endofit pada tumbuhan dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, seperti faktor lingkungan, perbedaan jenis tanaman, tipe jaringan dan
waktu pengambilan sampel. Bakteri endofit memiliki sifat yang sangat unik
dimana fisiologi tumbuhan yang berasal dari spesies yang sama namun tumbuh
pada lingkungan yang berbeda, maka bakteri endofit yang dihasilkan akan
berbeda pula sesuai kondisi lingkungannya.
4.2 Karakterisasi Bakteri Endofit dari Daun Binahong
a. Karakterisasi Makroskopis
Pengamatan karakteristik morfologi koloni bakteri secara makroskopis
adalah pengamatan yang dilakukan dengan melihat morfologi luar isolat
bakteri. Pengamatan makroskopis ini meliputi bentuk, tepi, elevasi dan
warna. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa jumlah isolat bakteri pada

28
ketiga sampel mempunyai ciri-ciri yang hampir sama, dapat dilihat pada
Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Karakterisasi morfologi isolat koloni bakteri endofit
dari daun binahong

Isolat Kode Morfologi


Bakteri Isolat
Bentuk Tepi Elevasi Warna
Endofit
BP1 Bulat Beraturan Datar Cream
BP2 Tidak teratur Tidak teratur Timbul Cream
BP BP3 Tidak teratur Bergerigi Timbul Putih susu
BP4 Bulat Beraturan Datar Putih susu
BP5 Bulat Beraturan Datar Putih susu
BP6 Bulat Tidak teratur Cembung Cream
BP7 Bulat Beraturan Datar Cream
BP8 Bulat Bergerigi Cembung Cream
BP9 Bulat Beraturan Cembung Putih susu
BT1 Bulat Beraturan Datar Cream
BT2 Bulat Beraturan Datar Cream
BT3 Tidak teratur Bergerigi Cembung Cream
BT BT4 Bulat Tidak teratur Datar Kuning
BT5 Tidak teratur Bergerigi Cembung Kuning
BT6 Bulat Beraturan Datar Cream
BO1 Bulat Beraturan Datar Putih susu
BO BO2 Bulat Tidak teratur Timbul Cream
BO3 Tidak teratur Bergerigi Cembung Cream
BO4 Tidak teratur Tidak teratur Cembung Putih susu
Ket : BP (Binahong yang diambil dari Penfui)
BT (Binahong yang diambil dari Tofa)
BO (Binahong yang diambil dari Oebobo)

29
Berdasarkan data pada Tabel 4.2 hasil pengamatan morfologi isolat
bakteri endofit yang diambil dari Penfui menunjukan presentase morfologi
bentuk bakteri endofit sebagian besar bulat (78 %), tepian beraturan (56 %),
elevasi datar (45 %) dan warna cream (56 %). Pengamatan morfologi isolat
bakteri endofit yang diambil dari Tofa menunjukan presentase morfologi
bentuk bakteri endofit sebagian besar bulat (67 %), tepian beraturan (50 %),
elevasi datar (67 %), dan warna cream (67 %). Pengamatan morfologi isolat
bakteri endofit yang diambil dari Oebobo menunjukan presentase morfologi
bentuk bakteri endofit yang sama yaitu bulat (50 %) dan tidak teratur (50 %),
tepian beraturan (50 %), elevasi cembung (50 %), dan warna yang sama yaitu
cream (50 %) dan putih susu (50 %).

Gambar 4.2. Persentase Morfologi Karakteristik Makroskopik


Binahong yang diambil dari Penfui

Gambar 4.3. Persentase Morfologi Karakteristik Makroskopik


Binahong yang diambil dari Tofa

30
Gambar 4.4. Persentase Morfologi Karakteristik Makroskopik
Binahong yang diambil dari Oebobo
Menurut Bhore & Sathisha (2010), keragaman jenis bakteri endofit pada
suatu tanaman dipengaruhi oleh kondisi pertumbuhan tanaman. Tanaman dengan
jenis yang sama dapat memiliki jenis bakteri endofit yang berbeda. Hal tersebut
dikarenakan beberapa tanaman memiliki bakteri endofit yang spesifik dan khas
menghuni tanaman tersebut. Warna koloni bakteri yang bervariasi disebabkan
karena adanya pigmen-pigmen karatenoid, antosianin, melanin, tripitilmethenes
dan fenazin yang dihasilkan bakteri endofit. Keberadaan pigmen pada suatu
bakteri dapat dilihat pada warna koloni bakteri (Savitri, 2006 dalam Safrida dkk.,
2012).
b. Karakterisasi Mikroskopis
Karakterisasi mikroskopis yaitu pengamatan bakteri yang dilakukan
dibawah mikroskop dan dilakukan dengan beberapa langkah awal agar bisa
mengamati bakteri tersebut. Struktur mikroskopis yang diamati meliputi
bentuk sel dan formasi isolat sel, serta reaksi-reaksi pengecetan. Pengamatan
ini dilakukan dengan perbesaran 1000x pada mikroskop dengan
ditambahkannya minyak imersi. Hasil yang diperoleh isolat bakteri endofit
tersebut berbentuk gram positif dan gram negatif. Hasil pengamatan
morfologi sel pada isolat bakteri endofit daun binahong dapat dilihat pada
Tabel 4.3

31
Tabel 4.3. Hasil uji pewarnaan gram pada isolat bakteri endofit daun
binahong

Isolat Morfologi Bentuk Sel


Bakteri No Kode
Gambar
Endofit Isolat
Bentuk Sel Gram

1. BP1 Basil +

BP
2. BP2 Coccus ˗

3. BP3 Basil +

4. BP4 Basil ˗

5. BP5 Basil ˗

32
6. BP6 Coccus ˗

7. BP7 Coccus ˗

8. BP8 Basil +

9. BP9 Coccus ˗

1. BT1 Basil ˗

BT

2. BT2 Basil +

33
3. BT3 Coccus ˗

4. BT4 Basil ˗

5. BT5 Basil ˗

6. BT6 Coccus ˗

1. BO1 Basil ˗

BO

2. BO2 Coccus ˗

3. BO3 Basil +

34
4. BO4 Coccus +

Ket : BP (Binahong yang diambil dari Penfui Penfui)


BT (Binahong yang diambil dari Penfui Tofa)
BO (Binahong yang diambil dari Penfui Oebobo)

Berdasarkan hasil uji pewarnaan gram pada isolat bakteri endofit dari
daun binahong pada tabel 4.3 digolongkan kedalam bakteri gram positif (+)
dan gram negatif (˗). Hasil pewarnaan gram ini diperoleh 6 isolat yang
termasuk kedalam kelompok bakteri gram positif (+) yaitu sampel dengan
kode isolat BP1, BP3, BP8, BT2, BO3 dan BO4. Sedangkan 13 isolat
termasuk dalam kelompok bakteri gram negatif (˗) yaitu sampel dengan kode
isolat BP2, BP4, BP5, BP6, BP7, BP8, BT1, BT3, BT4, BT5, BT6, BO1 dan
BO2. Pernyataan ini didukung oleh Pulungan & Tumangger (2018), yang
menyatakan bahwa bakteri gram negatif mengandung lipid atau substansi
seperti lemak dalam presentasi lebih tinggi daripada yang dikandung bakteri
gram positif. Dinding sel bakteri gram negatif juga lebih tipis daripada
dinding sel bakteri gram positif. Sedangkan bakteri gram positif nampak
berwarna violet setelah diberi pewarna gram. Hal ini menunjukkan bahwa
dinding sel bakteri gram positif memiliki peptidoglikan yang tebal sehingga
menolak dekolorisasi dan tetap mempertahankan warna kristal violet.
Pewarnaan gram bertujuan untuk membedakan bakteri gram positif
dan negatif. Lay (1994) mengatakan bahwa perbedaan hasil pewarnaan gram
disebabkan oleh adanya perbedaan struktur dinding sel kedua kelompok
bakteri tersebut yang menyebabkan terjadinya perbedaan reaksi permeabilitas
zat pewarna. Bakteri gram positif adalah bakteri yang menolak dekolorisasi
dan mempertahankan kompleks zat warna yodium primer yang tampak
berwarna ungu. Bakteri ini memiliki dinding amorf yang relatif tebal dan

35
asam protoplasma lebih banyak yang diyakini mampu mempertahankan
pewarna violet dan kompleks yodium di dalam sel (Parija, 2012). Bakteri
gram negatif didekolorisasi oleh pelarut organik dan menyerap counterstain
sehingga tampak berwarna merah. Agen dekolorisasi, seperti aseton atau
etanol, yang digunakan selama pewarnaan mengganggu amplop membran
bakteri gram negatif, akibatnya zat warna dan yodium kompleks tercuci dari
dinding bakteri gram negatif.
Hal yang mempengaruhi keberhasilan pada pewarnaan gram bakteri
adalah usia biakan bakteri yaitu 24 jam, pengolesan bakteri yang baik, yakni
tidak terlalu tebal atau tidak terlalu tipis, biakan akan tetap melekat pada kaca
preparat selama pencucian yang berulang-ulang, dan sel-selnya tidak berubah
bentuk setelah fiksasi dan pewarnaan gram. Kesalahan dalam pengolesan
bakteri jika olesannya terlalu tebal, maka sel-sel bakteri akan bertumpang
tindih, sehingga pada saat pengamatan bagian selnya tidak bisa teramati
dengan jelas dibawah mikroskop. Apabila terlalau tipis, hal yang
dikhawatirkan adalah akan ada banyak sel yang hilang akibat pencucian,
selain itu mengingat kecilnya sel bakteri sehingga akan menyulitkan dalam
pengamatan. Selain itu kesalahan juga dapat terjadi pada saat pembuatan
preparat jika ose yang digunakan untuk mengambil bakteri masih terlalu
panas sehingga dinding bakteri akan pecah dan mengakibatkan bakteri tidak
berbentuk.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

36
1. Terdapat bakteri endofit pada daun binahong, yaitu sebanyak 19 isolat bakteri
endofit. 9 isolat dari Penfui dengan kode isolat BP1, BP2, BP3, BP4, BP5,
BP6, BP7, BP8 dan BP9. 6 Isolat dari Tofa dengan kode isolat BT1, BT2,
BT3, BT4, BT5 dan BT6. 4 isolat dari Oebobo dengan kode isolat BO1,
BO2, BO3 dan BO4.
2. Karakteristik isolat bakteri endofit yang terdapat pada daun binahong
memiliki ciri morfologi yang berbeda. Dari ketiga sampel daun binahong
memiliki bentuk yang bulat dan tidak beraturan. Elevasi pada binahong
Penfui dan Oebobo memiliki elevasi yang datar, timbul dan cembung;
sedangkan pada Tofa elevasinya datar dan cembung. Tepi koloninya semua
sampel memiliki tepi yang beraturan, tidak teratur dan bergerigi. Warna
koloni pada sampel binahong Penfui dan Oebobo memiliki warna cream dan
putih susu, sedangkan pada Tofa memiliki warna cream dan kuning. Pada
pengamatan makroskopis memiliki bentuk basil dan coccus, gramnya positif
dan negatif.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada daun binahong atau pada akar
dan batang binahong untuk mendapatkan kemungkinan bakteri endofit yang
lebih bervariasi.
2. Perlu dilakukan pengujian lanjutan untuk mengetahui karakteristik biokimia
dari isolat bakteri endofit untuk dapat mengidentifikasi jenis bakteri
3. Perlu dilakukan pengujian lanjutan tentang bakteri endofit penghasil
senyawa bioaktif pada daun binahong

DAFTAR PUSTAKA

Adityawarman, A., Mahyarudin, M., dan Effiana, E. 2019. Isolasi, Identifikasi dan
Aktivitas Antibakteri Bakteri Endofit Daun Pegagan (Centella asiatica L.)
terhadap Escherichia coli. Jurnal Cerebellum, 5(4B), 1569.

37
https://doi.org/10.26418/jc.v5i4b.44821
Afandy, M. F. 2020. Efek Ekstrak Daun Binahong pada Bakteri Staphylococcus
aureus dan Lactobacillus acidophilus.
Anggara, B. S.,Yuliani, dan Lisdiana, L. 2014. Isolasi Dan Karakterisasi Bakteri
Endofit Penghasil Hormon Indole Acetic Acid Dari Akar Tanaman Ubi Jalar
Isolation And Characterization Of Indole Acetic Acid-Producing Endophytic
Bacteria Of Sweet Potato Roots. Lenterabio, 3(3): 160–167.
Apriliani, R. D. P. 2015. Uji Efektivitas Ekstrak Segar Daun Binahong (Anredera
cordifollia) Terhadap Bakteri (Staphylococcus aureus) Secara In Vitro. Jurnal
Penelitian Dan Kajian Ilmiah Kesehatan, 1(2): 90–94.
Aqlinia, M., Sri, P., dan Wijanarka. 2020. Isolasi Bakteri Endofit Bangle (Zingiber
Cassumunar Roxb.) dan Uji Antibakteri Supernatan Crude Metabolit Sekunder
Isolat Potensial Terhadap Staphylococcus Aureus. Jurnal Akademika Biologi,
9(Vol. 9 No. 1 Januari 2020), 23–31.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/biologi/article/view/27742

Aulia, Jamiatul. 2019. “Identifikasi Bakteri Endofit Pada Tumbuhan Kawista (


Limonia Acidissima L.).”

Bhore, S. J and Sathisha, G. 2010. Screening of endophytic colonizing bacteria for


cytokinin-like compounds: crude cell-free broth of endophytic colonizing
bacteria is unsuitable in cucumber cotyledon bioassay. World Journal of
Agricultural Sciences. Sci, 6(4), 345-352.

Carion, O. D. F. L. 2021. Identifikasi dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Dari Daun
Binahong (Anredera cordifolia) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
aureus dan Escherichia coli. Skripsi. Jurusan Biologi, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Katolik Widya Mandira : Kupang.

Darsana, I. G. O., Besung, I N. K., dan Mahatmi, A. 2012. Potensi Daun Binahong
( Anredera Cordifolia ( Tenore ) Steenis ) dalam Menghambat Pertumbuhan
Bakteri Escherichia Coli secara In Vitro. 1(3), 337–351.

Desriani, U.M. Safira, M. Bintang, A. Rivai, dan P. Lisdiyanti. 2014. Isolasi dan
Karakterisasi Bakteri Endofit dari Tanaman Binahong dan Katepeng China.
Jurnal Kesehatan Andalas, 3(2): 89–93. https://doi.org/10.25077/jka.v3i2.33
Felicia, N., Widarta, I. W. R., Yusasrini, N. L. A., dan Et, A. 2017. Pengaruh ketuaan

38
daun dan metode pengolahan terhadap aktivitas antioksidan dan karakteristik
sensoris teh herbal bubuk daun alpukat (Persea americana Mill.). Ilmu Dan
Teknologi Pangan, 5(2), 85–94.
Fitrhriyah., Nur Lailli. 2015. Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Endofit Dari Rumput
Kebar (Biophytum Sp.) Sebagai Penghasil Senyawah Antibakteri Terhadap
Bakteri Eschericia coli Dan Staphyloccocus aureus. Skripsi. Jurusan Biologi,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulaba Malik Ibrahim:
Malang.
Fitri, L., Yasmin, Y. 2011. Isolasi dan Pengamatan Morfologi Koloni Bakteri
Kitinolitik. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi, Biologi Edukasi, 3 (2) : hal.20-25
Foeh, S. C. 2019. Potensi Bakteri Endofit Dalam Menekan Pertumbuhan
Phytophthora Palmivora ( Butler ) Secara In Vitro. 8(4): 388–398.
Gultom, E. S., Sakinah, M., dan Hasanah, U. 2020. Eksplorasi Senyawa Metabolit
Sekunder Daun Kirinyuh (Chromolaena odorata) dengan GC-MS. Jurnal
Biosains, 6(1), 23–26.
Habibah NA, Sumadi, Ambar A. 2013. Optimasi Sterilisasi Permukaan Daun dan
Eliminasi Endofit pada Burahol. Biosaintifika. 5 (2): 95-99

Hamtini, Syarah, A., dan Ira, N. 2021. Eksplorasi Bakteri Endofit dari Daun Namnam
( Cynometra cauliflora L .). Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan), 8,
137–144.

Idntimes. 2021. Lima Fakta Tanaman Binahong Merah, Tanaman Merambat Serba
Guna. https://www.idntimes.com/health/medical/bija-phussa-iskandar/cara-
mengolah-tanaman-binahong-merah-c1c2-1. Diakses Pada Tanggal 9 Desember
Pada Pukul 07.40 WITA
Imran, F., Wahyuni, S., Pertanian, F., dan Oleo, U. H. 2021. Produk Permen Jelly
dari Filtrat Daun Binahong Merah ( Andredera cordifora ( Ten .) Steenis )
sebagai Alternatif Permen Sehat Berantioksidan. 6(4), 4126–4140.
Iramadhan., Zika Atqiya. 2018. Isolasi Bakteri Endofit Dari Akar Tanaman Pletekan
(Ruellia tuberosa L) dan Uji Aktifitas Antibakteri. Skripsi. Jurusan Kimia,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universittas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
: Malang
Irdawati, Advinda, L., dan Angraini, F. 2017. Isolasi dan uji aktivitas antimikroba
bakteri endofit dari daun salam (Syzgium polyanthum Wight). BioScience, 1((2)),
62.

39
Kurniasih, Nelan. 2021. Keanekaragaman Koloni Bakteri Endofit Pada Daun Dan
Batang Tanaman Nampu (Homalomena javanica V.A.V.R.). Skripsi. Program
Studi Biologi, Fakultas Sains Dan Teknologi, Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara: Medan
Lay, B.W. 1994. Analisa Mikroba di Laboratorium. PT. Grafindo Persada, Jakarta.
Lubis, Ahmad Maulana. 2017. “Isolasi, Identifikasi Dan Uji Anti Bakteri Dari Bakteri
Endofit Pada Cincau Hijau Perdu (Premna Oblongifolia Merr).” Skripsi.
Magharaniq, U., Purwanto, S., Pasaribu, F. H., dan Bintang, M. 2014. Isolasi Bakteri
Endofit dari Tanaman Sirih Hijau ( Piper betle L .) dan Potensinya sebagai
Penghasil Senyawa Antibakteri. 1(1), 51–57.
Manik, Y., Fachriyah, E., dan Kusrini, D. 2013. Isolasi, Identifikasi dan Uji
Sitotoksik Senyawa Steroid dari Daun Binahong (Anredera cordifilia (Ten.)
Stennis). Jurnal Kimia Sains Dan Aplikasi, 16(1): 23.
https://doi.org/10.14710/jksa.16.1.23-26
Manoi F. 2009. Binahong (Anredera cordifolia) Sebagai Obat. Penelitian Dan
Pengembangan Tanaman Industri. Badan Penelitian Dan Pengembangan
Pertanian. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perkebunan, Indonesia. Bulletin
Warta Volume 15, No. 1, April 2009. 33 Hal.

Marlina. 2019. Asesmen Kesulitan Belajar. Prenadamedia Group. Jakarta

Milliana, A., dan Safitri, W. 2015. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Endofit Rimpang
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Sebagai Penghasil Senyawa
Antifungi Terhadap Candida albicans. El–Hayah, 5(2), 49.
https://doi.org/10.18860/elha.v5i2.3020
Nurslistyarini. F., dan Ainy. E.Q. 2011. Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Endofit
Penghasil Antibakteri Dari Daun Tanaman Binahong (Anredera Cordifolia
(Ten.) Steenis). Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS: 114–20.

Nuruwe, C., Matinahoru, J. M., dan Hadijah, M. H. 2020. Isolasi dan Identifikasi
Bakteri Endofit Beberapa Jenis Pohon Berhabitat Basah. Jurnal Budidaya
Pertanian, 16(1), 65–70. https://doi.org/10.30598/jbdp.2020.16.1.65
Parida, I., Damayanti, T. A., dan Giyanto, G. 2017. Isolasi, Seleksi, dan Identifikasi
Bakteri Endofit sebagai Agens Penginduksi Ketahanan Padi terhadap Hawar
Daun Bakteri. Jurnal Fitopatologi Indonesia, 12(6), 199.
https://doi.org/10.14692/jfi.12.6.199

40
Parija, S.C. 2012. Microbiology and Immunology Second Edition. Reed Elsevier
India Private Limited, New Delhi.
Plantamor. 2022. Direktori Nama Tumbuhan.
http://plantamor.com/species/info/anredera/cordifolia#gsc.tab=0. Diakses Pada
Tanggal 9 Desember Pada Pukul 07.55 WITA
Prahesti, D. A., Pujiyanti, S., dan Rukmi, M. I. 2018. Isolasi, Uji Aktivitas, dan
Optimasi Inhibitor a-Amilase Isolat Kapang Endofit Tanaman Binahong
(Anredera cordifolia (Ten.) Steenis). Jurnal Biologi, 7(1), 43–51.
Prihanto Asep Awaludin., Timur, H.D.L., Jaziri, A.A., Nurdiani, R., Pradarameswari,
K.A. 2018. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Endofit Mangrove Sonneratia alba
Penghasil Enzim Gelatinase dari Pantai Sendang Biru, Malang, Jawa Timur.
Jurnal Halal Indonesia. 1(1): 31-42.

Prihatiningtias, W., Sri, M., dan Wahyuningsih, H. 2006. Prospek Mikroba Endofit
Sebagai Sumber Senyawa Bioaktif Prospect of Endophyte As a Bioactive
Compound Source.
Pulungan, A. S., Tumangger, D. E. 2018. Isolasi Dan Karakterisasi Bakteri Endofit
Penghasil Enzim Katalase Dari Daun Buas-Buas (Premna pubescens Blume).
Jurnal Biologi Lingkungan, Industri, Kesehatan. Vol. 5. No. 1

Ramadhani, S. H., Samingan dan Iswadi 2017. Isolasi dan Identifikasi Jamur Endofit
pada Daun Jamblang (Syzygium cumini L). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Unsyiah, 2(1), 78–89.
Rori, C. A., Kandou, F. E. F., dan Tangapo, A. M. 2020. Aktivitas Enzim
Ekstraseluler dari Bakteri Endofit Tumbuhan Mangrove Avicennia marina.
Jurnal Bios Logos, 11(2), 48. https://doi.org/10.35799/jbl.11.2.2020.28338
Sabbathini, G. C., Pujiyanto, S., Wijanarka, dan Lisdiyanti, P. 2017. Isolasi dan
Identifikasi Bakteri Genus Sphingomonas dari Daun Padi (Oryza sativa) di Area
Persawahan Cibinong. Jurnal Akademika Biologi, 6(1), 59–64.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/biologi/article/view/19523
Safrida, Y. D., Cut, Y dan Cut, N. D. 2012. Isolasi dan karakterisasi bakteri
berpotensi probiotik pada ikan kembung (Rastrelliger sp.). Depik, 1(3), 200-203.
Sagita D, Suharti N, Azizah N. 2017. Isolasi Bakteri Endofit Dari Daun Sirih (Piper
betle L.) Sebagai Antibakteri Terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus. Jurnal Iptek Terapan 11(1): 65-74.
Salimi, Y. K., Bialangi, N., dan Tomayahu, R. 2014. Identifikasi Senyawa aktif dan

41
Uji Toksisitas Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)
dengan Metodi Brine Shrimp Lethality Test. In Jurnal Sainstek (Vol. 7, Issue 6,
pp. 536–544).
Sentul. 2021. Limabelas Manfaat Tanaman Binahong untuk Kesehatan Tubuh.
https://sentul.city/tag/nama-lain-daun-binahong/. Diakses Pada Tanggal 23 Juni
Pada Pukul 10.30 WITA

Setianah, H., Nugraheni, I.A., Wibowo, D.S. 2021. Aktivitas Antibakteri Isolat
Bakteri Endofit Asal Daun Ciplukan (Physalis angulata L.) Terhadap Bakteri
Eschericia coli dan Staphylococcus aureus. Jurnal Studi Kesehatan. Vol. 5. No.
1

Sianipar, G.W.S., Sartini., Riyanto. 2020. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Endofit
Pada Akar Pepaya (Carica papaya L.). Jurnal Ilmiah Biologi UMA. 2(2): 83-92

Suherlan, Ryan. 2022. Enam Manfaat Daun Binahong Bagi Kesehatan, Dapat
Menyembuhkan Berbagai Penyakit. https://kesehatan.kontan.co.id/news/6-
manfaat-daun-binahong-bagi-kesehatan-dapat-menyembuhkan-berbagai-
penyakit. Diakses Pada Tanggal 23 Juni Pada Pukul 10.15 WITA
Susmayanti, W., Fachriyah, E., dan Kusrini, D. 2012. Isolasi, Identifikasi dan Uji
Sitotoksik Senyawa Flavonoid dari Ekstrak Etil Asetat Daun Binahong
(Anredera Cordiforlia (Ten.) Stennis). Jurnal Kimia Sains Dan Aplikasi, 15(3),
88–93. https://doi.org/10.14710/jksa.15.3.88-93
Tangapo, A. M, 2020. Bakteri Endofit. Patra Media Grafindo. Bandung.

Trenggalekpedia. 2022. Manfaat Daun Binahong Merah untuk Kesehatan, Mampu


Obati Luka Bakar Hingga Ginjal.
https://trenggalekpedia.pikiran-rakyat.com/lifestyle/pr-1654609689/manfaat-
daun-binahong-merah-untuk-kesehatan-mampu-obati-luka-bakar-hingga-ginjal.
Diakses Pada Tanggal 23 Juni Pada Pukul 10.27 WITA

Trisunuwati, P., dan Setyowati, E. 2017. Potensi perasan Daun Binahong (Anredera
cordifolia) sebagai antibakterial pada kultur media bakteri Staphylococcus
aureus dan Esherichia coli penyebab mastitis klinis penyebab mastitis Sapi
Perah. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, 27(1), 18–27.
https://doi.org/10.21776/ub.jiip.2017.027.01.03
Veronita, F., Wijayati, N., dan Mursiti, S. 2017. Isolasi dan Uji Aktivitas Antibakteri
Daun Binahong Serta Aplikasinya Sebagai Hand Sanitizer. Indonesian Journal
of Chemical Science, 6(2), 138–144.

42
Wardhani, L. K., dan Sulistyani, N. 2012. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil
Asetat Daun Binahong (Anredera scandens (L.) Moq.) TERHADAP Shigella
flexneri Beserta Profil Kromatografi Lapis Tipis. Jurnal Pharmaciana, 2(1).
https://doi.org/10.12928/pharmaciana.v2i1.636
Wulansari, A., Aqlinia, M., Wijanarka, dan Raharjo, B. 2019. Isolasi Bakteri Endofit
dari Tanaman Bangle (Zingiber cassumunar Roxb.) dan Uji Aktivitas
Antibakterinya terhadap Bakteri Penyebab Penyakit Kulit Staphylococcus
epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa. Laboratorium Bioteknologi,
Departemen Biologi, Fakultas Sains Dan Matematika Universitas Diponegoro,
2(2), 25–36.
Yandila, S., Hilda Putri, D., dan Fifendy, M. 2018. Kolonisasi Bakteri Endofit Pada
Akar Tumbuhan Andaleh (Morus macroura Miq.). Bio-Site, 04(2), 61–67.
Yanti, D., Rahmawati, R., Kurniatuhadi, R. 2021. Karakteristik Morfologis dan
Fisiologis Bakteri Endofit Dari Akar Napas Tumbuhan Avicennia marina
(Fork.) Vierh di Mempawah Mangrove Park. Jurnal Biologi. 3(2): 166-183

L
43
A

Lampiran 1. Perhitungan Jumlah Koloni Bakteri


a. Sampel Binahong Penfui
 Pengenceran (10-2)
Pengenceran Cawan 1 Cawan 2 Cawan 3 Jumlah Koloni rata-rata

44
10-2 154 203 127 1,54+2,03+1,27
=
3
4,84
=
3
= 1,61
1 1 1
(1.)N =154 × −2 ( 2.) N = 203 × −2 (3.) N = 127 × −2
10 10 10
= 15,400 × 102 = 20,300 × 102 = 12,700× 102
= 1,54 × 104 = 2,03 × 104 = 1,27 × 104

 Pengenceran (10-3)
Pengenceran Cawan 1 Cawan 2 Cawan 3 Jumlah Koloni rata-rata
10-3 231 182 243 2,31+ 1,82+ 2,43
=
3
6,56
=
3
= 2,18
1 1 1
(1.)N =231 × −3 ( 2.) N = 182 × −3 (3.) N = 243 × −3
10 10 10
= 231,000 × 10 3
= 182,000 × 103 = 243,000× 103
= 2,31 × 105 = 1,82 × 105 = 2,43 × 105

 Pengenceran 10-4
Pengenceran Cawan 1 Cawan 2 Cawan 3 Jumlah Koloni rata-rata
10-4 248 162 146 2,48+1,62+1,46
=
3
5,56
=
3
= 1,85
1 1 1
(1.)N =248 × −4 ( 2.) N = 162 × −4 (3.) N = 146 × −4
10 10 10
= 2,480,000 × 10 4
= 1,620,000 × 104 = 1,460,000× 104
= 2,48 × 106 = 1,62 × 106 = 1,46 × 106
b. Sampel Binahong Tofa
 Pengenceran 10-2
Pengenceran Cawan 1 Cawan 2 Cawan 3 Jumlah Koloni rata-rata
10-2 175 123 154 1,75+1,23+1,54
=
3

45
4,52
=
3
= 1,50
1 1 1
(1.)N =175 × −2 ( 2.) N = 123 × −2 (3.) N = 154 × −2
10 10 10
= 17,500 × 102 = 12,300 × 102 = 15,400× 102
= 1,75 × 104 = 1,23 × 104 = 1,54 × 104
 Pengenceran 10-3
Pengenceran Cawan 1 Cawan 2 Cawan 3 Jumlah Koloni rata-rata
10-3 246 183 105 2,46+1,83+1,05
=
3
5,34
=
3
= 1,78
1 1 1
(1.)N =246 × −3 ( 2.) N = 183 × −3 (3.) N = 105 × −3
10 10 10
= 246,000 × 10 3
= 183,000 × 103 = 105,000× 103
= 2,46 × 105 = 1,83 × 105 = 1,05 × 105

 Pengenceran 10-4
Pengenceran Cawan 1 Cawan 2 Cawan 3 Jumlah Koloni rata-rata
10-4 209 176 169 2,09+1,76+1,69
=
3
5,54
=
3
= 1,84
1 1 1
(1.)N =209 × −4 ( 2.) N = 176 × −4 (3.) N = 169 × −4
10 10 10
= 2,090,000 × 10 4
= 1,760,000 × 104 = 1,690,000× 104
= 2,09 × 106 = 1,76 × 106 = 1,69 × 106

c. Sampel Binahong Oebobo


 Pengenceran 10-2
Pengenceran Cawan 1 Cawan 2 Cawan 3 Jumlah Koloni rata-rata
10-2 193 172 168 1,93+1,72+ 1,68
=
3
5,33
=
3
= 1,77

46
1 1 1
(1.) N =193 × −2 ( 2.) N = 172 × −2 (3.) N = 168 ×
10 10 10−2
= 19,300 × 10 2
= 17,200 × 102 = 16,800× 102
= 1,93 × 10 4
= 1,72 × 104 = 1,68 × 104

 Pengenceran 10-3
Pengenceran Cawan 1 Cawan 2 Cawan 3 Jumlah Koloni rata-rata
10-3 173 147 161 1,73+1,47+1,61
=
3
4,81
=
3
= 1,60
1 1 1
(1.)N = 173 × −3 ( 2.) N = 147 × −3 (3.) N = 161 × −3
10 10 10
= 173,000 × 103 = 147,000 × 103 = 161,000× 103
= 1,73 × 105 = 1,47 × 105 = 1,61 × 105

 Pengenceran 10-4
Pengenceran Cawan 1 Cawan 2 Cawan 3 Jumlah Koloni rata-rata
10-4 167 194 147 1,67+1,94+1,47
=
3
5,08
=
3
= 1,69
1 1 1
(1.) N =167 × −4 ( 2.) N = 194 × −4 (3.) N = 147 × −4
10 10 10
= 1,670,000 × 10 4
= 1,940,000 × 104 = 1,470,000× 104
= 1,67 × 106 = 1,94 × 106 = 1,47 × 106

Lampiran 2. Dokumentasi selama penelitian

a. Pengambilan sampel daun binahong

47
Binahong Penfui Binahong Tofa Binahong Oebobo

b. Sterilisasi

Sterilisasi Daun Binahong Sterilisasi Alat

c. Proses Pengenceran

Sampel daun binahong Ditiriskan sampel Ditimbang sampel daun

48
dicuci dengan air binahong binahong
mengalir

Penggerusan sampel Hasil gerusan disimpan Proses pengenceran


dalam erlenmeyer

d. Isolasi Bakteri

e. Pewarnaan Gram

49
Lampiran 3. Surat Penelitian

50
Lampiran 4. Surat Hasil Penelitian

51
52
53
54
55
56
Lampiran 5. Surat Keterangan dari Laboratorium

57

Anda mungkin juga menyukai