Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

TINGKAH LAKU HEWAN

“TINGKAH LAKU REPRODUKSI HEWAN JANTAN”

OLEH

KELOMPOK 3

Marselinus Malo (1637050033)


Tito Y.R. Tusi (1706050019)
Florensia P. Setia (1806050005)
Nur S. Umairah ( 1806050009 )
Angelina Y.Ila Tha (1806050017)
Umi S.S. Tokan (1806050027)
Mery C. Pinis (1806050049)
Yuliana Boru (1806050055)
Yumiati Malo (1806050120)
Normalina Babis (1806050140)

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2021
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL.......................................................................................................... i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................................1
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Teknik dan Sistem Penulisan Kajian Pustaka..................................................................3

BAB 3 PENUTUP

3.1 Simpulan..........................................................................................................................7
3.2 Saran................................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................8
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tingkah laku hewan merupakan hal penting yang dipelajari manusia sejak zaman
prasejarah. Tingkah laku ini dipahami dan dimanfaatkan oleh para pemburu dan
masyakrakat. Salah satu tujuannya untuk proses domestikasi atau penjinakkan hewan liar.
Sampai pada pertengahan abad ini, para peneliti terus menerus melakukan penelitian dan
pengamatan mengenai tingkah laku heewan secara praktis sebagai hal yang penting
untuk dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Banyak penelitan terdahulu yang
memuat deskripsi mengenai aspek-aspek tingkah laku yang kemudian didefinisak dengan
baik
Tingkah laku hewan adalah ekspresi suatu hewan yang ditimbulkan oleh semua
faktor yang mempengaruhinya baik faktor internal maupun ekstrenal. Tingkah laku dapat
diartikan sebagai gerak-gerik organisme, sehingga perilaku merupakan perubahan gerak
termasuk termasuk perubahan dari bergerak menjadi tidak bergerak sama sekali atau
membeku. Perilaku hewan dapat juga diartikan sebagai respon terhadap rangsangan
dalam tubuhnya dengan memanfaatkan kondisi lingkungan. Hewan bertingkah laku
sebagai usahanya untuk beradapatsi terhadap lingkungannya
Salah satu ciri terpenting makhluk hidup adalah kemampuannya berkembang
biak (reproduksi). Tingkah laku reproduksi seksual hewan adalah suatu bentuk aktivitas
yang melibatkan fungsi fisiologis organ reproduksi sebagai hasil dari perpaduan antara
aktivitas keturunan denganpengalaman individu dalam menanggapi kondisi lingkungan
guna menyesuaikan diri terhadap perubahan keadaan dan reproduksi jenisnya. Hewan
jantan memiliki peranan cukup besar dalam menetukan berhasil tidaknya proses
reproduksi. Sifat jantan untuk mengawini betina dan keberhasilan terjadinya perkawinan
tergantung pada tingkat agresifitas yang dimiliki hewan jantan, daya tarik yang terjadi
diantara hewan jantan dan betina, yang sedang birahi, tahapan interaksi tingkah laku
sebagai hasil dari kesediaan betina untuk kawin (mating) yang ditunjukkan dengan posisi
tubuhnya untuk dapat dikawini dan reaksi pejantan agar menaiki betina untuk kopulasi.
Tingkah laku reproduksi pada hewan jantan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor
seperti sistem hormonal,nutrisi, perubahan iklim dan juga penyakit. Tingkah laku
reproduksi sangat ppenting untuk diketahui dan dipahami agar dapat mengembankan dan
meningkatkan produktifitas populasi. Tingkah laku seksual pada hewan yang tidak saling
memilih pasangannya, akan memperlancar atau mempercepat proses domestikasi suatu
jenis, juga akan menguntungkan program pemuliaan yang menggunakan beberapa
keturunan yang terbatas.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dan makalah ini adalah bagaimana tingkah laku reproduksi
berbagai hewan jantan ?

1.3 Tujuan Penulisan


Makalah ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis tingkah laku
reproduksi berbagai hewan jantan.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan ini antara lain :
1. Untuk mendalami tingkah laku reproduksi hewan khususnya hewan jantan
2. Sebagai sarana pembelajaran dalam peternakan hewan
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Tingkah Laku Berbagai Hewan Jantan


a. Ayam Kampung
Tingkah laku adalah perilaku yang terorganisir dengan fungsi tertentu, dapat
berupa aksi tunggal atau aksi berurutan yang terintegrasi atau biasanya muncul
sebagai respon terhadap stimulus dari lingkungannya. Pola tingkah laku dasar (basic
behavior system) pada unggas terdiri dari 7 sampai 9 macam (curtis, 1983
Ensiminger, 1992).
Curtis (1983) menyatakan, meski mengalami domestikasi pola tingkah laku
unggas tidak jauh beda dengan pola tingkah laku nenek moyangnya. Terlihat jauh
pada perilaku mengais pakan (feed seeking), mematuk-matuk bulu (feather pecking).
Ayam mampu belajar dari pengalaman bila dilatih secara tetap dan berulang kali.
Bunyi-bunyian tertentu dapat dipakai sebagai sinyal waktu makan telah tiba.
Pengetahuan dan keterampilan ini tidak secara otomatis diturunkan pada generasi
berikutnya. Hal ini perlu mendapatkan perhatian dalam upaya domestikasi adalah
siklus tingkah laku rutin, tingkah laku sosial dan tingkah laku genetik.
Ayam mempunyai tingkah laku yang lebih baik untuk didomestikasi
dibandingkan hewan pertanian lainnya. Domestikasi adalah proses dimana hewan
secara kontinyu beradaptasi dengan lingkungan buatan. Ukuran-ukuran tingkah laku,
fisiologi dan patologi merupakan indikator yang sama pentingnya untuk
kesejahteraan (siegel, 1984). Tingkah laku seksual termasuk tingkah laku sosial,
sebab menyangkut lebih dari satu ekor. Ayam adalah hewan poligami sehingga
dengan satu pejantan dapat mengawini 6-10 ayam betina. Tingkah laku reproduksi
pada ayam sangat dipengaruhi cara perkawinan berikut ini akan dibahas cara
mengawinkan ayam antara lain:

1. Kawin alami
Perkawinan secara alami adalah perkawinan ayam jantan dengan induk
betina Di mana keduanya telah matang organ reproduksinya perkawinan
dilakukan dengan cara ayam menaiki tubuh induk betina dan memasuki
spermanya ke dalam vagina induk betina perkawinan ini dilakukan tanpa ada
campur tangan manusia karena biasanya saat induk betina sudah mulai siap kawin
akan menunjukkan tingkah laku yang dapat mengundang ayam pejantan untuk
segera mengawininya

2. Kawin semi alami


Kawin semi alami yaitu perkawinan ayam yang dilakukan sama seperti
cara konvensional tetapi dibantu tangan manusia. caranya dengan mama Gani
induk betina yang siap kawin dengan posisi didudukkan ke lantai agar tidak
meronta ronta, sehingga ayam pejantan dapat mengawininya secara alami
perkawinan ini hanya dapat dilakukan pada ayam yang sudah jinak dan terbiasa.

3. Kawin suntik
Kawin suntik atau kawin IB yaitu perkawinan dengan pengambilan semen
dan disuntikkan ke beberapa betina untuk memperoleh DOC yang berkualitas
dalam jumlah banyak, seragam dan dalam waktu yang singkat. Keberhasilan cara
ini juga menjadi terobosan baru.

 Tingkah Laku Reproduksi Seksual pada Ayam Jantan


 Tarian Waltz
Pejantan akan melakukan tarian seperti merendahkan sayap, mendekati
betina dan melangkah ke samping betina hingga dekat sekali. Ada tiga
macam tarian waltz diperlihatkan kepada betina yaitu sebagai pinangan,
yang sudah siap kawin dan setelah selesai kawin.

 Aktivitas Pengganti
Mengalihkan dorongan seksual. Dilakukan bila pinangan tidak ada
tanggapan, jantan mematuk-matuk batu atau mengais sampai memanggil
betina. Jika tetap tidak ada tanggapan betina akan dikejar.
 Penegakkan Bulu Leher Pejantan meninggikan bulu, bulu ditegakkan,
 Gerakan Ekor. Ekor si jantan digerakkan dengan cepat dalam arah
horizontal.
 Gerakan Kepala. Kepala dimiringkan kemudian digerakkan membuat satu
lingkaran.
 Penyisiran Bulu. Menggosok-gosokkan kepala pada sayapnya.
 Hentakan Kaki. Jantan berlari dengan kaki dibengkokkan, sayapnya
direndahkan, sehingga menyentuh tanah, leher dipendekkan, biasanya
dilakukan sebelum jantan mengejar betina.
 Gerakan Abnormal. Pejantan mengitari betina sambil mengawasinya
dengan saksama lalu pejantan mendekati betina dari belakang lalu
mematuk kepala/leher betina sambil mengepakkan sayapnya dengan cepat.
b. Sapi Limousin Dan Simmental Jantan

1) Faktor- faktor Aktifitas Tingkah Laku pada Sapi Jantan


Indera tertentu juga sangat penting untuk respon kawin jantan. Indera
pembau, peraba, dan penglihatan mungkin paling penting, Bercumbu salah satu
fungsi penting sebagai komunikasi secara kimiawi melalui indera penciuman.
Proses bercumbu dapat digambarkan sebagai upaya dari pejantan untuk merayu
agar mau menerima pejantan dan bersedia dikawini. Hal ini dibuktikan dengan
adanya respons mendekati teaser dan mulai melakukan upaya bercumbu.
Perilaku seksual bercumbu yang nampak dan terinventarisir pada pejantan yaitu
menggesek-gesekkan tubuhnya ke tubuh teaser, mencium alat kelamin bagian
luar dan mengeluarkan suara leguhan (bellowing) .
Flehmen terjadi dengan cara kepala diangkat dan dijulurkan,bibir atas
dilipat keatas,mulut sedikit dibuka Kejadian flehmen normalnya
mengggambarkan bagaimana cara sapi jantan mendeteksi apakah betina atau
teaser dalam keadaan estrus. Respons pejantan berupa tingkah laku sebelum
melakukan aktivitas kawin dapat dijadikan sebagai indikator kapasitas keinginan
kawin (libido) seekor pejantan. Tingginya libido sapi pejantan disebabkan selain
karena faktor gen, juga karena manajemen pemeliharaan yang baik.Toelihere
(1999) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi libido dapat berasal dari
luar atau dari dalam tubuh ternak tersebut.Kemampuan menaiki (mounting) sapi
pejantan dipengaruhi oleh faktor umur.Semakin tua umur pejantan berakibat
semakin tidak befungsinya anggota gerak yang disebabkan oleh dislokasi/fraktur
(retak) dan osteoarthritis kaki belakang atau tulang belakang.
Pejantan memberikan respon seksual bervariasi terhadap induk dalam
berbagai fase estrus Tingkah laku yang terjadi merupakan respon terhadap induk
yang mulai memberikan sinyal yang mana kemudian ditangkap oleh pejantan.
Pada fase proestrus, pejantan menunjukkan tingkah laku seksualnya berupa
respon ONC, Flehmen dan MOR. Respon tingkah laku seksual pejantan tersebut
tidak terlepas dari daya tarik (attractivity) berupa stimulus behavioral dan non
behavioral betina yang mempengaruhi respon pejantan (Denver, 2003). Sapi
pejantan secara alami menunjukkan tingkah laku yang berbeda terhadap siklus
estrus betina. Ekspresi tingkah laku pejantan terhadap betina estrus secara visual
dapat diamati. Shahhosseini (2013) menyatakan bahwa, hormon mempengaruhi
tingkah laku ternak. Vyas et al. (2012) menyatakan bahwa terdapat senyawa
kimia atau feromon yang dihasilkan oleh betina, senyawa tersebut menjadi
petunjuk bahwa betina memasuki fase estrus, kemudian pejantan mampu
menangkap bau yang spesifik tersebut dan menstimulus pejantan dengan
munculnya tanda-tanda tingkah laku seksual. Faktor yang mempengaruhi
perilaku seksual sapi jantan, antara lain penciuman, penglihatan dan
pendengaran. Faktor yang mempengaruhi libido pada sapi jantan yaitu ada
tidaknya betina birahi, seks rasio dan dominan/subordinan.
Factor-faktor yang menurunkan libido seksual sapi jantan; gangguan
psikologis, penyakit, kekurangan nutrisi dan perubahan iklim.
2) Pola Tingkah Reproduksi Seksual sapi Limousin dan Simmental Jantan
 Bercambu
Bercumbu salah satu fungsi penting sebagai komunikasi secara
kimiawi melalui indera penciuman. Proses bercumbu dapat digambarkan
sebagai upaya dari pejantan untuk merayu agar mau menerima pejantan
dan bersedia dikawini. sapi pejantan Limousin dan Simmental
mempunyai keinginan kawin (libido) yang.Hal ini dibuktikan dengan
adanya respons mendekati teaser dan mulai melakukan upaya bercumbu
dalam waktu yang relatif singkat. Terdapat selisih waktu 0,55 detik
dalam perolehan angka lama waktu yang dibutuhkan untuk memulai
bercumbu. Sapi Limousin memiliki waktu lebih cepat 0,55 detik dalam
hal mulai mencumbu teaser dibanding sapi pejantan Simmental.Perilaku
seksual bercumbu yang nampak dan terinventarisir pada pejantan
Limousin dan Simental selama penelitian yaitu menggesek- gesekkan
tubuhnya ke tubuh teaser, mencium alat kelamin bagian luar (Wotzicka
dkk, 1991, Toelihere.1999., Campbell dkk, 2004), dan mengeluarkan
suara leguhan (bellowing) (Abror, 2010).Lebih lanjut Toelihere (1999)
menyatakan pola-pola motorik kopulasi bersifat sterotip dan pada garis
besarnya tidak dirobah oleh pengalaman.Tingkah laku seksual termasuk
bentuk tingkah laku yang bersifat naluri atau insting.Bentuk tingkah laku
ini tidak bisa dimodifikasi tetap konstan sama untuk semua anggota
individu (spesies) tidak diajarkan atau “imprinting” (Wodzicka dkk,
1991).
 Timbul Flehmen
Flehmen terjadi dengan cara kepala diangkat dan dijulurkan, bibir
atas dilipat ke atas, mulut sedikit dibuka Kejadian flehmen normalnya
mengggambarkan bagaimana cara sapi jantan mendeteksi apakah betina
atau teaser dalam keadaan estrus. Bangsa sapi pejantan Limousin
menampakkan tingkah laku flehmen lebih cepat 17 detik dibanding sapi
pejantan Simmental. Hal ini berarti sapi pejantan Limousin
membutuhkan waktu lebih singkat untuk mulai menampakkan flehmen
dibanding sapi pejantan Simmental. Bervariasinya waktu flehmen pada
setiap individual sapi Limmousin maupun Simmental menggambarkan
adanya perbedaan respons individu dalam menanggapi stimulans
dilingkungannya.
Respons flehmen oleh pejantan merupakan suatu upaya dari
pejantan untuk mendeteksi ada tidaknya betina estrus yang terjadi setelah
pejantan membaui urin teaser.Respons sapi muncul karena adanya
stimulans yang diterima lewat indera penglihatan, penciuman, perabaan
dan pendengaran (Toelihere 1999, Hafez 2002 dan Feradis, 2010).
Sankar et al (2004) melaporkan bahwa sapi pejantan akan berespons
tinggi menampakan flehmen apabila digabung dengan betina estrus yang
mengeluarkan cairan dan bau feromon.
c. Siput
Siput adalah hewan hemaprodit (kelamin ganda). Proses reproduksi dimulai dari
dua siput yang mendekat satu sama lain dan “berdansa” selama berjam-jam lamanya.
Siput mengeluarkan bau-bauan untuk menarik pasangannya. Mereka menempelkan
bagian belakang leher (area reproduksi) satu sama lain. Perlu diketahui, dua jenis alat
reproduksi siput terletak pada lokasi yangsama. Alat seks pada siput mengandung
hormon dari kalsium-karbonat “love dart” (gypsobelum), yang berasal dari kantung
dart, yang berada di antara penis yang mengandung sperma.
Siput memiliki ritual kawin gaya Cirque du Soleil yang seksi. Keduanya akan
menggantung terbalik dari seutas tali lendir, dan saling melilitkan badan keduanya,
membelit satu sama lain. Mereka akan memunculkan penis dibagian belakang kepala
dan membelitkannya juga dan mentransfer spermatofor. Begitu posisinya sudah
sempurna, masing-masing siput menyambungkan penis keduanya dan saling
melemparkan atau menyemprotkan gumpalan kalsium karbonat yang disebut dengan
love dart yang mengeluarkan sperma. Kedua bekicot tadi akan sama-sama
"menembakkan" sperma ke dalam tubuh pasangan mereka. Bekicot yang
"tembakannya" lebih baik yang akan berhasil membuahi pasangannya dan mengambil
peran "jantan". Dan yang jadi betina akan memproduksi telur setelah proses
pembuahan selesai. Biasanya siput langsung menaruh telur dalam jangka waktu dua
minggu usai pembuahan. Namun, sperma siput masih bisa hidup dalam tubuhnya
sampai satu tahun lamanya.
d. Babi
Reproduksi Merupakan suatu proses untuk menghasilkan individu baru dari
dirinya sendiri, hal inilah yang membedakan makhluk hidup dengan yang lainnya.
Reproduksi Pada Babi Reproduksi pada babi dilakukan untuk mempetahankan
keturunannya. Jumlah kelahiran (litter size) lebih dari satu (polytocous) dan jarak
perkelahiran pendek. Seekor induk dalam satu tahun dapat menghasilkan dua kali
melahirkan dan 20 ekor anak.
Sistem reproduksi jantan terdiri dari organ kelamin primer, sekunder, dan
assesori. Organ kelamin primer adalah testis yang berlokasi di dalam skrotum yang
menggantung secara eksternal di daerah inguinal. Organ kelamin sekunder terdiri dari
jaringan-jaringan duktus sebagai transportasi spermatozoa dari testis ke bagian luar,
dan termasuk di dalamnya duktus effrerent, epididimis, fasa differentia, penis dan
uretra. Sedangkan organ asesori terdiri dari kelenjer prostat, seminal vesicles dan
kelenjar bulbourethral (Sonjaya, 2005).
Babi jantan sudah matang kelamin pada umur 5-6 bulan, namun babi jantan yang
dipergunakan sebagai pemacek/pejantan haruslah yang sudah berumur 8-10 bulan.
Pejantan yang masih berusia sekitar 8 bulan hanya boleh mengawini satu kali per hari
dan hanya boleh dipakai satu kali seminggu. Pejantan yang sudah berusia di atas satu
tahun bisa mengawini dua babi betina dalam sehari. Selain itu pejantan tidak boleh
dipergunakan secara berlebihan, atau dalam satu minggu dikawinkan maksimal tiga
kali (Mege, 2006).
Babi jantan dikawinkan pada umur 12 bulan. Sebelum digunakan sebagai
pejantan perlu di tes dulu dengan mengawinkan dengan 2 – 3 dara yang akan
dipotong bila setelah 4 – 5 mg kebuntingan dipotong maka didapat 8 – 10 embrio
maka jantan tersebut subur/fertil. Jantan yang berumur setahun dapat dikawinkan
dengan induk 7 – 8 tiap minggunya, sedangkan pejantan dewasa 12 induk/minggu.
Pada babi jantan tidak memiliki kekhususan berperperilaku reproduksi, akan
tetapi babi betina yang lebih agresif yaitu dengan suka mengganggu pejantan,
kegelisahan meningkat, menaiki betina lainnya dan nafsumakan menurun serta
mengeluarkan suara yang khas, kalau ditekan atau diduduki punggungnya diam saja,
vulva yang membengkak dan memerah serta lendir keruh dan mengental muncul.
e. Anjing
Anjing jantan umumnya akan memperlihatkan tanda tanda tersebut saat berada di
dekat anjing betina dalam masa kawin. Anjing jantan umumnya akan kawin untuk
pertama kali saat sudah memasuki usia 1 tahun. Anjing juga membutuhkan
pengalaman sosial serta pra seksual untuk belajar bagaimana proses kawin.
 Lebih Agresif dan Defensif
Anjing jantan yang ingin kawin biasanya akan cenderung bersifat agresif dan
defensif pada anjing jantan lainnya yang sama sama tidak di kebiri. Anjing jantan
umumnya akan berkompetisi untuk mendapatkan anjing betina. Umumnya
beberapa ekor anjing jantan akan mendatangi anjing betina karena mencium
aroma yang dihasilkan anjing betina. Bahkan, anjing jantan juga bisa terus
berkelahi hingga ada salah satu anjing yang mati. Untuk itu, sangat penting
melindungi anjing jantan anda agar aman dan tidak berkelahi dengan anjing jantan
lainnya.
 Kurang Konsentrasi dan Mengalami Gangguan Kompulsif
Anjing jantan yang ingin kawin dan tidak dikebiri umumnya akan memiliki
satu tujuan dalam hidupnya yakni untuk berkembang biak. Anjing jantan nantinya
akan kesulitan berkonsentrasi saat mengikuti pelatihan atau saat anda
mengajarkan sesuatu trik pada anjing jantan anda seperti ciri ciri anjing sakit. Hal
ini biasanya hanya berlangsung selama musim kawin yakni sekitar 3 minggu.
Perasaan ingin kawin pada anjing jantan juga bisa menyebabkan kebiasaan
masturbasi menjadi gangguan kompulsif khususnya jika anjing melakukan hal
tersebut sebagai respon dari stres. Gangguan kompulsif ini bisa mengganggu
fungsi normal anjing hingga nantinya masa kawin berakhir.
 Sering Pergi Keluar Rumah
Seekor anjing jantan yang ingin kawin khususnya jika anda anjing betina
disekitarnya akan sering pergi dari rumah untuk mencium bau dari anjing betina
tersebut. Anjing juga akan terus menarik saat diajak berjalan jalan serta menolak
untuk mendengarkan panggilan anda. Anjing jantan akan selalu mencari cara
untuk menemukan anjing betina seperti melompati pagar, menggali tanah dan
sebagainya. Keinginan anjing untuk pergi keluar dari rumah juga terjadi karena
anjing jantan mencium berbagai tanda yang dikeluarkan anjing betina dan terbawa
oleh udara sehingga akan melakukan berbagai cara seperti mengelilingi halaman
rumah, berjalan ke segala arah saat diajak berjalan jalan atau lari pagi dan
sebagainya.
 Jantan Sering Menunggangi Betina
Saat anda melihat anjing jantan yang lebih sering menunggangi tubuh
betina, maka ini juga bisa dijadikan pertanda jika anjing jantan anda ingin kawin.
Ini bisa terjadi karena anjing jantan mendeteksi hormon reproduksi yang
dikeluarkan oleh anjing betina sehingga minat untuk kawin anjing jantan semakin
kuat.
 Menjilati Alat Vital Betina
Hal lain yang bisa dijadikan pertanda anjing jantan ingin kawin adalah
sering menjilati alat kelamin dari anjing betina sekaligus mengendus anjing betina
dalam waktu yang cukup lama yang nantinya akan berhenti saat anjing betina
sudah berhasil kawin dan memperlihatkan ciri ciri anjing hamil. Hal ini bisa
terjadi karena anjing jantan tertarik dengan aroma yang dihasilkan dari anjing
betina sebagai pertanda ingin kawin.
 Terlihat Cemas
Jika anjing jantan yang anda miliki terlihat cemas, depresi dan seperti
sedih saat dipisahkan dengan anjing betina, maka ini juga bisa dijadikan pertanda
jika anjing jantan sedang masuk dalam masa kawin. Anjing jantan juga akan
mudah marah jika anda melarangnya untuk mendekati anjing betina yang akan
berlangsung selama masa kawin anjing. Untuk cara mengatasi anjing depresi bisa
dilakukan dengan menghabiskan waktu lebih banyak dengan anjing anda atau
memberikan mainan khusus anjing yang tersedia di pet shop.
 Memberi Tanda Wilayah
Seperti halnya kucing, anjing jantan yang ingin kawin juga umumnya akan
memberi tanda wilayah atau dikenal dengan sebutan spaying. Keadaan ini
dipengaruhi oleh hormon testoteron pada jantan yang bisa memberikan pengaruh
pada perilaku dominasi anjing jantan. Spaying ini juga dilakukan anjing jantan
untuk memperingati anjing jantan lainnya jika wilayah tersebut adalah area
kekuasaannya.
 Sering Melakukan Humping
Humping atau perilaku aneh seperti menaiki sebuah benda atau kaki
pemiliknya juga akan dilakukan anjing jantan saat ia ingin kawin. Ada banyak
benda yang akan digunakan anjing untuk humping seperti boneka, sofa, guling
dan benda lainnya serta kaki pemilik yang kemudian akan dilanjutkan dengan
gerakan seperti kawin
 Melakukan Masturbasi
Masturbasi menjadi bagian dari perilaku seksual normal pada anjing.
Masturbasi yang dilakukan anjing jantan pada betina juga sering diikuti dengan
kebiasaan yang dilakukan manusia seperti selalu menjilati betina, mengibaskan
ekor keatas dan telinga yang tegak sambil ditarik ke belakang.
 Perubahan Selera Makan
Tidak hanya anjing betina saja yang mengalami perubahan makan namun
juga terjadi pada anjing jantan yang ingin kawin. Umumnya anjing akan semakin
rakus karena lapar sehingga bisa memakan apapun meski makanan tersebut tidak
terlalu disukai. Namun hal sebaliknya juga bisa terjadi pada anjing jantan dimana
anjing jadi lebih selektif memiliki makanan dan bahkan menjadi penyebab anjing
tidak mau makan sama sekali sehingga terlihat lebih malas dan lesu dari biasanya.
Cara mengatasi anjing susah makan selama masa kawin ini bisa diberikan
suplemen khusus untuk penambah nafsu makan sehingga tubuh anjing bisa selalu
sehat.
 Perubahan Kepribadian dan Lebih Sensitif
Perubahan kepribadian juga akan terjadi saat anjing jantan ingin kawin.
Mereka bisa menjadi lebih penyayang pada pemiliknya atau sebaliknya lebih
pemarah atau ingin menyendiri. Perubahan kepribadian ini akan semakin terasa
jika anda sangat dekat dengan anjing dan banyak menghabiskan waktu anda untuk
bermain bersama anjing. Selain itu, dari segi psikologis anjing jantan juga akan
mengalami perubahan sehingga lebih sensitif, lebih peka dengan lingkungan
sekitar dan juga senang dengan berada dekat dengan pemiliknya lebih sering.
Namun perubahan psikologis ini tidak selalu terjadi pada semua anjing jantan
yang ingin kawin sebab beberapa anjing jantan bahkan tidak menunjukkan
perubahan sensitifnya sama sekali.
 Semakin Sering Menjelajah
Pada dasarnya, anjing jantan memang memiliki naluri untuk menjelajah
dan berkeliaran di berbagai tempat sekaligus menandai lingkungan sekitar.
Perilaku ini umumnya akan semakin meningkat jika ada anjing betina
disekitarnya dalam masa kawin. Anjing jantan bisa mengenali aroma betina yang
sedang birahi dalam jarak beberapa meter sehingga anjing jantan umumnya akan
berada di sekitar area tersebut selama beberapa jam bahkan sampai beberapa hari.
 Bertambah Aktif
Saat ingin kawin, anjing jantan juga akan bertambah aktif lebih dari
biasanya. Perubahan ini terjadi karena anjing jantan ingin memperlihatkan
keinginan untuk kawin pada anjing jantan sehingga bisa menarik perhatian anjing
betina yang juga akan terjadi pada ciri ciri kucing stres. Selain itu, anjing jantan
yang menjadi lebih aktif juga dipengaruhi dengan beberapa hormon yang bisa
merangsang kemampuan seksual anjing sehingga menjadi gesit.
 Usia Sudah Mencukupi
Anjing jantan yang ingin kawin bisa terlihat pada saat anjing sudah
mencapai umur dewasa. Masa kawin pada anjing jantan bisa terjadi antara 2
hingga 3 kali dalam setahun berbeda dengan kucing yang bisa terjadi sebanyak 1
kali sebulan atau bahkan hingga 2 atau 3 kali dalam sebulan. Umumnya rasa ingin
kawin anjing jantan ini akan berlangsung antara 4 hingga 1 minggu lebih dan
akan berulang sebanyak 2 hingga 3 kali dalam setahun. Kadar testoteron anjing
jantan mudah akan mencapai puncak pertamanya saat sudah berumur 5 bulan.
Pada umur tersebut, maka perilaku yang diperlihatkan terkadang bisa
mengganggu pemiliknya. Sedangkan di usia 7 bulan, anjing jantan akan berusaha
untuk kawin sebab sudah mulai tertarik dengan salah satu hormon bernama
feromon yang dihasilkan oleh anjing betina dan salah satu zat yang dihasilkan
hormon feromon tersebut adalah methyl p-hydoxybenzoate yang keluar dari
vagian anjing betina pada saat estrus atau birahi.

 Menggonggong Lebih Sering


Tanda anjing jantang yang mau kawin selanjutnya adalah lebih sering
menggonggong meskipun tidak disebabkan sesuatu yang jelas yang merupakan
salah satu tanda anjing depresi. Gonggongan ini juga terkadang seperti jeritan
sedih atau terdengar seperti kesakitan bahkan marah. Namun, anjing jantan yang
secara tiba tiba menggonggong juga bisa terjadi karena berbagai sebab lain seperti
sedang mengalami sakit dan sebagainya sehingga harus segera diperiksakan ke
dokter. Jika beberapa tanda anjing jantan ingin kawin yang sudah kami sebutkan
diatas mulai terlihat, maka anda bisa mencarikan pasangan betina yang
berkualitas agar anjing bisa kawin. Namun jika anda tidak menginginkan anjing
anda untuk kawin, maka anda bisa mengurung anjing di rumah sehingga tidak
berkeliaran di luar serta untuk menghindari perkelahian dengan anjing jantan lain
saat memperebutkan anjing betina. Sedangkan cara lain yang bisa anda lakukan
adalah mengebiri anjing anda agar lebih aman dan menghindari stres pada anjing
yang bisa terjadi karena anjing tidak dikawinkan.
f. Burung Bayan Sumba (Eclectus Roratus Cornelia Bonaparte)
Aktivitas reproduksi jantan terhadap betina yakni mendekati, menyelisik, dan
bercumbu. Dalam kehidupan burung bayan, terlihat bahwa sistem perkawinan yang
dilakukan adalah monogami. Umumnya jenis burung yang mempunyai sistem
perkawinan monogami cenderung memilih pasangan yang permanen namun selalu
terbuka peluang untuk dapat mengadakan kopulasi atau perkawinan dengan lebih dari
satu induk betina sebagai pasangan tidak tetap.
Aktivitas mendekati betina merupakan bagian dari perilaku kawin karena sebelum
melakukan perkawinan, terlebih dahulu burung jantan melakukan pendekatan dengan
Betina sambal menganggukanggukkan kepala dan mengeluarkan suara. Aktivitas
menyelisik dilakukan setelah terjadi pendekatan terhadap betina. Aktivitas ini
dilakukan dengan cara saling membersihkan bulu-bulu kepala dan leher
menggunakan paruh.
Aktivitas bercumbu merupakan tahapan akhir dari perilaku kawin pada burung
bayan di mana terlihat burung jantan menyentuh dan memasukkan sebagian paruhnya
ke paruh sang betina. Namun ada juga burung bayan di daerah lain yang melewati
proses ini, langsung kawin dan bertelur. Hal ini terjadi bergantung pada faktor
adaptasi lingkungannya.
g. Rusa Sambar
Rusa sambar jantan memperlihatkan 10 macam tingkah laku kawin, antara lain
vokalisasi, bersifat agresif, menjilat betina, mencium genitalia betina, menunggangi
betina, ereksi penis, intromisi dan kopulasi, flehmen, menggosokkan tubuh ke betina
serta mengikuti betina. Tingkah laku ini sangat dipengaruhi oleh musim, dimana pada
musim hujan rusa sambar jantan mengalami peningkatan libido. Aktivitas tersebut
tampak muncul di bulan September.
h. Jangkrik (Gryllus bimaculatus)
Perilaku jangkrik jantan ketika terdapat jangkrik betina adalah berbunyi. Perilaku
ini dilakukan oleh jangkrik jantan untuk menunjukkan eksistensinya dan menarik
perhatian jangkrik betina. Jangkrik jantan mengeluarkan suara yang digunakan untuk
menarik perhatian jangkrik betina dan menolak jangkrik jantan lainnya. Suara
jangkrik itu semakin keras dengan naiknya suhu sekitar. Pada saat jangkrik betina
terpikat oleh jangkrik jantan, maka jangkrik jantan dan betina akan melakukan
mating. Mating dilakukan dengan cara jangkrik betina berada diatas tubuh jangkrik
jantan. Setelah itu jangkrik jantan akan mengeluarkan sperma dan diletakkan pada
alat reproduksi jangkrik betina.
i. Semut Jepang
Proses perkawinan pada semut Jepang terdiri atas 2 tahapan. Tahap pertama,
hewan jantan akan mengejar hewan betina hingga kelelahan dan akhirnya menyerah.
Tahapan ini akan dimanfaatkan oleh hewan jantan untuk memberikan stimulus pada
daerah abdomen dan kaki belakang hewan betina. Apabila hewan betina siap untuk
kawin, maka hewan betina akan menggoyangkan bagian abdomennya dengan sangat
cepat.
Tahapan kedua ditandai dengan hewan jantan menaiki betina dan
membengkokkan perut bagian belakangnya ke bawah untuk mempertemukan alat
kopulasinya dengan alat kopulasi betina. Ketika hewan betina sudah ingin menjauh,
hewan betina akan melepaskan diri dari hewan jantan dengan menggerakkan kaki
depan dan tengah. Setelah berpisah, hewan jantan akan mencoba mencumbu hewan
betina dengan memberikan stimulus pada ujung abdomennya dan terus mengikuti
hewan betina tersebut. Jika ini terjadi, terkadang muncul perilaku agonistik akibat
respon penolakan dari hewan betina. Setelah mengawini hewan betina hewan jantan
akan memakan makanan dalam waktu yang cukup singkat kemudian beristirahat.
j. Kambing Kacang
Untuk pejantan kemampuan melakukan aktivitas sexual menunjukkan kualitas
libidonya. Libido pejantan diukur dari dorongan sexual yang diungkapkan melalui
aktivitas mencari pasangan betina, mendeteksi birahi betina, bercumbuan dan
copulasi. Aktivitas ini merupakan kerja-kerja fisiologis yang dipengaruhi oleh
aktivitas hormone reproduksi. Kemampuan reproduksi seekor kambing jantan
meliputi kemampuan mendekati betina, kualitas ereksi, kemampuan menaiki betina
(copulasi), gerakan menjepit bokong betina saat copulasi dan daya dorong pejantan
saat mencapai atitude lardoctile (suatu gerakan yang mencerminkan pejantan mulai
ejakulasi)
Pada kambing kacang jantan dengan umur yang optimal (1,5 tahun) memiliki
waktu ereksi yang singkat, karena responsibility terhadap rangsangan betina sangat
cepat. Reaksi flehmen merupakan respons dari adanya rangsangan hormonal terkait
keinginan segera melakukan aktivitas copulasi. Adanya zat feromon dalam urin
betina birahi merangsang pejantan untuk menaiki betina secepatnya.

k. Burung Tekukur (Streptopelia chinensis) dan Burung Puter (Streptopelia Risoria)


Perilaku kawin pada burung tekukur dan burung puter, dari keseluruhan rangkaian
perilaku maka dapat dibedakan ke dalam tiga tahap (fase), yakni pra-kopulasi,
kopulasi dan pasca kopulasi.
Perilaku pra kopulasi adalah perilaku yang dilakukan sebelum kopulasi. Tujuan
perilaku ini adalah untuk menarik pasangannya agar siap/mau melakukan kopulasi.
Perilaku menarik pasangan ini biasanya dilakukan oleh pejantan, yakni dengan cara
bersuara secara berulang sambil mengangguk-anggukkan (menggerakan) kepala lalu
bergerak mendekati betina, mematuk-matuk atau menyelisik bulu. Suara yang
dikeluarkan bersifat khas dan lazim dikenal sebagai suara seksual (sexual calling –
sexual vocal). Perilaku pra kopulasi pada burung jantan juga ditunjukkan dengan
aktivitas menyiapkan sarang, yakni dengan sering keluar masuk sarang sambil
membawa rumput atau ranting-ranting kecil ke dalam atau keluar sarang, diam sesaat
di dalam sarang sambil mengeluarkan suara – sex calling. Jadi perilaku pra kopulasi
pada dasarnya berfungsi sebagai proses sinkronisasi kondisi fisiologis diantara
pejantan dan betina agar proses kopulasi dapat berlangsung optimal dan efektif.
Dalam hal ini faktor penting adalah kondisi hormonal seks di dalam tubuh satwa
jantan dan betina.
Perilaku kopulasi ditunjukkan oleh naiknya burung jantan ke atas punggung
burung betina lalu memasukkan semen/spermatozoa ke dalam saluran reproduksi
betina, ditandai oleh terangkatnya bulu ekor burung betina. Kopulasi berlangsung
sangat singkat yakni 2-3 detik. Frekuensi kopulasi terbanyak berlangsung pada siang
hari. Dalam satu hari sepasang burung tekukur dapat melakukan kopulasi 4-5 kali,
sedangkan burung puter dapat mencapai 5-6 kali dengan jarak waktu antar dua
kopulasi secara berurutan dalam satu waktu sekitar satu sampai dua jam.
Segera setelah kopulasi burung jantan turun dari punggung betina sambil
mengepakkan sayap, diam sesaat kemudian terbang ke sarang atau tenggeran. Setelah
itu burung jantan kembali bersuara, terbang keluar masuk sarang dan mencoba
kembali mendekati betina. Jika kopulasi yang terjadi itu efektif, biasanya diikuti
dengan aktivitas bersama antara jantan dan betina dalam mempersiapkan sarang bagi
betina untuk meletakkan telurnya. Dalam pengeraman, induk jantan hanya membantu
terutama dalam mengamankan dan menjaga kestabilan kondisi sarang pada saat induk
betina keluar sarang untuk makan dan minum serta menggerakkan tubuh.
Kedua jenis burung ini dapat dikategorikan kedalam tipe monogamus temporalis.
Artinya dalam satu masa kawin (reproduksi) burung tekukur dan puter hanya
memiliki satu pasangan saja, dan pada masa kawin berikutnya pasangan tersebut
dapat dipisahkan dan kawin dengan pasangan yang lain.
l. Merak Hijau (Pavo Muticus)
Tingkah laku merak hijau jantan memperlihatkan aktivitas display yang banyak
dilakukan pada saat pagi hari disela-sela aktivitas merak hijau makan. Frekuensi
display pada pola tingkah laku perkawinan merak hijau dilakukan merak hijau jantan
untuk menarik perhatian merak hijau betina sebagai salah satu upaya merak jantan
membujuk merak hijau betina sebelum akhirnya terjadinya perkawinan. Pola perilaku
display pada merak hijau jantan adalah diawali dengan merak hijau jantan yang
melihat merak hijau betina yang sedang melakukan aktivitas makan di pagi hari.
Merak hijau jantan kemudian akan membuat kepalanya sedikit membungkuk disertai
leher yang dilengkungkan dan menggetarkan bulunya sesaat dan kemudian
mengembangkan bulu hiasnya. Bulu hias didirikan dengan menegakkan bulu
ekornya. Merak hijau jantan perlahan akan mendekati merak hijau betina, ketika
merak hijau betina mulai mendekat maka merak hijau jantan membalikkan badannya
sehingga hanya memperlihatkan bagian belakang sayapnya pada merak hijau betina
dengan sesekali melirik merak hijau betina.
Kemudian terjadi gerakan pada merak hijau jantan yang melakukan gerakan
membalik secara tiba-tiba dengan memiringkan tubuhnya melirik ke arah betina
secara berulang-ulang dan merak hijau jantan sesekali akan mendekati betina sambal
bulu hiasnya digetarkan. Frekuensi mendekat merak hijau jantan dipengaruhi oleh
aktivitas display yang dilakukan oleh merak hijau jantan, hal ini karena aktivitas
mendekat dilakukan di sela-sela aktivitas merak hijau jantan melakukan aktivitas
display.
Lalu terjadi mounting. Tingkah laku mounting pada merak hiijau jantan adalah
ketika merak hijau jantan menaiki punggung merak hijau betina untuk melakukan
perkawinan.
Tingkah laku selanjutnya adalah mating atau perkawinan. selama musim kawin
merak hijau jantan akan memisahkan dirinya dengan merak hijau jantan lain untuk
menandai daerah kekuasaannya dan kemudian mulai melakukan tarian untuk menarik
perhatian merak hijau betina.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari pembahasan diatas , dapat disimpulkan bahwa setiap hewan memiliki pola
dan perilaku reproduksi yang berbeda – beda. Namun secara umum, perilaku reproduksi
setiap hewan akan berpatokan pada proses pendekatan dengan betina, kemudian jika
terjadi kecocokan akan berlanjut pada mencumbu dan kemudian melakukan perkawinan.
Dari kesemua tingkah laku tersebut, ternyata ada juga faktor yang mempengaruhi seperti
aktivitas hormone dalam tubuh hewan terutama hewan jantan dalam meningkatkan
libido, juga adanya faktor lingkungan berupa gangguan hewan lain yang berada disekitar
maupun dari ketidakcocokan betina terhadap hewan jantan itu sendiri.

3.2 Saran
Penulis memberikan saran kepada mahasiwa agar semakin mengeksplore
pengetahuan lebih mendalam lagi mengenai tingkah laku reproduksi, terutama untuk
hewan-hewan laut karena masih adanya kesulitan pengamatan hewan-hewan air.
DAFTAR PUSTAKA

Aman, Y. 2011. Ayam Kampung Unggul. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

Animal Waste Management. 1971. Proceedings of National Symposium on Animal Waste


Anonymous. 1947. Pig Boom in China. Pig International (Sept., 1974), hlm. 44.

Bakrie B, Andayani D, Yanis M, Zainuddin D. 2003, Pengaruh Penambahan Jamu ke dalam


Air Minum terhadap Preferensi Konsumen dan Mutu Karkas Ayam Buras. Prosiding
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan.

Hardiyanti, Hala, Y., Tenriawaru, E.P. 2015. Identifikasi Pola Perilaku Pada Semut Jepang
Dewasa. Jurnal Bionature. 16 (2) : 63-68

Hutt, F.B. 1949. Genetic of the Fowl, Mc-Grow-Hill Book Company Inc, New York,
Toronto, London.

Management, September 28-30, 1971. The Airlie House, Warrenton, Virginia.

Mansjoer SS. 1985. Pengkajian sifat-sifat produksi ayam kampung serta persilangannya
denga ayam Rhode Island Red [disertasi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Fakultas
Pascasarjana.

Mansjoer, I, S.S., Waluyo. S. P dan Priyono. 1993. Perkembangan berbagai jenis ayam asli
Indonesia. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Masyud, B. 2007. Pola Reproduksi Burung Tekukur (Streptopelia chinensis) Dan Puter
(Streptopelia Risoria) Di Penangkaran . Media Konservasi. XII (2) : 80-88

Nareswari, N. D, dkk. 2017. Tingkah Laku Reproduksi Merak Hijau (Pavo muticus) Pada
Umur Yang Berbeda Di UD. Tawang Arum Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun.
Jurnal Sain Peternakan Indonesia. 12 (1) : 94-101

National geographic. 2017. Seks dan Lendir dalam Dunia Aneh Siput.
https://nationalgeographic.grid.id/read/13308073/seks-dan-lendir-dalam-dunia-aneh-siput?
page=all. Diakses pada tanggal 02 Maret 2020.

Nugroho, A.A., dkk. 2020. Studi Pola Interaksi Perilaku Jangkrik (Gryllus bimaculatus )
Jantan Dan Betina. Florea : Jurnal Biologi dan Pembelajarannya. 7 (1) : 41-47
Nursastri Sri. 2019. Punya 2 Kelamin Sekaligus, Bagaimana Siput Kawin
https://sains.kompas.com/read/2019/11/29/200400223/kamasutra-satwa--punya-2-kelamin-
sekaligus-bagaimana-siput-kawin-. Diakses pada tanggal 02 Maret 2020.

Putranto, H.D. 2010. Variasi Tingkah Laku Reproduksi Rusa Sambar pada Manajemen
Pemeliharaan Intensif di Habitat Ex Situ. Jurnal Sain Peternakan Indonesia. 5 (2) : 129-134

Salim, M. A. 2017. Evaluasi Tingkah Laku Sexual Kambing Kacang Jantan di Unit
Pemukiman Transmigrasi (UPT) Desa Bina Gara Kabupaten Halmahera Timur. Agripet. 17
(1) : 7-14

Suharno, B dan Nazarudin. 1996. Ternak Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta.


http://www.Academia.Tingkah-Laku-Reproduksi-Ayam-Kampun/html

Suri, Nilam.2017. Hermaprodit Bekicot Berhubungan Seks dengan Dua Penis.


https://www.liputan6.com/health/read/2890458/hermaprodit-bekicot-berhubungan-seks-
dengan-dua-penis# .

Takandjadji, M, Kayat, Njurumana G. ND. 2010. Perilaku Burung Bayan Sumba (Eclectus
Roratus Cornelia Bonaparte) Di Penangkaran Hambala, Sumba Timur, Nusa Tenggara
Timur. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. II (4) : 357-369

Anda mungkin juga menyukai