Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“POLA PERILAKU SOSIAL HEWAN”

Mata Kuliah Etologi

Dosen Pengampu : Syech Zainal, S.Pd., M.Pd

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 11

MUH. YAZID ILMANY A22120029

MAGFIRA MIKYALIKA SAHIB A22120066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Ta’ala yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang atas limpahan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah sebisa mungkin menulis upayakan dengan didukung bantuan


dari berbagai pihak sehingga penyusunan makalah berjalan dengan baik dan lancar. Untuk itu
tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Tidak lupa juga penulis sangat
mengharapkan semoga makalah sederhana ini dapat diambil manfaatnya.

Palu, Februari 2023

Kelompok 11

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 2

A. Pola Perilaku Sosial Hewan .................................................................................... 2


B. Contoh Perilaku Sosial Hewan ............................................................................... 4
C. Identifikasi Cara dan Jenis Perilaku Sosial Hewan .............................................12

BAB III PENUTUP ..............................................................................................................16

A. Kesimpulan ...............................................................................................................16
B. Saran ......................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua organisme memiliki perilaku. Perilaku merupakan bentuk respons
terhadap kondisi internal dan eksternalnya. Suatu respons dikatakan perilaku bila
respons tersebut telah berpola, yakni memberikan respons tertentu yang sama
terhadap stimulus tertentu. Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktivitas suatu
organisme akibat adanya suatu stimulus. Dalam mengamati perilaku, kita cenderung
untuk menempatkan diri pada organisme yang kita amati, yakni dengan menganggap
bahwa organisme tadi melihat dan merasakan seperti kita. Ini adalah antropomorfisme
(Y: anthropos = manusia), yaitu interpretasi perilaku organisme lain seperti perilaku
manusia. Semakin kita merasa mengenal suatu organisme, semakin kita menafsirkan
perilaku tersebut secara antropomorfik.
Seringkali suatu perilaku hewan terjadi karena pengaruh genetis (perilaku
bawaan lahir atau innate behavior), dan karena akibat proses belajar atau pengalaman
yang dapat disebabkan oleh lingkungan. Pada perkembangan ekologi perilaku terjadi
perdebatan antara pendapat yang menyatakan bahwa perilaku yang terdapat pada
suatu organisme merupakan pengaruh alami atau karena akibat hasil asuhan atau
pemeliharaan, hal ini merupakan perdebatan yang terus berlangsung. Dari berbagai
hasil kajian, diketahui bahwa terjadinya suatu perilaku disebabkan oleh keduanya,
yaitu genetis dan lingkungan (proses belajar), sehingga terjadi suatu perkembangan
sifat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pola perilaku social hewan?
2. Bagaimana contoh perilaku sosial hewan?
3. Bagaimana identifikasi cara dan jenis perilaku social hewan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pola perilaku social hewan
2. Untuk mengetahui contoh perilaku social hewan
3. Untuk mengetahui identifikasi cara dan jenis perilaku social hewan

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pola Perilaku Hewan

Perilaku sosial yang didefinisikan secara luas, adalah Perilaku yang dilakukan oleh
satu individu atau lebih yang menyebabkan terjadinya interaksi antar individu dan antar
kelompok, umumnya dari spesies yang sama. Berikut macam-macam perilaku sosial
hewan:

1. Perilaku agonistic
Perilaku agonistik adalah suatu pertandingan yang melibatkan baik perilaku
yang mengancam maupun yang patuh menentukan pesaing mana yang mendapatkan
akses ke beberapa sumber daya, seperti makanan atau pasangan kawin. Banyak
perilaku tersebut melibatkan ritual, penggunaan aktivitas simbolik, sehingga biasanya
tidak ada bahaya yang serius yang dilakukan oleh pihak-pihak yang beradu.
Contohnya pada ular berbisa yang mencoba memelintir satu sama lain ke tanah, tetapi
ular-ular tersebut tidak pernah menggunakan giginya yang mematikan dalam
perkelahian.
2. Hirarki Dominansi
Banyak hewan hidup dalam kelompok sosial yang dipertahankan oleh perilaku
agonisti. Contohnya adalah ayam. Jika beberapa ayam betina yang tidak saling
mengenal satu sama lain digabungkan bersama-sama, mereka akan merespon dengan
berkelahi dan saling mematuk. Akhirnya kelompok itu akan membentuk suatu “urutan
patukan” yang jelas- suatu hirarki dominansi yang kurang lebih linier.
3. Teritorialitas
Suatu teritori adalah suatu daerah yang dipertahankan oleh seekor individu
hewan yang umumnya mengusir anggota lain dari spesiesnya sendiri. Teritori secara
khusus digunakan untuk pencarian makanan, perkawinan, membesarkan anak, atau
kombinasi aktivitas tersebut. umumnya lokasi teritori sudah tetap, dan ukurannya
bervariasi menurut spesies, fungsi-fungsi teritori, dan jumlah sumber daya yang
tersedia. Pada banyak spesies yang mempertahankan teritori hanya pada musim
kawin, individu dpaat membentuk kelompok sosial pada waktu lainnya.
4. Sistem Perkawinan

2
Perilaku kawin berhubungan langsung dengan kelestarian hidup hewan.
Terdapat suatu hubungan yang erat antara perilaku kawin yang diamati dengan jumlah
keturunan, yang seringkali menjadi penentu utama kelestarian hidup seekor hewan.
Banyak hewan yang terlibat dalam percumbuan, yang mengumumkan bahwa hewan
yang terlibat tidak dirasa mengancam merupakan pasangan kawin yang potensial.
Pada sebagian besar spesies, hewan betina memiliki banyak investasi parental
dibandingkan dengan hewan jantan dan kawin secara lebih selektif. Hewan jantan
pada sebagian besar spesies berkompetisi untuk mendapatkan pasangan kawin, hewan
betina pada banyak spesies terlibat dalam penilaian, atau penyeleksian hewan jantan
berdasarkan ciri-ciri yang lebih disukai.
Pada banyak spesies, perkawinan adalah bersifat promiscuous, tidak ada
ikatan pasangan yang kuat atau hubungan yang bertahan lama. Pada spesies di mana
pasangan kawin masih tetap bersama-sama selama periode waktu yang lama,
hubungan itu bisa bersifat monogamy (satu jantan mengawini satu betina) atau
poligami (individu dari satu jenis kelamin mengawini beberapa individu dari jenis
kelamin yang berlawanan). Hubungan poligami yang paling sering melibatkan seekor
jantan tunggal dengan banyak hewan betina, disebut poligini. Namun demikian, pada
beberapa spesies seekor betina kawin dengna beberapa jantan, disebut poliandri
(Campbell, 2004).
Satu di antara contoh perilaku kawin yang dapat kita ambil pada sejenis kupu-
kupu Saturnia pyri dimana yang betina melepaskan stimulus kimia untuk merangsang
jantan melakukan kopulasi. Sedangkan pada orangutan pemerkosaan umum terjadi.
Jantan sub-dewasa akan mencoba kawin dengan betina manapun, meskipun mungkin
mereka gagal menghamilinya karena betina dewasa dengan mudah menolaknya.
Orangutan betina dewasa lebih memilih kawin dengan jantan dewasa.
5. Perilaku Makan
Hewan beragam dalam keluasan cita rasanya. Dari yang sangat khusus hingga
ke pemakan umum yang dapat memilih di antara sekumpulan spesies yang dapat
dimakan. Tujuan makanan ialah energi, tetapi energi diperlukan untuk mencari
makanan. Jadi hewan berperilaku sedemikian rupa untuk memaksimumkan
perbandingan kerugian/keuntungan dari pencarian makanan itu. Kerugian energi dari
mencari makanan diusahakan seminimum mungkin melalui perkembangan “citra
mencari” untuk macam makanan yang, untuk sementara, menghasilkan keuntungan
yang besar. Untuk beberapa species, citra mencari itu mungkin bukan perwujudan
3
makannya saja, melainkan tempatnya yang khusus. Banyak pula hewan yang
menggunakan energinya untuk membangun perangkap, daya tarik dan sejenisnya
untuk menarik mangsanya agar berada dalam jangkauannya. Sebagian besar
kehidupan hewan sosial berkisar pada makan bersama. Perilaku makan berbeda-beda
pada masing-masing spesies hewan. Contohnya pada Monyet rhesus. Monyet rhesus
adalah binatang siang (diurnal) yang hidup di pohon-pohon maupun di permukaan
tanah. Umumnya ia herbivora dan memakan daun-daunan dan daun pinus, akar-
akaran, dan kadang-kadang serangga atau binatang-binatang kecil. Monyet ini
mempunyai pipi yang khusus seperti kantung, yang memungkinkannya menimbun
makanannya. Bahan makanan yang sudah dikumpulkan akan dimakannya belakangan
di daerah yang aman. Selain itu, Monyet-monyet yang menemukan makanan biasanya
akan mengumumkan hal ini dengan panggilan-panggilan yang khas, meskipun ada
yang mengatakan bahwa monyet-monyet muda atau yang rendahan kadang-kadang
akan berusaha menghindari hal itu apabila temuan mereka tidak diketahui.

B. Contoh Perilaku Sosial Hewan


Adapun contoh perilaku hewan yang dikelompokkan berdasarkan kelas,
misalnya yaitu sebagai berikut.
1. Golongan Aves
➢ Perilaku Sosial Burung Rangkong
Burung rangkong umumnya hidup berkelompok, baik itu dalam mencari
makan atau terbang. Pada saat terbang mereka akan berpasangan dalam sebuah
kelompok kecil.

4
➢ Perilaku Sosial Burung Elang
Salah satu perilaku sosial yang dilakukan dengan hewan adalah berupa
pertahanan terhadap teritorinya, sama halnya seperti elang. Perilaku ini biasanya
dilakukan pada musim kawin, dimana saat itu elang biasanya lebih agresif. Mereka
mempunyai perilaku mempertahankan teritori di sekitar sarangnya. Setiap individu
lain baik elang yang sejenis maupun berbeda jenis yang diduga akan membahayakan
sarangnya akan diusir oleh pasangan pemilik sarang.

➢ Perilaku Sosial Kuau Raja (Argusianus argus)


Kuau raja jantan biasanya soliter dan sangat teritorial. Jantan menunjukkan
teritorinya dengan membersihkan daerahnya dari daun, ranting, semak atau batu, dan
bersuara di areanya pada pagi hari. Begitu pula dengan kuau raja betina yang
memiliki kebiasaan tidak terlalu soliter dan teritorial.

5
2. Golongan Mamalia
➢ Perilaku Sosial Beruk
a. Perilaku interaksi social antar individu
Interaksi sosial antar individu dilakukan melalui aktivitas grooming, bermain dan
kawin. Aktivitas grooming biasanya dilakukan pada saat istirahat. Aktivitas
bermain banyak dilakukan pada individu anak. Sedangkan aktivitas kawin
dilakukan oleh individu jantan dan betina dewasa. Tidak jarang aktivitas ini
dilakukan dengan dua individu tersebut secara bergantian. Aktivitas kawin
dilakukan dalam waktu yang sangat singkat yaitu minimal tiga detik. Dalam sehari
individu jantan dewasa dapat mengawini lebih dari 2 ekor individu betina dewasa
maupun muda yang produktif. Individu jantan dewasa selalu berdekatan dengan
individu betina yang sedang estrus dibandingkan dengan individu yang lain
individu betina yang sedang estrus bersifat lebih agresif. aktivitas kawin biasanya
dilakukan hanya pada saat setelah bangun tidur dan setelah makan. Dibawah ini
gambar aktivitas grooming dari beruk.

b. Perilaku interaksi social dengan spesies yang lain


Beruk memiliki sifat yang lebih agresif dibandingkan dengan Primata yang
lain dalam menghadapi gangguan. Misalnya melihat pengamat atau satuan lain
biasanya melakukan gerakan badan dan mimik wajahnya dengan menganjurkan
mulutnya seperti mengejek dan alis mata secara bersamaan ditarik ke atas.
Memperlihatkan pelupuk matanya. Komunikasi dilakukan dengan mata dan suara-
suara yang dikeluarkan berupa suara dengkuran yang kasar dan geraman. Hewan

6
yang satu ini hidup secara berkelompok, dimana antara individu jantan dan betina
terdapat suatu sistem kasta yang tidak terlihat jelas.
Dibawah ini gambar ketika beruk berkomunikasi dengan beruk yang lain.

➢ Perilaku Sosial Monyet Ekor Panjang


- Perilaku Grooming
Grooming adalah kegiatan merawat dan mencari kutu yang merupakan
perilaku sosial yang umum dilakukan oleh kelompok primata. Grooming
dilakukan dengan menggunakan keduan tangannya untuk mengambil, menggosok,
menyisir, dan mencari kutu disemua rambutnya. Promisian mempunyai cara
grooming yang khas yaitu dengan menggunakan giginya yang seperti sisir,
sedangkan primata lainnya kebanyakan menggunakan tangan. Ada dua macam
cara grooming yaitu allogrooming yang dilakukan hewan lain, dan autogrooming
yang dilakukan sendiri.
Dibawah ini gambar aktivitas grooming monyet ekor panjang.

7
➢ Perilaku Sosial Kukang
Kukang jawa memiliki sistem komunikasi seperti penggunaan urin sebagai
penandaan teritori, vokalisasi untuk menarik lawan jenis, dan komunikasi taktil yaitu
allo-grooming saling menelisik satu sama lain dan assertion membagi makanan,
Berdasarkan rekaman hasil penelitian di lapangan, diketahui bahwa kukang hidup
secara soliter. Walaupun demikian kadang kadang ditemui adanya interaksi namun
tidak lebih sebatas fase tahapan reproduksi (Weins, 2002).

➢ Perilaku Sosial Tapir


Tapir Asia terutama merupakan hewan penyendiri, menandai jalur- jalur besar
di darat sebagai teritori atau daerah kekuasaannya, meski daerah ini biasanya
bertumpang tindih dengan daerah kekuasaan individu lain. Tapir menandai teritorinya
dengan mengencingi tetumbuhan dan mereka sering mengikuti jalur lain dari yang
telah mereka buat yang telah ditumbuhi tumbuhan. Dibawah ini gambar perilaku
social tapir yaitu soliter.

8
➢ Perilaku Sosial Badak
Badak Jawa hewan yang soliter alias penyendiri, kecuali pada musim kawin
dan selama membesarkan keturunan, Hampir tidak pernah ditemukan berkelompok.
Bahkan di habitat aslinya di Ujung Kulon, keberadaannya amat jarangdijumpai.
Bukti-bukti kehidupannya diketahui dari jejak-jejak dan kamera tersembunyi. Salah
satu kegemarannya berkubang di dalam air atau lumpur. Dibawah ini gambar perilaku
social badak yang soliter.

➢ Perilaku Sosial Gajah


Gajah merupakan hewan sosial yang hidup berkelompok. Kelompok berperan
penting dalam menjaga kelangsungan hidup gajah. Jumlah anggota kelompok sangat
bervariasi. Tergantung pada kondisi sumber daya alam dan luas habitat. Gajah
sumatera bisa ditemukan dalam kelompok yang terdiri dari 20-35 ekor, tetapi juga ada
kawanan yang hanya 3 ekor saja. Setiap kelompok dipimpin oleh seekor betina.
Sedangkan yang jantan berada dalam kelompok untuk periode tertentu saja. Gajah
yang tua akan hidup memisahkan diri dari kelompoknya hingga pada akhirnya mati.
Gajah sumatera sangat peka dengan bunyi-bunyian. Untuk melakukan perkawinan
dan berkembang biak, gajah memerlukan suasana yang tenang dan nyaman. Suara
alat-alat berat dan gergaji mesin sangat menganggu perkembangbiakan gajah.
Di habitat alamnya, gajah hidup berkelompok (gregarius). Perilaku
berkelompok ini merupakan perilaku sosial yang sangat penting peranannya dalam
melindungi anggota kelompoknya. Besarnya anggota setiap kelompok sangat
bervariasi tergantung pada musim dan kondisi sumber daya habitatnya terutama
makanan dan luas wilayah jelajah yang tersedia.

9
Gambar di atas merupakan bentuk perilaku social gajah yang hidup secara
berkelompok

➢ Perilaku Sosial Anoa


Anoa memiliki perilaku hidup secara soliter, namun tidak jarang juga dijumpai
dalam kawanan tiga sampai lima ekor. Pada dasarnya anoa adalah satwa pemalu,
selalu menghindar dari pertemuan dengan manusia. Namun dalam kondisi tertentu,
anoa dapat berperilaku agresif, terutama ketika induk punya anak, musim birahi atau
anoa yang terluka. Anoa jantan dan betina yang sudah menempati kandang yang sama
cukup lama masih memperlihatkan perilaku agresif satu dengan lainnya. Anoa jantan
dan betina saling menanduk. Dibawah ini gambar perilaku social anoa dataran rendah,
yaitu sebagai berikut.

➢ Perilaku Sosial Trenggiling


Trenggiling merupakan binatang soliter, tidak berkelompok. Siang hari dia
tidur di dalam liang yang digali olehnya, baru pada malam hari dirinya keluar aktif

10
mencari makan, dan untuk keperluannya itu, Trenggiling mengandalkan
penciumannya yang tajam.
3. Golongan Reptil
➢ Perilaku Sosial Ular Kobra (Ophiophagus hannah)
Kebanyakan ular kobra, seperti umumnya hewan, takut terhadap manusia dan
berusaha menghindarinya. Ular ini juga tidak seketika menyerang manusia yang
ditemuinya, tanpa ada provokasi sebelumnya. Kenyataan bahwa ular ini cukup banyak
yang ditemui di sekitar permukiman manusia, sementara jarang orang yang tergigit
olehnya, menunjukkan bahwa ular kobra tak seagresif seperti yang disangka.
Walaupun demikian, kewaspadaan tinggi tetap diperlukan apabila menghadapi ular
ini. Ular kobra dikenal sebagai ular yang amat berbisa, yang gigitannya dapat
membunuh manusia. Seperti juga ular-ular lainnya, temperamen ular ini sukar diduga.
Beberapa individunya bisa jadi lebih agresif daripada yang lainnya. Demikian pula,
pada masa-masa tertentu seperti pada saat menjaga telur- telurnya, ular ini dapat
berubah menjadi lebih sensitif dan agresif. Telah dilaporkan adanya serangan-
serangan ular kobra terhadap orang yang melintas terlalu dekat ke sarangnya.
➢ Perilaku Sosial Tokek
Tokek adalah makhluk soliter. Mereka hanya menghadapi lawan jenis selama
musim kawin. Mereka akan mempertahankan wilayah mereka dan melawan penyusup
dari spesies yang sama dan spesies lainnya, memastikan persaingan kurang untuk
mendapatkan makanan. Jika ruang mereka dilanggar, perkelahian pasti akan terjadi.
Wilayah ini umumnya dijaga oleh jantan, tetapi kadang- kadang juga oleh betina
Tokek ini bisa menimbulkan gigitan yang parah jika hidup mereka cukup terancam.
➢ Perilaku Sosial Buaya Muara
Perilaku sosial yang paling besar frekuensinya dari Buaya Muara adalah
dominansi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perkelahian. Perkelahian pada buaya
dapat terjadi ketika dalam wilayah kekuasaan buaya dominan tersebut dimasuki oleh
buaya lain. Hanya individu tertentu yang boleh masuk wilayahnya. Dari hasil
pengamatan ada saatnya buaya menyendiri, karena menjaga wilayahnya atau kalah
dalam persaingan.
➢ Perilaku Sosial Ular Piton
Ular piton adalah ular yang hidup menyendiri, tanpa ada aktivitas sosial di
lingkungannya, atau biasa dibilang soliter.

11
C. Identifikasi Cara dan Jenis Perilaku Sosial Hewan
Jenis dari perilaku social hewan dapat diabgi menjadi 2 yaitu, perilaku hewan
yang berasal dari bawaan/yang diwariskan dan perilaku terajar (terlatih).
1. Perilaku Bawaan (Yang Diwariskan)
Warisan memegang peranan yang penting dalam perilaku hewan. Dalam hal
meminang, perilaku hewan memastikan dahulu, jika termasuk anggota spesies
sama, bukan dari anggota yang lain, sehingga dapat dijadikan pasangan. Misalnya,
tingkah laku kunag-kunang saat berpasangan walauu enunjukkan spesiea yang
sama, juga mempunyai perilaku berbeda dalam menemukan bahwa kunang-
kunang betina mempunyai pasangannya tersendiri. Hal ini dapat dilihat dari pola
cahaya dar kunang-kunang yang menyala berbeda pada waktu senja. Kunang-
kunang betina dari satu spesies akan menanggapi hanya pada pejantan tertentu
dengan memerlihatkan pola nyala lampu spesies tertentu.
Beberapa kebiasaan meminang membantu mencegah betina membunuh
pejantan sebelum mereka memiliki kesempatan untuk berpasangan.
Contohnya,pada beberapa laba-laba pejantannya lebih kecil daripada betina dan
beresiko untuk dimakan jika pejantan mendekati betina.sebelum berpasangan
pejantan dan beberapa spesies menunjukkan beberapa tanda-tanda. Seperti
serangga membungkus diri dalam jarring-jaring yang sempurna.sementara betina
yang tidak terbungkus dan memakan serangga. Pejantan mampu berpasangan
dengannya memerlukan penyerangan. Setelah berpasangan, pejantan akan
dimakan oleh betina.
Perilaku hewan bawaan meliputi taksis dan refleks. Taksis: Bereaksi terhadap
stimulus dengan bergerak secara otomatis langsung mendekati atau menjauh dari
atau pada sudut tertentu terhadapnya. Macam-macam taksis: kemotaksis,
fototaksis, magnetotaksis. Refleks: Respon bawaan paling sederhana yang
dijumpai pada hewan yang mempunyai system saraf. Refleks adalah respon
otomatis dari sebagian tubuh terhadap suatu stimulus. Respon terbawa sejak lahir,
artinya sifatnya ditentukan oleh pola reseptor, saraf, dan efektor yang diwariskan.
Contoh: refleks rentangan.
Mesin refleks rentang memberikan mekanisme pengendalian yang teratur
dengan baik, yang:
a. Mengarahkan kontraksi refleks otot
b. Menghambat kontraksi otot-otot antagonis
12
c. Terus-menerus memonitor keberhasilan yang dengannya perintah-perintah
dari otak diteruskan, dan dengan cepat dan secara otomatis membuat setiap
penyesuaian sebagai pengganti yang perlu.
- Naluri: Pola perilaku kompleks yang, sebagaimana refleks, merupakan
bawaan, agak tidak fleksibel, dan mempunyai nilai bagi hewan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Naluri lebih rumit dibandingkan
dengan refleks dan dapat melibatkan serangkai aksi.
- Pelepas Perilaku Naluriah: sekali tubuh siap di bagian dalam untuk tipe
perilaku naluriah tertentu, maka diperlukan stimulus luar untuk mengawali
respon. Isyarat yang memicu aksi naluriah disebut pelepas (release). Begitu
respon tertentu dilepaskan, biasanya langsung selesai walaupun stimulus
efektif segera ditiadakan. Isyarat kimia, yaitu feromon, berfungsi sebagai
pelepas penting pada serangga sosial.
- Perilaku Ritme dan Jam Biologis: perilaku berulang-ulang pada interval
tertentu yang dinyatakan sebagai ritme atau periode. Daur perilaku ritme dapat
selama dua jam atau setahun.
2. Perilaku Terajar (Terlatih)
Perilaku terajar adalah perilaku yang lebih kurang diperoleh atau dimodifikasi
secara permanen sebagai akibat pengalaman individu.
- Kebiasaan: hampir semua hewan mampu belajar untuk tidak bereaksi
terhadap stimulus berulang yang telah dibuktikan tidak merugikan. Fenomena
ini dikenal sebagai kebiasaan (habituasi) dan merupakan suatu contoh belajar
sejati.
- Keterpatrian/Tanggap Tiru Imprinting: Merupakan salah satu contoh
belajar yang khusus dan nyata. Contoh: jika seekor anak angsa yang baru
menetas dihadapkan pada sebuah benda yang dapat bergerak dan
mengeluarkan bunyi yang dapat terdengar, hewan itu akan mengikutinya
sebagaimana mereka mengikuti induknya, Waktu penghadapan cukup kritis,
karena jika dilakukan beberapa hari setelah menetas, keterpatrian tidak terjadi.
Keterpatrian ini dikenal berkat penelitian Konrad Lorenz.
- Respon yang Diperlazimkan: merupakan perilaku terajar yang paling
sederhana, pada dasarnya adalah respon sebagai hasil pengalaman, disebabkan
oleh suatu stimulus yang berbeda dengan yang semula memicunya. Ivan
Pavlov, fisiologiawan Rusia, dalam penelitiannya dengan anjing menemukan
13
bahwa jika anjing diberi makanan pada mulutnya, ia akan mengeluarkan air
liur yang mungkin merupakan refleks bawaan yang melibatkan kuncup rasa,
neuron sensori, jaring-jaring neuron di otak, dan neuron motor yang menuju
kelenjar ludah. Pavlov kemudian menemukan jika pada saat meletakkan
makanan di mulut anjing ia membunyikan bel, anjing selanjutnya akan berliur
setiap kali anjing tersebut mendengar bel. Hal ini merupakan respon yang
diperlazimkan. Anjing telah belajar bereaksi terhadap stimulus pengganti,
yaitu stimulus yang diperlazimkan.
- Pelaziman Instrumental: Prinsip pelaziman dapat dipakai untuk melatih
hewan melakukan tugas yang bukan pembawaan lahir. Dalam hal ini, hewan
ditempatkan pada suatu keadaan sehingga dapat bergerak bebas dan
melakukan sejumlah kegiatan perilaku yang berlain-lainan. Peneliti dapat
memilih untuk memberi imbalan hanya pada perilaku tertentu. Latihan ini
dikenal sebagai pelaziman instrumental atau pelaziman operan (istilah kedua
diberikan oleh psikolog B.F. Skinner yang terkenal karena dapat melatih
merpati untuk bermain pingpong dan bermain piano mainan).
- Motivasi: Diantara kebanyakan hewan, motivasi (terkadang disebut juga
dorongan) dihubungkan dengan kebutuhan fisiknya. Seekor hewan yang haus
akan mencari air dan yang merasa lapar akan mencari makanan. Kepuasan
terhadap dorongan merupakan kekuatan motivasi dibalik perilaku hewan
tersebut. Sebagian besar perilaku spontan hewan-hewan ini merupakan akibat
usaha memelihara homeostasis. Banyak diantara dorongan ini bersumber
dalam hipotalamus. Dalam semua kasus, hipotalamus mengawali respon yang
berakibat penurunan dorongan tersebut, dan dapat pula menghambat beberapa
di antara respon tadi bila titik kepuasan tercapai.
- Konsep: Kebanyakan hewan memecahkan masalah dengan mencoba-coba.
Selama ada motivasi yang memadai hewan akan mencoba setiap alternatif dan
secara bertahap, melalui kegagalan dan keberhasilan yang berulang, belajar
memecahkan masalahnya. Manusia umumnya tidak sekedar belajar dengan
cara mencoba-coba. Bila dihadapkan pada suatu masalah, manusia mungkin
melakukan satu atau dua usaha sembarang sebelum “berhasil”
memecahkannya. Respon ini disebut wawasan. Wawasan mencakup
menanamkan hal-hal yang telah dikenal dengan cara-cara baru. Jadi
merupakan tindakan kreatif sejati. Wawasan juga bergantung pada
14
perkembangan konsep atau prinsip. Pemecahan masalah dengan menggunakan
konsep melibatkan suatu bentuk penalaran. Ada dua proses pemikiran
berlainan namun berkaitan yang terlibat, yaitu penalaran induktif dan
penalaran deduktif. Penalaran induktif berarti mempelajari prinsip umum dari
pengalaman dengan situasi khusus dan jelas. Penalaran deduktif, menerapkan
prinsip umum pada situasi khusus yang baru.

Dalam melakukan interaksi, hewan memiliki cara masing-masing. Adapun


cara perilaku sosial hewan, yaitu sebagai berikut:
1. Komunikasi antar serangga diperlukan diantaranya dalam mendapatkan pasangan,
komunikasi terjadi bila salah satunya memberi signal atau isyarat yang bisa
berupa signal visual, sentuhan suara, dan kimiawi. Komunikasi ini bisa dilakukan
dalam jarak jauh, biasanya melibatkan alat visual, bahan kimia tersebar di udara,
alat pendengar (auditory) dan lain-lain. Dalam tubuh serangga bahan kimia
diproduksi di suatu bagian dan disebarkan ke bagian lain, disebut hormon, dan ada
yang dikeluarkan oleh suatu individu untuk mempengaruhi individu lain
Komunikasi kimia terjadi karena adanya bahan kimia yang mempengaruhi
perilaku. Untuk komunikasi jarak dekat biasanya menggunakan kombinasi
beberapa organ perasa. Jenis komunikasi ini ada yang sifanya khusus digunakan
antar individu dalam suatu spesies (intraspesifik) dan ada yang digunakan antar
spesies yang berbeda (interspesifik).
2. Komunikasi visual berhubungan dengan penglihatan, seperti kupu-kupu jantan
melihat adanya kupu-kupu betina, kunang-kunang jantan yang terbang dan
menyala di malam hari, dan komunikasi pada lebah madu yang melakukan tarian-
tarian untuk memberi tahu temannya jika menemukan sumber makanan.
3. Komunikasi suara atau auditory communication dapat terjadi karena adanya
gerakan fibrase dan gerakan pada alat stidulasi. Alat studulasi, gerakan
menggaruk, seperti pada belalang ketika sayap belakangnya menggaruk femur
belakang.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pola perilaku sosial merupakan Perilaku yang dilakukan oleh satu individu
atau lebih yang menyebabkan terjadinya interaksi antar individu dan antar kelompok,
umumnya dari spesies yang sama.
Macam- macam pola perilaku social pada hewan, yaitu perilaku agonistic,
hirarki dominansi, teritorialitas, sistem perkawinan, dan perilaku makan.
B. Saran
Apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat penulisan yang keliru atau
kekurang lengkapan isi mohon masukannya guna melengkapi pembuatan makalah di
kemudian hari.

16
DAFTAR PUSTAKA

Dirgayusa, I. W. 1995. Jalak Bali Leucopsar rothschildi Stresemann :Tinjauan Status,


Pengetahuan dan Konservasi. Workshop Important Bird Area. Bird Life International
Indonesia Programme.

Winarno, G. D. (2018). Perilaku satwa liar (ethology). Bandar Lampung: AURA.

Rahayu,.A. S,. 2001. Studi Perilaku dan Habitat Beruk (Macaca nemestrina) Linneaus, 1996)
di Kawasan Lindung HPHTI PT. RAPP, Riau. IPB. Bogor.

Sadjudin, H.R.1984. Studi Perilaku dan Populasi 47 Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus
Desmarest 1822) di Ujung Kulon. Tesis Sarjana Fakultas Biologi UNAS. Tidak
dipublikasikan

Winarno, GD. 2015. Pengembangan Ekowisata Gajah di Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan Propinsi Lampung. Disertasi. IPB Bogor.

Zulfikri. 2013. Sebaran dan Pola Perilaku Kuau Raja (Argusianus argus) di Stasiun
Penelitian Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Skripsi.
Bogor. Institut Pertanian Bogor.

17

Anda mungkin juga menyukai