Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“PANEN DAN PASCA PANEN”

Mata Kuliah Botani Ekonomi Holtikultura

Dosen Pengampu : Dra. Lestari M.P. Alibasyah, M.Si

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 4

MUH. YAZID ILMANY A22120029

WINANDA A22120064

RIFKA A22120067

ANNI BATU A22120110

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Ta’ala yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang atas limpahan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah sebisa mungkin menulis upayakan dengan didukung bantuan


dari berbagai pihak sehingga penyusunan makalah berjalan dengan baik dan lancar. Untuk itu
tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Tidak lupa juga penulis sangat
mengharapkan semoga makalah sederhana ini dapat diambil manfaatnya.

Palu, Februari 2023

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3

A. Pengertian Panen dan Pasca Panen ....................................................................... 3


B. Penentuan Waktu Panen ......................................................................................... 3
C. Cara Panen ............................................................................................................... 5
D. Perubahan Yang Terjadi Setelah Panen................................................................ 7
E. Penanganan Segera Setelah Panen ......................................................................... 9
F. Penanganan Pasca Panen ........................................................................................10

BAB III PENUTUP ..............................................................................................................12

A. Kesimpulan ...............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemanenan adalah pekerjaan terakhir budidaya tanaman (bercocok tanam),
tetapiini adalah pekerjaan awal pasca panen, yaitu mempersiapkan penyimpanan
danpenjualan. Pascapanen diartikan sebagai berbagai tindakan atau perlakuan
yangdilakukan terhadap hasil pertanian setelah panen hingga barang dikirim
kekonsumen.
Dalam bidang pertanian istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai
tindakan atau perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai
komoditas berada di tangan konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat
disebut Pasca produksi (Post production) yang dapat dibagi dalam dua bagian atau
tahapan, yaitu pasca panen (post harvest) dan pengolahan (processing). Penanganan
pasca panen (post harvest) sering disebut juga sebagai pengolahan primer (primary
processing) merupakan istilah yang digunakan untuk semua perlakuan dari mulai
panen sampai komoditas dapat dikonsumsi “segar” atau untuk persiapan pengolahan
ber ikutnya. Umumnya perlakuan tersebut tidak mengubah bentuk penampilan atau
penampakan, kedalamnya termasuk berbagai aspek dari pemasaran dan distribusi.
Pengolahan (secondary processing) merupakan tindakan yang mengubah hasil
tanaman ke kondisi lain atau bentuk lain dengan tujuan dapat tahan lebih lama
(pengawetan), mencegah perubahan yang tidak dikehendaki atau untuk penggunaan
lain. Kedalamnya termasuk pengolahan pangan dan pengolahan industri.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut.
1. Apa pengertian panen dan pasca panen?
2. Bagaimana penentuan waktu panen?
3. Bagaimana cara panen?
4. Apa perubahan yang terjadi setelah panen?
5. Bagaimana penanganan segera setelah panen?
6. Bagaimana penanganan pasca panen?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian panen dan pasca panen

1
2. Untuk mengetahui cara penentuan waktu panen
3. Untuk mengetahui cara panen
4. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi setelah panen
5. Untuk mengetahui penanganan segera setelah panen
6. Untuk mengetahui penanganan pasca panen

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Panen dan Pasca Panen


Panen merupakan suatu rangkain proses dalam perkebunan ataupun pertanian
yang dilakukan untuk mengumpulkan dan mendapatkan buah dari hasil panen yang
akan dialokasikan baik langsung kepada distributor maupun konsumen langsung
(Lestari, 2017). Dimana sebelum adanya panen terdapat proses pra – panen yang
merupakan persiapan sebelum melakukan proses panen, dimana pada proses ini harus
di perhitungkan kualitas hasil panen dalam waktu yang tepat dengan cara yang tepat
sebelum di panen. Dan juga proses pasca – panen yang merupakan proses setelah
dilakukannya panen, dimana pada proses ini pemanen akan membersihkan bekas
panen dan mempersiapkan lahan untuk siap tanam bibit selanjutnya. Sehingga setiap
proses ini memiliki kesatuan rangkaian yang cukup penting untuk menjaga dan
meningkatkan kualitas hasil panen sekarang maupun kedepannya (Surya, 2016).
Pascapanen adalah aktivitas untuk menaikkan kualitas hasil pertanian, untuk
itu bermacam perlakuan diberikan pada komoditas pertanian setelah panen hingga
komoditas sampai di tangan konsumen. Perlakuan pascapanen bertujuan supaya
komoditas pertanian baik serta cocok ataupun pas pada saat disantap ataupun dikala
digunakan untuk bahan baku pengolahan (Prastowo et al., 2010).
B. Penentuan Waktu Panen
Panen merupakan pekerjaan akhir dari budidaya tanaman (bercocok tanam),
tapi merupakan awal dari pekerjaan pasca panen, yaitu melakukan persiapan untuk
penyimpanan dan pemasaran. Pada dasarnya yang dituju pada perlakuan panen adalah
mengumpulkan komoditas dari lahan penanaman, pada taraf kematangan yang tepat,
dengan kerusakan yang minimal, dilakukan secepat mungkin dan dengan biaya yang
“rendah”.
Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, 2 hal utama yang perlu
diperhatikan pada pemanenan, yaitu:
1. Menentukan waktu panen yang tepat. Yaitu menentukan “kematangan” yang tepat
dan saat panen yang sesuai, dapat dilakukan berbagai cara, yaitu:
- Cara visual / penampakan: misal dengan melihat warna kulit, bentuk buah,
ukuran, perubahan bagian tanaman seperti daun mengering dan lain-lain

3
- Cara fisik: misal dengan perabaan, buah lunak, umbi keras, buah mudah
dipetik dan lain-lain.
- Cara komputasi, yaitu menghitung umur tanaman sejak tanam atau umur buah
dari mulai bunga mekar.
- Cara kimia, yaitu dengan melakukan pengukuran/analisis kandungan zat atau
senyawa yang ada dalam komoditas, seperti: kadar gula, kadar tepung, kadar
asam, aroma dan lain-lain.
2. Melakukan penanganan panen yang baik. Yaitu menekan kerusakan yang dapat
terjadi. Dalam suatu usaha pertanian (bisnis) cara-cara panen yang dipilih perlu
diperhitungankan, disesuaikan dengan kecepatan atau waktu yang diperlukan
(sesingkat mungkin) dan dengan biaya yang rendah.

Untuk menentukan waktu panen mana atau kombinasi cara mana yang sesuai
untuk menentukan kematangan suatu komoditas, kita harus mengetahui proses
pertumbuhan dan kematangan dari bagian tanaman yang akan dipanen. Contohnya:

- Tomat dan Cabai adalah sayuran buah, proses pertumbuhannya dari buah
terbentuk, buah kecil, membesar sampai suatu ketika ukurannya tidak
bertambah lagi, kemudian baru terjadi perubahan warna buah yang dapat
terlihat sebagai kriteria matang. Perubahan warna pada tomat dari hijau - hijau
kekuningan - kuning kemerahan - merah merata. Pada cabai : buah warna
hijau - hijau kemerahan – merah merata - merah tua
- Kentang adalah umbi batang. Umbi dalam tanah dapat mulai terbentuk pada
umur tanaman 3 minggu. Pembesaran umbi terjadi selama daun tanaman
masih hijau. Pematangan umbi terjadi setelah daun tanaman menguning dan
kering, kulit yang tadinya mudah terkelupas akan melekat/ lengket. Ini
merupakan ciri umbi telah tua.
- Pada bawang merah, umbi bawang merupakan pembesaran dari pelepah daun,
jadi berlapis-lapis. Pembesaran umbi terjadi selama daun masih hijau,
pematangan dicirikan dari pertumbuhan yang terhenti, kemudian “leher”
mengecil/lunak/menutup. Lapisan paling luar akan mengering dan berfungsi
sebagai kulit yang melindungi bagian dalam dari umbi.
- Jagung dapat dipanen sebagai jagung semi (baby corn = bunga betina yang
belum terserbuki), jagung putri, jagung sayur, jagung biji kering dan jagung

4
untuk benih. Ciri-ciri kematangan dari masing-masing sesuai dengan stadia
pertumbuhan buah.

Menentukan waktu panen atau kematangan yang tepat juga tergantung dari
komoditas dan tujuan/ jarak pemasarannya atau untuk tujuan disimpan.
- Untuk serealia (biji-bijian), hasil tanaman dipanen saat biji sudak tua dan
mengering.
- Pada buah-buahan, untuk pemasaran jarak dekat, komoditas dapat dipanen
saat sudah matang benar dan ini umumnya tidak sulit untuk ditentukan, tapi
untuk pemasaran jarak jauh atau untuk dapat disimpan lama, kita harus
mempertimbangkan jarak atau waktu tersebut dengan proses kematangan yang
terjadi dari tiap komoditas. Bila panen terlalu awal, kualitas hasil akan rendah,
begitu juga bila panen terlambat, komoditas tidak tahan lama disimpan.

Selain menentukan kematangan yang tepat, saat akan melakukan panen juga
harus memperhatikan kondisi lingkungan yang sesuai. Contohnya sebagai berikut.
Untuk sayuran buah seperti tomat dan cabai, panen sebaiknya dilakukan tidak terlalu
pagi atau bila kabut telah lewat dan hari tidak hujan. Kelembaban yang terbawa pada
buah dapat menyebabkan buah mudah terserang penyakit, sehingga mudah busuk.
Untuk kentang dan bawang merah panen harus dilakukan saat udara cerah dan ada
sinar matahari, karena kentang dan bawang setelah dikeluarkan dari dalam tanah perlu
pengeringan/perawatan kulit (curing), dengan dijemur sebentar, agar terbentuk
penebalan kulit dan penyembuhan luka. Selain itu juga agar tanah yang menempel di
kulit dapat segera kering, mudah terlepas dan umbi menjadi bersih. Pembersihan
tanah dari umbi ini tidak boleh dilakukan dengan cara dicuci. Pekerjaan perawatan ini
harus dilakukan segera setelah panen, tidak boleh ditunda. Untuk jagung biji kering
dan juga biji-bijian yang lain, panen sebaiknya dilakukan pada saat udara cerah,
karena setelah panen perlu segera dijemur untuk mengurangi kadar air biji. Pada
panen jagung, biji yang tidak segera kering mudah terserang Aflatoxin yang
merupakan racun bila digunakan sebagai makanan ternak.
C. Cara Panen
Tingkat dan tipe diperlukaan serta kememaran pada buah yang dipanen dapat
dikendalikan dengan menggunakan teknik-teknik pemanenan yang tepat. Pemanenan
buah-buahan secara mekanik belum banyak dilakukan dikarenakan sejumlah faktor
5
pembatas, seperti tingkat kemasakan buah yang tidak seragam didalam satu pohon
serta bentuk morfologi tanaman yang bervariasi. Oleh sebab itu, pada umumnya
pemanenan dilakukan dengan secara manual, yakni dengan pemotongan tangkai buah
dengan pisau atau gunting pangkas,
Pemanenan secara manual ini merupakan metode terbaik bila di pandang dari
sudut kualitas buah, karana pemanenan dapat dilakukan secara selektif terhadap buah-
buah yang sudah memasuki fase matang fsiologis. Dengan demikian, hanya buah-
buah yang telah memenuhi kriteria panen yang boleh dipetik. Disamping itu,
penanganan buah dapat lebih terkendali karena buah ditangani satu-persatu mulai dari
pemetikan dipohon sampai memasukkannya kedalam keranjang penampungan di
lapangan. Di negara maju yang telah mengenal mekanisasi pertanian pun pemanenan
dengan tangan masih banyak diterapkan.
Pemanenan sebaiknya menggunakan alat potong. seperti pisau atau gunting
pangkas (secatues) yang tajam. Penggunaan alat-alat yang tajam tidak saja dapat
mengurangi resiko kerusakan pada tangkai buah, tetapi juga dapat mempercepat
pekerjaan sehingga hasil panenan persatuan waktu dapat lebih tinggi dengan kualitas
yang lebih baik. Terhadap buah-buah yang letaknya tinggi. dianjurkan untuk
menggunakan tangga guna menjangkau buah-buah tersebut. Sedapat mungkin hindari
pemanenan dengan cara memanjat pohon, karena beban yang berat dari tubuh si
pemanen dapat menyebabkan patahnya dahan. Disamping itu, apabila pada pohon
bersarang serangga, bahkan dapat berbahaya bagi si pemanen.
Untuk produk hortikultura, pemanenan secara manual merupakan metode
yang dianggap paling baik, bahkan di negara maju yang telah mengenal mekanisasi
pertanianpun para petani masih menerapkan pemanenan secara manual, terutama
untuk menjaga mutu produk agar tetap tinggi. Seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, cara pemanenan produk hortikultura banyak mengalami
kemajuan, mulai dari manual menjadi setengah manual atau semi-mekanisasi hingga
mekanisasi secara keseluruhan.
Berubahnya cara panen berimbas pula pada teknik bercocok tanam serta arah
seleksi atau pemuliaan tanaman. Miahya, bila pada awalnya pemanenan dilakukan
secara manual maka seleksi tanaman diarahkan pada penciptaan tanaman yang
memilki tipe pertumbuhan menjalar, respon terhadap jarak tanam lebar dan berbuah
lebat. Namun, bila pemungutan hasil akan dilakukan secara mekanisasi, maka seleksi
tanaman diarahkan untuk mendapat tanaman-tanaman perawakan pendek
6
pertumbuhan seragam. Sehingga panen dapat dilakukan serentak dan respon terhadap
jarak tanam sempit, disamping tanaman tersebut harus berbuah lebat pula.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada penanganan panen, yaitu sebagai
berikut:
1. Lakukan persiapan panen dengan baik. Siapkan alat-alat yang dibutuhkan, tempat
penampungan hasil dan wadah-wadah panen, serta pemanen yang terampil dan
tidak ceroboh.
2. Pada pemanenan, hindari kerusakan mekanis dengan melakukan panen secara
hati-hati. Panen sebaiknya dilakukan dengan tangan atau menggunakan alat bantu
yang sesuai. Misal tomat dan cabai dipetik dengan tangan, bawang merah dicabut
dan pada kentang, tanah di sekitar tanaman dibongkar dengan menggunakan
cangkul atau kored dan umbi di keluarkan dari dalam tanah. Hindari
kerusakan/luka pada umbi saat pembongkaran tanah.
3. Memperhatikan bagian tanaman yang dipanen. Misal: Tomat dipanen tanpa
tangkai untuk menghindari luka yang dapat terjadi karena tangkai buah yang
mengering menusuk buah yang ada di atasnya. Cabai dipetik dengan tangkainya,
bawang merah dicabut dengan menyertakan daunnya yang mengering, kentang
dipanen umbinya, dilepaskan dari tangkai yang masih menempel. Jagung sayur
dipanen berikut klobotnya.
4. Gunakan tempat / wadah panen yang sesuai dan bersih, tidak meletakkan hasil
panen di atas tanah atau di lantai dan usahakan tidak menumpuk hasil panen
terlalu tinggi.
5. Hindari tindakan kasar pada pewadahan dan usahakan tidak terlalu banyak
melakukan pemindahan wadah. Pada tomat, hindari memar atau lecet dari buah
karena terjatuh, terjadi gesekan atau tekanan antar buah atau antar buah dengan
wadah. Meletakan buah dengan hati-hati, tidak dengan cara dilempar-lempar.
6. Sedapat mungkin pada waktu panen pisahkan buah atau umbi yang baik dari buah
atau umbi yang luka, memar atau yang kena penyakit atau hama, agar kerusakan
tersebut tidak menulari buah atau umbi yang sehat.
D. Perubahan Yang Terjadi Di Dalam Produk Setelah Panen
Mutu produk hortikutura relatif tergantung pada tujuan produksinya.
Misalnya, mutu buah tomat untuk olahan berupa pasta dicerminkan oleh bebas
penyakit patogenik maupun penyakit fisiologis dengan wama bagian dalamnya merah
merata. Sedangkan bila buah tersebut diperuntungkan bagi konsumsi segar, maka
7
mutunya dicerminkan pula oleh ukuran besar atau kecilnya buah serta warna kulit
yang merah dan penampilannya yang licin.
Untuk menghindarkan kerancuan istilah, maka mutu produk hortikultura
dibedakan atas kondisi dan penampakan (appearance). Yang dimaksud dengan
kondisi ada tidaknya penyaki, kerusakan, atau kelainan-kelainan fisiologis. Wakupun
sering dianggap bahwa kondisi produk yang bagus akan mencerminkan mutu yang
tinggi, namun hal ini tidak selalu benar, sementara itu, penampakan mengacu kepada
sifat-sifat visual produk, seperi warna, bentuk, dan ukuran. Sama seperti halnya
kondisi, penampakan tidak selalu menunjukkan mutu yang diharapkan.
Produk-produk holtikultura yang telah dipanen atau dipetik mengalami
sejumlah proses fisiologis dan biokimia seperti yang disajikan pada tabel dibawah
berikut ini.

Jenis Perubahan Sifat Proses Arti Pentingnya


Kehilangan air Transpirasi Penampakan tidak menarik
Evaporasi Perubahan tekstur,
kehilangan berat, dan kisut
Konversi karbohidrat Enzimatik Pati ke gula: merugikan pada
kentang, berguna pada pisang
Gula ke pati: merugikan pada
jagung manis dan berbagai
bahan pangan
Rasa (flavour) Enzimatik Umumnya merugikan namun
bermanfaat bagi buah pir,
kesemek, pisang, nanas dan
durian
Pelunakan Enzimatik Pada umumnya merugikan,
Transpirasi namun bermanfaat bagi buah
Evaporasi pir dan pisang
Warna Pembentukan dan Dapat merugikan maupun
perombakan pigmen menguntungkan pada
sejumlah produk
Menjadi liat Pembentukan serat Merugikan pada seledrai,
selada dan toge

8
Vitamin Enzimatik Bertambah vit. A, hilang Vit.
C
Bertunas, berakar atau Pertumbuhan dan Merugikan pada kentang,
memanjang perkembangan bawang, asparagus dan toge
Busuk dan rusak Patologis Merugikan pada semua
Fisiologis produk hortikultura

E. Penanganan Segera Setelah Panen


Pada penanganan hasil tanaman, ada beberapa tindakan yang harus dilakukan
segera setelah panen, tindakan tersebut bila tidak dilakukan segera akan menurunkan
kualitas dan mempercepat kerusakan sehinga komoditas tidak tahan lama disimpan.
Perlakuan tersebut antara lain:
a. Pengeringan (drying), yaitu bertujuan mengurangi kadar air dari komoditas. Pada
biji-bijian pengeringan dilakukan sampai kadar air tertentu agar dapat disimpan
lama. Pada bawang merah pengeringan hanya dilakukan sampai kulit mengering.
b. Pendinginan pendahuluan (precooling), yaitu untuk buah-buahan dan sayuran
buah. Buah setelah dipanen segera disimpan di tempat yang dingin/sejuk, tidak
terkena sinar matahari, agar panas yang terbawa dari kebun dapat segera
didinginkan dan mengurangi penguapan sehingga kesegaran buah dapat bertahan
lama. Bila fasilitas tersedia, precooling ini sebaiknya dilakukan pada temperature
rendah (sekitar 10oC) dalam waktu 1-2 jam.
c. Pemulihan (curing), yaitu untuk ubi, umbi dan rhizome. Pada bawang merah, jahe
dan kentang dilakukan pemulihan dengan cara dijemur selama 1-2 jam sampai
tanah yang menempel pada umbi kering dan mudah dilepaskan/umbi dibersihkan,
setelah itu juga segera disimpan di tempat yang dingin/sejuk dan kering. Untung
kentang segera disimpan di tempat gelap (tidak ada penyinaran). Curing juga
berperan menutup luka yang terjadi pada saat panen.
d. Pengikatan (bunching), yaitu dilakukan pada sayuran daun, umbi akar (wortel)
dan pada buah yang bertangkai seperti rambutan, lengkek, dan lain-lain.
Pengikatan dilakukan untuk memudahkan penanganan dan mengurangi kerusakan.
e. Pencucian (washing), yaitu, dilakukan pada sayuran daun yang tumbuh dekat
tanah untuk membersihkan kotoran yang menempel dan memberi kesegaran.
Selain itu, dengan pencucian juga dapat mengurangi residu pestisida dan hama

9
penyakit yang terbawa. Pencucian disarankan menggunakan air yang bersih,
penggunaan desinfektan pada air pencuci sangat dianjurkan. Kentang dan ubi jalar
tidak disarankan untuk dicuci. Pada mentimun, pencucian berakibat buah tidak
tahan simpan, karena lapisan liin pada permukaan buah ikut tercuci. Pada pisang,
pencucian dapat menunda kematangan.
f. Pembersihan (cleaning, trimming), yaitu membersihkan dari kotoran atau benda
asing lain, mengambil bagian-bagian yang tidak diperlukan seperti daun, tangkai
atau akar yang tidak diperlukan.
g. Sortasi, yaitu pemisahan komoditas yang layak pasar (marketable) dengan tidak
layak pasar, terutama yang cacat dan terkena hama atau penyakit agar tidak
menular pada yang sehat.
F. Penanganan Pasca Panen
Penanganan pasca panen bertujuan agar hasil tanaman tersebut dalam kondisi
baik dan sesuai/tepat untuk dapat segera dikonsumsi atau unutk bahan baku
pengolahan. Prosedur/perlakuan dari penanganan pasca panen berbeda untuk berbagai
bidang kajian antara lain:
a. Penanganan pasca panen pada komoditas perkebunan yang ditanam dalam skala
luas seperti kopi, teh, tembakau dll., sering disebut pengolahan primer, bertujuan
menyiapkan hasil tanaman untuk industri pengolahan, perlakuannya bisa berupa
pelayuan, penjemuran, pengupasan, pencucian, fermentasi dll.
b. Penanganan pasca panen pada produksi benih bertujuan mendapatkan benih yang
baik dan mempertahankan daya kecambah benih dan vigornya sampai waktu
penanaman. Teknologi benih meilputi pemilihan buah, pengamblian biji,
pembersihan, penjemuran, sortasi, pengemasan, penyimpanan, dll.
c. Penanganan pasca panen pada komoditas tanaman pangan yang berupa biji-bijian
(cereal/grains), ubi-ubian dan kacangan yang umumnya dapat tahan agak lama
disimpan, bertujuan mempertahankan komoditas yang telah dipanen dalam
kondisi baik serta layak dan tetap enak dikonsumsi. Penanganannya dapat berupa
pemipilan/perontokan, pengupasan, pembersihan, pengeringan (curing / drying),
pengemasan, penyimpanan, pencegahan serangan hama dan penyakit, dll.
d. Penanganan pasca panen hasil hortikultura yang umumnya dikonsumsi segar dan
mudah “rusak” (perishable), bertujuan mempertahankan kondisi segarnya dan
mencegah perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki selama penyimpanan,
seperti pertumbuhan tunas, pertumbuhan akar, batang bengkok, buah keriput,
10
polong alot, ubi berwarna hijau (greening), terlalu matang, dll. Perlakuan dapat
berupa: pembersihan, pencucian, pengikatan, curing, sortasi, grading,
pengemasan, penyimpanan dingin, pelilinan, dll.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Panen merupakan suatu rangkain proses dalam perkebunan ataupun pertanian
yang dilakukan untuk mengumpulkan dan mendapatkan buah dari hasil panen yang
akan dialokasikan baik langsung kepada distributor maupun konsumen langsung.
Sedangkan, pascapanen adalah aktivitas untuk menaikkan kualitas hasil pertanian,
untuk itu bermacam perlakuan diberikan pada komoditas pertanian setelah panen
hingga komoditas sampai di tangan konsumen.
Untuk menentukan waktu panen mana atau kombinasi cara mana yang sesuai
untuk menentukan kematangan suatu komoditas, kita harus mengetahui proses
pertumbuhan dan kematangan dari bagian tanaman yang akan dipanen.
Untuk produk hortikultura, pemanenan secara manual merupakan metode
yang dianggap paling baik, bahkan di negara maju yang telah mengenal mekanisasi
pertanianpun para petani masih menerapkan pemanenan secara manual, terutama
untuk menjaga mutu produk agar tetap tinggi. Seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, cara pemanenan produk hortikultura banyak mengalami
kemajuan, mulai dari manual menjadi setengah manual atau semi-mekanisasi hingga
mekanisasi secara keseluruhan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Mutiarawati, T. (2007). Penanganan pasca panen hasil pertanian. Jawa Barat : Universitas
Padjadjaran

Arifin, M. S. dkk. (1992). Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Kopi. Pusat Penelitian
Perkebunan. Gambung: Bandung

Pratama, A. (2013). Tujuan penanganan pasca panen. Jurnal Ilmiah Pertanian. 5(3); 34-45.

13

Anda mungkin juga menyukai