tentang
Disusun Oleh :
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“PENANGANAN PASCA PANEN DAN PENGOLAHAN PASCA PANEN”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Pertanian.
Sehubungan dengan tersusunnya makalah ini kami mendapat bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan kelemahannya.
Oleh karena itu, kritik dan saran para pembaca akan kami terima dengan senang hati demi
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat, khususnya bagi kami dan bagi
para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
II. PEMBAHASAN
III. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kegiatan pasca panen bertujuan mempertahankan mutu produk segar agar tetap prima
sampai ke tangan konsumen, menekan losses atau kehilangan karena penyusutan dan
kerusakan, memperpanjang daya simpan dan meningkatkan nilai ekonomis hasil
pertanian. Penanganan pasca panen dapat diartikan sebagai segala kegiatan atau pelakuan
penanganan produk atau komoditas pertanian setelah panen sampai ketangan konsumen.
Penanganan pasca panen ini biasanya komoditas masih dalam bentuk bahan mentah atau
disebut produk Primer, yang berarti produk hasil pertanian masih berupa hasil panen tanpa
merubah dalam bentuk lain.
Tidak hanya proses panen yang baik perlu diperhatian namun penanganan pasca
panen yang baik pun wajib untuk dilaksanakan. Dalam Peraturan Menteri Pertanian Republik
Indonesia Nomor 73/Permentan/OT.140/7/72013 prinsip dasar penanganan pasca panen
merupakan rangkaian kegiatan setelah panen yang dilakukan dalam tahapan dan waktu
sesingkat mungkin untuk menghantarkan produk hortikultura dari lahan produksi ke tangan
konsumen dalam keadaan segar dan baik.
Kegiatan penanganan pasca panen umumnya masih belum cukup baik dilakukan oleh
petani, packing house (rumah kemasan) maupun pedagang. Saat ini, kegiatan pasca panen di
tingkat petani umumnya dilakukan secara tradisional dengan alat yang sederhana. Oleh
karena itu, perbaikan sistem pengelolaan tanaman secara terpadu disertai pengembangan
teknologi pemanenan dan penanganan pasca panen merupakan salah satu unsur yang
diperlukan untuk mencapai mutu produk yang baik.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dari penanganan pasca panen dan pengolahan pasca panen ?
2. Prinsip penanganan pasca panen ?
3. Apa manfaat dari penanganan dan pengolahan pasca panen?
4. Bagaimanakah kegiatan penanganan pasca panen dan pengolahan pasca panen hasil pertanian
?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari penanganan pasca panen dan pengolahan pasca panen.
2. Untuk mengetahui Prinsip penanganan pasca panen.
3. Untuk mengetahui manfaat dari penanganan dan pengolahan pasca panen.
4. Untuk mengetahui kegiatan penanganan pasca panen dan pengolahan pasca panen.
Dalam bidang pertanian istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai tindakan atau
perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas berada di
tangan konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat disebut Pasca produksi
(Postproduction) yang dapat dibagi dalam dua bagian atau tahapan, yaitu pasca panen
(postharvest) dan pengolahan ( processing).
Penanganan pasca panen (postharvest) sering disebut juga sebagai pengolahan primer
( primary processing) merupakan istilah yang digunakan untuk semua perlakuan dari mulai
panen sampai komoditas dapat dikonsumsi “segar” atau untuk persiapan pengolahan
berikutnya. Umumnya perlakuan tersebut tidak mengubah bentuk penampilan atau
penampakan, kedalamnya termasuk berbagai aspek dari pemasaran dan distribusi.
Penanganan pasca panen adalah kegiatan yang penting yang masuk dalam sapta usaha
tani. Pentingnya penanganan pasca panen berdampak pada harga jual komoditas. Apabila
penanganan pasca panennya tepat maka kualitas hasil terjaga dan harga komoditas tetap
mengikuti harga pasar. Sedangkan jika kualitas menurun maka harga komoditas akan lebih
rendah dari harga pasar.
Pengolahan (secondary processing) merupakan tindakan yang mengubah hasil tanaman
ke kondisi lain atau bentuk lain dengan tujuan dapat tahan lebih lama (pengawetan),
mencegah perubahan yang tidak dikehendaki atau untuk penggunaan lain, ke dalamnya
termasuk pengolahan pangan dan pengolahan industri.
Prinsip dasar penanganan pasca panen yang baik adalah sebagai berikut :
1. Mengenali sifat biologis hasil tanaman yang akan ditangani, yaitu :
a) Hasil pertanian yang telah dipanen masih hidup, masih melakukan respirasi, dan
b) Sifat biologi setiap hasil pertanian berbeda, perlakuan pasca panen yang tepat
d) Struktur dan komposisi hasil tanaman dari tiap bagian tanaman berbeda.
matang – ranum, - “bonyok” Buah muda – jagung manis – biji keriput mentimun –
keriput atau menguning polong – alot, menguning Umbi dan ubi – bertunas /
berakar
b) Perubahan komposisi :
kadar air – berkurang karbohidrat - pati menjadi gula dan sebaliknya protein –
terurai lemak - menjadi tengik vitamin dan mineral – hilang / berkurang timbul
aroma / bau.
Perubahan-perubahan terjadi karena proses fisiologi (hidup) yang terlihat sebagai
perubahan fisiknya seperti perubahan warna, bentuk, ukuran, lunak, keras, alot,
keriput, dll. Juga bisa terjadi timbul aroma, perubahan rasa, peningkatan zat-zat
b) Kerusakan Mekanis
tanaman tersebut atau dengan benda lain. Kerusakan ini umumnya disebabkan
tindakan manusia yang dengan sengaja atau tidak sengaja dilakukan.Atau karena
kondisi hasil tanaman tersebut (permukaan tidak halus atau merata, berduri,
bersisik, bentuk tidak beraturan, bobot tinggi, kulit tipis, dll.). Kerusakan mekanis
c) Kerusakan Biologis
penanganan.
yang ditentukan.
hamapenyakit
b) Faktor lingkungan : Temperatur, kelembaban, komposisi udara, cahaya, angin,
tanah/media.
3. Mengurangi sampah, terutama di kota –kota dan ikut mengatasi masalah pencemaran
lingkungan.
Manfaat atau fungsi yang bisa didapat dengan melakukan pengolahan pasca panen ini
Bahan mentah yang diawetkan tentu dapat disimpan lama, oleh karena itu dapat
menjadi cadangan bahan pangan untuk kedepannya jika terjadi kriris bahan pengan
Semua bahan pangan yang diolah dapat dengan mudah disimpan dan dikirim ke
daerah lain. Manfaatnya, bahan pangan kita tidak akan busuk sebelum sampai di tujuan.
Bandingkan, lebih mahal mana ketika kamu membeli sayur di supermarket dengan
pasar tradisional? tentu lebih mahal di supermarket, padahal sayurnya sama. Namun, dapat
dilihat bahwa sayur disupermarket rata rata diberi sentuhan plastik warp dan diletakkan di
lemari pendingin sehingga sayur akan terlihat segar, selain itu sayur syur tersebut juga
pasar tradisional, hal itu tidak berlaku. Padahal, sedikit sentuhan dapat meningkatkan nilai
jual yang begitu tinggi. contohnya pemberian kemasan pada produk. Selain itu, juga dapat
4. Memperoleh produk hasil pertanian yang menarik dari segi tampilan, rasa, dan sifat
fisik
Hal ini jelas. Misalkan saja, tomat yang harganya jatuh dipasaran karena panen besar
besaran dapat sangat merugaikan, tapi jika tomat tersebut diolah jadi saus tomat, maka
tidak ada kata rugi. Oleh karena itu, kita juga harus dibekali ketrampilan mengolah bahan
pangan ini.
bahan lain.
Ada banyak sekali contohnya, salah satunya adalah limbah hasil pertanian dapat
7. Mendorong tambahnya industri non pertanian yang menunjang industri pertanian dan
industri lainnya
Dengan melakukan pengolahan pasca panen, kita membutuhkan alat yang tentunya
Bahan pangan mentah yang diolah dengan benar, akan menekan porsi mubazir, oleh
Dengan adanya pengolahan pasca panen maka akan meningkatkan nilai gizi dari hasil
pertanian tersebut. Sebagai contoh misalnya Susu yang diolah menjadi keju dan yogurt
sudah berbeda nilai gizinya. Begitu pula kedelai yang diolah menjadi tempe.
1. Pemanenan
Untuk menentukan saat panen yang tepat diperlukan petunjuk untuk mengetahui
waktu pemanenan komoditi hasil pertanian. Penentuan waktu panen hasil pertanian yang
a) Visual : melihat warna kulit, ukuran, masih adanya sisa tangkai putik, adanya
b) Fisik : mudahnya buah terlepas dari tangkai / adanya tanda merekah, ketegaran
c) Analisis Kimia : mengukur kandungan zat padat, asam, perbanding zat padat dengan
d) Perhitungan jumlah hari setelah bunga mekar dalam hubungannya dengan tanggal
f) Pada pemanenan hasil pertanian harus dilakukan secara hati - hati jangan sampai
terjatuh, tergores, memar, dan sebagainya, karena luka yang disebabkan oleh hal
Untuk menghidari kerusakan hasil pertanian pada saat pemanenan perlu diperhatikan
hal - hal berikut :
a) Jangan sampai hasil pertanian hasil panen terjatuh.
b) Gunakan alat panen (gunting, pisau yang tajam.
c) Wadah / Keranjang penampung hasil panen harus kuat, permukaan bagian dalamnya halus
dan mudah dibersihkan.
2. Pengumpulan
Lokasi pengumpulan/penampungan harus didekatkan dengan tempat pemanenan agar
tidak terjadi penyusutan atau penurunan kualitas akibat pengangkutan dari dan ke tempat
penampungan yang teralu lama/jauh. Perlakuan/tindakan penanganan dan spesifikasi wadah
yang digunakan harus disesuaikan dengan sifat dan karakteristik komoditi yang ditangani.
3. Sortasi
Hasil pertanian setelah dipanen perlu dilakukan sortasi dan pembersihan, dengan cara
memisahkan hasil pertanian yang berkualitas kurang baik (cacat, luka, busuk dan bentuknya
tidak normal) dari hasil pertanian yang berkualitas baik. Pada proses sortasi ini dapat
sekaligus dilakukan proses pembersihan (membuang bagian bagian yang tidak diperlukan).
Pembersihan dapat dilakukan dengan pisau / parang.
Selama sortasi harus diusahakan agar terhindar dari kontak sinar matahari langsung karena
akan menurunkan bobot / terjadi pelayuan dan meningkatkan aktivitas metabolisme yang
dapat mempercepat proses pematangan / respirasi.
4. Pembersihan / Pencucian
Pembersihan atau pencucian dimaksudkan untuk menghindari kerusakan yang tinggi
pada hasil pertanian, sebaiknya segera dilakukan pencucian agar hasil pertanian terbebas dari
kotoran, hama dan penyakit. Pencucian menggunakan air bersih yang mengalir untuk
menghindari kontaminasi.
Pencucian dengan air juga berfungsi sebagai pre-cooling untuk mengatasi kelebihan
panas yang dikeluarkan produk saat proses pemanenan. Pencucian hasil pertanian dapat
menggunakan alat seperti sikat yang lunak.
Hasil pertanian yang telah dicuci selanjutnya ditiriskan agar terbebas dari sisa air yang
mungkin masih melekat dan ditempatkan pada tempat tertentu. Untuk mempercepat penirisan
dibantu dengan kipas angin.
5. Grading
Penggolongan / pengkelasan (grading) dimaksudkan untuk mendapatkan hasil
pertanian yang bermutu baik dan seragam dalam satu golongan / kelas yang sama sesuai
standar mutu yang telah ditetapkan atau atas permintaan konsumen. Penggolongan /
pengkelasan dilakukan berdasarkan berat, besar, bentuk / rupa, warna dan bebas dari penyakit
dan cacat lainnya.
Grading dapat dilakukan di tempat panen / tempat pengumpulan. Untuk memudahkan
pekerjaan penggolongan di tempat pengumpulan, sebaiknya menggunakan meja yang bertepi.
Pada tempat tersebut dilengkapi pula dengan peralatan lainnya, misal timbangan, alat
pencuci, alat penirisan / pengeringan, dll. Selama grading harus diusahakan terhindar dari
kontak sinar matahari langsung karena akan menurunkan bobot / terjadi pelayuan dan
meningkatkan aktivitas metabolisme yang dapat mempercepat proses pematangan / respirasi.
6. Pengemasan
Pengemasan berfungsi untuk melindungi / mencegah komoditi dari kerusakan mekanis,
menciptakan daya tarik bagi konsumen dan memberikan nilai tambah produk serta
memperpanjang daya simpan produk, sehingga dalam pengemasan harus dilakukan dengan
hati - hati agar tehindar dari suhu dan kelembaban yang ekstrim (terlalu tinggi / terlalu
rendah), goncangan, getran, gesekan dan tekanan yang tinggi terhadap kemasan hasil
pertanian tersebut.
Pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pengemasan adalah :
a) Kemasan harus memberi perlindungan terhadap sifat mudah rusak dari hasil pertanian yang
menyangkut ukuran, bentuk kontruksi dan bahan yang dipakai.
b) Kemasan harus cocok dengan kondisi pengankutan dan harus dapat diterima oleh konsumen.
c) Harga dan tipe / bentuk kemasan harus sesuai dengan nilai hasil pertanian yang dikemas. Di
Indonesia pengemasan hasil pertanian pada umumnya menggunakan keranjang, karung, dus
karton dan plastik.
7. Penyimpanan dan Pendinginan
Penyimpanan dilakukan untuk mempertahankan daya simpan komoditi dan melindungi
produk dari kerusakan serta terkait erat dengan kebijakan distribusi dan pemasaran seperti
pengankutan, pengeringan, penjualan dan pengolahan. Ruang penyimpanan umumnya tidak
mampu untuk mendinginkan hasil pertanian secara cepat, sehingga perlu dilakukan
prapendinginan.
Tujuan prapendinginan untuk menghilangkan dengan cepat panas dari lapang sebelum
penyimpanan / pengangkutan, terutama penting bagi hasil pertanian yang mudah rusak.
Prapendinginan dapat dilakukan berbagai cara yaitu :
a) Pendinginan dengan udara (dingin) yang mengalir (air cooling).
b) Pendinginan dengan air (hydro cooling) yaitu dengan merendam dalam air dingin mengalir
atau dengan pencucian dengan air dingin.
c) Pendinginan dengan cara kontak dengan es (ice cooling), yaitu dengan menaburkan
hancuran es ke dalam tumpukan hasil pertanian atau dengan menaruh es di atas tumpukan
peti kemas.
8. Transportasi
Pengangkutan hasil pertanian menuntut penanganan yang cepat dan dapat dilakukan
dengan tiga cara : pengangkutan melalui jalan darat (dipikul, sepeda, pedati, kendaraan
bermotor, kereta api), pengangkutan melalui laut (perahu dan kapal laut) dan pengangkutan
melalui udara (pesawat udara). Hasil pertanian akan tetap dalam kondisi prima, segar dan
baik dikonsumsi oleh masyarakat bila penanganan pasca panen dilaksanakan secara baik,
benar dan tepat tanpa harus melupakan peranan proses sebelum panen yang juga sangat
mempengaruhi mutu produk yang dihasilkan.
Pengelolaan pasca panen yang tepat untuk dapat memberikan nilai tambah hasil
produksi pertanian dan meningkatkan daya saing hasil pertanian yang pada gilirannya akan
memberikan kesejahteraan pada para pelaku pertanian. Dimana Karakteristik dari produk
pertanian atau komoditas pertanian yaitu : Sifat hasil pertanian umumnya mudah rusak atau
busuk, Sentra produksi umumnya relatif jauh dari daerah pemasaran, Konsumen
menginginkan produk yang berkualitas, Hasil pertanian adakalanya bersifat musiman, harga
di tingkat petani relatif rendah sehingga belum memberikan nilai tambah bagi petani.
Kegiatan pengolahan pasca panen hasil pertanian meliputi beberapa kegiatan atau
prinsip-prinsip pengawetan tersebut yaitu :
1. Pemanasan
Pemanasan merupakan tindakan atu perlakuan terhadap komoditas pertanian dengan
menggunakan suhu tinggi atau panas untuk mematikan bakteri atau kuman di dalam hasil
pertanian maupun mempertankan umur simpan. Sebagian bakteri dalam bentuk vegetatifnya
akan mati pada suhu 82-94°C, akan tetapi banyak spora bakteri yang masih tahan pada suhu
air mendidih yaitu 100°C selama 30 menit. Untuk sterilisasi yaitu pada mikroba mati
diperlukan suhu yang tinggi misalnya 121°C selama 15 menit atau lebih. Tergantung pada
mutu dan jumlah substratnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan uap panas,
misalnya dalam autoklaf atau rektor. Pemanasan tidak hanya bertujuan untuk membunuh
mikrob atetapi juga ditujukan untuk membunuh mikroba penyebab penyakit (patogenik).
2. Pendinginan
Pendinginan merupakan tindakan atu perlakuan terhadap komoditas pertanian dengan
menggunakan suhu rendahatau dingin untuk mematikan bakteri atau kuman di dalam hasil
pertanian maupun umur simpan. Mikroba psikofilik tumbuh sampai suhu 0°C atau
dibawahnya. Pada suhu 10°C pertumbuhan mikroba tersebut terhambat. Jika air dalam
makanan atu komoditas pertanian telah sempurna membeku maka mikroba tidak dapat
berkembang biak, tetapi pada beberapa bahan pangan sebagian air belum membeku sampai
suhu -9°C atau dibawahnya. Hal tersebut disebabkan adanya kandungan gula, garam, dan
bahan-bahan lainnya yang menurunkan titik beku. Walupun suhu pendinginan dapat
menghambat pertumbuhan bakteri tetapi pendinginan tidak dapat membunuh semua bakteri.
3. Pengeringan
Mikroba pada keadaan normal mengandung air kira-kira 80 persen, air ini diperoleh dari
tempat mereka tumbuh. Jika air dikeluarkan dari bahan pangan, maka dari dalam bakteri juga
akan keluar dan bakteri tidak dapat berkembang biak. Pengeringan bahan pangan ditujukan
untuk melawan kebusukan oleh mikroba, tetapi tidak dapat dilakukan untuk membunuh
semua mikroba. Oleh karena itu bahan pangan kering biasanya tidak steril. Bakteri dapat
tumbuh kembali apabila bahan pangan kering tersebut dibasahi oleh air kembali.
4. Pengasapan
Pengasapan daging atau ikan terutama dijutukan untuk mengawetkan atau menambah cita
rasa, selain itu pengasapan juga menambah oksidadi lemak di dalam bahan pangan tersebut.
Pengasapan bianya menggunakan kayu keras yang mengandung bahan pengawet kimia yang
berasal dari asap pembakaran selulosa dan lignin. Pengasapan bisanya dilakukan
menggunakan suhu 57°C. Cara baru pengasapan dengan menambahkan asap buatan berupa
larutan yang berisi komponen-komponen asap dalam makanan dengan cara dioles untuk
menambah cita rasa tanpa proses pengasapan panas, dalam phal ini fungsi asap sebagai bahan
pengawet sedikit sekali.
5. Radiasi bahan-bahan kimia
Radiasi pengion yang digunakan untuk sterilisasi dan inaktifasi enzim jika dosisnya
berlebihan dapat mengakibatkan perubahan-perubahan cita rasa, warna, tekstur dan dapat
membahayakan kesehatan. Beberapa bahan kimia yang digunakan dan diizinkan dalam
makanan yaitu seperti natrium benzoat, asam sorbet, kalium propionate dan lain-lain
Beberapa hambatan pengelolaan pasca panen, yaitu :
a) Fasilitas penunjang atau infrastruktur di daerah umumnya masih minim.
b) Umumnya belum tersedianya fasilitas pengolahan hasil pertanian
c) Hambatan proses pemasaran hasil pertanian atau produk olahan hasil pertanian
d) Keterbatasan sumber daya manusia dan pengetahuan mengenai pengelolaan pasca panen
hasil pertanian
e) Umumnya petani lebih terbiasa menjual dalam bentuk hasil pertanian belum dalam bentuk
olahan hasil pertanian
III. KESIMPULAN
Maulz. 2014. https://maulzxxx.wordpress.com/2014/10/08/9-manfaat-melakukan-pengolahan-
pasca-panen/. Diakses tanggal tanggal 30 November 2017.