Anda di halaman 1dari 13

PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG MASALAH


           
            Kebanyakan pascapanen produk hortikultura segar sangat ringkih dan mengalami
penurunan mutu sangat cepat. Berbeda dengan bagian tanaman yang masih melekat pada
tanaman induknya yang mendapat suplay air dan nutrisi atau makanan secara berlanjut, bagian
tanaman yang telah dipanen atau dilepas dari tanaman induknya tidak lagi mendapatkan suplai
air dan makanan. Untuk aktifitas hidupnya setelah panen, produk segar tersebut melulu
menggunakan bahan yang ada pada dirinya sendiri untuk bertahan hidup pada kondisi
lingkungan yang sering diluar dari kondisi untuk dapat menjalankan fungsi metabolisme
optimalnya. Terdapat kisaran kondisi yang sempit padamana tanaman atau bagian tanaman dapat
menjalankan fungsi metabolismenya secara optimal. Bila tanaman ditempatkan pada kondisi
diluar dari kondisi optimalnya yang sempit, dia akan merupakan subjek dari bentuk-bentuk stress
(Kays, 1991). Walau sekarang ini merupakan bahan tulisan dari beberapa buku, definisi yang
tepat dari stress untuk bahan biologis masih membingungkan. Umumnya, stress dilihat sebagai
faktor lingkungan yang mampu memicu atau merangsang suatu “strain potensial” atau tekanan
potensial yang menyebabkan kerusakan dalam sistem kehidupan. Lebih spesifik, stress adalah
faktor eksternal pada keadaan tertentu cenderung mengganggu proses fisiologis normal dari
organisme.
Dari pandangan Ahli fisiologi pascapanen hortikultura, Stress adalah faktor eksternal
yang menyebabkan perubahan yang tidak diinginkan atau merusak terhadap mutu jika tanaman
atau bagian tanaman dihadapkan terhadap stress pada lama waktu dan intensitas mencukupi.
Dengan demikian, seperti kondisi penyimpanan buah apel yang direkomendasi mewakili suatu
stress, namun dia juga mewakili kondisi optimum untuk mempertahankan mutu produk bagi ahli
fisiologi pascapanen. Untuk menentukan teknologi yang dilibatkan dalam penanganan
pascapanen produk hortikultura segar maka pertimbangan karateristik fisiologis dan responnya
terhadap kondisi lingkungan merupakan pertimbangan utama disamping pertimbangan fisik,
patologis, social-ekonomis serta infrastruktur dan logistik pendukungnya (Utama, 2004).
Untuk mengembangkan atau menerapkan teknologi penanganan pascapanen yang sudah
dikembangkan sering menghadapi kendala-kendala terutama untuk negara-negara sedang
berkembang seperti halnya di Indonesia. Pada tulisan ini didiskusikan beberapa kendala
pengembangan dan penerapan teknologi pasaca panen dampak keterlambatan pengembangan
teknologi pascapanen, usaha-usaha yang perlu dilakukan dan yang dicoba serta sudah dilakukan.

1.2 RUMUSAN MASALAH
          Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas , maka permasalahan yang dibahas
dalam rancangan ini adalah , Proses pasca panen dan pemasaran tanaman hortikultura
1.3  TUJUAN MASALAH
           Tujuan Penelitian Tujuan penelitian penulisan ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui Cara penanganan yang baik dan sesuai dengan standar
b. Mengetahui pemanfaatan tanaman hortikultura pasca panen
c. Mengetahui proses pemasaran tanaman hortikultura
1.4  MANFAAT PENULISAN
             Manfaat  dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuh memenuhi tugas Pengantar ilmu
pertanian. Selain itu, penulisan karya ilmiah ini juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan
kepada masyrakat atupun mahasiswa tentang proses pasca panen dan pemasaran tanaman
hprtikultura
BAB II
PEMBAHASAN
Hortikultura berasal dari kata “hortus” (= garden atau kebun) dan “colere” (= to cultivate
atau budidaya). Secara harfiah istilah Hortikultura diartikan sebagai usaha membudidayakan
tanaman buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Sehingga Hortikultura merupakan suatu
cabang dari ilmu pertanian yang mempelajari budidaya buah-buahan, sayuran dan tanaman hias.
Sedangkan dalam GBHN 1993-1998 selain buah-buahan, sayuran dan tanaman hias, yang
termasuk dalam kelompok hortikultura adalah tanaman obat-obatan. Ditinjau dari fungsinya
tanaman hortikultura dapat memenuhi kebutuhan jasmani sebagai sumber vitamin, mineral dan
protein (dari buah dan sayur), serta memenuhi kebutuhan rohani karena dapat memberikan rasa
tenteram, ketenangan hidup dan estetika (dari tanaman hias/bunga)(Anonim, 2011)
Peranan hortikultura adalah :
a). Memperbaiki gizi masyarakat,
 b) memperbesar devisa negara,
c) memperluas kesempatan kerja,
d) meningkatkan pendapatan petani, dan
e)pemenuhan kebutuhan keindahan dan kelestarian lingkungan.
 Namun dalam kita membahas masalah hortikultura perlu diperhatikan pula mengenai
sifat khas dari hasil hortikultura, yaitu : a). Tidak dpat disimpan lama, b) perlu tempat lapang
(voluminous), c) mudah rusak (perishable) dalam pengangkutan, d) melimpah/meruah pada suatu
musim dan langka pada musim yang lain, dan e) fluktuasi harganya tajam. Dengan mengetahui
manfaat serta sifat-sifatnya yang khas, dalam pengembangan hortikultura agar dapat berhasil
dengan baik maka diperlukan pengetahuan yang lebih mendalam terhadap permasalahan
hortikultura tersebut.
Kerugian yang terjadi pada produk hortikultura segar perlu diperhatikan dengan
mengetahui langkah-langkah yang benar pada tindakan panen dan pascapanen. Kerugian
meliputi hilangnya sebagian atau total, kehilangan kualitas, kehilangan air, membusuk dan
kerusakan fisik.
Hortikultura adalah komoditas yang akan memiliki masa depan sangat cerah menilik dari
keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimilikinya dalam pemulihan perekonomian
Indonesia waktu mendatang. Oleh karenanya kita harus berani untuk memulai
mengembangkannya pada saat ini. Seperti halnya negara-negara lain yang mengandalkan
devisanya dari hasil hortikultura, antara lain Thailand dengan berbagai komoditas hortikultura
yang serba Bangkok, Belanda dengan bunga tulipnya, Nikaragua dengan pisangnya, bahkan
Israel dari gurun pasirnya kini telah mengekspor apel, jeruk, anggur dan sebagainya.
2.2 PASCA PANEN
Dalam bidang pertanian istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai tindakan atau perlakuan
yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas berada di tangan konsumen.
Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat disebut Pasca produksi (Postproduction) yang dapat
dibagi dalam dua bagian atau tahapan, yaitu pasca panen (postharvest) dan pengolahan
(processing). Penanganan pasca panen (postharvest) sering disebut juga sebagai pengolahan
primer (primary processing) merupakan istilah yang digunakan untuk semua perlakuan dari
mulai panen sampai komoditas dapat dikonsumsi “segar” atau untuk persiapan pengolahan
berikutnya Winarno (2001).
            Umumnya perlakuan tersebut tidak mengubah bentuk penampilan atau penampakan,
kedalamnya termasuk berbagai aspek dari pemasaran dan distribusi. Pengolahan (secondary
processing) merupakan tindakan yang mengubah hasil tanaman ke kondisi lain atau bentuk lain
dengan tujuan dapat tahan lebih lama (pengawetan), mencegah perubahan yang tidak
dikehendaki atau untuk penggunaan lain. Ke dalamnya termasuk pengolahan pangan dan
pengolahan industri.Gambaran umum karakteristik komoditas hortikultura bersifat volumunios
(membutuhkan tempat yang besar) dan perishable (mudah rusak) sehingga dibutuhkan
penanganan pasca panen yang cepat dan tepat. Hal utama yang timbul akibat penanganan yang
kurang tepat dan cepat tersebut adalah tingginya kehilangan atau kerusakan hasil
(Dhalimi,1990).
Berbagai ragam proses selanjutnya diberikan seperti pendinginan sebelum didistribusikan.
Teknik pascapanen khusus terkadang digunakan tergantung pada bagaimana produk tersebut
dipersiapkan untuk pasar.
Faktor yang sebenarnya sangat penting berpengaruh terhadap mutu keseluruhan produk
hortikultura adalah waktu. Karena mutu produk adalah puncaknya pada saat panen, semakin
lama periode antara panen dan konsumsi, maka semakin besar susut mutunya. Dengan demikian
dalam pendistribusiannya harus dilakukan dengan baik karena kerusakan mutu berlangsung
cepat.
2.3 Kematangan Produk Hortikultura
Kematangan suatu produk akan menentukan: Kematangan hortikultura adalah berdasarkan pada
mana produk telah mencapai stadia perkembangan tertentu yang dapat memuaskan konsumen
dalam penggunaannya.

Perlu adanya pembedaan yang jelas antara kematangan fisiologis dan kematangan hortikultura.
Untuk lebih jelasnya maka berikut ini adalah definisi dari beberapa terminasi yang sering
digunakan para ahli dibidang pascapanen hortikultura.
·         Perkembangan (development): seri dari proses mulai dari awalnya pertumbuhan atau inisiasi
pertumbuhan sampai pada kematian tanaman atau bagian tanaman.
·         Pertumbuhan (growth): Peningkatan atribut-atribut (karakteristik) fisik dari tanaman atau
bagian tanaman yang berkembang.

·         Kematangan (maturation): Stadia perkembangan yang menuju pada tercapainya kematangan


hortikultura atau kematangan fisiologis.
·         Kematangan fisiologis (Physiological maturity): Stadia dari perkembangan pada mana
tanaman atau bagian tanaman sudah melalui pertumbuhan dan perkembangan alami yang
memadai(dapat meliputi pemasakan), mutunya paling tidak pada tingkat minimum untuk
kebutuhan konsumen.
·         Kematangan hortikultura (horticultu-ral maturity): Stadia perkembangan dimana tanaman
atau bagian tanaman mempunyai kondisi atau nilai yang dibutuhkan untuk maksud tertentu oleh
konsumen. Bebrbagai komoditi dapat matang secara hortikultura pada stadia perkembangan yang
berbeda (Gambar 2.2). Sebagai contoh, tauge (kecambah) adalah matang secara hortikultura pada
awal stadia perkembangannya, sedangkan kebanyakan jaringan vegetatif, bunga, buah dan umbi-
umbian mengalami kematangan pada pertengahan stadia perkembangannya, dan pada kacang-
kacangan dan biji-bijian stadia kematangannya adalah pada akhir stadia perkembangan.
·         Pemasakan (ripening): Proses yang terjadi dari stadia akhir pertumbuhan dan perkembangan
sampai pada awal stadia pelayuan yang mengakibatkan timbulnya karakteristik mutu.
Diperlihatkan dengan adanya perubahan komposisi, warna, tekstur atau atribut-atribut sensoris
lainnya.
·         Pelayuan (senescence): Proses yang mengikuti kematangan fisiologis atau kematangan
hortikultura dan mengarah pada kematian jaringan.

2.4 Pemasaran Tanaman Hortikultura


Sistem distribusi suatu produk adalah tahapan-tahapan bagaimana produk tersebut dipindahkan
dari tempat tumbuhnya sampai ke konsumen. Jumlah tahapan adalah bervariasi sesuai dengan
produk dan pasar. Selama pendistribusiannya melalui tahapantahapan tersebut, rantai
pendinginan memegang peranan penting untuk mengendalikan metabolisme produk dan juga
mengendalikan pertumbuhan organisme perusak. Sehingga selama penanganan pada
tahapantahapandistribusi hendaknya disediakan fasilitas bagaimana pendinganan dapat dilakukan
denganbaik. Dalam pendistribusian produk dengan rantai pendinginannya, maka beberapahal
yang seringmenyebabkan masalah terjadinya susut dan penurunan mutu produk yang tinggi
adalah:
a. Pemilihan yang kurang baik terhadap jenis produk yang diproduksi (varietas yang salah
dengan masa simpan pendek dan kelewat matang)
b. Pemanenan pada stadia kematangan yang kurang tepat (terlalu awal atau terlambat).
c. Salah penanganan terhadap produk selama periode pascapanen (penanganan kasar, tidak
adanya atau kurangnya sortasi, grading, pengendalian penyakit).
d. Tidak adanya manajemen suhu yang baik selama perpindahan barang pada system
distribusinya (tanpa adanya pre-cooling, system penyimpanan tanpa pendingin, transportasi
tanpa pendingin dan display pada saat retail yang juga tanpa pendingin).
e. Kondisi penyimpanan yang kurang
f. baik (suhu yang salah, aliran udara yang tidak baik, RH yang rendah, pengisian komoditi
yang bercampur dalam ruang penyimpanan).
g. Insulasi ruang penyimpanan dingin yang kurang baik.
h. Pengisian berlebih dari ruang penyimpanan.
i. Tidak adanya system untuk mengeluarkan gas etilen atau menimbunnya gas CO2 selama
penyimpanan.
j. Kurangnya fasilitas alat transportasi yang berpendingin.
k. Kurangnya pedagang retail yang mempunyai fasilitas pendingin.
Sehingga perencanaan distribusi dari produk harus mempertimbangkan berbagai aspek
menyangkut perlakuanperlakuan pada setiap tahapan dari rantai distribusi dan terutama ada
tidaknya rantai pendinginan yang baik mulai sesaat setelah panen sampai ke pasar retail atau ke
konsumen.
A. Karakteristik Sistem Distribusi dan Rantai Pendinginan
Sistem distribusi fisik produk hortikultura secara umum yaitu mulai dari tahapan produksi,
selanjutnya pengemasan, transportasi, penyimpanan, pedagang besar, retail dan terakhir adalah
konsumen. Laju metabolisme produk selama distribusi sangat dipengaruhi oleh suhu. Jika
pengelolaan suhu produk adalah baik, mulai dari panen sampai produk tersebut diterima oleh
konsumen, maka masa simpan dan masa pasar akan dicapai secara maksimum.Rantai
pendinginan atau cold chain selama pendistribusian suatu produk mulai dari sesaat setelah panen
sampai produk diterima konsumen menentukan sejauhmana mutu dapat dipertahankan dan
sejauhmana masa simpan dan masa pasar bisa
Pre-cooling produk hortikultura setelah panen untuk menurunkan suhu produk secepatnya
adalah bermaksud untuk menghilangkan panas lapang dengan cepat sehingga laju aktivitas
metabolism berlangsung sangat lambat. Penyimpanan dingin (cold storage) lebih cenderung
hanya berfungsi untuk mempertahankan suhu yang telah dicapai saat pre-cooling.
Kemasan adalah sangat penting dalam memberikan fasilitas pendinginan terhadap produk.
Bahan kemasan seperti karton box haruslah cukup kuat dan dilapisi oleh bahan anti air seperti
lapisan lilin dengan ukuran box dan lobang ventilasi yang sama bila digunakan untuk pre-cooling
dan penyimpanan. Dengan ukuran box yang sama akan memudahkan untuk penumpukan dengan
arah lubang ventilasi sedemikian rupa sehingga memudahkan sirkulasi udara dingin.
Transportasi produk selama distribusinya adalah merupakan mata rantai pendinginan yang
sangat penting. Sesederhana apapun alat transportasi, pendingin akan sangat membantu
mempertahankan kesegaran produk. Di negara-negara sedang berkembang dimana truk
pendingin terbatas keberadaannya, maka untuk produk sayur-sayuran tertentu dapat dikemas
bersama-sama dengan es kemudian diangkut dengan truk tanpa pendingin. Untuk itu bahan
kemasan haruslah sedemikian rupa mampu mempertahankan es supaya tidak mencair
dalamjangka waktu lama. Contoh bahan kemasan seperti styrofoam boxes dapat dipergunakan
dan mampu mempertahankan es dalam jangka waktu lama. Namun demikian, sebelum produk
dimasukkan ke dalam kemasan bersama dengan es maka produk haruslah di precooling sampai
mendekati 0oC sehingga aktivitas respirasi, yang menghasilkan panas, berlangsung lambat.
Kalau panas respirasi tinggi maka es yang digunakan untuk menjaga suhu produk dalam
kemasan akan cepat mencair.
Penyimpanan adalah merupakan satu bagian dari rantai distribusi produk hortikultura.Untuk
mendapatkan masa simpan optimal maka rantai pendinginan tidaklah boleh terputus. Pada Seksi
berikutnya pada Bab ini akan dibicarakan tentang pentingnya mutu buah yang akandisimpan dan
kondisi penyimpanannya. Rantai pendingin akan menjadi kurang berarti bila satu mata rantainya
atau pendinginan terputus. Atau rantai pendinginan akan menjadi sangat lemah oleh karena
disebabkan oleh satu mata rantai pendinginan yang tidak baik.
B. Pengemasan Produk Hortikultura
1. Fungsi Kemasan
Pengemasan adalah aspek yang sangat penting untuk keberhasilan pemasaran. Sebaik apapun
mutu produk saat ditempatkan dalam kemasan namun jika kemasan tidak berfungsi dengan baik
maka produk tetap akan mengalami kerusakan dengan cepat. Dua fungsi utama
kemasan adalah:
a. Untuk merakit produk ke dalam satu unit yang memudahkan untuk penanganan
(Unitisasi).
b. Melindungi produk selama distribusi, penyimpanan dan pemasaran (Proteksi). Pada awalnya
kemasan kebanyakan dibuat untuk bahan tanaman, seperti anyaman daun, cabang pohon,
bamboo (Gambar 7.3) dan dirancang untuk dibawa dengan tangan,dijinjing atau dipikul.
c. Sebagai pelindung produk dari kerusakan mekanis, fisiologis dan/atau kerusakan biologis serta
memberikan fasilitas untuk komersialisasi produk. Sekarang ini, produk dikemas dengan
berbagai jenis kemasan yang terbuat dari kayu,karton, jute atau plastik, namun pengemasan
moderen dan untuk produk segar diharapkan memenuhi persyaratan atau kebutuhan dasar. Untuk
itu kemasan harus:
a. Mempunyai kekuatan mekanis yang memadai untuk melindungi produk selama
handling, trasnsportasi dan saat ditumpuk.
b. Tidak dipengaruhi, dalam hubungannya dengan kekuatan mekanis, oleh uap air atau
kelembaban yang tinggi.
c. Menstabilisasi dan mengamankan produk terhadap pergerakan didalam kemasan selama
penanganan.
d. Tidak mengandung bahan kimia yang mungkin dapat berpindah ke dalam produk dan
beracun terhadap produk atau manusia.
e. Sesuai dengan kebutuhan pasar dalam hubungannya dengan berat, ukuran dan bentuk.
f. Memungkinkan untuk pendinginan secara cepat terhadap produk di dalamnya dan/atau
memberikan insulasi yang baik dari panas luar.
g. Sebagai barier gas (seperti film plastik) dengan permeabilitas memadai terhadap gas
respirasi untuk mencegah risiko karena kondisi anaerobik.
h. Mudah dibuka atau ditutup dalam situasi pemasaran tertentu.
i. Memberikan identitas dari produk, instruksi penanganan dan membantu presentasi retail
melalui labeling yang baik.
j. Melindungi dari sinar (seperti untuk kentang) atau harus transparan (seperti untuk
anggrek).
k. Memberikan kemudahan untuk membuangnya, penggunaan kembali atau daur ulang.
l. Efektif-biaya dalam hubungannya dengan nilai dan tingkat kebutuhan perlindungan dari
produk. Sekarang ini, keragaman dari jenis dan bentuk kemasan semakin berkurang
Teknik Pasca Panen Page 10
karena adanya standarisasi kemasan. Adanya unitisasi (seperti penggunaan pallet) dan
penanganan mekanis (seperti penggunaan garpu pengangkat) membuat standarisasi penting
secara ekonomis.
2. Rancangan Kemasan
Kondisi dari tempat dimana kemasan tersebut akan digunakan harus dipertimbangka sehingga
rancangan dapat dibuat seteliti mungkin. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam
merancang kemasan, untuk meyakinkan bahwa kemasan tersebut berfungsi dengan baik jika
ditempatkan pada sistem distribusi, adalah:
a. Kondisi lingkungan (khususnya kelembaban).
b. Ukuran
c. Bentuk
d. Kekuatan struktur
e. Berat dalam satu susun palet
f. Ekonomis
g. Modus dari transportasi
h. Jalur transportasi
i. Sistem penanganan
Ada dua grup parameter yang digunakan untuk mengembangkan kemasan untuk produk
hortikultura, yaitu Parameter struktur dan fungsi. Parameter-parameter struktur. Jika kemasan
nantinya akan ditumpuk maka produk dihadapkan pada stress akibat penumpukan. Semakin
tinggi tumpukan dan semakinberat produknya, maka stress karena penumpukan akan semakin
tinggi. Stress karena tekanan ini harus menjadi bahan pertimbangan untuk merancang kekuatan
kemasan. Kekuatan dari kemasan plastik polistiren adalah tinggi, namun kekuatan dari kemasan
yang
terbuat dari karton (fibreboard) tergantung pada:
a. Sumber dan mutu dari karton yang digunakan
b. Ketebalan karton
c. Panjangnya serat pada lembaran karton
d. Jarak antar korugasi ditengah lembaran karton
e. Lamanya waktu penggunaannya
dengan produk di dalamnya. Karton (fibreboard) adalah terbuat dari tiga lembar lapisan; dua
lembar halus pada bagian luar yang direkatkan oleh lembaran korugasi bagian dalamnya.
Semakin sempit jarak antara individu korugasi, maka kemasan semakin kuat. Perusahan
pembuat kemasan biasanya diminta untuk memproduksi kemasan sekuatmemungkinkan dengan
harga murah. Karton pemisah (devider) biasanya ditambahkan di dalam kemasan untuk menahan
berat sehingga meningkatkan kekuatan kemasan. Fibreboard adalah menyerap uap air yang akan
murunkan kekuatannya. Jika kemasanfibreboard ini dibiarkan dalam udara lembab untuk periode
waktu lama, maka dia harus dilapisi lilin untuk mencegah penyerapan uap air. Pelapisan lilin
berperan sebagai barier uap air untuk fibreboard sendiri dan mencegah produk dari kehilangan
air dan menambah kekuatan kemasan. Namun ini akan menambah biaya digunakan. Ini
berhubungan dengan standard kemasan yang sesuai dengan standard pallet yang digunakan.
Kemasan harus menyesuaikan juga dengan kebutuhan pasar dalam hal ukuran, bahan kemasan,
dan bentuk atau jenis kemasan. Jika akan merancang kemasan baru, maka semua biaya yang
terlibat harus diperhitungkan dengan baik pada penggunaanya dalam system distribusinya. Ini
meliputi biaya bahan kemasan, tenaga kerja, modifikasi dari sistem penanganan dan pengemasan
dan kemungkinan terjadinya perubahanperubahan pada produk. Pertimbanganpertimbangan
ekonomis yang harus diperhatikan adalah:
a. Biaya kemasan; biaya komponen kemasan, biaya pembuatannya, biaya bahan lainnya seperti
liners atau lapisan, trays atau lapisan tatakan buah biasanya berupa mangkokanmangkokan, biaya
penyimpanan dari komponen kemasan dan sebagainya.
b. Biaya pengemasan; adaptasi terhadap sistem distribusi mekanis, pengaruh terhadap operasi
pengemasan, pengaruhnya terhadap efisiensi tenaga kerja, jumlah tahapan pengemasan yang
diperlukan; biaya modifikasi fasilitas pengemasan.
c. Biaya penanganan; pengaruhnya terhadap efisiensi penumpukan diatas pallet, pengaruhnya
terhadap biaya strapping, tenaga kerja dan bahan, adaptasi dengan berbagai bahan pallet dan
substitusinya seperti trolleys.
d. Biaya pemasaran; pengaruhnya dengan densitas isian dalam ruang penyimpanan dan
kendaraan transport; tenaga dan peralatan khusus yang dibutuhkan untuk penanganan dan
adaptasi kemasan sebagai unit pajangan.
e. Biaya dari nilai produk; pengaruh kemasan dalam modifikasi kemunduran produk; nilai
reputasi “brand” berhubungan dengan penampilan kemasan.
3. Standardisasi Kemasan
Sekarang ini banyak sekali kemasan yang digunakan dalam sistem distribusi. Beberapa
mempunyai ukuran standard (cocok untuk pallet standard 1165 mm2/ Standard Australia dan 120
x 80 cm atau 120 x 100 Cm untuk standard Eropa). Kemasan yang tidak standard akan
mengalami permasalahan dalam distribusinya. Dengan banyaknya dimensi kemasan yang
beredar, bentuk dan jenis dalam sirkulasi jaringan distribusi lokal, antar propinsi dan
internasional, maka terjadi inefisiensi dan susut produk yang tinggi. Banyakkemasan tidak sesuai
untuk manajemen suhu yang baik atau kemampuan penanganan oleh tanaga manusia. Akibatnya,
susut produk adalah tinggi karena kerusakan mekanis dan cepatnya kemunduran selama
transpotasi. Keuntungan dari kemasan yang terstandarisasi adalah:
a. Mudah dan cepat untuk penanganannya
b. Secara ekonomis memperbaiki efisiensi dengan mengurangi penggunaan tenaga kerja
pada keseluruhan segmen sistem distribusi.
c. Memudahkan dalam pengisian kendaraan transport.
d. Lebih efektif dalam stabilisasi pengisian dan pengaturan aliran udara dalam unit
transportasi terrefrigerasi.
e. Kompatibilitas dalam penumpukan
f. Mengurangi kerusakan mekanis
g. Penggunaan ruang secara maksimum.
C. Transportasi
Ada empat modus transportasi yang digunakan yaitu darat, kereta api, udara dan laut. Modus
yang digunakan tergantung pada:
a. Pasar akhir
b. Biaya transport dan nilai produk
c. Waktu transit
d. Ketersediaan unit transportasi
e. Keringkihan produk
f. Volume produk yang akan ditransportasikan
g. Reliabilitas modus transport
Transport harus cepat dan reliabel atau konsisten bila menangani produk ringkih seperti produk
hortikultura. Susut secara langsung maupun tidak langsung adalah sangat nyata dalam
transportasi produk hortikultura segar. Susut akan meningkat bila terjadi transit cukup lama,
penanganan kasar, dan manajemen suhu kurang baik.

Anda mungkin juga menyukai