PENDAHULUAN
PROSES
HASIL
PERTANIAN
PRODUK
OPERAS
I
kesatuan
pengolahan
(unit
process).
Berikut
ini
beberapa
Sifat kehidupan
Tanaman (nabati)
Tempat hidup
Daratan
Hewan (hewani)
Air
Kesesuaian hidup
Dataran tinggi
Dataran rendah
Air tawar
Air laut
Bahan Nabati
Biji padi-padian (serealia)
1.
Bahan Hewani
Susu
2.
2.
Daging
3.
Umbi-umbian
3.
Telur
4.
Buah-buahan
4.
Ikan
5.
Sayur-sayuran
5.
6.
Jamur
6.
7.
Tanaman bergula
8.
Biajian berminyak
9.
Ganggang
10.
Hasil pertanian lain
Sumber: Makfoeld (1992)
2. Penggolongan berdasarkan ekonomi
Penggolongan hasil pertanian berdasarkan kepentingan manusia untuk
memenuhi kebutuhannya, maka tanaman dan produk-produknya dibagi dalam 4
golongan :
a. Tanaman industri
b. Tanaman obat-obatan
c. Tanaman stimulan atau penyegar
d. Tanaman penyegar
Tanaman yang termasuk golongan tanaman atau hasil tanaman industri,
antara lain :
Golongan minyak/lemak
Golongan leguminosa/kacang-kacangan
Golongan sayur-sayuran
Golongan buah-buahan
Food and Agricultural Organization (FAO) yang merupakan badan pangan
BAB II
DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN
10
Fase awal dalam pengolahan adalah perlakuan pendahuluan atau preprocessing, yang merupakan persiapan sebelum hasil pertanian sebagai bahan
baku alami pengolahan utama. Perlakuan pendahuluan dilakukan setelah panen,
yang termasuk perlakuan ini antara lain: pembersihan, pemisahan dan sortasi.
Fase pengolahan atau processing merupakan perlakuan pokok dalam suatu
rangkaian pengolahan. Pada fase ini harus dilakukan pengawasan dan
pengendalian secara teliti karena fase ini sangat menentukan hasil olahan yang
dikehendaki. Pada fase ini kegiatan pengolahan yang sering dilakukan adalah:
pengeringan, pemanasan, pendinginan, penggilingan, dan lain-lain. Fase
pengolahan akhir atau final processing merupakan tahap-tahap perlakuan akhir
setelah bahan yang diolah merupakan produk jadi atau setengah jadi. Perlakuan
akhir umumnya merupakan perlakuan untuk pengaman bahan agar tidak terjadi
banyak perubahan pada produk dan memudahkan penyiapan produk pada
konsumen. Kegiatan pengolahan yang termasuk dalam fase ini antara lain:
pembungkusan, penyimpanan, pemberian label dan laini-lain. Kadang kala produk
yang sudah siap untuk dikonsumsi pun memerlukan perlakuan penyimpanan
khusus, seperti pendinginan.
Pembahasan selanjutnya meliputi tahap-tahap pengolahan yang biasa
dilakukan pada bahan hasil pertanian mulai dari kegiatan pra-pengolahan hingga
pada pengolahan akhirnya secara terinci.
2.1.
Kegiatan Pra-pengolahan
11
yang bersifat padat atau cair. Alat yang banyak digunakan untuk mengangkut
bahan hasil pertanian dari satu bagian ke bagian yang lain adalah: conveyor sabuk
berjalan, conveyor rantai, conveyor ulir, conveyor pneumatic, conveyor berat,
elevator ember, kran, hand lift, dan truk atau gerobak.
2.1.2. Pembersihan (Cleaning)
Semua hasil peetanian perlu dilakukan pembersihan sebelum mengalami
proses pengolahan. Pembersihan atau sering disebut juga dengan proses
pencucian. Tujuan utama proses pembersihan adalah untuk menghilangkan
kontaminan baik yang menghasilkan tingkat resiko dari ringan sampai berat
terhadap konsumennya. Kontaminan meliputi:
a. bagian tanaman seperti daun, ranting dan cabang
b. tanah, pasir, bahan logam yang berasal dari lahan pertanian
c. kotoran hewan, rambut dan sejenisnya
d. serangga dan telurnya
e. pestisida dan pupuk
f. minyak mineral
g. mikroba dan toksin
Pembersihan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu cara basah dan cara kering.
Pembersihan dengan cara kering dibedakan menjadi 3 cara yaitu
menggunakan screen/ayakan, aspirasi dan pemisahan secara magnetik.
Pembersihan secara kering pada umumnya tidak mahal dibanding dengan cara
basah tetapi kurang efektif bila ditinjau dari efisiensi pembersihannya. Salah satu
kendala pembersihan cara kering adalah terjadinya rekontamonasi pada bahan
hasil pencucian dengan debu yang dihasilkan selam proses pembersihan. Pada
Gambar 4, 5, 6 dan 7 disajikan prinsip kerja alat pencuci secara kering dengan
metode ayakan, aspirasi, pemisahan secara magnetik dan elektrostatik.
Pembersihan dengan cara ayakan dapat menggunakan prinsip dasar partikulasi
kering secara pengelupasan/scalping dan penghamburan/dedusting seperti
disajikan pada gambar 4.a dan 4b. Pengayakan dapat juga dilakukan secara
geometrik menggunakan ayakan berputar/rotary screen atau dengan ayakan
menggunakan lubang dengan ukuran tertentu/fletbad screen. Prinsip kerja alat
disajikan pada gambar 5a dan 5b.
12
13
Produk
14
Kadang-kadang dilakukan pengadukan sehingga kotoran bisa lepas dari bahan dan
mengendap di dasar bak, agar supaya menghasilkan bahan yang besih diperlukan
penggantian air hinggga beberapa kali.
Pada perendaman dengan air mengalir bahan diletakan dalam bak pencuci
kemudian dialirkan secara kontinu sehingga terjadi pengantian air secara terus
menerus. Hasil pencucian lebih bersih sebab kotoran terbawa air dan keluar
bersama-sama air.
-Penyempotan air: Pencucian dengan cara ini dilakukan dengan variasi
tekanan rendah sampai tekanan tinggi secara langsung. Cara ini sangat efektif
karena secara fisik dapat melepaskan kotoran kering yang melekat kuat.
15
floot
16
Sortasi
Sortasi adalah suatu proses pemisahan bahan hasil pertanian yang sudah
bersih menjadi berbagai fraksi kualitas atas dasar bentuk, ukuran, densitas,
tekstur, warna. Tahap ini dilakukan pada bahan awal yang akan diolah karena
pemilihan pada bahan awal yang biak dengan cara pengolahan yang baik akan
17
menghasilkan produk akhir yang baik pula. Gambar 11, menunjukkan contoh
kegiatan sortasi yang berdasarkan berat dan warna pada buah mangga (a) dan
kegiatan sortasi pada buah jerukberdasarkan jenis dan warna kulit.
Gambar 11. Sortasi berdasarkan (a) berat dan tingkat kematangan buah mangga
(Yahia, 1999) dan varitas dan ukuran jeruk (Ladaniya, 2006)
Sortasi bahan hasil pertanian dapat dilakukan secara manual atau mekanis.
Sortasi manual dilakukan
misahkan bahan yang baik (tidak rusak) dan bahan yang jelek (rusak) atau
memisahkan bahan berdasarkan ukurannya (besar, sedang, kecil), atau
memisahkan bahan yang matang dan yang mentah. Sortasi manual dilakukan di
atas meja sortasi atau di atas ban berjalan. Sortasi manual bersifat visual
(mengandalkan penglihatan operator) sehingga ruangan sortasi harus bersih dan
terang, serta tenaga sortasi yang terampil dan terlatih. Cara sortasi manual
membutuhkan banyak tenaga kerja sehingga tidak efisien bila kapasitas sortasi
18
rendah. Sortasi mekanis dilakukan dengan menggunakan alat, cara ini umumnya
dilakukan untuk kapasitas produksi yang besar dan kontinyu. Cara ini
memerlukan tenaga kerja lebih sedikit dan biaya relatif murah. Beberapa alat
sortasi antara lain :
screen (ayakan)
ban berjalan
roller sorter
weight sorter
seperator piringan
seperator silinder
seperator spiral
seperator magnetis
seperator elektronik
pneumatic silinder
Pemilihan jenis alat sortasi biasanya dipengaruhi oleh bentuk dan sifat
Grading
Grading adalah sortasi produk menjadi berbagai fraksi kualitas sesuai
dengan standar kualifikasi yang telah diakui, berdasarkan atas dasar nilai
komersial dan kegunaannya. Grading sangat tergantung pada faktor-faktor yang
diinginkan konsumen. Tahap ini dilakukan setelah produk akhir siap dipasarkan.
Faktor-faktor yang dapat digunakan sebagai kriteria untuk grading bahan hasil
pertanian dapat berdasarkan pada sifat fisik, kimia dan biologis sebagai berikut :
1) Sifat fisik meliputi : kadar air, ukuran, bentuk, berat, densitas, tekstur,
kenampakan, warna, benda-benda asing, kepadatan, dll.
2) Sifat kimia meliputi : komposisi kimia, ketengikan, indeks asam lemak bebas,
bau dan cita rasa, residu, dll.
19
Gambar 12. Prinsip Kerja Alat Sortasi Bentuk dan Diameter Permukaan a)
Cencentric Drum Screen b) Roller Size Sorter c) Belt and Roller
Sorter (Bennan, 2006)
20
Di Amerika, grade yang dipakai secara umum untuk bahan hasil pertanian
menggunakan US grade A, B, C yang dikeluarkan oleh USDA atauUS grade
Fancy, Choice, dan Standart. Di masing-masing negara terdapat standar grade
yang berbeda-beda, tergantung konsumen yang dituju dan jenis-jenis bahan hasil
pertaniannya.
2.1.4. Pengecilan ukuran (Size reduction)
Pengecilan ukuran merupakan cara pemotongan atau pemecahan bahan
hasil pertanian menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Secara umum pengecilan
ukuran pada bahan padat disebut pemotongan atau penghancuran. Sedangkan
pengecilan ukuran untuk bahan cair tersebut emulsifikasi atau atomisasi.
Proses pengecilan ukuran dilakukan dengan berbagai macam metode yang
disesuaikan dengan tujuannya. Contoh: penggilingan gandum menjadi tepung,
penggilingan tebu menjadi gula, atau emulsifikasi minyak. Metode pengecilan
ukuran yang diapakai antara lain adalah:
1) Kompresi/penggilingan/penghancuran
2) Pemukulan
3) Penggosokan
4) Pemotongan(trimming); umumnya dilakukan pada sayuran, buah-buahan, atau
bunga potong. Pemotongan dilakukan dengan menggunakan pisau yang tipis
dan tajam untuk menghasilkan hasil terbaik.
5) Kombinsai dengan pengguntingan (shearing), yakni kombinasi antara
pemotongan dan penghancuran. Proses ini dilakukan untuk bahan-bahan yang
berserat dan keras. Bila ujung penggunting tipis dan tajam hasilnya adalah
pemotongan, tetapi bila bagian pinggir tumpul dan tebal akan menghasilkan
penghancuran.
Pemakaian alat mekanis untuk pepengecilan ukuran dipengaruhi oleh
kapasitas alat, daya yang diperlukan persatuan bahan yang diperkecil, bentuk dan
ukuran bahan sebelum dan sesudah pengukuran ukuran, rentang ukuran dan
bentuk akhir yang dihasilkan.
Bahan hasil pertanian yang diperkecil menurut dimensinya dibedakan atas:
1) Rentang berdimensi, yakni partikel/unit yang diukur dengan akurat dan mudah
dilihat. Ukuran minimum1/8 inci atau bentuk dadu pada buah sayuran.
21
2) Rentang terayak, yakni partikel dengan dimensi 0,125 0,0029 inci dengan
bentuk seperti butiran.
3) Rentang mikroskopis, yakni partikel dengan dimensi < 0,0029 inci, misalnya
bahan-bahan bubuk kimia, tepung, dan lain-lain.
Alat dan mesin pengecilan ukuran dibedakan menjadi 4 jenis:
1) Crusher, yaitu alat untuk memecah dan menghancurkan bahan padat
berukuran besar menjadi bagian kecil dengan kecepatan rendah.
2) Grinder, variasi mesin pengurang ukuran tingkat menengah, misal hammer
mill.
3) Ultrafine grinder
4) Cutting machine
Bila bahan hasil pertanian akan dijual dalam keadaan segar, seperti buahbuahan dan sayuran, maka dapat dilakukan tahapan proses yang akan
menghasilkan penampilan segar dan lebih tahan lama jika dipajang. Pada
umumnya unit operasi dalam penanganan bahan segar meliputi: cleaning,
trimming, grading, waxing, curing, precooling, prepackaging dan shipping.
Clening, trimming dan
22
Gambar 13. Prinsip Kerja Alat Pelilinan Buah (Martin dan Miezitis, 1964 dalam
Kitinoja dan Kader, 1995)
2.1.6. Curing
Tahap curing dilakukan untuk menyembuhkan luka/memar selama
pemanenan. Bahan yang sering dicuring antara lain kentang, ubi jalar, keladi dan
ubi kayu. Curing juga dilakukan pada suhu dan kelembaban relatif tinggi selama
beberapa hari. Tujuan curing untuk menyembuhkan luka yang terjadi pada saat
panen atau terjadi sesudah panen sehingga membentuk lapisan baru, dan untuk
melindungi busuk umbi selama penyimpanan. Perlakuan ini tentu saja
menyebabkan tambahan pembiayaan selama penangan hasil pertanian tetapi
secara ekonomis menuntungkan karena umur simpan menjadi lebih panjang.
Curing pada bawang merah, bawang putih dan tanaman bunga yang berumbi
dilakukan secara langsung setelah panen dengan menyertakan lapisan kulit luar
umbi dan bagian batangnya sampai kering. Apabila cuaca di daerahnya
memungkinkan sebelum curing dilakukan penjemuran selama 5-10 hari.
Curing dapat dilakukan di halaman seperti pada ubi jalar dan keribang,
dilakukan dengan menimbun umbi tersebut dengan potongan rumput yang di
atasnya ditutup dengan kanvas. Jenis curing ini adalah field curing, yang
dilustrasikan pada gambar 14.
23
Gambar 14. Field Curing (Wilson dalam Kitinoja dan Kader, 1995)
Curing juga dapat dibangun dengan menggunakan vetilasi pada bagian
atap sehingga sinar matahri dapat masuk ke dalam ruangan. Pada bagian atap
bangunan ditutup dengan kanval terpal atau di bagian samping dibuat terbuka dan
diberikan kipas angin sehingga terjadi sirkulasi udara. Gambar alat curing dengan
ventilasi disajikan pada gambar 15a. Curing dapat juga dilengkapi dengan
pemanas yang ditempatkan di lantai dekat dengan rak-rak untuk tumpukan
bawang atau diletakkan di bagian luar ruangan curing (gambar 15 b).
Proses curing dapat dilakukan dengan sistem gundukan yang harus
dilengkapi dengan kipas angin, unit pemanas dan alas papan yang dibuat rak
landasan. Pada komoditas bawang merahapabila diproses dengan sistem curing
ini harus sering dilakukan pengecekan supaya tidak terlalu kering umbinya.
Ilustrasi sistem curing ini disajikan pada gambar 16.
a.
b.
Gambar 15. Alat Curing a) dilengkapai dengan kipas angin dan ventilator atap b)
dilengkapai dengan pemanas ruang curing (Thompson dan
Scheuerman, 1993 dalam Kitinoja dan Kader, 1995).
24
Gambar 16. Sistem Curing Gundukan (Davis dalam Kitinoja dan Kader, 1995)
Pada Tabel 3. disajikan kondisi terbaik untuk curing dari beberapa produk
hortikultura.
Tabel 3. Kondisi Curing Berbagai Hortikultura
Komoditas
Temperatur
Kelembaban
Relatif
(%)
90-95
85-90
90-100
90-95
C
F
Kentang
15-20
59-68
Keribang
30-32
86-90
Ubi jalar
32-40
90-104
Ubikayu
30-40
86-104
Sumber: Kitinoja dan Kader (1995).
Hari
5-10
4-7
1-4
2-5
25
Pengeringan
Berlangsungnya metabolisme jaringan-jaringan hidup seperti buah-buahan
dan sayuran terbatas pada suhu tertentu, yaitu suhu optimal. Pada suhu yang lebih
tinggi dari suhu optimal metabolisme berjalan lebih lambat atau dapat berhenti
sama sekali. Suhu yang lebih tinggi bersifat merusak, sedangkan suhu yang lebih
rendah akan menghambat metabolisme. Pada bahan hasil pertanian, setelah
dipanen akan tetap berlangsung proses respirasi. Respirasi akan berlangsung terus
sampai bahan menjadi mati kemudian membusuk. Suhu rendah mendekati titik
beku air sangat efektif dalam mengurangi laju respirasi, dengan demikian suhu
rendah sangat bermanfaat bagi penyimpanan hasil pertanian/produk pangan dalam
jangka pendek.
Pendinginan dapat dilakukan baik pada hasil pertanian yang akan
dikonsumsi dalam bentuk segar maupun bahan olahan baik yang setengah jadi
maupun produk akhir. Prinsip kerja alat yang digunakan untuk mendinginkan
ruangan penyimpanan terdapat pada gambar 17.
Gambar 17. Prinsip Kerja Alat Pendingin Ruangan Penyimpanan (Brennan, 2006)
2.2.1. Pendinginan dan Pembekuan
Proses yang dapat memperpanjang daya simpan bahan hasil pertanian
/produk pangan menggunakan suhu rendah dibedakan menjadi pendinginan
(cooling) dan pembekuan (freezing). Pendinginan dan pembekuan masing-masing
berbeda pengaruhnya terhadap rasa, tekstur, nilai gizi, dan sifat lainnya.
26
Pendinginan
Pendinginan adalah penyimpanan bahan/produk diatas suhu pembekuan
bahan, yakni antara -2 sampai dengan 10 oC. Pada komoditas hasil pertanian yang
akan dipasarkan dalam bentuk segar maka selama transportasi menuju konsumen
ataupun pasar memerlukan ruang penyimpanan dingin untuk mempertahankan
mutu. Ruang penyimpanan dapat dibuat dengan pendingin baik yang
menggunakan peralatan tekanan udara ataupun tidak seperti disajikan pada
gambar 18a dan b.
Gambar 18. Pendingin a) Tanpa Alat Tekanan Udara (Tugwell dalam Kitinoja dan
Kader, 1995) b) Dengan Alat Tekanan Udara (Rii, 1979 dalam
Kitinoja dan Kader, 1995).
27
Buah-buahan
Buah kering
Sayuran daun
Umbi-umbian
Bijian kering
Sumber: Winarno (1993)
0 C
2 180
> 1000
> 3 20
90 300
> 1000
38 oC
17
> 100
13
2 20
> 100
Bahan
hasil
pertanian
28
akan
mengoksidasi
gula
sehingga
BTU/ton/24 jam*
32 F
40 oF
60 oF
Strawberry
2.730 3.800
3.660 6.750
15.460 20.280
Jeruk
420 1.030
1.300 1.560
3.650 5.170
Apel
300 800
590 840
2.270 370
Kacang hijau
5.500 6.160
9.160 11.390
32.090 44.130
Kubis
1.200
1.670
4.080
Seledri
1.620
2.420
8.220
Jagung manis
6.560
9.390
38.140
Kentang
440 880
1.100 1.760
2.200 3.520
Bayam
4.420 4.680
7.850 11.210
36.920 38.000
Ubi jalar
1.190 2.440
1.710 3.350
4.280 6.300
* nilai panas yang diperoleh dengan mengalikan tingkat respirasi dalam mg panas
spesifik (spesific thermal)
Sumber: Winarno (1993)
o
29
Panas laten
pembekuan (BTU/ld)
106
132
126
30
langsung dengan daya tahan mutu bahan. Bila udara kering, uap air akan diserap
dari makanan yang sedang disimpan sehingga menyebabkan pelayuan buah dan
sayuran. Bila udara terlalu lembab makanan menjadi rusak, terutama bila suhu
berubah-ubah. Pengendalian kelembaban udara merupakan hal yang sulit
dikerjakan.
Alat pendingin modern dapat mengendalikan secara akurat. Pengendalian
tersebut dapat diatur dengan memanfaatkan perbedaan suhu yang kecil antara koil
pendingin dan komoditi. Jika suhu zat pendingin diatur dan permukan koil
pendingin cukup memadai, maka suhu yang dikehendaki dapat dipertahankan
tanpa terjadinya dehidrasi komoditi. Umumnya buah-buahan disimpan pada RH
85 95% ; sayuran berdaun RH 90 95% ; dan bahan pangan nabati secara
umum pada RH 85 90%. Bila udara dalam ruang penyimpanan digerakkan
secara mekanis harus lebih berhati-hati. Dengan menggerakkan udara 2 x lipat,
maka akan meningkatkan kehilangan air 1/3 nya. Tabel 7 berikut ini menunjukkan
suhu penyimpanan, RH, perkiraan daya simpan dan titik beku beberapa komoditi.
Jenis kerusakan yang sering terjadi pada beberapa komoditi selama penyimpanan
disajikan pada tabel 8.
2.2.2. Pembekuan
Pembekuan merupakan pendinginan yang menggunakan suhu beku
(dibawah 00C atau 320F). Pembekuan dilakukan untuk memperpanjang umur
simpan hasil pertanian. Mengapa pembekuan dilakukan pada bahan hasil
pertanian? Metode pembekuan dapat dilakukan dengan udara dan metode
pencelupan pada larutan tertentu. Pembekuan dapat dilakukan secara langsung
atau dengan pencelupan.
Tabel 7. Suhu penyimpanan dan perkiraan daya simpan titik beku beberapa
komoditi
Komoditi
Apel
Alpukat
Pisang
Strawberry
Suhu
penyimpanan
(F)
30 31 *
37 48 *
53 60 *
31 32
RH (%)
Perkiraan daya
simpan
80 90
85 90
85 90
85 90
*
*
1 3 mg
7 10 hr
31
Rata-rata
titik beku
(F)
28,4
27,2
*
29,9
Lemon
55 58
Limau
45 48
Mangga
50
Pepaya
45
Pir
29 31
Nanas tua hijau
50 60
Nanas matang
40 45
Plum/prune
31 32
Delima
31 32
* : tergantung varietas
**Sumber: (Winarno, 1993)
2.2.2.1.
85 90
85 90
85 90
85 90
88 92
85 90
85 90
85 90
85 90
1 mg
6 8 mg
15 20 hr
15 20 hr
2 7 bln
3 4 mg
2 4 mg
2 5 ; 3 8 mg
2 4 bln
28,1
29,3
29,8
30,1
*
29,1
29,9
28
28
dalam udara, yakni udara diam dan hembusan udara. Pembekuan dengan udara
diam dilakukan dengan menempatkan bahan dalam ruang pembekuan yang
sesuai. Cara pembekuan ini merupakan metode yang murah, namun berlangsung
sangat lambat. Produk tetap berada dalam ruang pembekuan sampai akhirnya
membeku. Lamanya waktu pembekuan tergantung pada: suhu ruangan
pembekuan, tipe bahan yang dibekukan, suhu bahan dan tipe, bentuk, dan
kemasan bahan (bila bahan dikemas).
Pembekuan dengan hembusan udara dingin pada kecepatan tinggi dalam
ruangan pembekuan menghasilkan pembekuan yang lebih cepat. Terutama bila
udara dingin yang dihembuskan pada suatu terowongan yang diisolasi.
Terowongan pembekuan adalah cara yang umum digunakan. Komoditi pertanian
yang sering diperlakukan dengan pembekuan adalah kapri.
Tabel 8. Kerusakan beberapa komoditi selama penyimpanan
Komoditi
Kedelai
Alpukat
Mangga
Nenas
Pisang
Jenis kerusakan
Berbintik-bintik coklat
Berbintik-bintik hitam (anthracnos) dan pada dagingnya terjadi
perubahan warna, terutama disekitar biji dan pada serat-serat
daging buah
Pada kulitnya terjadi anthracnose, pada kelembaban yang tinggi
terlihat cendawan pada permukaan bintik tersebut. Setelah
pemetikan sebaiknya buah disimpan pada suhu 10 oC
Bagian yang terkena black rot biasanya lembek dan berair,
sedangkan warnanya mungkin tetap atau berubah menjadi hitam.
Pada suhu dibawah 13,5 oC menyebabkan kulit pisang bewarna
32
abu-abu dan berubah menjadi lebih tua pada tempat yang cacat.
Pisang yang didinginkan, pada tangkai dan kulitnya terkena
anthracnose dan pada kelembaban yang lebih tinggi terjadi spora
cendawan pada permukaan bintik.
Timun
Jangan disimpan pada suhu < 75 oF untuk mencegah terjadinya
perubahan warna yang mengkilat pada kulit dan mencegah
dagingnya menjadi lembek
Kol
Kol yang didinginkan biasanya terdapat bintik-bintik cendawan
hitam (alternaria) yang merupakan pangkal kebusukan
selanjutnya. Pencegahan yang terbaik adalah usaha untuk
menjaga agar daun jangan sampai cacat, lalu dilakukan
pendinginan. Penyimpanan pada suhu dingin juga tidak boleh
terlalu lama karena biasanya akan terlihat garis-garis coklat pada
tangkai.
Tomat
Pemetikan dan perlakuan yang hati-hati pada tomat mencegah
kerusakan pada waktu penyimpanan warna tetapi mempercepat
kebusukan
Wortel
Biasanya terlihat pada bekas karatan dari akar/umbi yang disebut
black rot. Hal ini dapat dicegah dengan cara menjaga agar tidak
terjadi cacat pada wortel. Penyimpanan < 0 oC menyrbabkan
wortel menjadi pecah-pecah.
Sumber: Winarno (1993)
2.2.2.2.
merupakan metode pembekuan yang paling cepat. Cairan adalah suatu konduktor
panas yang baik jika dibandingkan dengan udara/gas. Larutan NaCl dan gula telah
lama digunakan sebagai suatu sistem penukar panas suhu rendah. Partikel bahan
atau kemasan dapat dibekukan dalam suatu sistem cairan pencelup, dan dalam
sistem semprotan, atau sistem kabut. Buah-buahan dan sayuran individual dapat
dibekukan hanya dalam beberapa menit dengan menggunakan larutan garam pada
suhu yang cocok.
Langkah-langkah dasar melakukan pembekuan pada sayuran dan buahbuahan adalah bahan dipilih yang berkualitas baik, segar, utuh, dan tidak cacat,
bahan dicuci dengan air dingin, dan bahan di blanching dengan mencelupkan
dalam air digin atau dengan pengukusan. Segera setelah waktu pemblanchingan
selesai, bahan dimasukan dalam air es sehingga menghentikan proses enzimatik
pada
bahan.
Setelah
ditiriskan,
bahan
33
dikemas
dalam
plastik
kedap
udara/aluminium foil. Bila bahan yang telah disimpan beku ini akan digunakan,
sebaiknya dibiarkan beberapa waktu dalam pendingin agar air beku yang
menyelimuti kemasan cair. Pencairan kembali bahan yang telah dibekukan disebut
thawing.
Pengaruh pembekuan karakteristik bahan pada hasil pertanian:
1) Terhadap mikrobia
Umumnya mikrobia tidak dapat hidup pada suhu < 32 0F, tetapi ada beberapa
jenis khamir yang dapat tumbuh pada 15 0F dalam substrat yang tidak beku.
Pendinginan lambat merusak populasi mikrobia tetapi bentuk mikrobia yang
sangat peka adalah sel vegetatif, sedangkan spora tidak rusak karena
pembekuan.
2) Terhadap protein
Karena sayuran dan buah-buahan sedikit mengandung protein maka
pembekuan hanya menyebabkan sedikit perubahan nilai gizi protein, karena
proses blanching telah mengaktifkan enzim maka proteolisis jarang terjadi.
3)
Terhadap enzim
Aktifitas enzim dapat dirusak pada suhu mendekati 200 0F tetapi masih
mempunyai sebagian aktifitas pada 100 0F walaupun kecepatan reaksinya
sangat rendah. Dengan demikian aktifitas enzim hanya dihambat oleh suhu
pembekuan, terutama sebelum pembekuan yakni dengan blanching.
4)
Terhadap lemak
pada 30 0F ketengikan yang terjadi pada jaringan berlemak yang membeku
sangat berkurang. Secara umum deteriosasi lemak dan minyak tergantung
pada suhu, maka pengawetan dengan pembekuan akan memberikan potensi
yang maksimum dalam semua bahan/produk yang berlemak.
5)
Terhadap vitamin
Pembekuan bukanlah suatu proses yang merusak zat gizi. Justru semakin
semakin rendah suhu bahan/produk, retensi zat gizi semakin baik. Perubahan
zat gizi terjadi sebelum bahan dibekukan, misalnya telah mengalami preparasi
dan pengolahan yang sangat mempengaruhi selama pembekuan. Misalnya
34
Pasteurisasi
Pasteurisasi
adalah
suatu
proses
yang
dapat
membunuh
atau
memusnahkan sebagian tetapi tidak semua mikroba yang ada dalam bahan dan
biasanya menggunakan suhu dibawah 100 oC. Pemanasan dapat dilakukan dengan
uap air, air panas, panas kering, atau aliran listrik. Bahan pangan yang dipanaskan
segera didinginkan.
Penggunaan proses pasteurisasi digunakan :
1) bila komoditi tidak tahan terhadap panas tinggi.
2) bila yang dimaksud untuk membunuh mikroba patogen.
35
3) bila mikroba pembusuk tidak begitu tahan panas, seperti khamir dalam sari
buah.
4) bila cara pengawetan lain akan dilakukan, misalnya dengan penambahan
bahan pengawet.
5) bila mikroba saingan perlu dibunuh, agar mikroba yang dikehendaki dapat
tumbuh dengan baik setelah penambahan starter, misalnya pada pembuatan
keju.
Suhu dan waktu yang digunakan sangat tergantung dengan cara yang akan
dipakai serta jenis komoditinya. HTST (high temperature short time)
menggunakan suhu tinggi pada waktu singkat dan LTH (low temperatur holding)
merupakan cara pemansan dengan mengunakan suhu rendah dengan waktu lama.
Suatu contoh : pasteurisasi suhu dengan sistem LTH dilakukan pada suhu 62,8 oC
selama 30 menit dan bila dilakukan dengan sistem HTST dilakukan pada suhu
71,7 oC dengan waktu paling sedikit 15 detik. Tujuan pasteurisasi pada komoditi
susu adalah untuk menghindarkan bakteri ricketsia penyebab Q fever untuk diluar
negeri sedangkan di Indonesia bertujuan untuk menghindarkan bakteri
Mycobacterium tuberculosa yang dapat ditularkan dari susu sapi. Pasteurisasi
tersebut diatas ditujukan untuk susu sapi untuk dapat langsung diminum, setelah
mengalami pendinginan. Pada susu sapi yang mengalami pengolahan lebih lanjut,
misalnya untuk pembuatan keju, panas yang diberikan biasanya lebih banyak
jumlahnya, demikian juga untuk es krim yang akan digunakan untuk pembuatan
es krim menggunakan pemanasan 71,7 oC selama 30 menit selama 16-20 detik.
Gambar 19 merupakan salah satu contoh sistem pasteurisasi secara HTST pada
susu.
36
Gambar 19. Prinsip Kerja Alat Sistem Pasteurisasi HTST Pada Susu (Pearse, 1993
dalam Brennan, 2006)
Pasteurisasi pada wine pada anggur dilakukan pada suhu 82-85 oC selama
1 menit sedangkan pada bir pada suhu 60 oC pada buah-buahan kering seperti
kismis, demikian juga kurma dan pisang sale pasteurisasi dilakukan dalam
pembungkus pada suhu 65,6 oC sampai 85 oC selama 30-40 menit. Pasteurisasi
pada sari buah yang diberi gas CO 2 biasanya dilakukan pada suhu 65, 6 oC selama
30 menit, untuk pasteurisasi cuka dalam botol biasanya dilakukan pada suhu 65,6
o
2.2.3.2.
37
wadahnya (botol) kedalam air penangas atau dengan mengalirkan uap air panas.
Kini dirumah-rumah sudah banyak menggunakan pressure cooker. Asinan kubis
biasanya cukup dipanaskan pada suhu dibawah 100 oC dan dibotolkan waktu
masih panas atau hangat. Bahan makanan sebelum dibekukan atau dikeringkan
dapat di blanching dalam waktu singkat pada suhu sekitar 100 oC.
Pembakaran sate dan kambing guling, meskipun menggunakan suhu panas
dari luar, ternyata suhu daging bagian dalam hanya sekitar 60-80
C.
Penggorengan yang dilakukan dengan minyak mendidih (198 oC), suhu dibagian
tengah dari bahan makanan yang digoreng belum mencapai suhu 100 oC.
Pembakaran roti dengan suhu oven yang tinggi tersebut tidak pernah
meningkatkan suhu di dalam roti sampai 100 oC, bila di dalam roti masih cukup
banyak mengandung air.
Pemanasan pada suhu lebih tinggi dari 100 oC
2.2.3.3.
Pemanasan dengan suhu tinggi yaitu lebih tinggi dari 100 oC dapat
dilakukan dengan menggunakan uap air panas bertekanan tinggi dan dapat
dilakukan dengan alat sterilizer, autoclave atau retort. Uap air bertekanan 5 psi
(diatas tekanan udara 1 atm) bersuhu 109 oC, pada tekanan 10 psi bersuhu 115,5
o
biasanya digunakan. Sistem retort yang konvensional dapat berbentuk batch atau
continuous, bergerak berputar atau tetap, vertikal maupun yang horizontal.
Disamping itu, proses pemanasan dapat juga dilaksanakan dengan hydrostatic
cooker, flame dan fluidized bedsterilizer serta sistim aseptik.
Peralatan yang paling banyak disukai adalah sistim retort yang
konvensional dengan menggunakan uap jenuh. Retort tersebut biasanya
dilengkapi dengan termometer, rekorder untuk suhu selama pemanasan, pengatur
suhu dan pengatur tekanan. Retort dapat dibuat dalam bentuk vertikalmaupun
horisontal. Gambar 20 menunjukkan salah satu contoh bentuk retort secara
vertikal yang saat ini lebih banyak digunakan untuk kepentingan sterilisas di
laboratorium.
38
Ga
relief valve
bleeder valve
cover clamp
vent
controller
Pressure
Gage
overflow leg
Thermometer
relief valve
air in
air filter
Bleeder
Valve
basket
support
bleeder valve
Steam Sparger
automatic valve
steam in
water in
by-pass
drain
39
karena sifat asal bahan yang dikeringkan dapat berubah, misalnya bentuknya,
sifat-sifat fisik dan kimianya, penurunan mutu dan sebagainya. Kerugian lainnya
juga disebabkan beberapa bahan kering perlu pekerjaan tambahan sebelum
dipakai, misalnya harus dibasahkan kembali sebelum digunakan.
Cara-cara lain untuk mengeluarkan air dari bahan hasil pertanian adalah
melalui pengepresan atau pemerasan, penguapan (hasilnya tetap cair) dan destilasi
atau penyulingan. Selain itu cara pengeringan dapat juga dilakukan dengan
dehydro freezing (pengeringan yang disusul dengan pembekuan) yang mempunyai
daya pengawet yang lebih baik, dan dengan cara freeze drying yaitu pembekuan
yang disusul dengan pengeringan. Agar pengeringan dapat berlangsung maka
harus diberikan energi panas pada bahan yang akan dikeringkan, dan diperlukan
aliran udara untuk mengalirkan uap air yang terbentuk keluar dari daerah
pengeringan. Penyedotan uap air ini dapat pula dilakukan secara vakum.
Pengeringan dapat berlangsung dengan baik jika pemanasan terjadi pada
semua permukaan bahan tersebut dan uap air yang diambil berasal dari semua
permukaan bahan tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan adalah
luas permukaan benda, suhu pengeringan, aliran udara, tekanan uap diudara dan
waktu pengeringan.
2.2.4.1.
Macam-macam Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan dengan memakai suatu alat pengering
Gambar 21. Prinsip Kerja Pengeringan Dengan Sinar Matahari (Brennan, 2006)
Penjemuran memberikan keuntungan energi panas yang digunakan murah
dan berlimpah, tetapi menimbulkan kerugian karena panas sinar matahari tidak
40
terus menerus ada sepanjang hari, dan kenaikan suhu tidak dapat diatur sehingga
lama penjemuran sukar ditentukan. Hal ini disebabkan jumlah energi panas yang
jatuh ke permukaan bumi biasanya tidak tetap. Selain itu karrena penjemuran
dilakukan ditempat terbuka yang langsung berhubungan dengan sinar matahari,
maka kebersihan bahan yang dijemur sukar diawasi. Energi panas yang diterima
oleh bahan selama penjemuran merupakan kombinasi panas yang berasal dari
radiasi (langsung dari matahari) dan konveksi yaitu panas dari udara di sekitarnya.
Energi panas dari sinar matahari yang jatuh dari permukaan bumi dan adanya
halangan-halangan yang mempengaruhi intensitasnya, misalnya karena ada awan.
Pengeringan buatan (Artificial drying) mempunyai keuntungan karena
suhu dan aliran udara dapat diatur sehingga waktu pengeringan dapat ditentukan,
dan kebersihan dapat diawasi. Jenis alat pengering tergantung pada bahan yang
dikeringkan dan tujuan pengeringan, misalnya kiln dryer, cabinet dryer,
continuous belt dryer, air lifr dryer, bed dryer, spraydryer, drum dryer dan
sejenisnya. Pengeringan dengan bantuan alat dapat menggunakan elemen
pemanas yang ditempatkan dalam ruang dengan disertai konveyor dan alatnya
disebut conveyor (bel)t dryer yang prinsip kerjanya disajikan pada gambar 22.
Gambar 22. Pengering Jenis conveyor (belt) dryer (Brennan, 1990 dalam
Brennnan, 2006)
Pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan elemen pemanas yang
disertai dengan alat penyemprot dan disebut spray dryer. Pengeringan secara
spray menghasilkan partikel dengan ukuran yang dapat diatur mnggunakan
nozzle. Keuntungan pngeringan inikarena menggunakan suhu tinggi tetapi sangat
cepat maka warna dan kerusakan kualitas yang ditimbulkan karena proses sangat
41
kecil. Pengeringan bahan hasil pertanian juga dapat dilakukan pada suhu rendah
dengan menggunakan alat freeze dryer, bagian-bagian alat utama freeze dryer
disajikan pada gambar 23. Pengeringan dengan alatini terutama ditujukan untuk
penyimpanan
enzim
ataupun
bahan
yang
rusak
apabila
dikeringkan
melaluipemanasan.
pump
Gambar 23. Bagian-bagian Alat Batch Freeze Dryer (Brennan, 1994 dalam
Brennan, 2006)
2.2.4.2.
tanpa kandungan uap air di dalamnya dan udara basah atau udara dengan
kandungan uap air yang tinggi. Udara merupakan campuran beberapa senyawa
dalam bentuk gas dengan perbandingan yang kira-kira tetap misanlnya H 2O, O2,
dan N2.
Gas-gas murni dapat dibagi-bagi menurut jumlahnya di udara yaitu gas
yang jumlahnya tetap diudara misalnya N2, O2, dan gas-gas mulia (2) gas yang
jumlahnya tidak tetap di udara yaitu CO2 dan H2O, dan (3) gas-gas pengitor
misalnya NH3 dan H2S (hasil pemecahan zat-zat organik) atau Co pada
pertambangan minyak. Jumlah gas-gas mulia di udara sangat sedikit sehingga di
dalam perhitungan biasanya diabaikan. Komposisi udara kering terdiri atas 76,8
% nitrogen dan 23,3 % oksigen. Berat udara kering adalah 28,97.
2.2.4.3.
42
(1) air bebas (free water) yang terdapat di permukaan benda padat dan mudah
diuapkan.
(2) Air terikat (bound water) secara fisik yaitu air yang terikat menurut sistim
kapiler atau air absorpsi karena tenaga penyerapan
(3) Air terikat secara kimia, misalnya air kristal dan air terikat dalam sistim
dispersi
Kadar air dalam suatu bahan dapat dinyatakan dalam dua cara yaitu dry
basis dan wet basis. Kadar air secara dry basis adalah perbandingan antara berat
air di dalam bahan pangan tersebut dengan berat bahan keringnya. Berat bahan
kering adalah berat bahan basah setelah dikurangi dengan berat airnya. Kadar air
secara wet basis adalah perbandingan antara berat berat air di dalam bahan pangan
tersebut dengan berat bahan pangan basah. Sebagai contoh, jika suatu bahan yang
beratnya 10 gram terdiri atas air (W) sebanyak 2 gram dan sisanya berupa bahan
kering (Dan) sebanyak 8 gram, maka kadar air bahan tersebut dapat dihitung
sebagai berikut:
Kadar air dry basis
W
x 100 %
d
2
x 100 % = 25 %
8
W
x 100 %
W d
2
x 100 % = 20 %
28
Jumlah
43
dianggap cukup baik dan tahan selama penyimpanan. Kadar air bahan pangan
tidak selalu berbanding lurus dengan aw nya.
Tabel 9. Beberapa mikroorganisme dan aw minimum untuk pertumbuhannya
Mikroorganisme
Bakteri
Ragi
Cendawan
Bakteri halofilik (tahan garam)
Bakteri xerofilik
Ragi osmofilik (tahan terhadap tekanan
44
selanjutnya yang terdapat di bagian dalam bahan tersebut. Case hardening juga
dapat disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan kimia tertentu, misalnya
terjadinya penggumpalan protein oleh panas pada permukaan bahan atau
terbentuknya dekstrin dari pati yang jika dikeringkan terbentuk bahan yang masif
(keras) pada permukaan bahan.
Terjadinya case hardening dapat mengakibatkan proses pengeringan
selanjutnya menjadi lambat atau terhambat sama sekali. Mikroorganisme yang
terdapat di bagian dalam bahan yang masih basah dapat berkembang biak
sehingga menyebabkan kebusukan, dan jika bahan akan direhidratasi diperlukan
waktu yang lebih lama. Cara mencegah case hardening misalnya adalah dengan
membuat suhu pengeringan tidak terlalu tinggi, atau proses pengeringan awal
jangan terlalu cepat.
2.3. Latihan
Jawablah dengan singkat dan jelas
1. Apakah perbedaan tujuan antara kegiatan pra pengolahan dengan kegiatan
pengolahan utama ?
2. Sebutkan kegiatan yang termasuk kegiatan pra pengolahan pada buah mangga
yang akan diolah menjadi produk manisan buah?
3. Mengapa proses pengolahan jus buah-buahan dilakukan prosespasteurisasi?
4. Sebutkan 2 keuntungan pengeringan menggunakan pengering semprot!
5. Apakah perbedaan antara sortasi dan grading?
Berdasarkan jawaban yang diberikan oleh mahasiswa dalam mengerjakan
soallaihan maka dapat diketahui serapan mahasiswa terhadap bab yang
sedangdipelajari. Pada bab ini terdapat 5 soal latihan dengan bobot 20untuk tiap
soal sehingga apabila siswa mampu menjawab seluruh soal dengan benar maka
serapan mahasiswa mencapai 100 %.
2.4. Penutup
Dasar-dasar teknologi pengolahan meliputi kegiatan pra pengolahan dan
kegiatan pengolahan utama. Kegiatan pra pengolahan meliputi penangan bahan,
pembersihan, sortasi dan grading, pengecilan ukuran, waxing, dan curing
sedangkan yang termasuk kegiatan pengolahan utama antara lain pendinginan dan
45
BAB III
PENGEMASAN DAN PELABELAN
Tujuan Instruksional Khusus:
46
47
misalnya peti kemas yang diserta dengan pendingin berisi bahan pertanian untuk
diekspor.
3.1.2. Fungsi dan Peranan Kemasan
Fungsi utama kemasan adalah untuk menempatkan bahan atau hasil olahan
atau hasil industry sehingga memudahkan dalam penyimpanan,pengangkutan, dan
penjualan dan distribusi ke masyarakat pembeli. Adapun fungsi pengemasan
secara khusus adalah:
1. Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga konsumen gar
produk tidak tercecer terutama yang berbentuk cairan seperti susu jagung
dan minyak jagung maupun yang berbentuk pasta dan serbuk seperti
tepung jagung dan pati maizena.
2. Melindungi dan mengawetkan produk dari kerusakan oleh sinar ultraviolet
dari matahari, panas, kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi,
dari kotoran dan mikroba yang dapat menurunkan atau merusak mutu
produk olahan
3. Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai
alat komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang
terdapat pada kemasan.
4. Meningkatkan efisiensi, misalnya: memudahkan dalam penghitungan
(misalnya satu kemasan berisi10, 1 lusin, 1 gross dan sebagainya).
5. Melindungi pengaruh buruk dari luar dan pengaruh buruk dari produk
6.
7.
8.
9.
48
bahan
terhadap
kontaminasi
dari
luar,
baik
dari
dan
49
serangga
50
pertumbuhan
dan
penyebaran
mikroorganisma
aerob
non
51
Kemasan Primer
52
53
adalah
polietilen,
selulosa,
polivinilklorida,
HDPE
(High
Density
Polyethylene).
salah
untuk
satu
HDPE
bahan
plastik
digunakan
karena
merupakan
yang
aman
kemampuan
54
55
56
2. Pengemas kaku, yaitu bahan kemas yang bersifat keras, kaku, tidak tahan
lenturan, patah bila dibengkokkan relatif lebih tebal dari kemasan
fleksibel. Misalnya pengemas botol kaca, pengemas dari bahan kayu dan
logam.
Pengemas dari bahan gelas dapat dicetak, inert (tidak bereaksi)
transparan, kuat dan dapat mengalami modifikasi. Kendala bahan dari
gelas digunakan sebagai bahan pengemas adalah bersifat rapuh,kekatan
rentang sangat tergantung pada kondisi permukaan, bobotnya berat.
Namun demikian bila dijadikan pengemas gelas dapat memiliki jenis
penutup yang baik dan dapat digunakan untuk semua jenis pengolahan.
Pengemas dari gelas terbuat dari gelas yang mengandung silikat 70-75%
dan sejumlah oksida-oksida organic.Sifat pengemas gelas yang penting
adalah tidak bereaksi, transparan, apat dicetak dan dimodifikasi dengan
mudah dalam pemberian warna dan kreasi. Kendala penggunaan pengemas
gelas adalah factor kerentaan terhadap benturan, berat, daya rentangnya
rendah, fleksibilitas terhadap perubahan suhu relatif kurang.
Bahan logam banyak digunakan sebagai pengemas primer dalam
bentuk kaleng seperti untuk kaleng biscuit. Sebenarnya bahan pembuatan
kaleng adalah plat tipis (tinplate) yang terdiri dari lapisan baja, timah
putih, campuran timah dan besi serta lapisan enamel. Selain plat tipis,
aluminium juga dapat dibuat pengemas. Keunggulan aluminium dibanding
plat tipis adalah bobotnya lebih ringan, mudah dibentuk dan lebih tidak
korosif. Kekuranganya adalah kurang tahan tekanan dan jika terlipat
membentuk patahan-patahan yang dapat menyebabkan bocor. Modifikasi
bentuk pengemas primer dari bahan logam dari plat tipis dan aluminium
adalah munculnya aluminium foil yang berupa lembaran tipisdengan
ketebalan sekitar 0,0025 inchi sampai 0,06 inchi. Penggunaan aluminium
foil ini sekarang sudah meluas karena fleksibilitas dan kemudahannya
dalam pemakaian.
Bahan pengemas dari kayu dan serat masih dipandang sebagai
pengemas yang tangguh dan digunakan sebagai pengemas non primer.
Tetapi dengan kemajuan teknologi serat kayu, pengemas ini dapat
dijadikan pengemas primer jika diberi lapisan plastik atau bahan yang
57
Pengemas
Berdasarkan
Sifat
Perlindungan
Terhadap
Lingkungan
Berdasarkan sifat perlindungan Terhadap Lingkungan maka pengemas
diklasifikasikan menjadi 3, yaitu
a. Pengemas hermetic (tahan uap dan gas) yaitu pengemas yang secara
sempurna tidak dapat dilalui oleh gas, udara atau uap air sehingga selama
masih hermetis wadah ini tidak dapat dilalui oleh bakteri, kapang, ragi dan
debu.
58
59
4. Kemasan plastik:
- Bentuk fleksibel
- Transparan
- Mudah pecah
- Tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme
- Ada yang tahan panas
- Monomernya dapat mengkontaminasi produk
5. Komposit (kertas/plastik)
- Lebih kuat
- Tidak transparan
- Proses massal
- Pengisian aseptis
- Khusus cairan
- Tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme.
Selain jenis-jenis kemasan di atas saat ini juga dikenal pengemas dan
pengemas
biodegradable
(dapat
diuraikan
oleh
mikroorganisme/ramah
dengan
kesadaran
manusia
akan
persoalan
ini,
maka
60
selama
penyimpanan selama penyimpanan, dan perubahan ini dapat terjadi baik pada
bahan pangan segar maupun pada bahan pangan yang sudah mengalami
pengolahan. Perubahan-perubahan yang terjadi dapat berupa perubahan biokimia,
kimia atau migrasi unsusr-unsur ke dalam bahan pangan.
1. Perubahan biokimiawi
Bahan-bahan pangan segar (belum terolah) misalnya biji-bijian
seperti jagung, sayuran, buah-buahan, daging dan susu akan mengalami
perubahan biokimia setelah bahan-bahan ini dipanen atau dipisahkan dari
induknya. Bahan-bahan segar ini umumnya mengandung air yang cukup
tinggi sehingga memungkinkan adanya aktivitas enzim dan menyebabkan
terjadinya perubahan warna, tekstur, aroma dan nilai gizi bahan. Contoh
perubahan biokimiawi yang terjadi pada bahan pangan adalah pencoklatan
pada buah yang memar atau terkupas kulitnya, atau daging segar yang
berubah warna menjadi hijau dan berbau busuk.
2. Perubahan Kimiawi dan Migrasi Unsur-unsur
61
adalah
vinil
klorida,
akrilinitril,
metacrylonitril,
62
63
64
kerusakan akibat tumpukan di gudang atau pada saat tranportasi, gesekan dengan
alat selama penanganan tau getaran selama transportasi.
Beberapa bahan olahan pangan misalnya mie instan, chip, cookies
merupakan produk yang sangat mudah rusak dan memerlukan tingkat
perlindungan yang lebih tinggi untuk mencegah gesekan antara bahan, seperti
penggunaankertas tissue, lembaran plastik, kertas yang dibentuk sebagai
pengemas individu (misalnya karton untuk telur, pengemas sekunder botol selai).
Bahan pangan atau olahan pangan lain dilindungi dengan cara mengemasnya
dengan pengemas yang kaku dan pergerakannya dibatasi dengan pengemas plastik
atau stech/shrink film yang dapat mengemas produk dengan ketat.
III.2.5.Kadar Air dan Gas
Kehilangan air atau peningkatan kadar air merupakan factor yang penting
dalam penentuan masa simpan dari produk pangan. Kemasan memberikan kondisi
mikroklimat bagi bahan yang dikemasnya, dan kondisi ini ditentukan oleh tekanan
uap air dari bahan pangan pada suhu penyimpanan dan permeabilitas pengemas.
Pengendalian kadar air pada kemasan dan bahan pangan dapat mencegah
kerusakan oleh mikroorganisme dan enzim, menurunnya nilai penampilan
(tekstur) bahan, kondensasi di dalam kemasan yang mengakibatkan pertumbuhan
mikroba atau mencegah freezer burn pada bahan pangan yang dibekukan.
Bahan pangan yang mempunyai keseimbangan kelembababan relative
yang rendah seperti makanan kering seperti cookies dan chip membtuuhkan
kemasan dengan permeabilitas terhadap air yang rendah agar tidak kehilangan
kerenyahannya. Penyimpanan bahan pangan seperti putih telur dan tepung serta
pati jagung di bawah suhu monolayer dapat menyebabkan terjadinya:
- Kenaikan peroksida akibat dekomposisi ikatan hidroperoksida
- Hilangnya warna merah muda (pink) akibat rusaknya pigmen
- Berkurangnya air yang tersedia untuk membentuk hidrasi trace metal pada
reaksi katalisa aktif
Kelembaban relative yang aman untuk menyimpan bahan pangan dalam
pengemas adalah pada RH 20-25%, karena pada kondisi ini bahan pangan atau
olahan pangan terbebas dari pencoklatan enzimatis. Pada kondisi kelembaban
relative diatas 60% bahan pangan yang mengadung lemak yang cukup tinggi
65
dapat mengalami ketengikan akibat hidrolisa lemak menjadi asam lemak bebas
yang dikatalisis oleh enzim lipase. Penyimpanan produk pada kelembaban relative
di atas 70% akan menyebabkan terjadinya kerusakan karena tersedianya air bebas
yang dapat digunakan untuk berbagai reaksi kimia seperti reaksi pencoklatan
enzimatis, kerusakan oleh mikroorganisme seta kerusakan tekstur dan sifat-sifat
reologi produk.
Bahan pangan yang mengandung lemak sensitive terhadap terhadap
oksigen memerlukan kemasan yang permeabiltasnya terhadap oksigen rendah.
Bahan pangan segar dengan tingkat respirasi dan kelembaban relatif yang tinggi
membutuhkan
derajat
permeabilitas
yang
tinggi
untuk
memungkinkan
66
dengan
cara
mengendalikan
konsentrasi
oksigen
dan
penurunan
konsentrasi
oksigen
dan
peningkatan
konsentrasi
karbondioksida.
3.2.6. Perubahan Suhu
Pengaruh tahanan (insulasi) dari pengemas ditentukan oleh konduktivitas
panas dan reflektivitas kemasan. Bahan kemasan dengankonduktivitas panas yang
rendah misalnya kotak karton,polystyrene atau poliuretan akan mengurangi
pindah panas konduksi, dan bahan kemasan yang reflektif seperti aluminum foil
akan merefleksikan panas. Pengendalian suhu penyimpanan merupakan hal yang
penting untuk dapat menjaga bahan pangan dari perubahan suhu. Pengendalian
suhu penyimapanan merupakan hal penting untuk dapat menjaga baha pangan
dari perubahan suhu. Jika kemasan dipanaskan misalnya sterilisasi dalam kemasan
atau makanan siap saji yang dipanaskan di dalam microwave, maka kemasan yang
digunakan harus tahan terhadap suhu tinggi.
3.2.7. Pengaruh Cahaya
Transmisi cahaya ke dalam kemasan dibutuhkan agar kita dapat melihat isi
di dalam pengemas tersebut. Tetapi untuk produk-produk yang sensitive terhadap
cahaya atau kerusakan riboflavin dan pigmen alami, maka harus digunakan
pengemas yang berwarna gelap sehingga tidak dapat dilalui cahaya.
67
68
Pada abad ke-19, kertas telah menggantikan wadah dari tanah liat, gelas
dan kaleng. Pada tahaun 1840 ditemukan cara pembuatan kotak kertas yang
memerlukan banyak lem, dan penggunaannya terbatas untuk barng-barang
mewah. Pada sat itu dalam suatu proses pembuatan kotak kertas salah sorang
pekerja keliru membuat proses pencetakan kertas untuk membuat kantung untuk
biji-bijian membuat teknik pembuatan kardus menjadi berkembang. Pada tahun
1856 diciptakan karton bergelombang (Corrugated board) di Inggris.
Kertas dibuat dari merang padi yang dihancurkan, dipucatkan, dibentuk
menjadi lapisan dan dikeringkan. Jenis kayu yang digunakan sebagai suber
merang atau selulosa dan lembaran akhir keras yang diinginkan sangat
menentukan cara pembuatan kertas.
3.3.2.
Jenis Kertas
Ada dua jenis kertas utama yang digunakan, yaitu kertas kasar dan kertas
lunak. Kertas yang digunakan sebagai pengemas adalah jenis kertas kasar,
sedangkan kertas halus digunakan untuk kertas tulis yaitu untuk buku dan kertas
sampul. Kertas pengemas yang paling kuat adalah kertas kraft dengan warna
alami, yang dibuay dari kayu dengan proses sulfat.
1. Kertas glasin dan kertas tahan minyak (grease proof)
Kertas glasing dan kertas tahan minak dibuat dengan cara
memperpanjang waktu pengadukan pulp sebelum dimasukkan ke mesin
pembuat kertas kemudian ditambahkan plastisizer supaya kertas lentur dan
lembut dan dapat digunakan untuk mengemas bahan-bahan yang lengket.
Bahan pemuatan kertas ini juga dapat ditambahkan bahan yang embuat tengik
dan tidak mudah tumbuh tumbuh jamur yaitu penambahan antioksidan.
Kedua jenis kertas ini mempunyai permukaan seperti gelas dan
transparan, mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap lemak,olidan minyak,
tidak tahan terhadap air walaupun permukaan dilapisi dengan bahan tahan alir
seperti lilin dan lak.
2. Kertas perkamen
Kertas perkamen digunakan untuk mengemas bahan pangan seperti
mentega, margarine, biscuit yang berkadar lemak tinggi, keju, ikan (basah,
69
kering atau digoreng), daging (segar, kering, di asap atau dimasak), hasil
ternak lain, teh dan kopi. Sifat-sifat kertas perkamen adalah:
a. Mmepunyai ketahanan terhadap lemak yang baik
b. Mempunyai kekuatan basah (wet strength) yang baik walaupun dalam air
mendidih
c. Permukaannya bebas serat
d. Transparan dan transluid, sehingga sering disebut kertas glassin
e. Tidak mmepunyai daya hambat yang baik terhadap gas, kecuali jika
dilapisis dengan bahan tertentu.
3. Kertas Lilin
Kertas lilin adalah kertas yang dilapisi dengan lilin yang bahan dasarnya
adalah lilin paraffin dengantitik cair 46-74C dan mampu dicampur polietilen
(titik cair 100-124 C) tau petrolatum (titik cair 40-52 C). Kertas ini dapat
menghambat air, tahan terhadap minyak/oli dan daya rekat panasnya baik. Kertas
lilin digunakan untuk mengemas bahan pangan, sabun, tembakau dan lain-lain.
4. Daluang (Container board)
Kertas daluang banyak digunakan dalam pembuatan kartun beralur. Ada
dua jenis kertas daluang, yaitu
a. Line board disebut juga kertas kraft yang dibuat dari kayu cemara
(kayu lunak)
b. Corrugated medium yang berasal dari kayu keras dengan proses sulfat
5. Chipboard
Chipboard dibuat dari kertas koran bekas dan sisa-sisa kertas. Jika kertas
ini dijadikan kertas kelas ringan, maka disebut juga bogus yaitu kertas yang
digunakan sebagi pelindung atau bantalan pada barang pecah belah. Kertas
chipboard dapat juga digunakan sebagai pembungkus dengan daya rentang yang
rendah. Jika akan dijadikan karton lipat maka harus diberi tambahan bahan yang
menguatakan.
6. Tyvek
Kertas Tyvek adalah kertas yang terikat dengan HDPE (High density
polietilen). Dibuat pertama ali oleh Du Pont dengan nama dagang Tyvek. Kertas
Tyvek mempunyai permukaan yang licin dengan derajat keputihan yang baik dan
kuat, dan sering digunakan untuk kertas foto. Kertas ini bersifat:
a. No grain yaitu tidak menyusut atau mengembang bila terjadi
perubahan kelembaban
b. Tahan terhadap kotoran,bahan kimia
c. Bebas dari kontaminasi kapang
d. Mempunyai
Kemmapuan untuk
dalamkemasan
70
menghambat
bakteri
ke
7. Kertas Soluble
Kertas soluble adalah kertas yang dapat larut dalam air. Kertas ini
diperkenalkan pertama kali oleh Gilbreth Company dengan nama dagang
Dissolvo. Digunakan untuk tulisan dan oleh FDA (Food Drug Administration)
tidak boleh digunakan untukpangan. Sifat-sifat kertas soluble kuat, tidak
terpengaruh kelembabaan tetapi cepat larut dlam air.
8. Kertas plastik
Kertas plastik dibuat karena keterbatasan sumber merang/selulosa. Kertas
ini disebut juga kertas sintettis yang terbuat dari lembaran stirena, mempunyai
sifat-sifat sebgaai berikut:
a. Daya sobek dan ketahanan lipat yang baik
b. Daya kekakuan lebih kecil daripada kertas selulosa, sehingga
menimbulkan masalah dalam pencetakan label
c. Tidak mengalami perubahan bila terjadi perubahan kelembaban (RH)
d. Tahan terhadap lemak, air dan tidak dapat ditumbuhi kapang
e. Dapat dicetak dengan suhu pencet akan yang tidak terlalu tinggi,
karena polistirena akan lunak pada suhu 80C
3.4. Amplop dan Kantung
Amplop sering digunakan sebagai pembungkus kertas, sedangkan kantung
kertas merupakan pengemas tertua tetapi masih popular hingga sekarang. Kantung
kertas dapat dibuat secara sederhana oleh industry rumah tangga, tetapi dapat juga
dengan menggunakan mesin di pabrik-pabrik. Bahan bakunya dapat berasal dari
kertas bekas, akan tetapi penggunaan kertas bekas ini untuk mengemas bahan
pangan dapat menimbulkan masalah, seperti masalah kebersihan atau terjadinya
migrasi senyawa-senyawa kimia dari pengemasan ke bahan pangan misalnya
tinta, pigmen, bahan pengawet, bahan pengisi dan lain-lain.
3.5. Kertas Lipat dan Kardus
Karton lipat dan kardus merupakan jenis kertas yang popular karena
praktis dan murah. Dalam perdagangan di sebut juga folding carton (FC) dan
digunakan untuk mengemas bahan hasil pertanian atau jenis-jenis barang lainnya.
Bahan yang banyak digunakan untuk karton lipat adalah cylinder board yang
teridir dari beberapa lapisan, dan bagian tengahnya terbuat dar kertaskertas daur
71
ulang sedangkan kedua sisi lainnya berupa kertas Koran murni dan bahan murni
yang dipucatkan. Untuk memperbaiki sifat-sifat karton lipat dapat diperbaiki
dengan dilapisi dengan selulosa asetat dan polivinil klorida (PVC) yang
diplastisasi. Kasein yang dicampurkan pada permukaan kertas akan memberikan
permukaan cetak yang lebih luas dan putih.Keuntungan kertas dari karton lipat
adalah dapat digunakan untuk transportasi dan dapat dihias dengan bentuk yang
menarik pada transportasi barang-barang mewah. Tetapi kelemahannya adalah
kecenderungan untuk sobek di bagian tertentu.
Model dasar yang paling umum dari karton lipat terdiri dari:
1. Lipatan terbaik (reverse tuck)
a.
b.
c.
d.
e.
72
73
peletakan alur dapat horizontal atau vertical, sehingga dikenal flute A horizontal
atau flutte A vertical. Flutte B horizontal atau flute B vertical dan seterusnya. Jenis
karton yang umum bergelombang yang umum adalah RSC (Regular Slotted
Container) tau wadah celah beralur yang disajukan pada gambar di bawah ini:
74
75
76
yang beraroma
h. Tidak sesuai untuk bahan pangan berlemak
i. Mudah lengket sehingga sulit dalamproses laminasi tetapi dengan
bahan aniblok sifat ini dapat diperbaiki.
Kemasanpolietilen banyak dignakan untuk mengemas buah-buhan,
sayuran segar, roti produk pangan beku an tekstil.
77
78
Polypropylene).
4. Polistirene
Sifat-sifat umum polistirene adalah
- Kekuatan tarikanya tinggi
- Titikleburnya rendahTahan terhadap asamdan basa kecuali
-
asampengoksidasi
Permeabilitas terhadap uap air dan gas sangat tinggi, baik untuk
Bermutu tinggi
Dapat disiapkan di rumah
Segar
Level reject (yang terbuang) dapat diabndingkan dengan pengalengan
Lebih consistent
Mutu seagam
Biaya murah
Hal ini menyebabkan pengemas plastik merupakan pilihan yang paling tepat,
karena dapat memenuhi semua tuntutan konsumen seperti di atas
Jenis-jenis film plastik yang ada di pasaran sangat beragam, sehingga
perlu pengetahuan yang baik untuk dapat menentukan jenis pengemas plastik
79
yang tepat untuk mengemas produk pangan. Kesalahan dalam memilih jenis
pengemas yang tepat dapat menyebabkan rusaknya bahan pangan yang dikemas.
Pertimbangan-pertimbangan yang perlu diperhatikan sebelum memilih
satu jenis kemasan adalah:
1. Pengemas tersebut harus dapat melindungi produk dari kerusakan fisik dan
mekanis
2. Mempunyai daya lindung yang baik terhadap produk gas dan uap air
3. Harus dapat melindungi dari sinar ultraviolet
4. Tahan terhadap bahan kimia
Dibawah ini akan disajikan contoh jenis produk dan pengemas yang sesuai
untuk digunakan:
1. Produk susu. Pengemas plastik yang sesuai untuk produk-produk susu
adalah LDPE dan HDPE. Pengemas yang baik untuk keju harus bersifat
sekat lintasan uap air dan gas yang baik, misalnya nilon/polietilen,
selulosa dan PTE/PE
2. Daging dan Ikan.
Daging
segar
dikemas
dengan
PVC
yang
permebilitasnya terhadap uap air dan gas tinggi. Dagimg beku dikemas
dengan LDPE dan LDPE nilon. Unggas dikemas dengan kantong laminasi
dan polietilen
3. Produk roti dan kue kering. Roti dan kue kering seperti cookies yang
mengandung humektan dikemas dengan pengemas kedap air
4. Roti yang bertekstur renyah dengan kemasan kedap udara
5. Cake (bolu) agar tidak kering dan abu apek dikemas dengan selulosa
berlapis atau OPP.
6. Makanan kering dan serealia. Produk ini sesuai denganpengemas kedap
uap air dan gas seperi LDPE/aluminum foil.
7. Makanan yang diolah. Pengemasan produk ini dengan tujuan supaya
makanan yang stabil seperti selai yang digunakan adalah plastik fleksibel
dan jika akan dilah lagi digunakan gelas atau kaleng. Konstruksi lapisan
yang dibutuhkan untuk retort poch adalah bahan-bahan seperti polyester
ataupoliamida/aluminium foil/HDPE atau PE_PP kopolimer. Pengemas
sekunder yang digunakan untuk distribusi adalah karton.
8. Tepung jagung dan pati. Pengemas yang sesuai adalah HDPE supaya dapat
berfungsi sebagai pelindung terhadap kelembaban yang tinggi.
9. Lemak dan Minyak, selai dan dodol. Pengemas yang sesuai adalah PVC
sehingga tampak bersih dan mengkilap.
80
81
bagi produsennya. Kemasan dapat berfungsi sebagai wiraniaga diam yang dapat
menjual suatu produk dan perbedaan bentuk dan dekorasi pada pengemas menjadi
penentu terhadap besarnya penjualan.
Faktor-faktor penting sebagai persyaratan dalam desain kemasan adalah
1. Mampu menarik calon pembeli
2. Menampilkan produk yang siap jual
3. Informatif dan komunikatif
4. Menciptakan rasa butuh terhadap produk
82
minat pembeli
b. Warna yang digunakan diharapkan dapat mempunyai nilai yang baik
untuk diingat
83
84
85
tulisMENGANDUNG BABI
Susu dan makanan Iradiasi ditulis RADURA dan logo iradiasi
Susu dan makanan yang mengandung susu
Makanan Bayi
Pemanis buatan
Makanan halal, tulisan halal di tulis dalam bahasa Indonesia atau arab
3.8. Latihan
Mahasiswa/peserta semuanya silahkan mencermati produk kemasan berikut.
Kemudian dipersilahkan untuk mengamati:
a. Jenis bahan kemasan apa yang digunakan
b. Berdasarkan jenis bahan yang digunakan sebutkan ciri-ciri yang harus
dipenuhi sebagai standar pengemas yang baik
c. Sebutkan nama label yang terdapat pada masing-masing produk
d. Amatilah apakah semua produk telah mencantumkan persyaratan labeling
e. Apakah semua persyaratan labeling dipenuhi apabila tidak sebutkan apa
yang belum terpenuhi
f. Buatlah model kemasan untuk produk-produk yang Bapak dan Ibu akan
dipasarkan atau di proses untuk dipasarkan
86
Bahan:
Tepung
jagung
Jagung
muda
Gula
merah
Parutan
kelapa
Santan
Diproduksi oleh
Vanili
Lab. Teknologi
Garan
Hasil Pertanian
Faperta
UNTAN
87
3.9.
Daftar Pustaka
88
BAB IV
TEKNOLOGI PENGOLAHAN HORTIKULTURA
Tujuan Instruksional Khusus:
3. Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan
kegiatankegiatan yang termasuk proses pengolahan utama yang
dilakukan untuk penanganan buah-buahan dan penerapannya untuk
membuat produk olahan.
4. Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan
jenis kegiatan-kegiatan yang termasuk proses pengolahan utama yang
dilakukan untuk penanganan sayuran dan penerapannya untukmembuat
produk olahan.
4.1.
89
mikroba
yang
menyebabkan
pembusukan.
Tujuan
akhir
penanganan buah adalah kesegaran buah tetap terjaga sampai diterima oleh
konsumen. Tujuan tersebut dapat dicapai apabila pengelola menguasai
pengetahuan tentang sifat dan karateristik buah. Sifat dan karateristik buah yang
sama tentu memiliki respon terhadap suatu perlakuan yang sama pula.
Kualitas buah samapai ke tangan konsumen sangat dipengaruhi oleh
penanganan buah saat panen hingga akan di angkut untuk pemasaran (kegiatan on
farm). Pada gambar 27. menunjukkan penangann buah melon di negara Cina
sebelum sampai ke tangan konsumen untuk konsumsi dalam bentuk segar.
Buah
Masak
Potong
Cabang T
Putar Cabang T
berlawanan arah
Kemas melon
dalam kantong
Pisahkan
buah rusak
Masukkan
dalam
Truk
Kemasan
kotak/
karton
Pisahkan
buah rusak
Tempat
Pengumpul
buah
Gambar 27. Skema Penanganan Pasca Panen Melon di Cina (Chen et al., 2001)
Tiap komoditas buah-buahan juga memiliki toleransi yang berbeda
terhadap pengaruh suhu, kelembaban dan komposisi udara. Oleh karena itu,
berikut ini ada beberapa cara untuk membuat buah-buahan tetap segar sampai di
tangan konsumen. Beberapa tahapan kegiatan pendahuluan yang diperlukan
pencucian, pengeringan, pendinginan, dan pemanasan.
4.1.1. Penerapan Teknologi Untuk Mempertahan Kesegaran Buah
4.1.1.1. Penyimpanan Buah Pada Udara Terkendali
90
91
Tujuan penggunaan zat kimia ini untuk melindungi buah dari kerusakan
pada tahap pascapanen baik oleh patogen maupun faktor fisiologis sehingga dapat
memperpanjang usia buah dan masa pemasarannya. Namun demikian konsentrasi
penggunaan pestisida harus mengikuti ketentuan perundangan yang berlaku.
4.1.1. 3. Pelapisan Lilin
Pada permukaan buah mempunyai lapisan lilin yang alami. Tiap buah
ketebalan lapisan lilin berbeda-beda. Lapisan lilin alami twersebut sebagian hilang
akibat pencucian. Oleh karena itu, pemberian lilin terhadap buah-buahan pasca
panen amat diperlukan. Pelapisan lilin dapat mencegah serangan-serangan
patogen pembusuk terutamapada buah-buahan yang memiliki luka atau goresan
kecil pada permukaan kulit buah.
Pemberian lilin dapat juga dipergunakan untuk menjaga kesegaran dan
memperpanjang daya simpan buah. Lapisan lilin pada permukaan kulit buah dapat
menekan laju respirasi dan transpirasi buah. Sehingga kehilangan berat dan
pengerutan buha selama penyimpanan dapat dicegah. Pelapisan buah dapat
menyebabkan permukaan buah mengkilat dan lebih menarik.
Beberapa lilin yang dapat dipergunakan dalam penyimpanan adalah lilin
karnauba, lilin parafin, resin dan lilin tebu. Lilin tersebut dijadikan emulsi dengan
menambahkan air dan emulgator misalnya trietanolamin dan asam asetat. Selain
pemberian lilin biasanya juga dilakukan penambahan fungisida dan bakterisida
untuk memberikan perlindungan terhadap serangan patogen pada buah-buahan
dalam penyimpanan. Pelapisan lilin yang optimal adalah dengan penggunaan
emulsi lilin 6%. Pelapisan ini dapat menunda kematangan mangga selama sebelas
hari dengan rasa buah tetap normal. Pada pelapisan lilin 4% dan 5% tidak
memberikan hasil yang berbeda nyata sedangkan pada konsentrasi 7%
menyebabkan rasa buah tidak normal.
4.1.1. 4. Pengemasan Dalam Plastik
Metode pengemasan ini merupakan metode paling murah untuk
memperpanjang umur simpan buah. Di dalam plastik dapat timbul udara
termodifikasi yang menguntungkan karena udara di dalam kantong palastik
mengalami perubahan. Hal ini terjadi karena terbatasnya oksigen dan
92
Gambar 28. Hasil Pengemasan Mangga dengan Plastik dalam Kotak Kardus
(Yahia, 1999)
4.1.2. Penerapan Teknologi Pengolahan Pada Buah-Buahan
Pengolahan buah berdasarkan tingkat permintaan dapat dibedakan menjadi
3 kategori, yaitu:
1. Produk yang mempunyai tingkat permintaan yang tinggi meliputi:
a. buah-buahan yang digoreng
b. anggur berbahan buah-buahan
93
94
2.
3.
4.
5.
dan
pengayakan
kemudian
ditambahkan
gula
dengan
perbandingan 1:2 terhadap gula. Diagram alir disajikan pada gambar 29.
Buah jeruk
Pengecilan ukuran,
diperas, disaring, dipres
Sari Buah
jeruk
95
Ampas
pencapuran,
5 menit
Adonan
Pengeringan
60C, 6jam
SARI JERUK
INSTAN
Gambar 29. Tahapan Proses Pembuatan Sari Jeruk Instan (Hidayat dan Diana,
2005).
4.1.2.3. Sari Buah Berkarbonasi
Sari buah berkarbonasi merupakan campuran antara air soda, pemanis,
perasa asam, pewarna, dan zat pengawet. Proses karbonasi merupakan proses
untuk menghasilkan rasa khas dan efek menyegarkan. Karbonasi merupakan
proses pelarutan karbondioksida di dalam air dengan kondisi temperatur dan
tekanan yang terkontrol. Penambahan karbondioksida pada skala rumah tangga
dan mikro dapat menggunakan soda kue. Contoh proses pembuatan sari buah
berkarbonasi adalah sebagai berikut.
1. Disiapkan bahan sari buah jeruk sebanyak setengah liter, dengan cara jeruk
diperas diambil airnya dan disaring dengan kain saring.
2. Tambahkan air setengah liter, garam dapur 4 gram, 300 gram, asam
sitrat/sitrun zur 5 gramdan natrium benzoat 0,2 gram dan CMC
secukupnya.
3. Aduk sampai rata danlarut kemudian didihkan selama kurang lebih 10
menit.
4. Dalam keadaan mendidih masukkan kedalam botolyang sudah direbus
supaya steril dan isilah botol sampai tersisa 4 cm dari permukaan.
5. Masukkan soda kue sebanyak 3 gram kedalam botol, segera tutup rapat.
96
2.
3.
4.
97
matang konsumsi dan daging buah telah lunak serta pisang yang hampir matang
konsumsi tetapi daging buah masih agak keras, gula pasir halus yang putih bersih,
asam sitrat, tepung agar-agar. Cara pembuatan selai pisang mengikuti tahapantahapan berikut:
a.
Pisang yang hampir matang konsumsi dicacah berbentuk kotak 3-4 mm,
kemudian diberikan pelumuran gula 3 kali:
-
Pelumuran kedua: cacahan pisang dilumuri lagi dengan gula halus. Tiap kg
cacahan memerlukan 250 g gula. Setelah itu cacahan disimpan di dalam
lemari pendingin selama 48jam. Selama penyimpanan, cairan buah masih
keluar. Cairan buah ini dipisahkan dan disimpan pada suhu dingin.
Pelumuran ketiga: cacahan pisang dilumuri lagi dengan gula halus. Tiap 1
kg cacahan memerlukan 200 gram gula. Setelah itu cacahan disimpan di
dalam lemari pendingin selama 48 jam. Selama penyimpanan, cairan buah
masih keluar. Cairan buah ini dipisahkan dan disimpan pada suhu dingin.
Sekarang cacahan pisang disebut sebagai manisan cacahan pisang.
98
c. Tiap 1 kg bubur ditambah dengan 5 gram asam sitrat, 160 gram gula pasir
halus, dan seluruh cairan ekstrak buah bergula yang diperoleh dari penggulaan
100 gram cacahan pisang.
d. Setelah penambahan bahan tersebut, pemasakan diteruskan dengan api kecil
sambil diaduk selama 5 menit. Kemudian api dimatikan dan ke dalam selai
pisang ditambahkan manisan cacahan pisang dan esen pisang secukupnya.
Tiap 1 kg bubur pisang ditambah dengan 100 gram manisan cacahan pisang.
Produk yang diperoleh disebut selai pisang.
e. Penyiapan botol. Botol kaca dibersihkan bagian dalam dan permukaannya.
Bilas sampai bersih,kemudian botol direbus di dalam air mendidih selama 30
menit. Keringkan dan pada saat botol masih panas, selai yang masih panas
dimasukkan ke dalam botol sampai permukaan selai 1 cm dari bibir botol
paling atas.
4.1.2. 6. Pembuatan Tepung Pisang
Tepung pisang merupakan alternatif bahan baku untuk pembuatan biskuit
bayi sehingga dapat dimanfaatkan menjadi pilihan makanan alternatif untuk
ketahanan pangan. Bahan yang digunakan dalam pembuatan tepung pisang adalah
pisang berupa pisang yang telah masak secara fisiologis (mature) dan natrium
metabisulfit. Pembuatan tepung pisang dilakukan dengan cara pisang tanduk
direndam dengan menggunakan larutan asam askorbat selama 10 menit. Tahapan
pembuatan tepung pisang terdapat pada gambar 30.
Buah Pisang
Pencucian, penghilangan kulit,
pengerokan, pengirisan dan
pembuangan bagian tengah
Irisan
pisang
Perendaman dalam asam
Askorbat (10 menit),
penirisan
Irisan hasil rendaman
99
Kulit
Gambar 30. Tahapan Pembuatan Tepung Pisang (Mudjajanto dan Kustiyah, 2006)
4.2. Teknologi Pengolahan Sayuran
Untuk menghasilkan sayuran berkualitas tinggi, diperlukan penanganan
sebelum dan sesudah panen. Pengendalian mutu sebelum panen adalah
memperlihatkan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan sayuran,
misalnya syarat tumbuh, cara budidaya, pemupukan, serta pemberantasan hama
dan penyakit.
Kualitas sayuran dipengaruhi oleh penanganan pascapanennya, yaitu
tindakan-tindakan yang perlu dilakukan setelah panen. Tindakan pasca panen
dilakukan untuk memperkecil semaksimal mungkin terjadinya kemunduran mutu.
Tujuan sayuran ditangani setelah panen adalah agar tidak lecet, tidak terjatuh dan
tidak kotor terkena tanah yang dapat berakibat masuknya mikroorganisme yang
akan mempercepat pembusukan.
4.2. 1. Penerapan Kemasan Pada Sayuran
Pengemasan merupakan salah satu cara untuk melindungi atau
mengawetkan produk pangan serta menunjang transportasi dan distribusi. Selain
itu, pengemasan merupakan bagian penting dari usaha untuk mengatasi
persaingan dalam pemasaran. Sedangkan tempat atau wadah yang digunakan
untuk mengemas suatu produk adalah packing. Kemasan menjadi penting artinya
karena sayuran memiliki waktu kesegaran relative pendek dan mudah rusak.
Padahal jarak konsumen dengan pengusahaan sayuran umumnya cukup jauh.
Dengan demikian, diperlukan suatu kemasan yang tidak hanya melindungi
sayuran, tetapi juga sesuai dengan keinginan konsumen. Untuk mengangkut dari
lahan ke pasar atau ke pedagang pengumpul atau toko swalayan, biasanya
digunakan wadah berupa peti kayu, keranjang, karung, keranjang plastic atau
wadah lain yang dapat memuat sayuran dalam jumlah banyak.
100
101
sedemikian rupa sehingga bentuknya sangat indah dan menarik. Berat kemasan
harus dibuat seringan mungkin agar energi dan biaya pengangkutan kecil.
7. Biaya rendah
Syarat khusus :
Pada sayuran daerah tropis syaratnya berbeda dengan kemasan untuk
ekspor ke daerah yang lebih dingin (subtropis). Demikian juga untuk daerah yang
kelembaban tinggi dengan daerah kering persyaratannya berbeda. Contoh
beberapa sayuran komersial :
Tomat :
Tomat dikemas dengan keranjang bambu atau bahan lain dengan berat
netto 50 kg kemudian diikat dengan tali rotan atau bahan lain.
Petsai/sawi :
air
atau
tanpa
pembungkus
(harus
mempunyai
daun
pembungkus).
Sayuran harus dikemas dalam keranjang atau bahan lain dengan berat
netto maksimum 60 kg.
Kubis :
Kubis dikemas dengan keranjang bambu atau bahan lain dengan berat
netto maksimum 80 kg.
102
Kentang :
Kentang dikemas dengan keranjang bambu atau bahan lain dengan berat
netto maksimum 80 kg.
103
minuman sari Aloe vera adanya proses pemanasan yang mungkin dapat
menimbulkan penurunan bahkan menghilangkan aktivitas bioaktifnya serta bau
langu dan rasa agak pahit yang tidak disukai konsumen dan masih terasa setelah
diolah dengan pemanasan. Oleh karena itu perlu upaya untuk suplementasi dari
komponen lain yang dapat menetralisir bau dan rasa, tetapi menghasilkan
keuntungan ekonomi dan fisiologis bagi produk akhir. Namun demikian, bahan
suplemen yang ditambahkan tersebut dapat secara sinergi berada dalam sistem
sari Aloe vera sehingga aktivitas bioaktifnya tidak rusak. Demikian juga perlu
adanya proses pengolahan yang menghasilkan umur simpan lebih lama dan
praktis dalam penyimpanan.
Produk effervescent merupakan salah satu bentuk minuman instan yang
lebih banyak diaplikasikan pada produk-produk farmasi seperti mineral, vitamin,
suplemn mineral, antioksidan dalam bentuk minuman penyegar. Effervescent
merupakan salah satu jenis tablet yang digunakan untuk membuat larutan,
mengandung asam sitrat dan natrium bikarbonat yang menghasilkan gas CO 2
apabila dilarutkan dalam air (Banker dan Anderson, 1994 dan Fung dan Ng,
2003). Efek gelembung dan gas dalam larutan tablet tersebut membantu
meningkatkan kesukaan dan penerimaan konsumen karena adanya karbonat
menghasilkan sensasi yang menyegarkan saat diminum. Namun demikian sampai
saat ini belum ada penelitian untuk membuat tablet effervescent pada sari Aloe
chinensis. Pembuatan effervescent disajikan pada gambar 31a dan 31b.
104
Latihan
3.
Penutup
Pada pengolahan hasil hortikultura perlu dipertimbangkan karakter
optimal.
Salah
satu
aplikasi
teknologi
pengolahan
bertujuan
mempertahankan kesegaran dan mutu buah, sayuran dan tanaman unggulan Aloe
105
chinensis. Keuntungan lain dengan adanya aplikasi teknologi adalah produk akhir
yang dihasilkan mempunyai umur simpan lebih lama, aktivitas fisiologis seperti
aktivitas antioksidasi tetapdipertahankan dan nilai ekonominya meningkat.
3.6. Daftar Pustaka
Banker, G. S. dan Anderson, N. R. 1994. Tablet In: Teori dan Praktek Industri
Farmasi. U I Press edisi 2. Jakarta.
Byun, M-W, H-S. Yook dan O-J. Kwon. 1997. Comparative Effects of Gamma
Irradiation and Ozone Treatment on Hygienic Quality of Aloe Powders. J. of
Food Science and Technology. 32:221-227.
Chen, N., L. An dan K. Ma. 2001. The Postharvest Handling System for Melon in
Northwestern China- Status, Problems and Prospects. dalam Postharvest
Handling of Fresh Vegetables. Proceeding of Workshop Held in Beijing. p.
38-43.
Dewi, Y. S. K. 2000. Karakteristik Mikroenkapsulasi Aloe vera Hasil Ekstraksi
Karbon Aktif Pada Pengering Semprot. Laporan Penelitian Kerjasama
Pengembangan Produk Lidah Buaya dengan SOFTCODE. Singapore.
Dewi, Y. S. K. 2002. Diversifikasi Produk Berbasis Aloe vera Sebagai Komoditi
Andalan Ekspor Baru Kalimantan Barat. Laporan Penelitian. Sumber Dana
Banglitbangda Propinsi Kalimantan Barat.
Dewi, Y. S. K.; Tranggono, S. Raharjo dan P. Hastuti. 2005. Aktivitas Antioksidasi
Ekstrak Aloe vera Sebagai Penangkap Radikal. Agritech Vol 25 No. 3:124130.
Fellow, P. 2004. Production Methods, Equipment and Quality Assurance
Practices. United Technology Manual. United Nations Industrial
Development Organization.
Fung, K. Y. dan Ng, K. M. 2003. Product-Centered Processing: Pharmaceutical
Tabletsa and Capsules. J. Al Ch E. vol 49 (5): 1193-1218. Proquest Online
http://gateway.proquest.com
106
BAB V
TEKNOLOGI PENGOLAHAN LEGUM
107
kacang tanah
kedelai
kecipir
kacang panjang
kacang kapri
kacang hijau
108
industri
pengolahan
kacang-kacangan
masih
banyak
Kedelai
amino
(mg/g N)
Isoleusin
340
Leusin
480
Lisin
400
Fenilalanin
310
Tirosin
200
Sistin
110
Treonin
250
Triptofan
90
Valin
330
Metionin
80
Sumber: Koswara (1992)
Kacang
Kacang
tanah
hijau
260
380
220
320
220
90
170
70
310
60
350
560
430
300
100
40
200
50
370
70
109
Beras
320
535
236
307
269
80
241
65
415
142
Susu
Telur
Sapi
ayam
407
630
496
311
323
57
292
90
440
149
415
553
403
365
262
149
317
100
454
197
daun menguning
- mekanik
110
111
112
kacang, minyak kacang dan pasta kacang, selanjutnya tepung kacang dapat
dijadikanbahan dasar untuk pembuatan biskuit, makanan bayi maupun cookies.
Tabel 12. Komposisi Kimia Biji Kacang Tanah
Komposisi
Kalori
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Fosfor
Besi
Vitamin C
Vitamin B
Air
Sumber: Kasno et al. (1993)
5.3.6.1. Pengolahan Tepung Kacang Tanah
Kacang Tanah
blanching
Kacang tanah
Hasil blanching
pengeringan (120C)
kadar air: 5,9-6,4%
Kacang tanah
hasil pengeringan
113
Minyak
kacang
Bungkil
penggilingan
TEPUNG
KACANG
Gambar 32. Tahapan Proses Pembuatan Tepung Kacang Tanah (Kasno et al.,
1993).
Tahap utama pembuatan tepung kacang tanah adalah penggilingan. Namun
sebelum sampai pada tahap utama, perlu dilakukan tahap-tahap pendahuluan
untuk memudahkan proses utama dan untuk mendapatkan hasil tepung yang
optimal.
Beberapa proses pendahuluan yang perlu dilakukan adalah:
-
Pengurangan lemak/minyak
Kacang tanah mengandung lemak tinggi, yaitu 42,8 %. Hal ini akan
mempersulit proses pembuatan tepung karena akan menghasilkan
bentuk pasta. Oleh karenanya kandungan lemak perlu dikurangi
sebagian atau seluruhnya. Pengurangan kandungan lemak ini pada
dasarnya juga merupakan cara pengolahan untuk mendapatkan minyak
kacang, karena untuk memperoleh tepung kacang yang digunakan
adalah bungkil kacang tanah (setelah diambil minyaknya.
kulit
ari
pada
pembuatan
114
tepung
kacang
tanah
Kacang Tanah
Pengeringan, kadar air
4-6 %
Biji kacang tanah
kering
115
Gambar 33. Tahapan Pembuatan Kacang Tanah Goreng Rendah Lemak (Kasno et
al., 1993).
Pengolahan kacang menjadi KTRL dapat menurunkan lemak sekitar 20 % dan
menaikkan persentase protein hingga 10 %.
5.4. Pengolahan Kedelai (Glycine max)
Diantara jenis kacang-kacangan, kedelai merupakan sumber protein yang
paling baik. Kedelai juga dapat digunakan sebagai sumber lemak, vitamin,
mineral, dan serat. Komposisi rata-rata kedelai dan bagian-bagiannya disajikan
pada Tabel 13. Selain mengandung komponen gizi yang lengkap, kedelai juga
mengandung senyawa anti gizi dan senyawa penyebab off flavor (bau dan rasa
tidak dikehendaki). Senyawa-senyawa tersebut harus diperhatikan selama proses
pengolahan kedelai karena dapat menyebabkan penurunan mutu pada hasil
akhirnya.
Tabel 13. Komposisi Kimia Kedelai
Komposisi
116
Kalori
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Fosfor
Besi
Vitamin C
Vitamin B
Air
Sumber: Suprapti (2005)
331 kalori
34,9 g
18,1 g
34,8 g
227 mg
585 mg
8 mg
110 mg
1,1 mg
7,5 g
Senyawa anti gizi yang tedapat dalam kedelai antara lain adalah:
1. Anti tripsin
Anti
tripsin
yang
dikonsumsi
manusia
akan
menyebabkan
117
118
kedelai, kecap, tauco, sorgurt, keju kedelai. Tepung kedelai dapat digunakan
sebagai bahan baku dalam pembuatan roti, biskuit, makanan bayi, konsentrat yang
merupakan bahan untuk daging tiruan ataupun dibuat isolat yang dapat digunakan
juga sebagai bahan untk daging tiruan.
5.4.1. Pengolahan Susu Kedelai
Susu kedelai merupakan istilah untuk menyebut cairan yang diekstrak dari
biji kedelai. Adapula yang menyebutnya dengan sari kedelai atau air tahu.
Susu/sari kedelai merupakan minuman bergizi yang sudah dikenal sejak dahulu
kala. Di Cina, susu kedelai sudah dibuat sejak abad ke-2 sebelum masehi. Di
negara tetangga kita seperti Malaysia dan Philipina susu kedelai telah
diperdagangkan dengan kemasan siap minum dan telah diolah secara modern
sehingga mempunyai masa simpan yang lebih panjang. Pembuatan produk olahan
susu kedelai dapat disajikan pada gambar 30.
5.4.2. Pengolahan Kecap
Kecap adalah sari kedelai yang telah difermentasikan dengan atau tanpa
penambahan gula kelapa dan bumbu. Di Indonesia kita mengenal jenis kecap
seperti kecap manis, kecap asin, dan sebagainya tergantung selera dan kebutuhan.
Sebagian besar masyarakat kita menggunakan kecap sebagai bahan penyedap rasa
karena rasa sedap yang ditimbulkan bila kecap ditambahkan pada masakan. Rasa
sedap atau gurih tersebut karena kandungan asam amino glutamat yang cukup
tinggi pada kecap.
Kedelai
perendaman 8 jam,
perebusan,
penghilangan kulit ari
Kedelai rebus
tanpa kulit ari
penggilingan, penyaringan
Sari Kedelai
119
Ampas
PRODUK KEMASAN
SUSU KEDELAI
Jamur
Kecap dihasilkan dari proses fermentasi kedelai yang menggunakan
jamur sebagai mikrobia yang memfermentasi kedelai. Jamur yang
digunakan dapat berupa jamur kecap (Aspergillus flavus) atau jamur
tempe (Rhizopus sp.)
garam
bumbu-bumbu
Bumbu yang digunakan adalah daun sereh, daun salam, lengkuas,
pekak.
Gula
120
Ampas
5.5. Latihan
1. Sebutkan fungsi-fungsi tanaman legum yang berhubungan dengan
kehidupan manusia!
2. Kacang tanah mempunyai kandungan lemak yang cukup tinggi. Jelaskan
kelemahan kandungan lemak tersebut dengan pengolahan kacang tanah
menjadi tepung! Jelaskan pula cara mengatasinya!
3. Sebutkan 3 tahap yang dilakukan untuk membuat kacang tanah rendah
lemak, sebutkan pula tujuan dari masing-masing tahap tersebut!
4. Sebutkan senyawa-senyawa antigizi yang terdapat dalam biji kedelai!
Jelaskan proses-proses pengolahan yang dapat mengurangi adanya
senyawa antigizi tersebut?
5. Pada pembuatan susu kedelai, seringkali produk berbau langu. Dari mana
asal bau langu tersebut? Bagaimana cara yang dapat dilakukan untuk
mengurangi bau langu pada susu kedelai?
Latihan merupakan tolok ukur mahasiswa dalam memahami bab yang
sedang ditelaah. Oleh karena itu apabila seluruh latihan soal mampu dikerjakan
121
dengan benar maka serapan mahasiswa mencapai 100 % karena setiap soal
mempunyai bobot 20.
5.6. Penutup
Tanaman golongan leguminosae mempunyai kandungan gizi yang baik.
Potensinya sebagai sumber protein cukup tinggi jika diolah menjadi makanan.
Beberapa contoh tanaman legum yang banyak digunakan sebagai bahan industri
adalah kacang tanah (Arachis hypogaea) dan kedelai (Glycine max).
Kacang tanah merupakan jenis legum yang menngandung lemak cukup
tinggi sehingga dalam pengolahannya harus diperhatikan, misalnya dalam
pembuatan tepung harus dihilangkan dulu minyaknya. Kacang tanah dapat diolah
menjadi berbagai jenis produk, antara lain tepung kacang dan kacang tanah rendah
lemak (KTRL).
5.7. Daftar Pustaka
Cahyadi, W. 2007. Kedelai, Khasiat dan Teknologi. PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Hartoyo, T. 2005. Susu Kedelai dan Aplikasi Pengolahannya. Trubus Agrisarana,
Surabaya.
Kasno, A., A. Winarto, dan Sunardi. 1993. Kacang Tanah. Depatermen Pertanian,
Balai Penelitian Tanaman Pangan, Malang.
Koswara, S. 1992. Teknologi Pengolahan Kedelai Menjadikan Makanan Bermutu.
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Noor, Z. 1987. Teknologi Pengolahan Kacang-kacangan. PAU Pangan Gizi
UGM, Yogyakarta.
Suprapti, L. 2005. Kembang Tahu dan Susu Kedelai. Kanisius, Yogyakarta.
BAB VI
TEKNOLOGI PENGOLAHAN SEREALIA
122
Nama latin
Oryza sativa
Zea mays
Shorgum vulgare
Coixlacrima jobi
Panicum viride
Triticum sp
Avena sativa
Nama Asing
Rice
Corn
Shorgum/ broom corn
Jobs tear
Press millet
Wheat
Oat
123
Milling separator
Magnetic separator
Pneumatic separator
memudahkan penggilingan
124
125
pembersihan (screen)
penggosokan (polisher)
pengayakan (siever).
126
pengeringan
Gabah Kering
pemecahan kulit
Beras Pecah
Kulit
Sekam
Beras Sosoh
Bekatul,
Menir,
Butir Tepung
penyosohan
pemisahan, pengayakan,
pengemasan
KEMASAN
BERAS KEPALA
Komponen
Kalori (kal)
Karbohidrat (g)
Protein (g)
Beras
Tumbuk
347
73
8,0
127
Beras
Setengah
Giling
339
75
7,5
Beras
Giling
343
78
7,0
4.
Lemak (g)
5.
Kalsium (mg)
6.
Zat besi (mg)
7.
Vitamin B (IU)
Sumber: Haryadi (2006).
2,5
14
1,4
100
1,1
7
0,7
60
0,3
7
10
Menurut Bulog, beras harus memenuhi persyaratan mutu untu dapat dipasarkan
sampai ke tangan konsumen dalam sistem pasar. Persyaratan mutu yang harus
dipenuhi disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Persyaratan Mutu Beras Dalam Grade Bulog.
No
Faktor grading
1. Kadar air
2. Beras kepala
3. Butir patah besar dan sedang
4. Menir
5. Gabah
6. Benda asing
7. Butir tersosoh
8. Butir rusak
9. Butir kuning
10. Butir retak
11. Butir merah
12. Butir mengapur/muda
Sumber: Haryadi (2006)
Grade 1
(%)
Max 14
Min 90
Max 6
0,5
3
0,5
1
1
1
3
1
3
Grade 2
(%)
Max 14
Min 80
Max 12
1
6
1
3
3
2
5
3
5
Grade rendah
(%)
diatas 14
dibawah 90
diatas 12
diatas 1
diatas 6
diatas 1
diatas 3
diatas 3
diatas 2
diatas 5
diatas 3
diatas 5
128
ulang tahun) untuk melambangkan umur yang panjang. Secara umum komposisi
nutrisi bihun yang terbuat dari tepung beras disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17. Komposisi Nutrisi Bihun Per 100 G Bahan
No.
Zat Gizi
Kandungan
1.
Energi (kal)
300,00
2.
Protein (g)
4,70
3.
Lemak (g)
0,10
4.
Karbohidrat (mg)
82,10
5.
Kalsium (mg)
6,00
6.
Foafor (mg)
35,00
7.
Besi (mg)
1,80
8.
Vitamin A (SI)
0,00
9.
Vitamin B1 (mg)
0,00
10.
Vitamin C (mg)
0,00
11.
Air (g)
12,90
Sumber: Direktorat Gizi, DepKes (1992) dalam Astawan (2008)
Ada dua jenis bihun di pasaran, yaitu bihun kering dan bihun
instan.Menurut SNI No. 0228-79 (1979), bihun merupakan suatu bahan makanan
yang dibuat dari tepung beras dengan/tanpa bahan tambahan dan berbentuk
bennag-benang. Menurut SNI No. 01-3742-1995(1995), bihun instan adalah
produk makanan kering yang dibuat dari tepung beras dengan/tanpa penambahan
bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan, berbentk
benang-benang, dan matang setelah dimasak atau diseduh dengan air hangat
mendidih paling lama 3menit.
Bahan baku pembuatan bihun adalah tepung beras yang berasal dari beras
yang baru di panen supaya mempunyai umur simpan yang lama. Bahan tambahan
yang digunakan dalam pembuatan bihun adalah air, dan sodium metabisulfit.
Untuk menghasilkan bihun yang tidak lengket bila dimasak, maka beras yang
digunakan untuk membuat tepung adalah PB 5, PB 36, PB 42, IR 26, IR 36,
Semeru, Asahan, beras Hongkong, beras Siamdan beras Birma.Penggunaan beras
pulen tidak dianjurkan karena akan menghasilkan bihun yang lembek dan lengket.
Bahan tambahan utama dalam industri bihun adalah air bersih. Air berguna
untuk melunakkan butir-butir beras selama perendaman agar beras mudah
digiling. Sodium metabisulfit digunakan untuk meminimalkan pertumbuhan
mikroba. Air kan-sui digunakan apabila akan membuat bihun instan. Air kan-sui
129
merupakan campuran dari air dan garam potassium karbonat, natrium karbonat,
natrium tripolifosfat, serta natrium klorida dengan perbandingan tertentu.
Pembuatan bihun kering (biasa) terdiri dari tahapan pencucian beras,
perendaman, penggilingan, pengepresan, pemasakan tahap pertama, pembentukan
lembaran, pencetakan, ekstrusi, pemasakan tahap kedua, penjemuran, dan tahap
pengemasan.
6.3.7.1. Pencucian beras
Pencucian dilakukan dalam bak pencuci dengan air bersih. Dalam
pencucuian diusahakan beras yang terbuang sesedikit mungkin.Pencucian yang
tidak bersih menghasilkan bihun berwarna suramdan kadang-kadang berbau asam.
Setelah bersih dilakukan perendaman selama 1 jam. Tepung yang berasal dari
beras yang tanpa direndam mempunyai tingkat kelarutan yang lebih rendah dari
pada beras yang direndam. Beras yang telah direndam ditiriskan kira-kira 1-1,5
jam. Hal ini dilakkan untuk mempermudah pembuatan tepung dan memperingan
kerja mesin giling.
6.3.7.2. Penggilingan
Setelah dicuci bersih, beras digiling dengan cara basah. Pada saat
penggilingan sedikit demi sedikit air ditambahkan sehingga menyebabkan
terbentuknya suspense tepung hasil penggilingan. Hasil penggilingan berbentk
cairan kentalyang langsung disaring dan alirkan ke dalam bak penampungan.
Semakin halus tepung akan semakin baik bihun yang dihasilkan. Tepung yang
terbaik untuk pembuatan bihun adalah tepung dengan ukuran 100 mesh.
6.3.7.3. Pengepresan
Hasil penggilingan beras ditampung dalam bak penampung yang telah
dilapisi dengan kain saring. Pengepresan dilakukan dalam bak pengepresan yang
berukuran 1x1x1 m3 atau 2x0,7x0,75 m3. Sebagai beban digunakan beton dengan
bobot 1-2,5 kuintal yang dipasang pada sebuah bilik kayu. Pengepresan dilakukan
selama 24 jam. Hasilpengepresan berupa cake yang masih basah dan mengandung
air sekitar 40%.
130
131
Air yang digunakan untuk bihun instan menggunakan air kan-sui yang
ditambahkan pada adonan tepung sebelumproses pemasakn pertama.
Pemasakn tahap pertama dilakukan sekitar 1,5 jam sehingga 80% pati
sudah matang.
Pemasakn tahap kedua memrlukan waktu lebih lama agar pati 100%
matang yang memerlukan waktu 2 jam.
132
kulit (alueron)
lembaga
Hasil utama tanaman jagung adalah bagian buahnya yang terdiri dari
banyak biji yang tersusun rapi pada tongkol. Setiap tongkol terdiri dari 10-14
deret biji dan dalam setiap tongkol terdiri dari 200-400 butir. Komoditas ini cukup
memadai dijadikan sebagai makanan pokok manusia karena kandungan gizinya
yang tinggi dan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Komposisi Kimia Buah Jagung
No.
1.
2.
3.
4.
Kandungan
Jumlah
Air
Protein
Minyak/lemak
Karbohidrat:
Zat tepung
Gula
Pentosan
Serat kasar
5.
Abu
6.
Zat lain-lain
7.
Vitamin A
8.
Tiamin
9.
Riboflavin
10.
Niasin
11.
Asam pentotenat
12.
Vitamin E
Sumber : Martin (1975) dalam Raharjo (1995)
133
13,5%
10,0%
4,0%
61,0%
1,4%
6,0%
2,3%
1,4%
0,4%
1.990 mg/poud
2,06 mg/pound
0,60 mg/pound
6,40 mg/pound
3,36 mg/poud
11,21 mg/pound
populer di Indonesia
maupun di luar negeri adalah dalam bentuk tortilla yang berasal dari bahan
jagung. Menurut Budi Santosa et al., (2006), chips seperti tortilla dapat dibuat
dari berbagai
bahan
Ubikayu
Segarterutama yag mengandung pati ataupun
Jagungbahan
Keringyang tidak
berpati dengan penambahan tepung pati.
Menurut Yohana (2006), pada pembuatan chips berbasis ubi kayu dan
Pengupasan
Perendaman Kapur
jagung membutuhkan 200 gram ubikayu sawut, 70 g tepung
(20jagung,
Jam) 5 g putih
telur, 5 g minyak dan 20 g air. Proses pembuatan chips berbahan dasar ubikayu
Pencucian
selengkapnya pada Gambar 37.
Perebusan
(1 jam)
A.
Penimbangan
Pencucian & Penirisan
Perebusan
(Air: Ubi = 3 : 4)
Pencacahan
Pencacahan
Pengeringan
Pemasakan
Pencetakan
134
Pengeringan
CHIPS
135
Jagung pipilan dicuci dan dibersihkan dari kotoran, dan biji yang
mengapung dibuang
Garam,
Soda kue, Air
Bahan baku
Pencampuran
Pencetakan mie
Penirisan
136
Tepung terigu,
tepung jagung
Pemberian minyak
MIE BASAH
Gambar 38. Tahapan Pembuatan Mie Basah (Latifah dan Sarofa, 2003)
6.5. Latihan
1. Jelaskan perbedaan antara beras kepala, beras pecah kulit, dan menir!
2. Sebutkan sifat-sifat unggul jagung dibandingkan dengan padi!
3. Sebutkan alat-alat yang dapat digunakan untuk membersihkan biji serealia!
4. Untuk mempersiapkan biji yang siap giling, dilakukan tahap conditioning
pada biji serealia. Sebutkan tahap-tahap yang dilakukan pada conditioning
tersebut!
5. Sebutkan jenis-jenis produk yang dapat diolah dari beras!
Latihan merupakan tolok ukur mahasiswa dalam memahami bab yang
sedang ditelaah. Oleh karena itu apabila seluruh latihan soal mampu dikerjakan
dengan benar maka serapan mahasiswa mencapai 100 % karena setiap soal
mempunyai bobot 20.
137
6.6. Penutup
Tumbuhan jenis serealia merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian
besar masyarakat dunia. Ada serealia yang dikonsumsi dalam bentuk tepung dan
dalam bentuk biji. Jenis serealia yang banyak digunakan sebagai bahan industri
adalah padi (Oryza sativa) dan jagung (Zea mays).
Padi digunakan sebagai bahan makanan pokok sebagian besar masyarakat
di Indonesia. Pengolahan padi menjadi beras menggunakan tahap utama yaitu
penggilingan. Dalam pengolahan padi akan dihasilkan hasil samping berupa
bekatul, sekam, dan menir. Hasil olahan beras yang merupakan produk padi
diantaranya adalah bihun.
Jagung merupakan bahan makanan pokok kedua setelah padi. Pengolahan
jagung sangat bervariasi menjadi bahan makanan. Baik itu sebagai bahan antara
untuk pengolahan lebih lanjut atau langsung dibuat makanan siap santap.
6.7. Daftar Pustaka
Astawan, M. 2008. Membuat Mi dan Bihun. Edisi ke-11. Penebar Swadaya.
Jakarta
Budi-Santosa, W. Mushollaeni da N. Hidayat. 2006. Tortilla. Trubus Agrisarana.
Surabaya. Cetakan ke-1.
Desrosier, N.W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. UI Press. Jakarta.
Hambali, E., A. Suryani, dan M. Ihsanur. 2006. Membuat Aneka Olahan Jagung.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Haryadi. 2006. Teknologi Pengolahan Beras. Gadah Mada University Press.
Yogyakarta.
Kartikasari, E. 2000. Pembuatan mie basah dengan penambahan tepung ubi jalar
kuning dan putih telur. Skripsi. Fakultas Teknologi Industri UPN Veteran.
Surabaya. (tidak dipublikasikan)
Latifah dan U. Sarofa.2003. Pembuatan Mie basah dari tepung komposit (tepung
terigu dan tepung jagung kuning) dengan penambahan telur. dalam
Prosiding Seminar Nasional PATPI. Yogyakarta 22-23 Juli 2003. Fakultas
Teknologi Pertanian UGM- FTP Univ. Wangsa Manggala Yogyakarta
bekerja sama dengan PATPI
138
139
Penerimaan lateks
-
c)
Pengangkutan lateks
d)
Skrep
Lump tanah
Lump mangkok
e)
Komposisi lateks
140
digunakan
untuk
pengenceran
lateks
harus
memenuhi
141
Sit (sheet) adalah salah satu produk karet alam yagn telah ada sejak lama
di pasaran. Standar Java Sheet merupakan produk karet alam berupa lembaranlembaran yang telah diasap, bersih dan liat, bebas jamur, tidak saling lengket,
warnanya jernih, tidak bergelembung udara dan bebas dari akibat pengolahan
yang kurang sempurna. Standar ini masih bertahan sampai saat ini.
Pada tingkat petani urutan pengolahan sit menurut urutan sebagai berikut:
mencairkan lateks, menyaring lateks, menakar lateks, menakar asam semut,
membekukan lateks, menipikan koagulum menggiling pada gilingan licin,
menggiling pada gilingan kembang, mencuci lembaran, mejemur, pengasapan,
dan pengeringan. Sedangakan pengolahan sit oleh perkebunan besar mengikuti
urutan: penerimaan lateks, pengenceran lateks, pembekuan lateks, penggilingan,
pengasapan dan pengeringan, sortasi, pengepakan.
Pada pengolahan sit oleh perusahan besar sortasi dilakukan berdasarkan
Green Book atau The Standart International Standard of Quality and Packing for
Natural Rubber Grades yang dikeluarkan oleh The International Rubber Quality
and Packing Conference yang terbaru berdasarkan siding forum ini di Kuala
Lumpur dan Brussel tahun 1968. Grade jenis sit yaitu:
-
142
Karet remah (Crumb Rubber) merupakan produk karet alam relatif baru
dan dalam istilah perdagangan disebut karet spesifikasi teknis. Disebut crumb
rubber karena bahan baku karet alam ini mengalami peremahan terlebih dahulu.
Keuntungannya adalah proses pengolahannya lebih cepat, produk lebih bersih dan
lebih seragam dan penyajianya lebih menarik. Crumb rubber merupakan jenis
karet :
-
yang diperdagangkan dengan spesifikasi mutu teknis dengan macammacam karakteristik : SIR 5 CV, SIR 5 LV, SIR 5 L, SIR 5, SIR 10,
SIR 20, dan SIR 50.
Bahan baku yang digunakan untuk crumb rubber adalah lateks kebun dan
lump serta gumpalan mutu rendah. Salah satu cara pengolahan crumb rubber
dengan Proses Guthire.
a. Pengolahan crumb rubber dengan bahan baku lateks:
(i) Pembekuan lateks
(ii) Peremahan
(iii) Pengeringan
(iv) Pengempaan
(v) Pembungkusan
b. Pengolahan karet remah dengan bahan baku gumpalan mutu rendah:
(i) Bahan baku: lump mangkok, skrep, lump tanah, krep mutu rendah
dsb.
(ii) Urutan :
- Perendaman
- Pemotongan dengan mesin berputar
- Peremahan
- Pengeringan
- Pengempaan
143
SIR 20
SIR 35
SIR 50
0,05
0,20
0,35
0,50
0,50
0,75
1,00
1,25
1,00
1,00
1,00
1,00
144
50
0,50
1,50
1,00
30
30
8
kuning
b)
c)
d)
145
b)
c)
Lateks pekat ada yang merupakan hasil penguapan dan diawetkan dengan
ammonia dan disebut revertex T. Standar mutu lateks pekat menurut standar ISO
2004 disajikan pada Tabel 22.
Tabel 22. Standar Mutu Lateks Pekat Menurut ISO 2004
Lateks pusingan
HA
LA
XA
Bahan terkandung
1. Total solid content, % (min)
61,5
61,5
61,5
2. Dry rubber content, % (min)
60
60
60
3. Non-rubber content, % (max)
2,0
2,0
2,0
4. Amonia, % of water content
1,6
0,8
0,8
5. Mechanical stability (min)
650
650
650
6. Coagulan content, % (max)
0,08
0,08
0,08
7. Copper, ppm (max)**
8
8
8
8. Manganese, ppm (max)**
8
8
8
9. Sladge content, % (max)**
0,1
0,1
0,1
10. Volatil Fatty acid (VFA),
2,0
2,0
2,0
number (max)*
11. KOH number (max)*
12. Colour
Lateks dadih
HA
LA
66,0
64
2,0
1,6
650
0,08
8
8
0,1
2,0
66,0
60
2,0
1,0
650
0,08
8
8
0,1
2,0
1,0
1,0
1,0
1,0
1,0
Tidak menunjukkan kebiru-biruan/abu-abu
146
13. Odor
Tidak berbau besi (putrefaction)
*
atas persetujuan kedua pihak yang berkepentingan
**
dihitung atas dasar jumlah padatan
**** sumber: Setyamidjaja (2004)
Pengolahan lateks secara penguapan pada dasarnya dengan menguapkan
air dalam lateks. Sebagai bahan pemantap dan pengawet adalah sabun kalium dan
basa KOH. Lateks pekat hasil penguapan disebut revertex standard, mempunyai
kadar zat padat 73% dan KKK 68%.
Pada Tabel 23. dibawah ini menunjukan jenis lateks pekat dan
pengawetannya yang dijumpai dalam perdagangan.
Tabel 23. Jenis Lateks Pekat dan Pengawetannya
Cara
Kadar
Jenis
Pengentalan
Pemusingan
Pemusingan
Padat (%)
60-62
60-62
Bahan Pengawet
Amonia tinggi
0,7% amonia
Amonia rendah- 0,2% amonia + 0,2%
SPP
Pemusingan
60-62
natrium
perkhlorfenat
rendah 0,2% amonia + 0,1%
Amonia
ZDC
Pemusingan
60-62
Amonia
seng
60-62
Amonia
Pemusingan
60-62
EDTA
Amonia tinggi
Berulang
Pemusingan
60-62
Amonia
garam EDTA
0,7% amonia
tahan
Na-salisilat
pendinginan-SPP
ammonium
laurat
0,2%
Pendadihan
Penguapan
60-68
60-73
dietil
ditiokarbamat
rendah- 0,2% amonia + 0,24%
BA
Pemusingan
penta
0,02%
+
Na-
pentakhlorfenat
0,7% amonia
Revertex Standard KOH + Sabun Kalium
Revertex T
147
Amonia
148
sehelai daun terdiri dari 150 anak daun dan satu tanaman kelapa
mempunyai 25 helai daun, maka dalam satu hari batang kelapa akan
kehilangan air sebanyak 40,5 liter.
Di Indonesia daun muda digunakan untuk hiasan pengantin (janur) dan
bungkus ketupat sedang daun tua dapat digunakan untuk atap dan
bahan bakar di pedesaan.
c) Akar
Tanaman kelapa adalah tanaman monokotil yang berakar serabut.
Tanaman kelapa dewas mempunyai akar serabut sebanyak 4000-7000
buah dengan diameter 0,5-1 cm. Perakaran dilengkapi dengan akar
rambut yang berdiameter 0,1 cm. Akar serabut ini berdinding lunak
dan berbintil-bintil putih yang berfungsi untuk pernapasan. Akar
tanaman kelapa biasanya digunakan untuk bahan jamu-jamuan.
d) Bunga
Umur berbunga tanaman kelapa tergantung jenisnya. Kelapa dalam
pada umumnya berbunga umur 4-8 tahun sedang kelapa genjah umur
3-4 tahun dan kelapa hibrida pada umur 4 tahun. Jumlah bunga betina
yang terbuahi pada tanaman kelapa yang produksinya baik rata-rata
120 buah per tahun atau 30,3% dari bunga betina yang terbentuk.
Banyaknya bunga betina yang tidak terbuahi umumnya disebabkan
lemahnya polinasi dan tingkat kesuburan bunga, defiensi beberapa
unsur hara, penyimpangan faktor iklim atau karena serangan hama dan
penyakit.
e) Buah
Bunga betina yang telah dibuahi akan berkembang menjadi buah,
tetapi tidak semua buah yang terbentuk nantinya dapat dipetik.
Diperkirakan 1/3-1/2 nya yang akan menjadi buah. Fase pertama
perkembangan buah, bagian buah yang membesar adalah bagian sabut,
tempurung dan lubang embrio. Tempurung yang terbentuk masih lunak
dan dipenuhi air. Fase ini berlangsung selama 4 bulan.
Fase kedua adalah penebalan tempurung tetapi belum mengeras dan
berlangsung selama 2 bulan. Sedangkan fase ketiga adalah penebalan
149
(ii)
Sabut (mesocarp)
Sekitar 35% dari total berat buah kelapa merupakan berat sabut kelapa.
Bagian yang berserabut ini merupakan kulit buah dari buah kelapa dan
dapat dijadikan bahan baku aneka industri, seperti karpet, sikat, keset,
bahan pengisi jok mobil, tali, dll. Pada bidang pertanian, sabut kelapa
digunakan sebagai bahan baku untuk membuat pupuk dan media
tanam. Karena sabut kelapa banyak mengandung fospor yaitu sekitar
2% dari berat abu.
(iii)
Tempurung (endocarp)
Pada bagian pangkal tempurung kelapa terdapat 3 lubang tumbuh
(ovule) yang menunjukkan bahwa bakal buah asalnya beruang 3 dan
tumbuh biasanya tumbuuh hanya 1 buah. Tempurng merupakan lapisan
yang keras dengan ketebalan 3-5 mm. Sifat kerasnya disebabkan oleh
banyaknya kandungan silikat (SiO2) di tempurungn tersebut. Dari total
buah kelapa 15-19% merupakan berat tempurungnya. Selain itu
tempurung juga banyak mengandung lignin, sedangkan kandungan
metoksil tempurung kelapa sama dengan kayu. Namun dengan
demikian kandungan jumlah unsur tersebut bervariasi tergantung
lingkungan tumbuhnya selengkapnya terdapat pada Tabel 24.
Pada Tabel 24 ditunjukkan komposisi kimia tempurung kelapa di Filipina
dan di Srilanka. Dibanding dengan kelapa asal Filipina komposisi kelapa Srilanka
150
mempunyai komposisi ki(vmia seperti kadar air, lignin, selulosa, pentosan dan
metoksil yang lebih tinggi.
Tabel 24. Komposisi Kimia Tempurung Kelapa di Filipina dan Srilanka
Negara
Kadar
Lignin
Selulosa
Pentosan Selulosa
abu (%) serat (%)
Filipina
0,23
33,30
Srilanka
0,61
36,51
Sumber : Ketaran dan Djatmiko, 1985
(iv)
(%)
44,98
53,06
(%)
17,67
20,54
(%)
27,31
32,52
Metoksil
(%)
5,39
-
(v)
151
Buah tua
359 kal
3,4 g
34,7 g
14 g
21 mg
21 mg
2 mg
0,0 IU
0,1 mg
2,0 mg
46,9 g
53,0 g
Air Kelapa
Air kelapa mengandung mineral 4 %, gula 2 %, abu dan air. Bila buah
makin tua maka airnya semakin tidak manis. Jumlah air kelapa dari
jenis kelapa Dalam lebih banyak dari pada jenis Hibrida. Air dari jenis
kelapa dalam rata-rata 300 cc, sedangkan jenis hibrida rata-rata hanya
230 cc. Berat jenis air kelapa umumnya sekitar 1,02 dengan pH sekitar
5,6. Air kelapa dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Selain
sebagai penyegar tenggorokkan, bahan baku sirop, nata de coco dan
lain sebagainya. Perbandingan kandungan air kelapa tua dan kelapa
muda disajikan pada Tabel 27.
(vii)
Lembaga
Lembaga buah akan tumbuh menjadi bakal tanaman setelah buah tua.
Selain lembaga juga tumbuh kentos yang berfungsi untuk menghisap
makanan. Kentos berfungsi sebagai penghubung antara tempat
cadangan makanan dengan bakal tanaman.
Jumlah (%)
Lisin
Methionin
Fenilalanin
Triptophan
Valin
5,80
1,43
2,05
1,25
3,75
152
Leusin
Histidin
Tirosin
Sistin
Arginin
Prolin
Serin
Asam aspartat
Asam glutamate
5,96
2,24
3,18
1,44
15,92
5,54
1,76
5,12
19,07
17,0
0,2
1,0
3,8
15,0
8,0
0,2
0,0
1,0
95,5
100
0,14
1,5
4,6
0,5
91,5
-
Kalori
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Fosfor
Besi
Aktiv.vitamin A
Asam askorbat
Air
Bagian yang dapat dimkan
Sumber:Ketaren (1986)
153
Nama
Jumlah Atom C
Titik Cair
Jumlah dalam Minyak
Asam Kaproat
6
-3,4
0,0 0,8
Asam Kaprilat
8
16,7
4,1 4,8
Asam Koprat
10
31,6
4,5 9,7
Asam Laurat
12
44,2
44,1 51,3
Asam Miristat
14
54,4
13,1 18,5
Asam Palmitat
16
62,9
7,5 10,5
Asam Stearat
18
69,6
1,0 3,2
Asam Oleat
18
16,3
5,0 8,2
Asam Linoleat
18
-5,0
1,0 2,6
Sumber : Thieme, J. G., 1968 dalam Rindengan dan Novarianto (2005)
Pengolahan minyak kelapa dikenal 3 metode, yaitu:
-
Pemarutan
Pemerasan
Pemanasan
Produksi minyak
Perlakuan awal
Pemecahan jaringan
154
Pemanasan
Pengepresan
Penyaringan
Pemurnian
Titik didihnya rendah, panas yang spesifik, panas laten dan spesifik
grafity
karbon disulfide dan karbon tetraklorida. Tepung kopra yang sudah dicampur
dengan larutan solvent didiamkan selama 40 menit lalu dialirkan ke dalam labu.
Kemudian
zat
pelarut
diuapkan
dan
dikondensasi
kemudian
kondesat
dikembalikan ke dalam ruangan yang berisi tepung kopra. Proses ini di ulang
sebanyak 15-16 kali kemudian solvent diuapkan untuk memperoleh minyak
kelapa.
7.2.2.2. Pengolahan Kopra
Salah satu hasil olahan kelapa yang banyak diusahakan oleh masyarakat
Indonesia adalah kopra. Komoditi ini umumnya digunakan sebagai bahan baku
pembuatan minyak kelapa. Sampai saat ini sekitar 54% pasar utama kopra adalah
negara-negara di Asia, seperti Korea Selatan, Jepang, dan Banglades. Sedangkan
sisanya 31,4% dikonsumsi oleh negara-negara Eropa Barat dan Jerman yang
merupakan negara konsumen terbesar di belahan Eropa. Khusus Indonesia, sejak
155
tahun 1978 telah dikeluarkan peraturan larangan ekspor kopra oleh pemerintah,
dan larangan baru dicabut tahun 1991.
7.2.2.2.1. Proses Pengolahan Kopra
Kopra dihasilkan dari daging buah kelapa yang dikeringkan. Daging buah
kelapa tua segar mempunyai kandungan air sekitar 50% dan lemak 30%. Setelah
menjadi kopra kandungan lemaknya menjadi 60-65%, air 5-7%, zat organis
(karbohidrat, selulosa, protein) 20-30% dan mineral 2-3%.
Pengeringan daging buah kelapa dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Namun, kelapa yang baru dipetik disimpan dulu selama beberapa hari agar sabut
mudah dikupas dan dicungkil daging buahnya. Proses pengolahan kopra
mengikuti beberapa tahapan:
-
Pengupasan sabut
156
Besar dan tebal : semakin besar dan tebal kopranya semakin baik.
Kopra yang cukup besar dan tebal diharapkan menghasilkan
minyak yang lebih banyak.
157
Kualitas
B
5
60
5
Dibawah 8
A
5
65
5
Dibawah 8
C
Tidak memenuhi
kualitas
A dan B
Keterangan
Sama rata, keras, bersih tidak ada kotoran-kotoran
High grade
FM
Low grade
158
berlendir,
banyak
pecah-pecah
dan
F.m.g.w.s.
FMS
FM standard
FM trade
FM
potongan-potongan kecil
Fair-merchantable-sundried
Fair-merchantable-sundried
Fair-merchantable (not necessary sundried, usually
FM hotairdried
kiln dried)
Sundried and kiln dried proportionately but not
necessary 50/50
FM mixed
Sumber : Makfoeld, 1982
159
Pemanasan
Proses pembuatan VCO dengan pemanasan hampir sama dengan
cara membuat minyak kelapa secara tradisional. Pertama kelapa
dibuat santan dengan mencampurkan 1 kg parutan kelapa dengan 2
liter air. Santan tersebut kemudian didiamkan selama lebih kurang 12
jam. Setelah didiamkan santan akan terbagi menjadi 3 lapisan.
Lapisan pertama disebut krim (kanil-jawa), lapisan kedua skim yang
berupa protein dan lapisan yang ketiga berupa air.
Lapisan paling atas yang berupa krim diambil dengan cara disendok
supaya tidak bercampur dengan larutan lapisan kedua. Pengambilan
krim juga bisa dilakukan dengan menyedotnya menggunakan selang
kecil. Krim kemudian dipanaskan supaya terbentuk minyak. Proses
pemanasan dikhawatirkan akan merusak asam lemak dalam minyak.
Ciri minyak yang rusak adalah warnanya berubah kekuningan dan
cepat berbau tengik.
(2)
Fermentasi
Krim yang duhasilkan dicampur dengan enzim untuk memecah
emulsi. Enzim yang digunakan diantaranya enzim mikroba atau ragi
dari Saccaromyces cerevisae, bisa juga menggunakan enzim
pemecah emulsi seperti poligalakturonase, amylase atau pektinase.
Cara fermentasi hasilnya tidak optimal. Jika mengandalkan bakteri,
proses fermentasi sangat bergantung pada kondisi air, tempat atau
wadah dan lingkungan.
Minyak kelapa hasil fermentasi masih perlu diteliti untuk
mengetahui bakteri yang ada di dalamnya akan merusak asam lemak
atau tidak. Selain itu, fermentasi membutuhkan waktu yang relatif
lama untuk menghasilkan minyak kelapa murni. Cara pembuatannya
160
Minyak Pancingan
Teknik pancingan dilakukan dengan cara, molekul minyak daalm
santan ditarik oleh minyak pancing sampai akhirnya menjadi minyak
semuanya. Tarikan itu akan mengubah air dan protein yang
sebelumnya terikat dengan molekul santan menjadi terputus. Teknik
ini pada dasarnya mengubah bentuk emulsi minyak-air menjadi
minyak-minyak.
(4)
Sentrifugasi
Pembuatan VCO dengan cara sentrifugasi merupakan proses
pemecahan sel/jaringan sehingga minyak dapat keluar dan dengan
adanya pemutaran cepat, maka terjadi pemisahan antara fraksi air,
protein dan minyak. Pembuatan minyak murni ini membutuhkan
sentrifuge yang harganya relatif mahal dan peralatan yang aseptis.
161
setelah panen harus segera diolah. Buah yang tidak segera diolah, akan
mengalami kerusakan. Pemilihan alat angkut yang tepat dapat membantu
mengatasi kerusakan buah selama pengangkutan. Alat angkut yang dapat
digunakan dari kebun ke pabrik, diantaranya lori, traktor gandengan, atau truk.
Pengangkutan dengan lori dianggap lebih baik dibanding dengan alat angkutan
lain. Guncangan selama perjalanan lebih banyak terjadi jika menggunakan truk
atau traktor gandengan sehingga pelukaan pada buah lebih banyak. Setelah TBS
162
Perebusan TBS
TBS yang telah ditimbang beserta lorinya selanjutnya direbus didalam
sterilizer atau dalam ketel rebus. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap
panas selama 1 jam atau tergantung besarnya tekanan uap. Pada umumnya,
besarnya tekanan uap yang digunakan adalah 2,5 atmosfer dengan suhu uap 125 o
C. Perebusan yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan pemucatan
kernel. Sebaliknya, perebusan dalam waktu yang terlalu pendek menyebabkan
semakin banyak buah yang tidak rontok dari tandannya. Pada dasarnya tujuan
perebusan adalah:
- Merusak enzim lipase yang menstimulir pembentukan ALB,
- Mempermuda pelepasa buah dari tandan dan inti dari cangkang,
- Memperlunak daging buah sehingga memudahkan proses pemerasan,
-
Untuk
mengkoagulasikan
(mengendapkan)
protein
sehingga
Crane yang digerakkan dengan motor. Hoisting Crane akan membalikkan TBS ke
atas mesin perontok buah (thresher). Dari thresher, buah yang telah rontok di
bawa ke mesin pelumat (digester). Untuk lebih memudahkan penghancuran
daging buah dan pelepasan biji, selama proses digester dipanasi (diuapi).
7.3.5.
pengadukn selama 25-30 menit. Setelah lumatan buah bersih dari biji sawit,
langkah selanjutnya adalah pemerasan atau ekstraksi. Tujuan ekstraksi untuk
mengambil minyak dari masa adukan. Ada beberapa cara dan alat yang digunakan
dalam proses ekstraksi minyak.
163
(1)
(2)
(3)
(4)
7.3.6.
berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikelpartikel dari tempurung dan serabut serta 40-50% air. Agar diperoleh minyak
sawit yang bermutu baik, minyak sawit kasar tersebut diolah lebih lanjut yaitu
dialirkan dalam tangki minyak kasar (crude oil tank).
Setelah melalui permurnian atau klarifikasi yang bertahap, akan
menghasilkan minyak sawit mentah (CPO). Proses penjernihan dilakukan untuk
menurunkan kandungan air dalam minyak. Minyak sawit yang telah dijernihkan
ditampung dalam tangki-tangki penampungan dan siap dipasarkan atau
164
7.3.8.
antara inti sawit dan tempurung. Alat yang digunakan adalah hydrocyclone
separator. Inti dan tempurung dipisahkan oleh aliran air yang berputar dalam
sebuah tabung atau dapat juga dengan mengapungkan biji-biji yang pecah dalam
larutan lempung yang mempunyai berat jenis 1,16. dalam keadaan tersebut inti
sawit akan mengapung dan tempurungnya tenggelam. Proses selanjutnya adalah
pencucian inti sawit dan tempurung sampai bersih.
Untuk menghindari kerusakan akibat mikroorganisme, maka inti sawit
harus segera dikeringkan dengan suhu 80o C. setelah kering, inti sawit dapat dipak
atau diolah lebih lanjut yaitu dengan ekstraksi untuk menghasilkan minyak inti
sawit (Palm Kernel Oil, PKO).
7.3.9.
Standar Mutu
Minyak sawit memegang peranan penting dalam perdagangan dunia. Oleh
karena itu, syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam perdagangannya.
Istilah mutu minyak sawit dapat dibedakan menjadi dua arti. Pertama, benar-benar
murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak sawit
tersebut dapat ditentukan dengan mengukur nilai titik lebur angka penyabunan
dan bilangan yodium. Kedua, pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam
165
hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang
meliputi kandungan Asam Lemak Bebas, air, kotoran, logam besi, logam tembaga,
peroksida, dan ukuran pemucatan.
Kebutuhan mutu minyak sawit yang digunakan sebagai bahan baku
industri pangan dan nonpangan masing-masing berbeda. Oleh karena itu keaslian,
kemurnian, kesegaran, amupun aspek higienisnya harus lebih diperhatikan.
Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktorfaktor tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya, penanganan pasca
panen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan:
a. Produktivitas minyak sawit tinggi yaitu 3,2 ton/ha, sedangkan minyak
kedelai, lobak, kopra, dan minyak bunga matahari masing-masing
0,34, 0,51, 0,57, dan 0,53 ton/ha.
b. Sifat intercgeatable-nya cukup menonjol dibanding dengan minyak
nabati lainnya, karena memiliki keluwesan dan keluasan dalam ragam
kegunaan baik di bidang pangan maupun nonpangan.
c. Sekitar 80% dari penduduk dunia, khususnya di negara berkembang
masih berpeluang meningkatkan konsumsi per kapita untuk minyak
dan lemak terutama minyak yang harganya murah (minyak sawit).
d. Terjadinya pergeseran dalam industri yang menggunakan bahan baku
minyak bumi ke bahan yang lebih bersahabat dengan lingkungan yaitu
oleokimia yang berbahan baku CPO, terutama di beberapa negara
maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa Barat.
Selain itu, ada beberapa faktor yang secara langsung berkaitan dengan
standar mutu minyak sawit seperti dalam Table 32.
Tabel 32. Standar Mutu Minyak Sawit, Minyak Inti Sawit dan Inti Sawit.
Karakteristik
Inti Sawit
Minyak Inti
Keterangan
Sawit
5%
3,5%
Sawit
3,5%
Maksimal
Kadar kotoran
0,5%
0,02%
0,02%
Maksimal
0.5%
7,5%
0,2%
Maksimal
Bilangan peroksida
6 meq
2,2 meq
Maksimal
44-58 mg/gr
10,5-18,5 mg/gr
Bilangan iodine
Minyak
166
10 ppm
3-4 R
Kadar minyak
47%
Maksimal
Kontaminasi
6%
Maksimal
15%
Maksimal
Lovibond
Kadar pecah
Sumber: Fauzi et al. (1997)
Minyak sawit juga memiliki keunggulan dalam hal susunan dan nilai gizi
yang terkandung di dalamny dan secara rinci disajikan pada Tabel 33. Kadar sterol
dalam minyak sawit relatif lebih rendah dibandingkan dengan minyak nabati
lainnya yang terdiri dari sitosterol, campesterol, sigmasterol, dan kolesterol.
Dalam CPO, kadar sterol berkisar antara 360-620 ppm dengan kadar kolesterol
hanya sekitar 10 ppm saja atau sebesar 0,001% dalam CPO. Bahkan dari hasil
penelitian dinyatakan bahwa kandungan kolesterol dalam 1 butir telur setara
dengan kandungan kolesterol dalam 29 liter minyak sawit. Minyak sawit dapat
dinyatakan sebagai minyak goreng nonkolesterol (kadar kolesterolnya rendah).
Pada Tabel 34 disajikan perbandingan kadar kolesterol antara minyak
nabati dengan lemak daging.
Tabel 33. Kandungan Gizi Beberapa Minyak Nabati per 100 gram.
Zat Makanan
Minyak
Minyak
Minyak
Minyak
Sawit
Kelapa
Kacang
Wijan
900
886
Tanah
900
900
Air (g)
Protein (g)
Lemak (g)
100
98
100
100
Karbohidrat (g)
Mineral (g)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Besi (mg)
60.000
Vitamin BI (mg)
Vitamin C (mg)
Kalori (kal)
Vitamin A (SI)
167
Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1981; Oey Kim Nio, 1992
dalam Fauzi et al. (1997)
Tabel 34. Kandungan Kolesterol Pada Beberapa Minyak Nabati dan Lemak
Daging.
Jenis Minyak
Minyak sawit
Kadar Kolesterol
12-19
Rata-rata (ppm)
16
Golongan (ppm)
Bebas
Minyak kedelai
20-35
28
Bebas
Minyak rape
25-30
Bebas
Minyak jagung
10-95
57
Bebas
320-1400
3150
Tinggi
Mentega
Lemak daging
800-1400
1100
Tinggi
Sumber : Palm Oil Registration and Licencing Authority Malaysia dalam Sasaran
No. 23 th. IV, 1990 dalam Fauzi et al. (197)
7.3.10. Pemanfaatan Minyak Sawit
Manfaat minyak sawit di antaranya sebagai bahan baku untuk industri
pangan dan industri nonpangan.
a)
168
untuk
mencegah
kanker,
arterosklerosis,
dan
169
170
Industri :
Tekstil
Kertas
Kulit
Kosmetik
Pelngkap
bangunan
Pestisida
Insektisida
Detergen, sabun
Bahan pembersih
Minyak mineral
Polimerisasi
Cat
Lilin
Bahan pemadam
api
vernis
Asam lemak
Lemak alkohol
Penghasil
oleokemikal
dasar
Penghasil
Derivatif
Asam lemak
Metil ester
Gliserin
Gambar 39. Garis Besar Penggunaan Oleokimia (Sasaran dalam Fauzi et al. 1997)
Asam lemak
Asam lemak minyak sawit dihasilkan dari proses hidrolisis, baik secara
kimiawi maupun enzimatik. Proses hidrolisis menggunakan enzim lipase dari
jamur Aspergillus niger dinilai lebih menghemat energi karena dapat berlangsung
pada suhu 10-25o C. selain itu, proses ini juga dapat dilakukan pada fase padat.
Namun, hidrolisa enzimatik mempunyai kekurangan pada kelambatan
prosesnya yang berlangsung 2-3 hari. Asam lemak yang dihasilkan dihidrogenasi,
lalu didestilasi, dan selanjutnya difraksinasi sehingga dihasilkan asam-asam lemak
murni. Asam-asam lemak tersebut digunakan sebagai bahan untuk detergen,
bahan softener (pelunak) untuk produksi makanan, tinta, tekstil, aspal, dan
perekat. Pada Tabel 35 disajikan komposisi asam lemak minyak sawit.
Tabel 35. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit
Asam Lemak
Jumlah
Minyak
Minyak Inti
Atom C
Sawit (%)
Sawit (%)
2-4
171
Dekanoat
10
3-7
Laurat
12
41-55
Miristat
14
1-2
14-19
Palmintat
16
32-4
6-10
Stearat
18
74-10
1-4
Oleat
18
38-50
10-20
Linoleat
18
5-14
1-5
Linolenat
18
1
Sumber : Sasaran No.4, Th.I,1986 dalam Rindengan dan Novarianto (2005)
1-5
Lemak alkohol
Lemak alkohol merupakan hasil lanjut dari pengolahan asam lemak.
Lemak alokohol merupakan bahan dasr pembuatan detergen, yang umumnya
berasal dari metil ester asam laurat. Minyak inti sawit yang kaya akan laurat
merupakan bahan dasar pembuatan lemak alkohol.
Lemak amina
Lemak amina digunakan sebagai bahan dalam industri plastik, sebagai
pelumas dan pemantap. Selain itu, digunakan sebagai salah satu bahan baku
dalam industri tekstil, surfaktan, dan lain-lain.
Metil ester
Metil ester dihasilkan melalui proses waterifikasi pada lemak yang diberi
metanol atau etanol, dengan katalisator Nametoksi. Unsur ini merupakan hasil
antara asam lemak pada pembuatan lemak alkohol. Metil ester dapat digunakan
sebagai bahan pembuatan sabun.
Gliserin
Gliserin merupakan hasil pemisahan asam lemak. Gliserin terutama
digunakan dalam industri kosmetika, antara lain sebagai bahan pelarut dan
pengatur kekentalan shampoo, pomade, obat kumur, dan pasta gigi. Selain itu,
gliserin berfungsi sebagai hemaktan pada industri rokok, permen karet, minyak
pelincir, cat, adesif, plester, dan sabun.
Secara keseluruhan pemanfaatan bagian dari CPO disajikan pada Gambar 40.
172
PKO
atau
CPO
Pre- Treatment
RBD-PO
Metanol (22%)
KOH (1%)
Transesterifikasi
Separasi
Pencucian
Penghilangan Air
Metil Ester
(Palm Biodiesel)
Gliserin
173
Limbah Cair
Palm biodiesel mempunyai sifat kimia dan fisika yang sama dengan
minyak bumi (petroleum diesel) sehingga dapat digunakan langsung
untuk mesin diesel atau dicampur dengan petroleum diesel. Namun,
palm biodiesel memiliki keunggulan lain yaitu mengandung oksigen
sehingga flash oint-nya lebih tinggi dan tidak mudah terbakar. Selain
itu, palm biodiesel merupakan bahan bakar yang lebih bersih dan lebih
mudah ditanggani karena tidak mengandung sulfur dan senyawa
benzene yang karsinogenik.
Pengembangan palm biodiesel yang berbahan baku minyak sawit terus
dilakukan karena selain untuk mengantisipasi cadangan minyak bumi
yang semakin terbatas, produk biodiesel termasuk produk yang bahan
bakunya dapat diperbaharui dan ramah lingkungan. Di samping itu,
produksi gas karbon dioksida (CO 2) dari hasil pembakarannya dapat
dimanfaatkan kembali oleh tanaman. Penggunaan palm biodiesel juga
dapat mereduksi efek rumah kaca, polusi tanah, serta melindungi
kelestarian perairan dan sumber air minum. Hal ini berhubungan
dengan sifatbiodiesel yang dapat teroksigenasi relatif sempurna atau
terbakar
habis,
nontoksik,
dan
dapat
terurai
secara
alami
(biodegradable).
Palm biodiesel dibuat dengan menggunakan bahan baku minyak sawit
(CPO) maupun produk turunannya atau minyak inti sawit (PKO). Produksi palm
biodiesel dapat dilakukan melalui transesterifikasi minyak sawit dengan metanol.
Proses ini dianggap lebih efisien dan ekonomis bila dibandingkan dengan cara
esterifikasi hidrolisis dengan metanol.
Penyusunan standar untuk produk-produk biodiesel telah dilakukan oleh
negara-negara produsen dan pengguna. Standar yang paling banyak digunakan
sebagai acuan adalah standar Jerman DIN V 51606. spesifikasi dari standar
tersebut adalah kandungan gliserida, yang mencakup kandungan monogliserida
maksimum 0,8%, digliserida 0,1%, dan trigliserida 0,1%.
7.4.
Latihan
174
1. Jelaskan tapan pengolahan sheet dan factor apa saja yang memepengaruhi
koalitas sheet?
2. Jelaskan mekanisme/proses perebusan TBS sawit dan sebutkan tujuan
perebusan tersebut!
3. Sebutkan kriteria zat pelarut yang dapat digunakan untuk proses pembuatan
minyak dengan cara ekstraksi menggunakan solvent!
4. Jelaskan perbedaan 3 jenis pembuatan VCO
5. a. Berikan penejelasan cara pengeringan kopra yang dilakukan oleh petani
b. Jelaskan kelebihan dan kelemahan berbagai cara pengeringan kelapa
Latihan merupakan tolok ukur mahasiswa dalam memahami bab yang
sedang ditelaah. Oleh karena itu apabila seluruh latihan soal mampu dikerjakan
dengan benar maka serapan mahasiswa mencapai 100 % karena setiap soal
mempunyai bobot 20.
7.5.
Penutup
Pengolahan hasil perkebunan karet sangat dipenagruhi oleh cara
175
disebabkan penerapan teknoloi yang digunakan oleh petani kita masih tradisional
sehingga mutunya masih rendah.
Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan utama yang saat ini telah
menopang sebagian besar hasil devisa dari hasil perkebunan. Hasil olahan kelapa
sawit terutama adalah CPO. Metode produksi minyak sawit sangat berpengaruh
terhadap kualitas minyak yang dihasilkan. Hasil olahan dari CPO selanjutnya
dapat digunakan untuk bahan aku industry pangan, non pangan maupun industry
energi alternatif.
7.6.
Daftar Pustaka
176
BAB VIII
TEKNOLOGI PENGOLAHAN UMBI
Tujuan Instruksional Khusus:
1. Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan
kegiatankegiatan yang termasuk proses pengolahan utama yang
dilakukan untuk penanganan
2. Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa diharapkan dapat menrapkan
teknologi untuk mengolah produk dengan bahan baku umbi-umbian.
8.1. Teknologi Pengolahan Talas
Salah satu bahan pangan sumber kalori (mkanan berpati) nonberas adalah
talas. Sejak berabad-abad yang lampau sampai sekarang, talas merupakan bahan
makanan pokok beberapa daerah di Asia dan Kepulauan Pasifik. Para pakar
pertanian dunia berpendapat bahwa talas merupakan bahan pangan yang potensial
pada masa mendatang.
177
178
179
Di Indonesia, tanaman talas sudah lama dikenal dan ditanam para petani di
berbagai daerah. Pengembangan budidaya talas secara intensif dan berpola
agribisnis berperan amat penting dalam menunjang penganekaragam menu rakyat
dan mempunyai prospek baik sebagai bahan baku industri makanan. Hampir
seluruh bagian talas dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Produk
utama tanaman talas adalah umbinya. Di berbagai negara umbi talas dijadikan
aneka makanan dengan selera masing-masing, misalnya dibuat keripik, kolak,
tepung, talas rebus, talas bakar, talas goreng, dll. Ubi talas juga digunakan untuk
bahan sayur mayur misalnya dibuat masakan kare dan kering talas. Daun-daun
talas muda dapat dibuat makanan khas yang disebut buntil talas. Daun tua
bermanfaat untuk pakan ikan. Pangkal batang dan sebagian ubi dibuat sayur
lompong.
Umbi, daun, maupun tangkai daun talas mengandung gizi yang cukup
tinggi. Di Indonesia, talas dikonsumsi sebagai makanan pokok dan makanan
tambahan. Talas mengandung karbohidrat yang tinggi, protein, lemak dan vitamin.
Talas mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Umbi, pelepah daunnya
banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan, obat maupun pembungkus. Daun,
sisa umbi dan kulit umbi dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan ikan secara
langsung maupun setelah difermentasi.
Tanaman ini mempunyai keterkaitan dengan pemanfaatan lingkungan dan
penghijauan karena mampu tumbuh di lahan yang agak berair sampai lahan
kering. Tabel 36. berikut ini merupakan tabel yang berisi kandungan gizi dalam
tiap 100 g bahan.
Tabel 36. Kandungan gizi ubi, daun, dan tangkai daun talas segar tiap 100 g bahan
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kandungan gizi
Proporsi dalam
Umbi
Daun
98,0
71,0
1,9
4,1
0,2
2,1
23,79
12,3
28,0
302,0
61,0
47,0
1,0
8,3
Kalori (Kal)
Protein (g)
Lemak(g)
Karbohidrat (g)
Serat (g)
Abu (g)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Zat besi (mg)
180
Tk.daun
19,0
0,2
0,2
4,6
0,6
1,2
57,0
23,0
1,4
10
Natrium (mg)
11
Kalium (mg)
12
Vitamin A (SI)
13
Vitamin B1 (mg)
14
Vitamin B2 (mg)
15
Voitamin C (mg)
16
Niacin (mg)
17
Air (g)
Sumber: Rukmana (1998)
20,0
0,13
4,0
73,0
10.395
0,11
163
79,4
80
5,0
367
335
0,01
0,02
8,0
0,2
93,8
ubi yang
cacat
mulus,
kemudian
181
populer di Indonesia
maupun di luar negeri adalah dalam bentuk keripik yang berasal dari bahan umbiumbian dab bahkan sekarang ini pati umbi tals menjadi salah satu altenatifnya.
Menurut Budi Santosa et al., (2006), chips dapat dibuat dari berbagai bahan
terutama yag mengandung pati ataupun bahan yang tidak berpati dengan
penambahan tepung pati. Penggunaan bahan pembuat makanan ringan dalam
bentuk chips dari berbagai bahan pangan seperti kombinasi jagung dan umbi talas
dapat melengkapi nilai gizi dan kualitas chips yang dihasilkan. Proses pembuatan
keripik talas disajikan pada Gambar 38.
8.1.2.2. Pembuatan Pati Talas
182
Umbi talas sebanyak 20 kultivar diperoleh dari kebun koleksi talas Pusat
Penelitian Bioteknologi LIPI. Umbi dipanen pada saat umur tanaman 8 bulan.
Umbi talas segera dibersihkan kulit luarnya setelah pemanenan. Setelah itu diirisiris tipis-tipis dengan ketebalan 2 mm dan dikeringkan di bawah sinar matahari
selama 2-3 hari hingga beratnya berkurang sekitar 70% dari berat basah.
Selanjutnya digiling dengan mesin penggiling (pembuat tepung beras)
untuk dijadikan tepung dan diayak dengan saringan 200 mesh. Tepung yang
diperoleh direndam dengan air dan dibiarkan mengendap. Endapan yang
dihasilkan disaring dan dikeringkan maka dihasilkan pati talas. Kadar pati dari
berbagai jenis talas disajikan pada Tabel 37.
Tabel 37. Kandungan Pati, Amilosa, Amilopektin dan Serat Kasar Berbagai Jenis
Talas
183
184
ke-18, tepatnya pada tahun 1852. Pada tahun itu didatangkan plasma nutfah ubi
kayu dari Suriname untuk dikoleksikan di Kebun Raya Bogor. Penyebaran ubi
kayu ke seluruh wilayah Nusantara terjadi pada tahun 1914-1918. Waktu itu
Indonesia kekurangan bahan pangan (makanan) beras, sehingga sebagai alternatif
pengganti makanan pokok diperkenalkanlah ubi kayu.
B.
Umbi talas
Jagung Kering
Pengupasan
Perendaman Kapur
(20 Jam)
Pencucian
Perebusan
(1 jam)
Penimbangan
Pencucian & Penirisan
Perebusan
(Air: Umbi = 3 : 4)
Pencacahan
Pencacahan
Pengeringan
Pemasakan
Pencetakan
Pengeringan
CHIPS
185
ketela pohon, singkong, ubi jenderal, telo puhung, kasape, bodin, huwi, dan lainlain.
Dalam
sistematika
tumbuhan,
kedudukan
tanaman
ubi
kayu
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Euphorbiales
Famili
: Euphorbiaceae
Genus
: Manihot
Spesies
Ubi kayu terbentuk dari akar yang berubah bentuk dan fungsi sebagai
tempat penyimpanan makanan cadangan. Bentuk ubi biasanya bulat memanjang,
daging ubi berwarna putih atau kuning. Ubi mengandung asam sianida (HCN)
yang bervariasi. Berdasarkan kandungan HCN, ubi kayu dapat dibedakan
menjadoi 4 kelompok:
1. Jenis ubi kayu yang tidak berbahaya, kandungan HCN kurang dari
50 mg/kg ubi parut.
2. Jenis ubi yang sedikit beracun, kandungan HCN 50-80 mg/kg ubi
parut.
3. Jenis ubi yang beracun, kandungan HCN 80-100 mg/kg ubi parut
4. Jenis ubi yang amat beracun, kandungan HCN lebih dari 100 mg/kg
ubi parut.
Potensi ubi kayu sebagai bahan pangan di dunia ditunjukkan dengan
fakta bahwa tiap tahun 300 juta ton ubi-ubian dihasilkan di dunia dan dijadikan
bahan makanan sepertiga penduduk di negara-negara tropis. Di samping itu,
sekitar 45 % dari total produksi ubi-ubian dunia langsung dikonsumsi oleh
produsen sebagai sumber kalori di beberapa negara.
8.2.2. Kegunaan Ubi Kayu
186
Banyaknya dalam
Kandungan gizi
1.
Kalori (kal)
2.
Protein (g)
3.
Lemak (g)
4.
Karbohidrat (g)
5.
Kalsium (mg)
6.
Fosfor (mg)
7.
Zat besi (mg)
8.
Vitamin A (SI)
9.
Vitamin B1 (mg)
10. Vitamin C (mg)
11. Air (g)
Sumber: Rukmana (1997)
Ubi kayu
Gaplek
Tapioka
Tepung
146,0
1,2
0,3
34,7
33,0
40,0
0,7
0,06
30,0
62,5
338,0
1,5
0,7
81,3
80,0
60,0
1,9
0,04
14,5
362,0
0,5
0,3
86,9
12,0
gaplek
363,0
1,1
0,5
88,2
84,0
125,0
1,0
0,04
9,1
Aneka makanan yang dapat dibuat dari ubi kayu, selain menyuplai kalori
yang tinggi kandungan gizinya juga berguna bagi kesehatan tubuh. Hal penting
yang perlu diperhatikan dalam menghidangkan aneka makanan dari ubi kayu
adalah memilih jenis atau varietas ubi kayu yang berkadar HCN (asam sianida)
rendah. Cara menghilangkan kandungan HCN anatara lain adalah dengan
perendaman atau pemasakan sempurna.
Di Indonesia, pemakaian ubi kayu sebagai bahan pakan ternak masih
sangat terbatas. Padahal potensi limbah ubi kayu tersedia melimpah. Limbah ubi
kayu yang dapat digunakan sebagai pakan ternak adalah daun, kulit ubi kayu, dan
onggok. Limbah ubi kayu termasuk salah satu bahan pakan ternak yang
mempunyai energi (TDN: Total Digestible Nutrients) tinggi, dan kandungan
nutrisi tersedia dalam jumlah memadai.
Ubi kayu dapat juga dijadikan bahan baku industri, seperti industri
tepung tapioka, pembuatan alkohol, eatanol, gasohol, tepung gaplek, dan lain-lain.
Peluang untk mengembangkan industri pengolahan ubi kayu cukup luas, dalam
187
bidang pangan atau dalam bidang bahan bakar yang sekarang baru digalakkan
adanya biofuel (bahan bakar nabati) yang antara lain dari ubi kayu.
8.2.3. Pascapanen Ubi Kayu
Waktu panen ubi kayu yang paling tepat adalah saat kandungan
karbohidrat per satuan luas mencapai kadar maksimal. Ciri-ciri ubi kayu yang siap
dipanen adalah:
-
- umur tanaman telah mencapai 6-8 bulan (varietas genjah) atau 9-12
bulan (varietas dalam)
Penanganan pascapanen ubi segar meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1. Pengumpulan hasil
Kumpulkan hasil panen ubi ditempat yang aman dan mudah untuk
pengangkutan selanjutnya.
2. Sortasi
Pilih dan pisah-pisahkan ubi yang baik dari ubi yang rusak atau
memar, dan berdasarkan ukuran ubi.
3. Penyimpanan
Ubi yang tidak segera dijual atau diolah dapat disimpan pada lubang
dalam tanah yang dialasi dan ditutup dengan daun-daunan.
8.2.4. Pengolahan Ubi Kayu
Ubi kayu dapat diolah atau diawetkan menjadi berbagai macam jenis
produk. Untuk sasaran pemasaran lebih lanjut, ubi kayu biasanya diolah menjadi
gaplek dan tepung tapioka. Dalam bentuk tepung tapioka ada banyak jenis
makanan yang dapat dibuat, baik berupa makanan basah (jajanan) atau makanan
kering (kue, keripik, dll).
8.2.4.1. Pengolahan Flake Ubi Kayu
Flakes ubi kayu merupakan bentuk olahan pangan dari ubikayu yang
dikembangkan oleh Marsetio et al. (2006) yang diharapkan menjadi alternatif
188
makanan untuk sarapan pagi siap makan ataupun makanan ringan sebagai
pendamping minum teh. Flakes dibuat menggunakan pati baik yang berasal dari
ubi kayu ataupun dikompositkan dengan pati yang lain untuk meningkatkan cita
rasanya. Lebih jauh dikatakan dalam pembuatan flakes ini, kualitas produk sangat
dipengaruhi oleh kondisi selama proses pengolahan. Oleh karena itu, pengetahuan
tentang teknologi pangan khusunya pengolahan berbasis tepung ubi dan
tepungjagung atau kombinasinya perlu diperhatikan.
Cara pembuatan flakes meliputi 8 tahap yaitu:
1. Penyiapan bahan, yang meiputi tahap penimbangan bah-bahan yang
digunakan yaitu: 200 gram tepung ubi kayu, gula pasir 20 gram (10%)
dan garam sebanyak 8 gram (4%).Pencampuran bahan bertujuan untuk
mencapurkan bahan-bahan sepeti ubikayu, gula pasir, garam dan air
panas sehingga berbentuk adonan yang kalis dan tercampur rata.
2. Pembentukan lembaran, bertujuan menggelatinisasi pati pada bahan
sehingga terbentuk adonan yang kompak. Pengukusan adonan
dilakukan pada suhu 90-95oC selama 45 menit.
3. Pendinginan adonan yang telah tergelatinisasi dilakukan pada suhu
kamar selam 12 jam bertujuan untuk mengurangi kelengketan dan
kekenyalan adonan sehingga mudah ditipiskan dan dicetak.
4. Pembentukan flakes dengan menggunakan alat penggiling (pasta bike)
bertujuan untuk menghasilkan lembaran tipis. Adonan yang telah
ditipiskan kemudian dicetak dengan cetakan berbentuk oval dengan
ukuran 1,5 x 2,5 cm.
5. Pemanggangan pada pembuatan flakes bertujuan untuk meberikan
tekstur yang renyah, warna, aroma dan flavour yang khas.
6. Pendinginan flakes yang telah dipanggang selam 10 menit seblum
proses pengemasan.
Bentuk potongan flake dapat berupa kotak persegi ataupun seperti tongkat,
contoh hasil produk flake disajikan pada Gambar 43.
189
Gaplek gelondongan
Produksi gaplek ini dengan mencuciubi kayukemudian dipotongpotong dan dikeringkan hingga kadar air 14 %.
Gaplek rajangan.
Prinsip pembuatan gaplek rajangan sama dengan gaplek gelondongan,
hanya ubi dipotong kecil-kecil kurang lebih sepanjang 2-3- cm.
Gaplek pellet
Gaplek pellet dibuat dengan menggiling gaplek gelondongan atau
rajangan hingga halus, kemudian dipres dan dibentuk pellet.
190
pencucian, pemarutan
pemerasan
Sari ubi kayu
Ampas
pengendapan 24 jam,
air diganti setiap 6-8 jam
Endapan
pengeringan
Bongkahan
pati
penggilingan,
pengayakan, pengemasan
KEMASAN
TEPUNG TAPIOKA
191
basah yang baik adalah mie yang secara kimiawi mempunyai nilai-nilai yang
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan dan
Departemen Perindustrian yaitu SII, sedangkan secara fisik didasarkan pada sifat
jalinan antar mie basah yang ada dan teksturnya. Selain itu mie basah yang
disukai adalah rasa (kekenyalannya) tidak terlalu kenyal atau sedikit lunak namun
tidak terlalu lembek.
Pada proses pembuatan mie diperlukan tepung yang mengandung
protein tinggi. Makin tinggi kandungan protein makin meningkat mutu fisiknya
(Baik et.al., 1995; Kruger et.al., 1994; Rho et.al, 1988), namun warnanya kurang
cerah (Miskelly, 1984 dan Rho et.al., 1988). Selama ini mie kebanyakan dibuat
dari tepung terigu yang bahannya masih diimpor. Substitusi bahan terigu dengan
bahan lokal tentu akan dapat mengurangi biaya pembuatannya. Campuran tepung
terigu dengan non terigu atau tepung yang dibuat dari umbi-umbian atau
leguminosa disebut tepung komposit (Yulmar, 1995 dan Miskelly, 1984).
Beberapa alternatif bahan campuran terigu pada tepung komposit adalah tepung
ubi kayu dan tepung jagung.
Tepung ubi kayu adalah jenis tepung yang diperoleh dari hasil
pengeringan ubi kayu yang telah dikupas dan diparut yang selanjutnya digiling
dan diayak (Dedin,1998). Kekurangan singkong sebagai bahan makanan adalah
kadar proteinnya yang rendah, sehingga dalam pemanfaatannya sebagai bahan
substitusi tepung terigu perlu difortifikasi dengan bahan lain yang kandungan
proteinnya tinggi (Mahdar, dkk. 1991) seperti misalnya dengan penambahan
ekstrak udang. Menurut Dedin (1998), penggunaan air ekstrak udang dengan
kadar 10%-30% sudah dapat menghasilkan mie basah dengan standart yang sudah
sesuai dengan yang ditetapkan. Menurut Dedin (1998), penggunaan air ekstrak
udang dengan kadar 10%-30% sudah dapat menghasilkan mie basah dengan
standart yang sudah sesuai dengan yang ditetapkan. Proses pembuatan mie dengan
campuran tepung ubi kayu disajikan pada Gambar 45.
Garam,
Soda kue, Air
Bahan baku
Pencampuran
192
Tepung terigu,
tepung ubikayu
Pencetakan mie
Penirisan
Pemberian minyak
MIE BASAH
Gambar 45. Tahapan Pembuatan Mie Basah Ubi Kayu (Latifah dan Sarofa, 2003)
193
Kult
pengukusan, pendinginan
Hasil pengukusan
Ubi kayu
pemberian ragi tape,
pembungkusan,
inkubasi,
KEMASAN
TAPEUBIKAYU
Gmbar 46. Tahapan Pengolahan Tape Ubi Kayu (Danarti dan Najiyati, 1992)
8.3. Latihan
Jawablah dengan singkat dan jelas soal latihan berikut!
1.
2.
3.
4.
5.
sedang ditelaah. Oleh karena itu apabila seluruh latihan soal mampu dikerjakan
194
dengan benar maka serapan mahasiswa mencapai 100 % karena setiap soal
mempunyai bobot 20.
8.4. Penutup
Tumbuhan jenis umbi-umbian merupakan alternatif bahan makanan pokok
bagi sebagian besar masyarakat dunia tetapi bahkan di beberapa tempat di
Indonesia menjadi bahan pangan pokok. Ada umbi-umbian yang dikonsumsi
dalam bentuk olahan basah dan dalam bentuk olahan awetan. Jenis umbi-umbian
yang banyak digunakan sebagai bahan industri olahan makanan adalah ubi kayu
dan talas.
Pengolahan talas sangat bervariasi menjadi bahan makanan baik yang
berupa olahan langsung maupun diolah menjadi tepung. Tepung selanjutnya
digunakan sebagai bahan antara untuk pengolahan lebih lanjut atau langsung
dibuat makanan siap santap.
Prinsip yang sama diterapkan pada olahan ubi kayu.Ubi kayu sat ini
popular sebagai bahan substitusi tepung terigu untuk membuat produk olahan siap
santap.
8.5.
Daftar Pustaka
195
196