Di
Oleh :
Topan ariga 19130017
Mata kuliah : Thp dan pasca panen
FAKULTAS PERTANIAN
PRODI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH
2022
KATA PENGANTAR
Topan Ariga
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
3.1........................................................................................................Ke
simpulan....................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Dalam bidang pertanian istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai
tindakan atau perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai
komoditas berada di tangan konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat
disebut Pasca produksi (Postproduction) yang dapat dibagi dalam dua bagian atau
tahapan, yaitu pasca panen (postharvest) dan pengolahan (processing)
(Mutiarawati, 2007).
Pasca panen tanaman pangan dan hortikultura. Usaha yang terdapat pada
golongan ini (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia, 2000):
a. Pertanian tanaman pangan dan perkebunan, meliputi: pertanian padi,
palawija, perkebunan tebu, tembakau, karet, tanaman bahan baku tekstil
(kapuk, kapas, rosela, rami, yute, linen, agave, abaca dan kenaf), tanaman
obat/ bahan farmasi (kina, jahe, adas, kapulaga, kunyit, temulawak,
temugiring, orang-aring, iles-iles, pinang, gambir, jarak), tanaman minyak
atsiri (sereh wangi, nilam, menthol, cendana, kenanga, ilang-ilang), dan
tanaman lainnya (pupuk hijau, tanaman penutup tanah, dan tanaman pakan
ternak seperti: rumput gajah, murbei).
b. Pertanian hortikultura sayuran dan bunga-bungaan, meliputi: pertanian
hortikultura sayuran yang dipanen sekali (bawang merah, bawang putih,
kentang, kubis, petsai/ sawi, wortel dan lobak, termasuk bayam dan
kangkung yang dipanen dengan akarnya); hortikultura sayuran yang
dipanen lebih dari sekali (kacang panjang, kacang merah, cabe, tomat,
terong, buncis, ketimun, labu siam, bayam, kangkung dan jamur);
hortikultura bunga-bungaan (anggrek, mawar, melati, dan sedap malam),
termasuk tanaman hias yang dipanen selain bunganya, serta pembibitan
dan pembenihan hortikultura sayuran dan bunga-bungaan.
c. Pertanian buah-buahan, perkebunan kelapa dan kelapa sawit, perkebunan
tanaman untuk minuman, perkebunan jambu mete, dan perkebunan
1
tanaman untuk rempah, meliputi: pertanian buah-buahan musiman
(rambutan, jeruk, durian, duku, semangka, dan mangga), buah-buahan
sepanjang tahun (pepaya, pisang dan nenas), perkebunan kelapa, kelapa
sawit, perkebunan tanaman untuk bahan minuman (kopi, teh dan coklat),
jambu mete, lada, cengkeh, tanaman rempah lainnya (panili, kayu manis,
dan pala).
2
dan bahan masukan bagi penulis lain untuk menggali potensi kecerdasan
intelektual pendidikan dalam proses pembelajaran di Indonesia
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengolahan hasil Tanah Pertanian
4
a. Memperpanjang waktu dan jumlah persediaan
Hasil pertanian yang diolah pasti akan akan terawetkan dan dapat bertahan
lebih lama dari pada bahan segar.
Semua bahan pangan yang diolah dengan mudah disimpan dan dikirim ke
daerah lain. Manfaatnya, yaitu bahan pangan kita tidak akan busuk
sebelum sampai tujuan.
Hasil olahan pertanian akan bertambah nilai jual setelah menjadi produk
yang beraneka ragam.
Hal ini jelas terjadi, misalnya tomat yang harganya jatuh di pasaran karena
panen besar-besaran dapat sangat merugikan. Namun, jika tomat tersebut
diolah jadi saus, tidak akan ada kata rugi.
Bahan pangan mentah yang diolah dengan benar akan menekan porsi
mubazir karena hasil samping atau limbah dari proses pengolahan hasil
pertanian dapat menjadi produk pertanian yang juga memiliki nilai
ekonomis cukup tinggi. Ada beberapa contoh limbah dari pengolahan
pertanian yang dapat diolah kembali. Misalnya ampas dari tahu dapat
dijadikan tempe gembos dan limbah dari potongan-potongan sayur dan
buah dapat dimanfaatkan menjadi pupuk kompos yang dapat menyuburkan
tanah.
5
a. Mutu
c. Harga
6
c. Tempat pengemasan harus bersih dan hindari kontaminasi
d. Container atau wadah dan bahan pengemas lain, juga “pengisi” atau
pelindung, harus bersih atau untuk yang tidak “didaur pakai” seperti
kardus, plastik transparan dan lain-lain, harus yang baru.
e. Pengemasan pada beberapa komoditas dilakukan setelah precooling .
Pengemasan sebaiknya dilakukan pada tiap grad kualitas secara
terpisah.
f. Bahan pengemas harus kuat, sesuai dengan sifat dan kondisi produk
yang dikemas dan lama penyimpanan/pengangkutan.
Tanah adalah salah satu komponen lahan berupa lapisan teratas kerak bumi
yang terdiri dari bahan mineral. dan organik serta mempunyai sifat fisik, kimia,
dan biologi yang mampu menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya. Sebagai bagian dari tubuh alam, tanah memiliki kapasitas yang terbatas
secara kualitas maupun kuantitas. Kerusakan tanah adalah hilangnya atau
menurunnya fungsi tanah, baik sebagai sumber unsur hara tumbuhan maupun
sebagai matriks tempat akar tumbuhan berjangkar dan tempat air tersimpan.
7
Pemanfaatan tanah dengan intensitas tinggi berpotensi mengalami kerusakan
tanah.
8
Penyakit pascapanen pada komoditas hortikultura terdiri dari dua jenis,
yaitu penyakit nonparasiter dan penyakit parasiter. Penyakit non parasiter
merupakan jenis penyakit pada suatu komoditi yang penyebabnya bukan karena
organisme lain melainkan disebabkan oleh pengaruh lingkungan. Penyakit non
parasiter ini meliputi kerusakan mekanis, kerusakan fisiologis, penguapan,
kerusakan akibat respirasi, kerusakan fisik, kerusakan akibat suhu, kerusakan
akibat kelembaban relatif, maupun perubahan biologis lainnya.
1. Bahan-bahan
Biji-bijian yang terserang hama pascapanen yang meliputi kutu beras,
kupu-kupu beras, hama boleng, kumbang tepung dan penggerek biji-
bijian, produk pascapanen yang terserang kapang Aspergillus sp.,
Penicilium sp., Rhizopus sp, Fusarium sp., dan bakteri Erwinia sp.
2. Alat-alat : pensil warna, kertas gambar, pinset, kaca pembesar, mikroskop.
Cara kerjanya sebagai berikut
9
a. Amati jenis hama dan penyebab penyakit yang menyerang produk
pascapanen berdasarkan gejala-gejala yang ditimbulkannya. Catat
dengan lengkap
b. Gambarkan bentuk morfologi organisme masing-masing jenis hama
dan penyebab penyakit di atas kertas gambar dengan bantuan kaca
pembesar atau mikroskop. Sebutkan bagian-bagiannya dengan jelas
c. Tentukan penggolongan taksonomi dari masing-masing hama dan
penyebab penyakit tersebut
d. Apabila sudah teridentifikasi, jelaskan siklus hidupnya, habitat tempat
hidupnya, gejala-gejala serangan yang ditimbulkannya, dan perlakuan
yang dibutuhkan untuk mencegah atau membasmi hama dan penyakit
tersebut
e. Susun makalah untuk setiap hama atau penyebab penyakit yang
teridentifikasi untuk dipresentasikan pada pertemuan praktikum
selanjutnya (Wagiman, 2019).
10
pertanian modern namun juga berpotensi menimbulkan banyak kerusakan.
Penggunaan bahan agrokimia yang sesuai dengan kebutuhan dan tidak berlebihan
tidak akan menyebabkan banyak masalah baik untuk jangka pendek maupun
jangka panjang. Namun penggunaannya yang berlebihan dan tidak tepat sasaran
dapat menyebabkan berbagai permasalahan diantaranya keracunan tanaman,
timbulnya resistensi hama, serta tercemarnya tanah dan air. Selain pencemaran
lingkungan, pengaruh cemaran agrokimia ini juga memberikan dampak negatif
terhadap manusia dan makhluk hidup lainnya.
Trend penggunaan pupuk (N, P2O5, dan K2O) untuk semua sektor di Indonesia.
Penggunaan pupuk N, P, dan K secara umum meningkat sesuai dengan adanya
perluasan lahan pertanian dan digunakannya varietas dengan hasil tinggi yang
kebutuhan pupuknya juga lebih tinggi.
Selain pupuk, input produksi yang tidak kalah pentingnya dan berpotensi
mencemari lingkungan adalah pestisida. Pestisida masih menjadi andalan petani
untuk melindungi tanaman dari serangan organisme pengganggu tanaman (OPT).
11
Penggunaan pestisida oleh petani umumnya melebihi dosis yang disarankan
dalam kemasannya. Sementara itu semakin tinggi dosis pestisida yang
diaplikasikan, resistensi hama penyakit terhadap pestisida jenis tersebut juga
meningkat. Akibatnya petani beralih menggunakan jenis pestisida lain yang
dianggap lebih ampuh. Ini seperti lingkaran masalah yang tidak ada habisnya.
Jenis pestisida yang beredar di pasaran juga semakin banyak (Husnain,
Nursyamsi. dan Purnomo 2015).
12
inorganik seperti urea maupun N dari bahan organik seperti kotoran
hewan (kohe) akan mengalami reaksi dengan ion H dan air tanah
membentuk ion amoniak (NH3 dan NH4) (Gambar 3 dan 4).
Komposisi NH3 dan NH4 dalam tanah sangat dipengaruhi oleh pH
tanah, dimana tanah dengan pH didominasi oleh ion NH4. Ion NH4 ini
dapat diserap, difiksasi oleh mineral liat atau dipertukarkan dalam
komplek pertukaran. Secara biologi, pupuk N dalam tanah akan
mengalami perubahan melalui proses nitrifikasi menjadi NO3. Proses
nitrifikasi terjadi dengan adanya enzim Nitrosomonas dan Nitrobacter
dipicu oleh pH masam saat kondisi aerobik. Secara fisiologis, tanaman
cenderung menyerap N dalam bentuk NH4 dibandingkan dengan NO3
(Brady and Weil 2007). Ion NO3 sangat dinamis dalam tanah dan tidak
diikat kuat oleh mineral liat sehingga mudah hilang dalam sistem tanah
dan tanaman. Hal ini yang menyebabkan banyaknya nitrat (NO3) yang
hilang dan berpotensi menyebabkan tercemarnya air tanah, air sungai,
dan air irigasi (Husnain, Nursyamsi. dan Purnomo 2015).
2) Potensi cemaran N dalam ekosistem perairan
Akibat banyaknya N yang hilang dari sistem tanah-tanaman maka
ekosistem perairan menjadi terganggu. Hasil penelitian neraca hara
menyimpulkan bahwa N yang hilang melalui volatilisasi, denitrifikasi
dan drainase cukup tinggi . Penggunaan pupuk yang berlebihan akan
meningkatkan juga jumlah N yang hilang ke perairan. Sektor industri
merupakan penyumbang terbesar sumber cemaran air. Namun
demikian, N yang hilang dari lingkungan pertanian juga turut
menyumbangkan penurunan kualitas air tanah dan air sungai.
Hasil pengamatan kandungan N dalam bentuk nitrit, nitrat, dan
ammonium dalam air sungai Wangisagara yang terletak di bagian hulu
DAS Citarum dari tahun 2000 hingga 2005 di bulan yang sama
(Januari), menunjukkan konsentrasi N yang meningkat dari tahun ke
tahun. Konsentrasi nitrat hingga mencapai 0,5 mg/l tergolong cukup
tinggi untuk daerah hulu sungai dimana aktivitas manusia belum
13
terlalu intensif. Tingginya kandungan nitrat tersebut diduga berasal
dari praktek pertanian di bagian hulu yang menyebabkan
meningkatnya kandungan N.
Berbagai kerusakan lingkungan akibat emisi, hujan asam, dan
sebagainya yang terkait dengan pertanian sudah banyak dilaporkan.
Potensi kerusakan yang disebabkan oleh unsur N dapat dijelaskan
seperti yang telah dirangkum oleh Keeney (1982) dalam Tabel 2.1
Tabel 2.1
Potensi dampak lingkungan yang berhubungan dengan N
Hujan asam, evolusi, dan Asam nitrit di atmosfir turun kembali melalui
deposisi amonia air hujan
Penurunan tebal lapisan ozon Nitrous oksida dari pembakaran fosil oleh
dan perubahan iklim global industri dan kendaraan bermotor dan dari
denitrifikasi nitrat dalam tanah berpindah ke
lapisan stratosfir terjadi kerusakan O3 (Ozon)
sehingga sinar ultraviolet langsung menuju
14
bumi dan menyebabkan permanasan global
Sumber: Husnain, Nursyamsi. dan Purnomo, (2015).
b. Pestisida
Terdapat 14 jenis pestisida dalam Pedoman Penggunaan Pestisida
(Ditjen PSP 2011) yaitu akarisida, algasida, alvisida, bakterisida,
fungisida, herbisida, insektisida, molluskisida, nematisida, ovisida,
pedukulisida, piscisid, rodentisida, dan termisida. Dari berbagai jenis
pestisida tersebut, 7 diantaranya banyak digunakan dalam bidang pertanian
seperti herbisida, insektisida, fungisida, bakterisida, nematisida, acaricida,
dan rodentisida. Selanjutnya dalam makalah ini ke 7 jenis pestisida
tersebut disebut dengan pestisida.
Bahan utama penyusun pestisida adalah persistent organic
pollutants (POPs) yang diketahui resisten di lingkungan, terakumulasi di
dalam tubuh makhluk hidup, dan memiliki toksisitas yang tinggi.
Sembilan dari 12 jenis senyawa POPs terdapat dalam pestisida, yaitu
aldrin, chlordane, DDT, dieldrin, endrin, heptachlor, exachlorobenzene,
mirex, dan toxaphene. Berdasarkan pedoman penggunaan pestisida yang
dikeluarkan oleh Ditjen PSP 2011, terdapat 39 jenis bahan aktif pestisida
yang dilarang beredar di Indonesia. Ke 39 jenis tersebut dapat dilihat
dalam Tabel 2.2
Tabel 2.2
Daftar bahan aktif pestisida yang dilarang
15
12. 2,5-Diklorofeno 31 Metil parathion
13. Dinoseb 32 Halogen fenol (termasuk Penta)
Kloro Fenol (PCP) dan garamnya
14. Ethyl p-nitrophenyl Benzene- 33. Pestisida berbahan aktif
thiophosponate (EPN) Salmonella
15. Endrin 34. Senyawa arsen
16. Endosulfan 35. Senyawa merkuri
17 Etilen dibromida (EDB) Etilen 36. Strikhnin
dibromida (EDB)
18. Formaldehida 37. Telodrin
19 Fosfor kuning (YellowPhosphorus) 38. Toxaphene
Mireks
16
pestisida jenis organoklorin dan organofosfat yang memiliki toksisitas
tinggi dan persistensi lama dalam tanah sehingga berpotensi mencemari
lingkungan. Selanjutnya berkembang pestisida golongan carbonate dan
pyrethroid yang lebih aman terhadap lingkungan karena mudah
terdegradasi, namun penggunaannya dalam jangka panjang tetap perlu
diwaspadai.
17
kelarutan rendah persistensinya juga semakin lama (Husnain, Nursyamsi.
dan Purnomo 2015).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam bidang pertanian istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai
tindakan atau perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai
komoditas berada di tangan konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat
disebut Pasca produksi (Postproduction) yang dapat dibagi dalam dua bagian atau
tahapan, yaitu pasca panen (postharvest) dan pengolahan (processing)
Tanah adalah salah satu komponen lahan berupa lapisan teratas kerak
bumi yang terdiri dari bahan mineral. dan organik serta mempunyai sifat fisik,
kimia, dan biologi yang mampu menunjang kehidupan manusia dan makhluk
hidup lainnya. Kerusakan Fisik – Fisiologis adalah Perubahan-perubahan terjadi
karena proses fisiologi (hidup) yang terlhiat sebagai perubahan fisiknya seperti
perubahan warna, bentuk, ukuran, lunak, keras, alot, keriput, dll. Juga bisa terjadi
timbul aroma, perubahan rasa, peningkatan zat-zat tertentu dalam hasil tanaman
tersebut.
Hama pascapanen atau hama gudang merupakan organisme yang
aktivitasnya dapat menurunkan dan merusak kualitas juga kuantitas produk
pertanian setelah dipanen. Penggunaan bahan agrokimia yang berlebihan
merupakan tantangan utama dalam pertanian ramah lingkungan. Bahan agrokimia
pupuk dan pestisida merupakan salah satu input teknologi yang sangat dibutuhkan
18
untuk sistem pertanian modern namun juga berpotensi menimbulkan banyak
kerusakan.
DAFTAR PUSTAKA
19