Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH EKONOMI PERTANIAN

“Komoditas Pertanian Aren ”

Disusun Oleh

Ainun Mardiah Lubis

JURUSAN EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah


Swt yang telah melimpahkan segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya serta
memberi kesehatan dan pengetahuan sehingga penulis dapat memperoleh
kemudahan dalam menyusun dan menyelesaikan penelitian ini yang berjudul
“Komoditas Pertaniann Aren” yang diselesaikan guna untuk memenuhi tugas
mata kuliah Ekonomi Pertanian.

Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis tidak terlepas dari berbagai
hambatan dalam penyelesaiannya. Namun berkat karunia-Nya dan bantuan dari
semua pihak serta usaha yang maksimal, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
tugas ini dengan baik. Atas bantuan tersebut, penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Bapak Aswin Pratama Harahap, M. Hut, M.SE
selaku dosen pembimbing mata kuliah Ekonomi Pertanian.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan,


oleh karena itu, penulis menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun
demi perbaikan penelitian ini. Akhir kata penulis berharap semoga penelitian ini
bermanfaat bagi penulis khusunya dan pembaca umumnya. Terima Kasih.

Medan, 14 April 2020

Penulis

Ainun Mardiah Lubis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 2


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 4

A. Tanaman Aren ...................................................................................... 4


B. Pengolahan dan Produksi Aren ............................................................ 8
C. Nilai Tambah ........................................................................................ 14
D. Tren Pasar............................................................................................. 15
E. Kendala-Kendala ................................................................................. 17
F. Pendapatan dan Kontribusi Terhadap Perekonomian .......................... 20

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 22

A. Kesimpulan .......................................................................................... 22
B. Saran ..................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peraturan Menteri Kehutanan No.P.35/Menhut-II/2007 menyatakan bahwa


hasil hutan bukan kayu (HHBK) adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun
hewani beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu yang berasal dari
hutan. Jenis-jenis HHBK terdiri dari sembilan kelompok dan 553 spesies
tumbuhan dan hewan.beberapa hasil hutan bukan kayu berupa tumbuhan seperi
rotan, bamboo, gaharu, dan jenis lainnya. Dan salah satu jenis yang potensial
untuk dimanfaatkan dan dikembangkan adalah pohon aren.

Pohon aren merupakan jenis tumbuhan yang sangat berpotensi untuk


dibudidayakan. Hampir semua bagian fisik pohon aren dapat dimanfaatkan dan
memiliki nilai ekonomi, pohon aren dapat menghasilkan nira, gula aren, sumber
karbohidrat, bahan campuran makanan dan minuman (kolang-kaling), bahan
bangunan dan sebagai tumbuhan konservasi untuk lahan kritis. Akan tetapi hasil
produksi aren yang banyak diusahakan oleh masyarakat adalah nira yang diolah
untuk menghasilkan gula aren dan produk ini memiliki pasar yang sangat luas.
Negara-negara yang membutuhkan gula aren dari Indonesia adalah Arab Saudi,
Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Jepang dan Kanada.1

Pengembangan aren masih memiliki banyak kendala dan beberapa


permasalahan seperti pengelolaannya yang masih tradisional, penanganan pasca
panen pohon aren yang masih belum terkendali dengan baik, proses pemasaran
yang masih rendah, pengetahuan masyarakat yang masih minim mengenai pohon
aren serta penguasaan teknologi yang masih rendah. Pengolahan dan pemnfaatan
pohon aren akan optimal jika diiringi pengetahuan masyarakat dalam pemanfaatan
pohon aren.

1
Mona Fhitri Srena, “Potensi dan Pemanfaatan Aren Oleh Masyarakat di Sekitar
Kawasan Taman Nasional Batang Gadsi” (Skripsi, Fakultas Kehutanan USU, 2018), h. 1-2.

1
Pada prinsipnya, pengembangan tanaman aren di Indonesia sangat
prospektif. Di samping dapat memenuhi kebutuhan konsumsi di dalam negeri atas
produk-produk yang berasal dari pohon aren, dapat juga meningkatkan
penyerapan tenaga kerja, penghasilan petani, pendapatan negara, dan dapat pula
melestarikan sumberdaya alam serta lingkungan hidup. Oleh karenanya
dibutuhkan pemikiran-pemikiran sebagai landasan kebijakan berupa langkah
nyata, yaitu inventarisasi potensi pohon aren, pengembangan tanaman aren,
peningkatan pemanfaatan dan pengolahan baik bagian fisik maupun produksi
pohon aren.

Pengembangan aren sebagai komoditi agribisnis memerlukan pemahaman


yang lebih baik dan komprehensif mengenai potensi terkini dari aren, tantangan
dan kondisi yang diharapkan di masa depan. Potensi aren yang meliputi luas areal,
populasi tanaman, produksi, konsumsi, pasar, pesaing dan teknologi yang tersedia
belum dapat dideskripsikan secara jelas ataupun belum lengkap. Tantangan dan
apa yang diharapkan dari aren masih perlu diformulasi secara sistematik agar arah
pengembangannya jelas. Roadmap atau Peta Jalan Pengembangan Aren
diperlukan untuk memberikan gambaran kondisi yang diharapkan dari
pengembangan dan bagaimana mencapainya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja produk dan nilai tambah yang dihasilkan dari aren?
2. Apa kendala dalam pemanfaatan dan pengembangan aren?
3. Bagaimana pendapatan dan kontribusi aren dalam perekonomian?
4. Bagaimana hirilisasi dan tren pasar produk aren?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui produk dan nilai tambah yang dihasilkan tumbuhan
aren
2. Untuk mengetahui kendala dalam pemanfaatan dan pengembangan
tumbuhan aren

2
3. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi tumbuhan aren dalam
perekonomian
4. Untuk mengetahui hirilisasi dan tren pasar produk dari tumbuhan aren

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber referensi dalam
menambah pengetahuan dan bahan acuan bagi karya ilmiah sejenis di
masa yang akan datang.
b. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperkaya kajian agrobisnis,
terutama mengenai kajian pemanfaatan aren.
2. Kajian Praktis
a. Kajian ini diharapkan bermanfaat sebagai referensi bagi pemerintah
dalam menetapkan kebijakan dan strategi pengembangan industri kecil
yang sudah terbentuk, khususnya agroindustri aren dan merangkum
menjadi lebih baik.
b. Sebagai referensi bagi investor yang tertarik untuk pengembangan
industri aren.
c. Bagi penulis sendiri, penelitian ini merupakan sarana pengembangan
wawasan dan pengembangan kemampuan analitis terhadap masalah-
masalah praktis yang ada khususnya di bidang strategi.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. TANAMAN AREN
1. Morfologi Pohon Aren

Aren merupakan jenis tanaman tahunan, berukuran besar, berbentuk pohon


soliter tinggi hingga 12 m, diameter setinggi dada (DBH) hingga 60 cm. Pohon
aren dapat tumbuh mencapai tinggi dengan diameter batang sampai 65 cm dan
tinggi 15 m bahkan mencapai 20 m dengan tajuk daun yang menjulang di atas
batang. Waktu pohon masih muda batang aren belum kelihatan karena tertutup
oleh pangkal pelepah daun, ketika daun paling bawahnya sudah gugur, batangnya
mulai kelihatan.

Permukaan batang ditutupi oleh serat ijuk berwarna hitam yang berasal
dari dasar tangkai daun. Daun: pinnate, hingga 8 m panjang, anak daun divaricate,
panjangnya 1 m atau lebih, jumlahnya 100 atau lebih pada masing-masing sisi,
dasar daun 2 auriculate, ujung daun lobes, dan kadang-kadang bergerigi,
permukaan atas hijau berdaging, bagian bawah putih dan bertepung. Pohon aren
mempunyai tajuk (kumpulan daun) yang rimbun. Daun aren muda selalu berdiri
tegak di pucuk batang, daun muda yang masih tergulung lunak seperti kertas.
Pelepah daun melebar di bagian pangkal dan menyempit ke arah pucuk. Susunan
anak daun pada pelepah seperti duri-duri sirip ikan, sehingga daun aren disebut
bersirip. Oleh karena pada ujungnya tidak berpasangan lagi daun aren disebut
bersirip ganjil.

Pada bagian pangkal pelepah daun diselimuti oleh ijuk yang berwarna
hitam kelam dan dibagian atasnya berkumpul suatu massa yang mirip kapas yang
berwarna cokelat, sangat halus dan mudah terbakar. Massa yang menempel pada
pangkal pelepah daun aren tersebut dikenal dengan nama kawul (Jawa barat),
baruk (Tana Toraja) dan beru (Bugis). Bunga aren jantan dan betina berpisah,
besar, tangkai perbungaan muncul dari batang, panjangnya 1-1,5 m masing-
masing pada rachille. Bunga aren berbentuk tandan dengan malai bunga yang

4
menggantung. Bunga tersebut tumbuh pada ketiak-ketiak pelepah atau ruas-ruas
batang bekas tempat tumbuh pelepah.

Proses pembentukan bunga mula-mula muncul dari pucuk, kemudian


disusul oleh tunas-tunas berikutnya ke arah bawah pohon. Dalam hal ini bunga
aren tumbuh secara basiferal, yaitu bunga yang paling awal terletak di ujung
batang, sedangkan bunga yang tumbuh belakangan terletak pada tunas berikutnya
ke arah bawah. Tandan bunga yang ada di bagian atas terdiri dari bunga betina.
Sedangkan yang di bagian bawah, biasanya terdiri dari bunga jantan. Jadi pada
satu pohon aren terdapat bunga jantan dan bunga betina, hanya saja berada pada
tandan yang berbeda. Karena letaknya ini, maka bunga aren termasuk kelompok
monosius uniseksual. Bunga jantan berwarna keunguan atau kecoklatan,
berbentuk bulat telur memanjang, berdaun bunga tiga, serta berkelopak 3 helai.
Sedangkan bunga betina berwarna hijau, memiliki mahkota bunga segi tiga yang
beruas-ruas, bakal bijinya bersel tiga, dan berputik tiga.

Buah aren terbentuk dari penyerbukan bunga jantan pada bunga betina.
Penyerbukan aren diduga tidak dilakukan oleh angina tetapi oleh serangga.
Apabila proses penyerbukan berjalan baik maka akan dihasilkan buah yang lebat.
Buah aren tumbuh bergelantungan pada tandan yang bercabang dengan panjang
sekitar 90 cm. Untuk pohon aren yang pertumbuhannya baik, bisa terdapat 4-5
tandan buah. Buah aren termasuk buah buni, bentuknya bulat, ujung tertoreh, 4x5
cm, sesil dan terdapat 3 bractea yang tebal, secara rapat berkumpul sepanjang
tangkai perbungaan, berwarna hijau, buah masak warna kuning, terdapat 3 biji
keras.

Aren adalah tanaman perkebunan yang sangat potensial untuk mengatasi


kekurangan pangan. Tanaman ini mudah beradaptasi pada berbagai agroklimat,
mulai dari dataran rendah hingga hingga ketinggian 1400 M dpl.2

2
M Syakir dan Elna Karmawati. Tanaman Perkebunan Penghasilan BBN, (Jakarta : Raja
Grapindo, 2009), h. 3

5
Aren memiliki daya adaptasi yang baik terhadap berbagai kondisi lahan
dan agroklimat, dan toleransi tinggi dalam pola tanam campuran, termasuk
dengan tanaman berkayu serta cepat tumbuh karna memiliki akar banyak dan
tajuk lebat. Untuk mengatasi peningkatan luas dan jumlah kawasan lahan miskin
di Indonesia dengan laju yang semakin tinggi dibutuhkan tanaman seperti aren.
Factor produksi tumbuhan aren yaitu bahan baku nira aren, jumlah tenaga kerja
(SDM), dan jumlah bahan bakar mempengaruhi produksi gula aren.

2. Faktor-Faktor Produksi Aren

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses produksi pertanian yang


dilakukan petani (termasuk petani aren), sebagaimana dikemukakan Kautsky
dalam Hasyim Lahan menjadi modal produksi penting karena di atas lahan itulah
kegiatan produksi komoditas penghasil dimulai dan kemudian lahan akan menjadi
sumber penghasilan rumah tangga petani. Begitu juga struktur penghasilan petani
dikaitkan dengan status sosial petani (berdasarkan penguasaan lahan),tampak
bahwa peranan lahan dalam bentuk pengelolaan usaha tani (on farm) sangat
menonjol pada status petani pemilik yaitu sebesar 72 %

Ada delapan faktor strategis yang mempengaruhi pengembangan aren


berkelanjutan yaitu:

a. Ketersediaan Teknologi
b. Tenaga Pembina
c. Pelatihan Petani
d. Dukungan Kebijakan
e. Luas Kebun Petani
f. Ketrampilan Petani
g. Kelembagaan Petani
h. Produksi Dan Produktivitas

Empat faktor strategis yaitu: ketersediaan teknologi, tenaga pembina,


pelatihan petani dan dukungan kebijakan dikategorikan sebagai faktor penentu
(input) dalam sistem agribisnis karena faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh

6
yang kuat terhadap faktor lainnya, tetapi ketergantungannya kepada faktor lain
relatif lemah. Sementara itu faktor-faktor luas kebun petani, ketrampilan petani,
kelembagaan petani dan produksi serta produktivitas merupakan faktor
penghubung dalam sistem agribisni karet karena mempunyai pengaruh yang kuat
kepada faktor lainnya dan juga mempunyai ketergantungan yang kuat terhadap
faktor lainnya.

3. Areal dan Potensi Aren

Di Indonesia, aren tumbuh di daerah-daerah dengan curah hujan yan


relative tinggi dan merata sepanjang tahun seperti di Nangroe Aceh Darussalam,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa
Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku dan Irian Jaya. Sentra
pertanaman aren meliputi 14 provinsi dengan perkiraan total areal seluas 60 482
ha. Sesuai data Ditjenbun, areal tanaman aren bertambah rata-rata 2.0 % per tahun
dengan laju pertumbuhan produksi sebesar 1.9 % per tahun. Data ini masih perlu
diverfikasi mengingat aren belum dibudidayakan dan praktis penanaman baru
sangat kurang. Selain itu, data areal aren untuk suatu daerah berbeda-beda
menurut sumber data. Data areal aren yang akurat dan teliti sebenarnya belum
tersedia.

Agroekosistem atau factor biofisik seperti tanah dan iklim dapat menjadi
peluang atau kendala dalam pengembangan suatu komoditas. Menurut Mulyani
dan Las, Indonesia memiliki sumber daya lahan yang luas untuk pengembangan
komoditas pertanian. Dengan luas dataran 188,20 juta ha yang terdiri atas 148 juta
ha lahan kering dan 40,20 juta ha lahan basah memungkinkan untuk pengusahaan
berbagai tanaman, termasuk tanaman peghasil biofuel seperti bioethanol.
Beberapa tanaman penghasil biofuel adalah kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, ubi
kayu, ubi jalar, tebu, sorgum, aren, nipah dan lontar.

Tanaman aren di Papua dan Sumatera Utara serta di beberapa daera sentra
tumbuh secara alami dengan jarak tumbuh yang tidak teratur. Aren yang

7
dieksploitasi atau diusahakan petani umumnya yang tumbuh di kebun petani
secara alami bersama dengan tanaman lain atau yang tumbuh di hutan-hutan
produksi. Setelah tanaman mati secara alami, pemulihan populasi juga terjadi
secara alami dengan sedikit campur tangan manusia berupa penjarangan apabila
tanaman tumbuh berumpun.

Data yang diperoleh menunjukkan bahwa: (1) potensi areal tanaman aren
belum diketahui dengan pasti; (2) data areal aren tidak menunjukkan potensi aren
yang sebenarnya; (3) pertanaman aren tidak kompak, menyebar secara sporadis;
(4) aren umumnya belum dibudidayakan, pemulihan populasi terjadi secara alami;
dan (5) luas areal aren relatif kecil untuk memiliki peran ekonomi yang signifikan
secara regional dan nasional.

4. Syarat Tumbuh

Tanaman aren dapat tumbuh di dekat pantai sampai pada dataran tinggi,
tetapi tumbuh baik pada ketinggian 500-1.200 M dpl, pada kisaran ketinggian
tersebut lahan tidak kekurangan air tanah dan tidak tergenang oleh banjir
permukaan. Tanaman aren sngat cocok pada lahan yang landau dengan kondisi
agroklimat yang beragam terutama daerah pegunungan dengan curah hujan yang
cukup tinggi dengan jenis tanah yang mempunyai tekstur liat berpasir.

B. Produksi dan Pengolahan Aren

Aren merupakan salah satu keluarga palma yang memiliki potensi nilai
ekonomi yang tinggi untuk dikembangkan dan dimanfaatkan dan dapat tumbuh
subur di wilayah tropis seperti Indonesia. Tumbuhan ini tumbuh tersebar dan
sebagian besar populasinya masih merupakan tumbuhan liar yang hidup subur dan
tersebar secara alami pada berbagai tipe hutan.3

Aren (Arenga pinnata) merupakan tumbuhan yang memiliki manfaat


hampir pada seluruh bagiannya. Aren dapat dimanfaatkan sebagai tumbuhan
penghasil nira yang dijadikan bahan pembuatan gula aren, bahan campuran

3
M Syakir dan Elna Karmawati. Tanaman Perkebunan Penghasilan BBN, h. 10

8
makanan dan minuman (kolang-kaling), sumber energi terbarukan (bioetanol),
sumber karbohidrat (tepung), bahan bangunan (batang) dan sebagai tumbuhan
konservasi untuk lahan kritis. Selain itu aren juga dikenal sebagai penghasil gula
semut.

Selain menghasilkan produk yang dapat dikonsumsi dan digunakan untuk


kepentingan ekonomi, aren juga memiliki nilai konservasi yang baik. Aren
mampu mencegah erosi hingga meningkatkan kondisi makro tanah dan porositas.
Aren belum pernah diproduksi untuk skala besar atau komersial. Kebanyakan
petani aren hanya memanfaatkan langsung aren yang berada di hutan maupun
yang tumbuh disekitar pekarangan rumah.

1. Buah

Buah aren didapat dari pemanfaatan bunga betina, bunga betina di kenali
dengan ciri-ciri buah berwarna putih kehijaun dan berukuran lebih kecil dari
bunga jantan. Buah aren berupa buah buni, yaitu buah yang berair tanpa dinding
dalam yang keras. Bentuknya bulat lonjong, bergaris tengah 4 cm. Tiap buah aren
mengandung tiga biji. Buah aren yang setengah masak, kulit bijinya tipis, lembek
dan berwarna kuning. Inti biji (endosperm) berwarna putih agak bening dan lunak.
Endosperma buah aren berupa protein albumin yang lunak dan putih seperti kaca
kalau masih muda Inti biji inilah yang disebut kolang-kaling dan biasa digunakan
sebagai bahan makanan.4

Pengolahan kolang kaling dimulai dengan pemilihan buah aren yang


masih bagus, yang ditandai dengan wrana kulit buah yang masih hijau segar.
Setelah itu buah aren di rebus sekitar 2-3 jam dengan api yang besar
menggunakan kuali, setelah kolang kaling masak bisa langsung dipisahkan dari
kulitnya, selanjutnya di rendam dengan air 2-3 hari agar kolang kalingnya
mengembang dan empuk. Jika ingin menghasilkan kolang kaling yang baik,
bersih dan kenyal di endapkan dalm air kapur.

4
Mody Lampang. “Pohon Aren dan Manfaat Produksinya” dalam Info Teknis EBONI, Vol 9
: 37-54, Oktober 2012, h. 45.

9
Dari segi komposisi kimia, kolang-kaling memiliki nilai gizi sangat
rendah, akan tetapi serat kolang kaling baik sekali untuk kesehatan. Serat kolang-
kaling dan serat dari bahan makanan lain yang masuk ke dalam tubuh
menyebabkan proses pembuangan air besar teratur sehingga bisa mencegah
kegemukan (obesitas), penyakit jantung koroner, kanker usus, dan penyakit
kencing manis.

Kolang kaling banyak digunakan sebagai bahan campuran beraneka jenis


makanan dan minuman. Antara lain dalam pembuatan kolak, ronde, ice jumbo, es
campur, cake, minuman kaleng, manisan dan lain-lain.

2. Nira

Aren mulai berbunga pada umur 12 sampai 16 tahun, bergantung pada


ketinggian tempat tumbuh dan sejak itu aren dapat disadap niranya dari tandan
bunga jantan selama 3 sampai 5 tahun. Sesudah itu pohon tidak produktif lagi dan
lama kelamaan mati.

Di beberapa daerah dalam setahun dapat disadap sampai 4 tandan bunga


per pohon, dan setiap tandan bunga dapat disadap 3-5 bulan. Dalam keadaan segar
nira berasa manis, berbau khas nira dan tidak berwarna. Nira aren mengandung
beberapa zat gizi antara lain karbohidrat, protein, lemak dan mineral. Rasa manis
pada nira disebabkan kandungan karbohidratnya mencapai 11,28%. Nira yang
baru menetes dari tandan bunga mempunyai pH sekitar 7 (pH netral), akan tetapi
pengaruh keadaan sekitarnya menyebabkan nira aren mudah terkontaminasi dan
mengalami fermentasi sehingga rasa manis pada nira aren cepat berubah menjadi
asam (pH menurun).5

Produk-produk nira dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu yang


tidak mengalami proses fermentasi dan yang mengalami fermentasi. Nira aren
yang masih segar dan rasanya manis dapat langsung diminum, atau dapat
dibiarkan terlebih dahulu mengalami fermentasi sebelum diminum. Nira yang

5
Ibid, h. 47

10
masih segar digunakan untuk obat sariawan, TBC, disentri, wasir dan untuk
memperlancar buang air besar. Nira aren yang telah mengalami fermentasi
(peragian) berubah menjadi tuak. Tuak dari hasil fermentasi nira aren juga
berguna sebagai perangsang haid dan cukup ampuh untuk melawan radang paru-
paru dan mejan.

Selain sebagai minuman, nira aren segar juga terutama digunakan sebagai
bahan baku pengolahan gula aren. Pengolahan nira secara langsung setelah
diturunkan dari pohon menghasilkan gula 104,8 gram per liter nira atau rendemen
produksi 10,48%. Pengolahan langsung nira menghasilkan gula aren yang
berwarna coklat kemerahan, sifat lebih solid dan memiliki rasa lebih manis.
Sedangkan nira yang terlambat diolah akan menghasilkan gula yang berwarna
kekuningan, lunak atau tidak mengeras sehingga tidak dapat dicetak. Sampai saat
ini produk utama pohon aren adalah gula aren. Produk ini sudah dikenal
masyarakat umum.

Dari segi fisiknya gula aren mempunyai kekhasan tersendiri apabila


dibandingkan dengan gula dari sumber yang lain (gula tebu, gula bit). Kekhasan
gula aren antara lain lebih muda larut, keadaannya kering dan bersih serta
mempunyai aroma khas. Oleh sebab itu gula aren banyak digunakan dalam
pembuatan kue, kecap dan produk pangan lainnya. Gula aren sering juga
digunakan dalam ramuan obat tradisional dan diyakini memiliki khasiat sebagai
obat demam dan sakit perut.

Gula aren mengandung glukosa cukup tinggi yang dapat membersihkan


ginjal sehingga kita terhindar dari penyakit ginjal. Kekhasan gula aren dari segi
kimia yaitu mengandung sukrosa kurang lebih 84% dibandingkan dengan gula
tebu dan gula bit yang masing-masing hanya 20% dan 17% sehingga gula aren
mampu menyediakan energi yang lebih tinggi dari gula tebu dan gula bit. Selain
itu, kandungan gizi gula aren (protein, lemak, kalium dan posfor) lebih tinggi dari
gula tebu dan gula bit.

11
Gula aren terdapat dalam tiga bentuk yaitu gula cetak (kerekan), gula pasir
dan gula semut. Gula cetak pada umumnya memiliki bentuk sesuai bentuk cetakan
yang digunakan, dengan cara memasak nira hasil sadapan sampai kental dan
melakukan pengadukan agar gula tidak meluap serta dicetak ketika sedang panas.
Gula pasir adalah gula aren yang dikristalkan kecil-kecil seperti pasir dan
berwarna merah. Gula semut merupakan jenis gula yang dibuat dari nira dengan
bentuk serbuk atau kristal dan berwarna kuning kecokelatan sampai coklat. Gula
semut mirip dengan gula pasir (aren), akan tetapi ukurannya lebih besar sedikit
dari pada gula pasir.

Gula aren cair atau sirup aren ini di daerah Mandailing disebut tengguli
(gula mangkok) yang diproduksi dan diberikan antara lain kepada perusahaan-
perusahaan pembakaran roti. Pada waktu musim hujan nira aren di daerah tersebut
hanya khusus dibuat tengguli, karena gula aren balok (cetak) sangat hygroskopis
sehingga cepat menjadi lunak dan meleleh. Sedangkan pada musim kering apabila
nira tidak banyak mengalir, tetapi dalam pada itu didapatkan nira yang berkadar
gula tinggi, maka lebih disukai untuk membuat balok-balok gula.

3. Tepung

Batang aren terdiri dari dua bagian yaitu bagian luar (perifer) yang
berwarna hitam dan keras serta bagian sentral (empulur) yang berwarna putih dan
lunak. Tepung (pati) yang diperoleh dari ekstraksi bagian sentral batang biasanya
dilakukan setelah pohon tidak lagi produktif menghasilkan nira. Empulur batang
aren berkadar tepung 48,9% (Ismanto etal.,1995). Akan tetapi setiap pohon aren
menghasilkan tepung yang bervariasi.

Di Indonesia dari setiap batang pohon aren dapat diperoleh tepung antara
60-70 kg. Namun menurut Ismanto setiap batang aren menghasilkan 100-150 kg
tepung. Di dalam pemasaran tepung aren dikenal dengan istilah ” hun kwe ” dan
tepung maizena, dimana tepung-tepung ini mengandung lebih dari 85% tepung
aren. Tepung aren tersebut banyak dipakai untuk bahan makanan antara lain kue,

12
cendol, bakso, bakmie (mie), bihun, sohun dan hun kwe yang menjadi nilai
tambah.

4. Aspek Konservasi

Pengembangan aren sebagai tanaman konservasi belum banyak dilakukan,


namun secara alami aren berperan dalam pengawetan tanah dan air. Hal ini
ditunjukkan oleh kenyataan di lapangan bahwa aren banyak dijumpai tumbuh di
lokasi yang berbukit-bukit dan rawan bencana alam, tanah longsor dan banjir.
Oleh karena itu, tanaman ini sangat cocok untuk konservasi dan juga ideal sebagai
tanaman budidaya lorong terutama pada lahan yang mempunyai derajat
kemiringan yang tinggi.

Tajuk dan akar tanaman aren berfungsi menghalangi terpaan langsung


butir-butir hujan, mengurangi kecepatan aliran permukaan, memperbesar
kapasitas infiltrasi tanah, meningkatkan aktivitas biota tanah yang akan
memperbaiki porositas, stabilitas agregat serta sifat kimia tanah. Hal ini karena
tajuk seperti batang, ranting dan daun bentuknya tersusun secara berjenjang ke
atas, sedangkan sistem perakarannya dalam dan daya cengkram yang kuat karena
akar mampu berkembang sedalam 10-30 M.

Pada dasarnya usaha pengawetan tanah harus dilakukan dengan :

a. Mengurangi besar energy perusak dari air hujan ataupun aliran


permukaan kesuatu tingkat dimana tidak menyebabkan kerusakan
tanah.
b. Meningkatkan ketahanan agregat tanah terhadap pukulan air hujan dan
kikisan limpasan permukaan.6

6
Syamsu Alam dan Djafar Baco. “Peluang Pengembangan dan Pemanfaatan Tanaman
Aren di Sulawesi Utara” dalam Prosiding Seminar Nasional Aren, Juni 2004, h. 19-20

13
C. Nilai Tambah Tanaman Aren

Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena


mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan setelah proses
produksi. Nilai tambah juga dapat diartikan sebagai besarnya output suatu usaha
setelah dikurangi input lainnya. Nilai tambah juga ialah penambahan nilai yang
terjadi pada suatu komoditas karena komoditas tersebut mengalami proses lebih
lanjut.7

Produk gula semut adalah gula aren berbentuk serbuk, beraroma khas, dan
berwarna kuning kecoklatan. Proses pengolahan gula semut sama dengan
pengolahan gula cetak. Pada pengolahan gula semut setelah diperoleh nira kental,
dilanjutkan dengan pendinginan dan pengkristalan. Pengkristalan dilakukan dengan
cara pengadukan menggunakan garpu kayu. Pengadukan dilakukan secara perlahan-
lahan, dan makin lama makin cepat hingga terbentuk serbuk gula. Gula semut ini
telah dipasarkan secara luas dengan berbagai merek. Umumnya gula aren
diproduksi dalam bentuk gula cetak yang disebut juga sebagai gula padat, akan
tetapi ada juga yang diproduksi dalam bentuk gula cair.8

Perlakuan terhadap bahan baku nira aren sampai menjadi gula cetak, gula
pasir dan gula semut merupakan perlakuan yang diharapkan dapat menambah
nilai tambah. Selain gula aren, gula semut dan nata pinnata, nilai tambah dari nira
dapat juga digunakan untuk menghasilkan minuman beralkohol melalui proses
fermentasi. Proses fermentasi yang terjadi dalam pembuatan minuman beralkohol
biasanya berlangsung secara spontan oleh adanya aktifitas organisme yang ada
dalam nira itu sendiri. Mikroorganisme yang dominan dalam fermentasi nira
adalah Saccharomyces cerevisae, disamping jenis khamir yang lain seperti
Schizosaccharomyces sp dan Candida sp serta beberapa jenis bakteri.

7
Muhammad Hardiansyah, “Analisis Pengolahan dan Nilai Tambah Tanaman Aren di
Huta Sijambei Nagori Talun Kondot” (Skripsi, Fakultas Kehutanan USU, 2017), h. 24-25
8
Alfred P, et.al., “Analisis Usaha Tani Aren di Kota Tomoha, Sulawesi Utara” dalam Jurnal
Sosial Ekonomi Pertanian, XIV (1), Februari 2018, h. 91

14
Selain itu dapat juga dilakukan proses fermentasi buatan. Biasanya nira
akan dibiarkan fermentasi 1-2 hari agar didapat kandungan etanol yang tinggi.
Rasa nira akan berubah dari manis menjadi asam, nira aren akan mengalami
proses destilasi secara sederhana. Biasanya tungku pemasakan alcohol
menggunakan drum bekas, sedangkan pipa-pipa uang menggunakan bambu yang
disusun sedemikian rupa sehingga dapat mengembukan uang panas yang
menganduk etanol.

Cuka dapat juga diperoleh melalui proses fermentasi berlanjut dari nira
aren, dimana lama kelamaan alkohol dalam nira aren akan terurai dan terbentuk
menjadi cuka (asam asetat). Jika pebuatan alkohol dari nira dilakukan dalam
wadah tertutup, sebaliknya pembuatan cuka justru dilakukan di dalam wadah
terbuka dan setelah 8 hari seluruh nira sudah berubah menjadi cuka.9 Ijuk, daun
dan batang pohon aren juga bisa digunakan sebagai furniture atau kerajianan.

D. Tren Pasar

Dalam rangka memperlancar arus komoditi gula aren dan mempertinggi


kegunaan hasil pengolahan yaitu kegunaan tempat, waktu, bentuk dan kegunaan
kepemilikan maka kehadiran lembaga pemasaran sebagai lembaga perantara
sangat dibutuhkan guna melaksanakan fungsi pemasaran. Fungsi pemasaran itu
antara lain fungsi pertukaran, fungsi pengadaan secara fisik dan fungsi pelancar.

Selain dijual untuk konsumsi langsung, gula merah yang meliputi gula
aren, gula kelapa, gula lontar juga digunakan sebagai bahan baku industri. Jumlah
kelompok industri berskala sedang dan skala besar yang menggunakan bahan
baku gula merah mencapai 18 kelompok industri. Industri-industri yang terbesar
menggunakan bahan baku gula merah berturut-turut adalah industri kecap,
pengawetan sayur-sayuran, industri rokok kretek, industri kopi goreng, industri
kopi bubuk dan industri kue-kue basah.

9
Effendi. Prospek Pengembangan Tanaman Aren Mendukung Kebutuhan Bioetanol di
Indonesia. Dalam Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010, h. 36-40

15
Permintaan gula merah sebagai bahan baku industri meningkat di 14
industri selang 1997-1999. Peningkatan terbesar terjadi pada industri makanan
(1.92%), industry coklat bubuk (1.71%), industri kopi bubuk (1.46%), industri
pengawetan sayur-sayuran (1.84%) dan industri kue basah (2.01%). Industri-
industri yang mengalami penurunan permintaan yaitu industri kecap (10.43%),
industri rokok kretek (0.047%), industry pengeringan dan pengolahan tembakau
(0.01%) dan industri minuman malt (0.01%). Produk aren yang diperdagangkan
dalam negeri yaitu gula aren sebanyak 27.682 ton pada tahun 2002. Produk
lainnya adalah kolang kaling dan sapu ijuk.10

Produk lain yang memiliki prospek untuk diperdagangkan dalam negeri


adalah alkohol teknis. Sebagai contoh, kebutuhan alkohol teknis di Sulawesi Utara
sebanyak 150 000 liter per tahun. Kebutuhan tersebut umumnya dipasok dari luar
daerah padahal Sulawesi Utara memiliki potensi untuk menghasilkan alkohol
teknis dari nira aren. Ekspor gula aren tahun 2001 sebanyak 677.1 ton atau
meningkat 41% dibanding ekspor tahun 2000 sebesar 479.5 ton. Negara tujuan
ekspor yaitu Jepang, Hongkong, Singapura, Filipina, malaysia dan Brunei
Darussalam. Data ekspor tahun 2002-2003 belum tersedia, demikian pula dengan
data impor.

Negara-negara yang membutuhkan gula aren dari Indonesia adalah Arab


Saudi, Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Jepan g dan Kanada (Sapari,
1994). Produk-produk dari nira aren yang dihasilkan melalui proses fermentasi
antara lain nata pinnata, cuka dan alkohol. Nata berasal dari bahasa spanyol yang
bahasa Inggrisnya berarti cream, sedangkan pinnata merupakan kata yang diambil
dari nama botanis pohon aren, yaitu Arenga pinnata. Nata merupakan jenis
makanan penyegar atau pencuci mulut (food dissert) yang memegang andil yang
cukup berarti untuk kelangsungan fisiologi secara normal.

Di tahun 2015, sebanyak 380 pengrajin gula semut di Banjarnegara telah


terverifikasi dan setiap bulannya mampu menghasilkan sekitar 15 ton gula semut
10
Rusthamrin H Akuba, “Profil Aren” (Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain,
1993), h. 6

16
untuk selanjutnya diekspor ke Amerika Serikat dan pasar Eropa. Petani gula
semut di Semarang juga mendapat pesanan 200 ton perbulan untuk dikirim ke
Turki dan darin Lebak Banten sekitar 20-30 ton perbulan ke Australia.

Berdasarkan data statistik, Indonesia merupakan salah satu eksportir gula


semut dunia dengan pangsa mencapai 3%. Namun bila dilihat, ekspor gula semut
Indonesia memiliki tren tinggi mencapai di atas 20% dibandingkan dengan rataan
pertumbuhan ekspor gula semut dunia yang hanya 6%. Jumlah tersebut pada
kenyataannya dapat lebih besar lagi mengingat banyak negara non-produsen yang
menjadi pengekspor, contohnya negara-negara Eropa Barat yang menjadi gerbang
masuk Eropa lainnya dengan perdagangan intra-EU.

Jika dilihat dari neraca ekspor dan impor gula semut Indonesia, ekspor
mencapai 83% dari impor. Dengan demikian, Indonesia sebenarnya masih
merupakan net-importir untuk produk gula semut. Hal ini mengindikasikan, selain
peluang di luar negeri, masih ada peluang yang dapat terus digali di negeri
sendiri.11

E. Hirilisasi Produk Aren

Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat


modern dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi
peningkatan kemakmuran dan mobilitas perorangan yang belum pernah terjadi
sebelumnya pada sebagian besar penduduk dunia, terutama negara-negara maju.
Bagi negara-negara berkembang, industri sangat esensial untuk memperluas
landasan pembangunan dan memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus
meningkat. Banyak kebutuhan umat manusia hanya dapat dipenuhi oleh barang
dan jasa yang disediakan dari sektor industri.

Potensi aren untuk dikembangkan secara ekonomi tidak hanya pada


produknya yang bernilai tetapi juga pada penyerapan tenaga kerja dan tumbuhnya
industri rumah tangga di tingkat petani. Dengan demikian pengelolaan tumbuhan

11
Siska Fibriliani Sahat, “Peluang Ekspor Gula Semut”, dalam Warta Ekspor (Edisi Juni
2017), h. 8.

17
sampai pada pemungutan hasil dan produk akhir aren dari waktu kewaktu masih
dilakukan secara tradisional. Meskipun teknologi dan cara-cara baru yang dapat
dikembangkan dapat meningkatkan hasil panen masyarakat dan adanya temuan
produk akhir yang bernilai ekonomi lebih tinggi dapat meningkatkan daya Tarik
tumbuhan aren ini menjadi tumbuhan yang lebih berharga dengan demikian dapat
meningkatkan variasi produk dan penghasilan masyarakat.12

Kegiatan pemasaran dimulai dari pedagang pengumpul, dalam hal ini


pedagang pengumpul membeli langsung gula aren dan gula semut dari pengrajin
gula. Harga di tahap ini masih tergolong rendah dan harga yang diperoleh tiap
pengrajin berbeda-beda karna pengrajin hanya penerima harda dan tidak tau harga
pasar. Selanjutnya pengumpul menjual gula-gula tersebut ke tingkat pedagang
besar dengan harga yang lebih tinggi dibanding tahap awal, dengan tambahan
biaya transportasi dan marginal. Tahap selanjutnya pedagang besar akan menjual
gula-gula tersebut ke pedagang-pedagang eceran dan perusahaan untuk
melakukan ekspor dengan harga yang lebih mahal dibanding tahap kedua.

Awalnya pohon aren hanya diolah menjadi gula cetak yang bahan bakunya
nira. Akan tetapi seiring perkembangan industry, hampir seluruh bagian aren
diolah dan dimanfaatkan secara optimal. Sekarang banyak dijumpai gula cetak,
gula semut, cuka dan alkohol dari aren sampai kopi dari gula aren. Tepung
maizena juga makin banyak dipasaran, hal ini membuka peluang besar untuk
pemenuhan kebutuhan dalam dan luar negeri akan produk aren.

Faktor lingkungan eksternal yang mempengaruhi pengembangan


agroindustry gula semut aren yaitu :

1. Dukungan pemerintah setempat dan otonomi daerah dalam


pengembangan aren
2. Tingginya permintaan produk gula semut baik dari dalam maupun luar
negeri

12
Ditjen Perkebunan, Pengembangan Tanaman Aren di Indonesia. Prosding Seminar
Nasional Aren, Tandono. Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma lain, 9 Juni 2004

18
3. Perkembangan iptek dalam mendukung terbentuknya agroindustry
aren
4. Dibukanya MEA sebagai salah satu peluang dalam perdagangan
Internasional.
5. Nilai tambah dari produk turunan aren yaitu gula semut yang tinggi
6. Serta pameran yang diselenggarakan pemerintah untuk pemasaran gula
semut aren.13

F. Kendala-Kendala Empiris

Kendala utama dalam pengembangan aren adalah input teknologi yang


sangat minim, manajemen produksi, pengolahan dan pemasaran masih tradisional.
Diseminasi teknologi belum mencapai sebagian besar petani dan adanya dampak
negative prooduksi aren sebagai minuman keras. Sarana dan prasarana dalam
memproduksi gula aren, gula semut dan gula pasir masih tradisional sehingga
menyulitkan untuk menghasilkan gula dalam kualitas dan kuantitas yang banyak
untuk standar ekspor.

Rendahnya produktifitas aren karena kurangnya dana para petani dalam


pengembangan tanaman aren akibatnya aren belum dibudidayakan dengan baik,
masih memanfaatkan aren yang tumbuh secara alami di hutan dan membiarkan
proses pembibitan sampai pembuahan secara alami dengan memanfaatkan
kaedaan alam sekitr dan tidak ada pemupukan.

Dalam penyediaan bibit unggul, sampai saat ini belum ada varietas yang
dilepas. Penggunaan tanaman aren dalam kegiatan reboisasi hanya untuk zona
penyangga dan kegiatan penghijauan oleh dinas/instansi untuk konservasi, tetapi
belum memberdayakan petani sehingga tanaman tersebut belum mempunyai nilai
tambah dalam konservasi.

13
Nur Afni Evalia. “Strategi Pengembangan Agroindustri Gula Semut aren” dalam Jurnal
Manajemen dan Agribisnis, XII (1) : Maret 2015, h. 62

19
Kemampuan sumber daya manusia. Petugas dan petani terbatas karena
desiminasi inovasi teknologi dari lembaga-lembaga yang kompeten tidak sampai
kepada pemakaian/konsumen, kurangnya pengetahuan masyarakat dalam
pemanfaatan untuk menghasilkan nilai tambah dari aren tersebut serta
pendampingan lembaga-lembaga dari dinas terkait sangat minim.

G. Pendapatan dan Kontribusi Terhadap Perekonomian

Tanaman aren memiliki potensi ekonomi yang tinggi karena hampir semua
bagiannya dapat memberikan keuntungan finansial. Buahnya dapat dibuat kolang
kaling yang digemari oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Daunnya dapat
digunakan sebagai bahan baku kerajinan tangan dan bisa juga sebagai atap,
sedangkan akarnya dapat dijadikan bahan obat-obatan. Dari batangnya dapat
diperoleh ijuk dan lidi yang memiliki nilai ekonomis. Selain itu, batang usia muda
dapat diambil sagunya, sedangkan pada usia tua dapat dipakai sebagai bahan
furniture. Namun dari semua produk aren, nira aren yang berasal dari lengan
bunga jantan sebagai bahan untuk produksi gula aren dan tepung dari batang
adalah yang paling besar nilai ekonomisnya yang sangat berpengaruh besar pada
tingkat pendapatan masyarakat desa dan berpotensi ekspor.

Nilai tambah yang semakin besar atas produk pertanian khususnya


tanaman aren tentunya dapat berperan bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi
khususnya masyarakat pedesaan. Pertumbuhan ekonomi yang besar tentu saja
berdampak bagi peningkatan lapangan usaha dan pendapatan masyarakat yang
muara akhirnya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kecenderungan meningkatnya permintaan pasar akan produk-produk


agriindustri serta tersediaanya sumber daya alam yang cukup besar telah
memberikan harapan bahwa agroindustry ini cukup prospektif dan memiliki
potensi untuk menciptakan nilai tambah yang lebih besar terhadap pelaku
ekonomi. Disamping itu, pengembangan agroindustry akan secara langsung

20
berpengaruh pada penciptaan lapangan kerja dan pemerataan pendapatan
terbaik.14

Dengan hal ini, maka akan mengurangi pengangguran dan kemiskinan


karna meningkatnya pendapatan masyarakat dari produk aren dan pemanfaatn
nilai tambahnya secara maksimal, seperti gula semua yang diekspor berton-ton
tiap bulannya keluar negeri. Dalam jangka panjang, jika aren diolah dan
dikembangkan dengan teknologi-teknologi yang lebih modern akan menambah
kualitas dan kuantitas ekspor gula aren, gula semut bahkan tepung maizena maka
kesejahteraan akan meningkat dan pendapatan negara bertambah dari gula semut
yang di ekspor tiap tahunnya.

Berdasarkan data Dit. Dagang Kecil Menengah dan Produk Dalam Negeri,
Kemendag, permintaan pasar untuk produk gula semut Indonesia mencapai 400
ton yang terdiri dari permintaan dalam negeri dan luar negeri. Permintaan
domestik sendiri mencapai 20 ton per bulan, sedangkan kapasitas produksi
nasional hanya di kisaran 5 – 10 ton per bulan. Dengan demikian, walaupun masih
berorientasi ekspor karena dianggap lebih menguntungkan, namun pasar dalam
negeri pun masih terus berkembang.
Pengembangan gula semut menjadi sangat penting dan strategis secara
nasional karena selain membuka lapangan pekerjaan, membangun daerah
pedesaan, mendatangkan devisa dari ekspor juga dapat mengurangi
ketergantungan impor gula putih pasir dan rafinasi untuk industri yang sebagian
besar masih impor. Dari sisi usaha, tingkat persaingan untuk produksi gula semut
pun masih tergolong rendah karena struktur usahanya masih longgar, belum
banyak pengusaha dan produksi dibandingkan permintaannya. Dengan demikian,
wirausahawan, dan pengusaha diharapkan dapat meraih peluang yang masih
terbuka lebar ini. baik untuk ekspor, maupun untuk kebutuhan domestik, pilihan
usaha tetap terbayang berbuah manis.15

14
Buchari Alma. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, (Bandung : Alfabeta,
2000), h. 27
15
Siska Fibriliani Sahat, Peluang Ekspor Gula Semut, h. 9

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Aren (Arenga pinnata) merupakan tumbuhan yang memiliki manfaat


hampir pada seluruh bagiannya. Aren dapat dimanfaatkan sebagai tumbuhan
penghasil nira yang dijadikan bahan pembuatan gula aren, bahan campuran
makanan dan minuman (kolang-kaling), sumber energi terbarukan (bioetanol),
sumber karbohidrat (tepung), bahan bangunan (batang) dan sebagai tumbuhan
konservasi untuk lahan kritis. Selain itu aren juga dikenal sebagai penghasil gula
semut. Tanaman aren sngat cocok pada lahan yang landau dengan kondisi
agroklimat yang beragam terutama daerah pegunungan dengan curah hujan yang
cukup tinggi dengan jenis tanah yang mempunyai tekstur liat berpasir.

Kendala utama dalam pengembangan aren adalah input teknologi yang


sangat minim, manajemen produksi, pengolahan dan pemasaran masih tradisional.
Ada delapan faktor strategis yang mempengaruhi pengembangan aren
berkelanjutan yaitu : Ketersediaan Teknologi, Tenaga Pembina, Pelatihan Petani,
Dukungan Kebijakan, Luas Kebun Petani, Ketrampilan Petani,Kelembagaan
Petani dan Produksi Dan Produktivitas

Nilai tambah yang semakin besar atas produk pertanian khususnya


tanaman aren tentunya dapat berperan bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi
khususnya masyarakat pedesaan. Pertumbuhan ekonomi yang besar tentu saja
berdampak bagi peningkatan lapangan usaha dan pendapatan masyarakat yang
muara akhirnya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Negara-negara yang membutuhkan gula aren dari Indonesia adalah Arab


Saudi, Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Jepang dan Kanada. Produk-
produk dari nira aren yang dihasilkan melalui proses fermentasi antara lain nata
pinnata, cuka dan alkohol.

22
Jika dilihat dari neraca ekspor dan impor gula semut Indonesia, ekspor
mencapai 83% dari impor. Dengan demikian, Indonesia sebenarnya masih
merupakan net-importir untuk produk gula semut. Hal ini mengindikasikan, selain
peluang di luar negeri, masih ada peluang yang dapat terus digali di negeri sendiri.

Pengembangan gula semut menjadi sangat penting dan strategis secara


nasional karena selain membuka lapangan pekerjaan, membangun daerah
pedesaan, mendatangkan devisa dari ekspor juga dapat mengurangi
ketergantungan impor gula putih pasir dan rafinasi untuk industri yang sebagian
besar masih impor.

B. Saran

Dengan potensi dan luas tanaman aren yang dimiliki diharapkan petani
dan pemerintah terkait secara maksimal dalam pemanfaatan tanman aren sehingga
dapat menambah nilai tambah ekonomi, mulai membudidayakan tanaman aren
dan melakukan pembibitan untuk persiapan pohon aren pengganti dan melakukan
perawatan terhadap pohon aren.

Dan sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan petani aren karena


prospek tanaman aren sangat baik kedepannya untuk meningkatkan pendapatan
daerah. Pembekalan pengetahuan/keterampilan dan penyuluhan kepada petani
agar mampu menghasilkan dan meningkatkan nilai tambah gula aren. Penyediaan
bibit unggul dan kerja sama yang baik antara petani dan dinasr-dinas terkait.

23
DAFTAR PUSTAKA

Afni Evalia, Nur. “Strategi Pengembangan Agroindustri Gula Semut aren” dalam
Jurnal Manajemen dan Agribisnis, XII (1) : Maret 2015
Akuba, Rusthamrin H, “Profil Aren” (Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan
Palma Lain, 1993)
Alam, Syamsu dan Djafar Baco. “Peluang Pengembangan dan Pemanfaatan
Tanaman Aren di Sulawesi Utara” dalam Prosiding Seminar Nasional Aren, Juni
2004
Alfred P, et.al., “Analisis Usaha Tani Aren di Kota Tomoha, Sulawesi Utara”
dalam Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, XIV (1), Februari 2018
Alma, Buchari. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Bandung :
Alfabeta, 2000
Ditjen Perkebunan, Pengembangan Tanaman Aren di Indonesia. Dalam Prosding
Seminar Nasional Aren, Tandono. Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma
lain, 9 Juni 2004
Effendi. Prospek Pengembangan Tanaman Aren Mendukung Kebutuhan
Bioetanol di Indonesia. Dalam Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan,
2010
Fhitri Srena, Mona. “Potensi dan Pemanfaatan Aren Oleh Masyarakat di Sekitar
Kawasan Taman Nasional Batang Gadsi” (Skripsi, Fakultas Kehutanan USU,
2018)
Fibriliani Sahat, Siska “Peluang Ekspor Gula Semut”, dalam Warta Ekspor (Edisi
Juni 2017)
Hardiansyah, Muhammad “Analisis Pengolahan dan Nilai Tambah Tanaman Aren
di Huta Sijambei Nagori Talun Kondot” (Skripsi, Fakultas Kehutanan USU, 2017)
Lampang, Mody. “Pohon Aren dan Manfaat Produksinya” dalam Info Teknis
EBONI, Vol 9 : 37-54, Oktober 2012
Syakir, M dan Elna Karmawati. Tanaman Perkebunan Penghasilan BBN, Jakarta
: Raja Grapindo, 2009

24

Anda mungkin juga menyukai