Disusun Oleh
2020
KATA PENGANTAR
Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis tidak terlepas dari berbagai
hambatan dalam penyelesaiannya. Namun berkat karunia-Nya dan bantuan dari
semua pihak serta usaha yang maksimal, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
tugas ini dengan baik. Atas bantuan tersebut, penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Bapak Aswin Pratama Harahap, M. Hut, M.SE
selaku dosen pembimbing mata kuliah Ekonomi Pertanian.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .......................................................................................... 22
B. Saran ..................................................................................................... 23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Mona Fhitri Srena, “Potensi dan Pemanfaatan Aren Oleh Masyarakat di Sekitar
Kawasan Taman Nasional Batang Gadsi” (Skripsi, Fakultas Kehutanan USU, 2018), h. 1-2.
1
Pada prinsipnya, pengembangan tanaman aren di Indonesia sangat
prospektif. Di samping dapat memenuhi kebutuhan konsumsi di dalam negeri atas
produk-produk yang berasal dari pohon aren, dapat juga meningkatkan
penyerapan tenaga kerja, penghasilan petani, pendapatan negara, dan dapat pula
melestarikan sumberdaya alam serta lingkungan hidup. Oleh karenanya
dibutuhkan pemikiran-pemikiran sebagai landasan kebijakan berupa langkah
nyata, yaitu inventarisasi potensi pohon aren, pengembangan tanaman aren,
peningkatan pemanfaatan dan pengolahan baik bagian fisik maupun produksi
pohon aren.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja produk dan nilai tambah yang dihasilkan dari aren?
2. Apa kendala dalam pemanfaatan dan pengembangan aren?
3. Bagaimana pendapatan dan kontribusi aren dalam perekonomian?
4. Bagaimana hirilisasi dan tren pasar produk aren?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui produk dan nilai tambah yang dihasilkan tumbuhan
aren
2. Untuk mengetahui kendala dalam pemanfaatan dan pengembangan
tumbuhan aren
2
3. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi tumbuhan aren dalam
perekonomian
4. Untuk mengetahui hirilisasi dan tren pasar produk dari tumbuhan aren
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber referensi dalam
menambah pengetahuan dan bahan acuan bagi karya ilmiah sejenis di
masa yang akan datang.
b. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperkaya kajian agrobisnis,
terutama mengenai kajian pemanfaatan aren.
2. Kajian Praktis
a. Kajian ini diharapkan bermanfaat sebagai referensi bagi pemerintah
dalam menetapkan kebijakan dan strategi pengembangan industri kecil
yang sudah terbentuk, khususnya agroindustri aren dan merangkum
menjadi lebih baik.
b. Sebagai referensi bagi investor yang tertarik untuk pengembangan
industri aren.
c. Bagi penulis sendiri, penelitian ini merupakan sarana pengembangan
wawasan dan pengembangan kemampuan analitis terhadap masalah-
masalah praktis yang ada khususnya di bidang strategi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. TANAMAN AREN
1. Morfologi Pohon Aren
Permukaan batang ditutupi oleh serat ijuk berwarna hitam yang berasal
dari dasar tangkai daun. Daun: pinnate, hingga 8 m panjang, anak daun divaricate,
panjangnya 1 m atau lebih, jumlahnya 100 atau lebih pada masing-masing sisi,
dasar daun 2 auriculate, ujung daun lobes, dan kadang-kadang bergerigi,
permukaan atas hijau berdaging, bagian bawah putih dan bertepung. Pohon aren
mempunyai tajuk (kumpulan daun) yang rimbun. Daun aren muda selalu berdiri
tegak di pucuk batang, daun muda yang masih tergulung lunak seperti kertas.
Pelepah daun melebar di bagian pangkal dan menyempit ke arah pucuk. Susunan
anak daun pada pelepah seperti duri-duri sirip ikan, sehingga daun aren disebut
bersirip. Oleh karena pada ujungnya tidak berpasangan lagi daun aren disebut
bersirip ganjil.
Pada bagian pangkal pelepah daun diselimuti oleh ijuk yang berwarna
hitam kelam dan dibagian atasnya berkumpul suatu massa yang mirip kapas yang
berwarna cokelat, sangat halus dan mudah terbakar. Massa yang menempel pada
pangkal pelepah daun aren tersebut dikenal dengan nama kawul (Jawa barat),
baruk (Tana Toraja) dan beru (Bugis). Bunga aren jantan dan betina berpisah,
besar, tangkai perbungaan muncul dari batang, panjangnya 1-1,5 m masing-
masing pada rachille. Bunga aren berbentuk tandan dengan malai bunga yang
4
menggantung. Bunga tersebut tumbuh pada ketiak-ketiak pelepah atau ruas-ruas
batang bekas tempat tumbuh pelepah.
Buah aren terbentuk dari penyerbukan bunga jantan pada bunga betina.
Penyerbukan aren diduga tidak dilakukan oleh angina tetapi oleh serangga.
Apabila proses penyerbukan berjalan baik maka akan dihasilkan buah yang lebat.
Buah aren tumbuh bergelantungan pada tandan yang bercabang dengan panjang
sekitar 90 cm. Untuk pohon aren yang pertumbuhannya baik, bisa terdapat 4-5
tandan buah. Buah aren termasuk buah buni, bentuknya bulat, ujung tertoreh, 4x5
cm, sesil dan terdapat 3 bractea yang tebal, secara rapat berkumpul sepanjang
tangkai perbungaan, berwarna hijau, buah masak warna kuning, terdapat 3 biji
keras.
2
M Syakir dan Elna Karmawati. Tanaman Perkebunan Penghasilan BBN, (Jakarta : Raja
Grapindo, 2009), h. 3
5
Aren memiliki daya adaptasi yang baik terhadap berbagai kondisi lahan
dan agroklimat, dan toleransi tinggi dalam pola tanam campuran, termasuk
dengan tanaman berkayu serta cepat tumbuh karna memiliki akar banyak dan
tajuk lebat. Untuk mengatasi peningkatan luas dan jumlah kawasan lahan miskin
di Indonesia dengan laju yang semakin tinggi dibutuhkan tanaman seperti aren.
Factor produksi tumbuhan aren yaitu bahan baku nira aren, jumlah tenaga kerja
(SDM), dan jumlah bahan bakar mempengaruhi produksi gula aren.
a. Ketersediaan Teknologi
b. Tenaga Pembina
c. Pelatihan Petani
d. Dukungan Kebijakan
e. Luas Kebun Petani
f. Ketrampilan Petani
g. Kelembagaan Petani
h. Produksi Dan Produktivitas
6
yang kuat terhadap faktor lainnya, tetapi ketergantungannya kepada faktor lain
relatif lemah. Sementara itu faktor-faktor luas kebun petani, ketrampilan petani,
kelembagaan petani dan produksi serta produktivitas merupakan faktor
penghubung dalam sistem agribisni karet karena mempunyai pengaruh yang kuat
kepada faktor lainnya dan juga mempunyai ketergantungan yang kuat terhadap
faktor lainnya.
Agroekosistem atau factor biofisik seperti tanah dan iklim dapat menjadi
peluang atau kendala dalam pengembangan suatu komoditas. Menurut Mulyani
dan Las, Indonesia memiliki sumber daya lahan yang luas untuk pengembangan
komoditas pertanian. Dengan luas dataran 188,20 juta ha yang terdiri atas 148 juta
ha lahan kering dan 40,20 juta ha lahan basah memungkinkan untuk pengusahaan
berbagai tanaman, termasuk tanaman peghasil biofuel seperti bioethanol.
Beberapa tanaman penghasil biofuel adalah kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, ubi
kayu, ubi jalar, tebu, sorgum, aren, nipah dan lontar.
Tanaman aren di Papua dan Sumatera Utara serta di beberapa daera sentra
tumbuh secara alami dengan jarak tumbuh yang tidak teratur. Aren yang
7
dieksploitasi atau diusahakan petani umumnya yang tumbuh di kebun petani
secara alami bersama dengan tanaman lain atau yang tumbuh di hutan-hutan
produksi. Setelah tanaman mati secara alami, pemulihan populasi juga terjadi
secara alami dengan sedikit campur tangan manusia berupa penjarangan apabila
tanaman tumbuh berumpun.
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa: (1) potensi areal tanaman aren
belum diketahui dengan pasti; (2) data areal aren tidak menunjukkan potensi aren
yang sebenarnya; (3) pertanaman aren tidak kompak, menyebar secara sporadis;
(4) aren umumnya belum dibudidayakan, pemulihan populasi terjadi secara alami;
dan (5) luas areal aren relatif kecil untuk memiliki peran ekonomi yang signifikan
secara regional dan nasional.
4. Syarat Tumbuh
Tanaman aren dapat tumbuh di dekat pantai sampai pada dataran tinggi,
tetapi tumbuh baik pada ketinggian 500-1.200 M dpl, pada kisaran ketinggian
tersebut lahan tidak kekurangan air tanah dan tidak tergenang oleh banjir
permukaan. Tanaman aren sngat cocok pada lahan yang landau dengan kondisi
agroklimat yang beragam terutama daerah pegunungan dengan curah hujan yang
cukup tinggi dengan jenis tanah yang mempunyai tekstur liat berpasir.
Aren merupakan salah satu keluarga palma yang memiliki potensi nilai
ekonomi yang tinggi untuk dikembangkan dan dimanfaatkan dan dapat tumbuh
subur di wilayah tropis seperti Indonesia. Tumbuhan ini tumbuh tersebar dan
sebagian besar populasinya masih merupakan tumbuhan liar yang hidup subur dan
tersebar secara alami pada berbagai tipe hutan.3
3
M Syakir dan Elna Karmawati. Tanaman Perkebunan Penghasilan BBN, h. 10
8
makanan dan minuman (kolang-kaling), sumber energi terbarukan (bioetanol),
sumber karbohidrat (tepung), bahan bangunan (batang) dan sebagai tumbuhan
konservasi untuk lahan kritis. Selain itu aren juga dikenal sebagai penghasil gula
semut.
1. Buah
Buah aren didapat dari pemanfaatan bunga betina, bunga betina di kenali
dengan ciri-ciri buah berwarna putih kehijaun dan berukuran lebih kecil dari
bunga jantan. Buah aren berupa buah buni, yaitu buah yang berair tanpa dinding
dalam yang keras. Bentuknya bulat lonjong, bergaris tengah 4 cm. Tiap buah aren
mengandung tiga biji. Buah aren yang setengah masak, kulit bijinya tipis, lembek
dan berwarna kuning. Inti biji (endosperm) berwarna putih agak bening dan lunak.
Endosperma buah aren berupa protein albumin yang lunak dan putih seperti kaca
kalau masih muda Inti biji inilah yang disebut kolang-kaling dan biasa digunakan
sebagai bahan makanan.4
4
Mody Lampang. “Pohon Aren dan Manfaat Produksinya” dalam Info Teknis EBONI, Vol 9
: 37-54, Oktober 2012, h. 45.
9
Dari segi komposisi kimia, kolang-kaling memiliki nilai gizi sangat
rendah, akan tetapi serat kolang kaling baik sekali untuk kesehatan. Serat kolang-
kaling dan serat dari bahan makanan lain yang masuk ke dalam tubuh
menyebabkan proses pembuangan air besar teratur sehingga bisa mencegah
kegemukan (obesitas), penyakit jantung koroner, kanker usus, dan penyakit
kencing manis.
2. Nira
5
Ibid, h. 47
10
masih segar digunakan untuk obat sariawan, TBC, disentri, wasir dan untuk
memperlancar buang air besar. Nira aren yang telah mengalami fermentasi
(peragian) berubah menjadi tuak. Tuak dari hasil fermentasi nira aren juga
berguna sebagai perangsang haid dan cukup ampuh untuk melawan radang paru-
paru dan mejan.
Selain sebagai minuman, nira aren segar juga terutama digunakan sebagai
bahan baku pengolahan gula aren. Pengolahan nira secara langsung setelah
diturunkan dari pohon menghasilkan gula 104,8 gram per liter nira atau rendemen
produksi 10,48%. Pengolahan langsung nira menghasilkan gula aren yang
berwarna coklat kemerahan, sifat lebih solid dan memiliki rasa lebih manis.
Sedangkan nira yang terlambat diolah akan menghasilkan gula yang berwarna
kekuningan, lunak atau tidak mengeras sehingga tidak dapat dicetak. Sampai saat
ini produk utama pohon aren adalah gula aren. Produk ini sudah dikenal
masyarakat umum.
11
Gula aren terdapat dalam tiga bentuk yaitu gula cetak (kerekan), gula pasir
dan gula semut. Gula cetak pada umumnya memiliki bentuk sesuai bentuk cetakan
yang digunakan, dengan cara memasak nira hasil sadapan sampai kental dan
melakukan pengadukan agar gula tidak meluap serta dicetak ketika sedang panas.
Gula pasir adalah gula aren yang dikristalkan kecil-kecil seperti pasir dan
berwarna merah. Gula semut merupakan jenis gula yang dibuat dari nira dengan
bentuk serbuk atau kristal dan berwarna kuning kecokelatan sampai coklat. Gula
semut mirip dengan gula pasir (aren), akan tetapi ukurannya lebih besar sedikit
dari pada gula pasir.
Gula aren cair atau sirup aren ini di daerah Mandailing disebut tengguli
(gula mangkok) yang diproduksi dan diberikan antara lain kepada perusahaan-
perusahaan pembakaran roti. Pada waktu musim hujan nira aren di daerah tersebut
hanya khusus dibuat tengguli, karena gula aren balok (cetak) sangat hygroskopis
sehingga cepat menjadi lunak dan meleleh. Sedangkan pada musim kering apabila
nira tidak banyak mengalir, tetapi dalam pada itu didapatkan nira yang berkadar
gula tinggi, maka lebih disukai untuk membuat balok-balok gula.
3. Tepung
Batang aren terdiri dari dua bagian yaitu bagian luar (perifer) yang
berwarna hitam dan keras serta bagian sentral (empulur) yang berwarna putih dan
lunak. Tepung (pati) yang diperoleh dari ekstraksi bagian sentral batang biasanya
dilakukan setelah pohon tidak lagi produktif menghasilkan nira. Empulur batang
aren berkadar tepung 48,9% (Ismanto etal.,1995). Akan tetapi setiap pohon aren
menghasilkan tepung yang bervariasi.
Di Indonesia dari setiap batang pohon aren dapat diperoleh tepung antara
60-70 kg. Namun menurut Ismanto setiap batang aren menghasilkan 100-150 kg
tepung. Di dalam pemasaran tepung aren dikenal dengan istilah ” hun kwe ” dan
tepung maizena, dimana tepung-tepung ini mengandung lebih dari 85% tepung
aren. Tepung aren tersebut banyak dipakai untuk bahan makanan antara lain kue,
12
cendol, bakso, bakmie (mie), bihun, sohun dan hun kwe yang menjadi nilai
tambah.
4. Aspek Konservasi
6
Syamsu Alam dan Djafar Baco. “Peluang Pengembangan dan Pemanfaatan Tanaman
Aren di Sulawesi Utara” dalam Prosiding Seminar Nasional Aren, Juni 2004, h. 19-20
13
C. Nilai Tambah Tanaman Aren
Produk gula semut adalah gula aren berbentuk serbuk, beraroma khas, dan
berwarna kuning kecoklatan. Proses pengolahan gula semut sama dengan
pengolahan gula cetak. Pada pengolahan gula semut setelah diperoleh nira kental,
dilanjutkan dengan pendinginan dan pengkristalan. Pengkristalan dilakukan dengan
cara pengadukan menggunakan garpu kayu. Pengadukan dilakukan secara perlahan-
lahan, dan makin lama makin cepat hingga terbentuk serbuk gula. Gula semut ini
telah dipasarkan secara luas dengan berbagai merek. Umumnya gula aren
diproduksi dalam bentuk gula cetak yang disebut juga sebagai gula padat, akan
tetapi ada juga yang diproduksi dalam bentuk gula cair.8
Perlakuan terhadap bahan baku nira aren sampai menjadi gula cetak, gula
pasir dan gula semut merupakan perlakuan yang diharapkan dapat menambah
nilai tambah. Selain gula aren, gula semut dan nata pinnata, nilai tambah dari nira
dapat juga digunakan untuk menghasilkan minuman beralkohol melalui proses
fermentasi. Proses fermentasi yang terjadi dalam pembuatan minuman beralkohol
biasanya berlangsung secara spontan oleh adanya aktifitas organisme yang ada
dalam nira itu sendiri. Mikroorganisme yang dominan dalam fermentasi nira
adalah Saccharomyces cerevisae, disamping jenis khamir yang lain seperti
Schizosaccharomyces sp dan Candida sp serta beberapa jenis bakteri.
7
Muhammad Hardiansyah, “Analisis Pengolahan dan Nilai Tambah Tanaman Aren di
Huta Sijambei Nagori Talun Kondot” (Skripsi, Fakultas Kehutanan USU, 2017), h. 24-25
8
Alfred P, et.al., “Analisis Usaha Tani Aren di Kota Tomoha, Sulawesi Utara” dalam Jurnal
Sosial Ekonomi Pertanian, XIV (1), Februari 2018, h. 91
14
Selain itu dapat juga dilakukan proses fermentasi buatan. Biasanya nira
akan dibiarkan fermentasi 1-2 hari agar didapat kandungan etanol yang tinggi.
Rasa nira akan berubah dari manis menjadi asam, nira aren akan mengalami
proses destilasi secara sederhana. Biasanya tungku pemasakan alcohol
menggunakan drum bekas, sedangkan pipa-pipa uang menggunakan bambu yang
disusun sedemikian rupa sehingga dapat mengembukan uang panas yang
menganduk etanol.
Cuka dapat juga diperoleh melalui proses fermentasi berlanjut dari nira
aren, dimana lama kelamaan alkohol dalam nira aren akan terurai dan terbentuk
menjadi cuka (asam asetat). Jika pebuatan alkohol dari nira dilakukan dalam
wadah tertutup, sebaliknya pembuatan cuka justru dilakukan di dalam wadah
terbuka dan setelah 8 hari seluruh nira sudah berubah menjadi cuka.9 Ijuk, daun
dan batang pohon aren juga bisa digunakan sebagai furniture atau kerajianan.
D. Tren Pasar
Selain dijual untuk konsumsi langsung, gula merah yang meliputi gula
aren, gula kelapa, gula lontar juga digunakan sebagai bahan baku industri. Jumlah
kelompok industri berskala sedang dan skala besar yang menggunakan bahan
baku gula merah mencapai 18 kelompok industri. Industri-industri yang terbesar
menggunakan bahan baku gula merah berturut-turut adalah industri kecap,
pengawetan sayur-sayuran, industri rokok kretek, industri kopi goreng, industri
kopi bubuk dan industri kue-kue basah.
9
Effendi. Prospek Pengembangan Tanaman Aren Mendukung Kebutuhan Bioetanol di
Indonesia. Dalam Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010, h. 36-40
15
Permintaan gula merah sebagai bahan baku industri meningkat di 14
industri selang 1997-1999. Peningkatan terbesar terjadi pada industri makanan
(1.92%), industry coklat bubuk (1.71%), industri kopi bubuk (1.46%), industri
pengawetan sayur-sayuran (1.84%) dan industri kue basah (2.01%). Industri-
industri yang mengalami penurunan permintaan yaitu industri kecap (10.43%),
industri rokok kretek (0.047%), industry pengeringan dan pengolahan tembakau
(0.01%) dan industri minuman malt (0.01%). Produk aren yang diperdagangkan
dalam negeri yaitu gula aren sebanyak 27.682 ton pada tahun 2002. Produk
lainnya adalah kolang kaling dan sapu ijuk.10
16
untuk selanjutnya diekspor ke Amerika Serikat dan pasar Eropa. Petani gula
semut di Semarang juga mendapat pesanan 200 ton perbulan untuk dikirim ke
Turki dan darin Lebak Banten sekitar 20-30 ton perbulan ke Australia.
Jika dilihat dari neraca ekspor dan impor gula semut Indonesia, ekspor
mencapai 83% dari impor. Dengan demikian, Indonesia sebenarnya masih
merupakan net-importir untuk produk gula semut. Hal ini mengindikasikan, selain
peluang di luar negeri, masih ada peluang yang dapat terus digali di negeri
sendiri.11
11
Siska Fibriliani Sahat, “Peluang Ekspor Gula Semut”, dalam Warta Ekspor (Edisi Juni
2017), h. 8.
17
sampai pada pemungutan hasil dan produk akhir aren dari waktu kewaktu masih
dilakukan secara tradisional. Meskipun teknologi dan cara-cara baru yang dapat
dikembangkan dapat meningkatkan hasil panen masyarakat dan adanya temuan
produk akhir yang bernilai ekonomi lebih tinggi dapat meningkatkan daya Tarik
tumbuhan aren ini menjadi tumbuhan yang lebih berharga dengan demikian dapat
meningkatkan variasi produk dan penghasilan masyarakat.12
Awalnya pohon aren hanya diolah menjadi gula cetak yang bahan bakunya
nira. Akan tetapi seiring perkembangan industry, hampir seluruh bagian aren
diolah dan dimanfaatkan secara optimal. Sekarang banyak dijumpai gula cetak,
gula semut, cuka dan alkohol dari aren sampai kopi dari gula aren. Tepung
maizena juga makin banyak dipasaran, hal ini membuka peluang besar untuk
pemenuhan kebutuhan dalam dan luar negeri akan produk aren.
12
Ditjen Perkebunan, Pengembangan Tanaman Aren di Indonesia. Prosding Seminar
Nasional Aren, Tandono. Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma lain, 9 Juni 2004
18
3. Perkembangan iptek dalam mendukung terbentuknya agroindustry
aren
4. Dibukanya MEA sebagai salah satu peluang dalam perdagangan
Internasional.
5. Nilai tambah dari produk turunan aren yaitu gula semut yang tinggi
6. Serta pameran yang diselenggarakan pemerintah untuk pemasaran gula
semut aren.13
F. Kendala-Kendala Empiris
Dalam penyediaan bibit unggul, sampai saat ini belum ada varietas yang
dilepas. Penggunaan tanaman aren dalam kegiatan reboisasi hanya untuk zona
penyangga dan kegiatan penghijauan oleh dinas/instansi untuk konservasi, tetapi
belum memberdayakan petani sehingga tanaman tersebut belum mempunyai nilai
tambah dalam konservasi.
13
Nur Afni Evalia. “Strategi Pengembangan Agroindustri Gula Semut aren” dalam Jurnal
Manajemen dan Agribisnis, XII (1) : Maret 2015, h. 62
19
Kemampuan sumber daya manusia. Petugas dan petani terbatas karena
desiminasi inovasi teknologi dari lembaga-lembaga yang kompeten tidak sampai
kepada pemakaian/konsumen, kurangnya pengetahuan masyarakat dalam
pemanfaatan untuk menghasilkan nilai tambah dari aren tersebut serta
pendampingan lembaga-lembaga dari dinas terkait sangat minim.
Tanaman aren memiliki potensi ekonomi yang tinggi karena hampir semua
bagiannya dapat memberikan keuntungan finansial. Buahnya dapat dibuat kolang
kaling yang digemari oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Daunnya dapat
digunakan sebagai bahan baku kerajinan tangan dan bisa juga sebagai atap,
sedangkan akarnya dapat dijadikan bahan obat-obatan. Dari batangnya dapat
diperoleh ijuk dan lidi yang memiliki nilai ekonomis. Selain itu, batang usia muda
dapat diambil sagunya, sedangkan pada usia tua dapat dipakai sebagai bahan
furniture. Namun dari semua produk aren, nira aren yang berasal dari lengan
bunga jantan sebagai bahan untuk produksi gula aren dan tepung dari batang
adalah yang paling besar nilai ekonomisnya yang sangat berpengaruh besar pada
tingkat pendapatan masyarakat desa dan berpotensi ekspor.
20
berpengaruh pada penciptaan lapangan kerja dan pemerataan pendapatan
terbaik.14
Berdasarkan data Dit. Dagang Kecil Menengah dan Produk Dalam Negeri,
Kemendag, permintaan pasar untuk produk gula semut Indonesia mencapai 400
ton yang terdiri dari permintaan dalam negeri dan luar negeri. Permintaan
domestik sendiri mencapai 20 ton per bulan, sedangkan kapasitas produksi
nasional hanya di kisaran 5 – 10 ton per bulan. Dengan demikian, walaupun masih
berorientasi ekspor karena dianggap lebih menguntungkan, namun pasar dalam
negeri pun masih terus berkembang.
Pengembangan gula semut menjadi sangat penting dan strategis secara
nasional karena selain membuka lapangan pekerjaan, membangun daerah
pedesaan, mendatangkan devisa dari ekspor juga dapat mengurangi
ketergantungan impor gula putih pasir dan rafinasi untuk industri yang sebagian
besar masih impor. Dari sisi usaha, tingkat persaingan untuk produksi gula semut
pun masih tergolong rendah karena struktur usahanya masih longgar, belum
banyak pengusaha dan produksi dibandingkan permintaannya. Dengan demikian,
wirausahawan, dan pengusaha diharapkan dapat meraih peluang yang masih
terbuka lebar ini. baik untuk ekspor, maupun untuk kebutuhan domestik, pilihan
usaha tetap terbayang berbuah manis.15
14
Buchari Alma. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, (Bandung : Alfabeta,
2000), h. 27
15
Siska Fibriliani Sahat, Peluang Ekspor Gula Semut, h. 9
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
22
Jika dilihat dari neraca ekspor dan impor gula semut Indonesia, ekspor
mencapai 83% dari impor. Dengan demikian, Indonesia sebenarnya masih
merupakan net-importir untuk produk gula semut. Hal ini mengindikasikan, selain
peluang di luar negeri, masih ada peluang yang dapat terus digali di negeri sendiri.
B. Saran
Dengan potensi dan luas tanaman aren yang dimiliki diharapkan petani
dan pemerintah terkait secara maksimal dalam pemanfaatan tanman aren sehingga
dapat menambah nilai tambah ekonomi, mulai membudidayakan tanaman aren
dan melakukan pembibitan untuk persiapan pohon aren pengganti dan melakukan
perawatan terhadap pohon aren.
23
DAFTAR PUSTAKA
Afni Evalia, Nur. “Strategi Pengembangan Agroindustri Gula Semut aren” dalam
Jurnal Manajemen dan Agribisnis, XII (1) : Maret 2015
Akuba, Rusthamrin H, “Profil Aren” (Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan
Palma Lain, 1993)
Alam, Syamsu dan Djafar Baco. “Peluang Pengembangan dan Pemanfaatan
Tanaman Aren di Sulawesi Utara” dalam Prosiding Seminar Nasional Aren, Juni
2004
Alfred P, et.al., “Analisis Usaha Tani Aren di Kota Tomoha, Sulawesi Utara”
dalam Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, XIV (1), Februari 2018
Alma, Buchari. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Bandung :
Alfabeta, 2000
Ditjen Perkebunan, Pengembangan Tanaman Aren di Indonesia. Dalam Prosding
Seminar Nasional Aren, Tandono. Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma
lain, 9 Juni 2004
Effendi. Prospek Pengembangan Tanaman Aren Mendukung Kebutuhan
Bioetanol di Indonesia. Dalam Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan,
2010
Fhitri Srena, Mona. “Potensi dan Pemanfaatan Aren Oleh Masyarakat di Sekitar
Kawasan Taman Nasional Batang Gadsi” (Skripsi, Fakultas Kehutanan USU,
2018)
Fibriliani Sahat, Siska “Peluang Ekspor Gula Semut”, dalam Warta Ekspor (Edisi
Juni 2017)
Hardiansyah, Muhammad “Analisis Pengolahan dan Nilai Tambah Tanaman Aren
di Huta Sijambei Nagori Talun Kondot” (Skripsi, Fakultas Kehutanan USU, 2017)
Lampang, Mody. “Pohon Aren dan Manfaat Produksinya” dalam Info Teknis
EBONI, Vol 9 : 37-54, Oktober 2012
Syakir, M dan Elna Karmawati. Tanaman Perkebunan Penghasilan BBN, Jakarta
: Raja Grapindo, 2009
24