Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT.atas segala rahmatnya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkotribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca.bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca paham dan
terapakan dalam kehidupan sehari-hari.terutama bagi calon pemimpin.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan informasi yang kami dapatkan. untuk itu
kami sangat mengharapakan kritik dan saran yang dapat membangun dan meyempurnakan
makalah ini.

Pringgarata, 16 Agustus 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI
..
Kata pengantar........................................................................................i
Daftar isi..................................................................................................ii
BAB l PENDAHULUAN
A. Latar belakang....................................................................................1
B. Rumusan masalah...............................................................................1
C. Tujuan masalah...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
1. Definisi Dari Sektor Pertanian Dan Sektor Industri........................4
2. Kontribusi Sektor Pertanian Bagi Perekonomian Indonesia..............6
3. Peranan Sektor Pertanian Dan Sektor Industri..................................8
4. Kendala Dalam Pengembangan Sektor Pertanian.............................10
BAB lll KESIMPULAN
A. Kesimpulan........................................................................................14
Daftar Pustaka......................................................................................15

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian dalam
menopang pembangunaan juga sebagai sumber mata pencaharian masyarakatnya. Sektor
pertanian sendiri sebagai penyedia pangan bagi sebagian besar penduduk di negara
berkembang termasuk Indonesia, juga sebagai lapangan kerja yang tersedia secara luas bagi
hampir seluruh angkatan kerja. Sektor pertanian juga sebagai penyedia bahan baku bagi
sektor industry yang kini sedang berkembang pesat dan berkontribusi besar terhadap
pertumbuhan PDRB, sehingga sektor ini dianggap sangat dominan peranannya bagi
perekonomian Indonesia.

Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam meningkatkan
mutu sumber daya manusia dan kemampuannya untuk memanfaatkan sumber daya alam dan
sumber daya lainnya seoptimal mungkin. Industri mempunyai peranan sebagai pemimpin
dalam sektor perekonomian (leading sector). Leading sector ini maksudnya adalah dengan
adanya pembangunan industri maka akan memacu dan mengangkat pembangunan
perekonomian sektor-sektor lainnya, termasuk sektor pertanian. Pertumbuhan sektor industri
yang pesat dianggap dapat merangsang pertumbuhan sector pertanian untuk menyediakan
bahan baku bagi sektor industri sehingga keduanya saling menopang dalam perekonomian
(Arsyad, 1999).

Sebagai suatu strategi yang mampu meningkatkan produktivitas industrialisasi juga


dianggap mampu meningkatkan efisiensi penggunaan faktor produksi. Industrialisasi ini
menjadi pilihan di banyak negara yang sedang berkembang. Hal ini berdasarkan pengalaman
negara maju yang menunjukkan bahwa strategi industrialisasi merupakan langkah yang tepat
dan selalu diikuti oleh negara yang sedang dalam proses membangun. Meskipun demikian,
strategi ini tetaplah memiliki beberapa kelemahan yang sebagai akibat dari proses
pembangunan yang tidak seimbang dan tidak memperhatikan faktor endowments suatu
negara. Pertama, pembangunan industri yang tidak dibiayai dengan surplus yang diciptakan
oleh sektor asli daerah misalnya pada sektor pertanian, berarti memerlukan dana
pembangunan yang berasal dari luar sektor pertanian atau diperlukan injeksi modal dari luar
negeri. Kedua, perkembangan sektor pertanian yang diharapkan dapat menjadi penopang bagi
sektor industri baru adalah tergantung dari kesiapan sektor pertanian yang sedang
dikembangkan. Jika sector hulu tidak segera mampu menopang dan menciptakan surplus
produksi dalam memenuhi kebutuhan, maka ketergantungan terhadap input dari luar negeri
semakin meningkat (Kuncoro, 2006).

2.2. Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari sektor pertanian dan sektor industri?
2. Bagaimana kontribusi sektor pertanian bagi perekonomian Indonesia?
3. Bagaimana peranan sektor pertanian dan sektor industri?

3
4. Bagaimana kendala dalam pengembangan sektor pertanian?

1.3 Tujuan

1. Untuk menambah pengetahuan tentang sektor pertanian dan sektor industri di


Indonesia
2. Untuk memperoleh informasi tentang perkembangan sektor pertanian dan sektor
industri secara nasional
3. Untuk mengetahui tentang peranan, kendala, serta kontribusi pada sektor pertanian
dan sektor industri bagi perekonomian Indonesia

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sektor Pertanian di Indonesia

2.1.1. Definisi Pertanian

Menurut A.T Mosher (1968; 19) mengartikan pertanian sebagai sejenis proses
produksi khas yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Kegiatan-
kegiatan produksi di dalam setiap usaha tani merupakan suatu bagian usaha, dimana biaya
dan penerimaan adalah penting.
Sedangkan Mubyarto (1989; 16-17) membagi definisi pertanian dalam arti luas dan
pertanian dalam arti sempit. Pertanian dalam arti luas mencakup: pertanian rakyat atau
disebut sebagai pertanian dalam arti sempit, perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan
rakyat atau perkebunan besar), kehutanan, peternakan.
Pengertian umum: segala upaya manusia yg meliputi tanaman, pangan, perkebunan,
perikanan, peternakan, dan kehutanan
Pengertian sempit:
Pertanian = bercocok tanam = pertanian rakyat, yaitu pertanian yg diusahakan oleh rakyat,
sifatnya sangat sederhana, luas arealnya sempit. Cth: sawah (pertanian lahan basah)
Factor pendukung pertanian di Indo:
 CH cukup tinggi
 Iklim baik u/ pertanian
 Topografi sesuai
 Jenis tanah subur dan mudah diolah

PERKEBUNAN
Yaitu usaha pembudidayaan tanaman pada suatu lahan yang luas dan diusahakan untuk
mendapatkan hasil produksi yang memiliki nilai ekonomis tinggi / untuk tujuan perdagangan.
Cth: karet di Aceh & kopi di Bengkulu.
Perkebunan dibagi 2:
 Perkebunan Kecil, cirinya:
- Modal kecil
- Kualitas produksi rendah
- Manajemen tidak teratur
- Menggunakan bibit seadanya
- u/ memenuhi kebutuhan sendiri
- peralatan sederhana
- lahan sempit
- jenis tanaman heterogen
 Perkebunan Besar
- Modal besar
- Kualitas produksi tinggi

5
- Manajemen teratur
- Menggunakan bibit unggul
- u/ kepentingan industry/eskpor
- peralatan modern
- lahan luas
- jenis tanaman homogen
KEHUTANAN
Hutan adalah suatu wilayah yang luas dan ditumbuhi pepohonan / beberapa tumbuhan serta
kawasannya dilindungi UU yg ditetapkan pemerintah. Cth: Hutan Pinus di Aceh & Hutan Jati
di Jawa Tengah

PETERNAKAN
Yaitu usaha pemeliharaan hewan ternak, contohnya: peternakan sapi di Tapos, Bogor. Dibagi
mjd 2:
 Peternakan hewan besar (sapi, kerbau, kuda)
 Peternakan hewan kecil (domba & kambing, babi)

PERIKANAN
Yaitu usaha pemeliharaan & penangkapan ikan. Cth: ikan kakap & ikan layang-layang di
Indonesia Barat, ikan tongkol & ikan hiu di Indonesia Timur

2.1.2. Kontribusi Sektor Pertanian bagi Perekonomian Indonesia


Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian di
Indonesia. Sampai tahun 1991 sektor pertanian menyumbang 17,66 persen terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) nasional dan menyerap 49,24 persen tenaga kerja nasional. Di
samping itu sektor pertanian juga menyangga kehidupan sekitar 77,74 persen penduduk
Indonesia yang tinggal di pedesaan, serta merupakan pendukung utama sektor agroindustri
dalam mendorong dan memacu pertumbuhan ekonomi nasional.

2.1.3. Peranan Pertanian bagi Pendapatan Nasional

Sektor pertanian sebagai penggerak perekonomian memiliki beberapa peranan, yang


juga tertuang dalam Program Repelita VI era Presiden Soeharto dahulu. Peranan sektor
pertanian bagi Indonesia tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mensejahterakan petani
Mensejahterakan di sini mengandung arti luas sehingga menumbuhkembangkan
partisipasi petani dan mampu meningkatkan keadaan sosial ekonomi petani melalui
peningkatan akses terhadap teknologi, modal, dan pasar.
2. Menyediakan pangan
Dengan peranan pertanian sebagai penyedia bahan pangan yang relatif murah, telah
memungkinkan biaya hidup di Indonesia tergolong rendah di dunia. Dan rendahnya
biaya hidup di Indonesia menjadi salah satu daya saing nasional. Keberhasilan dalam
penyediaan bahan pangan yang cukup dan stabil meimilki peran yang besar dalam

6
penciptaaan ketahanan pangan nasional (food security) yang erat kaitannya dengan
stabilitas sosial, ekonomi, dan politik.
3. Sebagai wahana pemerataan pembangunan
Pembangunan pertanian harus didukung oleh pembangunan wilayah baik
pembangunan infrastruktur maupun pembangunan sosial ekonomi kemasyarakatan.
4. Merupakan pasar input bagi pengembangan agroindustri
Dalam era globalisasi dimana konsumen umumnya cenderung mengonsumsi nabati
alami setiap saat, dengan kualitas tinggi, tidak busuk, dan makan tempat, maka
peranan agroindustri akan dominan.
5. Menghasilkan devisa
Sektor pertanian merupakan penghasil devisa yang penting bagi Indonesia. Salah satu
subsektor andalannya adalah subsektor perkebunan, seperti ekspor komoditas karet,
kopi, teh, kakao, dan minyak sawit. Lebih dari 50% total produksi komoditas-
komoditas tersebut adalah untuk diekspor.
6. Menyediakan lapangan pekerjaan
Sebagaimana diterangkan di awal, sektor pertanian memiliki peran penting dalam
menyerap tenaga kerja. Di tahun 1994 saja (BPS, 1996) 46% dari 82 juta jiwa
angkatan kerja pada tahun itu diserap oleh subsektor pertanian primer. Lalu subsektor
perkebunan memberikan kontribusinya dalam pembangunan nasional. Sampai tahun
2003, jumlah tenaga kerja yang terserap oleh subsektor ini diperkirakan mencapai 17
juta jiwa. Dengan demikian, selain menyediakan lapangan kerja subsektor perkebunan
ikut mengurangi arus urbanisasi.
7. Peningkatan pendapatan nasional
Berdasarkan data yang diperoleh, subsektor perkebunan merupakan salah satu
subsektor yang mempunyai kontribusi penting dalam hal penciptaan nilai tambah
yang tercermin dari kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB). Dari segi
nilai absolut berdasarkan harga yang berlaku PDB perkebunan terus meningkat dari
sekitar Rp 33,7 triliun pada tahun 2000 menjadi sekitar Rp 47,0 triliun pada tahun
2003, atau meningkat dengan laju sekitar 11,7% per tahun.
8. Mempertahankan kelestarian sumber daya
Tidak ada satu pun negara di dunia seperti Indonesia yang kaya akan beraneka ragam
sumber daya pertanian secara alami (endowment factor). Maka dari itu, diharapkan
dalam penggunaannya sumber daya ini digunakan secara optimal dan tetap
memperhatikan aspek kelestarian sumber daya pertanian.

2.1.4. Kendala dalam Pengembangan Sektor Pertanian di Indonesia

Dalam pengembangan sektor pertanian masih ditemui beberapa kendala, terutama


dalam pengembangan sistem pertanian yang berbasiskan agribisnis dan agroindustri. Kendala
yang dihadapi dalam pengembangan pertanian khususnya petani skala kecil, antara lain:

1. Lemahnya struktur permodalan dan akses terhadap sumber permodalan.


Salah satu faktor produksi penting dalam usaha tani adalah modal. Secara umum
pemilikan modal petani masih relatif kecil, karena modal ini biasanya bersumber dari

7
penyisihan pendapatan usaha tani sebelumnya. Untuk memodali usaha tani
selanjutnya petani terpaksa memilih alternatif lain, yaitu meminjam uang pada orang
lain yang lebih mampu (pedagang) atau segala kebutuhan usaha tani diambil dulu dari
toko dengan perjanjian pembayarannya setelah panen. Kondisi seperti inilah yang
menyebabkan petani sering terjerat pada sistem pinjaman yang secara ekonomi
merugikan pihak petani.
2. Ketersediaan lahan dan masalah kesuburan tanah.
Kesuburan tanah sebagai faktor produksi utama dalam pertanian makin menurun.
Permasalahannya bukan saja menyangkut makin terbatasnya lahan yang dapat
dimanfaatkan petani, tetapi juga berkaitan dengan perubahan perilaku petani dalam
berusaha tani. Dari sisi lain mengakibatkan terjadinya pembagian penggunaan tanah
untuk berbagai subsektor pertanian yang dikembangkan oleh petani.
3. Terbatasnya kemampuan dalam penguasaan teknologi.
Usaha pertanian merupakan suatu proses yang memerlukan jangka waktu tertentu.
Dalam proses tersebut akan terakumulasi berbagai faktor produksi dan sarana
produksi yang merupakan faktor masukan produksi yang diperlukan dalam proses
tersebut untuk mendapatkan keluaran yang diinginkan. Petani yang bertindak sebagai
manajer dan pekerja pada usaha taninya haruslah memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam penggunaan berbagai faktor masukan usaha tani, sehingga
mampu memberikan pengaruh terhadap peningkatan produktivitas dan efisiensi usaha
yang dilakukan.
4. Lemahnya organisasi dan manajemen usaha tani.
Organisasi merupakan wadah yang sangat penting dalam masyarakat, terutama
kaitannya dengan penyampaian informasi (top down) dan panyaluran inspirasi
(bottom up) para anggotanya. Dalam pertanian, organisasi yang tidak kalah
pentingnya adalah kelompok tani. Selama ini kelompok tani sudah terbukti menjadi
wadah penggerak pengembangan pertanian di pedesaan. Hal ini dapat dilihat dari
manfaat kelompok tani dalam hal memudahkan koordinasi, penyuluhan dan
pemberian paket teknologi.
5. Kurangnya kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia untuk sektor agribisnis.
Petani merupakan sumberdaya manusia yang memegang peranan penting dalam
menentukan keberhasilan suatu kegiatan usaha tani, karena petani merupakan pekerja
dan sekaligus manajer dalam usaha tani itu sendiri. Ada dua hal yang dapat dilihat
berkaitan dengan sumberdaya manusia ini, yaitu jumlah yang tersedia dan kualitas
sumberdaya manusia itu sendiri. Kedua hal ini sering dijadikan sebagai indikator
dalam menilai permasalahan yang ada pada kegiatan pertanian.

2.2. Sektor Industri di Indonesia

2.2.1 Definisi Industri

PENGERTIAN INDUSTRI
 Bahasa Latin “industria” yang berarti buruh/tenaga kerja.

8
 Bahasa Inggris “industry” (kerajinan), dan “manufacture” (membuat dengan
tangan/mesin)

INDUSTRI:
 Arti Sempit: Semua usaha dan kegiatan yang sifatnya mengubah / mengelolah bahan
mentah menjadi barang jadi / setengah jadi.
 Arti Luas: semua usaha dan kegiatan di bidang ekonomi yang sifatnya produktif.

 Barang ½ jadi: barang yang masih memerlukan proses kerja produksi sebelum
dikonsumsi. Contohnya benang.
 Barang Jadi: barang yang siap untuk digunakan manusia atau siap untuk dikonsumsi.
Contohnya pakaian.

Proses industry:
 Input: bahan mentah
 Proses: mengubah / mengelolah
 Output: produk

KLASIFIKASI INDUSTRI
Berdasarkan factor yang membedakan jenis dan jumlah industry di setiap Negara:
 Bahan mentah
 Jumlah tenaga kerja
 Pangsa pasar
 Teknologi
 Ketersediaan tenaga kerja

PENGGOLONGAN INDUSTRI:
1. Berdasarkan terdapatnya bahan baku:
a) Ektsraktif: industry yang bahan bakunya langsung dari alam. Misal pertanian,
kehutanan, perikanan, pertambangan. Industri ini biasanya terdapat di tempat
terdapatnya bahan baku. Contoh: industry tambang emas di martapura (kalsel) dan
tembaga di irian. Industry ini dapat dibedakan menjadi 2:
i. Industry reproduktif: bahan bakunya dapat diperbaharui. Misalnya industry rokok,
industry penggergajian, industry pengalengan daging.
ii. Industry manufaktur: industry yg mengolah bahan baku yg menghasilkan barang-
barang yang digunakan sehari-hari atau menghasilkan bahan baku untuk industry
lain. Misalnya industry tekstil, industry sepatu, industry seng.
b) Nonekstraktif: bahan bakunya diambil dari industry lain. Misalnya garam.
c) Fasilitatif (industry jasa): industry yang menjual jasa untuk keperluan orang lain.
Misalnya perbankan, asuransi, transportasi, perdagangan, pariwisata, telekomunikasi.

2. Berdasarkan klasifikasi departemen perindustrian SK Mentri no. 19/m/sk/86:


a) Industri kimia dasar, misal:

9
i. Semen: Cibinong (jabar), Padang (sumbar), Gresik (jatim), Cilacap (jati), kupang
(NTT), Tonasa (sulsel), Batu Raden
ii. Kertas: Padalarang (jatim), probolinggo (Jatim), Pematang Siantar (SumUt)
iii. Pupuk: Sriwijaya (sumSel)
iv. Obat2an: Kujang (cikampek), Petrokimin Gersik (JaTim), Bontang (KalTim),
Iskandarmuda (Aceh).
b) Industri mesin & logam dasar. Industri:
i. Besi dan beton Bahan baku dan
ii. Pipa Baja ½ jadi di Cilegon,
iii. Aluminium Pulogadung
iv. Mesin2
v. Kapal: Surabaya
vi. Pesawat terbang : Bandung
vii. Aneka produk alumunium: Asahan
c) Industry kecil:
i. Minyak Goreng
ii. Es, roti, pengawetan
iii. Daging
d) Aneka industry:
i. Pangan (makanan dan minuman)
ii. Sandang (pakaian jadi)
iii. Barang bangunan
iv. Kimia
v. Angkut jasa
vi. Tekstil dan kulit (tekstil, barang2 dari kulit)

3. Berdasarkan jumlah tenaga kerja


a) Industri besar: 100 orang / lebih (>1000)
b) Industri sedang: 20-99 orang (100-999)
c) Industri kecil: 5-19 orang (5-99)
d) Industri rumah tangga: 1-4 orang
4. Berdasarkan produktifitas perse-orangan dalam industry
a) Primer: menghasilkan barang2 tanpa pengolahan. Misalnya anyaman, pengeringan
ikan, penggilingan padi.
b) Sekunder: industry yang menghasilkan barang2 yang membutuhkan pengolahan
sehingga bahan bakunya tidak tampak lagi. Misalnya pemintalan benang tekstil,
barang elektronik.
c) Tersier: bergerak dalam bidang jasa fasilitatif
5. Berdasarkan besarnya modal dan pemakaian tenaga kerja
a) Industri padat modal: modal dalam jumlah besar, biasanya di Negara maju.
b) Industri padat karya: banyak tenaga kerja, terdapat di Negara berkembang yang
tujuannya mengurangi pengangguran. Misal industry rokok, garmen.
1
0
6. Berdasarkan tahapan produksinya
a) Industri hulu: mengolah bahan mentah menjadi bahan baku atau ½ jadi untuk
kebutuhan industry lainnya. Misalnya:
i. Industri pemintalan benang
ii. Industry komponen elektronika
iii. Industry peleburan bauksit, tekstil
iv. Industry lembaran karet
b) Industri hilir: mengolah bahan mentah atau ½ jadi menjadi barang jadi untuk
keperluan konsumsi masyarakat. Misalnya: garmen, elektronika, perakitan mobil.
7. Berdasarkan pengelolanya
a) Industri rakyat: industry yang dikelola oleh pengusaha swasta. Misal: PT Indofood,
PT Unilever, Batu Bata, Gentong
b) Industri Negara: industry yang dikelola oleh pemerintah/BUMN. Misal: Bank BNJ,
Pertamina.
8. Berdasarkan asal usul modalnya
a) Industri PMDN: Modalnya berasal dari dalam negeri atau swasta. Misal: Pertamina.
b) Industri PMA: modalnya berasal dari investor luar negeri. Misal: PT FREEPORT
(tembaga)
c) Industri Patungan: modalnya berasal dari inverstor luar negeri dan pengusaha dalam
negeri/pemerintah. Misal: PT TOYOTA ASTRA.
9. Berdasarkan hasil produksinya
a) Industri berat: menghasilkan mesin2, alat2 berat, alat transportasi. Misal: PT PAL
(Surabaya), PT KRAKATAU STEEL (Cilegon), PT BUKAKA (Tangerang).
b) Industri Ringan: Menghasilkan barang jadi siap dikonsumsi masyarakat (makanan,
minuman, obat2an). Misal: Cocacola, Bayer, Konimex.
10. Berdasarkan Lokasinya
a) Berorientasi pada pasar (market oriented industry): dibangun pada tempat yang
memiliki potensi konsumen. Misal: sebagian besar industry dibangun di pulau jawa
Karena penduduknya padat dan konsumennya besar (industry alat2 rumah tangga)
b) Berorientasi pada tenaga kerja (man power oriented industry): industry yang dibangun
di tempat2 pemusatan penduduk karena banyak memerlukan tenaga kerja. Misal:
Industri rokok, Industri Gament.
c) Berorientasi pada pengolahan (supply oriented industry): industry ini dibangun
mendekati sumber bahan baku. Misal: industry semen didirikan di tempat yang
banyaknya persediaan akan batu kapur.

AGLOMERASI INDUSTRI
Definisi: pemusatan industry di suatu kawasan tertentu dengan tujuan agar pengelolaannya
dapat optimal.
Penyebab terjadinya aglomerasi:
1) Adanya persaingan industry yang hebat
2) Melaksanakan segala bentuk efisiensi dalam penyelenggataan industry.
3) Meningkatkan produktivitas dan mutu produksi
1
1
4) Memberikan kemudahan bagi kegiatan industry
5) Untuk mempermudah dalam mengontrol tenaga kerja, bahan baku, dan pemasaran.
6) Pemerataan lokasi industry
7) Menyongsong dan mempersiapkan perdagangan bebas

KETERKAITAN AGLOMERASI DGN TRANSPORTASI:


“Memperlancar arus barang dan jasa”

KAWASAN INDUSTRI DAN BERIKAT


Pemerintah provinsi dan pusat membangun kawasan tsb untuk “mengembangkan industry di
Indonesia”

KAWASAN INDUSTRI/INDUSTRIAL ESTATE


Kawasan tempat pemusatan industry yang pengolahannya di lengkapi dengan prasarana dan
fasilitas penunjang lainnya, seperti:
 Infrastruktur perhubungan
 Jalan
 Tenaga listrik
 Telekomunikasi
 System pembuangan sampah
Contoh kawasan industry di Indonesia:
1. PT. Jakarta Industrial Estate Pulo Gadung di Jakarta timur seluas 1550 ha
2. PT. Rungkut Industrial Estate Surabaya seluas 570 ha
3. PT. Kawasan Industri Cilacap di Jawa Tengah, seluas 243 ha

Kawasan Berikat (Bounded Zone)


Kawasan yg terletak didalam daerah pabean, tetapi memiiki peraturan dan tata cara
pemasukan barang yg berbeda dgn cara pemasukan barang ke daerah pabean biasa, yg
disebut “Export Processing Zone”
Kemudahan/keistimewaan:
 Bebas bea impor bahan baku, penunjang, dan peralatan
 Keringanan / penundaan pajak
 Penyederhanaan perizinan dan administrasi
 Infrastruktur penunjang berupa prasarana sarana lengkap
 Subsidi tarif jasa pelayanan umum
Contoh kawasan berikat di Indo:
PT Persero Kawasan Berikat Nusantara di Cakung, Pelabuhan Tanjung Priuk, P. Batam

RELOKASI INDUSTRI
Yaitu pemindahan industry dari Negara maju ke Negara berkembang.

Keuntungan bagi Negara yg dituju:

1
2
 Menambah lapangan kerja
 Menambah pendapatan Negara
 Alih teknologi
 Penambahan modal
Contoh relokasi industry:
 PT Sanyo asal Jepang mendirikan pabrik elektronik di Depok, Jabar
 Honda asal Jepang mendirikan pabrik di cikarang, jabar

2.2.2 Peranan Industri Terhadap Perekonomian

Filosofi mendasar dari pembangunan suatu negara adalah menciptakan kemakmuran


bagi rakyatnya. Di era globalisasi, suatu bangsa hanya dapat terwujud melalui pembangunan
industri, baik industri jasa maupun industri barang (manufaktur).

Bagi Indonesia, sekitar 250 juta penduduk, pembangunan sektor manufaktur


merupakan satu-satunya pilihan. Sebab, memberikan memberikan dampak pada lapangan
kerja yang luas dengan pengupahan yang lebih sistematis dibandingkan sektor industri
produk primer (pertanian) maupun industri jasa.

Peranan industri terhadap perekonomian dapat dilihat dari kontribusinya pada Produk
Domestik Bruto (PDB), peningkatan investasi, penyerapan tenaga kerja, perolehan devisa
neto dari kegiatan ekspor, pembentukan nilai tambah serta sumbangan terhadap pajak bagi
negara.

2.2.3 Permasalahan Sektor Industri

Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan industri di Indonesia kebijakan dan strategi


pemgembangan sektor industri yang akan diterapkan hendaknya mampu menghadapi
berbagai tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam dunia usaha khususnya sektor
industri. Permasalahan-permasalahan yang ada disektor industri harus bisa diatasi agar para
pengusaha atau investor bergairah lagi menanamkan investasi di Indonesia

Permasalahan-permasalahan yang dihadapi sektor industri adalah:

a. Masalah Birokrasi
i. Perizinan tidak transparan, berbelit-belit, diskriminatif, lama dan terjadi
tumpang tindih vertikal (antara pusat dan daerah) serta horizontal (antar
instansi daerah).
ii. Penegakan dan pelaksanaan hukum dan berbagai peraturan perundang-
undangan masih cenderung kurang tegas.
iii. Administrasi perpajakan yang belum optimal. Pengusaha menganggap
administrasi perpajakan terutama kaitanya dengan produk-produk ekspor yang
sangat tidak efisien.

1
3
iv. Banyaknya pemungutan yang sering kali tidak disertai pelayanan
yangmemadai.
b. Masalah Teknologi.
i. Lemahnya penguasaan dan penerapan teknologi. Penerapan teknologi tepat
guna belum banyak dimanfaatkan oleh industri untuk meningkatkan produksi.
ii. Tenaga kerja terampil sulit diperoleh dan dipertahankan karena kualitas sumber
daya manusia relatif rendah.
c. Masalah Bahan Baku
i. Suplai bahan baku kurang memadai antara lain karena kesulitan dalam
memperoleh bahan baku dipasaran.
ii. Harga bahan baku terlalu tinggi terutama bahan baku yang berasal dari impor
karena tergantung nilai kurs terhadap dolar.
d. Masalah Pemasaran
i. Pemasaran hasil produksi agak sulit dan harganya rendah sehingga hasil
penjualan tidak mampu menutupi biaya produksi yang cukup tinggi.
ii. Permintaan produk dipasaran sangat rendah walaupun harganya rendah karena
kalah bersaing dengan perusahaan lain.
iii. Asosiasi pengusaha belum berperan dalam mengkoordinasikan produk
sehingga menimbulkan persaingan tidak sehat antar usaha sejenis.
e. Masalah Permodalan
i. Sistem dan prosedur kredit dari lembaga keungan dan nonbank rumit dan
lama sehingga dalam pencairan kredit sangat lama.
ii. Suku bunga kredit perbankan cukup tinggi sehingga kredit menjadi mahal.
f. Masalah Manejemen
i. Pola manegemen yang sesuai dengan kebutuhan sebelum bisa diterapakan
karena pengetahuan dam manegerial skill relatif rendah sehingga strategi
bisnis yang tepat belum mampu disusun dengan baik.
ii. Kemampuan pengusaha mengorganisasikan diri dan karyawan masih lemah
sehingga terjadi pembagian kerja yang tidak tepat.
iii. Produktifitas karyawan masih rendah sedangkan intensitas pelatihan yang
dilaksanakan oleh industri belum juga menggembirakan.
g. Permasalahn Industri Kecil
i. Sebagian besar industri kecil yang ada merupakan usaha sampingan atau
pelengkap bagi pengusaha kecil dengan produksi yang berfluktuasi cukup
besar atau berpola musiman atau tidak beraturan.
ii. Sikap dan reaksi pengusaha industri kecil yang ada pada umunya lambat dan
kurang tanggap untuk mengikuti perkembangan sehubungan dengan latar
belakang budaya agraris.
iii. Sulitnya menemukan produk yang sesuai dengan kebutuhan industri kecil
dalam rangka peningkatan mutu dan pengembangan produk baru
iv. Volume permintaan atas hasil produksi industri kecil pada umunya terbatas
secara geografis.

1
4
2.3 Industrialisasi Berbasis Pertanian
Tidak dapat diingkari bahwa krisis ekonomi yang dialami Indonesia selama periode
1997-1999, salah satu penyebabnya adalah karena kesalahan strategi industrialisasi selama
pemerintahan orde baru yang tidak berbasis pada sektor yang mana Indonesia mamiliki
keunggulan komparatif yang sangat besar, yaitu pertanian. Selama krisis terbukti bahwa
sektor pertanian masih mampu memiliki laju pertumbuhan yang positif, walaupun dalam
persentase yang kecil. Sedangkan sektor industri manufaktur mengalami laju pertumbuhan
yang negatif di atas satu digit.
Ada beberapa alasan kenapa pembangunan sektor pertanian yang kuat esensial dalam
proses industrialisasi di Negara seperti Indonesia, yakni sebagai berikut:
1. Sektor pertanian yang kuat, berarti ketahanan pangan terjamin. Hal ini merupakan salah
satu prasyarat penting agar proses industrialisasi pada khususnya dan pembangunan
ekonomi pada umumnya bisa berlangsung dengan baik.
2. Dari sisi permintaan agregat, pembangunan sektor pertanian yang kuat membuat tingkat
pendapatan riil perkapita di sektor tersebut tinggi.
3. Dari sisi penawaran, sektor pertanian merupakan salah sumber input bagi sektor industri
manufaktur yang mana Indonesia memiliki keunggulan komparatif. Dalam perkataan lain,
lewat keterkaitan produksi, pertumbuhan produktivitas atau output di sektor pertanian
bisa menjadi sumber pertumbuhan output di sektor industri manufaktur.

1
5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pengertian sektor pertanian menurut A.T Mosher (1968; 19) mengartikan pertanian
sebagai sejenis proses produksi khas yang didasarkan atas proses pertumbuhan
tanaman dan hewan dan menurut Mubyarto (1989; 16-17) adalah pertanian rakyat
atau disebut sebagai pertanian dalam arti sempit, perkebunan (termasuk didalamnya
perkebunan rakyat atau perkebunan besar), kehutanan, peternakan. Sedangkan
pengertian sektor industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,
bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai
yang lebih tinggi dalam penggunaannya.
2. Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian di
Indonesia.
3. Peranan sektor pertanian bagi Indonesia diantaranya mensejahterakan petani,
menyediakan pangan, sebagai wahana pemerataan pembangunan, sebagai pasar input
bagi pengembangan agroindustri, menghasilkan devisa, menyediakan lapangan
pekerjaan, peningkatan pendapatan nasional, dan mempertahankan kelestarian sumber
daya. Sedangkan peranan sektor industri terhadap perekonomian dapat dilihat dari
kontribusinya pada Produk Domestik Bruto (PDB), peningkatan investasi, penyerapan
tenaga kerja, perolehan devisa neto dari kegiatan ekspor, pembentukan nilai tambah
serta sumbangan terhadap pajak bagi negara.
4. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan pertanian khususnya petani skala kecil
diantaranya lemahnya struktur permodalan dan akses terhadap sumber permodalan,
ketersediaan lahan dan masalah kesuburan tanah, terbatasnya kemampuan dalam
penguasaan teknologi, lemahnya organisasi dan manajemen usaha tani, dan
kurangnya kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia untuk sektor agribisnis
5. Permasalahan yang ada disektor industry diantaranya masalah birokrasi, masalah
teknologi, masalah bahan baku, masalah pemasaran, masalah permodalan, masalah
manejemen, dan permasalahn industri kecil
6. Alasan pembangunan sektor pertanian dalam proses industrialisasi di Negara seperti
Indonesia diantaranya pada sektor pertanian yang kuat, dari sisi permintaan agregat,
dan dari sisi penawaran.
7. Kondisi umum pembangunan pertanian secara nasional pada tahun 2010-2014 bisa
dilihat pada Produk Domestik Bruto (PDB), penyediaan lapangan kerja, dan neraca
perdagangan sektor pertanian
8. Kondisi umum pembangunan industri di Jawa Timur bisa dilihat pada arah kebijakan
pembangunan industri, tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat industri pengolahan,
kontribusi sektor industri pengolahan, potensi industri, dan potensi produk unggulan.
1
6
DAFTAR PUSTAKA

http://macroeconomicdashboard.feb.ugm.ac.id/perkembangan-ekonomi-terkini-2015ii/

http://www.pertanian.go.id/file/RENSTRA_2015-2019.pdf

https://www.academia.edu/10319990/
IDENTIFIKASI_INDUSTRI_DAN_PERTANIAN_DI_INDONESIA_PENGERTIAN_IND
USTRI

1
7

Anda mungkin juga menyukai