Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN HASIL PRAKTIK KERJA INDUSTRI

DI APOTEK SINAR FARMA


Jln. Puguh puyung, kec. Jonggat, kab. Loteng, NTB
Tgl 13 September

Disusun Oleh:
Nama : Risna aulia
NIS :782-11-20
NISN :0047945939
Kelas :XII B FARMASI
Prog keahlian:farmasi

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SMK QAMARUL HUDA BAGU


TAHUN 2021/2022
HALAMAN PERSETUJUAN

PENDIDIKAN SISTEM GANDA

DI

APOTEK SINAR FARMA

Yang di laksanakan dari tanggal

13 September s/d Desember 2021

Telah diperiksakan Dan Disetujui oleh Pembimbing

Pada tanggal :

Guru pembimbing Pembimbing perusahaan

Ratna sari S. Farm Apt A. Mandra Guna S. Farm Apt


Nip : Nip :
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA (PSG)

DI APOTEK SINAR FARMA

Alamat : Raden Puguh, Puyung, kec. jonggat kab. Lombok Tengah, Nusa

Tenggara

Barat 83362, Indonesia

Tanggal : 13 September s/d

Ditulis Sebagai Syarat Kenaikan Kelas dan Mengikuti Ujian Nasional

Pembimbing DU/DI. Pembimbing sekolah

( A. Mandra Guna,S.Farm.,Apt) ( Ratna sari S.Farm

.Apt)

Ketua Jurusan. Pemimpin DU/DI

(Aluh Atiq Maryanti S.Farm Apt) (A. Mandra Guna S.Farm

Apt)

Mengetahui
Kepala SMK Qamarul Huda

LALU SAPOAN S. H. I. M. Pd. I

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt. yang telah

melimpahkan rahmat serta hidayahnya dan karunianya kepada kami sehingga

dapat

menyelesaikan laporan ini. Saya menyadari bahwa laporan ini tidak dapat saya

selesaikan tanpa bantuan-bantuan dan dukungan dari semua pihak oleh karena itu

melalui kesempatan ini saya menghaturkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Lalu Sapoan, S.HI, M.Pd.I, selaku Kepala Sekolah SMK Qamarul

Huda Bagu.

2. Bapak Ahmad Mandra Guna, S.Farm., Apt, Selaku Apoteker di Apotek

Sinar Farma.

3. Ibu Ratna sari S.Farm.Apt selaku pembimbing PSG.

4. Segenap karyawan yang telah memeberikan bantuan selama PSG

berlangsung.

5. Bapak/Ibu guru yang telah memberikan ilmu pengetahuan dengan ikhlas

dan penuh semangat.

6. Semua pihak yang tidak kami sebutkan satu per satu yang telah membantu

pelaksanaan dan penyusun PSG ini.


Saya menyadari bahwa laporan ini tidak begitu sempurna dan banyak

kekurangannya. Oleh karena itu, segala saran dan kritik demi kesempurnaan

sangat

saya harap, Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi pembacanya dan semua

pihak

yang membutuhkan peningkatan wawasan keterampilan dalam pengelolaan

Apotek.

Bagu, 13 September

2021

Penulis

RISNA AULIA
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………….i

HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………...ii

LEMBAR PENGESAHAN. ..........................................................iv

KATA PENGANTAR.................................................................... v

DAFTAR ISI....................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR………………………………………………

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………….

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................1

B. Tujuan Praktik.............................................................................2

C. Manfaat Pendidikan Sistem Ganda (PSG)..................................3


BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

A. Aspek Perundang undangan........................................................

B. Aspek Pengeloloan Apotek.........................................................

BAB 3 TINJAUAN UMUM

A. Sejarah Apotek Sinar Farma.......................................................

B. Stuktur organisasi Apotek Sinar farma........................................

C. Tata Ruang Apotek .....................................................................

D. Pengeloloan Apotek...................................................................

E. Pelayanan KIE dan pharmatical care

BAB 4 PEMBAHASAN

A. Pengeloloan Apotek

B. Pelayanan KIE Dan P

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 StrukturApotek sinar farma

Gambar 1.2 Tata ruang Apotek

Gambar 1.3 Logo obat bebas

Gambar 1.4 Logo obat bebas terbatas

Gambar 1.5 Logo obat keras

Gambar 1.6 Logo Jamu

Gambar 1.7 Logo obat herbal terstandar

Gambar 1.8 Logo Fitofarmaka


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Buku catatan yang keluar (obat bebas dan bebas terbatas )

Lampiran 2. Buku catatan yang keluar (obat keras)

Lampiran 3. Surat pesenan biasa

Lampiran 4. Surat pesenan OOT

Lampiran 5. Surat pesenan precursor farmasi

Lampiran 6. Buku nota kontan

Lampiran 7. Resep

Lampiran 8. Etiket obat luar

Lampiran 9. Etiket obat dalam

Lampiran 10. Buku register

Lampiran 11. Buku defecta

Lampiran 12. Buku faktur


Lampiran 13. Dokumentasi pelayanan informasi obat

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Usaha mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal perlu pengadaan

tenaga kesehatan melalui pendidikan dan pelatihan.Kesehatan sebagai

salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus di wujudkan.Oleh karna

itu, pembangunan kesehatan menyangkut upaya peninggkatan kesehatan,

pencegahan penyakit, dan pemulihan harus di lakukan secara menyeluruh,

terpadu dan bersinambungan. Proses mewujudkan pembangunan

kesehatan yang berkualitas perlu di persiapkan tenaga kesehatan yang

memadai Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi dan ilmu

pengetahuan di bidang kesehatan,salah satunya di bidang obat-

obatan/apotek,dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan semakin


banyak pula di temukan obat-obatan baru yang membuat perindustrian

farmasi berkembang dengan pesat.Salah satunya yang bergerak di bidang

farmasi adalah APOTEK Berdasarkan perturan pemerintah No.51 tahun

2009 tentang kefarmasian,apotek merupakan satu tempat di lakukannya

pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi,kepada

masyarakat yang di pimpin oleh apoteker yang di sebut Apoteker

Pengelola Apotek (APA).Seorang apoteker harus memiliki wawasan yang

luas,keterampilan yang memadai mengenai pelayanan

kefarmasian,menejemen apotek,dan dapat berkomunikasi dengan baik

sehingga dapat memberikan informasi yang benar kepada masyarakat luas

maupun tenaga kesehatan lainnya.

B. TUJUAN PRAKTIK

1. Memahami peran,fungsi dan tugas apoteker,asisten apoteker di

apotik.

2. Memahami bagaimana system administrasai,system pengelolaan obat,

menejemen dll.

3. Membandingkan ilmu yang di pelajari dengan kenyataan yang di

alami di lapangan.yaitu,mampu melaksanakan standar pelayanan

farmasi di dunia perapotekan,khususnya masyarakat pada umumnya.

4. Menambah pengetahuan mengenai ilmu farmasi/obat-obatan dan

menumbuh kembangkan sikap mandiri,kreatif,dan inovatif.

5. Menghasilkan siswa siswi yang berkompoten.


6. Menghasilkan siswa siswi farmasi yang siap berkompetensi di sekolah

dan di luar sekolah/kerja.

7. Meningkatkan sistem proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja

yang bekualitas dan profisional.

8. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian professional

(dengan tingkat pengetahuan, keterampilan dan etos kerja yang sesuai

dengan tuntunan lapangan kerja.

C. MANFAAT PRAKTIK

1. Manfaat Bagi Apotek

Pendidikan sistem ganda (PSG) memberi keuntungan nyata bagi

Apotek antara lain :

a. Apotek dapat mengenal kualitas PSG siswa/siswi SMK Qamarul Huda Bagu

yang PSG di Apotek Sinar Farma.

b. Umumnya siswa/siswi peserta PSG ikut dalam proses pelayanan secara aktif

sehingga sangat membantu apotek dengan di damping oleh apoteker

pengelola apotek.

c. Menjalin hubungan yang baik antara sekolah dengan apotek untuk

menghasilkan fharmacist yang berkompeten.

d. Apotek dapat memberikan tugas kepada peserta PSG untuk kerja sebagai

bahan upaya dan melihat secara langsung kemampuan peserta PSG sesuai

kompetensi dan kemampuan yang di miliki.

e. Selama berada di Apotek peserta PSG mengikuti segala peraturan yang ada di

Apotek.
MANFAAT BAGI SEKOLAH

Tujuan pendidikan untuk memberikan keahlian profesional bagi peserta didik

lebih

terjamin pencapaiannya.Terdapat kesesuaian yang lebih pas antara program

pendidikan dan kebutuhan lapangan kerja (sesuai dengan prinsip Link and

Match).Memberi kepuasan bagi penyelenggara pendidikan sekolah karena

tamatannya lebih terjamin memperoleh bekal bermanfaat, baik untuk kepentingan

tamatan, kepentingan dunia kerja, dan kepentingan bangsa.

MANFAAT BAGI PESERTA PSG

1. Hasil belajar pendidikan sistem ganda (PSG) akan lebih bermakna, karena

setelah lulus akan betul-betul memiliki keahlian profesional sebagai bekal

untuk meningkatkan taraf hidupnya dan sebagai bekal untuk

pengembangan dirinya secara berkelanjutan.

2. Keahlian profesional yang diperoleh dapat mengangkat harga diri dan rasa

percaya diri tamatan yang selanjutnya akan mendorong mereka untuk

meningkatkan keahlian profesional pada tingkat yang lebih tinggi. Peserta

pendidikan sistem ganda (PSG) akan dapat menambahkan wawasan yang

di peroleh dari dunia kerja di Apotek.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ASPEK PERUNDANG UNDANGAN

Menimbang :

Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 ayat (7) Peraturan

Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan

Berusaha Berbasis Risiko dan Pasal 5 ayat (3) Peraturan Pemerintah

Nomor 47 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan,

perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Standar Kegiatan

Usaha dan Produk pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis

Risiko Sektor Kesehatan;

Mengingat :
1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);

3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 144,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan

Perizinan Berusaha Berbasis Risiko (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2021 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 6617);

6. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2021 tentang Kementerian

Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor

83);

7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2020 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1146);


8. Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang pekerjaan

kefarmasian ( lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 nomor

124, tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5044)

9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 tahun 2015 tentang organisasi

dan tata kerja Kementerian Kesehatan ( berita Negara Republik

Indonesia tahun 2015 nomor 1508). Menteri Kesehatan Nomor 64

tahun 2015 tentang organisasi dan tata kerja Kementerian Kesehatan (

berita Negara Republik Indonesia tahun 2015 nomor 1508).

B. ASPEK PENGELOLAAN APOTEK

Komoditas di apotek dapat berupa sediaan farmasi, perbekalan kesehatan,

alat kesehatan,maupun yang lainya.Yang dimaksud dengan sediaan

farmasi adalah obat tradisional, dan kosmetik. perbekalan kesehatan

adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk

menyelenggarakan upaya kesehatan,sedang alat kesehatan adalah bahan,

instrumen aparatus, mesin,implan yang tidak mengandung obat yang tidak

digunakan untuk mencegah, mendiagnosis menyembuhkan dan

meringankan penyakit serta memulihkan kesehatan ( Hartini dan

sulasmono,2006) Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan


kesehatan lainnya dilakukan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku

meliputi: perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pelayanan.

pengeluaran obat memakai sistem FIFO (first-in first-out ) Dan FEFO

(First expire Dan First out ).

1. Perencanaan

perencanaan merupakan kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan

harga dalam rangka pengadaan dengan tujuan mendapatkan jenis dan

jumlah yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran,serta menghindari

kekosongan obat.Dalam perencanaan pengadaan sediaan farmasi

seperti obat-obatan tersebut maka perlu dilakukan pengumpulan data

obat-obatan yang akan dipesan .Data obat-obatan tersebut biasanya

ditulis dalam buku defecta,yaitu jika barang habis atau persediaan

menipis berdasarkan jumlah barang yang tersedia pada bulan-bulan

sebelumnya (Hartini dan sulasmono,2006).

2. Pengadaan

Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan

sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku (anonim,2004). Apotek memperoleh obat dan

perbekalan Farmasi harus bersumber dari pabrik Farmasi. pedagang

besar farmasi atau apotek lainnya atau distribusi obat yang sah.

Obatnya harus memenuhi ketentuan daftar obat,surat pesanan obat dan

perbekalan kesehatan di bidang Farmasi lainnya harus ditandatangani


oleh apoteker pengelola Apotek dengan mencantumkan nama dan

nomor SIK ( Hartini dan sulasmono, 2006).

3. Penyimpanan

Obat atau bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.

Dalam hal ini pengecualian atau darurat di mana isi dipindahkan pada

wadah lain,maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus

ditulis informasi yang jelas pada wadah baru, wadah sekurang-

kurangnya memuat nama obat nomor beach dan tanggal kadaluarsa.

Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai, layak dan

menjamin kestabilan bahan. penyimpanan obat digolongkan

berdasarkan bentuk bahan baku seperti bahan padat, dipisahkan dari

bahan cair atau bahan yang setengah padat. Hal tersebut dilakukan

untuk menghindarkan zat-zat yang higroskopis, serum, vaksin dan opa

obat-obat yang mudah rusak atau meleleh pada suhu kamar disimpan

dalam lemari es. Penyimpanan obat-obat narkotika disimpan dalam

almari khusus sesuai dengan permenkes nomor 28 tahun 1978 yaitu

apotik harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan

narkotika.Tempat khusus yang dimaksudkan adalah pada almari yang

mempunyai ukuran 40 x 80 x 100 cm, dapat berupa almari yang

diletakkan di dinding atau menjadi satu kesatuan dengan almari besar.

Almaari tersebut mempunyai dua kunci yang satu untuk menyimpan

narkotika sehari-hari dan yang lainnya untuk narkotika persediaan

morfin,pethidin dan garam garam nya hal ini untuk menghindarkan


dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti penyalahgunaan obat obat

nanarkotika.Penyusunan obat dilakukan dengan cara alfhabetis untuk

mempermudah pengambilan obat saat diperlukan.( hartini dan

sulasmono, 2006).

4. Pemusnahan

Obat kadaluarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan

bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluarsa atau rusak yang

mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan

disaksikan oleh Dinas kesehatan Kabupaten/ Kota. Pemusnahan obat

selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan

disaksikan oleh tenaga ke farmasian lain yang memiliki surat izin

praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita

acara pemusnahan menggunakan formulir 1 sebagaimana terlampir.

Resep yang telah disimpan melebihi jangkau waktu 5 tahun dapat

dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan

oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotik dengan cara dibakar

atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan berita acara

pemusnahan resep menggunakan formulir 2 sebagaimana terlampir

dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan Kabupaten / Kota.

5. Pengendalian

Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah

persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem

pesanan atau pelayanan, penyimpanan danpengeluaran. Hal ini


bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,

kekosongan, kerusakan, kadaluarsa, kehilangan serta pengembalian

pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stock

baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-

kurangnya memuuat nama obat, tanggal kadaluarsa, jumlah

pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.

6. Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan farmasi,

Alat kesehatan,dan Bahan Medis Habis pakai meliputi pengadaan

(surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota

atau stroke penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan

kebutuhan.

Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksterna. Pelaporan

interna merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan

manajemen apotik, meliputi keuangan, barang dan laporan

lainnya.Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk

memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan, meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan pelaporan

lainnya. petunjuk teknis mengenai pencatatan dan pelaporan akan

diatur lebih lanjut oleh direktur jenderal (permenkesi Nomor. 73 Tahun

2016
BAB II1

TINJAUAN UMUM APOTEK

A. SEJARAH APOTEK SINAR FARMA


1. Sejarah

Apotek sinar farma puyung bisa di bilang apotek baru karna belum

berdiri

tahun.Apotek sinar farma di dirikan pada tanggal 29/03/2019.Oleh

seorang

Apoteker yang sekaligus pemilik dan Apoteker pengelola apotek (APA).

Dengan asisten apoteker (AA) Ahmad Tawakkal,S.,farm. Apotek sinar

farma puyung yang terletak sangat strategis dan mudah di jangkau dan

bisa dibilang pusat kermaian,yang terletak di Jl.Raden Puguh Puyung,

Jonggat, Lombok tengah,Nusa Tenggara Barat.

Adapun tujuan pendirian apotek adalah untuk meningkatkan pelayanan

kefarmasian yang di butuhkan dalam pengobatan,baik dari resep

dokter,maupun obat yang di jual secara bebas menurut peraturan yang

berlaku.

2. Perkembangan

Pelayanan di apotek sinar farma di lakukan setiap hari mulai pukul

08:00-22:30 wita, untuk hari libur nasional (tanggal merah) kami tetap

melakukan pelayanan. Pelayanan di apotek sinar farma di bagi menjadi

dua yaitu pelayanan swamedikasi dan pelayanan resep dokter dimana

masing- masing tipe pelaynan memiliki alur yang berbeda. Awal

berdirinya apotek sinar farma tidak banyak menyediakan stok obat,

Apotek tersebut hanya menyedikan obat yang di kenal oleh

masyarakat saja dan melakukan kerjasama dengan apotek lain untuk


pengadaan obat dengan dana yang sangat minim. seiring berjalannya

waktu, pada tahun 2020 Apotek sinar farma mengalami perkembangan

yang sangat pesat,mulai dari persediaan obat,penghasilan perharinya

dan juga jumlah karyawan di Apotek.Dikarenakan kualitas pelayanan

kesehatan dan juga tempat yang sangat strategis, bisa di bilang pusat

keramaian menjadikan salah satu apotek yang cukup ramai sehingga

perkembangannya semakin hari semakin bagus Adapun tujuan

pendirian apotek adalah untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian

yang di butuhkan dalam pengobatan, baik dari resep dokter maupun

obat

yang di jual secara bebas menurut peraturan yang berlaku.

B. STRUKTUR ORGANISASI APOTEK SINAR FARMA PUYUNG

APA
AHMAD MANDRA GUNA S. Farm. Apt

Asisten apoteker
AHMAD TAWAKKAL S.
Farm

Gambar 1.1 : struktur Organisasi Apotek Sinar


Farma
Karyawan
ENDANG RAHAYU
ROSIHAN
LOLITA OKTAVIA

C .TATA RUANG APOTEK SINAR FARMA

Jln. Raden puguh puyung, kec. Jonggat, kab. Loteng, NTB

OBAT BEBAS DAN BEBAS TERBATAS OBAT BEBAS DAN BEBAS TERBATAS

OBAT BEBAS DAN


BEBAS TERBATAS

STOK OBAT BEBAS DAN BEBAS


VITAMIN
TERBATAS

RUANG CEK
MEJA HB,TENSI,GULA
DARAH, ASAM
URAT
OBAT KERAS

OBAT KERAS
OBAT KERAS

GUDANG

Gambar 1.2 Tata letak apotek sinar farma

D. PENGELOLAAN APOTEK

Pengelolaan apotek adalah segala upaya dan kegiatan yang di lakukan oleh

Seorang apoteker pengelola apotek dalam rangka tugas dan fungsinya sebagai

pelayan apotek.

A. Pengelolaan apotek berdasarkan peraturan Menteri kesehatan No

922/MENKES/per/1993 pasal 10 dan 11, pengolahan apotek meliputi:

1. pembuatan,pengolahan,peracikan,pengubahanbentuk,pencampuran,penyi

mpanan,dan penjualan obat atau bahan obat.

2. pengadaaan penyimpanan,penyaluran,dan penyerahan perbekalan farmasi

lainnya.
3. pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi,yang meliputi

informasi obat dan perbekalan farmasi lainnya yang diberikan kepada

dokter,tenaga kesehatan lainnya, maupun masyarakat (Bogodenta

A,2013).

B. Dalam peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 tahun

2016,pengolahan sedian farmasi diapotek meliputi:

1. Perencanaan

Dalam perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu diperhatikan

pola penyakit,pola konsumsi,budaya dan kemampuan masyarakat.

2. Pengadaan

Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan

sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan

peundang-undangan

3. Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis

spesifikasi ,jumlah,mutu,waktu penyerahan dan harga yang tertera

dalam surat pesenan dengan kondisi fisik yang diterima.

4. penyimpanan

a . semua obat atau bahan obat harus disimpan pada kondisi yang

sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.

b. system penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk

sediaan dan kelas obat serta disusun secara alfabetes.


c. pengeluaran obat memakai sistem FEFO (first expire first out) dan

FIFO(first in first out).

5. pemusnahan dan penarikan

a. obat kadaluarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan

bentuk sediaan.

b. pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai

yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan caa yang sesuai

dengan ketentuan beraturan perundang-undangan.

6. pengendalian

Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah

persediaan sesuai kebutuhan pelayanan,melalui pengaturan system

pesenan atau pengadaan , penyimpanan dan pengeluaran.

7. pencatatan dan pelaporan

Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan farmasi yang

disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan digunaka untuk mengetahui

kebutuhan manajemen apotek ,dan untuk memenuhi kewajiban sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan pelaporan

lainnya(permenkes RI NO .73/2016).

E. Cara penyimpanan obat dan sediaanya


1. FIFO(First in first out)

Obat yang baru masuk diletakkan di bawah,sedangkan obat-obat yang

lama diletakkan di atas dengan tujuan agar obat tidak kadaluarsa lebih

dahulu sebelum digunakan.

2. FEFO(First Expired First Out)

Obat yang hampir atau akan mendekati masa kadaluarsa dikeluarkan

terlebih dahulu.

3. kandungan obat

Obat disusun berdasarkan kandungan atau isi dari masing-masing obat,

agar mudah dalam pengambilanya. Misalnya : Obat yang mengandung

paracetamol dengan paracetamol,obat yang mengandung amoxicillin

dengan amoxicillin.

4. Alphabet

Obat disusun berdasarkan alphabet dari A-Z dimaksud agar lebih mudah

dalam pencarian.

5. Bentuk sediaan

Obat disusun berdasarkan bentuk sediaan dari tablet dengan tablet, sirup

dengan sirup ,salep dengan salep.

6. Lemari pendingin

Obat yang khusus disimpan di lemari pendingin karena mudah mencair

contohnya : Boroginol supp, pamol supp, Interlac , ventolin dll.

F. Obat Generik dan Paten


1. Obat Generik

Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang dalam farmakope

indonesia untuk zat berkhasiat yang terkandungnya dan mempunyai logo

generik. Contoh : Dekongestan, Antasida doen, Asam mefenamat,

Ambroxol, dll

2. Obat paten

Obat paten adalah obat yang dijual dengan nama dagang atau yang telah

mempunyai hak paten atau yang telah terdaftar di Departemen atas nama si

pembuat, pembuat yang dikuasakan nya dan dijual dalam bungkus asli dan

pabrik dari pabrik yang memproduksinya Contoh : Mycoral, Lodia,

Alluric, Hypofil dll

B. PELAYANAN KIE DAN PHARMATICAL CARE

1. PELAYANAN KIE

Di mana kita sebagai ahli Farmasi mampu memberikan konseling mengenai

obat dengan benar dan tepat yang diberikan kepada pasien atau pembeli ,adapun

konseling yang diberikan :

 Kegunaan atau indikasi suatu obat

 Cara penggunaan atau aturan pakai

 Efek samping obat

 Kontra indikasi obat

 Interaksi obat sesuai kebutuhan pasien


 Pola hidup

 Kepatuhan pasien

Setelah konseling dilakukan maka obat dapat diserahkan kepada pasien

atau pelanggan yang membeli obat di apotek.

2. FHARMACETICAL CARE

Fharmacetical care merupakan pelayanan yang diberikan oleh apoteker

kepada Pasien secara menyeluruh sebagai tanggung jawab dan komitmen dalam

mencapai kesejahteraan pasien melalui terapi obat yang optimal,meliputi

pelayanan apoteker secara langsung kepada pasien.Apoteker mampu memberikan

solusi atas masalah pasien,minsalnya untuk swamedikasi,apoteker membantu

dalam pelayanan Swamedikasi untuk memberikan obat obat yang dibutuhkan

sesuai dengan daftar obat wajib apotek atau menggunakan obat bebas,apoteker

diapotek juga mampu memberikan informasi mengenai penggunaan,penyimpanan

obat (memberikan pelayanan informasi obat).


BAB IV

PEMBAHASAN

A.Pengelolaan apotek

Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya

kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan dan

mengidentifikasi, mencegah, serta mengatasi masalah terkait Obat (drug

related problems), masalah farmakoekonomi, dan farmasi sosial

(sociopharmacoeconomy). Untuk menghindari hal tersebut, Apoteker

harus menjalankan praktik sesuai standar pelayanan. Apoteker juga harus

mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam

menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan Obat yang rasional.

Dalam melakukan praktik tersebut, Apoteker juga dituntut untuk

melakukan monitoring penggunaan Obat, melakukan evaluasi serta

mendokumentasikan segala aktivitas kegiatannya. Untuk melaksanakan

semua kegiatan itu, diperlukan Standar Pelayanan Kefarmasian. Sejalan

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, di bidang

kefarmasian telah terjadi pergeseran orientasi Pelayanan Kefarmasian dari


pengelolaan Obat sebagai komoditi kepada pelayanan yang komprehensif

(pharmaceutical care) dalam pengertian tidak saja sebagai pengelola Obat

namun dalam pengertian yang lebih luas mencakup pelaksanaan

pemberian informasi untuk mendukung penggunaan Obat yang benar dan

rasional, monitoring penggunaan Obat untuk mengetahui tujuan akhir,

serta kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan. Dengan pesatnya

perkembangan ilmu pengetahuan dan peraturan perundang-undangan dan

perubahan peran Apoteker sebagaimana tersebut di atas, maka perlu

dilakukan revisi terhadap Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek.

E.Ruang Lingkup

Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu

kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan

tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia,sarana dan prasarana.


PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN, DAN

BAHAN MEDIS HABIS PAKAI

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,

pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan.

A. Perencanaan

Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola

penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.

B. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan

Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan

C. Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis

spesifikasi, jumlah waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam

surat pesanan dengan kondisi fisik diterima.

D. Penyimpanan

1.Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam

hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain,

maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi

yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurangkurangnya memuat nama

Obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.

2. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai

sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.

3. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan

dan kelas terapi Obat serta disusun secara alfabetis.

4. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan

FIFO (First In First Out)

E. Pemusnahan

1. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis

dan bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang


mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan

disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh

Apoteker dan

disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik

atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan

menggunakan Formulir 1 sebagaimana terlampir.

2 . Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat

dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh

sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara

pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep

menggunakan Formulir 2 sebagaimana terlampir dan selanjutnya dilaporkan

kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.

F. Pengendalian

Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah

persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem

pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini

bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,

kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian

pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok

baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok

sekurangkurangnya memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah

pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.


G. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan

(surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stock), penyerahan (nota

atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan

kebutuhan. Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal.

Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk

kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan

lainnya.

Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan meliputi pelaporan

narkotika (menggunakan Formulir 3 sebagaimana terlampir), psikotropika

(menggunakan Formulir 4 sebagaimana terlampir) dan pelaporan lainnya.

Pelayanan KIE dan PHARMACEUTICAL CARE di Apotek

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1027/

Menkes/ SK/lX/2004,pelayanan kefarmasian saat ini telah bergeser orientasinya

dari obat ke pasien yang mengacu kepada pelayanan (pharmaceutical care) .


Sebagai konsekuensinya peeubahan orientasi tersebut, Apoteker dituntut untuk

meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan

interaksi langsung dengan pasien.

Definisi asuhan kefarmasian internationalpharmaceutical federation (IPF)

adalah tanggung jawab profesi dalam hal farmakoterapi dengan tujuan untuk

mencapai keluaran yang dapat meningkatkan atau menjaga kualitas hidup pasien.

Asuhan kefarmasian merupakan proses kolaboratif yang bertujuan untuk

mengindentifikasi, mencegah,dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang

berhubungan dengan kesehatan.

Terapi dengan obat merupakan proses kolaboratif antara pasien,

dokter,farmasis dan penyelenggara pelayanan kesehatan,proses ini merupakan

proses yang harus ditingkatkan terus menerus agar penggunaan obat yang menjadi

tanggung jawab bersama antara tenaga kerja farmasis, tenaga kerja kesehatan

lainnya,dan pasien, memperoleh terapi yang optimal. Farmasi memberikan

jaminan agar obat yang diberikan adalah obat yang benar diperoleh maupun di

berikan dengan benar,segala keputusan profesional farmasis didasarkan

pertimbangan atas kepentingan pasien dan aspek ekonomi yang menguntungkan

pasien. Pasien dan masyarakat betul betul diuntungkan dengan kesehatan asuhan

kefarmasian farmasi seperti berikut.

1. Konseling dan Edukasi

Menurut KepMenkes No.1027/Menkes/SK/lX/2004, Apoteker harus memberikan

konseling,mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan


lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang

bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan sediaan farmasi atau

perbekalan farmasi lainnya (Depkes RI,2004).

Apoteker harus memberikan informasi yang benar ,jelas dan mudah

dimengerti, akurat, tidak bias,etis,bijaksana dan terkini. Informasi obat pada

pasien sekurang kurangnya meliputi: cara pemakaian obat,cara penyimpanan

obat,jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus

dihindari selama terapi (Depkes RI,2004).

Apoteker berpatisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi dalam rangka

pemberdayaan masyarakat dengan cara Apoteker ikut membantu diseminasi

informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet atau brosur,poster,

penyuluhan,dan lain lainnya sesuai dengan KepMenkes

No.1027/Menkes/SK/IX/2004 (Depkes RI,2004).

Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara

Apoteker dan pasien untuk mengindentifikasi dan memecahkan masalah yang

berkaitan dengan obat dan kemampuan dari Apoteker dalam memahami dan

memahami dan melayani pasien/ konsumen agar merasa diperhatikan dan

diperlakukan dengan baik.

Informasi obat adalah pemberian keterangan atau informasi yang jelas dan

pasti tentang suatu obat untuk meningkatkan pemakaian obat secara rasional

sehingga dapat tercapai tujuan terapi yang diinginkan. Pemberian informasi obat

setidaknya dilakukan pada saat dispensing obat kepada pasien sehingga pasien
dapat menggunakan obatnya dengan benar dan rasional sehingga tujuan dari

pengobatan dapat tercapai.

2. Pelayanan Redensial (Home Care)

Menurut KepMenkes No.1027/ Menkes/SK/ lX/2004, Pelayanan redensial

(home care) adalah Apoteker sebagai care giver dalam pelayanan kefarmasian

dirumah-rumah khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan

terapi kronis lainnya. Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat

melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya

untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya,

untuk aktivitas ini, Apoteker harus membuat catatan pengobatan ( Medication

record).

pelayanan

BAB V

Penutup

KESIMPULAN dan SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil Pendidikan Sistem Ganda ( PSG ) di Apotek LINDA dari

tanggal 7 september -7 desember saya mendapatkan banyak manfaat, baik itu

pengalaman, pengetahuan, dan semua yang terkait dalam dunia kerja.

Sehingga saya dapat menambah wawasan yang saya dapatkan selama ini,

karna hanya dengan praktek saya bisa mengetahui seberapa jauh

kemampuan yang sudah saya dapat disekolah. Sehingga suatu saat nanti
jika saya memasuki dunia kerja tidak akan ragu melakukannya, karna

sebelumnya sudah mempunyai pengalaman yang baik.

B. Saran

Bagi siswa/i yang melakukan kegiatan Pendidikan Sistem Ganda

(PSG) saran yang paling penting adalah menjaga nama baik sekolah dimana

perusahaan tempat dilaksanakan kegiatan Pendidikan Sistem Ganda (PSG)

dan mematuhi peraturan yang ada diperusahaan.

Bagi sekolah sebaiknya siswa/i yang diterjunkan ke perusahaan

untuk mengikuti PSG dibekali terlebih dahulu mengenai pekerjaan yang

akan dilakukan dalam perusahaan, sehingga siswa/i merasa siap baik secara

mental maupun fisiknya.

Daftar pustaka
Menteri kesehatan RI No . 02396/A/SK/VIII/1986 , tentang obat bebas .

Jalart: Peraturan Menteri kesehatan RL No ,006 Tahun 2012 ,tentang obat

Tradisional .Jakarta

Peraturan Menteri kesehatan RI No .1189 , 1190 , 1191 , Tahun 2010 ,tentang

Alat kesehatan .Jakarta

LAMPIRAN
Lampiran 1:Buku catatan yang keluar (obat bebas dan bebas terbatas)

Lampiran 2:Buku catatan yang keluar (obat keras)


Lampiran 3:Surat pesanan biasa

Lampiran 4:Surat pesanan OOT


Lampiran 5: Surat pesanan prekursor farmasi
Lampiran 6:Buku nota kontan
Lampiran 7:Resep

Lampiran 8:Etiket obat luar


Lampiran 9:Etiket obat dalam
Lampiran 10:Buku register
Lampiran 11:Buku defecta

Lampiran 12:Buku faktur


Lampiran 13: Dokumentasi pelayanan informasi obat

Anda mungkin juga menyukai