Anda di halaman 1dari 4

Salah satu tokoh yang menyampaikan pidato pada sidang pertama BPUPK (29 Mei-1 Juni) adalah

Mohammad Yamin. Ia menyampaikan pidato pada 29 Mei, sekitar 20 menit. Dalam Naskah
Persiapan disebutkan bahwa Yamin menyampaikan pidato tentang lima poin yang menjadi dasar
pembentukan negara merdeka, yaitu:

Peri Kebangsaan:

• Peri Kemanusiaan;

• Peri Ketuhanan;

• Peri Kerakyatan (poin empat ini memiliki anak poin lagi yaitu, permusyawaratan, perwakilan, dan
kebijakan);

Kesejahteraan Rakyat.

Penjelasan

1. Peri Kebangsaan

Menurut Moh. Yamin, ada tiga hal yang bisa dilakukan terkait kebangsaan Indonesia yang
berkinginan untuk merdeka, yaitu:

• Mengenai pekerjaan anggota untuk mengumpulkan segala bahan-bahan untuk pembentukan


negara.

• Mengenai Undang-Undang Dasar Negara.

• Usaha yang harus dilakukan untuk menjadikan Indonesia merdeka sesuai keinginan rakyat.

“Salah satu hal yang bisa dilakukan terkait kebangsaan Indonesia adalah mengenai Undang-Undang
Dasar Negara.”

Peri kebangsaan ini memiliki keterkaitan dengan paham nasionalisme.

Menurut Moh.Yamin, sebuah negara berkaitan dengan bangsa, tanah air, kemakmuran, dan
kebudayaan.

Sehingga, dirinya menyarankan agar tatanan negara Indonesia berbeda dengan negara luar.

Hal ini karena aturan dasar negara Indonesia perlu berlandaskan kepada adat, tradisi, agama, dan
otak Indonesia

2. Peri Kemanusiaan

Saat mengemukakan poin ini, Moh. Yamin mengatakan bahwa pergerakan Indonesia merdeka tidak
berkaitan dengan perlawanan terhadap penjajah saja.

Melainkan juga upaya dalam menyusun masyarakat baru dalam suatu negara.

Tujuan Indonesia merdeka sudah memiliki arti yang sama dengan dasar kemanusiaan yang berupa
dasar kedaulatan rakyat atau kedaulatan negara.

“Kedaulatan rakyat Indonesia berdasarkan peri kemanusiaan yang universal, berisikan tentang
internasionalisme dan humanisme dari segala bangsa.”

3. Peri Ketuhanan
Poin ketiga yang disampaikan Moh. Yamin adalah tentang ketuhanan.

Moh. Yamin mengatakan bahwa bangsa Indonesia merdeka adalah bangsa yang berkeadaban luhur
dan peradabannya memiliki Ketuhanan Yang Maha Esa.

4. Peri Kerakyatan

Peri kerakyatan menurut Moh. Yamin mempunyai tiga anak poin, yaitu permusyawaratan, kebijakan,
dan perwakilan.

Pada anak poin pertama yaitu permusyawaratan, Moh Yamin mengambil dasar permusyawaratan
dari sifat-sifat peradaban asli Indonesia.

Pada anak poin kedua, jalan kebijaksanaan yang oleh Moh. Yamin diterjemahkan menjadi
rasionalisme.

Sementara pada anak poin ketiga, menurut Moh. Yamin, sifat utama dari susunan masyarakat adalah
adanya sistem perwakilan.

“Tiga anak poin dari peri kerakyatan yaitu permusayawaratan, kebijakan, dan perwakilan.”Pada 31
Mei 1945, Soepomo juga menyampaikan pidato di BPUPK. Soepomo berbicara mengenai struktur
sosial bangsa Indonesia yang ditopang oleh semangat persatuan hidup, semangat kekeluargaan,
keseimbangan lahir batin masyarakat, yang senantiasa Bermusyawarah dengan rakyatnya demi
menyelenggarakan keinsyafan keadilan rakyat

1) Persatuan, , 2) Kekeluargaan, (3) Keseimbangan lahir dan batin, (4) ) Musyawarah 5)Keadilan
rakyat.

Penjelasan

1. Persatuan

Persatuan yang dimaksud oleh Soepomo adalah persatuan hidup, persatuan kawulo dan gusti,
persatuan antara dunia luar dan dunia batin.

Hal ini terjadi antara mikrokosmos dan makrokoskos, antara pemimpin dan rakyatnya.

Soepomo sangat menekankan adanya persatuan pemimpin dengan rakyatnya, Adjarian.

Sehingga, pejabat negara, menurut Soepomo adalah pemimpin yang bersatu jiwa dengan rakyat.

Selain itu, pejabat negara itu senantiasa memegang teguh persatuan dan keseimbangan dalam
masyarakatnya.

2. Kekeluargaan

Karakteristik sosial bangsa Indonesia adalah kekeluargaan, sehingga hal ini perlu menjadi dasar bagi
Indonesia merdeka.

Soepomo juga mengkritik apa yang disebut dengan kebudayaan Barat.

Menurutnya, orang Barat berpegang pada prinsip-prinsip individualisme atau perseorangan.

Individualisme inilah yang bisa menyebabkan bangsa-bangsa Eropa pada keangkaramurkaan yang
dapat bersaing dengan sangat keras dan saling menjatuhkan.
Sementara orang Timur tidak mengenal individualisme, tetapi semua orang dianggap sebagai
anggota keluarga.

Sehingga, semua pekerjaan dijalankan secara bersama-sama yang membuat negara Indonesia harus
diselenggarakan atas dasar kekeluargaan dan gotong royong.

3. Keseimbangan Lahir dan Batin

Setiap manusia, menurut Soepomo dalam pergaulan sosial mempunyai kewajiban hidup sendiri
menurut kodrat alamnya.

Nah, kesemuanya itu ditunjukan untuk mencapai keseimbangan lahir dan batin.

Batin di sini berkaitan dengan keyakinan, agama, atau kepercayaan yang dimiliki masyarakat
Indonesia.

Hal inilah yang dapat menjadikan petunjuk jalan dalam kehidupan bangsa Indonesia.

Sementara lahir berarti hal-hal tampak, fisikal, dan ragawi, sehingga keduanya tidak bisa dipisahkan.

4. Musyawarah

Menurut Soepomo, masyarakat Indonesia sudah terbiasa melakukan musyawarah sejak zaman
dahulu.

Sehingga, pemimpin Indonesia, menurut Soepomo, hendaknya bermusyawarah dengan rakyatnya.

Selain itu, pemimpin Indonesia juga harus bermusyawarah kepada kepala-kepala keluarga dalam
desa, agar terwujud pertalian antara pemimpin dan rakyat.

5. Keadilan Rakyat

Setiap pemimpin, mulai dari kepala desa, menurut Soepomo, harus bertindak sesuai dengan prinsip
keadilan dan cita-cita rakyatnya.

Sehingga, bisa terjadi keadilan bagi setiap rakyat Indonesia.

Nah, itu tadi Adjarian, penjelasan rumusan dasar negara dari Soepomo yang terbagi ke dalam lima
butir.

Penjelasan soekarno

Ketuhanan

1. Kebangsaan Indonesia atau Nasionalisme

Soekarno menempatkan nasionalisme pada urutan pertama dengan tujuan untuk menyatukan
kondisi masyarakat Indonesia.

Seperti yang kita tahu, masyarakat Indonesia adalah majemuk, terdiri dari berbagai latar belakang
yang berbeda.

Namun, perbedaan ini tidak akan menimbulkan masalah jika ada nilai nasionalisme.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, nasionalisme adalah kesadaran keanggotaan dalam suatu
bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan
mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu.
Dengan berlandaskan pada nilai kebangsaan atau nasionalisme, maka persatuan bangsa Indonesia
bisa terwujud.

2. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan

Peri kemanusiaan atau dalam KBBI ditulis perikemanusiaan adalah sifat-sifat yang layak bagi
manusia, seperti tidak jahat, suka menolong, bertimbang rasa.

Ini merujuk pada hubungan antarmasyarakat Indonesia yang seharusnya saling memanusiakan.

Dalam arti, setiap warga harus saling menolong, menghargai, menghormati hak warga lainnya agar
tercipta kondisi masyarakat yang rukun.

Rumusan ini menjadi cikal bakal terciptanya sila kedua Pancasila "Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab".

3. Mufakat atau Demokrasi

Demokrasi perlu digunakan oleh suatu negara dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
dan menemukan solusi dari masalah yang terjadi.

Demokrasi juga bisa didefinisikan sebagai gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan
persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara.

Nah, untuk mencapai demokrasi, Soekarno mengusulkan nilai mufakat atau musyawarah.

Di Indonesia, musyawarah digunakan untuk mencapai keputusan atau penyelesaian masalah di


setiap aspek kehidupan masyarakat.

4. Kesejahteraan sosial

Soekarno menggagaskan rumusan kesejahteraan sosial karena selama masa penjajahan, masyarakat
Indonesia telah melewati masa-masa sulit.

Adanya penindasan dan keterbatasan ekonomi yang dibuat oleh pemerintah kolonial membuat
masyarakat tidak bisa merasakan kesejahteraan.

Oleh karena itu, Soekarno menyampaikan harapannya untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia
melalui rumusan dasar negara.

5. Ketuhanan

Rumusan dasar negara menurut Soekarno yang terakhir adalah Ketuhanan.

Ini diletakkan terakhir karena dianggap sebagai penguat prinsip dan dasar-dasar negara yang sudah
disebutkan sebelumnya.

Pada dasarnya, masyarakat Indonesia adalah umat beragama yang diberi kebebasan untuk memilih
kepercayaan dan melakukan ibadahnya.

Rumusan ini kemudian diwujudkan dalam Pancasila sila pertama "Ketuhanan Yang Maha Esa".

Anda mungkin juga menyukai