Soekarno
1) Kebangsaan Indonesia
Soekarno menjelaskan bahwa bangsa Indonesia bukanlah sekedar satu golongan orang yang
memiliki keinginan untuk bersama dan bersatu dengan golongannya, tetapi harus menjadi satu
kesatuan seluruh manusia Indonesia yang berbangsa-bangsa dan tinggal di pulau pulau
Indonesia.
Soekarno mengatakan, "Nasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak hidup dalam taman-
sarinya Internasionalisme". Dengan demikian, dasar pertama, Kebangsaan Indonesia harus
bergandengan tangan dengan dasar kedua, Internasionalisme atau Perikemanusiaan. Soekarno
mengutip pendapat Mahatama Gandhi, "saya seorang nasionalis, tetapi kebangsaaan saya adalah
perikamenusiaan".
Soekarno mengatakan, "Negara Indonesia bukan satu negara untuk satu orang, bukan satu negara
untuk satu golongan walaupun golongan karya. Tetapi kita mendirikan negara, semua buat
semua, semua buat satu". Saya yakin, bahwa syarat yang mutlak untuk kuatnya negara Indonesia
ialah permusyawaratan dan perwakilan.
4) Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan sosial disini, menurut Soekarno, "Tidak akan ada kemiskinan di dalam Indonesia
Merdeka".
5) Ketuhanan
Ketuhanan yang berkebudayaan disini dimaknai oleh Soekarno sebagai ketuhanan yang berbudi
pekerti, yang luhur, ketuhanan yang menghormati satu sama lain. Dengan prinsip kelima inilah,
semua agaman dan kepercayaan mendapat tempat yang baik.
Mohamad Yamin
1) Peri Kebangsaan
Menurut Yamin ada tiga hal yang harus dilakukan terkait dengan kebangsaan Indonesia yang
berkeinginan untuk merdeka, yaitu (1) Mengenai pekerjaan anggota untuk mengumpulkan segala
bahan-bahan untuk pembentukan negara, (2) Mengenai Undang-Undang Dasar Negara, (3)
Usaha yang harus dilakukan untuk menjadikan Indonesia merdeka sesuai dengan keinginan
rakyat.
2) Peri Kemanusiaan
Kedaulatan rakyat Indonesia dan Indonesia merdeka berdasarkan peri kemanusiaan yang
universal, berisikan tentang humanisme dan internasionalisme bagi segala bangsa. Dasar
Perikemanusiaan adalah dasar hukum internasional dan peraturan kesusilaan sebagai bangsa dan
negara yang merdeka.
3) Peri Ketuhanan
Yamin hanya mengatakan bahwa bangsa Indonesia merdeka adalah bangsa yang berkeadaban
luhur, dan peradabannya memiliki Ketuhanan Yang Maha Esa.
4) Peri Kerakyatan
Peri Kerakyatan ini memiliki anak poin lagi, yaitu permusyawaratan, perwakilan, dan kebijakan.
Terhadap anak poin tersebut, Yamin banyak merujuk kepada kitab suci Al-Qur'an.
5) Kesejahteraan Rakyat
Ia mengatakan bahwa perubahan besar yang terjadi dalam diri bangsa Indonesia berhubungan
langsung dengan dilantinya negara baru. Selain itu, mengenai kehidupan ekonomi sosial bangsa
Indonesia, Mohamad Yamin membicarakan tentang kesejahteraan rakyat atau keadilan sosial
yang dikaitkan dengan daerah negara.
Soepomo
1) Persatuan
2) Kekeluargaan
Dalam budaya Timur, sebagaimana Indonesia, semua orang dianggap sebagai anggota keluarga.
Semua pekerjaan dijalankan bersama-sama. Oleh karena itu, negara Indonesia merdeka harus
diselenggarakan atas dasar kekeluargaan dan gotong royong.
Batin berkaitan dengan agama, keyakinan, atau kepercayaan yang dimiliki masyarakat Indonesia.
Sementara lahir berarti hal-hal tampak, ragawi, dan fisikal. Keduanya tidak dapat dipisahkan.
4) Musyawarah
Pemimpin negara Indonesia hendaknya bermusyawarah dengan rakyatnya, atau dengan kepala-
kepala keluarga dalam desa, agar terwujud pertalian antara pemimpin dan rakyat.
5) Keadilan Rakyat
"Negara Totaliter" atau yang disebut Soepomo "Bentuk Integralistik", ialah suatu negara yang
meniadakan perbedaan antargolongan masyarakat, meleburkan seluruh golongan ke dalam satu
zat, yaitu rakyat yang bersatu jiwa dengan pemimpinnya.
Moh Hatta
Menurut Moh Hatta, Pancasila sebenarnya tersusun atas dua dasar. Pertama, berkaitan dengan
moral, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Kedua, berkaitan dengan aspek politik, yaitu
Kemanusiaan, Persatuan Indonesia, Demokrasi Kerakyatan, dan Keadilan Sosial
Nilai Instrumental : UUD 1945, Pasal 29: (1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Nilai Instrumental : UUD 1945, Pasal 28A “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya.”
Nilai Praksis : Mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban asasi setiap manusia tanpa
membedakan.
Nilai Instrumental : UUD 1945, Pasal 36 “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.”
Nilai Instrumental : UUD 1945, Pasal 33: Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan.
Salah satu nilai instrumental dari nilai dasar Ketuhanan adalah Pasal 29 ayat 2 UUD 1945
“Negara menjamin kemerdekaan tiap tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing
dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.”
Salah satu nilai instrumental dari sila kedua ini adalah Pasal 28I ayat 4 UUD 1945, yang
berbunyi “Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggung jawab negara, terutama pemerintah”.
Persatuan Indonesia
Salah satu nilai instrumental dari sila ketiga adalah penggunaan bendera negara Indonesia,
penggunaan bahasa Indonesia, dan penggunaan lambang negara Garuda Pancasila dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Salah satu nilai praksis dari sila keempat ini adalah “memberikan kepercayaan kepada wakil-
wakil rakyat yang telah terpilih dan yang menjadi wakil rakyat juga harus mampu membawa
aspirasi rakyat”.
Salah satu nilai instrumental sila kelima ini adalah Pasal 34 ayat (1), (2), dan ayat (3) UUD 1945,
yang berbunyi: (1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara; (2) Negara
mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat
yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan; (3) Negara bertanggung
jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.