Anda di halaman 1dari 7

Program Pelatihan : Pelatihan Kepemimpinan Pengawas (PKP)

Angkatan/ Tahun : III/ 2023


Materi : MOOC Agenda I/ Bela Negara dan Kepemimpinan
Pancasila
Nama Peserta : Syaiful Bahry
Nomor daftar hadir : 30
Unit Kerja : Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum
Kementerian Hukum dan HAM

BELA NEGARA KEPEMIMPINAN PANCASILA

A. Persepsi Publik Mengenai Lingkup dan Wujud Cinta Tanah Air Dalam Perspektif Wwasan
Nusantara dan Kearifan Lokal
1. Pengertian Persepsi Publik
Persepsi merupakan proses seseorang menanggapi atau melihat lingkungan
di sekitarnya melalui panca indra yang ia miliki sehinga memiliki kesadaran akan
segala sesuatu yang ada lingkungan sekitar.
Pengertian publik diartikan oleh Syafi’ie, dkk. (1999) yaitu “sejumlah manusia
yang memiliki kebersamaan berfikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang
benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki”.
Persepsi publik merupakan proses bagaimana sekelompok masyarakat
melihat, memandang dan menanggapi lingkungan sekitarnya melalui apa yang
mereka tangkap dan terima oleh alat indra sehingga dapat memberikan kesan dan
penafsiran terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitar mereka.

2. Lingkup Wujud Cinta Tanah Air


Ciri-ciri dari sikap cinta terhadap tanah air diantaranya yaitu: rela berkorban
demi bangsa dan negara, memiliki rasa bangga terhadap bangsa dan negara, bangga
berbahasa Indonesia, berkontribusi dan berpartisipasi dalam pembangunan nasional
di berbagai bidang yang ditekuni, serta ikut serta dalam mempertahankan persatuan
dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.
Rasa cinta tanah air ini penting agar bangsa dan negara Indonesia aman dan
damai, pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik, serta kesejahteraan
hidup masyarakat akan terus meningkat. Sebaliknya, apabila rasa cinta tanah air ini
tidak dimiliki oleh setiap warga negara, maka bangsa dan negara ini akan mudah
rapuh dan akan dihadapkan dengan konflik, kekacauan, bahkan dapat perang
antarsesama saudara. Hal ini tentu akan membuat pembangunan nasional terhambat
dan tidak berhasil dilakukan. Akibatnya kesejahteraan hidup masyarakat pun akan
terancam.

3. Wawasan Nusantara dan Kearifan Lokal


Wawasan nusantara merupakan konsepsi yang menekankan bagaimana
melihat bangsa kita dalam berbagai aspek kehidupan dihadapkan dengan berbagai
tantangan dan ancaman. Oleh karena itu wawasan nusantara sering diartikan cara
pandang bangsa Indonesia mengenai dirinya dan lingkungannya yang dikaitkan
dengan potensi ideologi,politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.
Wawasan nusantara juga merupakan faktor integrasi dalam
menyelenggarakan berbagai fungsi-fungsi negara di berbagai bidang seperti politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan yang dapat menunjang
pembangunan nasional. Oleh karenanya, wawasan nusantara dapat menjadi
petunjuk operasional dalam menyelenggarakan pemerintahan suatu negara.

B. Preferensi Publik dalam Kerangka Tujuan Negara sebagai Amanat Konstitusi


1. Preferensi Publik
Preferensi publik merupakan kecenderungan pilihan masyarakat terhadap
suatu hal yang sama serta memiliki minat dan kepentingan yang sama.

2. Tujuan Negara sebagai Amanat Konstitusi


Tujuan dari negara Indonesia ialah “Melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Tujuan negara tersebut bila direduksi meliputi tujuan perlindungan,
kesejahteraan, pencerdasan serta ketertiban dan perdamaian. Adapun
penjelasan dari tujuan-tujuan tersebut sebagai berikut.
a. Tujuan Perlindungan
Tujuan perlindungan ini dapat dimaknai bahwa negara wajib
melindungi segala hal atau komponen yang membentuk bangsa Indonesia
diantaranya yaitu rakyat, sumber daya alam, sumber daya manusia,
sumber daya buatan, serta nilai-nilai, norma, dan budaya yang hidup di
masyarakat.
b. Tujuan Kesejahteraan
Tujuan kesejahteraan ini dapat dimaknai bahwa negara harus
memberikan kesejahteraan bagi setiap warga negaranya dalam berbagai
aspek baik materi maupun sejahtera lahir dan batin.
c. Tujuan Pencerdasan
Tujuan pencerdasan ini dapat dimaknai bahwa negara harus
menjamin setiap warga negaranya untuk memperoleh pendidikan yang
layak dan berkualitas. Pendidikan merupakan aspek penting dalam
pembangunan manusia Indonesia.
d. Tujuan Ketertiban dan Perdamaian
Tujuan ketertiban dan perdamaian ini dapat dimaknai bahwa
perdamaian merupakan cita-cita dari setiap negara di dunia. Perdamaian
ini meliputi perdamaian di dalam negeri dan perdamaian di luar negeri.

3. Sistem Pemerintahan Indonesia


Sistem pemerintahan Indonesia diatur secara tegas dalam konstitusi
negara yakni Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dalam konstitusi negara, telah diatur bahwa sistem pemerintahan negara
Indonesia saat ini menganut sistem presidensial. Sistem presidensial merupakan
sistem suatu negara yang dipimpin oleh seorang presiden. Presiden dalam sistem
presidensial memiliki kedudukan baik sebagai kepala negara maupun sebagai
kepala pemerintahan.
Bentuk negara Indonesia adalah Negara Kesatuan dengan prinsip otonomi
daerah yang luas. Negara kesatuan adalah bentuk negara berdaulat yang
diselenggarakan sebagai satu kesatuan menempatkan Pemerintah Pusat
sebagai otoritas tertinggi sedangkan wilayah-wilayah administratif di bawahnya
menjalankan kekuasaan yang didelegasikan Pemerintah Pusat. Terdapat
beberapa prinsip pokok dalam sistem pemerintahan presidensial, diantaranya
yaitu:
a. Terdapat pemisahan yang jelas antara kekuasaan eksekutif dan legislatif,
presiden merupakan eksekutif tunggal dan kekuasaan eksekutif tidak
terbagi.
b. Kepala pemerintahan adalah sekaligus kepala negara,
c. Presiden mengangkat para menteri sebagai pembantu/bawahan yang
bertanggung jawab kepadanya,
d. Anggota parlemen tidak boleh menduduki jabatan eksekutif dan sebaliknya,
e. Presiden tidak dapat membubarkan parlemen, dan
f. Pemerintah bertanggung jawab kepada rakyat.

C. Aspirasi Publik dalam Perspektif Pancasila


1. Aspirasi Publik
Aspirasi publik merupakan harapan, keinginan atau kebutuhan
masyarakat akan suatu hal baik berupa barang, jasa, pelayanan dan
sebagainya yang harus dipenuhi dalam hal ini oleh pemerintah guna
mencapai tujuan masyarakat yakni mencapai kesejahteraan.
2. Sila-sila Pancasila
Dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 terdapat rumusan sila-sila
Pancasila yang telah disepakati oleh para pendiri bangsa. Adapun sila-sila
tersebut diantaranya yaitu:
1) Ketuhanan Yang Maha Esa.
Bentuk pengejawantahan dari sila pertama ini dalam konstitusi negara
Indonesia yakni UUD NRI Tahun 1945, salah satunya tercantum dalam
Pasal 29 bahwa “Ayat (1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha
Esa. Ayat (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu.”
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Bentuk pengejawantahan dari sila kedua ini dalam konstitusi negara
Indonesia yakni UUD NRI Tahun 1945 tercantum dalam Pasal-Pasal
mengenai Hak Asasi Manusia. Salah satunya dalam Pasal 28 yang
menyebutkan bahwa “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya
ditetapkan dengan undang-undang.”
3) Persatuan Indonesia.
Bentuk pengejawantahan dari sila ketiga ini dalam konstitusi negara
Indonesia yakni UUD NRI Tahun 1945, salah satunya tercantum dalam
Pasal 1 Ayat (1) bahwa “Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang
berbentuk Republik.”
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hidmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan.
Bentuk pengejawantahan dari sila keempat ini dalam konstitusi negara
Indonesia yakni UUD NRI Tahun 1945, salah satunya tercantum dalam
Pasal mengenai Majelis Permusyawaratan Rakyat. Dalam Pasal 2 ayat
(1) menyebutkan bahwa “Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas
anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat, dan anggota Dewan
Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih
lanjut dengan undang-undang.”
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Bentuk pengejawantahan dari sila keempat ini dalam konstitusi negara
Indonesia yakni UUD NRI Tahun 1945, salah satunya tercantum dalam
Pasal mengenai Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial.
Dalam Pasal 33 menyebutkan bahwa “Ayat (1) Perekonomian disusun
sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Ayat (2)
Cabang- cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Ayat (3)
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat. Ayat (4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.”

D. Peran Kepemimpinan dan Nilai-nilai Dasar Bela Negara dalam Kompetisi dan Konflik
Kepentingan
1. Implementasi Kepemimpinan
Seorang pemimpin harus memiliki kepemimpinan dalam mengurus sebuah
organisasi. Pemimpin belum tentu berjiwa kepemimpinan, akan tetapi
kepemimpinan wajib dimiliki oleh seorang pemimpin. Kepemimpinan perlu
diimplementasikan dalam kehidupan nyata, dan itulah yang akan menguji sejauh
mana jiwa kepemimpinan seseorang dapat berjalan dan bertahan dalam desakan
konflik dan kompleksitas pengambilan keputusan. Itulah yang menjadi landasan
dalam kehidupan bernegara, di mana sikap bela negara memerlukan
kepemimpinan guna mempersiapkan warga negara dalam menghadapi
persoalan sosial dan negara.
2. Nilai-nilai Dasar Bela Negara
Nilai-Nilai Dasar Bela Negara meliputi 6 (enam) kelompok ruang lingkup nilai,
dengan rincian penjelasan sebagai berikut:
1) Cinta Tanah Air
2) Sadar Berbangsa dan Bernegara
3) Setia kepada Pancasila sebagai Ideologi Negara
4) Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara
5) Mempunyai Kemampuan Awal Bela Negara
6) Semangat Untuk Mewujudkan Negara Yang Berdaulat, Adil dan Makmur
3. Kompetisi dan Konflik Kepentingan
Dalam kehidupan, kompetisi adalah fenomena yang melekat pada manusia dan
unsur kehidupan lainnya. Tujuannya adalah mencapai target tertentu dengan
reward bagi kompetitor. Kompetisi bisa bernilai positif atau negatif, bergantung
pada konteksnya. Interaksi antar individu dalam kompetisi berkaitan erat dengan
perkembangan dan inovasi. Konflik kepentingan muncul ketika individu
mengutamakan kepentingan sekunder, seperti hasrat atau prestise,
mengabaikan kewajiban utama. Pengendalian konflik kepentingan penting untuk
meminimalkan kerugian dan meningkatkan etos kerja. Dalam jabatan
ketatanegaraan, konflik kepentingan dapat terjadi ketika kewajiban primer
terabaikan karena pengaruh kepentingan sekunder. Dimensi peran, aktivitas, dan
finansial perlu diperhatikan untuk menghindari konflik.

E. Metaplan Manajemen Perubahan Guna Membangun Integritas Pelayanan Publik


Berbasis Kerangka Berpikir Nilai-nilai Dasar Bela Negara sebagai Wujud
Kepemeimpinan Pancasila

1. lmplementasi Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara dalam


Manajemen Perubahan
Implementasi Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara
dalam manajemen perubahan mengacu pada bagaimana penerapan nilai-nilai
kebangsaan dan semangat bela negara menjadi bagian integral dari proses
mengelola perubahan di dalam suatu organisasi, terutama di lingkungan Aparatur
Sipil Negara (ASN). Dalam konteks ini, Wawasan Kebangsaan mencakup
pemahaman tentang jati diri bangsa, kesatuan, dan keutuhan wilayah Indonesia,
sementara Nilai-Nilai Dasar Bela Negara mencakup semangat cinta tanah air,
loyalitas kepada negara, dan kesiapan untuk membela negara dari berbagai
ancaman.
Dalam manajemen perubahan, implementasi Wawasan Kebangsaan dan
Nilai-Nilai Dasar Bela Negara memiliki beberapa makna dan implikasi:
Kesadaran Identitas Nasional: Implementasi ini membantu meningkatkan
kesadaran identitas nasional di kalangan ASN dan anggota organisasi lainnya.
Pemahaman tentang jati diri bangsa dan kesatuan akan memperkuat rasa
kebersamaan dan kebanggaan menjadi bagian dari negara Indonesia.
Orientasi pada Kepentingan Nasional: Dalam mengelola perubahan, penting
untuk selalu mengutamakan kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi
atau kelompok. Implementasi nilai-nilai bela negara akan memastikan bahwa
tindakan dan keputusan yang diambil bertujuan untuk kepentingan seluruh
bangsa.
Ketahanan dan Adaptabilitas: Nilai-Nilai Dasar Bela Negara mengajarkan
tentang ketahanan dan adaptabilitas dalam menghadapi perubahan dan
ancaman. Dalam manajemen perubahan, ASN perlu memiliki semangat pantang
menyerah dan siap beradaptasi dengan lingkungan yang selalu berubah.
Loyalitas dan Integritas: Implementasi nilai-nilai bela negara akan memperkuat
loyalitas dan integritas ASN dalam menjalankan tugas-tugasnya. ASN diharapkan
memiliki kesetiaan kepada negara dan bekerja dengan integritas tinggi untuk
pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat.
Semangat Pemersatu: Wawasan Kebangsaan dan nilai-nilai bela negara dapat
menjadi semangat pemersatu bagi seluruh anggota organisasi dalam menghadapi
perubahan yang memerlukan kolaborasi dan kerjasama antarunit kerja.

Pengawasan dan Keamanan: Implementasi nilai-nilai bela negara juga berkaitan


dengan pengawasan dan keamanan internal organisasi. ASN diharapkan menjadi
penjaga integritas, keamanan, dan stabilitas institusi.

Dengan demikian, implementasi Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai


Dasar Bela Negara dalam manajemen perubahan adalah upaya untuk
mengintegrasikan semangat kebangsaan dan semangat bela negara ke dalam
setiap langkah dan keputusan yang diambil selama proses perubahan organisasi.
Hal ini diharapkan akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen
perubahan serta mendorong terciptanya lingkungan kerja yang lebih produktif dan
bermartabat.

2. Hambatan Etika, Akuntabilitas, dan lntegritas Pelayanan Publik


Hambatan etika dan akuntabilitas dalam pelayanan publik diantaranya
meliputi:
a. Hambatan struktural
Hambatan struktural sering terjadi karena adanya aturan yang terlalu kaku
dan rumit, yang pada akhirnya menciptakan peluang bagi oknum tertentu
untuk melanggar etika dalam pelayanan publik.
b. Hambatan kultural
Hambatan kultural adalah hambatan budaya yang dapat menghalangi
penerapan etika dan akuntabilitas dalam pelayanan publik. Salah satu bentuk
hambatan kultural ini adalah sikap permisif di sebagian masyarakat yang
mencari jalan pintas dalam proses pelayanan publik dengan memberi
gratifikasi.
c. Hambatan etika dan akuntabilitas dalam pelayanan publik juga terjadi akibat
adanya kedekatan primordialisme.

3. Wujud Kewaspadaan Nasional


Dalam Peraturan Menteri Pertahanan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2016 tentang Pedoman Pembinaan Kesadaran Bela Negara, dijelaskan bahwa
kewaspadaan nasional adalah kemampuan dan kesiapan bangsa Indonesia untuk
mendeteksi, mengantisipasi, dan mencegah berbagai bentuk potensi ancaman
terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kewaspadaan nasional
melibatkan kesiapsiagaan psikologis warga negara untuk selalu siap menghadapi
ancaman dan tantangan. Dalam situasi apapun, setiap warga negara perlu
dibekali dengan kesadaran dan kesiapsiagaan untuk menghadapi berbagai
tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia.
Kewaspadaan Nasional memiliki fungsi yang penting dalam sistem
Keamanan Nasional, sebagaimana disampaikan oleh Letnan Kolonel Arm. Joko
Riyanto pada tahun 2017. Fungsi-fungsi tersebut adalah:
a. Membina Kepastian Hukum: Memastikan penerapan hukum yang adil dan
berkeadilan untuk menciptakan stabilitas dan ketertiban dalam masyarakat.
b. Membina Ketenteraman dan Ketertiban Masyarakat: Menjaga situasi yang
aman dan tenteram agar masyarakat dapat hidup dengan damai dan
tenteram.

c. Penegakan Hukum dan Keadilan: Menegakkan hukum dengan tegas dan adil
untuk menciptakan keadilan bagi seluruh warga negara.
d. Membangun Kemampuan Pertahanan: Meningkatkan kapabilitas pertahanan
negara dalam menghadapi potensi ancaman dari luar.
e. Melindungi Rakyat dari Berbagai Bencana (Alam, Kesengajaan, Lalai)
Termasuk Perlindungan Hak-Hak Rakyat: Menjamin keselamatan rakyat dari
berbagai jenis bencana alam, bencana akibat kelalaian, maupun tindakan
kesengajaan, serta melindungi hak-hak rakyat secara menyeluruh.
Basseng, dkk, (2019) menyatakan bahwa ketahanan nasional yang kuat
dan handal merupakan potensi besar bagi bangsa dan negara untuk menghadapi
berbagai ancaman dari dalam maupun luar negeri. Konsep kewaspadaan
nasional melibatkan waspada diri, keluarga, masyarakat, lingkungan
kerja/pendidikan, dan waspada nasional. Wujud Waspada Nasional menjadi
bentuk deteksi awal terhadap potensi ancaman yang dapat membahayakan
kehidupan bangsa dan negara.

Anda mungkin juga menyukai