Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketika Jepang mulai terdesak oleh sekutu, Jepang kemudian membentuk BPUPKI
(Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada 1 Maret 1945
dengan maksud untuk meyakinkan bangsa indonesia bahwa Jepang akan memberikan
kemerdekaan kepada Indonesia. Sidang pertama tanggal 29 Mei- 1 Juni 1945 membahas
tentang dasar negara. Pancasila dijadikan sebagai dasar negara sejak tanggal 1 Juni 1945 dan
baru disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945. Pancasila dijadikan sebagai dasar Negara dan
sebagai falsafah hidup bangsa karena Pancasila digali dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum yang secara konstitusional mengatur
negara kesatuan republik Indonesia.

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Konsep Negara, Tujuan Negara, Urgensi Dasar Negara
1.2.2 Alasan Diperlukannya Kajian Pancasila sebagai Dasar Negara
1.2.3 Sumber Yuridis, Historis, Sosiologis, dan Politis tentang Pancasila sebagai
Dasar Negara
1.2.4 Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Dasar Negara
1.2.5 Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara

1.3 Tujuan
1.3.1 Mahasiswa mampu memahami konsep negara, tujuan negara, dan urgensi dasar
negara
1.3.2 Mahasiswa mampu mengetahui Alasan Diperlukannya Kajian Pancasila sebagai
Dasar Negara
1.3.3 Mahasiswa mampu memahami Sumber Yuridis, Historis, Sosiologis, dan Politis
tentang Pancasila sebagai Dasar Negara
1.3.4 Mahasiswa mampu memahami Argumen tentang Dinamika dan Tantangan
Pancasila sebagai Dasar Negara
1.3.5 Mahasiswa mampu memahami Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar
Negara

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Negara, Tujuan Negara, Urgensi Dasar Negara


2.1.1 Konsep Negara
Konsep menurut KBBI adalah rancangan atau ide. Negara adalah suatu
organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan tertingggi yang sah
dan ditaati oleh rakyatnya. Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik.
Negara adalah alat dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk
mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan
gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat.
Definisi orang para ahli politik tentang negara :
1. Roger H. Soltau “Negara adalah agen atau kewewenangan yang mengatur
atau mengandalikan persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat.
2. Harold J. Laski”Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena
mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara sah lebih
berkuasa daripada individu atau kelompok yang merupakan bagian dari
masyarakat. Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup dan
bekerja sama untuk memenuhi terkabulnya keinginan-keinginan mereka
bersama. Masyarakat merupakan negara kalau cara hidup yang harus ditaati
baik oleh individu maupun oleh asosiasi-asosiasi ditentukan oleh suatu
wewenang yang bersifat memaksa dan mengikat.”
3. Max Weber “Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli
dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam sesuatu wilayah.”
4. Robert M. MacIver “Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan
penertiban di dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah dengan
berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang
untuk maksud tersebut diberi kekuasaan memaksa.”
Jadi sebagai definisi umum dapat dikatakan bahwa negara adalah suatu
daerah teritorial yang rakyatnya diperintah oleh sejumlah pemerintah dan yang
berhasil menuntut dari warga negaranya ketaatan pada peraturan perundang-
undangannya melalui penguasa (kontrol) terhadap kekuasaan yang sah.
2.1.2 Tujuan dan Fungsi Negara
Menurut Roger H. Soltau tujuan negara adalah “Memungkinkan
rakyatnya berkembang serta menyelenggarakan daya ciptanya sebebas
mungkin.” Dan menurut harold L. Laski “Menciptakan keadaan dimana rakyat
dapat mencapai keinginan-keinginan mereka secara maksimal.”
Akan tetapi setiap negara, menyelenggarakan beberapa fungsi yang mutlak,
yaitu:
1.Melaksanakan penertiban (Law and Order)
2.Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
3.Pertahanan
4.Menegakkan keadilan
Charles E. Merriam, menyebutkan lima fungsi negara, yaitu:
1.Keamanan ekstern
2.Ketertiban intern
3.Keadilan
4.Kesejahteraan umum
5.Kebebasan

2
Keseluruhan fungsi negara diatas diselenggarakan oleh pemerintah
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
2.1.3 Urgensi Dasar Negara
Urgensi menurut KBBI adalah keharusan yang mendesak; hal sangat
penting. Urgensi dasar Negara; Agar para pejabat publik dalam
menyelenggarakan negara tidak kehilangan arah, dan partisipasi aktif seluruh
warga negara dalam proses pembangunan dalam berbagai bidang kehidupan
bangsa dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila. Dengan demikian, pada gilirannya
nanti cita-cita dan tujuan negara dapat diwujudkan sehingga secara bertahap
dapat diwujudkan masyarakat yang makmur dalam keadilan dan masyarakat
yang adil dalam kemakmuran.

2.2 Alasan Diperlukannya Kajian Pancasila sebagai Dasar Negara


Pancasila merupakan pandangan hidup dan kepribadian bangsa yang nilai-
nilainya bersifat nasional yang mendasari kebudayaan bangsa, maka nilai-nilai
tersebut merupakan perwujudan dari aspirasi (citacita hidup bangsa) (Muzayin, 1992:
16). Dengan Pancasila, perpecahan bangsa Indonesia akan mudah dihindari karena
pandangan Pancasila bertumpu pada pola hidup yang berdasarkan keseimbangan,
keselarasan, dan keserasian sehingga perbedaan apapun yang ada dapat dibina
menjadi suatu pola kehidupan yang dinamis, penuh dengan keanekaragaman yang
berada dalam satu keseragaman yang kokoh (Muzayin, 1992: 16).

2.3 Sumber Yuridis, Historis, Sosiologis, dan Politis tentang Pancasila sebagai Dasar Negara
2.3.1 Sumber Yuridis Pancasila Sebagai Dasar Negara
Secara yuridis ketatanegaraan, pancasila merupakan dasar Negara
Republik sebagaimana terdapat pada Pembukaan Undang-Undang dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945, yang kelahirannya di tempa dalam
proses kebangsaan Indonesia. Pancasila sebagai dasar Negara terdapat pada
pembukaan, juga dimuat dalam ketetapan MPR Nomor XVIII/MPR/1998.
Selain itu juga ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang pembentukan perundang-undangan bahwa pancasila merupakan
sumber dari segala sumber hukum Negara.

2.3.2 Sumber Historis Pancasila Sebagai Dasar Negara


Dalam sidang yang diselenggarakan untuk mempersiapkan Indonesia,
Radjiman meminta kepada anggotanya untuk menentukan dasar Negara.
Sebelumnya, Muhammad Yamin dan Soepomo mengungkapkan
pandangannya mengenai dasar Negara. Kemudian dalam pidato 1 juni 1945,
Soekarno menyebut dasar Negara dengan menggunakan bahasa Belanda,
philosophische grondslag bagi Indonesia merdeka. Philosophische grondslag
itu adalah fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat
untuk diatasnya didirikan gedung Indonesia merdeka. Selain pengertian yang
diungkapkan oleh Soekarno “ dasar Negara” dapat disebut pula “ideology
Negara”, seperti dikatakan oleh Mohammad Hatta “pembukaan UUD, karena
memuat didalamnya pancasila sebagai ideology Negara, beserta dua
pernyataan lainnya yang menjadi bimbingan pula bagi politik negeri
seterusnya”. Pancasila dijadikan bagi dasar Negara, yaitu sewaktu
ditetapkannya pembukaan Undang-Undang dasar Negara kesatuan Republic
Indonesia pada 8 Agustus 1945. Pada mulanya pembukaan direncanakan
tanggal 22 Juni 1945 yang terkenal dengan piagam Jakarta, tetapi pancasila

3
telah lebih dahulu diusulkan sebagai dasar Negara Indonesia merdeka yang
akan didirikan, yaitu pada 1 juni 1945 dalam rapat BPUPKI. Mahfud MD
menyatakan bahwa berdasarkan penjelajahan historis diketahui bahwa
pancasila yang berlaku sekarang merupakan hasil karya bersama dari berbagai
aliran politik yang ada di BPUPKI yang kemudian disempurnakan dan
disahkan oleh PPKI.

2.3.3 Sumber Sosiologis Pancasila Sebagai Dasar Negara


Secara ringkas, Pimpinan MPR dan tim kerja sosialisasi MPR periode
2019-2014) menguraikan pokok-pokok moralitas dan haluan kebangsaan
kenegaraan menurut Alam Pancasila sebagai berikut:
1. Nilai-nilai ketuhanan
Sebagai sumber etika dan dianggap penting sebagai etika kehidupan
bernegara.
2. Nilai-nilai kemanusiaan universal
Yang bersumber dari Hukum Tuhan, hukum Alam, dan Sifat-sifat sosial
dianggap penting sebagai etika politik kehidupan bernegara dalam
pergaulan dunia.
3. Nilai-nilai etis kemanusiaan
Mengakar kuat dalam lingkungan pergaulan kebangsaan yang kebih dekat
sebelum menjangkau pergaulan dunia yang lebih jauh.

2.3.4 Sumber Politis Pancasila Sebagai Dasar Negara


Dalam pasal 1 ayat (2), terkandung makna bahwa pancasila menjelma
menjadi asas dalam system demokrasi konstitusional. Pancasila menjadi
landasan etik dalam kehidupan politik bangsa Indonesia. Disisi lain bagi setiap
warga Negara yang berkiprah dalam infrastruktur politik (Sektor Masyarakat)
seperti organisasi kemasyarakatan, partai politik, dan media masa. Maka
pancasila menjadi kaidah penuntun dalam setiap aktivitas sosial politiknya.
Dengan demikian sector masyarakat akan berfungsi memberikan masukan
yang baik kepada sector pemerintahan dalam system politik. Pada giliran
sector pemerintah akan menghasilkan output politik berupa kebijakan yang
memihak kepentingan rakyat dan di implementasikan secara bertanggung
jawab dibawah control infrastruktur politik.

2.4 Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Dasar Negara
Pancasila sebagai dasar negara lahir dan berkembang melalui proses yang sangat
panjang. Pada awalnya pancasila bersumber dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia yaitu dalam adat istiadat, agama-agama serta dalam pandangan hidup
bangsa oleh karana itu nilai-nilai pancasila di yakini kebenarannya, kemudian di
angkat menjadi dasar negara sekaligus sebagai ideologi bangsa. Sebagai dasar negara,
Pancasila merupakan pondasi utama untuk membangun bangsa. Maka nilai-nilai
Pancasila harus terus dilestarikan dalam diri bangsa Indonesia. Sebagai pandangan
hidup bangsa, Pancasila memegang peranan penting bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara. Pancasila merupakan nilai luhur, karakter, ruh dan ideologi, yang harus
tertanam dalam jiwa raga bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, bangsa Indonesia perlu waspada akan perubahan jaman yang
terjadi, agar nilai-nilai luhur yang terdapat dalam pancasila tidaklah mudah luntur.
Pancasila haruslah tetap menjadi sebuah pedoman dan pandangan bangsa Indonesia
dalam menghadapi tantangan-tantangan yang ada baik dalam hal politik, ekonomi,

4
agama maupun sosial budaya. Hal tersebut dimaksudkan agar nilai-nilai Pancasila
yang telah tertanam dalam diri bangsa Indonesia tidaklah hilang karena adanya
budaya-budaya asing yang masuk.

2.5 Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara


2.5.1 Makna dan Pengertian Pancasila sebagau Dasar Negara
2.5.1.1 Makna Pancasila sebagai Dasar Negara
Notonagoro dalam (Mubyarto, 2004) berpendapat bahwa apabila orang
memikirkan tentang Pancasila maka yang dimaksudkan ialah Pancasila yang
sungguh-sungguh merupakan dasar negara Indonesia, sebagaimana terdapat
dalam Pembukaan UUD 1945. Pancasila merupakan asas kerohanian negara
yang mempunyai kedudukan istimewa di antara unsur-unsur pokok kaidah
fundamnetal negara. Dikatakan, “Maka dari itu sungguh tepat oleh pembentuk
negara, Pancasila dijadikan unsur pokok kaidah fundamnetal negara Republik
Indonesia, yang selama negara Republik Indonesai ada, merupakan norma
dasar hukum objektif, yang dengan jalan hukum tidak dapat diubah”.
Darji Darmodiharjo (1981), mengatakan Pancasila sebagai dasar
negara dalam pengertian ini sering disebut dasar falsafah negara. Dalam hal
ini, Pancasila digunakan sebagai dasar mengatur pemerintahan negara, atau
dengan kata ini Pnacasila digunakan sebagai dasar untuk mengatur
penyelenggraan negara. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara sekaligus
merupakan fungsi pokok dan utama dari Pancasila. Kedudukan Pancasila
sebagai dasar negara adalah pengertian Pancasila yang bersifat yuridis-
ketatanegaraan.
2.5.1.2 Pengertian Pancasila Sebagai Dasar Negara
Menurut Ketut Rinjin (2010), Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
memiliki tiga pengertian sekaligus tiga tingkatan, yakni:
1. Sebagai dasar negara yang bersifat abstrak-universal seperti tercantum pada
Pembukaan UUD 1945;
2. Sebagai pedoman penyelenggaraan negara yang bersifat umum kolektif
seperti tercantum pada Batang Tubuh UUD 1945.
3. Sebagai petunjuk kebijakan penyelenggaraan negara yang bersifat khusus-konkret,
seperti terdapat pada UU, PP, Peraturan Presiden dan sebagainya.
Yang dimaksud dengan pengertian yang umun, abstrak, dan universal
adalah Pancasila yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok
kaidah negara ynag fundamental. Kata kunci dari sila-sila Pancasila adalah
Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Menurut
bentuknya, masing-masing terdiri atas kata dasar Tuhan, manusia, satu, rakyat,
dan adil, yang ditamah dengan awalan serta akhiran ke- dan -an, serta
perdanan sehingga kata ini mempunyai makna abstrak, hanya ada dalam
pikiran. Hal ini sesuai dengan kedudukan Pancasila sebagai falsafah hidup,
asas kerohanian negara dan ideologi bangsa. Umum universal memiliki makna
bahwa Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial
dapat saja berlaku dan dimiliki oleh bangsa lain di dunia, tidak hanya
Indonesia.
Menurut Notonagoro (1982), Pancasila dasar negara berisikan nilai-
nilai umum yang abstrak-unviversal yang bermakna kesesuian sifat-sifat dan
keadaan didalam negara dengan hakikat dari setiapsila Pancasila. Nilai-nilai
umum yang abstrak dan universal membutuhkan pelaksanaanya dalam sifat
objektif dan subjektif, yang keduanya merupakan subjektifikasi. Subjektifikasi

5
yang objektif menjadi pedoman moral bagi negara, sedang subjektifikasi
subjektif menjadi pedoman moral kenegaraan bagi manusia Indonesia. Kedua
pedoman norma moral ini dibutuhkan bagi pelaksanaan Pancasila. Oleh karena
itu, ada dua macam pelaksanaan, yakni pelasanaan objektif dan pelaksanaan
subjektif. Pelaksanaan yang subjektif dikatakan primer sebab jika itu
terlaksana, maka pelaksanaan objektif dapat terselanggara dengan baik dan
lancar.
Pada pengertian dan tingkatan kedua, nilai Pancasila bersifat umum
kolektif, yakni satu kesatuan nilai yang berlaku untuk negara Indonesia. Nilai-
nilai Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 dijabarkan dalam pasal-pasal
UUD 1945. Sebab terdapata hubungan kausal organis antara Pancasila dan
Pembukaan dengan Batang Tubuh UUD 1945. Disebut kausal karena
Pancasila dan Pembukaan menjadi alasan adanya Batang Tubuh UUD 1945.
Disebut organis karena menunjukkan suatu kesatuan yang bulat atau tidak
terpisahkan antara keduanya. Oleh karena itu, Batang Tubuh atau pasal-pasal
UUD 1945 adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam
Pancasila dan Pembukaan. Misal sila Ketuhanan Yang Maha Esa dijabarkan
pada pasal 29 UUD 1945, sila Kemanusiaan yang adil dan beradab dijabarkan
pada Pasal 28A sampai J UUD 1945. Penjabaran atau implementasi Pancasila
dan Pembukaan dalam pasal-pasal UUD 1945 baru terlaksana pada tataran
normatif, belum pada tataran empiris.
Pada tingkatan ketiga, nilai-nilai Pancasila sudah terjabarkan jauh pada
peraturan perundangan dibawah UUD 1945 yang lebih konkret, khusus dan
operasional. Dalam hal ini, konsistensi nilai-nilainya diukur melalui UUD
1945 sebagai hukum tertinggi negara. Apakah sebuah peraturan perundangan
itu isinya bertentangan denga UUD 1945 dapat dimintakan uji material kepada
Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai lembaga yang berwenang menguji
peraturan perundangan di bawah UUD 1945.
Berdasar pengertian kedua dan ketiga di atas, Pancasila sebagai dasar
negara memiliki konsekuensi dijabarkannya nilai-nilai Pancasila menjadi
norma hukum di Indonesia. Dengan kata lain, Pancasila sebagai dasar negara
berimplikasi menjadikan Pancasila sebagai sumber hukum di Indonesia.
Mahfud MD (2007) dalam suatu kegiatan sosialisai UUD 1945 mengatakan
bahwa Pancasila merupakan salah satu sumber hukum mareial di Indonesia.
Lebih lanjut dikatakan, bahwa dari hukum, Pancasila menjadi cita
hukum ( rechtside) yang harus dijadikan dasar dan tujuan setiap hukum di
Indonesia. Setiap hukum di Indonesia yang lahir di Indonesia harus berdasar
pada Pancasila dengan memenuhi konsistensi isi mulai dari paling atas sampai
yang paling rendah hierarkinya.

2.5.2 Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945 dan Proklamasi


Kemerdekaan RI
Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok pikiran. Pokok-
pokok pikiran merupakan pancaran dari Pancasila, yaitu sebagai berikut:
1. Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan selutuh tumpah darah
Indonesia, dengan berdasar atas persatuan. Dalam pokok pikiran ini
diterima paham negara persatuan.
2. Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasar atas asas kerakyatan dan
permusyawaratan perwakilan.

6
4. Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
Dalam bagian penjelasan umum III dinyatakan, Undang-Undang Dasar
menciptakan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan dalam
pasal-pasalnya. Pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan pada
dasarnya adalah Pancasila. Dengan demikian, Pancasila menjadi inti dari
Pembukaan UUD 1945.
Kedudukan Pancasila UUD 1945 adalah sebagai berikut:
1. Merupakan Tertib Hukum Tertinggi
Pembukaan UUD 1945 memuat hal-hal fundamental negara, yaitu tujuan
negra, bentuk negara, dan asal kerohanian negara yang pada hakekatnya
merupakan dasar bagi penyusunan negara.
Pembukaan UUD 1945 berada pada tingkatan tertib hukum tertinggi dan
memberikan faktor mutlak bagi adanya tertib hukumdi Indonesia. Mengikuti
pendapat Notonagoro, Pembukaan UUD 1945 merupakan
staatsfundamentalnorm dalam bentuk tertulis dan berkedudukan di atas UUD
1945. Di dalam suatu tertib hukum terdapat urutan perundangan yang mana
UUD 1945 (bagian pasal-pasalnya bukanlah merupakan suatu tertib hukum
tertinggi). Di atasnya masih ada Pembukaan UUD 1945
(staatsfundamentalnorm) negara Indonesia. Pancasila yang terdapat di alenia
keempat merupakan unsur pokok di Pembukaan UUD 1945.
2. Sebagai Pernyataan kemerdekaan yang Terperinci
Bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dalam
suatu naskah proklamasi yang dibacakan oleh Soekarno-Hatta atas nama
bangsa Indonesia. Teks proklamasi yang dibacakan tersebut sangatlah pendek.
Makna dari teks proklamasi adalah suatu pernyataan kemerdekaan bangsa
Indonesia dan tingkatan-tingkatan yang harus dilaksanakan berkaitan dengan
proklamasi tersebut.
Dalam Pembukaan UUD 1945 alenia ketiga merupakan pernyataan secara
terperinci mengenai pernyataan kemerdekaan tersebut. Sedangkan dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea keempat berisi pembentukan pemerintahan
negara Republik Indonesia yang antara lain:
a. adanya tujuan negara, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial
b. adanya undang-undang dasar negara, yaitu disusunlah Kemerdekaan
Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia
c. adanya bentuk susunan negara, yaitu dalam suatu susunan Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
d. dasar negara, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikbat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2.5.3 Penjabaran Pancasila dalam Pasal-pasal UUD 1945


Sebagaimana telah dikemukakan di atas, Pancasila sebagai dasar
negara memiliki 3 (tiga) pengertian dan tingkatan. Pada pengertian dan tingkat

7
kedua, nilai-nilai Pancasila dalam Pembukaan dijabarkan dalam pasal-pasal
UUD 1945, sebab terdapat hubungan kausal organisasi antara Pancasila dan
Pembukaan dengan bagian pasal-pasal UUD 1945.
Pancasila sebagai dasar negara ditransformasikan menjadi norma
hukum yang bersifat memaksa, mengikat, dan mengandung sanksi.
Barangsiapa yang tidak melaksanakan atau tidak mematuhinya akan ditindak
sesuai dengan hukum yang berlaku. Oleh karena itu perlu diselenggarakan law
enforcement terhadap segala hukum yang merupakan penjabaran dari dasar
negara Pancasila.
Di Indonesia, norma tertinggi ini adalah Pancasila sebagaimana
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Jadi, Pancasila sebagai dasar negara
dapat disebut sebagai:
1. norma tertinggi,
2. Norma pertama
3. Cita hukum(rechtsidee)
4. Unsur pokok kaidah negara yang fundamental (staatsfundamentalnorm).
Istilah staats fundamental norm untuk konteks Indonesia pertama kali
dikemukakan oleh Notonagoro dalam acara Dies Natalis Universitas
Airlangga tahyn 1955, yang diterjemahkan sebagai pokok kaidah negara yang
fundamental. Menurutnya, Pembukaan UUD 1945 mempunyai hakikat
sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, sedangkan Pancasila
merupakan salah satu unsur pokok dari Pembukaan UUD 1945. Penjelasan ini
dikemukakan kembali pada Seminar Pancasila I tahun 1959 di Yogyakarta
bahwa Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan
unsur pokok kaidah fundamental negara (staatsfundamentalnorm).
Pada Pembukaan UUD 1945 Pancasila adalah asas kerohanian negara
yang mempunyai kedudukan istimewa dalam hidup kenegaraan dan hukum
bangsa Indonesia. Hal ini dikarenakan lima sila yang tercantum di dalamnya
bukanlah hal-hal baru pada pembentukan negara Indonesia, tetapi sebelumnya
dan selama-lamanya telah dimiliki oleh bangsa Indonesia yang nyata ada dan
hidup dalam jiwa dan masyarakat Indonesia. Lebih lanjut dikatakan oleh
Notonagoro.”Maka dari itu sungguh tepat oleh Pembentuk Negara. Pancasila
dijadikan unsur pokok kaidah fundamental negara Republik Indonesia, yang
selama negara Republik Indonesia ada, merupakan norma dasar hukum
objektif, yang dengan jalan hukum tidak daoat diubah” (Mubyarto. 2004).
Hamid S. Attamimi (1999) menyatakan bahwa Pancasila adalah norma
fundamental negara (staatsfundamentalnorm) dari negara Indonesia.
Argumentasinya adalah karena Pancasila merupakan cita hukum rakyat
Indonesia yang artinya seluruh asas dan norma hukum yang terkandung dalam
UUD 1945 pada hakikatnya dibentuk dari norma fundamental negara
Pancasila yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.
Mengikuti pendapat Hamid S. Attmimi, Mahfud MD (1998)
mengatakan Pancasila yang ada dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan
bagian dari staatsfundamentalnorm yang tidak dapat diubah. Di samping
sebagai bagian dari staatsfundamentalnorm. Pancasila juga sebagai cita
hukum yang harus mengalir pada seluruh produk hukum Indonesia. Pancasila
sebagai dasar negara berkonotasi yuridis dalam arti melahirkan berbagai
peraturan perundangan yang tersusun secara hierarkis dan bersumber darinya.
Sedangkan Pancasila sebagai ideologi berkonotasi program sosial politik

8
dimana hukum merupakan salah satu sarananya dan karenanya juga harus
bersumber darinya.
Dalam tulisan berikutnya Mahfud MD (2007) menyatakan bahwa dari
sisi hukum. Pancasila sebagai dasar negara melahirkan kaidah-kaidah
penuntun hukum. Ada empat kaidah penuntun hukum yang mengatur dari
Pancasila. Pertama, hukum Indonesia yang dibuat haruslah bertujuan
membangun dan menjamin integrasi negara dan bangsa Indonesia. Kedua,
hukum Indonesia yang dibuat haruslah berdasarkan demokrasi dan nomokrasi.
Tiga, hukum Indonesia yang dibuat haruslah ditujukan untuk membangun
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Empat, hukum Indonesia yang
dibuat haruslah didasarkan pada toleransi beragama yang berkeadaban.
Astim Riyanto (2006) menyatakan jika ditinjau dari stufenbau des
rechts theorie (teori pertingkatan hukum) menurut Hans Kelsen, maka
Pancasila itu berkedudukan sebagai grundnorm. Grundnorm merupakan
kaidah tertinggi, fundamental dan menjadi inti (kern) dari setiap tatanan
kaidah hukum dalam masyarakat yang teratur, termasuk di dalamnya negara,
yang tidak berubah-ubah melainkan relatif stabil. Grundnorm ini berada di
atas UUD atau konstitusi. Sementara itu, konstitusi merupakan hukum
tertinggi dalam tatanan hukum nasional suatu negara. Oleh karena itu,
grundnorm bersifat metayuridis.
Ananda B. Kusuma (2010) mengatakan perlu dibedakan antara
grundnorm dan staatsfundamentalnorm. Untuk konteks Indonesia, ia lebih
memilih bahwa staatsfundamentalnorm adalah Pembukaan UUD 1945 sebagai
norma dasar (basic norm) untuk menyusun UUD, sedangkan grundnorm itu
ialah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Menurutnya, Pancasila
berbeda dengan teori grundnorm dari Hans Kelsen yang menyatakan bahwa
hukum positif tidak perlu bersangkut paut dengan moral, ideologi, politik dan
sejarah yang intinya berda diluar bidang hukum. Pancasila adalah suatu
komposisi dari nilai-nilai, bukan nilai-nilai yang terserak-serak tak beraturan.
Pancasila adalah nilai-nilai pokok (core values) yang terdapat dalam
Pembukaan UUD 1945. Dari nilai-nilai pokok ini kemudian diturunkan
menjadi norma-norma dalam UUd 1945.
Selanjutnya, bukti penjabaran Pancasila ke dalam pasal-pasal UUD
1945, ditunjukkan sebagai berikut (MPR RI, 2012).
1. Penjabaran Sila Pertama Pancasila dalam Pasal-Pasal UUD 1945
a. Pasal 9
(1) Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden
bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh
di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan
Perwakilan Rakyat.
b. Pasal 28E
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut
agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, kewarganegaraan,
memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta
berhak kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan
menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nurani.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat.
c. Pasal 29

9
(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan
kepercyaannya itu.

2. Penjabaran Sila Kedua Pancasila dalam Pasal-Pasal UUD 1945


a. Pasal 27
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.
(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara.

b. Pasal 28
Kemerdekaan beserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan
lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

c. Pasal 28A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup
dan kehidupannya

d. Pasal 28B
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan yang sah.
(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

e. Pasal 28C
(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memeperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan
haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan
negaranya.

f. Pasal 28D
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama
dalam pemerintahan.
(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.

g. Pasal 28E

10
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, kewarganegaraan, memilih tempat
tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan
menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat.
h. Pasal 28F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi
untuk menegembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta behak
untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang
tersedia.

i. Pasal 28G
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, dan harta benda yang bahwa kekuasaannya, serta
berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka
politik dari negara lain.

j. Pasal 28H
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.
(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai
persamaan dan keadilan.
(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagi manusia yang bermatabat.
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik
tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.

k. Pasal 28L
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran
dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk
diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut
atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak
dapat dikurangi dalam keadaan apapun.
(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif
atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap
perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras
dengan perkembangan zaman dan peradaban.
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi
manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.
(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan
prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi

11
manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-
undangan.

l. Pasal 28J
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam
tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan
maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas
hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil
sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan
ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.

m. Pasal 29
(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.

n. Pasal 30
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan kemanan negara.
(2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta ileh Tentara Nasional Indonesia
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan
rakyat sebagai kekuatan pendukung.
(3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan
Laut, dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan,
melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.
(4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang
menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi,
mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.
(5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian
Negara Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia didalam
menjalankan tugas-tugasnya, syarat-syarat keikutsertakan warga negara
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara, serta hal-hal yang terkait
dengan pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-undang.

o. Pasal 31
(1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayainya.
(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur
dengan undang-undang.
(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya
dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari

12
anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional.
(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban serta kesejahteraan umat manusia.

3. Penjabaran Sila Ketiga Pancasila dalam Pasal-Pasal UUD 1945


a. Pasal 1
(1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik.
(2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang-Undang Dasar.
(3) Negara Indonesia adalah negara hukum.

b. Pasal 18
(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupatan dan kota, yang tiap-
tiap provinsi, kabupatan, dan kota itu memepunyai pemerintahan daerah,
yang diatur dengan undang-undang.
(2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan.
(3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih
melalui pemilihan umum.
(4) Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala
pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara
demokratis.
(5) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali
urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan
Pemerintahan Rakyat.
(6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan
peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas
pembantuan.
(7) Susunan dan tata cara peneyelenggaraan pemerintah daerah diatur
dalam undnag-undang.

c. Pasal 32
(1) Negara memajukan kebudayaan nasional di tengah peradaban dunia
dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya
(2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan
budaya nasional.

d. Pasal 35
Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.

e. Pasal 36A
Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.

13
f. Pasal 36B
Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya.

g. Pasal 36C
Ketentuan lebih lanjut mengenai Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara,
serta Lagu Kebangsaan diatur dengan undang-undang.

h. Pasal 37 ayat (5)


Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak
dapat dilakukan perubahan.

4. Penjabaran Sila Keempat Pancasila dalam Pasal-Pasal UUD 1945


a. Pasal 1
(1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik.
(2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang-Undang Dasar.
(3) Negara Indonesia adalah negara hukum.

b. Pasal 2
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih
melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan udang-undang.
(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikit sekali dalam lima
tahun di ibukota negara.
(3) Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat tetapkan dengan
suara yang tebanyak.

c. Pasal 3
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan
menetapkan Undang-Undang Dasar.
(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil
Presiden.
(3) Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan
Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut
Undang-Undang Dasar.

d. Pasal 5
(1) Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada
Dewan Perwakilan Rakyat.
(2) Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan
undang-undang sebagaimana
mestinya.

e. Pasal 20
(1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-
undang.
(2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan
Rakyat dan Presiden untuk
mendapat persetujuan bersama.

14
(3) Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan
bersama, rancangan undang-undang
itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat
masa itu.
(4) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui
bersama untuk menjadi
undang-undang.
(5) Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama
tersebut tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari
semenjak rancangan undang-undang tersebut disetujui,
rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib
diundangkan.

f. Pasal 22E
(1) Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur, dan adil setiap lima tahun sekali.
(2) Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan wakil
presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
(3) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai
politik.
(4) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Daerah adalah perseorangan.
(5) Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum
yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.
(6) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang-
undang.

g. Pasal 28
Kemerdekaan beserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-
undang.

h. Pasal 37
(1) Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat diagendakan
dalam sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh
sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan
Rakyat.
(2) Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan
secara tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk
diubah beserta alasannya.
(3) Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, sidang Majelis
Permusyawaratan Rakyat dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari
jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
(4) Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar dilakukan
dengan persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu
anggota dari seluruh anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
(5) Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak
dapat dilakukan perubahan.

15
5. Penjabaran Sila Kelima Pancasila dalam Pasal-Pasal UUD 1945
a. Pasal 23
(1) Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari
pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-
undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
(2) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara
diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat
dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.
(3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan
anggaran pendapatan dan belanja negara yang diusulkan oleh Presiden,
Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun
yang lalu.

b. Pasal 23A
Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan
negara diatur dengan undang-undang.

c. Pasal 23B
Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang.

d. Pasal 23C
Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang.

e. Pasal 23D
Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan,
kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan
undang-undang.

f. Pasal 23E
(1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan
negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan
mandiri.
(2) Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, sesuai dengan kewenangannya.
(3) Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan
dan/atau badan sesuai dengan undang-undang.

g. Pasal 23F
(1) Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan
Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah
dan diresmikan oleh Presiden.
(2) Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan dipilih dari dan oleh anggota.

h. Pasal 23G
(1) Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibu kota negara, dan
memiliki perwakilan di setiap provinsi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeriksa Keuangan diatur
dengan undang-undang.

16
i. Pasal 27
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.
(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara.

j. Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan
lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

k. Pasal 29
(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.

l. Pasal 31
(1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayainya.
(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta
ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur
dengan undang-undang.
(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya
dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional.
(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban serta kesejahteraan umat manusia.

m. Pasal 33
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat.
(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi
ekonomidengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam
undang-undang.

17
n. Pasal 34
(1) Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.
(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan.
(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam
undang-undang.

2.5.4 Implementasi Pancasila dalam Perumusan Kebijakan


2.4.4.1 Membudayakan Pancasila dalam Aspek Kehidupan Politik
Dalam kehidupan politik, bangsa Indonesia menjunjung tinggi
nilai-nilai demokrasi sebagaimana dengan negara lain sejalan dengan
ideologinya, maka demokrasi di Indonesia mendasarkan dirinya
kepada ideologi politik yang dipunyainya, yaitu Pancasila yang disebut
dengan Demokrasi Pancasila. Berikut adalah plaksanaan demokrasi di
Indonesia agar tegak dan berkembang didasarkan pada pilar-pilar
demokrasi Pancasila (Achmad Sanusi, 2006).
a. Demokrasi yang Berketuhanan Yang Maha Esa
b. Demokrasi yang menjunjung hak asasi manusia
c. Demokrasi yang mengutamakan kedaulatan rakyat
d. Demokrasi yang didukung kecerdasan
e. Demokrasi yang menetapkan pembagian kekuasaan
f. Demokrasi yang menerapkan konsep negara hukum
g. Demokrasi yang menjamin otonomi daerah
h. Demokrasi yang berkeadilan sosial
i. Demokrasi dengan kesejahteraan rakyat.
2.4.4.2 Membudayakan Pancasila dalam Aspek Kehidupan Ekonomi
Dalam sistem ekonomi pancasila, pemerintah dan masyarakat
memihak pada (kepentingan) ekonomi rakyat sehingga terwujud
pemerataan sosialdalam kemakmuran dan kesejahteran. Inilah sistem
ekonomi kerakyatan yang demokratisyang melibatkan semua orang
dalm proses produksi, dan hasilny adapat dinikmati oleh semua warga
masyarakat. Aturan main sistem ekonomi pancasuila yang lebih
ditekankan pada sila keempat menjadi slogan baru yang diperjuangkan
sejak reformasi.
Sistem Ekonomi Pancasila bersandar pada Pasal 33 UUD 1945
adalah sebagai berikut.
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
Rumusan Pasal 33 ayat 1,2,3 UUD 1945 tersebut merupakan
rumusan asli sejak awal dan tidak berubah hingga saat ini. Hanya saja
setelah perubahan keempat UUD 1945 tahun 2002 terdapat
penambahan ayat sebagai berikut.

18
(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisien berkeadilan,
berkelanjutan, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam
uandang-undang.
Pancasila dijadikan acuan filosofis pembangunanekonomi
Indonesia perlu memerhatikan ketentuan sebagai berikut.
a. Dasar moralitas ketuhanan dan kemanusiaan menjadi kerangka
landasan pembangunan ekonomi.
b. Mengembangkan sistem ekonomi yang berperi kemanusiaan.
c. Mengembangkan sistem ekonomi Indonesia yang bercorak
kekeluargaan.
d. Ekonomi yang menghindari diri dari segala bentuk monopoli dan
persaingan bebas.
e. Ekonomi ynag bertujuan keadilan dan kesejahteraan bersama.
2.4.4.3 Membudayakan Pancasila dalam Aspek Kehidupan Sosial-Budaya
Berikut ini beberapa contoh singkat dalam membudayakan
Pancasila di dalam Aspek kehidupan sosial-budaya.
a. Penyuluhan tentang pentingnya persatuan dan kesatuan dalam
hidup bermasyarakat dan bernegara dapat dilakukan khususnya
pada masyarakat dan wilayah yang sering mengalami konflik antar
warga.
b. Aktualisasi sosial budaya pada aspek agama, karena masih
banyaknya kasus perselisihan yang diawali oleh perbedaan
keyakinan umat beragama. Hal ini terjadi karena kurangnya rasa
menghargai antara umat beragama dalam kehidupan sosial mereka.
Diharapka dengan adanya aktualisasi dapat menghilangkan
perselisihan yang ada.
c. Terbuka menerima kehadiran budaya lain sebagai upaya
mempersatukan umat manusia di seluruh dunia. Namun demikian,
jangan sampai meninggalkan budaya yang sudah mendarah daging
dalam tubuh kita dan menggantinya dengan budaya bangsa lain.
2.4.4.4 Membudayakan Pancasila dalam Aspek Kehidupan Pertahanan dan
Keamanan
Bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada
tanggal 17 Agustus 1945 bertekat bulat untuk membela,
mempertahankan, dan menegakkan kemerdekaan, kedaulatan negara,
dan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Pertahanan negara bertujuan untuk menjaga dan melindungi
kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Republik Indonesia
(NKRI), dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman.
Pertahanan negara berfungsi untuk mewujudkan dan mempertahankan
seluruh wilayah NKRI sebagai satu kesatuan pertahanan.
Komponen dalam pertahanan negara ada tiga sebagai berikut.
a. Komponen utama adalah Tentara Nasional Indonesia yang siap
digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas pertahanan.
b. Komponen cadangan adalah sumber daya nasional yang telah
disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar
dan memperkuat kekuatan dan kemampuan komponen utama.

19
c. Komponen pendukung adalah sumber daya nasional yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan
komponen utama dan komponen cadangan.
Membuadayakan Pancasila dalam bidang pertahanan keamanan
adalah dengan menjadikan Pancasila sebagai paradigma pembangunan
pertahanan keamanan. Acuannya adalah sebagai berikut.
a. Pertahanan dan keamanan negara merupakan hak dan kewajiban
setiap warga negara.
b. Mengembangkan sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta.
c. Mengembangkan prinsip hidup berdampingan secra damai dengan
bangsa lain.
Sebagai penjabarannya, pertahanan dan keamanan diatur dalam
Pasal 30 UUD 1945 sebagai berikut.
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dala usaha
pertahanan dan keamanan negara.
(2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui
sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia,
sebagai kekuatan umum dan rakyat sebagai kekuatan pendukung.
(3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan
Laut, dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas
mempertahankan, melindungi, dan memelihara kautuhan dan
kedaulatan negara.
(4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang
menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas
melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan
hukum.
(5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian
Negara Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesiadi
dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga
negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara, serta hal-hal
yang terkait dengan pertahanan dan keamanan diatur dengan
undang-undang.
Adapun UU pelaksanaannya yang berkaitan dengan hal di atas
adalah :
a. UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia
b. UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
c. UU No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia.

20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

21
KONSEP NEGARA, TUJUAN NEGARA DAN URGENSI DASAR NEGARA
Menurut KBBI(Kamus Besar Bahasa Indonesia) konsep adalah rancangan dan
Negara adalah kelompok sosial yang menduduki wilayah atau daerah tertentu yang
diorganisasi di bawah lembaga politik dan pemerintah yang efektif, mempunyai
kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya.
Tujuan Negara Republik Indonesia tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945
Alinea IV, untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial

22
PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
Dasar yang dimaksud adalah dasar filsafat negara yang merupakan kedudukan pokok
dan utama daripada pancasila. Kedudukan pancasila sebagai dasar negara terjadi setelah
PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 menetapkan pembukaan dan UUD Negara Republik
Indonesia. Bagian pembukaan memuat 4 Alinea, dimana Pancasila terdapat di Alinea 4.
Dengan disahkannya Pembukaan tersebut maka Pancasila ikut pula terangkat posisinya atau
mengalami penuangan konstitusional sebagai dasar negara.
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara ini memiliki 3 implikasi, yakni implikasi
politis, etis dan yuridis bagi kehidupan bernegara. Implikasi politis adalah menjadikan
Pancasila sebagai ideologi nasional. Implikasi etis adalah menjadikan pancasila sebagai
sumber norma etik bernegara. Implikasi yuridis adalah menjadikan Pancasila sebagai sumber
hukum negara. Pancasila merupakan unsur pokok dari Pembukaan UUD 1945, yang
selanjutnya unsur pokok tersebut terjbarkan dalam pasal-pasal UUD 1945 sebagai norma
hukum dasar bernegara. UUD 1945 sebagai norma hukum dasar negara selanjutnya
dijabarkan lagi dalam undang-undang dan seterusnya pada peraturan perundangan
dibawahnya secara hierarkis.
Implikasi yuriis dari Pancasila dasar negara, yakni sebagai sumber norma hukum
bernegara. Hukum dasar negara Indonesia, yakni UUD 1945 pada dasarnya adalah norma
hukum yang bersumber dari Pancasila. Pancasila merupakan “cita hukum” atau “kaidah
penuntun” bagi hukum Indonesia.

23
TUJUAN
1. Makna Pancasila sebagai Dasar Negara
2. Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945
3. Hubungan Pembukaan dengan Proklamasi 17 Agustus 1945
4. Penjabaran Pancasila dalam Pasal-Pasal UUD 1945

A. MAKNA PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA


Kedudukan pokok dan utama dari pancasila adalah sebagai dasar negara
seperti termuat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV. Dengan masuknya rumusan
Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 yang disahkan oleh PPKI ini, para ahli
sependapat bahwa Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara. Astim Riyanto
(2006) menyatakan bahwa menurut tinjauan atau penafsiranhistoris, rumusan dalam
Alinea IV bagian terakhir Pembukaan UUD 1945 yang disahkan PPKI Pada Tanggal
18 Agustus 1945 yang berisi lima sila itu dinamakan Pancasila sebagai dasar negara.
Kedudukan Pancasila sebaga dasar negara diperkuat dengan ketetapan MPR
RI No. XVIII tahun 1998. Pasal 1 Ketetapan MPR RI No. XVIII/MPR/1998 Tentng
pencabutan Tap MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4 (Ekaprasetia Pancakarsa) dan
penetapan tentang Pancasila sebagai Dasar Negara menyatakan sebagai berikut.

24
“Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 adalah dasar negar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia harus dilaksanakan
secara konsisten dalam kehidupan bernegara”
Pancasila sebagai dasar negara memiliki makna sebgai dasar falsafah negara
atau menurut Ir. Soekarno sebagai “philosophische grondslag” yang artinnya dasar,
filsafat, pikiran, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan
gedung Indonesia merdeka yang kekal dan abadi.
1. Makna Pancasila sebagai Dasar Negara
Notonagoro dalam (Mubyarto,2004) Berpendapat bahwa apabila orang
memikirkan tentang Pancasila maka yang dimaksudkan ialah Pancasila yang
sungguh-sungguh merupakan dasar negra Indonesia, sebagaimana terdapat dalam
Pembukaan UUD 1945.
Darji Darmodiharjo (1981), mengatakan Pancasila sebagai dasar negara dalam
pngertian ini sering disebut

B. HUBUNGAN PANCASILA DENGAN PEMBUKAAN UUD 1945

1. Tertib Hukum Tertinggi


Pembukaan UUD 1945 memuat hal-hal fundamental negara, yaitu tujuan
negara, bentuk negara, dan asas kerohanian negara yang pada hakikatnya
merupakan dasar bagi penyusunan negara.

25
Pembukaan UUD 1945 berada pada tingkatan tertib hukum tertinggi dan
memberikan faktor mutlak bagi adanya tertib hukumdi Indonesia. Menurut
Notonagoro, Pembukaan UUD 1945 merupakan staatsfundamentalnorm dalam
bentuk tertulis dan berkedudukan di atas UUD 1945.
Sebagai tertib hukum tertinggi, Pembukaan UUD 1945

26

Anda mungkin juga menyukai