Anda di halaman 1dari 17

RESUME MATERI PANCASILA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir Semester


Mata Kuliah Pendidikan Pancasila

Dibawah Bimbingan Dosen :


Demi Hamzah,S.H.,M.H.

Disusun Oleh :

Nama :Ahmad Ripai


NPM : 430200213634

SEKOLAH TINGGI HUKUM GALUNGGUNG TASIKMALAYA


Jl. KH. Lukmanul Hakim No.17, Tugujaya, Kec. Cihideung,
Tasikmalaya, Jawa Barat 46126
2022
A. Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan

Dua tafsir pokok pancasila sebagai dasar negara:


 Pancasila sebagai dasar negara secara umum tidak dapat diubah (melekat
pada kelangsungan negara Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945)
 Pancasila memenuhi syarat sebagai dasar filsafat negara

Kedudukan pancasila :
1) Pancasila Sebagai dasar negara Republik Indonesia
 Pancasila dipergunakan sebagai dasar untuk mengatur
penyelenggaraan negara
 Pancasila sebagai dasar negara adanya sejak 18 Agustus 1945
 Merupakan sumber dari segala sumber hukum itu dijabarkan ke
dalam peraturan perundang-undangan RI.
 Tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah
negara yang fundamentil.

2) Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia


 Pancasila digunakan sebagai pedoman hidup, pedoman untuk
bersikap dan bertingkahlaku dalam kehidupan sehari-hari,
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
 Adanya sejak dulu, tumbuh dan berkembang bersamaan dengan
tumbuh dan berkembangnya bangsa Indonesia itu sendiri.
 Mempunyai sanksi moral /sanksi sosial
 Tidak mungkin dipisahkan dari bangsa Indonesia karena sudah
merupakan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia.

Peranan lainnya dari pancasila :


 Pancasila jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia
 Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia
 Pancasila sebagai sarana pemersatu bangsa Indonesia

Undang-undang dasar di Indonesia


UUD negara adalah peraturan perundang-undangan negara yang tertinggi

tingkatnya dalam negara dan merupakan hukum dasar negara yang tertulis. Harus
Dimuat dalam UUD:
1) Bentuk negara dan organisasinya
2) Susunan pengangkatan dan wewenang pemerintah dalam arti luas.
3) Hak-hak fundamentil warga negara dan badan-badan hukum termasuk bidang
politik
4) Dan lain-lain yang bersifat mendasar

Pancasila Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia

Tertib hukum adalah keseluruhan peraturan hukum secara bersama yang


menunjukkan atau memenuhi empat syarat, yaitu:
1) Adanya kesatuan subjek (penguasa) yang mengadakan peraturan-
pertauran hukum
2) Adanya kesatuan asas kerohanian yang meliputi keseluruhan pertauran
hukum itu.
3) Ada kesatuan wilayah dimana keseluruhan hukum itu berlaku.
4) Ada kesatuan waktu dalam mana keseluruhan peraturan hukum itu
berlaku.

Tata urutan perundang-undangan indonesia menurut UU No.10 Tahun 2004


tentang pembentukan peraturan perundang-undangan:
1) Undang-Undang Dasar 1945
2) Undang-undang/peraturan pemerintah pengganti undang-undang
3) Peraturan Pemerintah
4) Peraturan Presiden
5) Peraturan daerah
 Perda provinsi
 Perda kabupaten/kota
 Perda desa

Tujuan Pembukaan UUD 1945:


 Alinea I
Pertanggung jawaban atas pernyataan kemerdekaan yang sudah
selayaknya, berdasar hak kodrat yang mutlak dari moral bangsa untuk
merdeka . Makna Alinea 1:
1) Sosio-historis:
 Dalil Objektif
-Bahwa penjajahan tidak sesuai dengan perikemanusisaan
dan perikeadilan
- Bahwa semua bangsa di dunia harus dapat menjalankan
hak asasinya yaitu hak untuk merdeka
 Pernyataan Subjektif
Aspirasi bangsa Indonesia untuk membebaskan diri dari
penjajahan
 Landasan Pokok Politik Luar Negeri
-Melawan setiap bentuk penjajahan, mendukung
kemerdekaan setiap bangsa
-menentang setiap hal atau sifat yang tidak sesuai dengan
perikemanusiaan & perikeadilan

2) Yuridis:
 Dasar hukum dari pembentukan negara Republik Indonesia
 Dasar hukum dari pembentukan negara Republik Indonesia

 Alinea II
Penetapan cita-cita bangsa yang ingin dicapai dengan kemerdekaan ;
terpeliharanya kemerdekaan, kedaulatan negara,kesatuan bangsa,neg
&daerah atasdasar hukum dan moral, untuk kemakmuran bersama yang
berkeadilan .Makna Alinea II:
1) Sosio-historis:
 Bahwa perjuangan pergerakan Indonesia telah sampai pada
tingkat yang menentukan
 Bahwa momentum yang telah dicapai tersebut harus
dimanfaatkan untuk menyetakan kemerdekaan
 Bahwa kemerdekaan tersebut bukanlah tujuan akhir tetapi
masih harus diisi dengan mewujudkan negara Indonesia yang
merdeka, bersatu ,berdaulat, adil dan makmur
2) Yuridis
Alinea ini menunjukkan unsur-unsur negara merdeka,
menurut anggapan bangs aIndonesia , yaitu :
 Merdeka
 Bersatu
 Berdaulat
 Adil
 Makmur

 Alinea III
Penegasan bahwa proklamasi menjadi permulaan dan dasar hidup
kebangsaan dan kenagaraan yang luhur dan suci dalam lindungan
Tuhan.makna alinea III:
1) Sosio-historis
 Pengukuhan dari Proklamasi kemerdekaan
 Membuat motivasi spiritual yang luhur, suatu kehidupan
yang seimbang material dan spiritual didunia dan akhirat
 Menunjukkan ketagwaan bangsa Indonesia terhadap
Tuhan YME. Berkat ridhoNya bangsa Indonesia berhasil
dalam perjuangan mencapai kemerdekaannya.

 Alinea IV
Penegasan bahwa untuk melaksanakan segala hal dalam perwujudan
hal-hal tertentu dalam alien 4, sebagai pedoman dan peganagan yang
tetap dan praktis dalam realisasi hidup bernegara berdasar Pancasila

KEDUDUKAN, FUNGSI DAN PERAN PANCASILA


1) KEDUDUKAN PANCASILA
- Tetap dan abadi bagi bangsa Indonesia karean faktor historisitas yang
menyertainya
2) FUNGSI DAN PERAN
 Pandangan Hidup Bangsa;Pancasila sebagai petunjukhidup sehari-
hari
 Dasar Filsafat negara; Ps sebagai landasan penyelenggaraan
pemerintahan negara
 Ideologi Negara; Ps cita-cita yang ingin diwujudkan negara
 Etika Politik
 Etos Budaya
 Paradigma Pembangunan

PANCASILA SBG DASAR FILSAFAT NEGARA


1) Pancasila Sebagai sumber kaidah hukum kaonstitusional yang mengatur
NKRI beserta seluruh unsur-unsurnya
2) Pancasila sebagai landasan penyelenggaraan negara dan kehidupan
Negara.

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA


1) Etimologi : eidos dan logos = ilmu tentang cita-cita atau gagasan
2) Terminologis:
 Pemikiran yang mengandung pemikiran besar menegnai sejarah,
manusia, masarakat dna negara
 Pemikiran yang tidak memperhatikan kebenaran intrenal dan
kenyetaan empiris, ditujukan dan tumbuh berdasar pertimbangan
kepentingan, mengarah pada tindkaan, shg bersifat tertutup
 Sebagai belief system
B. Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Negara

Hakikat Pancasila:
1) Muhammad Yamin
Pancasila berasal dari kata Panca yang berarti lima dan Sila yang berarti
sendi, atas, dasar atau peraturan tingkah laku yang penting dan baik.
Dengan demikian Pancasila merupakan lima dasar yang berisi pedoman
atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik.
2) Ir. Soekarno
Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun-temurun sekian
abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan demikian,
Pancasila tidak saja falsafah negara, tetapi lebih luas lagi, yakni falsafah
bangsa Indonesia.
3) Notonegoro
Pancasila adalah Dasar Falsafah Negara Indonesia. Berdasarkan
pengertian ini dapat disimpulkan Pancasila pada hakikatnya merupakan
dasar falsafah dan Ideologi negara yang diharapkan menjadi pendangan
hidup bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan
kesatuan serta sebagai pertahanan bangsa dan negara Indonesia
4) Berdasarkan Terminologi
Pada 1 juni 1945, dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
kemerdekaan Indonesia (BPUKI), Pancasila yang memiliki arti lima asas
dasar digunakakn oleh Presiden Soekarno untuk memberi nama pada
lima prinsip dasar negara Indonesia yang diusulkannya.

1. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia :


1) Sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan dan penyelenggaraan negara.
2) Bersifat tetap, kuat, dan tidak dapat diubah oleh siapapun, termasuk oleh
MPR-DPR hasil pemilihan umum.
3) Merupakan kaidah negara yang fundamental, yaitu bahwa hukum dasar
tertulis (UUD), hukum tidak tertulis (konvensi), dan semua hukum atau
peraturan perundang-undangan harus bersumber pada Pancasila.

2. Perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara, dalam bentuk peraturan


perundang-undangan berisifat imperatif (mengikat) bagi :
1) Penyelenggara negara
2) Lembaga kenegaraan
3) Lembaga kemasyarakatan
4) Warga negara Indonesia di mana pun berada, dan
5) Penduduk di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa :


Merupakan pedoman dan pegangan dalam pembangunan
bangsa dan negara agar dapat :
1) Mampu berdiri kokoh,
2) Dapat mengetahui arah tujuan dalam mengenal dan memecahkan masalah
(ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan)
yang dihadapi oleh bangsa, dan
3) Tidak terombang ambing oleh keadaan apapun, termasuk dalam era
global dewasa ini.

Pancasila sebagai pandangan hidup, nilai-nilainya telah terkristalisasi dari


kehidupan nyata masyarakat Indonesia, antara lain :
 Kedamaian,
 Keimanan,
 Ketaqwaan,
 Keadilan,
 Kesetaraan
 Keselarasan,
 Keberadaban,
 Persatuan dan Kesatuan,
 Mufakat,
 Kebijaksanaan,
 Kesejahteraan.

4. Pancasila Sebagai Ligatur Bangsa Indonesia

Kata “ligatur” berasal dari bahasa Latin – ligatura – yang berarti sesuatu
yang mengikat. Prof. Dr. Roland Peanok, memberi makna ligatur sebagai
“ikatan budaya” atau cultutal bond.
Jadi, ligatur merupakan ikatan budaya yang berkembang secara alami dalam
kehidupan masyarakat, tidak karena paksaan yang dipandang perlu dan penting
untuk menjaga keutuhan dan kesatuan masyarakat.
Bung Karno, dalam berbagai kesempatan menyatakan bahwa nilai-nilai yang
terkandung di dalam Pancasila bersumber dan digali dari nilai-nilai budaya
masyarakat Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Pancasila sebagai lagatur bangsa Indonesia, mampu
memenuhi kriteria :
 Memiliki daya ikat bangsa yang mampu menciptakan suatu bangsa
dan negara yang kokoh,
 Nilai-nilai Pancasila, telah difahami dan diyakini oleh masyarakat,
yang selanjutnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari tanpa
adanya rasa paksaan.

Pancasila Jati Diri Bangsa Indonesia

Pancasila merupakan prinsip dasar dan nilai dasar yang mempribadi (living reality),
sehingga sekaligus merupakan jatidiri bangsa Indonesia.
Jatidiri bangsa adalah pandangan hidup yang berkembang di dalam masyarakat yang
menjadi kesepakatan bersama, berisi konsep, prinsip dan nilai dasar yang diangkat
menjadi dasar negara sebagai landasan statis, ideologi nasional, dan sebagai landasan
dinamis bagi bangsa yang bersangkutan dlm menghadapi segala permasalahan menuju
cita-citanya.
Jatidiri bangsa Indonesia bersifat khusus, otentik dan orisinil yang membedakan bangsa
Indonesia dengan bangsa lain.
5. Pancasila Sebagai Ideologi Negara
a) Hakikat Ideologi
Destult de Tracy, Ideologi merupakan bagian dari filsafat yang
merupakan ilmu yang mendasari ilmu-ilmu lain seperti pendidikan,
etika dan politik, dan sebagainya.
Kamus Ilmiah Populer, Ideologi adalah cita-cita yang merupakan
dasar salah satu sistem politik, faham kepercayaan dan seterusnya
(ideologi sosialis, ideologi Islam, dan lain-lain).
Moerdiono, Ideologi adalah merupakan kompleks pengetahuan dan
nilai, yang secara keseluruhan menjadi landasan bagi seseorang
(masyarakat) untuk memahami jagat raya dan bumi seisinya serta
menentukan sikap dasar untuk mengelolanya.
Ensyclopedia International, Ideologi adalah “system of ideas,belief,
and attitudes which underlie the way of live in a particular group, class,
or society” (sistem gagasan, keyakinan, dan sikap yang mendasari cara
hidup suatu kelompok, kelas atau masyarakat khusus.
Prof. Padmo Wahyono, SH., Ideologi diberi makna sebagai pandangan
hidup bangsa, falsafah hidup bangsa, berupa seperangkat tata nilai yang
dicita-citakan dan akan direalisir di dalam kehidupan berkelompok.
Ideologi ini akan memberikan stabilitas arah dalam hidup berkelompok
dan sekaligus memberikan dinamika gerak menuju ke yang dicita-
citakan.
Dr. Alfian, Ideologi adalah suatu pandangan atau sistem nilai yang
menyeluruh dan mendalam tentang bagaimana cara yang sebaiknya,
yaitu secara moral dianggap benar dan adil, mengatur tingkah laku
bersama dalam berbagai segi kehidupan
b) Fungsi Ideologi
 Struktur kognitif, ialah keseluruhan pengetahuan yang dapat
merupakan landasan untuk memahami dan menafsirkan dunia
dan kejadian-kejadian dalam alam sekitarnya.
 Orientasi dasar dengan membuka wawasan yang memberikan
makna serta menunjukkan tujuan dalam kehidupan manusia.
 Norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi
seseorang untuk melangkah dan bertindak.
 Bekal dan jalan bagi seseorang utk menemukan identitasnya.
 Kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong
seseorang untuk menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan
 Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami,
menghayati serta melakukan tingkah lakunya sesuai dengan
orientasi dan norma-norma yang terkandung di dalamnya.

c) Pancasila Ideologi Terbuka


 Dimensi Realita (suatu ideologi bersumber dari nilai-nilai riil yang
hidup dalam masyarakat)
 Dimensi Idealisme (nilai-nilai dasar ideologi tersebut mengandung
idealisme, bukan lambungan angan-angan (utopia).
 Dimensi Fleksibelitas/Pengembangan (suatu ideologi memiliki
keluwesan yang merangsang pengembangan pemikiran-pemikiran
baru yang relevan tentang dirinya, tanpa menghilangkan atau
mengingkari hakekat/jati dirinya).

d) Gagasan Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka


Secara formal ditampilkan sekitar tahun 1985, walaupun semangatnya
sendiri sesunguhnya dapat ditelusuri dari pembahasan para pendiri
negara pada tahun 1945.
Didorong oleh tantangan zaman, sejarah menunjukkan bahwa betapa
kokohnya suatu ideologi, bila tidak memiliki dimensi fleksibelitas, maka
akan mengalami kesulitan bahkan mungkin kehancuran (contoh :
runtuhnya Komunisme di Uni Soviet).
Pancasila senantiasa mampu berinteraksi secara dinamis. Nilai-nilai
Pancasila tidak boleh berubah, namun pelaksanaannya kita sesuaikan
dengan kebutuhan dan tantangan nyata yang kita hadapi dalam setiap
kurun waktu.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan gagasan Pancasila
sebagai ideologi terbuka :
1. Ideologi Pancasila harus mampu menyesuaikan dengan situasi & kondisi zaman yg
terus mengalami perubahan.
2. Terkandung makna bahwa nilai-nilai dasar Pancasila dapat dikembangkan sesuai
dengan dinamika kehidupan bangsa Indonesia dan tuntutan perkembangan zaman.
3. Pancasila harus mampu memberikan orientasi ke depan, terutama menghadapi
globalisasi dan keterbukaan.
4. Ideologi Pancasila menghendaki agar bangsa Indonesia tetap bertahan dalam wadah
dan ikatan NKRI.

e) Perwujudan Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka


Fleksibelitas ideologi Pancasila, karena mengandung nilai-nilai :
 Nilai Dasar, merupakan nilai-nilai dasar yang relatif tetap yang terdapat di
dalam Pembukaan UUD 1945.
 Nilai Instrumental, merupakan nilai-nilai lebih lanjut dari nilai-nilai dasar
yang dijabarkan secara lebih kreatif dan dinamis dalam bentuk UUD 1945,
TAP MPR, dan Peraturan perundang-undangan lainnya.
 Nilai Praxis, merupakan nilai-nilai yang sesungguhnya dilaksanakan dalam
kehidupan nyata sehari-hari baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
maupun bernegara (misalnya : menghormati, kerja sama, kerukunan, dsb).

f) Batas Keterbukaan Ideologi Pancasila


Batas jenis kedua, yaitu terdiri dari 2 (dua) buah norma :
 Penyesuaian nilai instrumental, pada tuntutan kemajuan jaman, harus
dijaga agar daya kerja dari nilai instrumental yang disesuaikan itu tetap
memadai untuk mewujudkan nilai instrinsik yang bersangkutan.
 Nilai instrumental pengganti, tidak boleh bertentangan antara linea recta
dengan nilai instumental yang diganti.
C. PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

1. Hakikat Sistem
Sistem sebagai suatu kesatuan terdiri dari komponen atau elemen dihubungkan
bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi untuk mencapai
suatu tujuan.
Sistem merupakan makna kepaduan yang mencakup materi serta benda yang
dipertemukan untuk memudahkan aliran berita dan elemen untuk sampai suatu
tujuan (Sulistiani dan Anggtaeni, 2021).
Menurut Lucas (1992), Sistem adalah suatu pengorganisasian yang saling
berinteraksi, saling tergantung dan terintegrasi dalam kesatuan variabel atau
komponen.
Jogiyanto (1999) mendefinisikan sistem ke dalam dua kelompok pendekatan,
yaitu menekankan pada prosedur dan komponen atau elemennya. Pendekatan
sistem yang lebih menekankan pada prosedur mendefinisikan sistem sebagai
suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan,
berkelompok dan bekerjasama untuk melakukan kegiatan pencapaian sasaran
tertentu. Makna dari prosedur sendiri, yaitu urutan yang tepat dari tahapan-
tahapan instruksi yang menerangkan apa (what) yang harus dikerjakan, siapa
(who) yang mengerjakan, kapan (when) dikerjakan dan bagaimana (how)
mengerjakannya. Pendekatan yang menekankan pada komponen mendefinisikan
“sistem” sebagai kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
2. Hakikat Etika
Etika secara etimologi adalah “Ethos” artinya watak kesusilaan atau adat
kebiasaan.
Istilah etika diartikan sebagai satu perbuatan standar (standard of conduct)
yang memimpin individu dalam membuat keputusan (Moch. Endang Djunaeni,
2015).
Etika ialah satu studi mengenai perbuatan yang salah dan benar dan pilihan
moral yang dilakukan oleh seseorang (Moch. Endang Djunaeni, 2015).
Etika merupakan filsafat tentang moral. Jadi sasaran etika adalah moralitas.
Moralitas adalah istilah yang dipakai untuk mencakup praktek dan kegiatan
yang membedakan apa yang baik dan apa yang buruk, aturan-aturan yang
mengendalikan kegiatan itu dan nilai yang tersimpul didalamnya, yang dipelihara
atau dijadikan sasaran oleh kegiatan dan praktik tersebut (O.P. Simorangkir,
1992).
3. Konsep Pancasila sebagai sistem etika

Etika pada umumnya dimengerti sebagai pemikiran filosofis mengenai segala


sesuatu yang dianggap baik atau buruk dalam perilaku manusia. Keseluruhan
perilaku manusia dengan norma dan prinsip-prinsip yang mengaturnya itu
kerapkali disebut moralitas atau etika (Sastrapratedja, 2002: 81).
Etika selalu terkait dengan masalah nilai sehingga perbincangan tentang
etika, pada umumnya membicarakan tentang masalah nilai (baik atau buruk).
Apakah yang Anda ketahui tentang nilai? Frondizi menerangkan bahwa nilai
merupakan kualitas yang tidak real karena nilai itu tidak ada untuk dirinya
sendiri, nilai membutuhkan pengemban untuk berada (2001:7).
Misalnya, nilai kejujuran melekat pada sikap dan kepribadian seseorang.
Istilah nilai mengandung penggunaan yang kompleks dan bervariasi. Lacey
menjelaskan bahwa paling tidak ada enam pengertian nilai dalam penggunaan
secara umum, yaitu sebagai berikut:
 Sesuatu yang fundamental yang dicari orang sepanjang hidupnya.
 Suatu kualitas atau tindakan yang berharga, kebaikan, makna atau
pemenuhan karakter untuk kehidupan seseorang.
 Suatu kualitas atau tindakan sebagian membentuk identitas seseorang sebagai
pengevaluasian diri, penginterpretasian diri, dan pembentukan diri.
 Suatu kriteria fundamental bagi seseorang untuk memilih sesuatu yang baik
di antara berbagai kemungkinan tindakan.
 Suatu standar yang fundamental yang dipegang oleh seseorang ketika
bertingkah laku bagi dirinya dan orang lain.
 Suatu ”objek nilai”, suatu hubungan yang tepat dengan sesuatu yang
sekaligus membentuk hidup yang berharga dengan identitas kepribadian
seseorang. Objek nilai mencakup karya seni, teori ilmiah, teknologi, objek
yang disucikan, budaya, tradisi, lembaga, orang lain, dan alam itu sendiri.
(Lacey, 1999: 23).
Dengan demikian, nilai sebagaimana butir kelima (5), yaitu sebagai standar
fundamental menjadi pegangan bagi seseorang dalam bertindak, merupakan
kriteria penting untuk mengukur karakter seseorang. Nilai sebagai standar
fundamental ini pula diterapkan seseorang dalam pergaulannya dengan orang lain
sehingga perbuatannya dapat dikategorikan etis atau tidak.
4. Aliran-aliran Etika

Ada beberapa aliran etika yang dikenal dalam bidang filsafat, meliputi etika
keutamaan, teleologis, deontologis.
Etika keutamaan atau etika kebajikan adalah teori yang mempelajari
keutamaan (virtue), artinya mempelajari tentang perbuatan manusia itu baik atau
buruk.
Etika kebajikan ini mengarahkan perhatiannya kepada keberadaan manusia,
lebih menekankan pada What should I be?, atau “saya harus menjadi orang yang
bagaimana?”.
Beberapa watak yang terkandung dalam nilai keutamaan adalah baik hati,
ksatriya, belas kasih, terus terang, bersahabat, murah hati, bernalar, percaya diri,
penguasaan diri, sadar, suka bekerja bersama, berani, santun, jujur, terampil, adil,
setia, ugahari (bersahaja), disiplin, mandiri, bijaksana, peduli, dan toleran
(Mudhofir, 2009: 216-219).
Etika teleologis adalah teori yang menyatakan bahwa hasil dari tindakan
moral menentukan nilai tindakan atau kebenaran tindakan dan dilawankan
dengan kewajiban.
Seseorang yang mungkin berniat sangat baik atau mengikuti asas-asas moral
yang tertinggi, akan tetapi hasil tindakan moral itu berbahaya atau jelek, maka
tindakan tersebut dinilai secara moral sebagai tindakan yang tidak etis.
Etika teleologis ini menganggap nilai moral dari suatu tindakan dinilai
berdasarkan pada efektivitas tindakan tersebut dalam mencapai tujuannya.
Etika teleologis ini juga menganggap bahwa di dalamnya kebenaran dan
kesalahan suatu tindakan dinilai berdasarkan tujuan akhir yang diinginkan
(Mudhofir, 2009: 214).
Aliran-aliran etika teleologis, meliputi eudaemonisme, hedonisme,
utilitarianisme.
Etika deontologis adalah teori etis yang bersangkutan dengan kewajiban
moral sebagai hal yang benar dan bukannya membicarakan tujuan atau akibat.
Kewajiban moral bertalian dengan kewajiban yang seharusnya, kebenaran
moral atau kelayakan, kepatutan.
Kewajiban moral mengandung kemestian untuk melakukan tindakan.
Pertimbangan tentang kewajiban moral lebih diutamakan daripada pertimbangan
tentang nilai moral.
Konsep-konsep nilai moral (yang baik) dapat didefinisikan berdasarkan pada
kewajiban moral atau kelayakan rasional yang tidak dapat diturunkan dalam arti
tidak dapat dianalisis (Mudhofir, 2009: 141).
5. Etika Pancasila
Setelah Anda mendapat gambaran tentang pengertian etika dan aliran etika, maka
selanjutnya perlu dirumuskan pengertian etika Pancasila, dan aliran yang lebih
sesuai dengan etika Pancasila.
Etika Pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila Pancasila
untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di
Indonesia. Oleh karena itu, dalam etika Pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Kelima nilai tersebut membentuk perilaku manusia Indonesia dalam semua
aspek kehidupannya.
Sila ketuhanan mengandung dimensi moral berupa nilai spiritualitas yang
mendekatkan diri manusia kepada Sang Pencipta, ketaatan kepada nilai agama
yang dianutnya.
Sila kemanusiaan mengandung dimensi humanus, artinya menjadikan manusia
lebih manusiawi, yaitu upaya meningkatkan kualitas kemanusiaan dalam pergaulan
antarsesama.
Sila persatuan mengandung dimensi nilai solidaritas, rasa kebersamaan (mitsein),
cinta tanah air.
Sila kerakyatan mengandung dimensi nilai berupa sikap menghargai orang lain,
mau mendengar pendapat orang lain, tidak memaksakan kehendak kepada orang
lain.
Sila keadilan mengandung dimensi nilai mau peduli atas nasib orang lain,
kesediaan membantu kesulitan orang lain
Etika Pancasila itu lebih dekat pada pengertian etika keutamaan atau etika
kebajikan, meskipun corak kedua mainstream yang lain, deontologis dan teleologis
termuat pula di dalamnya.
Namun, etika keutamaan lebih dominan karena etika Pancasila tercermin dalam
empat tabiat saleh, yaitu kebijaksanaan, kesederhanaan, keteguhan, dan keadilan.
Kebijaksanaan artinya melaksanakan suatu tindakan yang didorong oleh
kehendak yang tertuju pada kebaikan serta atas dasar kesatuan akal – rasa –
kehendak yang berupa kepercayaan yang tertuju pada kenyataan mutlak (Tuhan)
dengan memelihara nilai-nilai hidup kemanusiaan dan nilai-nilai hidup religius.
Kesederhaaan artinya membatasi diri dalam arti tidak melampaui batas dalam hal
kenikmatan. Keteguhan artinya membatasi diri dalam arti tidak melampaui batas
dalam menghindari penderitaan.
Keadilan artinya memberikan sebagai rasa wajib kepada diri sendiri dan manusia
lain, serta terhadap Tuhan terkait dengan segala sesuatu yang telah menjadi haknya
(Mudhofir, 2009: 386).

6. Dinamika dan tantangan Pancasila sebagai sistem etika


Dinamika Pancasila sebagai sistem etika akan mengalami ancaman
diantaranya:
1) Berubahnya tatanan kehidupan sosial dan budaya masyarakat,
2) Lunturnya wibawa pemerintahan,
3) Munculnya konsep ekonomi liberal dan kapitalisme,
4) Penegakan hukum yang tidak menjungjung tinggi nilai-nilai keadilan,
dan
5) Pamanfaatan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk
hal-hal negative. (Sulistiani dan Anggtaeni, 2021)

7. Tantangan Pancasila sebagai Sistem Etika


1) Tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman Orde Lama
berupa sikap otoriter dalam pemerintahan sebagaimana yang tercermin
dalam penyelenggaraan negara yang menerapkan sistem demokrasi
terpimpin. Hal tersebut tidak sesuai dengan sistem etika Pancasila yang
lebih menonjolkan semangat musyawarah untuk mufakat.
2) Tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman Orde Baru terkait
dengan masalah NKK (Nepotisme, Kolusi, dan Korupsi) yang merugikan
penyelenggaraan negara. Hal tersebut tidak sesuai dengan keadilan sosial
karena nepotisme, kolusi, dan korupsi hanya menguntungkan segelintir
orang atau kelompok tertentu.
3) Tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada era Reformasi berupa
eforia kebebasan berpolitik sehingga mengabaikan norma-norma moral.
Misalnya, munculnya anarkisme yang memaksakan kehendak dengan
mengatasnamakan kebebasan berdemokrasi.
D. PANCASILA MENJADI DASAR NILAI PENGEMBANG ILMU

1. Konsep pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu:


 Pertama, bahwa setiap ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang
dikembangkan di Indonesia haruslah tidak bertentangan dengan nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila.
 Kedua, bahwa setiap iptek yang dikembangkan di Indonesia harus
menyertakan nilai nilai Pancasila sebagai faktor internal pengembangan
iptek itu sendiri.
 Ketiga, bahwa nilai-nilai Pancasila berperan sebagai rambu normatif bagi
pengembangan iptek di Indonesia, artinya mampu mengendalikan iptek agar
tidak keluar dari cara berpikir dan cara bertindak bangsa Indonesia.
 Keempat, bahwa setiap pengembangan iptek harus berakar dari budaya dan
ideologi bangsa Indonesia sendiri atau yang lebih dikenal dengan istilah
indegenisasi ilmu (mempribumian ilmu).
2. Urgensi pancasila sebagai dasar nilai pengembang ilmu:
 Pertama, pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan bangsa
Indonesia dewasa ini seiring dengan kemajuan iptek menimbulkan
perubahan dalam cara pandang manusia tentang kehidupan. Hal ini
membutuhkan renungan dan refleksi yang mendalam agar bangsa Indonesia
tidak terjerumus ke dalam penentuan keputusan nilai yang tidak sesuai
dengan kepribadian bangsa.
 Kedua, dampak negatif yang ditimbulkan kemajuan iptek terhadap
lingkungan hidup berada dalam titik nadir yang membahayakan eksistensi
hidup manusia di masa yang akan datang. Oleh karena itu, diperlukan
tuntunan moral bagi para ilmuwan dalam pengembangan iptek di Indonesia.
 Ketiga, perkembangan iptek yang didominasi negara-negara Barat dengan
politik global ikut mengancam nilainilai khas dalam kehidupan bangsa
Indonesia, seperti spiritualitas, gotong royong, solidaritas, musyawarah, dan
cita rasa keadilan. Oleh karena itu, diperlukan orientasi yang jelas untuk
menyaring dan menangkal pengaruh nilai-nilai global yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai kepribadian bangsa Indonesia.
3. Argumen tentang Dinamika Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Pancasila sebagai pengembangan ilmu belum dibicarakan secara eksplisit
oleh para penyelenggara negara sejak Orde Lama sampai era Reformasi.
Para penyelenggara negara pada umumnya hanya menyinggung masalah
pentingnya keterkaitan antara pengembangan ilmu dan dimensi
kemanusiaan (humanism).
4. Argumen tentang Tantangan Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
a. Kapitalisme yang sebagai menguasai perekonomian dunia, termasuk Indonesia.
Akibatnya, ruang bagi penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar pengembangan
ilmu menjadi terbatas. Upaya bagi pengembangan sistem ekonomi Pancasila yang
pernah dirintis Prof. Mubyarto pada 1980-an belum menemukan wujud nyata yang
dapat diandalkan untuk menangkal dan menyaingi sistem ekonomi yang berorientasi
pada pemilik modal besar.
b. Globalisasi yang menyebabkan lemahnya daya saing bangsa Indonesia dalam
pengembangan iptek sehingga Indonesia lebih berkedudukan sebagai konsumen
daripada produsen dibandingkan dengan negaranegara lain.
c. Konsumerisme menyebabkan negara Indonesia menjadi pasar bagi produk teknologi
negara lain yang lebih maju ipteknya. Pancasila sebagai pengembangan ilmu baru
pada taraf wacana yang belum berada pada tingkat aplikasi kebijakan negara.
d. Pragmatisme yang berorientasi pada tiga ciri, yaitu: workability (keberhasilan),
satisfaction (kepuasan), dan result (hasil) (Titus, dkk., 1984) mewarnai perilaku
kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai