PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada umumnya di dunia ini terdapat berbagai macam dasar negara yang menyokong negaraitu sendiri
agar tetap berdiri kokoh, teguh, serta agar tidak terombang ambing oleh persoalan yang muncul pada
masa kini. Pada hakikatnya ideologi merupakan hasil refleksi manusia berkat kemampuannya
mengadakan distansi terhadap dunia kehidupannya. Maka terdapat sesuatu yang bersifat dialektis antara
ideologi dengan masyarat negara. Di suatu pihak membuat ideologi semakin realistis dan pihak yang lain
mendorong masyarakat mendekati bentuk yang ideal. Idologi mencerminkan cara berpikir masyarakat,
bangsa maupun negara, namun juga membentuk masyarakat menuju cita-citanya. Indonesia pun tak
terlepas dari hal itu, dimana Indonesia memiliki dasar negara yang sering kita sebut Pancasila. Pancasila
sebagai ideologi menguraikan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi negara dan karakteristik Pancasila
sebagai ideologi negara. Sejarah indonesia menunjukan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat
Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam
mengejar kehidupan yang layak dan lebih baik, untuk mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan
makmur. Pancasila merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, karena dalam masingmasing sila
tidak bisa di tukar tempat atau dipindah. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila merupakan pandangan hidup
bangsa dan negara Indonesia. Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar
negara seperti tercantum dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian dan
pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada
satu kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.
Mempelajari Pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar sebagai bangsa Indonesia yang memiliki jati
diri dan harus diwijudkan dalam pergaulan hidup sehari-hari untuk menunjukkan identitas bangsa yang
lebih bermatabat dan berbudaya tinggi. Melalui makalah ini diharapkan dapat membantu kita dalam
berpikir lebih kritis mengenai arti Pancasila.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(https://repository.unikom.ac.id/54524/1/Pancasila%20sebagai%20Sistem%20Filsafat.pdf )
(https://www.kompasiana.com/dina2405/61af008175ead6692262c193/kesatuan-sila-sila-pancasila-
sebagai-suatu-sistem-filsafat) (https://fip.upgris.ac.id/2020/08/05/pancasila-sebagai-sistem-filsafat/ )
BAB III
PEMBAHASAN I
Pancasila sebagai filsafat bangsa
Dengan dicantumkannya Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila terbentuklah kawasan filsafat dan
religi, artinya Pancasila mengandung watak filosofis dan beraspek religius. Maka pembahasan yang tepat
bagi Pancasila adalah secara integral antara analisis ilmiah, filosofis dan religius. Kebenaran filsafat pada
Pancasila tidak meragukan. Maka eksistensi Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia tidak
dipersoalkan.
Dalam Memorandum DPR GR telah diterima baik dengan ketetapan MPRS Nomor XX/MPRS/1966
ditegaskan bahwa: sumber tertib hukum RI adalah pandangan hidup, kesadaran serta cita-cita hukum dan
cita-cita moral, yang meliputi suasana mengenai kemerdekaan individu, kemerdekaan bangsa,
perikemanusiaan, keadilan sosial, perdamaian nasional serta mondial, cita-cita politik mengenai
kehidupan kemasyarakatan serta keagamaan sebagai pengejawantahan dari budi hati nurani manusia.
Pancasila sebagai filsafat hidup juga sering disebut sebagai (1) pandangan hidup, libensnchauung, livens
beschouwing, (2) pandangan dunia, weltasnchauung, wereldbeschouwing, (3) pedoman hidup, petunjuk
hidup, jalan hidupatau way of life.
Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia artinya bahwa Pancasila itu merupakan usaha pemikiran
bangsa Indonesia untuk mencari hasil usaha pemikiran bangsa Indonesia untuk mencari kebenaran yang
kemudian dianggap sebagai kebenaran yang sungguh-sungguh. Usaha pemikiran itu dilakukan secara
mendasar, sistematis dan radikal.
Dengan dimasukkannya rumusan Pancasila di dalam Pembukaan, maka Pancasila sebagai dasar filsafat
negara Republik Indonesia, dan membawa konsekuensi:
(1) sebagai sumber dari segala sumber hukum, (2) sebagai sumber tata-urutan peraturan perundangan
Republik Indonesia, (3) sebagai sumber kekuasaan dalam negara Republik Indonesia, dan (4) sebagai
sumber hukum formal yang lain. Fungsi Pancasila bagi bangsa/negara Republik Indonesia adalah sebagai
landasan idiil atau ideologi nasional, yang harus ditaati oleh pemerintah dan rakyat serta seluruh lapisan
masyarakat.
Pancasila kemudian diberikan status tegas dalam Pembukaan, alenia keempat, hal ini membawa
konsekuensi dalam bidang hukum negara, yaitu bahwa Pancasila berstatus sebagai dasar negara Republik
Indonesia yang diterima dan mengikat seluruh bangsa/warga negara Indonesia. Dengan demikian: (1)
Prinsip-prinsip azasi dalam Pancasila merupakan dasar hukum, dasar moral, kaidah fundamental, bagi
perikehidupan menegara dan memasyarakat dari pusat hingga ke daerah-daerah. (2) Semua peraturan
perundangan yang dikeluarkan negara harus bersumber/dijiwai oleh filsafat Pancasila. Isi dan tujuannya
tidak boleh bertentangan dengan filsafat Pancasila, (3) Pancasila sebagai sumber tertib hukum/sumber
segala sumber hukum yang mencakup: Proklamasi, Dekret Presiden, UUD 1945, dan Supersemar.
Berdasar Seminar Hukum Pertama: Pokok Kaidah Negara yang fundamental mempunyai dua macam
kedudukan terhadap tertib hukum Indonesia, yaitu: (1) sebagai dasarnya; karena Pembukaan memberi
faktor-faktor mutlak bagi adanya Tertib Hukum tersebut, (2) sebagai ketentuan hukum yang tertinggi.
Pancasila mempunyai hakikat, sifat, kedudukan dan fungsi sebagai Pokok Kaidah negara yang
fundamental; yang menjilmakan diri sebagai kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia, atau negara
Proklamasi 17 Agustus 1945.
Pembukaan dan Pancasila mengandung azas-azas dasar, norma-norma, nilai-nilai dasar sebagai berikut:
a) Wajib menjaga agar RI tetap merdeka, baik ke dalam maupun ke luar
c) Wajib melaksanakan cita-cita hukum, yang keadilan dan perdamaian dalam mengadakan hukum
positif
a) Menyadari bahwa segala hal yang terjadi merupakan kehendak Tuhan
PEMBAHASAN II
Dasar-dasar rasional logis pancasila juga menyangkut isi arti sila-sila pancasila. Susunan isi arti
pancasila meliputi 3 hal yaitu :
1. Isi arti pancasila yang umum universal yaitu hakikat sila-sila pancasila artinya hal itu merupakan
esensi atau inti sari pancasila sehingga merupakan pangkal tolak derivasi baik dalam bidang
kenegaraan dan tertib hukum Indonesia serta dalam realisasi praksis dalam berbagai bidang
kehidupan konkrit.
2. Isi arti pancasila yang umum kolektif artinya yaitu isi arti pancasila sebagai pedoman kolektif
negara dan bangsa Indonesia terutama dalam tertib hukum Indonesia.
3. Isi arti pancasila yang bersifat khusus dan konkrit yaitu isi arti pancasila dalam realisasi praksis
dalam berbagai bidang kehidupan sehingga memiliki sifat yang khusus konkrit serta dinamis.
Di dalam Pancasila terdapat manusia yang bersifat monopluralis dan terdiri dari Jiwa dan raga.
Tingkatan di dalam raga manusia terdiri dari : Fisis Anorganis, Vegetatif serta animal. Dan urutan
tingkatan jiwa manusia yang terdiri atas unsur-unsur potensi jiwa manusia meliputi :
1. Akal yaitu suatu potensi unsur kejiwaan manusia dalam mendapatkan kebenaran pengetahuan
manusia,
2. Rasa yaitu suatu potensi jiwa manusia dalam tingkatan kemampuan estetis (keindahan), dan
3. Kehendak adalah unsur potensi jiwa manusia dalam kaitannya dalam bidang moral atau etika.
Sila-sila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki satu kesatuan dasar aksiologisnya sehingga
nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan. Terdapat
berbagai macam teori tentang nilai dan hal ini sangat tergantung pada titik tolak dan sudut pandangnya
masing-masing dalam menentukan tentang pengertian nilai dan hierarkhinya. Misal kalangan materialis
memandang bahwa hakikat nilai tertinggi adalah materi, kalangan hedonis memandang bahwa hakikat
tertinggi adalah nilai kenikmatan. Namun dari hal itu semua dapat kita kelompokkan menjadi 2 nilai yaitu
nilai yang subjektif yaitu sesuatu itu bernilai karena berasal dari subjeknya serta nilai objektif yaitu pada
hakikatnya sesuatu itu memang ada nilainya terlepas dari subjek tersebut.
Menurut Max Sacheler berdasar tinggi rendahnya nilai dapat digolongkan ke dalam 4 tingkatan yaitu :
1. Nilai-nilai kenikmatan yaitu nilai yang berkaitan dengan panca indera manusia yaitu sesuatu
yang mengenakkan dan tidak mengenakkan,
2. Nilai-nilai kehidupan yaitu nilai-nilai yang penting bagi kehidupan manusia misal kesegaran
jasmani, rokhani serta kesejahteraan hidup,
3. Nilai-nilai kejiwaan yaitu terdapat nilai-nilai kejiwaan yang sama sekali terlepas dari keadaan
jasmani atau lingkungan, contohnya keindahan, kebenaran, serta pengetahuan murni yang
didapat di dalam filsafat, dan
4. Nilai-nilai kerokhanian yaitu dalam tingkatan ini terdapatlah modalitas nilai dari yang suci,
contoh dalam hal ini adalah nilai-nilai pribadi.
Sementara itu menurut Notonegoro pandangan dan tingkatan nilai terbagi atas 3 macam yaitu :
1. Nilai Material yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia,
2. Nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan suatu aktivitas
atau kegiatan, dan
3. Nilai kerokhanian yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rokhani kita.
1. Nilai kebenaran yaitu nilai yang bersumber pada akal, rasio, budi atau cipta manusia,
2. Nilai keindahan atau estetis yaitu nilai yang bersumber pada perasaan manusia,
3. Nilai kebaikan atau nilai moral yaitu nilai yang bersumber pada pada unsur kehendak manusia,
dan
4. Nilai religius yaitu nilai yang berhubungan dengan kepercayaan dan keyakinan manusia dan nilai
religius ini bersumber kepada wahyu yang berasal dari Tuhan YME.
Menurut Notonegoro bahwa nilai-nilai pancasila termasuk nilai kerokhanian, tetapi nilai-nilai
kerokhanian yang mengakui adanya nilai-nilai material dan vital. Dengan demikian nilai-nilai pancasila
yang tergolong nilai kerokhanian itu juga mengandung nilai-nilai lain secara lengkap yaitu nilai material,
vital, kebenaran, keindahan, kebaikan atau moral serta nilai kesucian yang secara keseluruhan bersifat
sistematik hierarkhis, di mana sila pertama yaitu Ketuhanan YME sebagai basisnya sampai dengan sila
keadilan sosial sebagai tujuannya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan