Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“PERBANDINGAN PANCASILA SAAT INI DAN MASA


YANG AKAN DATANG”
Tugas Ini Dibuat Untuk Memenuhi Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila

DISUSUN OLEH :
NURHASANAH
NPM : 2110091510818

KELAS : AKUTANSI 2B

DOSEN PEMBIMBING : Ir. H. ZAMHIR BASEM, MM

PRODI AKUTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
BANGKINANG
TP. 2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2

A. Pancasila Sebagai Filsafat Negara...............................................................................2

B. Pancasila Sebagai dasar Negara Indonesia dan upaya perbaikan dimasa yang
akan datang...................................................................................................................4

C. Pancasila Sebagai Ideologi Negara Indonesia dan upaya perbaikan dimasa yang
akan datang...................................................................................................................6

BAB III PENUTUP..................................................................................................................9

A. KESIMPULAN..............................................................................................................9

B. SARAN...........................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10

i
PANCASILA

SAAT MASA YANG


SEKARANG AKAN DATANG

FILSAFAT FILSAFAT IDEOLOGI


DASAR NEGARA
NEGARA NEGARA NEGARA

IDEOLOGI

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada umumnya di dunia ini terdapat berbagai macam dasar negara yang
menyokong negara itu sendiri agar tetap berdiri kokoh, teguh, serta agar tidak terombang
ambing oleh persoalan yang muncul pada masa kini. Pada hakikatnya ideologi
merupakan hasil refleksi manusia berkat kemampuannya mengadakan distansi terhadap
dunia kehidupannya. Maka terdapat sesuatu yang bersifat dialektis antara ideologi
dengan masyarat negara. Di suatu pihak membuat ideologi semakin realistis dan pihak
yang lain mendorong masyarakat mendekati bentuk yang ideal. Idologi mencerminkan
cara berpikir masyarakat, bangsa maupun negara, namun juga membentuk masyarakat
menuju cita-citanya. Indonesia pun tak terlepas dari hal itu, dimana Indonesia memiliki
dasar negara yang sering kita sebut Pancasila.
Pancasila sebagai ideologi menguraikan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi
negara dan karakteristik Pancasila sebagai ideologi negara. Sejarah indonesia
menunjukan bahwa
Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup
kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan yang layak
dan lebih baik, untuk mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Pancasila merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, karena dalam masing-
masing sila tidak bisa di tukar tempat atau dipindah. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila
merupakan pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia. Bahwasanya Pancasila yang
telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti tercantum dalam pembukaan
UndangUndang Dasar 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang
telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan
manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.
Mempelajari Pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar sebagai bangsa Indonesia yang
memiliki jati diri dan harus diwijudkan dalam pergaulan hidup sehari-hari untuk
menunjukkan identitas bangsa yang lebih bermatabat dan berbudaya tinggi. Melalui
makalah ini diharapkan dapat membantu kita dalam berpikir lebih kritis mengenai arti
Pancasila.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pancasila Sebagai Filsafat Negara


Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai dan pemikiran yang
dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi pancasila. Secara ringkas filsafat
pancasila merupakan refleksi kritis dan rasional tentang pancasila sebagai dasar negara
dan kenyataan budaya bangsa. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pokok-pokok
pengertiannya secara mendasar dan menyeluruh. Filsafat pancasila juga mengungkap
konsep-konsep yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan juga
manusia pada umumnya. Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia ditetapkan menjadi
ideologi bangsa Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945.
Pembahasan filsafat pancasila dapat dilakukan secara deduktif dan induktif.
Secara deduktif dilakukan dengan mencari hakikat pancasila serta menganalisis dan
menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif. Secara
induktif yakni dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat,
merefleksikannya, dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu.
1. Kedudukan Pancasila dalam Pembukaan
Dengan dimasukkannya rumusan Pancasila di dalam Pembukaan, maka
Pancasila sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia, dan membawa
konsekuensi:
1) Sebagai sumber dari segala sumber hukum
2) Sebagai sumber tata-urutan peraturan perundangan Republik Indonesia
3) Sebagai sumber kekuasaan dalam negara Republik Indonesia
4) Sebagai sumber hukum formal yang lain.
Fungsi Pancasila bagi bangsa/negara Republik Indonesia adalah sebagai
landasan idiil atau ideologi nasional,  yang harus ditaati oleh pemerintah dan
rakyat serta seluruh lapisan masyarakat.
Pancasila kemudian diberikan status tegas dalam Pembukaan, alenia
keempat, hal ini membawa konsekuensi dalam bidang hukum negara, yaitu
bahwa Pancasila berstatus sebagai dasar negara Republik Indonesia yang
diterima dan mengikat seluruh bangsa/warga negara Indonesia. Dengan
demikian:

2
1) Prinsip-prinsip azasi dalam Pancasila merupakan dasar hukum, dasar moral,
kaidah fundamental, bagi perikehidupan menegara dan memasyarakat dari
pusat hingga ke daerah-daerah.
2) Semua peraturan perundangan yang dikeluarkan negara harus
bersumber/dijiwai oleh filsafat Pancasila. Isi dan tujuannya tidak boleh
bertentangan dengan filsafat Pancasila
3) Pancasila sebagai sumber tertib hukum/sumber segala sumber hukum yang
mencakup: Proklamasi, Dekret Presiden,  UUD 1945, dan  Supersemar.
Berdasar Seminar Hukum Pertama: Pokok Kaidah Negara yang
fundamental mempunyai dua macam kedudukan terhadap tertib hukum
Indonesia, yaitu:
1) Sebagai dasarnya; karena Pembukaan memberi faktor-faktor mutlak bagi
adanya Tertib Hukum tersebut
2) Sebagai ketentuan hukum yang tertinggi.
Pancasila mempunyai hakikat, sifat, kedudukan dan fungsi sebagai Pokok
Kaidah negara yang fundamental; yang menjilmakan diri sebagai kelangsungan
hidup Negara Republik Indonesia, atau negara Proklamasi 17 Agustus 1945.
2. Norma dasar dalam Pembukaan
Pembukaan dan Pancasila mengandung azas-azas dasar, norma-norma,
nilai-nilai dasar sebagai berikut:
1) Tersimpul dalam alenia pertama:
a) Bahwa segala bangsa berhak untuk merdeka
b) Adanya kesadaran akan kenyataan hukum kodrat
c) Dasar perikemanusiaan
d) Adanya kesadaran akan kenyataan hukum etis
e) Dasar perikeadilan
f) Adanya kesadaran akan kenyataan hukum filosofis
g) Atas dasar perikemanusiaan dan perikeadilan
2) Tersimpul dalam alenia kedua
a) Wajib menjaga agar RI tetap merdeka, baik ke dalam maupun ke luar
b) Wajib menjaga terpeliharanya RI sebagai negara kebangsaan yang utuh
c) Wajib melaksanakan cita-cita hukum, yang keadilan dan perdamaian
dalam mengadakan hukum positif
d) Wajib merealisasi kemakmuran bersama
3
3) Tersimpul dalam alenia ketiga
a) Menyadari bahwa segala hal yang terjadi merupakan kehendak Tuhan
b) Adanya kesadaran terhadap hukum Tuhan
4) Tersimpul dalam alinea keempat
a) Adanya tujuan pembentukan pemerintah negara Indonesia
b) Adanya ketentuan tentang UUD negara Indonesia
c) Adanya ketentuan bentuk Negara Republik
d) Adanya dasar kerohanian negara, yang Pancasila. 
B. Pancasila Sebagai dasar Negara Indonesia dan upaya perbaikan dimasa yang akan
datang
Akutnya krisis yang kita hadapi mengisyaratkan untuk memulihkannya kita
memerlukan lebih dari sekadar politics as usual. Kita memerlukan visi politik baru.
Peribahasa mengatakan,“Where there is no vision, the people perish.” Visi ini harus
mempertimbangkan kenyataan bahwa krisis nasional ini berakar jauh pada krisis
moralitas dan etos yang melanda jiwa bangsa. Suatu usaha “penyembuhan” perlu
dilakukan dengan memperkuat kembali fundamen etis dan karakter bangsa berlandaskan
dasar falsafah dan pandangan dunia bangsa Indonesia sendiri.
Ibarat pohon, sejarah perkembangan bangsa yang sehat tidak bisa tercerabut dari
tanah dan akar kesejarahannya, ekosistem sosial-budaya, sistem pemaknaan
(signification), dan pandangan dunianya tersendiri. Pancasila dirumuskan oleh para
pendiri bangsa sebagai dasar dan tuntutan bernegara dengan mempertimbangkan aspek-
aspek itu, lewat usaha penggalian, penyerapan, kontekstualisasi, rasionalisasi, dan
aktualisasinya dalam rangka menopang keberlangsung dan kejayaan bangsa.
Akibat keteledoran, ketidaktaatan dan penyelewengan atas nilai-
nilai Pancasila oleh bangsa sendiri, terutama oleh para penyelenggara negara, bintang
pimpinan itu pun redup tertutup kabut. Pelan-pelan menimbulkan kegelapan dalam
rumah kebangsaan. Lantas anak-anak negeri berusaha mencari kunci jawaban atas
persoalan negerinya dari luar “rumah”; pada tempat-tempat yang tampak benderang.
Seseorang bertanya kepada mereka,“Apa gerangan yang kalian cari?” Anak-anak
negeri itu pun menjawab, “kunci rumah”. “Memangnya di mana hilangnya kunci itu?”
Jawabannya, “Di dalam rumah kami sendiri”. Lantas, “Mengapa kalian cari di luar
rumahmu?” Jawabannya, “Karena rumah kami gelap.”
Kunci jawaban atas krisis kebangsaan itu sesungguhnya bisa ditemukan dari
dasar falsafah dan pandangan hidup negara Indonesia sendiri yang tercermin melalui
4
Pancasila. Saat ini yang diperlukan adalah mengikuti cara Soekarno, menggali kembali
mutiara yang terpendam itu, mengargumentasikan dan mengkontekstulisasikannya dalam
kehidupan semasa, dan mengupayakan aktualisasinya dalam kehidupan masa kini dan
masa depan.
Dalam perjalanannya, sejarah konseptualisi Pancasila melintasi rangkaian
panjang fase “pembibitan”, fase “perumusan”, dan fase “pengesahan”. Fase
“pembibitan” setidaknya dimulai pada 1920-an dalam bentuk rintisan-rintisan gagasan
untuk mencari sintesis antarideologi dan gerakan seiring dengan proses “penemuan”
Indonesia sebagai kode kebangsaan bersama (civic nationalism). Fase “perumusan”
dimulai pada masa persidangan pertama Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan (BPUPK), 29 Mei-1 Juni 1945, dengan Pidato Soekarno (1 Juni) sebagai
mahkotanya yang memunculkan istilah Panca Sila.
Rumusan Pancasila dari Pidato Soekarno itu lantas digodok dalam pertemuan
Chuo Sangi In yang membentuk “Panitia Sembilan”,  yang melahirkan rumusan baru
Pancasila dalam versi Piagam Jakarta, pada 22 Juni. Fase “pengesahan” dimulai pada 18
Agustus 1945 dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang
melahirkan rumusan final, yang mengikat secara konstitusional dalam kehidupan
bernegara.
Sejak tanggal 18 Agustus 1945, Pancasila telah menjadi dasar falsafah negara
(Philosophische Gronslag), ideologi negara dan pandangan hidup (Weltanschauung)
bangsa Indonesia. Istilah-istilah tersebut bisa dimaknai dengan merujuk pada pidato
Bung Karno pada 1 Juni 1945. Dalam pidato tersebut, ia menyebut istilah “Philosfische
Gronslag” sebanyak 4 kali plus 1 kali menggunakan istilah “filosifische principe”;
sedangkan istilah “Weltanschauung” ia sebut sebanyak 31 kali.
Tentang istilah “Philosophische Grondslag”, ia definisikan sebagai “Fundamen,
filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di
atasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka.” Frase “untuk diatasnya didirikan gedung
Indonesia Merdeka” menjelaskan bahwa Pancasila sebagai Philosophische Grondlag
merupakan padanan dari istilah “Dasar Negara”.
Alhasil, pengertian Pancasila sebagai “dasar negara” tak lain adalah Pancasila
sebagai “dasar filsafat/falsafah negara”. Dengan kata lain, Pancasila sebagai pandangan
hidup/pandangan dunia (Weltanschauung) bangsa Indonesia hendak dijadikan sebagai
ideologi negara.
Pembumian Pancasila
5
Diperlukan penyegaran pemahaman dan aktualisasi nilai-nilai Pancasila untuk
menangkal berjangkitnya beragam ancaman ekstremisme. Dengan menguatkan nilai-nilai
Ketuhanan yang berkebudayaan, kebangsaan yang berprikemanusiaan, serta demokrasi
permusyawaratan yang berorientasi keadilan sosial, Indonesia akan mampu menghadapi
perkembangan baru dengan suatu visi global yang berkearifan lokal.
Tinggal masalahnya, bagaimana memperdalam pemahaman, penghayatan, dan
kepercayaan akan keutamaan nilai-nilai yang terkandung pada setiap sila Pancasila dan
kesalingterkaitannya satu sama lain, untuk kemudian diamalkan secara konsisten di
segala lapis dan bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam konteks ini, yang
diperlukan adalah apa yang disebut Kuntowijoyo (2001) dengan proses “radikalisasi
Pancasila”. “Radikalisasi” dalam arti ini adalah pengakaran ideologi, demi membuat
Pancasila tegar, efektif, dan menjadi petunjuk bagaimana negara ini ditata-kelola dengan
benar. 
Radikalisasi Pancasila yang dimaksudkannya ialah (1) mengembalikan Pancasila
sebagai ideologi negara, (2) mengembangkan Pancasila sebagai ideologi menjadi
Pancasila sebagai ilmu, (3) mengusahakan Pancasila mempunyai konsistensi dengan
produk-produk perundangan, koherensi antarsila, dan korespondensi dengan realitas
sosial, (4) Pancasila yang semula hanya melayani kepentingan vertikal (negara) menjadi
Pancasila yang melayani kepentingan horizontal, dan (5) menjadikan Pancasila sebagai
kritik kebijakan negara.
Proses radikalisasi itu dimaksudkan untuk membuat Pancasila menjadi lebih
operasional dalam kehidupan dan ketatanegaraan; sanggup memenuhi kebutuhan praktis
atau pragmatis dan bersifat fungsional. Pemikiran-pemikiran lain yang bersifat abstraksi-
filosofis juga bukan tanpa makna. Tetapi pemikiran yang bersifat abstraksi-filosofis
menjadi lebih bermakna sejauh diberi kaki operasionalisasinya agar bisa menyejarah dan
memiliki makna bagi kehidupan kemanusian dalam konteks negara-bangsa Indonesia.
C. Pancasila Sebagai Ideologi Negara Indonesia dan upaya perbaikan dimasa yang
akan datang
Indonesia adalah negara majemuk dan plural. Indonesia mempunyai banyak
ragam suku, ras, agama, dan budaya. Dalam kemajemukan tersebut, Indonesia
mempunyai satu ideologi bangsa yaitu Pancasila.
Gunawan Setiardjo mengatakan bahwa ideologi adalah seperangkat ide asasi
tentang manusia dan seluruh realitas yang dijadikan sebagai pedoman dan cita-cita hidup.
Ideologi penting dalam sebuah negara karena ideologi berfungsi menyatukan komponen-
6
komponen negara tersebut. Ideologi juga dapat mempersatukan perbedaan, seperti di
Indonesia dengan kemajemukan masyarakatnya.
Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara berarti Pancasila digunakan dan
diberlakukan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan negara dan dasar kehidupan
terkait aktivitas serta sikap masyarakat Indonesia. Pancasila sebagai ideologi negara
diimplementasikan pada setiap aspek kehidupan di Indonesia, mulai dari beragama,
bermasyarakat hingga berpolitik dan berdemokrasi. Sila pertama Pancasila
mengimplementasikan bahwa harus ada landasan ketuhanan dalam menyelenggarakan
kehidupan. Sila kedua mengharapkan bangsa Indonesia menegakkan nilai kemanusiaan,
khususnya hak asasi manusia. Sila ketiga menuntut setiap komponen Indonesia
menjunjung persatuan bangsa serta konsensus-konsensus dasar negara. Sila keempat
mengamanatkan untuk membentuk negara yang demokratis dengan rakyat sebagai
pemegang kedaulatan. Serta sila kelima yang mengandung makna harus terjadi
keseimbangan kehidupan setiap individu atau kelompok tanpa adanya perbedaan
perlakuan.
Kedudukan Pancasila sebagai ideologi negara dituliskan dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang berbunyi "...maka disusunlah
Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang Undang Dasar Negara
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawatan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.". 
Pancasila sebagai ideologi negara juga dikuatkan oleh Ketetapan MPR Nomor
XVIII/MPR/1998 dan Ketetapan MPR Nomor III/MPR/2000 Pasal 1 ayat (3) yang
berbunyi "sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila sebagaimana yang tertulis
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin
oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia".
Di masa sekarang ini, dunia semakin dinamis. Ilmu pengetahuan dan teknologi
berkembang pesat dengan manusianya yang bergerak. Perkembangan ilmu pengetahuan
dan terknologi itu berdampak pada Indonesia dan masyarakatnya. Muncul pergeseran
dan pertentangan nilai serta penyimpangan-penyimpangan nilai Pancasila akibat ikut
7
berkembang tumbuhnya pola pikir, pola sikap, dan pola tindak masyarakat. Dari situ
apakah berarti Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara sudah tidak lagi relevan di
masa sekarang? Tentu saja tidak.
Pancasila masih dan akan terus relevan pada masa sekarang atau nanti karena
Pancasila merupakan ideologi yang terbuka. Pancasila tidak bersifat kaku dan tertutup,
melainkan dinamis, antisipatif, reformatif dan senantiasa mampu menyesuaikan
perubahan dan pergantian zaman serta dapat memecahkan masalah seiring
berkembangnya aspirasi masyarakat tanpa harus menghilangkan nilai fundamentalnya.
Pancasila sebagai ideologi mempunyai dimensi idealistis, normatif, dan realistis yang
mana nilai-nilai dasar Pancasila hakikatnya bersifat sistematis, rasional, dan ide-idenya
tidak bersifat mengawang.
Pancasila sudah sangat cocok untuk bangsa Indonesia sebagai dasar negara
karena kemajemukan bangsa Indonesia sendiri dapat dipersatukan oleh Pancasila. Oleh
karena itu, kita tahu bahwa bukan Pancasila yang sudah tidak relevan dan dapat diubah
nilainya untuk menyesuaikan zaman, melainkan manusia atau masyarakatnya itu sendiri
yang harus berpedoman pada Pancasila dan tidak melakukan penyimpangan pada nilai-
nilai Pancasila tersebut.

8
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari apa yang telah dijelaskan di atas, Pancasila merupakan kesatuan yang
tidak bisa dipisahkan, karena dalam masing-masing sila tidak bisa di tukar tempat
atau dipindah. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa
dan negara Indonesia. Dan filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan karena
memiliki logika, metode dan sistem.
Pancasila dikatakan sebagai filsafat dikarenakan pancasila merupakan hasil
perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh para pendahulu kita, yang
kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang tepat, dimana pancasila memiliki
hakekatnya tersendiri yang terbagi menjadi lima sesuai dengan kelima sila-silanya
tersebut.

B. SARAN
Saran yang dapat dipetik dari materi ini adalah agar seluruh masyarakat
mengetahui seberapa penting Pancasila dan dapat mengamalkan nilai-nilai sila dari
pancasila dengan baik & benar, serta tidak melecehkan arti penting pancasila.

9
DAFTAR PUSTAKA

Heri Herdiawanto dan Jumanta Hamdayama, 2010. Cerdas, Kritis, Dan Aktif
Berwarganegara (Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi).
ERLANGGA : Jakarta.
Kaelan,M.S. 2016. Pendidikan Pancasila (Pendidikan Untuk Mewujudkan Nilai-nilai
Pancasila, Rasa Kebangsaan dan Cita-cita Tanah Air Sesuai Dengan SK. Dirjen
DIKTI
NO.43/DIKTI/KEP/2006 Sesuai Dengan KKNI bdg PT 2013). PARADIGMA :
Yogyakarta.
I Wayan Windia, I Gede Sutrisna, Wayan Kesieg, Adi Wisnyana dan Wirya
Agung.2014.Modul Pendidikan Pancasila Dalam Membangun Karakter Bangsa.
UDAYANA PRESS : Kampus Sudirman Denpasar
Chandrawinata, Andhyn. ______. Pengertian Pancasila Secara Etimologis, Historis, &
Terminologis. http://pancasila.weebly.com/pengertian-pancasila.html. Diakses pada
tanggal 3 Maret 2017.
Maulidi, Achmad. 2016. Pengertian Filsafat (Filosofi).
http://www.kanalinfo.web.id/2016/08/pengertian-filsafat-filosofi.html. Diakses pada tanggal
3 Maret 2017.
Dwi Tama, Rizco.2012. Pengertian Filsafat Pancasila, Objek, Cabang Filsafat dan
Kedudukan Dalam Ilmu-ilmu Lain.
http://icounipa.blogspot.co.id/2012/04/pengertian-filsafatpancasila-objek.html.
Diakses pada tanggal 3 Maret 2017.
https://www.kompasiana.com/astiwlndr/6140bc9d53f9cd13556aaed3/relevansi-
pancasila-sebagai-ideologi-bangsa-dan-negara-di-masa-kini

10

Anda mungkin juga menyukai