Anda di halaman 1dari 18

BAB II

PEMBAHASAN

A. DASAR NEGARA DAN SEJARAH PROKLAMASI


1. Dasar Negara
a. Pengertian Dasar Negara Secara Umum
Dasar negara adalah sikap hidup , pandangan hidup, atau sesuatu yang tidak dapat
dibuktikan kebenarannya dan kesalahannya. Pada hakikatnya, dasar negara dapat
diartikan filsafat negara (political philosophy) yang berkedudukan sebagai sumber dari
segala sumber hukum atau sumber tata tertib hukum dalam suatu negara. Pengertian
dasar Negara juga bisa sebagai fandemen yang kokoh dan kuat serta bersumber dari
pandangan hidup atau falsafah. Dalam hal ini adalah cerminan dari peradaban,
kebudayaan, keluhuran budi dan kepribadian yang tumbuh dalam sejarah perkembangan
bangsa Indonesia. Dan juga diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.

b. Pengertian Dasar Negara Secara Etimologi


Philosophiscle grondslag adalah norma dasar yang bersifat filsafat. Pengertian
menurut bahasa belanda. Sedangkan ideologi dalam bahasa Indonesia artinya yaitu teori
yang merupakan hasil pemikiran mendalam atau pemikiran filsafat mengenai dunia dan
kehidupan di dunia. Termasuk yang di dalamnya adalah bernegara.
Dengan ini dijadikan sebagai dasar pedoman dalam mengatur dan memelihara kehidupan
bersama dalam suatu negara. Selain itu ada bahasa lain yaitu dari Jerman yang berbunyi
Weltanschauuung yang berarti pandangan mendasar tentang suatu dunia. Sedangkan
dalam bahasa inggris adalah ideology yang artinya sudah dijelaskan tadi.

c. Pengertian Dasar Negara Menurut Para Ahli


Dalam artian banyak pendapat, pengertian dasar negara dapat diartikan berbeda
oleh para ahli. Pengertian dasar negara menurut para ahli. Simak baik-baik ya:
1. Menurut Karl Marx Pengertian dasar negara adalah bahwa dasar negara
merupakan suatu peringkat yang mempunyai kekuasaan dalam menjalankan
eksploitasi ataupun penindasan kepada kelas yang lainnya.
2. Menurut George Jellinek Dasar negara adalah merupakan sebuah organisasi
dengan kekuasaan suatu kelompok orang. Dimana kelompok itu bertempat di
suatu wilayah tertentu.
3. Menurut J Rousseau Menjelaskan bahwa pengertian dasar negara adalah
merupakan suatu alat yang mempunyai fungsi dalam menjaga kemerdekaan
setiap individu dan juga ketertiban hidup rakyat negara tersebut.
4. Menurut C. Wheare Dasar negara adalah yang termasuk semua sistem tata
negara yang mengandung beberapa aturan dalam menjalankan
pemerintahannya.
5. Menurut Robert M. Mac. Iver Dasar negara adalah merupakan bentuk asosiasi
yang mempunyai peran dalam melindungi atau menjaga ketertiban
bermasyarakat sesuai dengan system hukum yang berlaku. Dan dijalankan
pemerintah yang berkuasa memberi tekanan maupun memaksa.

2. Sejarah Proklamasi
Sejak pagi hari pada tanggal 17 Agustus 1945 telah diadakan persiapanpersiapan
di rumah Ir. Soekarno di Pegangsaan Timur 56 untuk menyambut proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Kurang lebih 1000 orang telah hadir untuk menyaksikan
peristiwa yang maha penting itu. Pada pukul 10 kurang lima menit Hatta datang dan
langsung masuk ke kamar Soekarno. Kemudian kedua pemimpin itu menuju ke ruang
depan, dan acara segera dimulai tepat pada jam 10 sesuai dengan waktu yang telah
direncanakan. Soekarno membacakan naskah proklamasi yang sudah diketik dan
ditandatangani bersama dengan Moh. Hatta.
Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan, pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI
mengadakan sidangnya yang pertama. Dalam sidang itu mereka menghasilkan beberapa
keputusan penting yaitu:
1. Mengesahkan UUD yang sebelumnya telah dipersiapkan oleh Dokuritsu Junbi
Cosakai (yang sekarang dikenal dengan nama UUD 1945)
2. Memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil
presiden.
3. Dalam masa peralihan Presiden untuk sementara waktu akan dibantu oleh sebuah
Komite Nasional.
Pada tanggal 19 Agustus 1945, Presiden dan wakil presiden memanggil beberapa
anggota PPKI beserta golongan cendekiawan dan pemuda untuk membentuk “Komite
Nasional Indonesia Pusat” (KNPI) yang berfungsi sebagai Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR), sebelum terbentuknya DPR hasil pilihan rakyat.disebutkan oleh presiden bahwa
Indonesia terdiri dari 8 provinsi dari sabang sampai merauke yang meliputi,Sumatra,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi,Maluku dan Sunda Kecil
(Bali dan Nusa Tenggara). Pada bulan oktober golongan sosialis dibawah pimpinan
Sutan Sahrir dan Amir Syarifudin berhasil menyusun kekuatan di dalam KNIP dan
mendorong dibentuknya sebuah Badan Pekerja yang kemudian dikenal dengan sebutan
BP-KNIP. Perkembangan politik selanjutnya adalah dikeluarkannya Maklumat
Pemerintah tanggal 3 November 1945 yang ditandatangani oleh wakil presiden Hatta
yang mencanangkan pembentukan partai-partai politik.
Pada zaman pendudukan Jepang, seluruh potensi ekonomi Indonesia diarahkan
kepada kepentingan perang.sehingga wilayah RI mengalami keadaan ekonomi yang
sangat kacau. Untuk sementara waktu, Pemerintah mengambil kebijaksanaan mengakui
beberapa macam uang sebagai tanda pembayaran yang sah di wilayah RI yakni : uang De
Javasche Bank, uang pemerintah Hindia Belanda dan uang Jepang. Selanjutnya
pemerintah pada bulan oktober 1946 mengeluarkan uang kertas RI yang terkenal dengan
nama ORI. Karena uang Jepang telah merosot harganya maka nilai tukarnya disesuaikan,
yaitu 1000 rupiah uang Jepang ditukar dengan 1 rupiah uang ori pengaturan ekonomi
Indonesia didasarkan kepada pasal 33 UUD 1945, maka semua perusahaan yang vital
dikuasai oleh negara. Pemerintah juga mengawasi seluruh kegiatan ekonomi termasuk
kegiatan swasta
Kemerdekaan Indonesia telah mengangkat orang Indonesia menjadi warga negara
kelas I, tetapi Republik Indonesia tidak membedakan ras (warna kulit), keturunan,
keyakinan agama dan kesukuan. Seluruh rakyat mempunyai hak yang sama dan
kewajiban yang sama pula. Indonesia merdeka tidak mengenal adanya warganegara kelas
I, kelas II maupun kelas III seperti zaman Hindia Belanda maupun zaman pendudukan
Jepang. Para pemeluk agama dan kepercayaan mendapatkan kebebasan yang seluas-
luasnya dalam Negara Republik Indonesia.
Salah satu syarat mutlak untuk mencerdaskan bangsa Indonesia adalah
memajukan pendidikan. Tujuan pendidikan dan pengajaran adalah untuk membimbing
murid menjadi warga negara yang mempunyai rasa tanggung jawab. Sekolah bertujuan
memperkuat potensi rakyat. Itulah sebabnya sekolah dibuka untuk setiap warga negara
sesuai dengan azas Keadilan sosial. Supaya sekolah dapat diikuti oleh semua warga
negara, maka diadakan peraturan tentang kewajiban belajar. Anakanak yang telah
berumur 10 tahun diwajibkan untuk memasuki sekolah. Pendidikan terbatas atas 4
tingkatan yaitu : pendidikan rendah (dasar),pendidikan menengah pertama, pendidikan
menengah atas dan pendidikan tinggi.

B. BATANG TUBUH, PEMBUKAAN UUD 1945, AMANDEMEN DAN DINAMIKA


PELAKSANA UUD 1945
1. Batang Tubuh UUD 1945
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yang berisi dasar filsafat negara dan
UUD merupakan satu kesatuan, meskipun bisa dipisahkan bahkan sebagai seperangkat
nilai dan norma yang terpadu.
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yang memuat prinsip-prinsip persatuan
Indonesia, keadilan sosial, kedaulatan rakyat berdasarkan Permusyawaran / perwakilan,
dan Tuhan Yang Maha Esa untuk landasan kemanusiaan yang adil dan beradab yang
intinya adalah penjelmaan /inkarnasi dari filsafat Pancasila, Pancasila itu sendiri
memancarkan nilai-nilai luhur yang mampu mendorong semangat UUD 1945.
Pernyataan Umum III UUD 1945 menyatakan bahwa pokok pikiran utama yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 meliputi suasana Kebathinan dari UUD
Negara. Pokok pikiran utama tersebut mewujudkan cita-cita hukum yang mengendalikan
Hukum Dasar Negara, baik hukum tertulis (Undang-Undang Dasar) dan hukum tidak
tertulis. Gagasan dasar yang terkandung dalam Pasal UUD 1945 bersumber dari filsafat
Pancasila, sehingga ditekankan bahwa suasana kebathinan UUD 1945 tidak lain adalah
falsafah dasar Pancasila. Dari hal tersebut, menunjukkan kedudukan dan
fungsi Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia. Batang tubuh Undang-
Undang 1945 terdiri dari 16 BAB, 37 pasal yang terbagi menjadi 5 bagian, 4 Pasal
Aturan Peralihan, dan 2 Ayat Aturan Tambahan. Berikut penjelasannya :
Arti Batang Tubuh UUD 1945 adalah peraturan Negara yang memuat / berisikan
ketentuan ketentuan pokok yang menjadi salah satu dari sumber perundang-undangan
lainnya, kemudian dikeluarkan oleh negara itu sendiri.
Adapun Isi Batang Tubuh UUD 1945
No Sebelum Amademen Sesudah Amademen
1 Pembukaan UUD 1945 terdiri dari Pembukaan UUD 1945 dari 4 alinea
4 Alinea
2 Batang tubuh UUD 1945 terdiri dari Pasal-Pasal UUD 1945 terdiri dari 21 Bab,
16 Bab, 37 Pasal, 4 Pasal Aturan 73 Pasal, 3 Pasal Peraturan Peralihandan 2
Peralihan & 2 Ayat Peraturan Pasal Aturan Tambahan
Tambahan
3 Penjelasan UUD 1945 terdiri dari –
Penjelasan Umum dan Penjelasan
Pasal demi PAsal

1) 16 Bab :
 BAB I – Bentuk & Kedaulatan [Pasal 1]
 BAB II – Majelis Permusyawaratan Rakyat [Pasal 2 & 3]
 BAB III – Kekuasaan Pemerintahan Negara [Pasal 4,5,6,6A,7,7A,-7C,8-15]
 BAB IV  – Dewan Pertimbangan Agung/DPA [Pasal 16]
 BAB V – Kementerian Negara [Pasal 17].
 BAB VI – Pemerintah Daerah [Pasal 18].
 BAB VII – DPR [Pasal 19 – 22]
 BAB VIII – Tentang Keuangan [Pasal 23].
 BAB IX – Kekuasaan Bagi Kehakiman [Pasal 24 & 25]
 BAB X – Warga negara [Pasal 26,27,28].
 BAB XI – Tentang Agama [Pasal 29]
 BAB XII – Pertahanan Negara. [Pasal 30].
 BAB XIII – Tentang Pendidikan [Pasal 31 & 32].
 BAB XIV – Kesejah-teraan Sosial [Pasal 33 & 34].
 BAB XV – Bendera & Bahasa [Pasal 35 & 36].
 BAB XVI – Perubahan atau Amademen UUD [Pasal 37].
2) 37 Pasal, terbagi 5 bagian :
 Bentuk & Kedaulatan Negara [Pasal 1]
 Lembaga Tertinggi Negara [Pasal 2 & 3 ]
 Lembaga Tinggi Negara [Pasal 4-15, 16, 18, & 19-22]
 Unsur Kesejah-teraan Negara [Pasal 23, 29, 31-37]
 Unsur Peme-rintahan Negara [Pasal 17, & 24, 25, 26-28, & 30]
3) 4 pasal Aturan Peralihan
 Pasal I – PPKI mengatur & menyelenggarakan kepindahan Pemerintahan
kepada Pemerintah Indonesia.
 Pasal II : Seluruh Badan Negara & Peraturan yang masih langsung berlaku,
selama belum diadakan yang baru menurut UUD ini.
 Pasal III : Untuk pertama kali Presiden & Wakil Presiden dipilih oleh
PPKI.
 Pasal IV : Sebelum MPR dan DPA dibentuk menurut UUD ini, segala
kekuasaannya laksanakan Presiden dengan di bantu oleh Komite Nasional.
4) 2 Ayat Aturan Tambahan
 Dalam 6 bulan setelah berakhirnya peperangan Asia Timur Raya, Presiden
Indonesia mengatur serta menyelenggarakan segala hal yang ditetapkan oleh
UUD ini.
 Dalam 6 bulan setelah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dibentuk,
Majelis tersebut bersidang dengan tujuan menetapkan Undang-undang Dasar.
Batang Tubuh Undang Undang 1945 memiliki 3 sifat utama, yaitu sebagai berikut :
1. Fleksibel, Elastis, & Soepel, maksudnya yaitu bisa mengikuti perkembangan atau
sesuai dengan zaman, kapan saja bisa berlaku, sejak dulu sampai dengan sekarang
& sampai kapanpun.
2. Rigid/tidak kaku maksudnya yaitu isi Batang Tubuh Undang-Undang 1945 dapat
diselami oleh setiap warga negara Indonesia secara keseluruhan, siapa saja
menjadi yang menjadi WNI mampu menyelaminya.
3. Luwes/gemulai maksudnya yaitu bisa dilaksanakan/ dilakukan oleh setiap warga
negara Indonesia di seluruh tempat, disembarang ruang dan dimana saja bisa
dipraktekkan.
Adapun Prinsip Batang Tubuh UUD 1945 yaitu antara lain:
1. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan, berbentuk republik [Pasal ayat 1
UUD 1945]
2. Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia [Pasal 28-34 UUD
1945]
3. Sistem sosial budaya dengan berdasarkan asas Bhineka Tunggal Ika [Pasal 32
UUD 1945]
4. Persamaan derajat dalam hukum dan pemerintahan [Pasal 31 ayat 1 UUD 1945]
5. Pemerintahan yang berkedaulatan rakyat [Pasal 33 UUD 1945]
6. Pemerintahan yang berkedaulatan rakyat [Pasal 1 ayat 2 UUD 1945]

2. Pembukaan UUD 1945


a. Pokok Pikiran Dalam Pembukaan Uud 1945
Pokok pikiran yang terkandung dalam UUD 1945 adalah:
1. Pokok pikiran pertama
"Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dengan berdasar atas persatuan, dengan mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia".
Hal ini menunjukkan pokok pikiran persatuan. Dengan pengertian yang lazim,
negara penyelenggara negara dan setiap warga negara wajib mengutamakan
kepentingan negara di atas kepentingan golongan ataupun perorangan. Pokok
pikiran merupakan penjabaran Sila Ketiga Pancasila.
2. Pokok pikiran kedua
"Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."
Pokok pikiran ini menempatkan suatu tujuan atau cita-cita yang ingin dicapai
dalam pembukaan, dan merupakan suatu kausa finalis (sebab tujuan). Ini
merupakan pokok pikiran keadilan sosial yang didasarkan pada kesadaran
bahwa manusia mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan
keadilan sosial dalam kehidupan  masyarakat. Pokok pikiran ini merupakan
penjabaran Sila Kelima Pancasila.
3. Pokok Pikiran Ketiga
"Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas kerakyatan dan
permusyawaratan / perwakilan."
Pokok pikiran ini dalam Pembukaan mengandung konsekuensi logis bahwa
sistem negara yang terbentuk dalam Undang-Undang Dasar harus berdasarkan
atas kedaulatan rakyat dan berdasarkan permusyawaratan / perwakilan. Ini
adalah pokok pikiran kedaulatan rakyat yang menyatakan bahwa kedaulatan di
tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR).  Pokok pikiran ini merupakan Dasar Politik Negara. Pokok pikiran ini
merupakan penjabaran Sila Keempat Pancasila.
4. Pokok pikiran keempat
"Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab."
Pokok pikiran keempat dalam Pembukaan ini mengandung konsekuensi logis
bahwa Undang-Undang Dasar harus mengandung isi yang mewajibkan
pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur. Hal ini menegaskan  pokok pikiran Ketuhanan Yang
Maha Esa, yang mengandung pengertian  taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
dan pokok pikiran kemanusiaan yang adil dan beradab yang mengandung
pengertian menjungjung tinggi harkat dan martabat manusia atau nilai
kemanusiaan yang luhur. Pokok pikiran keempat ini merupakan Dasar Moral
Negara yang pada hakekatnya merupakan suatu penjabaran dari Sila Pertama dan
Sila Kedua Pancasila.
b. Kedudukan Pembukaan UUD 1945
            Pembukaan UUD mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa-
bangsa yang beradab diseluruh muka bumi. Kalimat di dalam Pembukaan UUD tersebut
antara lain “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan”.
1) Kedudukan Pembukaan UUD 1945
Di dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 termuat unsur-unsur seperti
yang diisyaratkan bagi adanya suatu tertib hukum yaitu “kebulatan dari keseluruhan
peraturan hukum”.
Adapun syarat-syarat yang dimaksudkan mencakup hal-hal berikut : 
 Adanya kesatuan objek (penguasa) yang mengadakan peraturan-peraturan hukum.
Hal initerpenuhi dengan adanya suatu Pemerintah Republik Indonesia.
 Adanya kesatuan asas kerohanian yang menjadi dasar keseluruhan peraturan
hukum. Hal initerpenuhi oleh adanya dasar Filsafat Negara Pancasilac.
 Adanya kesatuan daerah dimana keseluruhan peraturan hukum itu berlaku,
terpenuhi oleh penyebutan “seluruh tumpah darah Indonesia”
 Adanya kesatuan waktu dimana keseluruhan peraturan hukum itu berlaku. Hal itu
terpenuhi oleh penyebutan “disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu
dalam suatu UUD Negara Indonesia” yang berlangsung sejak timbulnya Negara
Indonesia sampai Negara Indonesia ada.
            Pokok kaidah negera yang fundamental menurut ilmu hukm tata Negara
mempunyai beberapa unsur mutlak antara lain :
·         Dari segi terjadinya, ditentukan oleh pembentuk Negara dan terjelma dalam suatu
bentuk pernyataan lahir sebagai penjelmaan kehendak pembentuk Negara untuk
menjadikan hal-hal tertentu sebagai dasar Negara yang dibentuknya
·         Dari segi isinya, memuat dasar-dasar pokok Negara yang dibentuk sebagai dasar
tujuan Negara (tujuan umum dan tujuan khusus)
            Tujuan umum, tercakup dalam kalimat untuk memajukan kesejahteraan umum
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial. Tujuan umum ini berhubungan dengan masalah hubungan
antara bangsa(hubungan luar negri) atau politik luar negri Indonesia yang bebas aktif.
            Tujuan khusus, tercakup dalam kaimat “melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia, mencerdaskan ehidupan bangsa serta mewujudkan suatu
keadilan social bagiseluruh rajyat Indonesia. Tujuan ini bersifat khusus dalam kerangka
tujuan bersama, yaitu menuju masyarakat adil dan makmur.
2) Ketentuan diadakannya Undang-Undang Dasar yang tersimpul dalam kalimat,
“Maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia”.
3) Bentuk Negara, adalah “Republik yang berkedaulatan Rakyat”
4) Dasar filsafat Negara (asas kerohaian) pancasila yang tercakup dalam kalimat
“….dengan berdasar kepada : Ke-Tuhanan yang Maha Esa; Kemanusian yang adil
dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyaaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
            Dengan demikian, pembukaan UUD 1945 telah memenuhi syarat sebagai pokok
kaidah Negara yang fundamental (  fundamental norm ). Dalam hubungannya dengan
pasal-pasal UUD1945 (Batang Tubuh UUD 1945).UUD memiliki sifat-sifat sebagai
berikut, Karena sifatnya tertulis dan rumusannya jelas, UUD 1945 merupakan hukum
positif yangmengikat pemerintah sebagai penyelenggara negara, dan juga mengikat setiap
warga negara .
c. Makna Setiap Alinea Di Pembukaan UUD 1945:
1. Alinea Pertama, 
            Dari pembukaan UUD 1945, yang berbunyi :”Bahwa kemerdekaan itu ialah hal
segala bangsa, oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan
karena tidak sesuai dengan pri kemanusiaan dan perikeadilan”
            Kalimat tersebut menunjukkan keteguhan dan kuatnya
motivasi bangsa Indonesia untuk melawan penjajahan untuk merdeka, dengan demikian
segala bentuk penjajahan haram hukumnya dan segera harus dienyahkan dari muka bumi
ini karena bertentangan dengan nilai-nilai kemanusian dan keadilan.
2. Alinea Kedua, 
Yang berbunyi :”Dan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah
kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakya Indonesia
kedepan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu,
berdaulat adil dan makmur”. 
Kalimat tersebut membuktikan adanya penghargaan atas perjuangnan bangsa
Indonesia selama ini dan menimbulkan kesadaran bahwa keadaan sekarang tidak dapat
dipisahkan dengan keadaan kemarin dan langkah sekarang akan menentukan keadaan
yang akan datang. Nilai-nilai yang tercermin dalam kalimat di atas adalah negara
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur hal ini perlu diwujudkan.

3. Alinea Ketiga, 
Yang berbunyi:”atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan
didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas,
maka rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaannya”. 
            Pernyataan ini bukan saja menengaskan lagi apa yang menjadi motivasi riil dan
materil bangsa Indonesia untuk menyatakan kemerdekaannya, tetapi juga menjadi
keyakinan menjadi spritualnya, bahwa maksud dan tujuannya menyatakan
kemerdekaannya atas berkah Allah Yang Maha Esa. Dengan demikian bangsa Indonesia
mendambakan kehidupan yang berkesinambungan kehidupan materiil dan spritual,
keseimbangan dunia dan akhirat.

4. Alinea Keempat, 
Yang berbunyi : "kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah
negara Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdasakan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada : Ketuhanan Yang
Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan" 
Dengan rumusan yang panjang dan padat ini pada aline keempat
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 ini punya makna bahwa 
1. Negara Indonesia  mempunyai fungsi sekaligus tujuan, yaitu melindungi segenap
bangsa Indonesia  dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, 
2. Keharusan adanya Undang-Undang Dasar,
3. Adanya asas politik negara yaitu Republik yang berkedaulan rakyat, 
4. Adanya asas kerohanian negara, yaitu rumusan Pancasila, Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusian yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

3. AMANDEMEN UUD 1945


a. Pengertian Amandemen
Amandemen adalah suatu proses penyempurnaan terhadap suatu Undang- undang
tanpa melakukan perubahan terhadap UUD atau bisa dikatakan hanya melengkapi dan
juga memperbaiki beberapa rincian dari UUD yang asli.
Berdasarkan Hukum Tata Negara pengertian amandemen ini merupakan hak yang
dimiliki oleh legislatif untuk melakukan dan memberikan suatu usulan terhadap
perubahan dalam rancangan Undang- Undang yang telah diajukan oleh pemerintah,
dalam hal ini yang dikatakan pemerintah adalah pihak eksekutif.
Amandemen berasal dari Bahasa Inggris yang terdiri dari to amend atau juga
sering dikenal dengan to make better, sjika kita artikan dalam Bahasa Indonesia artinya
adalah suatu hal yang dilakukan untuk melakukan perubahan atau penambahan terhadap
suatu peraturan, dalam hal ini Undang- Undang Dasar.
Dalam melakukan amandemen, maka dilakukan beberapa hal seperti menambah
beberapa ketentuan atau juga pasal. Merevisi atau memperbaiki pasal- pasal yang belum
sempurna atau belum rinci serta mengurangi beberapa pasal yang dianggap tidak perlu
dalam suatu rumusan naskah UUD tersebut.
Amandemen dilakukan dengan beberapa tahapan dan juga prosedur. Hal- hal
yang ingin ditambahkan, dikurangi atau juga direvisi terlebih dahulu dibuatkan dalam
bentuk naskah perubahan yang biasanya akan dilampirkan pada naskah UUD yang sudah
ada sebelumnya.

b. Tujuan dan Alasan Amandemen


Tujuan diilakukannya amandemen ini adalah untuk menyempurnakan beberapa
ketentuan, aturan yang menjadi dasar dalam tatatan negara Indonesia sehingga dengan
dilakukan amandemen tersebut diharapkan nantinya bisa mencapai tujuan nasional dan
juga kesejahteraan masyarakat Indonesia dan juga bisa melindungi hak- hak asasi
manusia yang sesuai dengan peradapan.
Sedangkan yang menjadi alasan terjadinya amandemen adalah karena adanya
kekuasaan yang terlalu dominan yang ada ditangan eksekutif dan legislatif, terlalu
sedikitnya pengaturan mengenai HAM serta juga dinilai mulai lemahnya sistem
ketatanegaraan Indonesia melalui checks and balances nya.

c. Hasil Amandemen UUD 1945


Adapun yang menjadi hasil amandemen UUD 1945 akhir yaitu dilakukannya
amandemen sebanyak 4 kali dimana yang diubah sekitar 46 butir, dan yang tidak dirubah
sekitar 25 butir. Dimana saat ini bisa dilihat bahwa terdapat sebanyak 199 butir ketentuan
dan juga dilakukan penambahan terdapat 174 ketentuan yang baru.
Meskipun kesemua perubahan atau juga amandemen tersebut dilakukan namun
pada bagian pembukaannya tidak dilakukan perubahan, hal ini sesuai dengan persetujuan
bersama dan juga untuk menjaga susunan NRKI dan juga untuk menegaskan sistem
pemerintahan Indonesia yang berbentuk presidensil.

d. Sejarah Amandemen
UUD 1945 ini telah mengalami 4 kali perubahan dimana dalam perubahan
tersebut terdapat beberapa pasal dan juga ketentuan yang dirubah dan juga sebagian tetap
tidak berubah. Nah berikut beberapa amandemen yang pernah dilakukan terhadap UUD
1945.
 Amandemen I
Sejarah Amandemen pertama terjadi pada tahun 1999 tepatnya pada tanggal 19
Oktober dimana dasar atas amandemen ini adalah SU MPR 14-21 Oktober 1999. Pada
amandemen yang pertama ini dimana ada sekitar 9 pasal yang dilakukan amandemen
yaitu Pasal 5, pasal 9, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17, Pasal 20 dan Pasal 21.
Pada amandemen pertama ini dimana yang menjadi intinya adalah mengenai
pergeseran kekuasaan eksekutif dalam hal ini presiden yang dipandang atau dianggap
terlalu kuat sehingga perlu dilakukan amandemen.
 Amandemen II
Adapun Sejarah amandemen yang kedua terjadi pada tahun 2000 tepatnya pada
tanggal 18 Agustus 2000 yang disahkan melalui sidang umum MPR tanggal 7-8 Agustus
2000. Pada amandemen ke dua ini dilakukan amandemen terhadap 5 Bab dan 25 Pasal.
Dimana pasal- pasal yang dilakukan amandemen yaitu pada Pasal 18, Pasal 18A, Pasal
18B, pada Pasal 19, Pasal 20, Pasal 20A, juga terjadi amandemen pada Pasal 22A, Pasal
22B, Pasal 25E, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28A dan 28B,28C, 28D, 28E, 28F,28G,
28H,28I, hingga Pasal 28J.
Selain itu juga terjadi amandemen pada Pasal 30, Pasal 36A, 36B, 36C. Selain
dilakukan amandemen terhadap pasal- pasal tersebut juga terjadi amandemen terhadap
beberapa Bab seperti pada Bab IXA, Bab X, Bab XA, juga terjadi amandemen pada Bab
XII, Bab XV.
Pada amandemen yang kedua ini dimana lebih dititip beratkan perubahannnya
pada pemerintahan daerah, DPR serta mengenai kewenangan dari DPR, juga dilihat dari
segi Hak Asasi Manusia, Lagu kebangsaan serta juga mengenai lambang negara
Indonesia.
 Amandemen III
Pada Sejarah amandemen yang ketiga ini dimana disahkan melalui ST MPR
tanggal 1 hingga 9 November 2001 atau tepatnya amandemen tersebut terjadi pada
tanggal 10 November 2001. Ada sebanyak 3 Bab dan juga 22 pasal yang dilakukan
amandemen pada tahap ketiga ini. Bab- bab yang dilakukan amandemen ini yaitu Bab
VIIA, Bab VIIB, dan juga Bab VIIIA.
Sedangkan pasal- pasal yang dilakukan amandemen pada tahap ketiga ini yaitu
terdiri dari Pasal 1, Pasal 3, Pasal 6, Pasal 6A, Pasal 7A hingga Pasal 7C, Pasal 8, Pasal
11, Pasal 17,Pasal 22C hingga 22E, Pasal 23, Pasal 23A, Psal 23E,23E, 23F, 23G, Pasal
24, Pasal 24 A hingga 24C.
Amandemen ketiga ini menitik beratkan perubahannya pada Kewenangan dari
MPR, Kepresidenan, kekuasaan Kehakiman, Keuangan negara, impeachment serta juga
memiliki inti perubahan pada bentuk serta kedaulatan negara Indonesia.
 Amandemen IV
Sejarah amandemen yang terakhir yaitu amandemen ke IV yang disahkan dan
juga dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus 2002 yang disahkan melalui ST MPR pada
tanggal 1-11 Agustus 2002. Pada amandemen yang terakhir ini dilakukan perubahan
yang lebih sedikit jika dibandingkan pada perubahan sebelumnya dimana hanya
dilakukan amandemen terhadap 2 Bab dan juga 13 Pasal saja.
Adapun Bab yang dirubah tersebut adalah berupa Bab XIII dan Bab XIV.
Sedangkan pasal- pasal yang dilakukan amandemen terdiri dari Pasal 2,Pasal 3, Pasal 6A,
Pasal 8, Pasal 11, Pasal 16, Pasal 23B, Pasal 23D, Pasal 24, Pasal 31 hingga Pasal 34.
Yang menjadi inti dari amandemen yang terakhir ini adalah mengenai mata uang, bank
sentral, pendidikan dan juga kebudayaan, perekonomian nasional Indonesia dan juga
kesejahteraan sosial.

4. DINAMIKA PELAKSANAAN UUD 1945 PADA MASA AWAL


KEMERDEKAAN 
Pada masa awal kemerdekaan UUD 1945 belum dapat dijalankan sebagaimana
yang diatur mengingat kondisi lembaga negara yang masih belum tertata dengan baik.
Faktor lainnya adalah UUD 1945 masih sangat sederhana karena dibuat dalam waktu
yang sangat singkat kurang lebih 49 hari oleh BPUPKI pada 29 Mei-16 Juli 1945 dan
PPKI tanggal 18 Agustus. Pada tahun ini di bentuklah DPA sementara, sedangkan DPR
dan MPR belum dapat dibentuk karena harus melalui pemilu. Waktu itu masih di
berlakukan pasal aturan peralihan pasal IV yang menyatakan, “Sebelum Majelis
Permusyawaratan Rakyat,Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Pertimbangan Agung
dibentuk menurut Undang-Undang Dasar, segala kekuasaannya dijalankan oleh Presiden
dengan bantuan sebuah komite nasional.”
Pada saat itu terjadilah suatu perkembangan ketatanegaraan indonesia
yaitu : berubahnya fungsi komite nasional Indonesia pusat dari pembantu
presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan Garis-
garis Besar Haluan Negara. Hal ini berdasarkan maklumat wakil presiden No. X tanggal
16 Oktober 1945. Selain itu dikeluarkan juga maklumat pemerintah tanggal
14 Nopember 1945. Yang isinya perubahan sistem pemerintahan negara dari sistem
Kabinet Presidensial menjadi sistem Kabinet Parlementer, berdasarkan usul
Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP). Akibat perubahan
tersebut pemerintah menjadi tidak stabil, Perdana Menteri hanya bertahan beberapa bulan
serta berulang kali terjadi pergantian.
Tanggal 3 November 1945 di keluarkan juga suatu maklumat yang ditandatangani
oleh Wakil Presiden yang isinya tentang pembentukan partai politik. Hal ini bertujuan
agar berbagai aliran yang ada didalam masyarakat dapat di arahkan kepada perjuangan
untuk memperkuat mempertahankan dengan persatuan dan kesatuan.
Sejak tanggal 14 November 1945 kekuasaan pemerintah (eksekutif) dipegang
oleh Perdana Menteri sebagai pimpinan kabinet. Secara bersama-sama atau sendiri-
sendiri, perdana menteri atau para menteri itu bertanggung jawab kepada KNPI, yang
berfungsi sebagai DPR, dan tidak bertanggung jawab kepada presiden sebagaimana yang
dikehendaki oleh UUD 1945. Hal ini berakibat semakin tidak setabilnya Negara
Republik Indonesia baik di bidang politik, ekonomi, pemerintahan maupun keamanan.
Semangat ideologi liberal itu kemudian memuncak dengan dibentuknya Negara Federal
yaitu negara kesatuan Republik Indonesia Serikat dengan berdasar pada konstitusi RIS,
pada tanggal 27 Desember 1949. Konstitusi RIS tersebut sebagai hasil kesepakatan
Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag negeri Belanda. Syukurlah konstitusi itu
tidak berlangsung lama dan Indonesia kembali bersatu pada tahun 1950.Dalam negara
RIS tersebut masih terdapat negara bagian Republik Indonesia yang beribukota di
Yogyakarta. Kemudian terjadilah suatu persetujuan antara Negara RI Yogyakarta dengan
negara RIS yang akhirnya membuahkan kesepakatan untuk kembali, untuk membentuk
negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pada Undang-Undang Dasar
Sementara sejak 17 agustus 1950 isi UUDS ini berbeda dengan UUD 1945 terutama
dalam sistem pemerintahan negara yaitu menganut sistem Parlementer, sedangkan UUD
1945 menganut sistem Presidensial.
Pada bulan September 1955 dan Desember 1955 diadakan pemilihan umum,yang
masing-masing untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan
anggota konstituante.
Tugas konstituante adalah untuk membentuk, menyusun Undang-Undang Dasar
yang tetap sebagai pengganti UUDS 1950. Untuk mengambil putusan mengenai Undang-
Undang dasar yang baru ditentukan pada pasal 137 UUDS 1950 sebagai berikut :
1. Untuk mengambil putusan tentang rancangan Undang-Undang Dasar baru
sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anggota konstituante harus hadir.
2. Rancangan tersebut diterima jika disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3
dari jumlah anggota yang hadir.
3. Rancangan yang telah diterima oleh konstituante dikirimkan kepada
Presiden untuk disahkan oleh pemerintah.
4. Pemerintah harus mengesahkan rancangan itu dengan segera serta mengumumkan
Undang-Undang Dasar itu dengan keluhuran.
Dalam kenyataannya konstituante selama dua tahun dalam bersidang
belum mampu menghasilkan suatu keputusan tentang Undang-Undang Dasar  yang baru.
Hal ini dikarenakan dalam sidang konstituante , muncullah suatu usul untuk
mengembalikan Piagam Jakarta dalam pembukaan UUD baru. Oleh karena itu Presiden
pada tanggal 22 april 1959 memberikan pidatonya didepan sidang Konstituante untuk
kembali kepada UUD 1945. Hal ini diperkuat dengan suatu alasan bahwa sidang
Konstituante telah mengalami jalan buntu. Terutama setelah lebih dari separuh anggota
Konstituante menyatakan untuk tidak akan menghadiri sidang lagi.
Atas dasar kenyataan tersebut maka Presiden mengeluarkan suatu dekrit yang
didasarkan pada suatu hukum darurat negara (Staatsnoodrecht). Hal ini menginggat
keadaan ketata negaraan yang membahayakan kesatuan, persatuan, keselamatan
serta keutuhan bangsa dan negara Repubik Indonesia.
Dekrit presiden 5 juli 1959 :
·            Menetapkan pembubaran konstituante.
·            Menetapkan Undang-Undang dasar 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa
Indonesia serta tumpah darah Indonesia, terhitung mulai hari tanggal penetapan dekrit
ini, dan tidak berlakunya lagi Undang-Undang Dasar 1950.
·            Pembentukan majelis permusyawaratan rakyat sementara yang terdiri atas
anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-
daerah dan golongan-golongan serta Dewan Agung Sementara, akan diselenggarakan
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Dekrit itu diumumkan oleh Presiden dari Istana
Merdeka  di hadapan rakyat pada tanggal 5 juli 1959, pada hari minggu pukul 17.00
Dekrit tersebut dimuat dalam keputusan Presiden No.150 tahun 1959 dan di
umumkan dalam lembaran Negara Republik Indonesia no.75 tahun 1959.
D. PELAKSANAAN UUD 1945 PADA MASA REFORMASI (22 MEI 1998 –
SEKARANG)
Masa Orde Baru di bawah kepemimpinan presiden Soeharto sampai tahun 1998
membuat pemerintahan Indonesia tidak mengamanatkan nilai-nilai demokrasi seperti
yang tercantum dalam Pancasila, bahkan juga tidak mencerminkan pelaksanaan
demokrasi atas dasar norma-norma dan pasal-pasal UUD 1945. Pemerintahan
dicemari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Keadaan tersebut membuat rakyat
Indonesia semakin menderita. Terutama karena adanya krisis moneter yang melanda
Indonesia yang membuat perekonomian Indonesia hancur. Hal itu menyebabkan
munculnya berbagai gerakan masyarakat yang dipelopori oleh generasi muda Indonesia
terutama mahasiswa sebagai gerakan moral yang menuntut adanya reformasi disegala
bidang Negara.
Keberhasilan reformasi tersebut ditandai dengan turunnya presiden Soeharto dari
jabatannya sebagai presiden dan diganti oleh Prof. B.J Habibie pada tanggal 21 mei
1998. Kemudian bangsa Indonesia menyadari bahwa UUD 1945 yang berlaku
pada zaman orde baru masih memiliki banyak kekurangan, sehingga perlu diadakan
amandemen lagi. Berbagai macam produk peraturan perundang-undangan yang
dihasilkan dalam reformasi hukum antara lain UU. Politik Tahun 1999, yaitu UU. No.2
tahun 1999, tentang partai politik, UU. No.3 tahun 1999, tentang pemilihan umum dan
UU. No. 4 tahun 1999 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, dan DPRD; UU
otonomi daerah, yaitu meliputi UU. No.25 tahun 1999. Tentang pemerintahan daerah,
UU. No.25 tahun 1999, tentang pertimbangan keuangan antar pemerintahan pusat dan
daerah dan UU. No.28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang bersih dan
bebas dari KKN. Berdasarkan reformasi tersebut bangsa Indonesia sudah mampu
melaksanakan pemilu pada tahun 1999 dan menghasilkan MPR, DPR dan DPRD hasil
aspirasi rakyat secara demokratis.
Pada masa ini sering terjadi pergantian kepemimpinan dalam pemerintah.
Tercatat pada masa ini terdapat empat kali pergantian Presiden yaitu BJ Habibie,
Abdurahman Wahid, dan Megawati Soekarnoputri. Yang paling terasa pada pelaksanaan
UUD 1945 pada masa ini terutama pada masa Presiden Megawati adalah terjadi
perubahan-perubahan pada batang tubuh UUD 1945 atau yang akrab kita dengar dengan
istilah amandemen. Tujuannya adalah menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan
negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan
negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai denagn perkembangan aspirasi dan
kebutuhan bangsa. Tercatat telah terjadi empat kali Amandemen UUD 1945 selama
kurun waktu 1999-2002 diantaranya:

 Sidang Umum MPR, tanggal 14-21 Oktober 1999 Perubahan Pertama


 Sidang Tahunan MPR, tanggal 7-21 Agustus 2000 Perubahan Kedua
 Sidang Tahunan MPR, tanggal 1-9 November 2001 Perubahan Ketiga
 Sidang Tahunan MPR, tanggal 1-11 Agustus 2002 Perubahan Keempat

Menurut Soetanto ( 2004: 93-94 ) ada beberapa alasan dari segi materi muatan,
mengapa UUD 1945 setelah berbagai perubahan perlu disempurnakan dalam rangka
reformasi hukum, diantaranya:
Alasan Histories, bahwa sejarah mencatat pembentukan UUD 1945 memang
didesain para pendiri negara (BPUPKI & PPKI) sebagai UUD yang sifatnya sementara
dan butuh penyempurnaan lebih lanjut.
Alasan Filosofis, bahwa dalam UUD 1945 terdapat percampuradukan beberapa
gagasan yang saling bertentangan.
Alasan Teoritis, bahwa dari sudut pandang teori konstitusi, keberadaan konstitusi
bagi suatu negara hakikatnya adalah untuk membatasi kekuasaan negara agar tidak
sewenang-wenang tetapi justru UUD 1945 kurang menonjolkan hal tersebut.
Alasan Yuridis, sebagaimana lazimnya konstitusi tertulis yang selalu memuat
adanya klausula perubahan didalam naskahnya, begitupun UUD 1945 yang didasari akan
ketidaksempurnaan didalamnya dikarenakan UUD 1945 itu sendiri merupakan hasil
pekerjaan manusia.
Alasan Politis Praktis, bahwa secara sadar atau tidak, langsung atau tidak
langsung, dalam praktik politik sebenarnya UUD 1945 sudah sering mengalami
perubahan yang menyimpang dari teks aslinya.

Anda mungkin juga menyukai