PEMBAHASAN
2. Sejarah Proklamasi
Sejak pagi hari pada tanggal 17 Agustus 1945 telah diadakan persiapanpersiapan
di rumah Ir. Soekarno di Pegangsaan Timur 56 untuk menyambut proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Kurang lebih 1000 orang telah hadir untuk menyaksikan
peristiwa yang maha penting itu. Pada pukul 10 kurang lima menit Hatta datang dan
langsung masuk ke kamar Soekarno. Kemudian kedua pemimpin itu menuju ke ruang
depan, dan acara segera dimulai tepat pada jam 10 sesuai dengan waktu yang telah
direncanakan. Soekarno membacakan naskah proklamasi yang sudah diketik dan
ditandatangani bersama dengan Moh. Hatta.
Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan, pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI
mengadakan sidangnya yang pertama. Dalam sidang itu mereka menghasilkan beberapa
keputusan penting yaitu:
1. Mengesahkan UUD yang sebelumnya telah dipersiapkan oleh Dokuritsu Junbi
Cosakai (yang sekarang dikenal dengan nama UUD 1945)
2. Memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil
presiden.
3. Dalam masa peralihan Presiden untuk sementara waktu akan dibantu oleh sebuah
Komite Nasional.
Pada tanggal 19 Agustus 1945, Presiden dan wakil presiden memanggil beberapa
anggota PPKI beserta golongan cendekiawan dan pemuda untuk membentuk “Komite
Nasional Indonesia Pusat” (KNPI) yang berfungsi sebagai Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR), sebelum terbentuknya DPR hasil pilihan rakyat.disebutkan oleh presiden bahwa
Indonesia terdiri dari 8 provinsi dari sabang sampai merauke yang meliputi,Sumatra,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi,Maluku dan Sunda Kecil
(Bali dan Nusa Tenggara). Pada bulan oktober golongan sosialis dibawah pimpinan
Sutan Sahrir dan Amir Syarifudin berhasil menyusun kekuatan di dalam KNIP dan
mendorong dibentuknya sebuah Badan Pekerja yang kemudian dikenal dengan sebutan
BP-KNIP. Perkembangan politik selanjutnya adalah dikeluarkannya Maklumat
Pemerintah tanggal 3 November 1945 yang ditandatangani oleh wakil presiden Hatta
yang mencanangkan pembentukan partai-partai politik.
Pada zaman pendudukan Jepang, seluruh potensi ekonomi Indonesia diarahkan
kepada kepentingan perang.sehingga wilayah RI mengalami keadaan ekonomi yang
sangat kacau. Untuk sementara waktu, Pemerintah mengambil kebijaksanaan mengakui
beberapa macam uang sebagai tanda pembayaran yang sah di wilayah RI yakni : uang De
Javasche Bank, uang pemerintah Hindia Belanda dan uang Jepang. Selanjutnya
pemerintah pada bulan oktober 1946 mengeluarkan uang kertas RI yang terkenal dengan
nama ORI. Karena uang Jepang telah merosot harganya maka nilai tukarnya disesuaikan,
yaitu 1000 rupiah uang Jepang ditukar dengan 1 rupiah uang ori pengaturan ekonomi
Indonesia didasarkan kepada pasal 33 UUD 1945, maka semua perusahaan yang vital
dikuasai oleh negara. Pemerintah juga mengawasi seluruh kegiatan ekonomi termasuk
kegiatan swasta
Kemerdekaan Indonesia telah mengangkat orang Indonesia menjadi warga negara
kelas I, tetapi Republik Indonesia tidak membedakan ras (warna kulit), keturunan,
keyakinan agama dan kesukuan. Seluruh rakyat mempunyai hak yang sama dan
kewajiban yang sama pula. Indonesia merdeka tidak mengenal adanya warganegara kelas
I, kelas II maupun kelas III seperti zaman Hindia Belanda maupun zaman pendudukan
Jepang. Para pemeluk agama dan kepercayaan mendapatkan kebebasan yang seluas-
luasnya dalam Negara Republik Indonesia.
Salah satu syarat mutlak untuk mencerdaskan bangsa Indonesia adalah
memajukan pendidikan. Tujuan pendidikan dan pengajaran adalah untuk membimbing
murid menjadi warga negara yang mempunyai rasa tanggung jawab. Sekolah bertujuan
memperkuat potensi rakyat. Itulah sebabnya sekolah dibuka untuk setiap warga negara
sesuai dengan azas Keadilan sosial. Supaya sekolah dapat diikuti oleh semua warga
negara, maka diadakan peraturan tentang kewajiban belajar. Anakanak yang telah
berumur 10 tahun diwajibkan untuk memasuki sekolah. Pendidikan terbatas atas 4
tingkatan yaitu : pendidikan rendah (dasar),pendidikan menengah pertama, pendidikan
menengah atas dan pendidikan tinggi.
1) 16 Bab :
BAB I – Bentuk & Kedaulatan [Pasal 1]
BAB II – Majelis Permusyawaratan Rakyat [Pasal 2 & 3]
BAB III – Kekuasaan Pemerintahan Negara [Pasal 4,5,6,6A,7,7A,-7C,8-15]
BAB IV – Dewan Pertimbangan Agung/DPA [Pasal 16]
BAB V – Kementerian Negara [Pasal 17].
BAB VI – Pemerintah Daerah [Pasal 18].
BAB VII – DPR [Pasal 19 – 22]
BAB VIII – Tentang Keuangan [Pasal 23].
BAB IX – Kekuasaan Bagi Kehakiman [Pasal 24 & 25]
BAB X – Warga negara [Pasal 26,27,28].
BAB XI – Tentang Agama [Pasal 29]
BAB XII – Pertahanan Negara. [Pasal 30].
BAB XIII – Tentang Pendidikan [Pasal 31 & 32].
BAB XIV – Kesejah-teraan Sosial [Pasal 33 & 34].
BAB XV – Bendera & Bahasa [Pasal 35 & 36].
BAB XVI – Perubahan atau Amademen UUD [Pasal 37].
2) 37 Pasal, terbagi 5 bagian :
Bentuk & Kedaulatan Negara [Pasal 1]
Lembaga Tertinggi Negara [Pasal 2 & 3 ]
Lembaga Tinggi Negara [Pasal 4-15, 16, 18, & 19-22]
Unsur Kesejah-teraan Negara [Pasal 23, 29, 31-37]
Unsur Peme-rintahan Negara [Pasal 17, & 24, 25, 26-28, & 30]
3) 4 pasal Aturan Peralihan
Pasal I – PPKI mengatur & menyelenggarakan kepindahan Pemerintahan
kepada Pemerintah Indonesia.
Pasal II : Seluruh Badan Negara & Peraturan yang masih langsung berlaku,
selama belum diadakan yang baru menurut UUD ini.
Pasal III : Untuk pertama kali Presiden & Wakil Presiden dipilih oleh
PPKI.
Pasal IV : Sebelum MPR dan DPA dibentuk menurut UUD ini, segala
kekuasaannya laksanakan Presiden dengan di bantu oleh Komite Nasional.
4) 2 Ayat Aturan Tambahan
Dalam 6 bulan setelah berakhirnya peperangan Asia Timur Raya, Presiden
Indonesia mengatur serta menyelenggarakan segala hal yang ditetapkan oleh
UUD ini.
Dalam 6 bulan setelah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dibentuk,
Majelis tersebut bersidang dengan tujuan menetapkan Undang-undang Dasar.
Batang Tubuh Undang Undang 1945 memiliki 3 sifat utama, yaitu sebagai berikut :
1. Fleksibel, Elastis, & Soepel, maksudnya yaitu bisa mengikuti perkembangan atau
sesuai dengan zaman, kapan saja bisa berlaku, sejak dulu sampai dengan sekarang
& sampai kapanpun.
2. Rigid/tidak kaku maksudnya yaitu isi Batang Tubuh Undang-Undang 1945 dapat
diselami oleh setiap warga negara Indonesia secara keseluruhan, siapa saja
menjadi yang menjadi WNI mampu menyelaminya.
3. Luwes/gemulai maksudnya yaitu bisa dilaksanakan/ dilakukan oleh setiap warga
negara Indonesia di seluruh tempat, disembarang ruang dan dimana saja bisa
dipraktekkan.
Adapun Prinsip Batang Tubuh UUD 1945 yaitu antara lain:
1. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan, berbentuk republik [Pasal ayat 1
UUD 1945]
2. Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia [Pasal 28-34 UUD
1945]
3. Sistem sosial budaya dengan berdasarkan asas Bhineka Tunggal Ika [Pasal 32
UUD 1945]
4. Persamaan derajat dalam hukum dan pemerintahan [Pasal 31 ayat 1 UUD 1945]
5. Pemerintahan yang berkedaulatan rakyat [Pasal 33 UUD 1945]
6. Pemerintahan yang berkedaulatan rakyat [Pasal 1 ayat 2 UUD 1945]
3. Alinea Ketiga,
Yang berbunyi:”atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan
didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas,
maka rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaannya”.
Pernyataan ini bukan saja menengaskan lagi apa yang menjadi motivasi riil dan
materil bangsa Indonesia untuk menyatakan kemerdekaannya, tetapi juga menjadi
keyakinan menjadi spritualnya, bahwa maksud dan tujuannya menyatakan
kemerdekaannya atas berkah Allah Yang Maha Esa. Dengan demikian bangsa Indonesia
mendambakan kehidupan yang berkesinambungan kehidupan materiil dan spritual,
keseimbangan dunia dan akhirat.
4. Alinea Keempat,
Yang berbunyi : "kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah
negara Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdasakan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada : Ketuhanan Yang
Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan"
Dengan rumusan yang panjang dan padat ini pada aline keempat
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 ini punya makna bahwa
1. Negara Indonesia mempunyai fungsi sekaligus tujuan, yaitu melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,
2. Keharusan adanya Undang-Undang Dasar,
3. Adanya asas politik negara yaitu Republik yang berkedaulan rakyat,
4. Adanya asas kerohanian negara, yaitu rumusan Pancasila, Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusian yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
d. Sejarah Amandemen
UUD 1945 ini telah mengalami 4 kali perubahan dimana dalam perubahan
tersebut terdapat beberapa pasal dan juga ketentuan yang dirubah dan juga sebagian tetap
tidak berubah. Nah berikut beberapa amandemen yang pernah dilakukan terhadap UUD
1945.
Amandemen I
Sejarah Amandemen pertama terjadi pada tahun 1999 tepatnya pada tanggal 19
Oktober dimana dasar atas amandemen ini adalah SU MPR 14-21 Oktober 1999. Pada
amandemen yang pertama ini dimana ada sekitar 9 pasal yang dilakukan amandemen
yaitu Pasal 5, pasal 9, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17, Pasal 20 dan Pasal 21.
Pada amandemen pertama ini dimana yang menjadi intinya adalah mengenai
pergeseran kekuasaan eksekutif dalam hal ini presiden yang dipandang atau dianggap
terlalu kuat sehingga perlu dilakukan amandemen.
Amandemen II
Adapun Sejarah amandemen yang kedua terjadi pada tahun 2000 tepatnya pada
tanggal 18 Agustus 2000 yang disahkan melalui sidang umum MPR tanggal 7-8 Agustus
2000. Pada amandemen ke dua ini dilakukan amandemen terhadap 5 Bab dan 25 Pasal.
Dimana pasal- pasal yang dilakukan amandemen yaitu pada Pasal 18, Pasal 18A, Pasal
18B, pada Pasal 19, Pasal 20, Pasal 20A, juga terjadi amandemen pada Pasal 22A, Pasal
22B, Pasal 25E, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28A dan 28B,28C, 28D, 28E, 28F,28G,
28H,28I, hingga Pasal 28J.
Selain itu juga terjadi amandemen pada Pasal 30, Pasal 36A, 36B, 36C. Selain
dilakukan amandemen terhadap pasal- pasal tersebut juga terjadi amandemen terhadap
beberapa Bab seperti pada Bab IXA, Bab X, Bab XA, juga terjadi amandemen pada Bab
XII, Bab XV.
Pada amandemen yang kedua ini dimana lebih dititip beratkan perubahannnya
pada pemerintahan daerah, DPR serta mengenai kewenangan dari DPR, juga dilihat dari
segi Hak Asasi Manusia, Lagu kebangsaan serta juga mengenai lambang negara
Indonesia.
Amandemen III
Pada Sejarah amandemen yang ketiga ini dimana disahkan melalui ST MPR
tanggal 1 hingga 9 November 2001 atau tepatnya amandemen tersebut terjadi pada
tanggal 10 November 2001. Ada sebanyak 3 Bab dan juga 22 pasal yang dilakukan
amandemen pada tahap ketiga ini. Bab- bab yang dilakukan amandemen ini yaitu Bab
VIIA, Bab VIIB, dan juga Bab VIIIA.
Sedangkan pasal- pasal yang dilakukan amandemen pada tahap ketiga ini yaitu
terdiri dari Pasal 1, Pasal 3, Pasal 6, Pasal 6A, Pasal 7A hingga Pasal 7C, Pasal 8, Pasal
11, Pasal 17,Pasal 22C hingga 22E, Pasal 23, Pasal 23A, Psal 23E,23E, 23F, 23G, Pasal
24, Pasal 24 A hingga 24C.
Amandemen ketiga ini menitik beratkan perubahannya pada Kewenangan dari
MPR, Kepresidenan, kekuasaan Kehakiman, Keuangan negara, impeachment serta juga
memiliki inti perubahan pada bentuk serta kedaulatan negara Indonesia.
Amandemen IV
Sejarah amandemen yang terakhir yaitu amandemen ke IV yang disahkan dan
juga dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus 2002 yang disahkan melalui ST MPR pada
tanggal 1-11 Agustus 2002. Pada amandemen yang terakhir ini dilakukan perubahan
yang lebih sedikit jika dibandingkan pada perubahan sebelumnya dimana hanya
dilakukan amandemen terhadap 2 Bab dan juga 13 Pasal saja.
Adapun Bab yang dirubah tersebut adalah berupa Bab XIII dan Bab XIV.
Sedangkan pasal- pasal yang dilakukan amandemen terdiri dari Pasal 2,Pasal 3, Pasal 6A,
Pasal 8, Pasal 11, Pasal 16, Pasal 23B, Pasal 23D, Pasal 24, Pasal 31 hingga Pasal 34.
Yang menjadi inti dari amandemen yang terakhir ini adalah mengenai mata uang, bank
sentral, pendidikan dan juga kebudayaan, perekonomian nasional Indonesia dan juga
kesejahteraan sosial.
Menurut Soetanto ( 2004: 93-94 ) ada beberapa alasan dari segi materi muatan,
mengapa UUD 1945 setelah berbagai perubahan perlu disempurnakan dalam rangka
reformasi hukum, diantaranya:
Alasan Histories, bahwa sejarah mencatat pembentukan UUD 1945 memang
didesain para pendiri negara (BPUPKI & PPKI) sebagai UUD yang sifatnya sementara
dan butuh penyempurnaan lebih lanjut.
Alasan Filosofis, bahwa dalam UUD 1945 terdapat percampuradukan beberapa
gagasan yang saling bertentangan.
Alasan Teoritis, bahwa dari sudut pandang teori konstitusi, keberadaan konstitusi
bagi suatu negara hakikatnya adalah untuk membatasi kekuasaan negara agar tidak
sewenang-wenang tetapi justru UUD 1945 kurang menonjolkan hal tersebut.
Alasan Yuridis, sebagaimana lazimnya konstitusi tertulis yang selalu memuat
adanya klausula perubahan didalam naskahnya, begitupun UUD 1945 yang didasari akan
ketidaksempurnaan didalamnya dikarenakan UUD 1945 itu sendiri merupakan hasil
pekerjaan manusia.
Alasan Politis Praktis, bahwa secara sadar atau tidak, langsung atau tidak
langsung, dalam praktik politik sebenarnya UUD 1945 sudah sering mengalami
perubahan yang menyimpang dari teks aslinya.