Anda di halaman 1dari 21

TUGAS RESUME 3

PENDIDIKAN PANCASILA

RINGKASAN MATERI PENDIDIKAN PACASILA

Dosen pengampu : Kurniawan B. Prianto,S.kom., SH, MM

Disusun oleh :

NAMA : Kholilah Nur Halimah (10522778)

KELAS : 1PA06

FAKULTAS PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

UNIVERSITAS GUNADARMA

2023
BAB 12

PANCASILA DALAM KETATANEGARAAN RI

1. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan sebagai


sumber dari segala sumber hukum
2. Menjelaskan isi Pembukaan UUD 1945 Pembukaan sebagai
Staatsfundamentalnorm
3. Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila dan
pasal-pasal UUD 1945

LATAR BELAKANG

Dalam konteks ketatanegaraan, urgensi sistem hukum nasional sebagaimana dinyatakan oleh
Friedman, berfungsi untuk menyebarkan dan memelihara pengalokasian nilai-nilai yang oleh mas
yarakat dirasa benar.1 Suatu sistem hukum nasional bagi Indonesia sebagai Negara merdeka
merupakan kebutuhan yang fundamental guna mewujudkan ketertiban dan kedamaian. Sementara
itu, Negara secara yuridis merupakan suatu personifikasi tertib hukum nasional.2 Artinya, Negara
merupakan penjelmaan dari berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur tingkah laku
manusia untuk menjamin dan memberikan hak, keistimewaan, fungsi, kewajiban, status atau
pendelegasian untuk terwujudnya ketertiban dan kepastian hukum dalam kehidupan masyarakat
pada suatu Negara.

3. Dalam dataran empiris di Indonesia, persoalan sistem hukum nasional ini masih menjadi
problematika, mengingat banyaknya sistem hukum yang diberlakukan sebelumnya. Hukum Islam
merupakan salah satu sistem hukum yang ada dalam sistem hukum nasional. Namun, hukum Islam
ini masih sangat problematik ketika akan diadopsi dalam sistem hukum nasional muncul dengan
alasan yang bermacam-macam.

Diantaranya adalah perbedaan strategi antara penganut aliran substantif dengan formalisme dalam
memperjuangkan hukum Islam ke dalam hukum nasional, alasan historis bahwa hukum islam
dalam konteks internal banyak sekali aliran-alirannya yang mempunyai pemikiran berbeda dalam
merespon kenyataan-kenyataan hukum yang ada di masyarakat.
A. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan sebagai sumber dari segala sumber
hukum

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting dan
strategis dalam sejarah dan kehidupan politik bangsa Indonesia. Berikut beberapa
penjelasan tentang kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia:

 Diterima Secara Nasional: Pancasila diterima secara luas dan bersama-sama oleh seluruh
elemen masyarakat Indonesia sebagai dasar negara yang menjadi pijakan bagi
keberlangsungan hidup bersama dan pembangunan nasional.
 Mengandung Nilai-nilai Universal: Pancasila mengandung nilai-nilai universal seperti
kemanusiaan yang adil dan beradab, keadilan sosial bagi seluruh rakyat, persatuan dan
kesatuan bangsa, serta kerukunan hidup beragama dan berkebudayaan.
 Mengikat Seluruh Elemen Masyarakat: Pancasila mengikat seluruh elemen masyarakat
Indonesia untuk berpegang pada nilai-nilai yang terkandung dalam dasar negara ini dan
memperjuangkan kepentingan bersama bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa.
 Menjadi Landasan Ideologi Negara: Pancasila menjadi landasan ideologi negara yang
memberikan arah dan petunjuk bagi pemerintah dan masyarakat dalam menjalankan tugas
dan tanggung jawabnya.
 Menjadi Acuan Pembangunan Nasional: Pancasila menjadi acuan pembangunan
nasional yang memandu dan mengarahkan pemerintah dan masyarakat dalam usaha
memajukan bangsa dan negara Indonesia.

Pancasila sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum


Selanjutnya, dalam buku tersebut juga dijelaskan Fungsi Pancasila sebagai sumber dari
segala sumber hukum atau sumber tertib hukum bagi Negara Republik Indonesia.
Hal tersebut ditegaskan dalam ketetapan MPR No. III/MPR/2000 Tentang Sumber Hukum
Dan Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan.
Pasal 1 TAP MPR tersebut memuat tiga ayat, di antaranya:

1. Sumber hukum adalah sumber yang dijadikan bahan untuk penyusunan peraturan
perundang-undangan
2. Sumber hukum terdiri dari sumber hukum tertulis dan hukum tidak tertulis
3. Sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila sebagaimana tertulis dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan

Fungsi Pancasila sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum Adapun fungsi
Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum mengandung arti bahwa Pancasila
berkedudukan sebagai:

1. Ideologi hukum Indonesia


2. Kumpulan nilai-nilai yang harus berada di belakang keseluruhan hukum Indonesia
3. Asas-asas yang harus diikuti sebagai petunjuk dalam mengadakan pilihan hukum
di Indonesia
4. Sebagai suatu pernyataan dari nilai kejiwaan dan keinginan bangsa Indonesia, juga
dalam hukumnya

B. Menjelaskan isi Pembukaan UUD 1945 Pembukaan sebagai Staatsfundamentalnorm

 Alinea Pertama
1. pengakuan nilai kodrat (’Bahwa kemerdekaan adalah hak sebagai bangsa’)
2. pernyatan universal
 Alinea Kedua
1. Merealisasikan perjuangan bangsa Indonesia dalam suatu cita-cita bangsa dan
negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
2. Perjuangan bangsa Indonesia sebagai bukti objektif
3. Hasil dari perjuangan itu adalah tercipta negara Indonesia
 Alinea Ketiga
1. Pengakuan nilai religius
2. Mengakui manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa
3. Mengakui nilai moral (‘didorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan
kebangsaan yang bebas’)
4. Pernyataan kembali proklamasi kemerdekaan Indonesia
 Alinea Keempat
1. Berdirinya Negara Indonesia
2. Tujuan Negara (Tujuan Khusus dan Tujuan Umum)
3. Ketentuan diadakannya UUD Negara (Negara Indonesia adalah negara yang
berdasarkan atas hukum)
4. Bentuk Negara (Negara Republik Indonesia)
5. Dasar Filsafat Negara
 Kedudukan Pembukaan UUD 1945
1. Pembukaan memuat dasar-dasar fundamental negara (Staatsfundamentalnorm), yaitu
memuat pembentukan negara, bentuk negara, tujuan negara, kekuasaan negara dan dasar
filsafat negara.
2. Memuat sifat-sifat fundamental dan asasi yang berkedudukan tetap dan tidak dapat
dirubah
3. Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu tertib hukum tertinggi dan pada hakikatnya
kedudukannya lebih tinggi dari Batang Tubuh UUD 1945.
4. Pokok-pokok pikiran Pembukaan UUD 1945 harus dijabarkan dalam pasal-pasal UUD
1945.
5. Pembukaan UUD 1945 merupakan dasar, rangka dan suasana bagi negara dan tertib
hukum Indonesia.
C. Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila dan pasal-pasal UUD 1945

Antara Pancasila sebagai dasar negara dan UUD 1945, khususnya bagian pembukaan,
sebagai dasar hukum, keduanya memiliki hubungan yang saling berkaitan atau tidak dapat
dipisahkan. Dapat digambarkan jika Pancasila adalah rohnya, sedangkan UUD 1945 adalah
raganya.

Pancasila merupakan unsur pokok dalam Pembukaan UUD 1945. Unsur pokok ini
kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal UUD 1945, sebagai norma hukum
dasar dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. Melansir dari buku Pendidikan Pancasila:
Pendekatan Berbasis Nilai-Nilai (2020) karya Ardhamon Prakoso, Pancasila yang termuat
dalam Pembukaan UUD 1945 berarti Pancasila memiliki kedudukan yang kuat dan
posisinya tidak dapat tergantikan.
Pancasila merupakan dasar filsafat negara yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945.
Artinya setiap hal dalam konteks penyelenggaraan negara harus sesuai dengan nilai
Pancasila, termasuk peraturan, perundang-undangan, pemerintahan, sistem demokrasi, dan
lainnya. Maka dapat disimpulkan jika hubungan antara Pancasila dengan Pembukaan UUD
1945 merupakan hubungan yang sifatnya formal.

Artinya Pancasila dijadikan dasar dalam penyelenggaraan negara, serta sebagai norma
positif. Pancasila memiliki kedudukan yang kuat dan tidak dapat diubah. Sedangkan
Pembukaan UUD 1945 berkedudukan sebagai tertib hukum tertinggi.
Selain itu, Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 juga memiliki hubungan material. Artinya
UUD 1945 merupakan kaidah hukum negara Indonesia, yang mana seluruh unsur dan
pokok kaidahnya bersumber dari Pancasila. Maka dapat dikatakan jika Pancasila juga
merupakan tertib hukum Indonesia

 Sementara itu, hubungan Pancasila dengan pembukaan UUD 1945 secara material
menunjuk pada materi pokok atau isi pembukaan UUD 1945 sebagai berikut:
1. Pokok Pikiran Pertama Pokok pikiran
pertama yakni membentuk negara persatuan yang mencerminkan sila ketiga. Pembukaan
UUD 1945 memiliki pokok pikiran mengenai paham negara kesatuan. Artinya, negara
yang mampu melindungi dan meliputi segenap bangsa Indonesia, seluruh tumpah darah
Indonesia, serta mencakupi segala paham golongan dan perseorangan.

2. Pokok Pikiran Kedua


Pokok pikiran kedua yakni membentuk negara berkeadilan sosial mencerminkan sila
kelima. Negara Indonesia hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh warganya.
Pembukaan UUD 1945 memiliki pokok pikiran bahwa negara memiliki keinginan untuk
mewujudkan negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

3. Pokok Pikiran Ketiga


Pokok pikiran ketiga yakni membentuk negara berkedaulatan rakyat mencerminkan sila
keempat. Pembukaan UUD 1945 memiliki pokok pikiran sistem kenegaraan yang
terbentuk harus dilandaskan pada kedaulatan rakyat serta berlandaskan pada
permusyawaratan perwakilan. Pokok pikiran ini memiliki kesesuaian dengan sifat
masyarakat Indonesia. Negara Indonesia menganut paham kedaulatan rakyat. Negara
dibentuk dan diselenggarakan berdasarkan kedaulatan rakyat, yang juga disebut sebagai
sistem demokrasi.
BAB 13

PANCASILA DALAM KETATANEGARAAN RI

1. Sistem ketatanegaraan Indonesia dalam UUD 1945 sebelum


dan sesudah dilakukan amandemen
2. Realisasi hak-hak asasi manusia dalam negara Republik
Indonesia
3. Reformasi hukum tata negara Indonesia

LATAR BELAKANG

Pancasila dalam konteks ketatanegaraan RI. Dalam beberapa tahun ini Indonesia mengalami
perubahan yang sangat mendasar mengenai system ketatanegaraan. Dalam hal perubahan tersebut
Secara umum dapat kita katakan bahwa perubahan mendasar setelah empat kali amandemen UUD
1945 ialah komposisi dari UUD tersebut, yang semula terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh dan
Penjelasannya, berubah menjadi hanya terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal. Penjelasan UUD
1945, yang semula ada dan kedudukannya mengandung kontroversi karena tidak turut disahkan
oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945, dihapuskan. Materi yang dikandungnya, sebagian
dimasukkan, diubah dan ada pula yang dirumuskan kembali ke dalam pasal-pasal
amandemen. Perubahan mendasar UUD 1945 setelah empat kali amandemen, juga berkaitan
dengan pelaksana kedaulatan rakyat, dan penjelmaannya ke dalam lembaga-lembaga negara.
Sebelum amandemen, kedaulatan yang berada di tangan rakyat, dilaksanakan sepenuhnya oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat. Majelis yang terdiri atas anggota-anggota DPR ditambah
dengan utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan itu, demikian besar dan luas
kewenangannya. Antara lain mengangkat dan memberhentikan Presiden, menetapkan Garis-garis
Besar Haluan Negara, serta mengubah Undang-Undang Dasar.
A. Sistem ketatanegaraan Indonesia dalam UUD 1945 sebelum dan sesudah dilakukan
amandemen

UUD 1945 mengalami empat kali perubahan atau amandemen sejak Indonesia merdeka.
Tujuan amandemen ini adalah untuk menyempurnakan aturan dasar negara yang
disesuaikan dengan aspirasi bangsa. Amandemen disahkan dalam sidang umum dan
tahunan MPR sejak 1999 hingga 2002.

Keempat perubahan itu, yakni:


 Perubahan pertama disahkan MPR dalam sidang umum pada 19 Oktober 1999
 Perubahan kedua disahkan MPR dalam sidang tahunan pada 18 Agustus 2000
 Perubahan ketiga disahkan MPR dalam sidang tahunan pada 9 November 2001
 Perubahan keempat disahkan MPR dalam sidang tahunan pada 10 Agustus 2002

Sistem pemerintahan Indonesia setelah amandemen adalah sebagai berikut:


a. Negara Indonesia adalah negara hukum Elemen asas legalitas juga merupakan bentuk
pembatasan kekuasaan negara karena asas legalitas menyatakan bahwa setiap tindakan
penyelenggara negara harus berpedoman kepada hukum dan atau undang-undang.23

b. Sistem konstitusional Konstitusi Perubahan UUD 1945 mengenai penyelenggaraan


kekuasaan negara dilakukan untuk mempertegas kekuasaan dan wewenang masingmasing
lembaga-lembaga negara, mempertegas batas-batas kekuasaan setiap lembaga negara dan
menempatkannya berdasarkan fungsi-fungsi penyelenggaraan negara bagi setiap lembaga
negara. Sistem yang hendak dibangun adalah sistem “check and balances”, yaitu
pembatasan kekuasaan setiap lembaga negara oleh undang-undang dasar, tidak ada yang
tertinggi dan tidak ada yang rendah, semuanya sama diatur berdasarkan fungsi masing-
masing.

c. Sistem pemerintahan Sistem ini tetap dalam sistem pemerintahan presidensial, bahkan
mempertegas sistem presidensial itu, yaitu Presiden tidak bertanggung jawab kepada
parlemen, akan tetap bertanggung kepada rakyat dan senantiasa dalam pengawasan DPR.
Presiden hanya dapat diberhentikan dalam masa jabatannya karena melakukan perbuatan
melanggar hukum yang jenisnya telah ditentukan dalam Undang-Undang Dasar atau tidak
lagi memenuhi syarat sebagai Presiden. DPR dapat mengusulkan untuk memberhentikan
Presiden dalam masa jabatannya manakala ditemukan pelanggaran hukum yang dilakukan
Presiden sebagaimana yang ditentukan dalam Undang-Undang Dasar.25

d. Kekuasaan negara tertinggi ditangan MPR Sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) bahwa MPR
terdiri dari anggota DPR dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD). MPR berdasarkan
Pasal 3, mempunyai wewenang dan tugas sebagai berikut :
1. Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar;
2. Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden;
3. Dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya
menurut UUD. Muhadam Labolo, Memahami Ilmu Pemerintahan (Jakarta: Rajawali Pers,
2013),

B. Realisasi hak-hak asasi manusia dalam negara Republik Indonesia


Hak Asasi Manusia adalah kekuasaan atau wewenang moral yang dimiliki seseorang
berdasarkan martabatnya sebagai manusia. Kekuasaan atau wewenang tersebut bersifat
moral karena kekuasaan atau wewenang atas nilai-nilai tersebut menunjukan kebaikan atau
martabat manusia sebagai manusia. Orang yang beragama mengatakan bahwa hak-hak
dasar yang melekat dan dimiliki oleh setiap orang tersebut merupakan anugerah Tuhan
Yang Maha Esa

 Penegakkan Hak Asasi Manusia di Indonesia


Dalam rangka memberikan jaminan perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia dan
menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan penegakkan Hak Asasi Manusia,
pemerintah telah melakukan langkah-langkah antara lain:
 pembentukan Komisi Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) berdasarkan Keputusan
Presiden nomor 5 tahun 1993 pada tanggal 7 Juni 1993, yang kemudian dikukuhkan lagi
melalui undang-undang nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;
 210 HUMANIORA Vol.2 No.1 April 2011: 201-213 penetapan Undang-Undang nomor
26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia;
 pembentukan Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc dengan Keputusan Presiden, untuk
memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran HAM berat yang terjadi sebelum
diundangkannya UndangUndang nomor 26 tahun 2000;
 pembentukan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliaasi sebagai alternative penyelesaian
pelanggaran Ham diluar Pengadilan HAM sebagaimana diisyaratkan oleh Undang-Undang
tentang HAM;
 meratifikasi berbagai konvensi internasional tentang Hak Asasi Manusia. Sementara itu,

konvensi yang telah diratifikasi berkaitan dengan penegakkan Hak Asasi Manusia di
Indonesia adalah:
 Konvensi Jenewa tanggal 12 Agustus 1949 (diratifikasi dengan Undang-Undang nomor 59
tahun 1958);
 Konvensi tentang Hak Politik Kaum Perempuan (diratifikasi dengan Undang-Undang
nomor 68 tahun 1958);
 Konvensi tentang Penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap Perempuan
(diratifikasi dengan Undang-Undang nomor 7 tahun 1984);
 Konvensi tentang Hak Anak ( diratifikasi dengan Undang-Undang nomor 36 tahun 1990);
 Konvensi tentang Pelarangan, Pengembangan, Produksi, dan Penyimpanan senjata
biologis dan beracun serta Pemusnahannya (diratifikasi dengan Keppres nomor 58 tahun
1991);
 Konvensi Internasional terhadap Apartheid dalam Olahraga (diratifikasi dengan Undang-
Undang nomor 48 tahun 1993);
 Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman lain yang kejam, tidak
manusiawi, atau merendahkan martabat manusia (diratifikasi dengan Undang-Undang
nomor 5 tahun 1998);
 Konvensi Organisasi Buruh Internasional nomor 87 tahun 1998 tentang kebebasan
berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi (diratifikasi dengan Undang-Undang
nomor 83 tahun 1998);
 Konvensi tentang Penghapusan semua bentuk Diskriminasi Rasial (diratifikasi dengan
Undang-Undang nomor 29 tahun 1999);
 Konvensi tentang Penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan
(diratifikasi dengan Undang-Undang nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan kekerasan
dalam rumah Tangga).

C. Reformasi hukum tata negara Indonesia

Dalam Orde Reformasi ini, sikap dan tekad Orde Baru perlu ditinjau kembali agar dapat
dilakukan reformasi konstitusi. Sepanjang mengenai Pancasila sebagai dasar negara tidak
ada persoalan karena sejak proklamasi hingga kini terus dicantumkan dalam Pembukaan
UUD, baik UUD 1945, UUD RIS 1949 maupun UUDS 1950, meskipun peristilahan
ataupun rumusannya agak berbeda.

Mengganti UUD 1945 bukan berarti semua bagiannya harus dibuang. Bagian Pembukaan
dapat saja dipertahankan. Mengenai pendapat agar UUD 1945 dipertahankan keasliannya
dengan menambahkan amandemen-amandemen, seperti UUD Amerika Serikat, perlu
disadari bahwa kita tidak mempunyai naskah asli UUD 1945. Era reformasi sekarang ini
merupakan momentum yang baik untuk melakukan pembaharuan Undang-Undang Dasar,
yaitu mengganti UUD 1945 dengan UUD baru yang memenuhi tuntutan zaman.

Tuntutan reformasi sebenarnya lebih mangacu pada tataran operasional, yakni perbaikan
kondisi hak-hak sipil dan politik yang diakui dalam UUD 1945 yakni meliputi sebagai
berikut yaitu:

1). Hak-hak Sipil meliputi: hak untuk hidup, hak untuk bebas dari penangkapan dan
penahanan sewenang-wenang, hak untuk bebas dari penyiksaan dan penganiayaan, hak
atas bantuan hukum, hak atas peradilan yang fair dan tidak memihak.

2). Hak-hak Politik meliputi: hak atas kebebasan berpendapat, hak atas kebebasan
berkumpul, hak atas kebebasan berserikat, hak untuk diperlakukan sama di depan hukum
dan pemerintah, hak untuk turut serta dalam a free election.
BAB 14

PANCASILA SEBAGAI PRADIGMA KEHIDUPAN DALAM MASYARAKAT


BERBANGSA DAN BERNEGARA

1. Pengertian paradigma secara umum

2. Pengertian Pancasila sebagai paradigma pembangunan bidang


politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, kehidupan antar umat
beragama, dan iptek

LATAR BELAKANG

Pancasila sebagai dasar Negara bangsa Indonesia hingga sekarang telah mengalami perjalanan
waktu yang tidak sebentar, dalam rentang waktu tersebut banyak hal atau peristiwa yang terjadi
menemani perjalanan Pancasila, sehingga berdirilah pancasila seperti sekarang ini di depan semua
bangsa Indonesia.

Mulai peristiwa pertama saat pancasila dicetuskan sudah menuai banyak konflik di internal para
pencetus nya hingga sekarang pun di era reformasi dan globalisasi Pancasila masih hangat
diperbincangkan oleh banyak kalangan berpendidikan terutama kalangan Politik dan mahasiswa.
Kebanyakan dari para pihak yang memperbincangkan masalah Pancasila adalah mengenai awal
dicetuskan nya Pancasila tentang sila pertama. Memang dari sejarah awal perkembangan bangsa
Indonesia dapat kita lihat bahwa komponen masyarakatnya terbentuk dari dua kelompok besar
yaitu kelompok agamais dalam hal ini didominasi oleh kelompok agama Islam dan yang kedua
adalah kelompok Nasionalis. Kedua kelompok tersebut berperan besar dalam pembuatan
rancangan dasar Negara kita tercinta ini.

Maka, setelah banyak aspek memperbincangkan pancasila sebagai dasar Negara. Sekarang
pancasila pun dijadikan bahan perbincangan sebagai prilaku yang digunakan di dalam kampus.
Dimana di dalam kampus tersebut akan terdidik dengan kepemimpinan pancasilan. Baik dalam
prilaku bergaul juga dalam proses belajar mengajar di dalamnya. Serta molekul-molekul yang
menjadi bagiannya.
A. Pradigma Secara Umum

Paradigma adalah kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir seseorang sebagai titik
talak pandangannya sehingga akan membentuk citra subjektif seseorang - mengenai realita
dan akhirnya akan menentukan bagaimana seseorang menanggapi realita itu.

Arti paradigma ditinjau dari asal usul beberapa bahasa diantaranya :

- Menurut bahasa Inggris : paradigma berarti keadaan lingkungan


- Menurut bahasa Yunani : paradigma yakni para yang berarti disamping, di sebelah dan
dikenal sedangkan diegma suatu model, teladan, arketif dan diam
- Menurut kamus psikologi : paradigma diartikan sebagai berikut :
1. Satu model atau pola untuk mendemonstrasikan semua fungsi yang memungkinkan
dari apa yang tersajikan
2. Rencana riset berdasarkan konsep-konsep khusus, dan
3. Satu bentuk eksperimental

B. Pengertian Pancasila sebagai paradigma pembangunan bidang politik, ekonomi,


sosial, budaya, hukum, kehidupan antar umat beragama, dan iptek

1. Pancasila Sebagai Paradigma di Bidang Politik


Warga Indonesia sebagai warga negara harus ditempatkan sebagai subjek atau pelaku
politik bukan sekadar sebagai objek politik. Karena pancasila bertolak dari kodrat manusia
maka pembangunan politik harus dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia.

sistem politik Indonesia harus dikembangkan atas asas kerakyatan yaitu terletak pada sila
ke IV Pancasila. Pengembangan selanjutnya adalah sistem politik didasarkan pada asas-
asas moral daripada sila-sila pada pancasila. Oleh karena itu, secara berturut-turut sistem
politik Indonesia dikembangkan atas moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral
persatuan, moral kerakyatan, dan moral keadilan. Perilaku politik baik dari warga negara
maupun penyelenggara negara dikembangkan atas dasar moral tersebut sehingga
menghasilkan perilaku politik yang santun dan bermoral.
2. Pancasila Sebagai Paradigma di Bidang Hukum
Sistem ini pada dasarnya sesuai dengan nilai-nilai pancasila, di mana pemerintahan dari
rakyat (individu) memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam masalah pertahanan negara
dan bela negara. Pancasila sebagai paradigma pembangunan pertahanan keamanan telah
diterima bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam UU No. 3 Tahun 2002 tentang
pertahanan Negara.

Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada
falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia untuk menjamin keutuhan dan tetap
tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945.

Dengan ditetapkannya UUD I945 NKRI telah memiliki sebuah konstitusi, yang di
dalamnya terdapat pengaturan tiga kelompok materi-muatan konstitusi, yaitu:

(1) adanya perlindungan terhadap HAM,


(2) adanya susunan ketatanegaraan negara yang mendasar dan
(3) adanya pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang juga
mendasar sesuai dengan UUD 1945, yang di dalamnya terdapat rumusan
Pancasila, Pembukaan UUD 1945 merupakan bagian dai UUD 1945 atau
merupakan bagian dari hukum positif. Dalam kedudukan yang demikian, ia
mengandung segi positif dan segi negatif. Segi positifnya, Pancasila dapat
dipaksakan berlakunya (oleh negara); segi negatifnya, Pembukaan dapat
diubah oleh MPR sesuai dengan ketentuan pasal 37 UUD 1945.
3. Pancasila Sebagai Paradigma di Bidang Ekonomi
Sistem ekonomi yang mendasarkan pada moralitas dan humanistis akan menghasilkan
sistem ekonomi yang berperi kemanusiaan. Sistem ekonomi yang baik adalah sistem
ekonomi yang menghargai hakikat manusia, baik selaku makhluk individu, sosial, makhluk
pribadi maupun sebagai makhluk Tuhan. Sistem ekonomi yang berdasar pancasila berbeda
dengan sistem ekonomi liberal yang hanya menguntungkan individu-individu tanpa
perhatian pada manusia lain. Sistem ekonomi demikian juga berbeda degan sistem
ekonomi dalam sistem sosialis yang tidak mengakui kepemilikan individu.
Kebijakan ekonomi memiliki tujuan untuk men sejahterakan rakyat dan harus mampu
mewujudkan perekonomian nasional yang lebih berkeadilan bagi seluruh warga
masyarakat (tidak seperti selama orde baru yang telah berpihak pada ekonomi
besar/konglomerat). Politik

ekonomi kerakyatan lebih memberikan kesempatan, dukungan dan pengembangan


ekonomi rakyat yang mencakup koperasi, usaha kecil dan usaha menengah sebagai pilar
utama pembangunan ekonomi nasional Oleh sebab itu, perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

4. Pancasila Sebagai Paradigma di Bidang Sosial Budaya


Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistis karena memang pancasila]a bertolak dari
hakikat dan kedudukan kodrat manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana tertuang dalam sila
Kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena itu, pembangunan sosial budaya harus
mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia, yaitu mnenjadi manusia yang
berbudaya dan beradab. Pembangunan sosial budaya yang menghasilkan manusia-manusia
biadab, kejam, brutal dan bersifat anarkis jelas bertentangan dengan cita-cita menjadi
manusia adil dan beradab.

Manusia tidak cukup sebagai manusia secara fisik, tetapi harus mampu meningkatkan
derajat kemanusiaan nya Manusia harus dapat mengembangkan dirinya dari tingkat homo
menjadi human. Berdasar sila persatuan Indonesia, pembangunan sosial budaya
dikembangkan atas dasar penghargaan terhadap nilai sosial dan budaya-budaya yang
beragam di seluruh wilayah Nusantara menuju pada tercapainya rasa persatuan sebagai
bangsa.

Pembangunan nasional bidang kebudayaan, harus dilandasi dengan berpikir tentang


masalah persatuan dan kesatuan bangsa. Negara harus menjalankan pemerintahan yang
serba efektif harus menghilangkan mental birokrasi serta mau membangun sistem budaya
dalam hal norma maupun pengembangan iptek dengan melalukan pemberdayaan
kebudayaan lokal guna memfungsikan etos budaya bangsa yang majemuk. Kehidupan
setiap insan harus dipertahankan dengan baik dalam menghadapi segala tantangan dan
hambatan serta dapat membangun dirinya sendiri menjadi masyarakat yang berkeadilan,
demokrasi, inovatif, dan mencapai kemajuan kehidupan yang beradab.

5. Pancasila Sebagai Paradigma di Bidang Hubungan Antar Umat Beragama


Pada reformasi dewasa ini di beberapa wilayah Negara Indonesia terjadi konflik sosial
yang bersumber pada masalah SARA, terutama bersumber pada masalah agama. Hal ini
menunjukan kemunduran bangsa Indonesia ke arah kehidupan beragama yang tidak
berkemanusiaan. Oleh karena itu merupakan salah satu tugas berat bangsa Indonesia untuk
mengembalikan suasana kehidupan beraga yang penuh perdamaian, saling menghargai,
saling menghormati dan saling mencintai sebagai sesame umat manusia yang beradab.
Pancasila telah

Hal ini menunjukan bahwa dalam Negara Indonesia memberikan kebebasan atas
kehidupan beragama atau dengan lain perkataan menjamin atas demokrasi dibidang agama
Oleh karena itu kehidupan beragama dalam Negara Indonesia dewasa ini harus
dikembangkan ke arah terciptanya kehidupan bersama yang penuh toleransi, saling
menghargai berdasarkan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.

6. Pancasila Sebagai Paradigma di Bidang IPTEK


Kini ilmu pengetahuan bersama anaknya IPTEK, dengan temuan-temuannya melaju pesat,
mendasar, spektakuler. Iptek tidak lagi hanya sbg sarana kehidupan tetapi sekaligus sebagai
kebutuhan kehidupan manusia. Bersamaan dengan itu iptek telah menyentuh seluruh segi
dan sendi kehidupan, dan akan merombak budaya manusia secara intensif, yg berakibat
BAB 15

PANCASILA SEBAGAI PRADIGMA KEHIDUPAN DALAM MASYARAKAT


BERBANGSA DAN BERNEGARA

1. Pengertian Pancasila sebagai paradigma reformasi

2. Pancasila sebagai paradigma kehidupan kampus.

LATAR BELAKANG

Pancasila sebagai dasar Negara bangsa Indonesia hingga sekarang telah mengalami perjalanan
waktu yang tidak sebentar, dalam rentang waktu tersebut banyak hal atau peristiwa yang terjadi
menemani perjalanan Pancasila, sehingga berdirilah pancasila seperti sekarang ini di depan semua
bangsa Indonesia.

Mulai peristiwa pertama saat pancasila dicetuskan sudah menuai banyak konflik di internal para
pencetus nya hingga sekarang pun di era reformasi dan globalisasi Pancasila masih hangat
diperbincangkan oleh banyak kalangan berpendidikan terutama kalangan Politik dan mahasiswa.
Kebanyakan dari para pihak yang memperbincangkan masalah Pancasila adalah mengenai awal
dicetuskan nya Pancasila tentang sila pertama. Memang dari sejarah awal perkembangan bangsa
Indonesia dapat kita lihat bahwa komponen masyarakatnya terbentuk dari dua kelompok besar
yaitu kelompok agamais dalam hal ini didominasi oleh kelompok agama Islam dan yang kedua
adalah kelompok Nasionalis. Kedua kelompok tersebut berperan besar dalam pembuatan
rancangan dasar Negara kita tercinta ini.

Maka, setelah banyak aspek memperbincangkan pancasila sebagai dasar Negara. Sekarang
pancasila pun dijadikan bahan perbincangan sebagai prilaku yang digunakan di dalam kampus.
Dimana di dalam kampus tersebut akan terdidik dengan kepemimpinan pancasilan. Baik dalam
prilaku bergaul juga dalam proses belajar mengajar di dalamnya. Serta molekul-molekul yang
menjadi bagiannya.
A. Pengertian Pancasila sebagai paradigma reformasi

Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia oleh
karena itu Pancasila merupakan acuan dasar dalam perubahan yang akan dilakukan.
Gerakan reformasi itu sendiri dilakukan menuju keadaan yang lebih baik, perubahan yang
dilakukan harus mengarah pada kehidupan rakyat yang lebih baik dalam segala aspek.
Antara lain bidang ekonomi, sosial, budaya kehidupan keagamaan serta politik.

Reformasi pada prinsipnya suatu perbaikan yang berlandaskan kepada dasar nilai-nilai
ideal yang sebagaimana dicita-citakan rakyat. Dalam hal ini Pancasila sebagai ideologi
bangsa. Untuk itu reformasi dilaksanakan sesuai dengan Pancasila yang sebagaimana
mestinya di cita- citakan oleh bangsa Indonesia. Jika reformasi tidak sejalan atau tidak
sesuai dengan pancasila maka gerakan reformasi tersebut tidak akan berjalan dengan baik
karena tidak mempunyai landasan hukum dan tidak akan sesuai dengan cita-cita bangsa
dan mungkin saja akan bertentangan dengan ideologi bangsa ini. Maka rakyat Indonesia
sebaiknya menjadikan Pancasila sebagai aspek utama dalam kehidupan bermasyarakat dan
kehidupan bernegara oleh karena itu pengalamannya harus dimulai dari setiap warga
negara Indonesia dan dilakukan dalam berbagai hal termasuk dalam gerakan reformasi.

B. Pancasila sebagai paradigma kehidupan kampus.

Pembangunan di Bidang Pendidikan yang dilaksanakan atas falsafah Negara Pancasila


diarahkan untuk membentuk manusia-manusia pembangunan yang berjiwa Pancasila,
membentuk manusia-manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi disertai
budi pekerti yang luhur, mencintai bangsa dan negara dan mencintai sesama manusia.

Peranan perguruan tinggi dalam usaha pembangunan mempunyai tugas pokok


menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di atas perguruan tingkat menengah
berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia dengan cara ilmiah yang meliputi: pendidikan
dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, yang disebut Tri Darma
Perguruan Tinggi.
Peningkatan peranan Perguruan Tinggi sebagai satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi dalam usaha pembangunan selain diarahkan untuk menjadikan
Perguruan tinggi sebagai pusat pemeliharaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta seni, juga mendidik mahasiswa untuk berjiwa penuh pengabdian serta
memiliki tanggung jawab yang besar pada masa depan bangsa dan Negara, serta
menggiatkan mahasiswa, sehingga bermanfaat bagi usaha pembangunan nasional dan
pengembangan daerah.

Perlu diketahui, bahwa pendidikan tinggi sebagai institusi dalam masyarakat bukan lah
merupakan menara gading yang jauh dari kepentingan masyarakat, melainkan senantiasa
mengembangkan dan mengabdi kepada masyarakat. Maka menurut PP. No. 60 Th. 1999,
bahwa

Perguruan Tinggi mempunyai 3 tugas pokok, yaitu:

1. Pendidikan tinggi

2. Penelitian

3. Pengabdian terhadap masyarakat

Jadi, di Perguruan Tinggi atau yang biasa disebut dengan kampus, tidak hanya mengajar
akan tetapi mendidik. Dimana dengan didikan tersebut mahasiswa akan lebih didampingi
baik secara intelektual dan emosional. Contoh umumnya adalah bagaimana cara
mahasiswa bergaul dalam sehari-hari mereka dengan berpedoman pada pancasila.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.merdeka.com/jateng/kedudukan-dan-fungsi-pancasila-sebagai-dasar-
negara-perlu-diketahui-kln.html

https://bpip.go.id/berita/1035/859/pancasila-sebagai-sumber-dari-segala-sumber-
hukum-apa-
artinya.html#:~:text=Adapun%20fungsi%20Pancasila%20sebagai%20sumber,mengada
kan%20pilihan%20hukum%20di%20Indonesia

https://bpip.go.id/berita/1035/823/begini-hubungan-pancasila-dan-uud-
1945.html#:~:text=Antara%20Pancasila%20sebagai%20dasar%20negara,pokok%20dal
am%20Pembukaan%20UUD%201945.
https://www.academia.edu/5092517/PANCASILA_SEBAGAI_PARADIGMA_KEHIDUP
AN_DALAM_MASYARAKAT_BERBANGSA_DAN_BERNEGARA
https://www.boyyendratamin.com/2013/04/reformasi-hukum-tata-negara-dalam.html
https://media.neliti.com/media/publications/167257-ID-pelaksanaan-dan-penegakkan-
hak-asasi-man.pdf
http://repository.uinbanten.ac.id/2588/5/bab%203.pdf

Anda mungkin juga menyukai