Anda di halaman 1dari 5

ZIARAH MAKAM

(Kekuatan Spiritual Wasiat Maulanasyaikh)

Oleh : Khairi Habibullah

Ziarah makam/kuburan sempat dilarang Rasulullah SAW karena

khawatir menjadi sarana untuk menyekutukan Allah SWT. Namun Nabi

menganjurkannya lantaran mengandung banyak manfaat diantaranya bisa

melembutkan hati, mengingatkan kepada kematian, dan mempersiapkan

diri menuju alam akhirat.

Mengutip dari buku Doa-Doa Ketika Berziarah oleh Siti Nur Aidah

(2020: 2), ziarah kubur menurut Islam sebenarnya adalah salah satu

sarana agar seorang Muslim selalu beriman dan mengingat kematian.

Dengan ziarah kubur, umat Islam akan mengingat bahwa kematian itu

nyata adanya

Munculnya sebuah cerita yang diteruskan dari generasi ke generasi

baik secara tertulis maupun lisan adalah hal yang mendasar dari sebuah

tradisi, tanpa ada cerita maupun pengungkapan sejarah maka suatu tradisi

akan punah, begitu juga halnya dengan ziarah makam yang sudah menjadi

tradisi sejak dari zaman ke zaman, berziarah makam mengandung nilai


ibadah, Nabi Muhammad SAW menganjurkannya. sebagaimana sabda

Beliau yang mengatakan :

‫إني نهيتكم عن زيارة القبور فزوروها فإن فيها عبرة‬

Sesungguhnya dulu aku telah melarang kalian dari berziarah kubur, maka

sekarang ziarahilah kubur, sesungguhnya pada ziarah kubur itu ada

pelajaran (bagi yang hidup) (HR Ahmad, al-Hakim, dan al-Baihaqi).

Pengertian lain dari tradisi adalah segala sesuatu yang diwariskan

atau disalurkan dari masa lalu ke masa sekarang, Sumber tradisi pada

kehidupan bisa disebabkan karena sebuah ‘Urf (kebiasaan) menjadi

sebuah karya cipta manusia yang tidak bertentangan dengan inti ajaran

agama, tentunya Islam akan menjustifikasikannya.

Konsep tradisi akan melahirkan istilah tradisional. Tradisional

merupakan sikap mental dalam merespon berbagai persoalan dalam

masyarakat. Cara hidup tradisional di dalamnya terdapat metodologi yang

selalu berpegang teguh pada suatu nilai dan norma yang berlaku dalam

masyarakat, oleh sebab itu setiap tindakan dalam menyelesaikan

persoalan adalah berdasarkan tradisi.


lantas siapakah manusia yang hidup dalam sebuah tradisi?

Dalam katagori ini saya adalah bagian dari manusia yang diwariskan

sebuah tradisi oleh orang tua sejak dahulu, salah satunya adalah ziarah ke

makam para waliyullah keseluruh penjuru Lombok, tidak terkecuali makam

Selaparang, Bintaro, Sekarbela, Loang Baloq, Ali Batu, Batu Layar, dan

yang baru-baru ini sedang viral disebut dalam sebuah majelis oleh seorang

ustadz dengan sebutan lantang "Kuburan Tain Acong, Keramat Tain

Acong" Walaupun menurut klarifikasinya itu adalah kalimat kutipan (nukil)

dari salah seorang tuan guru sejak lama.

Muncul sebuah kebingungan dari benak kami, apakah makam yang

telah kami kunjungi dan anggap sebagai makam suci selama ini ternyata

tidak berbeda dengan kotoran binatang yang mengandung Na'jis.

Salah seorang Ulama' tersohor di pulau lombok yang bergelar

Pahlawan Nasional. Bapak Maulanasyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin

Abdul Majid puluhan tahun yang silam dalam wasiat renungan masanya

telah memberi jawaban terhadap persoalan ini, beliau menjawab dalam

wasiatnya yang berbunyi:


Aduh sayang
Ziarah Kubur dicapnya Kafir
Oleh Mereka yang Asyik Mengkafir
Qur'an hadis tidak difikir
"SEPERTI AIR JATUH DI PASIR"

Petikan wasiat tersebut menguatkan bahwa akan ada seseorang

dalam kaum yang akan menganggap bahwa ziarah makam adalah

dianggap kafir, lalu akankan ini kaum yang tertancap anak panah wasiat

sang pahlawan sulthonul Auliya' yang berasal dari lembah Rinjani. tentu

saja saya mempercayai itu sebab ulama merupakan jalan kita mengerti

bagaimana kekuasaan Allah, bagaimana keagungan Allah, sehingga kita

memahami apa yang seharusnya kita perbuat dan tinggalkan dalam

menjalani kehidupan di dunia ini.

Puluhan tahun yang silam, Maulana Syaikh TGKH. Muhammad

Zainuddin Abdul Madjid Al-Anfanany Al-Masyhur telah berpesan kepada

kita semua sebagai ummat muslim tentang arti pentingnya persatuan dan

kesatuan baik dalam beragama, bernegara, berorganisasi dan

menyampaikan da'wah. Bila persatuan bisa terwujud dengan baik, tentunya

keutuhan, persaudaraan, kesepakatan, dan perkumpulan akan terlahir

dengan baik pula, selaras dengan apa yang pernah beliau sampaikan

dalam bahasa sasak dikutip dari buku seberkas sinar dari Al-abror :
Endak me’ miak perpecahan lek paden baturme’ ,pade istiqomah
endakme’ ngajum kesugian kepinteranme’ doang. (Maulana Syaikh TGKH.
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Al-Anfanany. 14 Dsesember ’96)

(Jangan kamu buat perpecahan dengan sesama temanmu, Istiqomahlah

dalam berbuat kebaikan, janganlah kamu membanggakan kekayaan dan

kecerdasanmu saja)

Dapat diambil hikmah dari apa yang beliau sampaikan, janganlah

dengan ilmu yang kita miliki lalu kita meremehkan orang lain dan kita

merasa lebih baik. Selalu jaga hati, jauhilah bisikan setan yang merasa

kagum dengan diri sendiri. Setiap perkatan dan perbuatana adalah cermin

dari hati seseorang, manakala perkataan itu rusak maka rusak pula takaran

kebaikannya.

Wallahua’alam

Anda mungkin juga menyukai