Untuk memudahkan dalam mengkaji pemikiran para pendiri bangsa, kita akan mengulas
pokok-pokok pikiran 3 tokoh yang sudah populer; Mohammad Yamin, Soepomo, dan Ir.
Soekarno
Yamin menyampaikan pidato tentang lima poin yang menjadi dasar pembentukan negara
merdeka, yaitu:
1) Peri Kebangsaan;
2) Peri Kemanusiaan;
3) Peri Ketuhanan;
4) Peri Kerakyatan (poin empat ini memiliki anak poin lagi yaitu, permusyawaratan,
perwakilan, dan kebijakan);
5) Kesejahteraan Rakyat.
Dalam konsep tertulisnya, Mohammad Yamin menuliskan lima poin bagi Indonesia merdeka,
yaitu:
1) Persatuan,
2) Kekeluargaan,
3) Keseimbangan lahir dan batin,
4) Musyawarah,
5) Keadilan rakyat.
Dalam pidato ini, Soepomo juga menyebutkan mengenai aliran pikiran (staatsidee) Indonesia
nantinya, yaitu negara yang integralistik
1) Kebangsaan Indonesia.
2) Internasionalisme, atau peri-kemanusiaan.
3) Mufakat, atau demokrasi.
4) Kesedjahteraan sosial.
5) Ketuhanan Yang Maha Esa
Diskusi berlangsung alot ketika membahas bagaimana relasi agama dan negara. Beberapa
anggota BPUPK menghendaki bahwa dasar negara Indonesia harus berlandaskan Islam,
mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim. Akhirnya disepakatinya
rancangan asas atau dasar Indonesia Merdeka, yang diberi nama oleh Soekarno sebagai
Mukadimah, Moh. Yamin menyebutnya sebagai Piagam Jakarta.
Pancasila Sila ke-4 (Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan dan Perwakilan)
• Melakukan musyawarah untuk mendapatkan keputusan bersama.
• Mengikuti pemilihan kepala daerah, baik dari tingkat provinsi, kabupaten, hingga RT
dan RW.
• Menghargai masukan orang lain dan tidak memaksakan kehendak.
• Menghargai hasil musyawarah.
• Menjalankan hasil musyawarah dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab.
Peluang penerapan Pancasila merupakan kesempatan dan usaha mencapai persatuan dan
kesatuan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila.
• Di era globalisasi dan digital seperti sekarang, peluang penerapan Pancasila bisa
dilakukan menggunakan teknologi informasi. Berbagai bentuk media sosial
merupakan hasil dari kemajuan teknologi yang dapat digunakan untuk
mengkampanyekan perilaku yang bercermin pada Pancasila
• Contohnya bahan kampanye Indonesia kepada negara-negara lain di dunia seperti
kerukunan dalam keberagaman termasuk budaya lokal, dan produk lokal dari
Indonesia yang disebarluaskan melalui teknologi informasi.
Budaya Lokal adalah nilai-nilai lokal hasil budi daya masyarakat suatu daerah yang
terbantuk secara alami dan diperoleh melalui proses belajar dari waktu ke waktu. Budaya
lokal tersebut bisa berupa hasil seni, tradisi, pola pikir, atau hukum adat.
Beberapa contoh budaya lokal Indonesia yang diakui dunia melalui UNESCO adalah
Keris, Batik, Wayang, Angklung, Tari Saman, Pencak silat, dsb.
BAB 2: MATERI UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA INDONESIA
TAHUN 1945
KONSTITUSI
Konstitusi menunjuk pada hukum dasar yang menjadi pegangan dalam penyelenggaraan
suatu negara.
Tujuan konstitusi adalah memberikan pengawasan terhadap kekuasaan politik dan
memberikan batasan bagi pemerintah dalam menjalankan tugasnya.
Kedudukan konstitusi:
1. Konstitusi sebagai hukum dasar: merupakan dasar dalam pelaksanaan hukum
2. Konstitusi sebagai hukum tertinggi, berarti kedudukannya tertinggi dan tidak boleh
ada peraturan perundang-undangan yang menyalahi atau bertentangan dengan
konstitusi.
Fungsi konstitusi:
1. Menentukan dan membatasi kekuasaan negara.
2. Menjamin hak-hak asasi warga negara.
Perumusan dan Pengesahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
• Rancangan UUD dibahas oleh BPUPK pada sidang keduanya tanggal 10 sampai 16
Juli 1945
• Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945 disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945
Kewajiban merupakan sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab.
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia (UU Nomor 39 Tahun 1999)
Hak dan Kewajiban Warga negara diatur dalam UUD NRI Tahun 1945 Pasal 27-34
• Pasal 27: Hak Warga Negara dan Penduduk
• Pasal 28: Hak kemerdekaan berserikat, berkumpul dan mengutarakan pendapat
• Pasal 28 A: Hak untuk hidup
• Pasal 28 B: Hak Membentuk Keluarga
• Pasal 28 C: Hak Pengembangan Diri
• Pasal 28 D: Hak Jaminan, perlindungan Hukum dan Suaka Politik
• Pasal 28 E: Hak memeluk Agama, kepercayaan, dan berpendapat
• Pasal 28 F: Hak berkomunikasi dan memperoleh informasi
• Pasal 28 G: Hak Perlindungan Diri
• Pasal 28 H: Hak Kesejahteraan Diri
• Pasal 28 I: Hak Kemerdekaan hidup (tidak disiksa, didiskriminasi)
• Pasal 28 J: Kewajiban menghormati HAM orang lain
• Pasal 29: Hak dan Kewajiban Beragama
• Pasal 30: Hak dan Kewajiban Pertahanan dan Keamanan negraa (Bela Negara)
• Pasal 31: Hak dan Kewajiban Pendidikan
• Pasal 32: Hak dan Kewajiban dalam Kebudayaan
• Pasal 33: Hak dan Kewajiban Perekonomian
• Pasal 34: Hak dan Kewajiban Kesejahteraan Sosial
KEBEBASAN BERPENDAPAT
Pendapat secara umum diartikan sebagai buah gagasan atau buah pikiran.
Kebebasan berpendapat merupakan hak setiap warga negara untuk menyampaikan
pendapat di muka umum sebagai perwujudan dari Hak Asasi Manusia.
Kebebasan berpendapat harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab dan sesuai
dengan ketentuan perundnag-undangan yang berlaku.
Dasar Hukum Kebebasan Berpendapat dalam Konstitusi: Pasal 28 dan 28 E (3) UUD NRI
Tahun 1945
Bentuk-bentuk penyampaian pendapat di muka umum
• Unjuk rasa atau demonstrasi
• Pawai
• Rapat umum
• Mimbar bebas
Batasan kebebasan berpendapat juga diatur dalam UU RI No. 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana telah diubah dengan UU RI No. 19 Tahun
2019 tentang perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 atau yang dikenal
sebagai UU ITE.
Pelanggaran hak merupakan tindakan seseorang ataupun sekelompok orang, baik yang
disengaja maupun tidak disengaja yang secara hukum menghalangi, mengurangi, membatasi,
hingga mencabut hak seseorang.
Pengingkaran kewajiban adalah pola tindakan warga negara yang tidak melaksanakan
kewajiban sebagaimana mestinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Contoh Pelanggaran Hak: Penghilangan atas hak hidup seseorang, pelecehan, tindak
kekerasan, diskrimasi suku atau agama, pelarangan pembangunan rumah ibadah, aksi
terorisme dan lain sebagainya.
Contoh Pengingkaran Kewajiban: Mengingkari membayar pajak, mengingkari kewajiban
untuk pendidikan, mengingkari kewajiban untuk bela negara, aksi tawuran, kasus bullying,
dan lain sebagainya.
LINK UU ITE:
https://www.dpr.go.id/doksetjen/dokumen/-Regulasi-UU.-No.-11-Tahun-2008-Tentang-
Informasi-dan-Transaksi-Elektronik-1552380483.pdf
LINK UU PDP :
https://jdih.setkab.go.id/PUUdoc/176837/Salinan_UU_Nomor_27_Tahun_2022.pdf