Anda di halaman 1dari 21

Berbagai Rumusan Pancasila

a. Rumusan 1 (Mr. Moh. Yamin, secara lisan 29 Mei 1945)


1. Peri Kebangsaan.
2. Peri Kemanusiaan.
3. Peri Ketuhanan.
4. Peri Kerakyatan.
5. Kesejahteraan Rakyat (Keadilan Sosial).

b. Rumusan 2 (Mr. Moh. Yamin, secara tertulis 29 Mei 1945)


1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kebangsaan persatuan Indonesia.
3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

c. Rumusan 3 (Dr. Supomo, 31 Mei 1945)


1. Persatuan.
2. Kekeluargaan.
3. Keseimbangan Lahir dan Batin.
4. Musyawarah.
5. Keadilan Sosial.

c. Rumusan 4 (Ir. Soekarno, 1 Juni 1945)


1. Kebangsaan Indonesia.
2. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan.
3. Mufakat atau Demokrasi.
4. Kesejahteraan Sosial.
5. Ketuhanan Yang Maha Esa.

d. Rumusan 5 (Panitia 9/Piagam Jakarta, 22 Juni 1945)


1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

e. Rumusan 6 (Pembukaan UUD 1945, 18 Agustus 1945)


1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara berawal pada sidang Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).dr.Radjiman
Wedyodiningrat,selaku ketua BPUPKI pada awal sidang mengajukan suatu masalah sebagai
agenda sidang.Masalah tersebut adalah tentang suatu calon rumusan dasar negara Indonesia
yang akan dibentuk.Kemudian tampillah dalam sidang tersebut tiga orang pembicara,yaitu
Mr.Muhammad Yamin,Prof.Dr.Mr.Soepomo,dan Ir.Soekarno untuk memaparkan gagasannya
mengenai rumusan dasar negara Indonesia merdeka.

Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr.Muhammad Yamin mengemukakan pikirannya tentang dasar
negara,yang terdiri dari
:
1)Peri Kebangsaan;

2)Peri Kemanusiaan;

3)Peri Ketuhanan;

4)Peri Kerakyatan; dan

5)Kesejahteraan Rakyat.

Setelah berpidato,Mr.Muhammad Yamin menyampaikan usulan secara tertulis mengenai


rancangan Undang- Undang Dasar (UUD) Republik Indonesia.Dalam rancangan UUD itu
tercantum pula rumusan lima asas dasar negara sebagai berikut:

1)Ketuhanan Yang Maha Esa;

2)Kebangsaan Persatuan Indonesia;

3)Rasa Kemanusian yang Adil dan Beradab;

4)Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan; dan

5)Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Pada tanggal 31 Mei 1945 Prof.Dr.Mr.Soepomo tampil berpidato dihadapan sidang BPUPKI.
Dalam pidatonya itu beliau menyampaikan gagasannya mengenai lima dasar negara
Indonesia merdeka yang terdiri dari:

1)Persatuan;

2)Kekeluargaan;

3)Keseimbangan lahir batin;

4)Musyawarah; dan

5)Keadilan rakyat.
Pada tanggal 1 Juni 1945,Ir.Soekarno menyampaikan pidatonya di hadapan
sidang BPUPKI.Dalam pidato tersebut diajukan oleh Ir.Soekarno secara lisan usulan lima
asas sebagai dasar Negara Indonesia yang akan dibentuk,yang terdiri dari :

1)Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia;

2)Internasionalisme atau Perikemanusiaan;

3) Mufakat atau Demokrasi;

4)Kesejahteraan sosial; dan

5) Ketuhanan yang berkebudayaan.

Lima asas di atas oleh Ir.Soekarno diusulkan agar diberi nama Pancasila.
Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara selalu dilandasai semangat juang yang
tinggi.Semangat juang tersebut tertuang dalam nilai-nilai juang sebagai berikut:
Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;jiwa dan semangat merdeka;cinta tanah air dan
bangsa;harga diri yang tinggi sebagai bangsa yang merdeka;pantang mundur dan tidak kenal
menyerah;semangat persatuan dan kesatuan;semangat anti penjajah dan penjajahan;dan
sebagainya.

Perubahan Piagam Jakarta merupakan bentuk kebersamaan dalam proses


perumusan Pancasila.Sikap yang ditampilkan oleh para tokoh pendiri negara pada saat
merumuskan Pancasila diantaranya:
menghargai perbedaan pendapat;mengutamakan kepentingan bangsa dan negara;menerima
hasil keputusan bersama;dan mengutamakan persatuan dan kesatuan.

Perkembangan pancasila sebagai dasar negara

Sejak kelahirannya(1 Juni 1945) Pancasila adalah Dasar Falsafah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, atau lebih dikenal sebagai Dasar Negara (Philosofische groundslag).
Hal ini,dapat diketahui pada saat Soekarno diminta ketua Dokuritsu zyunbi Tyoosakai untuk
berbicara di depan sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia tanggal
1 Juni 1945,menegaskan bahwa beliau akan memaparkan dasar negara merdeka,sesuai
dengan permintaan ketua.
Menurut Soekarno,pembicaraan-pembicaraan terdahulu belum menyampaikan dasar
Indonesia Merdeka.Bahkan Soekarno menyatakan:

Philosofische Groundslag diatas mana kita mendirikan negara Indonesia,tidak lain adalah
Waltanschauung.
Bahkan Soekarno lebih menegaskan lagi Waltanschauung yang kita harapkan tidak lain
adalah persatuan philosofische graoundslag.
Untuk itu Soekarno menegaskan sebagai berikut:

Apakah itu?Pertama-tama,saudara-saudara,saya bertanya :


apakah kita hendak mendirikan Indonesia Merdeka untuk sesuatu orang,untuk sesuatu
golongan?Mendirikan negara Indonesia Merdeka yang namanya sajaja Indonesia
Merdeka,tetapi hanya untuk mengagungkan satu orang,untuk memberi kekuasaan pada satu
golongan yang kaya,untuk memberi pada satu golongan bangsawan ? Apakah maksud kita
begitu?Sudah tentu!
Baik saudara saudara yang bernama kaum kebangsaan yang disini,maupun saudara-saudara
yang dinamakan kaum Islam, semuanya telah mufakat,bahwa bukan negara yang demikian
itulah kita punya tujuan.Kita hendak mendirikan suatu negara buat semua Bukan buat satu
orang,bukan buat satu golongan,baik golongan bangsawan maupun golongan yang
kaya,tetapi semau buat semua.Inilah salah satu dasar pikiran yang akan saya
kupas lagi.Maka,yang selalu mendengung di dalam jiwa,bukan saja didalam beberapa hari
didalam sidang Dokuritsu zyunbi Tyoosakai ini,akan tetapi sejak tahun 1981,25 tahun
lebih,ialah:
dasar pertama, yang baik dijadikan dasar buat negara Indonesia,ialah dasar kebangsaan.
(sekretariat negara, 1995 : 71)

Paparan berikut Soekarno menyatakan filosofische principe yang kedua


adalah internasionalisme.Pada saat menegaskan pengertian internasionalisme,Soekarno
menyatakan bahwa internasionalisme bukanlah berarti kosmopolitisme, yang menolak
adanya kebangsaan,bahkan beliau menegaskan:

Internasionalisme tidak dapat hidup subur kalau tidak berakar didalam buminya
nasionalisme.Nasionalisme tidak dapat hidup subur,kalau tidak hidup dalam taman sarinya
internasionalisme.Seraya mengutip ucapan Gandhi,beliau menegaskan my nasionalisme is
humanity.
Pada saat menjelaskan prinsip dasar ketiga,Soekarno menyatakan bahwa negara Indonesia
adalah negara Semua buat semua,satu buat semua,semua buat satu, oleh karenanya saya
yakin bahwa syarat yang mutlak untuk kuatnya negara Indonesia ialah permusyawaratan
perwakilan.Demikian berikutnya untuk prinsip dasar yang keempat Soekarno mengusulkan
prinsip kesejahteraan ialah prinsip tidak akan ada kemiskinan didalam Indonesia merdeka.
Prinsip dasar kelima adalah prinsip Indonesia merdeka dengan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Pada kesempatan itu,Soekarno menjelaskan:

Prinsip-prinsip filsafati Pancasila sejak awal kelahirannya diusulkan sebagai dasar negara
(philosofische grondslag,Weltanschauung)Republik Indonesia,yang kemudian diberi status
(kedudukan) yang tegas dan jelas dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945(18 Agustus 1945 dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).

Generasi Soekarno-Hatta telah mampu menunjukkan keluasan dan kedalaman


wawasannya,dan dengan ketajaman intelektualnya telah berhasil merumuskan gagasan-
gagasan vital sebagaimana dicantumkan didalam pembukaan UUD 1945,dimana Pancasila
sebagai dasar negara ditegaskan dalam satu kesatuan integral dan integratif.Oleh karena itu
para tokoh menyatakan bahwa Pembukaan Undang-Undang 1945 merupakan sebuah
dokumen kemanusiaan yang terbesar dalam sejarah kontemporer setelah American
Declaration of Independent 1976.
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 nyaris sempurna,dengan nilai-nilai luhur yang
bersifat universal,oleh karenanya Pancasila merupakan dasar yang kekal dan abadi bagi
kehidupan bangsa Indonesia.

Semenjak ditetapkan sebagai dasar negara(oleh PPKI 18 Agustus 1945),Pancasila telah


mengalami perkembangan sesuai dengan pasang naiknya sejarah bangsa Indonesia.
(Koento Wibisono, 2001)memberikan tahapan perkembangan Pancasila sebagai dasar negara
dalam tiga tahap yaitu :
(1)tahap 1945-1968 sebagai tahap politis,
(2) tahap 1969-1994 sebagai tahap pembangunan ekonomi,dan
(3)tahap 1995-2020 sebagai tahap repositioning Pancasila.

Penahapan ini memang tampak berbeda lazimnya para pakar hukum ketatanegaraan
melakukan penahapan perkembangan Pancasila Dasar Negara yaitu :
(1)1945-1949 masa Undang-Undang Dasar 1945 yang pertama ;
(2)1949-1950 masa konstitusi RIS ;
(3)1950-1959 masa UUDS 1950 ;
(4)1959-1965 masa orde lama ;
(5)1966-1998 masa orde baru dan
(6)1998-sekarang masa reformasi.

Hal ini patut dipahami,karena adanya perbedaan pendekatan,yaitu dari segi politik dan dari
segi hukum.
Berdasarkan hal diatas perlunya reposisi Pancasila yaitu reposisi Pancasila sebagai dasar
negara yang mengandung makna Pancasila harus diletakkan dalam keutuhannya dengan
Pembukaan UUD 1945,dieksplorasikan pada dimensi-dimensi yang melekat padanya yaitu:

Realitasnya bahwa nilai-nilai yang terkandung didalamnya dikonkritisasikan sebagai


cerminan kondisi obyektif yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat,suatu rangkaian
nilai-nilai yang bersifat sein im sollen dan sollen im sein

Idealitasnya bahwa idelisme yang terkandung didalamnya bukanlah sekedar utopi tanpa
makna,melainkan diobyektifitasikan sebagai akta kerja untuk membangkitkan gairah dan
optimisme para warga masyarakat guna melihat hari depan secara prospektif menuju hari
esok yang lebih baik.

Fleksibilitasnya dalam arti bahwa Pancasila bukanlah barang jadi yang sudah selesai dan
dalam kebekuan dogmatis dan normatif,melainkan terbuka bagi tafsi-tafsir baru untuk
memenuhi kebutuhan zaman yang terus menerus berkembang,dengan demikian tanpa
kehilangan nilai hakikinya Pancasila menjadi tetap aktual,relevan serta fungsional sebagai
tiang-tiang penyangga bagi kehidupan bangsa dan negara dengan jiwa semangat Bhinneka
Tunggal Ika.

Reposisi Pancasila sebagai dasar negara harus diarahkan pada pembinaan dan pengembangan
moral,sehingga moralitas Pancasila dapat dijadikan dasar dan arah untuk mengatasi krisis dan
disintegrasi. Moralitas Pancasila harus disertai penegakkan (supremasi) hukum.

Peranan Pancasila Di Era Reformasi


.

1.Pancasila sebagai paradigma ketatanegaraan

Pancasila sebagai paradigma ketatanegaraan artinya pancasila menjadi kerangka berpikir atau
pola berpikir bangsa Indonesia,khususnya sebagai dasar negara ia sebagai landasa kehidupan
berbangsa dan bernegara.Ini berarti,bahwa setiap gerak langkah bangsa dan negara Indonesia
harus selalu dilandasi oleh sila-sila yang terdapat dalam Pancasila.Sebagai negara hukum
setiap perbuatan,baik dari warga masyarakat maupun dari pejabat-pejabat dan jabatan-jabatan
harus berdasarkan hukum,baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.Dalam kaitannya
dalam pengembangan hukum,Pancasila harus menjadi landasannya.Artinya hukum yang akan
dibentuk tidak dapat dan tidak boleh bertentangan dengan sila-sila Pancasila.
Sekurang-kurangnya, substansi produk hukumnya tidak bertentangan dengan sila-sila
Pancasila.

2.Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang sosial politik

Pancasila sebagai paradigma pembangunan bidang sosial politik mengandung arti bahwa
nilai-nilai Pancasila sebagai wujud cita-cita Indonesia merdeka di implementasikan sbb:

a.Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik,budaya, agama,dan


ekonomi dalam kehidupan sehari-hari.

b.Mementingkan kepentingan rakyat/demokrasi dalam pengambilan keputusan;

c.Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan konsep


mempertahankan kesatuan;

d.Dalam pelaksanaan pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan kemanusiaan


yang adil dan beradab;

e.Tidak dapat tidak,nilai-nilai keadilan,kejujuran(yang menghasilkan) dan toleransi


bersumber pada nilai ke Tuhanan Yang Maha Esa.

Iklan

Oleh karena itu, berikut adalah penjelasan mengenai fungsi-fungsi pancasila :


1. Sebagai Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
Dasar Negara di sini bisa juga diartikan sebagai dasar falsafah atau filosofi
Negara. Sedemikian sehingga Pancasila dalam hal ini digunakan sebagai dasar
untuk mengatur pemerintahan Negara. Dengan kata lain, Pancasila digunakan
sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan Negara yang sesuai dengan bunyi
dan isi yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

2. Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia


Dalam hal ini Pancasila berperan sebagai petunjuk hidup sehari-hari, yang juga
merupakan satu kesatuan yang tidak akan bisa dipisah-pisah antara satu dengan
yang lain. Artinya bersatu dalam satu Negara, yaitu Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).

3. Sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia


Fungsi yang satu ini dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk sikap mental
maupun tingkah lalu atau perilaku beserta amal perbuatan dari sikap mental
tersebut. Kepribadian yang dimaksudkan adalah ciri khas. Artinya suatu sikap
mental dan tingkah laku yang mempunyai ciri khas tersendiri sehingga mampu
dibedakan dengan bangsa lainnya di seluruh dunia. Itulah yang dinamakan
kepribadian.

4. Sebagai Jiwa Bangsa Indonesia


Dalam fungsi yang satu ini, Pancasila dijelaskan berdasarkan teori Von Savigny
yang artinya adalah setiap bangsa mempunyai jiwanya masing-masing yang
disebut dengan Volkgeist yang berarti jiwa bangsa atau jiwa rakyat. Itu berarti
bahwa Pancasila merupakan jiwa bangsa yang lahir bersamaan dengan adanya
atau terbentuknya bangsa Indonesia, yaitu pada zaman kerajaan Sriwijaya dan
Majapahit. Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Prof. Mr. A. G.
Pringgodigdo dalam tulisan beliau yang berjudul Pancasila. Dalam tulisan
tersebut, beliau juga menyebutkan bahwa hari lahir dengan istilah Pancasila pada
tanggal 1 Juni 1945. Sedangkan Pancasila sendiri sudah ada sejak adanya bangsa
Indonesia. Meskipun istilah atau nama Pancasila baru dikenal pada 1 Juni 1945
tadi.

5. Sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum


Ini artinya bahwa Pancasila merupakan sumber tertib hukum bagi Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sumber tertib hukum Indonesia tersebut
adalah pandangan hidup, kesadaran, cita-cita hukum beserta cita-cita moral yang
meliputi suasana kejiwaan dan watak bangsa Indonesia. Cita-cita yang dimaksud
adalah cita-cita mengenai kemerdekaan individu, kemerdekaan bangsa atau
Negara, perikemanusiaan, keadilan sosial, dan perdamaian Nasional yang
merupakan hak dan kewajiban warga negara. Sedangkan untuk cita-cita
hukum/politik ialah tentang sifat, bentuk dan tujuan Negara. Dan cita-cita moral
ialah tentang kehidupan rakyat yang terkait dengan keagamaan dan
kemasyarakatan.

6. Sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia


Perjanjian luhur di sini ialah menyangkut ikrar yang telah dibuat saat
memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia. Artinya disaat bangsa
Indonesia memutuskan untuk merdeka menjadi sebuah Negara pada tanggal 17
Agustus 1945. Meskipun pada saat itu bangsa Indonesia belum mempunyai
Undang-Undang Dasar secara tertulis. Tetapi baru pada keesokan harinya, yaitu 18
Agustus 1945, disahkan pembukaan dan batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945
oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). PPKI pada saat itu
merupakan wakil-wakil seluruh rakyat Indonesia yang mengesahkan perjanjian
luhur yang tertulis tersebut (UUD 1945) untuk membela Pancasila sebagai dasar
Negara selama-lamanya.

7. Sebagai Falsafah Hidup yang Mempersatukan Bangsa


Fungsi Pancasila di sini merupakan sarana atau alat yang sangat ampuh untuk
mempersatukan bangsa Indonesia agar tidak rerjadinya penyebab terciptanya
masyarakat majemuk dan multikultural . Hal ini dikarenakan Pancasila merupakan
falsafah hidup dan kepribadian bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai dan
norma-norma luhur serta diyakini paling benar, adil, bijaksana, dan tepat bagi
bangsa Indonesia untuk bisa mempersatukan seluruh rakyat Indonesia.

8. Sebagai Cita-Cita dan Tujuan Bangsa Indonesia


Sebagaimana kita ketahui bahwa cita-cita luhur bangsa Indonesia termuat tegas
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini dikarenakan pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan media penuangan jiwa proklamasi, yaitu
jiwa Pancasila yang tertulis di dalamnya, tepatnya pada alinea keempat.
Sedemikian sehingga Pancasila dapat dikatakan sebagai cita-cita dan tujuan
bangsa Indonesia. Cita-cita luhur inilah yang kelak akan dicapai oleh bangsa
Indonesia selaku bangsa atau Negara. (baca : manfaat UUD Republik Indonesia)

Adapun bunyi alinea keempat tersebut adalah Kemudian daripada itu untuk
membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia.

Sehingga dapat disimpulkan beberapa poin dari cita-cita dan tujuan bangsa yang
dimaksudkan, antara lain:

Membentuk suatu pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia


(NKRI) yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia. Melindungi segenap bangsa Indonesia artinya pemerintah akan
berupaya untuk melindungi seluruh bangsanya, baik secara internal maupun
eksternal.

Memajukan kesejahteraan umum. Umum tentu artinya bersama atau


semua. Artinya bahwa Negara Indonesia menginginkan kondisi dan situasi seluruh
rakyat yang adil, bahagia, makmur, dan sentosa.

Mencerdaskan kehidupan bangsa. Artinya bangsa Indonesia akan berupaya


agar seluruh rakyatnya menjadi cerdas, yaitu memiliki ilmu pengetahuan, pintar,
dan berintelektual yang tinggi. Karena majunya sebuah bangsa dapat dicapai
apabila rakyatnya sudah menjadi cerdas sebagaimana yang telah dijelaskan.

Ikut melaksanakan ketertiban dunia. Artinya adalah bangsa Indonesia akan


ikut serta dan berperan aktif dalam melaksanakan ketertiban dunia yang memiliki
landasan sebuah kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial sesama
bangsa dan Negara di seluruh dunia.

ads

9. Fungsi Pancasila sebagai Ideologi Bangsa Indonesia


Ideologi yang berarti ide atau gagasan merupakan seperangkat nilai yang diyakini
kebenarannya untuk suatu bangsa dan digunakan untuk menata masyarakat yang
ada di dalamnya. Oleh karena itu, Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia
merupakan kumpulan ide atau gagasan yang memiliki nilai dan diyakini
kebenarannya oleh bangsa Indonesia dan digunakan untuk menata masyarakat
yang ada di dalamnya. Contohnya adalah dari sektor ikatan budaya (cultural bond)
yang ada. (baca : macam macam ideologi)

Fungsi sebagai ideologi ini memiliki beberapa poin fungsi, diantaranya:

Memperkuat atau memperkokoh persatuan bangsa Indonesia. Hal ini


dikarenakan bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, yaitu terdiri dari
berbagai suku bangsa, budaya maupun bahasanya.

Mengarahkan bangsa Indonesia untuk menuju dan mencapai tujuannya,


menggerakkan serta membimbing bangsa Indonesia dalam melaksanakan
pembangunan Negara.

Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa sebagai suatu Negara


Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan juga sebagai suatu dorongan dalam
pembentukan karakter bangsa yang berdasarkan pada dasar Negara, yaitu
Pancasila.

Menjadi standar nilai dalam melakukan kritik maupun saran mengenai


keadaan, situasi maupun kondisi bangsa dan Negara.
Itulah Sembilan fungsi pokok secara umum dari Pancasila yang merupakan ciri
khas dan jati diri Indonesia sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun
sebenarnya masih ada penjelasan lainnya mengenai fungsi Pancasila yang secara
khusus dijelaskan tersendiri, yaitu Pancasila sebagai Ideologi Negara
sebagaimana telah disinggung secara umum pada poin fungsi nomor 9. Adapun
penjelasan secara khusus ini diambil dari sebuah buku berjudul Paradigma Baru
Pendidikan Kewarganegaraan Edisi Kedua karya Winarno yang diterbitkan oleh PT.
Bumi Aksara Jakarta pada tahun 2011, yaitu:

Pancasila sebagai Ideologi Negara


Pengertian Pancasila sebagai Ideologi Negara adalah nilai-nilai luhur yang
terkandung di dalam Pancasila menjadi cita-cita normatif dalam proses
penyelenggaraan Negara. Secara lebih luas, pengertian Pancasila sebagai
Ideologi Negara dapat diartikan sebagai visi atau arah dari penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, dengan terwujudnya suatu
kehidupan yang menjunjung tinggi ketuhanan, nilai kemanusiaan, kesadaran akan
kesatuan, berkerakyatan, dan menjunjung tinggi nilai keadilan, termasuk keadilan
sosial. Dalam artian semua nilai-nilai luhur Pancasila ada di dalamnya, di dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Ketetapan bangsa Indonesia tentang pancasila


Ketetapan bangsa Indonesia tentang Pancasila sebagai Ideologi Negara
tercantum dalam ketetapan MPR No. 18 tahun 1998 mengenai pencabutan dari
ketetapan MPR No. 2 tahun 1978 mengenai Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai
Dasar Negara. Hal itu dikuatkan pada Pasal 1 ketetapan MPR tersebut yang
menyatakan bahwa Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 ialah dasar negara dari negara NKRI yang harus dilaksanakan
secara konsisten dalam kehidupan bernegara. Dan juga dari ketetapan MPR
tersebut dapat kita ketahui bahwa di negara Indonesia, Pancasila memiliki
kedudukan sebagai ideologi nasional selain kedudukan utamanya sebagai dasar
negara. Hal ini menandakan bahwa Pancasila sebenarnya memiliki dua kedudukan
penting di negara Indonesia ini.

Sedemikian sehingga Pancasila sebagai Ideologi Negara dapat diartikan sebagai


cita-cita bernegara dan sarana untuk mempersatukan masyarakat Indonesia
memerlukan perwujudan yang konkret atau nyata, tidak sekedar teoritis, dan
operasional aplikatif. Sehingga tidak hanya dijadikan slogan belaka yang hanya
sekedar tulisan. Sebagaimana dalam ketetapan MPR No. 18 tahun 1998 dinyatakan
bahwa Pancasila perlu diamalkan dalam bentuk pelaksanaan yang konsisten
dalam kehidupan bernegara.
Fungsi Pancasila sebagai Ideologi Negara
Fungsi Pancasila sebagai Ideologi Negara Indonesia ini adalah sebagai sarana
untuk mempersatukan masyarakat sehingga dapat dijadikan prosedur atau tata
cara penyelesaian konflik. Hal ini dapat kita telusuri dari gagasan yang
dikemukakan oleh para pendiri negara Indonesia mengenai pentingnya mencari
nilai-nilai bersama yang bisa mempersatukan berbagai golongan di Indonesia,
entah budayanya, bahasanya maupun keyakinan atau agamanya.

Berikut adalah beberapa fungsi pancasila menurut para ahli :

1. Pada awalnya, konsep Pancasila dapat dipahami sebagai platform atau


tempat bersama bagi berbagai jenis ideologi politik yang berkembang pada saat
itu di Indonesia. Pancasila merupakan sarana yang bisa menjembatani perbedaan
ideologis di kalangan anggota Badan Penyelidikan Usaha-Usaha dan Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pancasila yang pada saat itu dikemukakan
oleh Ir. Soekarno dimaksudkan sebagai asas bersama dengan harapan bahwa
asas tersebut dapat mempersatukan kelompok-kelompok yang terdapat di negara
Indonesia dan mampu juga untuk menerima asas tersebut sebagai dasar.

2. Sedangkan menurut Adnan Buyung Nasution bahwa Pancasila sebagai


Ideologi Negara telah mengalami perubahan fungsi. Pancasila yang sebenarnya
dimaksudkan sebagai tempat berdemokrasi bagi semua golongan di Indonesia.
Fungsi awal yang merupakan sebagai platform bersama bagi ideology politik dan
aliran pemikiran diubah seiring perkembangan doktrinal Pancasila menjadi
ideologi yang komprehensif integral. Dalam artian bahwa Pancasila menjadi
ideologi yang khas, yang berbeda dengan ideologi lainnya.

3. Pernyataan Ir. Soekarno tentang Pancasila kian berkembang dan berbeda


dengan pernyataan yang disampaikan oleh Prof. Notonagoro yang menyatakan
bahwa pada mulanya Pancasila sebagai ideologi terbuka sebuah konsensus
politik, Pancasila berubah menjadi ideologi yang benar-benar komprehensif.
Interpretasi atau pandangan ini berkembang luas, masif bahkan monolitik pada
masa pemerintahan orde baru.

4. Sedemikian sehingga Pancasila dilihat dari sudut politik merupakan sebuah


konsensus politik, yaitu suatu persetujuan yang disepakati bersama oleh berbagai
golongan dan aliran pemikiran yang bersedia bersatu dalam negara kebangsaan
Indonesia. Istilah politiknya, Pancasila merupakan tempat bersama bagi
masyarakat Indonesia yang plural atau beragam. Sudut pandang dari segi politik
ini sangat penting bagi bangsa Indonesia sekarang ini. Jadi, perkembangan
Pancasila yang sebenarnya sebagai doktrin dan pandangan dunia yang khas tidak
akan menguntungkan jika dinilai dari tujuan mempersatukan bangsa.

Pengertian Pancasila
Pancasila sebagai Dasar Negara
Pengertian Pancasila ialah sebagai dasar negara seperti dimaksud dalam bunyi Pembukaan UUD
1945 Alinea IV(4) yang secara jelas menyatakan , ialah kurang lebih sebagai berikut

Kemudian dari pada itu untuk dapat membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia serta seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut dalam melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi serta keadilan sosial maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang suatu Dasar Negara Indonesia
yang berbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil serta beradab, Persatuan
Indonesia, serta Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, serta untuk mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Norma hukum pokok serta disebut pokok kaidah fundamental daripada suatu negara itu dalam hukum
mempunyai hakikat serta kedudukan yang tetap, kuat, dan tidak berubah bagi negara yang dibentuk.
Dengan kata lain, dengan jalan hukum tidak dapat diubah. Fungsi serta kedudukan Pancasila
sebagai pokok kaidah yang fundamental. Hal tersebut penting sekali dikarenakan UUD harus
bersumber serta berada di bawah pokok kaidah negara yang fundamental itu.

A.IDEOLOGI TERBUKA

Ideologi terbuka adalah ideologi yang tidak dimutlakkan. Ideologi ini


memiliki ciri sebagai berikut.
Merupakan kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat
(falsafah). Jadi bukan keyakinan ideologis sekelompok orang
melainkan kesepakatan masyarakat.
Tidak diciptakan oleh negara, tetapi ditemukan dalam
masyarakat sendiri, ia milik seluruh rakyat, dan bisa digali serta
ditemukan dalam kehidupan mereka.
Isinya tidak langsung operasional, sehingga setiap generasi
baru dapat dan perlu menggali kembali falsafah tersebut dan
mencari implikasinya dalam situasi kekinian mereka.
Tidak pernah membatasi kebebasan dan tanggung jawab
masyarakat, melainkan menginspirasi masyarakat untuk
berusaha hidup bertanggung jawab sesuai dengan falsafah itu.
Mengahargai pluralitas, sehingga dapat diterima masyarakat
yang berasal dari berbagai latar belakang budaya dan agama.
B.IDEOLOGI TERTUTUP

Ideologi tertutup adalah ideologi yang bersifat mutlak, ideologi ini


memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Bukan merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam
masyarakat, melainkan cita-cita sebuah kelompok yang
digunakan sebagai dasar untuk mengubah masyarakat.
Apabila kelompok tersebut berhasil menguasai negara,
ideologinya itu akan dipaksakan kepada masyarakat. Nilai-nilai,
norma-norma dan berbagai segi masyarakat akan diubah sesuai
dengan ideologi tersebut.
Bersifat Totaliter, artinya mencakup / mengurusi semua bidang
kehidupan. Karena itu ideologi tertutup ini cenderung cepat-cepat
berusaha menguasai bidang informasi dan pendidikan sebab
kedua bidang tersebut merupakan sarana efektif untuk
memengaruhi perilaku masyarakat.
Pluralisme pandangan dan kebudayaan ditiadakan, hak asasi
tidak dihormati.
Menuntut masyarakat untuk memiliki kesetiaan total dan
kesediaan untuk berkorban bagi ideologi tersebut.
Isi ideologi tidak hanya nilai-nilai dan cita-cita, tetapi juga
tuntutan konkret dan operasional yang keras,mutlak dan total.

Mendeskripsikan Pancasila sebagai


ideologi terbuka
1) Makna Ideologi Terbuka

Ideologi terbuka adalah ideologi yang mampu mengikuti perkembangan jaman dan
bersifat dinamis atau merupakan suatu sistem pemikiran terbuka yang
merupakan hasil konsensus dari masyarakat itu sendiri, nilai-nilai dari cita-
citanya tidak dipaksakan dari luar melainkan digali dan diambil dari suatu
kekayaan, rohani, moral dan budaya masyarakat itu sendiri.

2) Makna Pancasila sebagai Ideologi Terbuka

Sebagai ideologi Pancasila menjadi pedoman dan acuan bangsa Indonesia dalam
menjalankan aktivitas di segala bidang sehingga sifatnya harus terbuka, luwes
dan fleksibel tidak tertutup dan kaku melainkan harus mampu mengikuti
perkembangan jaman tanpa harus mengubah nilai-nilai dasarnya. Pancasila
memberikan orientasi ke depan dan selalu menyadari situasi kehidupan yang
sedang dihadapi dan akan dihadapi di era keterbukaan/globalisasi dalam segala
bidang.

3) Proses Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Negara

Dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan dibentuklah BPUPKI pada tanggal 28


Mei 1945, dan mengadakan sidang pertama pada tanggal 29 Mei 1 Juni 1945,
membahas tentang rumusan dasar negara. Tampil tiga tokoh.

1. Tanggal 29 Mei 1945 Moh. Yamin mengemukakan 5 dasar negara


Indonesia(dalam pidato)

Peri Kebangsaan

Peri Kemanusiaan

Peri Ke-Tuhanan

Peri Kerakyatan

Kesejahteraan rakyat

Pada akhir pidatonya beliau menyerahkan rancangan (tertulis)

1. Ke-Tuhanan Yang maha Esa

2. Kebangsaan Persatuan Indonesia

3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/ Perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia

2. Tanggal 31 Mei 1945 Prof. Dr. Supomo mengemukakan usulan dasar negara
Indonesia yaitu:

Persatuan

Kekeluargaan

Kesimbangan lahir dan batin

Musyawarah

Keadilan rakyat
3. Tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno menyampaikan pidatonya mengenai lima
hal yang menjadi dasar negara merdeka, yaitu:

Kebangsaan Indonesia

Internasionalisme atau kemanusiaan

Mufakat atau demokrasi

Kesejahteraan sosial

Ke-Tuhanan yang berkebudayaan

Pendapat ketiga tokoh dibahas oleh Panitia Sembilan tanggal 22 Juli 1945 dan
menghasilkan rumusan yang menggambarkan maksud dan tujuan pembentukan
negara Indonesia merdeka yang terkenal dengan nama Piagam Jakarta atau
Jakarta Charter.

Sidang kedua BPUPKI pada tanggal 10 17 Juli 1945 menerima laporan Panitia
Sembilan tentang isi Piagam Jakarta, membahas rancangan Pembukaan UUD
1945 dan tugasnya selesai BPUPKI dibubarkan.

Pada tanggal 7 Agustus 1945 dibentuk PPKI dan mengadakan sidang pada tanggal
18 Agustus 1945 setelah melalui perdebatan yang sengit akhirnya menerima
perubahan Piagam Jakarta menjadi Pembukaan UUD45 dengan rumusan
Pancasila sebagai berikut:

Ke-Tuhanan Yang Maha Esa

Kemanusiaan yang adil dan beradab

Persatuan Indonesia

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan perwakilan

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Kemudian mengesahkan UUD 1945, mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden


dan Moh. Hatta sebagai wakil presiden, sebelum MPR/DPR terbentuk tugas
presiden dibantu oleh KNIP.

4) Fungsi Pokok Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Negara

Pancasila sebagai dasar negara dijadikan sebagai landasan setiap aspek


penyelenggaraan negara, termasuk segala peraturan perundangan dalam negara,
pemerintahan dan aspek-aspek kenegaraan lainnya.

Sedangkan sebagai ideologi negara, dasar, pandangan bagi sistem kenegaraan


untuk seluruh rakyat Indonesia.
Selain itu, Pancasila sebagai ideologi negara memiliki 4 fungsi pokok yaitu:

Mempersatukan bangsa, memelihara dan mengukuhkan persatuan dan


kesatuan

Membimbing dan mengarahkan bangsa menuju tujuannya

Memberikan tekad untuk memelihara dan mengembangkan identitas


bangsa

Pancasila menjadi ukuran untuk melakukan kritik mengenai keadaan


bangsa dan negara

Pancasila Sebagai Sumber Nilai


Author: Rahmat Fauzi | Posted at: 11:11 AM | Filed Under: Kewarganegaraan |

Tulisan yang berhubungan


warganegaraan

Globalisasi Perekonomian

Globalisasi

Sistem Pemerintahan

Pancasila Sebagai Sumber Nilai

Pengertian Nilai

Pancasila

Silabus PKn SMA

Diterimanya pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional membawa konsekuensi logis

bahwa nilai-nilai pancasila dijadikan landasan pokok, landasan fundamental bagi penyelenggaraan

negara Indonesia. Pancasila berisi lima sila yang pada hakikatnya berisi lima nilai dasar yang
fundamental. Nilai-nilai dasar dari pancasila tersebut adalah nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, Nilai

Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, nilai Persatuan Indonesia, nilai Kerakyatan yang dipimpin

oleh hikmat kebijaksanaan dalan permusyawaratan/perwakilan, dan nilai Keadilan sosial bagi

seluruh rakyat indonesia. Dengan pernyataan secara singkat bahwa

nilai dasar Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan,

dan nilai keadilan.

1. Makna Nilai dalam Pancasila

a. Nilai Ketuhanan

Nilai ketuhanan Yang Maha Esa Mengandung arti adanya pengakuan dan keyakinan bangsa

terhadap adanya Tuhan sebagai pancipta alam semesta. Dengan nilai ini menyatakan bangsa

indonesia merupakan bangsa yang religius bukan bangsa yang ateis. Nilai ketuhanan juga memilik

arti adanya pengakuan akan kebebasan untuk memeluk agama, menghormati kemerdekaan

beragama, tidak ada paksaan serta tidak berlaku diskriminatif antarumat beragama.

b. Nilai Kemanusiaan

Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran sikap dan perilaku sesuai

dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan hati nurani dengan

memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya.

c. Nilai Persatuan

Nilai persatuan indonesia mengandung makna usaha ke arah bersatu dalam kebulatan rakyat

untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Persatuan

Indonesia sekaligus mengakui dan menghargai sepenuhnya terhadap keanekaragaman yang

dimiliki bangsa indonesia..

d. Nilai Kerakyatan

Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan

mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara

musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga perwakilan.

e. Nilai Keadilan

Nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengandung makna sebagai dasar sekaligus

tujuan, yaitu tercapainya masyarakat Indonesia Yang Adil dan Makmur secara lahiriah atauun

batiniah. Nilai-nilai dasar itu sifatnya abstrak dan normatif. Karena sifatnya abstrak dan normatif,

isinya belum dapat dioperasionalkan. Agar dapat bersifat operasional dan eksplisit, perlu

dijabarkan ke dalam nilai instrumental. Contoh nilai instrumental tersebut adalah UUD 1945 dan

peraturan perundang-undangan lainnya. Sebagai nilai dasar, nilai-nilai tersebut menjadi sumber

nilai. Artinya, dengan bersumber pada kelima nilai dasar diatas dapat dibuat dan dijabarkan nilai-

nilai instrumental penyelenggaraan negara Indonesia.


2. Nilai Pancasila menjadi Sumber Norma Hukum

Upaya mewujudkan Pancasila sebagai sumber nilai adalah dijadikannya nilai nilai dasar menjadi

sumber bagi penyusunan norma hukum di Indonesia. Operasionalisasi dari nilai dasar pancasila itu

adalah dijadikannya pancasila sebagai norma dasar bagi penyusunan norma hukum di Indonesia.

Negara Indonesia memiliki hukum nasional yang merupakan satu kesatuan sistem hukum. Sistem

hukum Indonesia itu bersumber dan berdasar pada pancasila sebagai norma dasar bernegara.

Pancasila berkedudukan sebagai grundnorm (norma dasar) atau staatfundamentalnorm (norma

fondamental negara) dalam jenjang norma hukum di Indonesia.

Nilai-nilai pancasila selanjutnya dijabarkan dalam berbagai peraturan perundangam yang ada.

Perundang-undangan, ketetapan, keputusan, kebijaksanaan pemerintah, program-program

pembangunan, dan peraturan-peraturan lain pada hakikatnya merupakan nilai instrumental

sebagai penjabaran dari nilai-nilai dasar pancasila.

Sistem hukum di Indonesia membentuk tata urutan peraturan perundang-undangan.

Tata urutan peraturan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam ketetapan MPR

No. III/MPR/2000 tentang sumber hukum dan tata urutan perundang-undangan sebagai

berikut.

a. Undang-Undang Dasar 1945

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

c. Undang-undang

d. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu)

e. Peraturan Pemerintah

f. Keputusan Presiden

g. Peraturan Daerah

Dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang pembentukan Peraturan

perundang-undangan juga menyebutkan adanya jenis dan hierarki peraturan

perundang-undangan sebagai berikut:

a. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

b. Undang-undang/peraturan pemerintah pengganti undang-undang (perpu)

c. Peraturan pemerintah

d. Peraturan presiden

e. Peraturan daerah.

Pasal 2 Undang-undang No. 10 Tahun 2004 menyatakan bahwa Pancasila merupakan sumber dari

segala sumber hukum negara. Hal ini sesuai dengan kedudukannya sebagai dasar (filosofis)

negara sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945

Alinea IV.
3. Nilai Pancasila menjadi Sumber Norma Etik

Upaya lain dalam mewujudkan pancasila sebagai sumber nilai adalah dengan menjadikan nilai

dasar Pancasila sebagai sumber pembentukan norma etik (norma moral) dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai pancasila adalah nilai moral. Oleh karena itu,

nilai pancasila juga dapat diwujudkan kedalam norma-norma moral (etik). Norma-norma etik

tersebut selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam bersikap dan

bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bangsa indonesia saat ini sudah

berhasil merumuskan norma-norma etik sebagai pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku.

Norma-norma etik tersebut bersumber pada pancasila sebagai nilai budaya bangsa. Rumusan

norma etik tersebut tercantum dalam ketetapan MPR No. VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan

Berbangsa, Bernegara, dan Bermasyarakat.

Ketetapan MPR No. VI/MPR/2001 tentang etika Kehidupan Berbangsa, bernegara, dan

bermasyarakat merupakan penjabaran nilai-nilai pancasila sebagai pedoman dalam

berpikir, bersikap, dan bertingkah laku yang merupakan cerminan dari nilai-nilai

keagamaan dan kebudayaan yang sudah mengakar dalam kehidupan bermasyarakat

a. Etika Sosial dan Budaya

Etika ini bertolak dari rasa kemanusiaan yang mendalam dengan menampilkan kembali sikap

jujur, saling peduli, saling memahami, saling menghargai, saling mencintai, dan tolong menolong

di antara sesama manusia dan anak bangsa. Senafas dengan itu juga menghidupkan kembali

budaya malu, yakni malu berbuat kesalahan dan semua yang bertentangan dengan moral agama

dan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Untuk itu, perlu dihidupkan kembali budaya keteladanan yang

harus dimulai dan diperlihatkan contohnya oleh para pemimpin pada setiap tingkat dan

lapisan masyarakat.

b. Etika Pemerintahan dan Politik

Etika ini dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, efisien, dan efektif;

menumbuhkan suasana politik yang demokratis yang bercirikan keterbukaan, rasa tanggung

jawab, tanggap akan aspirasi rakyat; menghargai perbedaan; jujur dalam persaingan;

ketersediaan untuk menerima pendapat yang lebih benar walau datang dari orang per orang

ataupun kelompok orang; serta menjunjung tinggi hak asasi manusia. Etika pemerintahan

mengamanatkan agar para pejabat memiliki rasa kepedulian tinggi dalam memberikan pelayanan

kepada publik, siap mundur apabila dirinya merasa telah melanggar kaidah dan sistem nilai

ataupun dianggap tidak mampu memenuhi amanah masyarakat, bangsa, dan

negara.
c. Etika Ekonomi dan Bisnis

Etika ekonomi dan bisnis dimaksudkan agar prinsip dan perilaku ekonomi, baik oleh pribadi,

institusi maupun pengambil keputusan dalam bidang ekonomi, dapat melahirkan kiondisi dan

realitas ekonomi yang bercirikan persaingan yang jujur, berkeadilan, mendorong berkembangnya

etos kerja ekonomi, daya tahan ekonomi dan kemampuan bersaing, serta terciptanya suasana

kondusif untuk pemberdayaan ekonomi rakyat melalui usaha-usaha bersama secara

berkesinambungan. Hal itu bertujuan menghindarkan terjadinya praktik-praktik monopoli,

oligopoli, kebijakan ekonomi yang bernuansa KKN ataupun rasial yang berdampak negatif

terhadap efisiensi, persaingan sehat, dan keadilan; serta menghindarkan perilaku menghalalkan

segala cara dalam memperoleh keuntungan.

d. Etika Penegakan Hukum yang Berkeadilan

Etika penegakan hukum dan berkeadilan dimaksudkan untuk menumbuhkan keasadaran bahwa

tertib sosial, ketenangan, dan keteraturan hidup bersama hanya dapat diwujudkan dengan

ketaatan terhadap hukum dan seluruh peraturan yang ada. Keseluruhan aturan hukum yang

menjamin tegaknya supremasi hukum sejalan dengan menuju kepada pemenuha rasa keadilan

yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat.

e. Etika Keilmuan dan Disiplin Kehidupan

Etika keilmuan diwujudkan dengan menjunjung tingghi nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi

agar mampu berpikir rasional, kritis, logis dan objektif. Etika ini etika ini ditampilkan secara

pribadi dan ataupun kolektif dalam perilaku gemar membaca, belajar, meneliti, menulis,

membahas, dan kreatif dalam menciptakan karya-karya baru, serta secara bersama-sama

menciptakan iklim kondusif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan adanya

etika maka nilai-nilai pancasila yang tercermin dalam norma-norma etik kehidupan berbangsa dan

bernegara dapat kita amalkan. Untuk berhasilnya perilaku bersandarkan pada norma-norma etik

kehidupan berbangsa dan bernegara, ada beberapa hal yang perlu dilakukan sebagai berikut. a.

Proses penanaman dan pembudayaan etika tersebut hendaknya menggunakan bahasa agama dan

bahasa budaya sehingga menyentuh hati nurani dan mengundang simpati dan dukungan seluruh

masyarakat. Apabila sanksi moral tidak lagi efektif,

langkah-langkah penegakan hukum harus dilakukan secara tegas dan konsisten.

b. Proses penanaman dan pembudayaan etika dilakukan melalui pendekatan komunikatif, dialogis,

dan persuasif, tidak melalui pendekatan cara indoktrinasi.

c. Pelaksanaan gerakan nasional etika berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat secara sinergik

dan berkesinambungan yang melibatkan seluruh potensi bangsa, pemerintah ataupun masyarakat.
d. Perlu dikembangkan etika-etika profesi, seperti etika profesi hukum, profesi kedokteran, profesi

ekonomi, dan profesi politik yang dilandasi oleh pokok-pokok etika ini yang perlu ditaati oleh

segenap anggotanya melalui kode etik profesi masing-masing.

e. Mengkaitkan pembudayaan etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat sebagai

bagian dari sikap keberagaman, yang menempatkan nilai-nilai etika kehidupan berbangsa,

bernegara, dan bermasyarakat di samping tanggung jawab kemanusiaan juga sebagai bagian

pengabdian pada Tuhan Yang MahaEsa.

Anda mungkin juga menyukai