Anda di halaman 1dari 9

Tata cara menguburkan jenazah :

a. Setelah sampai ke tempat pemakaman, keranda jenazah diletakkan di arah liang lahat,
lubang kubur dipayungi kain.
b. Dua orang turun ke liang lahat untuk menerima jenazah
c. Jenazah dimasukkan ke dalam kubur sambil membaca doa :
Bismillahi ‘alaa millati rasuulillahi
d. Jenazah dimiringkan kea rah kiblat, diganjal dengan bola tanah pada hati, punggung dan
kepala agar jenazah tetap miring.
e. Melepaskan tali-tali kafan kafan yang menutupi telinga dibuka, dan telinga menempel
ketanah.
f. Jenazah diazani, sebagian ulama berpendapat tidak diazani.
g. Lubang kubur ditutup dengan papan, kemudian ditutup dengan tanah. Beri tanda batui atau
kayu, dan doakan jenazah agar diampuni dosanya.

A. Menguburkan Jenazah
Setelah selesai menyalatkan, hal terakhir yang harus dilakukan adalah menguburkan
atau memakamkan jenazah. Tata cara pemakaman atau penguburan tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Tanah yang telah ditentukan sebagai kuburan digali dan dibuatkan liang lahat
sepanjang badan jenazah. Dalamnya tanah dibuat kira-kira setinggi orang ditambah
setengah lengan dan lebarnya kira kira satu meter, didasar lubangya dibuat miring
lebih dalam kearah kiblat. Maksudnya adalah agar jasad tersebut tidak mudah
dibongkar binatang
2. Setelah sampai di tempat pemakaman, jenazah dimasukkan kedalam liang lahat
dengan posisi miring dan menghadap kiblat. Pada saat meletakkan jenazah,
hendaknya dibacakan lafaz-lafaz sebagai berikut
‫ﺒﺳﻢﺍﷲﻮﻋﻠﻰﻤﻠﺔﺮﺳﻮﻞﺍﷲﺮﻮﺍﻩﺘﺮﻤﺫﻮﺍﺒﻮﺪﺍﻮﺪ‬
Artinya : “Dengan nama Allah danatas agama rasulullah.” (HR Turmuzi dan abu
daud
3. Tali-tali pengikat kain kafan dilepas, pipikanan dan ujung kaki ditempelkan pada
tanah. Setelah itu jenazah ditutup dengan papan kayu atau bambu. Diatasnya
ditimbun dengan tanah sampai galian liang kubur itu rata. Tinggikan kubur itu dari
tanah biasa sekitar satu jengkal dan diatas kepala diberi tanda batu nisan
4. Setelah selesai menguburkan, dianjurkan berdoa, mendoakan dan memohonkan
ampunan untuk jenazah. Hadis nabi Muhammad SAW berbunyi yang artinya
: “Dari Usman menceritakan bahwa nabi Muhammad SAW apabila telah selesai
menguburkan jenazah, beliau berdiri diatasnya dan bersabda mohonkanlah ampun
untuk saudaramu dan mintakanlah untuknya supaya diberi ketabahan karena
sesungguhnya sekarang ia sedang ditanya.” (HR Abu Daud dan Hakim)
Tata krama yang sebaiknya dilakukan ketika akan menguburkan jenazah
antara lain mengiringi jenazah dengan diam sambil berdoa, tidak turut mengiringi,
kecuali juka memungkinkan bagi perempuan, membaca salam ketika masuk
pemakaman. Tidak duduk hingga jenazah diletakkan, membuat lubang kubur yang
baik dan dalam, orang yang turun ke dalam kubur bukan orang yang berhadas besar,
tidak mengubur pada waktu yang terlarang, tidak meninggikan tanah kuburan
terlalu tinggi, tidak duduk diatas kuburan, dan tidak berjalan jalan diantara kuburan

Mempersiapkan Liang Kubur


Sebelum melakukan penguburan jenazah maka yang harus dilakukan adalah mempersiapkan liang kubur
untuk mayit. Hal-hal tersebut harus dilakukan sebagai berikut:

1. Menggali Liang Kubur secara Dalam

Liang kubur digali dengan dalam pada tanah yang kuat. Tujuan dibuat dalam adalah agar saat mayit
yang membusuk di dalamnya tidak tercium bau jasad dan aman dari gangguan hewan pemakan bangkai.
Selain itu juga menghindari binatang buas dan longsor yang membuat tergerus oleh aliran air yang
mengalir

2. Bentuk Liang Kubur

Bentuk liang kubur adalah berupa lahad yaitu liang yang khusus dibuat di dasar kubur. Lahad ini
menghadap ke kiblat dan berada di pinggir untuk meletakkan jenazah. Liang ini dibuat khusus di dasar
kubur pada bagian tengah.

3. Kuburan di Penguburan Muslim


Idealnya mayit muslim dikubur di tempat penguburan yang memang khusus muslim. Namun apabila tidak
terdapat penguburan muslim dan darurat harus dilakukan penguburan segera, tidak masalah asalkan tata
cara penguburan tetap sesuai muslim.

4. Waktu Penguburan Jenazah

Waktu penguburan juga perlu untuk diperhatikan. Karena akan berefek kepada para panitia penguburan
dan proses penguburan. Waktu yang tidak disarankan untuk mengubur adalah :

 Saat matahari terbit hingga naik


 Saat matahari di tengah-tengah
 Saat matahari hampir terbenam dan hingga benar-benar terbenam

5. Penutup Lubang Kubur

Penutup lubang kubur tentu harus yang kuat dan menggunakan kayu yang kuat juga. Ditambah juga
bambu dan batu untuk menyangga sehingga tanah tidak mudah longsor ke bawah. Selain itu keranda
mayit atau jenazah juga harus tertutup rapat dan sederhana saja. Dalam islam tidak di syariatkan soal
keranda yang mewah apalagi menggunakan berbagai perhiasan. Karena sejatinya menghadap Allah
kembali adalah membawa amalan bukan membawa harta dunia.

Membawa dan Mengiringi Jenazah ke Kubur


Selain mempersiapkan liang kubur, maka keluarga atau kerabat mayit juga harus mempersiapkan diri
untuk membawa dan mengiringi jenazah. Untuk itu berikut adalah cara membawa dan mengiri jenazah
hingga ke kubur.

1. Mengiring Jenazah dengan Khusuk

Orang orang terdekat, keluarga, dan kerabat dianjurkan untuk ikut mengiring jenazah dari setelah
pemandian menuju ke kuburan. Hal ini adalah proses terakhir keluarga untuk mendampingi mayit menuju
ke tempat berpulang akhirnya. Saat mengiringi jenazah tentu tidak bersikap sambil senda gurau atau
bersuara. Termasuk tidak dianjurkan juga untuk berzikir atau membaca Al-Quran.

2. Pengiring Jenazah

Pengiring jenazah yang mengantar dengan berjalan kaki berada di sekitar mayit dan yang menggunakan
kendaraan berada di belakang iringan mayit. Jika kendaraan yang lewat, maka didahulukan untuk
jenazah yang lewat. Untuk para pengiring jenazah juga tidak dianjurkan untuk duduk terlebih dahulu
sebelum jenazah diturunkan dari pundak pembawanya.

Saat memasuki kuburan pengiring pun juga harus mengucapkan salam dan melepaskan alas kaki.
Bacaan yang diucapkan adalah “assala-mu „alaikum da-ra qoumin mu‟mini-na wa inn aissya- allo-hu la-
khiqu-n. Allohumma la-takhrimna-ajrohum wala taftinna-badahum”.

Artinya: “Semoga kedamaian tercurah kepadamu, wahai perumahan orang-orang yangMukmin. Dan
insya Allah, kami akan menyusul kamu sekalian. Ya Allah,janganlah Engkau menjauhkan kami dari
pahala mereka dan janganlah Engkautimbulkan fitnah kepada kami, sepeninggal mereka”
Bisa juga membaca “assala-mu „alaikum ahlad diyari minal mu‟mini-na walmuslimin, wa inna- insya- allo-
hu bikum la-khiqu-n. Nasalullo-ha lana wa lakumul „afiyah”

3. Memasukkan ke dalam Kubur

Adanya dua atau tiga orang yang terdekat dari keluarga mayit memasukkan mayit ke dalam kubur
dengan berdiri untuk menerima jenazah yang akan dikuburkan. Keluarga yang memasukkan diusahakan
adalah mereka yang saat malam harinya tidak berjunub. Jenazah dikuburkan dari arah kaki kubur dan
mendahulukan kepala sambil membaca “Bismillahi Wa Ala Millati Rasulullah” yang artinya “Dengan
Nama Allah dan atas agama Rasulullah”.

4. Posisi Mayit saat Dimasukkan ke Kubur

Khusus untuk jenazah perempuan maka dibentangkan kain di atas liang kubur. Untuk mayit baik laki laki
atau perempuan maka dimiringkan ke sisi kanan dan menghadap kiblat. Tidak lupa melepas tali-tali dan
membuka kain yang menutupi pipi serta jari-jari kaki sehingga bisa menempel ke tanah.

5. Proses Penutupan Kuburan

Saat proses menutup kuburan maka digunakan dengan papan kayu atau bambu, lempeng, dengan
memberikan rongga yang cukup di lubangnya. Selain itu juga menimbun liang kubur dengan tanah yang
ditinggikan satu jengkal. Setelah selesai maka dipasang juga batu, kayu, atau bambu pada arah kepala
tanpa diberi identitas apapun. Jika sudah selesai, pengiring jenazah dan para pengantar jenazah dapat
menyaksikan penguburan sambil menaburkan tanah ke atas kuburan sebanyak tiga kali.

6. Larangan yang Berkaitan dengan Proses Penguburan

Ada beberapa larangan yang berkaitan dengan proses penguburan. Hal-hal ini tentu harus diperhatikan
oleh para pantia dan pengiring jenazah.

 Meninggikan timbunan kuburan lebih dari satu jengkal di atas permukaan tanah.
 Menembok kuburan dan menjadi bangunan
 Menulisi kuburan dengan berbagai tulisan
 Duduk di atas Kuburan
 Menjadi kuburan sebagai bangunan masjid
 Berjalan di atas kuburan tanpa menggunakan alas kaki
 Melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menjurus ke arah syirik dan takhayul, meminta doa pada
mayit, dan mistis

Hal-hal tersebut harus diperhatikan dan jangan sampai ketika berziarah dapat menjadikan seorang
muslim terlalu sedih atau terbawa perasaan yang hanyut. Selain itu umat islam juga bisa mempersiapkan
pengetahuan mengenai Hukum ziarah kubur dalam islam , Shalat Jenazah, dan Adab Ziarah Kubur.

C. TATA CARA MENGUBURKAN JENAZAH


Disunnahkan membawa jenazah dengan usungan jenazah yang di panggul di atas pundak dari
keempat sudut usungan.

Disunnahkan menyegerakan mengusungnya ke pemakaman tanpa harus tergesa-gesa. Bagi para


pengiring, boleh berjalan di depan jenazah, di belakangnya, di samping kanan atau kirinya. Semua
cara ada tuntunannya dalam sunnah Nabi.

Para pengiring tidak dibenarkan untuk duduk sebelum jenazah diletakkan, sebab Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarangnya.

Disunnahkan mendalamkan lubang kubur, agar jasad si mayit terjaga dari jangkauan binatang
buas, dan agar baunya tidak merebak keluar.

Lubang kubur yang dilengkapi liang lahad lebih baik daripada syaq. Dalam masalah ini Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

“Liang lahad itu adalah bagi kita (kaum muslimin), sedangkan syaq bagi selain kita (non muslim).”
(HR. Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam “Ahkamul Janaaiz” hal. 145)
Lahad adalah liang (membentuk huruf U memanjang) yang dibuat khusus di dasar kubur pada
bagian arah kiblat untuk meletakkan jenazah di dalamnya.
Syaq adalah liang yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian tengahnya (membentuk huruf U
memanjang).

– Jenazah siap untuk dikubur. Allahul musta’an.

– Jenazah diangkat di atas tangan untuk diletakkan di dalam kubur.


– Jenazah dimasukkan ke dalam kubur. Disunnahkan memasukkan jenazah ke liang lahat dari arah
kaki kuburan lalu diturunkan ke dalam liang kubur secara perlahan. Jika tidak memungkinkan,
boleh menurunkannya dari arah kiblat.

– Petugas yang memasukkan jenazah ke lubang kubur hendaklah mengucapkan: “BISMILLAHI WA


‘ALA MILLATI RASULILLAHI (Dengan menyebut Asma Allah dan berjalan di atas millah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wassalam).” ketika menurunkan jenazah ke lubang kubur. Demikianlah yang
dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam.

Disunnahkan membaringkan jenazah dengan bertumpu pada sisi kanan jasadnya (dalam posisi
miring) dan menghadap kiblat sambil dilepas tali-talinya selain tali kepala dan kedua kaki.

– Tidak perlu meletakkan bantalan dari tanah ataupun batu di bawah kepalanya, sebab tidak ada
dalil shahih yang menyebutkannya. Dan tidak perlu menyingkap wajahnya, kecuali bila si mayit
meninggal dunia saat mengenakan kain ihram sebagaimana yang telah dijelaskan.
– Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan tali-tali selain kepala dan kaki
dilepas, maka rongga liang lahad tersebut ditutup dengan batu bata atau papan kayu/bambu dari
atasnya (agak samping).

– Lalu sela-sela batu bata-batu bata itu ditutup dengan tanah liat agar menghalangi sesuatu yang
masuk sekaligus untuk menguatkannya.

– Disunnahkan bagi para pengiring untuk menabur tiga genggaman tanah ke dalam liang kubur
setelah jenazah diletakkan di dalamnya. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wassalam. Setelah itu ditumpahkan (diuruk) tanah ke atas jenazah tersebut.
– Hendaklah meninggikan makam kira-kira sejengkal sebagai tanda agar tidak dilanggar
kehormatannya, dibuat gundukan seperti punuk unta, demikianlah bentuk makam Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wassalam (HR. Bukhari).

– Kemudian ditaburi dengan batu kerikil sebagai tanda sebuah makam dan diperciki air,
berdasarkan tuntunan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam (dalam masalah ini terdapat
riwayat-riwayat mursal yang shahih, silakan lihat “Irwa’ul Ghalil” II/206). Lalu diletakkan batu
pada makam bagian kepalanya agar mudah dikenali.

– Haram hukumnya menyemen dan membangun kuburan. Demikian pula menulisi batu nisan. Dan
diharamkan juga duduk di atas kuburan, menginjaknya serta bersandar padanya. Karena Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarang dari hal tersebut. (HR. Muslim)

– Kemudian pengiring jenazah mendoakan keteguhan bagi si mayit (dalam menjawab pertanyaan
dua malaikat yang disebut dengan fitnah kubur). Karena ketika itu ruhnya dikembalikan dan ia
ditanya di dalam kuburnya. Maka disunnahkan agar setelah selesai menguburkannya orang-orang
itu berhenti sebentar untuk mendoakan kebaikan bagi si mayit (dan doa ini tidak dilakukan secara
berjamaah, tetapi sendiri-sendiri!). Sesungguhnya mayit bisa mendapatkan manfaat dari doa
mereka.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Anda mungkin juga menyukai