Anda di halaman 1dari 7

PANCASILA

Apa yang dimaksud dengan Pancasila sebagai dasar negara? Kemudian, bagaimana kedudukannya
dalam hukum? Berikut ulasannya.Penanaman Pancasila sudah diinisiasi sejak lama, melalui
pendidikan di sekolah, sosialisasi hingga lirik lagu nasional. Sehubungan dengan ini, pembahasan
Pancasila perlu dilakukan secara menyeluruh. Pasalnya, makna Pancasila sebagai dasar negara
tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dan lebih dari sekadar fondasi semata.Terkait kedudukan,
diterangkan M. Syamsudin dkk. dalam Pendidikan Pancasila: Menempatkan Pancasila dalam
Konteks Keislaman dan Keindonesiaan, kedudukan atau fungsi Pancasila sebagai dasar negara
dapat ditinjau dari berbagai aspek, yakni aspek historis, kultural, yuridis, dan filosofis.

Secara historis, Pancasila dirumuskan dengan tujuan untuk dipakai sebagai dasar negara Indonesia
Merdeka. Dalam prosesnya, segala perumusan Pancasila sebagai dasar negara ini digali dan
didasarkan dari nilai-nilai pandangan hidup masyarakat Indonesia dan dituangkan menjadi kesatuan
sebagai pandangan hidup bangsa.

Secara kultural, Pancasila sebagai dasar negara adalah sebuah hasil budaya bangsa. Oleh
karenanya, Pancasila haruslah diwariskan kepada generasi muda melalui pendidikan. Jika tidak
diwariskan, negara dan bangsa akan kehilangan kultur yang penting. Penting untuk diingat bahwa
bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki kepedulian kepada pewarisan budaya luhur
bangsanya.

RUMUSAN
Pancasila dirumuskan dalam sidang pertama oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan (BPUPKI) yang dilaksanakan pada 29 Mei hingga 1 Juni 1045.

Dalam sidang tersebut, pembahasannya berkaitan dengan dasar negara Indonesia. Tiga tokoh pun
menyampaikan beberapa usulan mengenai falsafah atau dasar negara Indonesia. Mereka adalah
Soepomo, Moh. Yamin, dan Soekarno.

Merujuk modul Sejarah Perumusan Pancasila Universitas Negeri Yogyakarta oleh Suranto,
penyampaian tersebut didasarkan pada arahan Ketua BPUPKI Radjiman Wedyodinigrat.

Pada pembukaan sidang, ia mengatakan bahwa mendirikan negara yang merdeka, membutuhkan
suatu dasar negara. Berikut ini usulan rumusan dasar negara dari para tokoh.

Tokoh yang Mengusulkan Rumusan Dasar Negara

Terdapat tiga tokoh perumus Pancasila, yaitu Moh. Yamin, Soepomo, dan Soekarno. Mereka
mengutarakan usulan dasar negara tersebut dalam sidang BPUPKI.

1. Moh. Yamin

Moh. Yamin mengusulkan dasar negara Indonesia secara tertulis dan lisan. Usulan tersebut
disampaikan pada 29 Mei 1945.

Usulan lisan:
1.Peri Kebangsaan

2.Peri Kemanusiaan

3.Peri Ketuhanan

4.Peri Kerakyatan

5.Kesejahteraan Rakyat

2. Soepomo

Pada 31 Mei 1945, Soepomo menyampaikan usulannya. Menurutnya Indonesia merdeka adalah
negara yang dapat mempersatukan semua golongan dan paham perseorangan, serta
mempersatukan diri dengan berbagai lapisan rakyat.

Berikut ini usulan dasar negara menurut Soepomo.

1.Persatuan (Unitarisme)

2.Kekeluargaan

3.Keseimbangan lahir dan batin

4.Musyawarah

5.Keadilan rakyat

3. Ir. Soekarno

pada 1 Juni 1945, Soekarno memberikan usulan yang berbentuk Philosophische Grondslag atau
Weltanschauung, yakni fundamen, filsafat, pikiran, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya.

Soekarno mengusulkan dasar negara dengan sebutan Panca Dharma, kemudian dengan anjuran
para ahli bahasa, rumusan dasar negara dinamakan Pancasila.

Berikut usulan dasar negara dari Ir. Soekarno.

1.Kebangsaan Indonesia

2.International atau Perikemanusiaan

3.Mufakat atau Demokrasi

4.Kesejahteraan Sosial

5.Ketuhanan yang Maha Esa

Pandangan pendiri bangsa


Di awal sidang, tidak ada yang memberi jawaban tentang negara merdeka karena khawatir
menimbulkan debat panjang.
Namun, para pendiri bangsa, Moh. Yamin, Soepomo, dan Ir. Soekarno mencoba merumuskan dasar
negara merdeka.

Mohammad Yamin

Mohammad Yamin merupakan orang pertama yang menyampaikan rumusan dasar negara, yakni
pada 29 Mei 1945.

Pandangan Para Pendiri Bangsa Terhadap Negara Merdeka, Materi PPKn

Pandangan para pendiri bangsa terhadap negara merdeka.

Pandangan para pendiri bangsa terhadap negara merdeka.

Bersumber dari Kompas.com, pada saat itu, Mohammad Yamin berpidato selama 20 menit terkait
dasar negara.

Menurut pandangan Moh. Yamin, negara merdeka harus didasarkan pada peradaban bangsa
Indonesia sendiri.

Ini artinya, sebagai sebuah negara merdeka, Indonesia tidak boleh meniru suatu tata susunan dari
negara lain.

Beliau juga berpendapat kalau negara yang akan dibentuk terdiri dari rakyat dalam suatu Republik
Indonesia.

Soepomo

Dalam sidang pertama BPUPKI, Soepomo mendapat kesempatan menyampaikan usulan dasar
negara pada 31 Mei 1945.

Soepomo menyampaikan pidato yang cukup panjang dan sangat luas, termasuk menyangkut
hubungan dengan agama.

Ir. Soekarno

Sementara itu, Ir. Soekarno mendapat kesempatan menyampaikan rumusan dasar negaranya pada 1
Juni 1945.

Dalam pidatonya, Ir. Soekarno menyampaikan usulan tentang dasar yang akan dijadikan dasar
dalam Indonesia merdeka.Soekarno memberikan rumusan tentang dasar nagara yang dapat
diringkas dalam lima poin. Mulai kebangsaan hingga Ketuhanan.

Pada akhir pidatonya, Soekarno mengatakan kalau kelima sila itu bisa jadi trisila, yakni nasionalisme,
demokrasi, dan ketuhanan.

Tiga sila itu dapat disingkat lagi menjadi satu sila atau ekasila, yang inti besarnya menyangkut hal
gotong royong.

Ir. Soekarno menjadi tokoh yang menyatakan Pancasila sebagai dasar negara untuk kali pertama di
sidang BPUPKI.

Peta pemikiran pendiri bangsa


Pancasila berisi lima sila yang mencakup seluruh aspek kehidupan berbangsa.

Pancasila sendiri dirumuskan oleh para pendiri bangsa Indonesia.

Melalui sidang BPUPKI, Pancasila dirumuskan oleh beberapa tokoh penting Indonesia.Para tokoh
tersebut adalah Soekarno, Moh. Yamin, Soepomo, Hatta, H, Agus Salim dan lain-lain.Dalam
perumusan Pancasila yang melibatkan banyak tokoh tersebut juga berjalan cukup panjang.

Dinamika perumusan Pancasila

Perumusan dasar negara Indonesia dilakukan dalam rapat BPUPKI.Ada beberapa tokoh nasional
yang andil dalam perumusan ini.Beberapa di antaranya adalah Ir. Soekarno, Moh Hatta dan Prof. Dr.
Soepomo.Adapun beberapa tokoh nasional itu memiliki gagasan masing-masing terkait dasar negara
Indonesia.Dari banyaknya gagasan itu pun menimbulkan perbedaan pendapat dalam perumusan
dasar negara.Perbedaan pendapat ini menjadi salah satu wujud demokrasi dalam perumusan dasar
negara Indonesia.

PENERAPAN
1. Ketuhanan yang Maha Esa

Berikut adalah contoh sikap yang mencerminkan sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa:

a.saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing.

b.Tidak melakukan penistaan terhadap suatu agama, seperti melakukan perusakan rumah-rumah
ibadah.

c.membina kerukunan hidup antarumat beragama.

d.Membina kerja sama dan tolong-menolong antarumat beragama.

e.Bersikap toleransi kepada umat agama lain.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Sila kedua adalah Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Sila ini berhubungan dengan perilaku kita
sebagai manusia. Berikut contoh sikap yang mencerminkan sila kedua:

a.Memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan
yang Maha Esa.

b.Tidak semena-mena terhadap orang lain.

c.Membantu orang yang sedang mengalami kesusahan.

d.Menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.

e.Mengembangkan sikap saling menghormati.

3. Persatuan Indonesia
Adapun contoh sikap yang mencerminkan sila ketiga adalah sebagai berikut:

a.Bangga dan cinta terhadap tanah air, bangsa, dan negara.

b.Rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara.

c.Membina hubungan baik dengan semua unsur bangsa.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan Perwakilan

Berikut contoh sikap yang mencerminkan sila keempat:

a.Mengutamakan dan menghargai musyawarah untuk mencapai mufakat dalam menyelesaikan


permasalahan.

b.Ikut serta dalam pemilihan umum, presiden, dan kepala daerah.

c.Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.

d.Menghormati dan menghargai pendapat orang lain.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Contoh sikap yang mencerminkan sila kelima adalah sebagai berikut:

a.Menjunjung tinggi semangat kekeluargaan dan gotong royong.

b.Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.

c.elakukan kegiatan untuk mewujudkan kemajuan dan keadilan sosial.

d.Menghormati hak-hak orang lain.

Konteks berberbangsa dan bernegara

1.Sila Pertama

Sila pertama Pancasila berbunyi, "Ketuhanan yang Maha Esa".Dalam konteks kehidupan berbangsa,
sila pertama ini merefleksikan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang percaya pada Tuhan
yang Maha Esa.

Oleh karena itu masyarakat dapat melaksanakan ajaran-ajaran agamanya secara nyaman dan
seksama tanpa mengalami gangguan.

2.Sila Kedua

Penerapan Pancasila dalam Konteks Kehidupan Berbangsa Lengkap dengan Tantangannya.

Bentuk penerapan Pancasila dalam konteks berbangsa lengkap dengan tantangannya.

Bentuk penerapan Pancasila dalam konteks berbangsa lengkap dengan tantangannya.

2. Sila Kedua
Sila kedua Pancasila berbunyi, "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab".

Dalam konteks kehidupan berbangsa, sila kedua ini merefleksikan, masyarakat dijunjung tinggi,
diperlakukan dan diakui sesuai harkat dan martabat manusia.

Nah, sebagai warga negara, setiap masyarakat Indonesia mempunyai derajat, hak, dan kewajiban
yang sama.

Oleh karena itu, segala tindakan yang melanggar kemanusiaan antar sesama tidak bisa dibenarkan
dalam kehidupan.

3.Sila Ketiga

Sila ketiga Pancasila berbunyi, "Persatuan Indonesia".

Sila ketiga memberikan syarat mutlak kepada setiap bangsa Indonesia untuk menjunjung tinggi
persatuan.

Jadi, setiap masyarakat Indonesia bersatu padu untuk memajukan bangsa dan negara Indonesia.

4.Sila keempat

Sila keempat Pancasila berbunyi, "Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan"

Dalam konteks berbangsa, sila keempat menegaskan bahwa segala keputusan di masyarakat harus
dilakukan dengan bijaksana.

Sehingga, untuk melaksanakan kegiatan secara bersama-sama harus ditempuh dengan jalan
musyawarah.

5.Sila kelima

Sila Kelima Pancasila berbunyi, "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia".Keadilan adalah
nilai universal yang harus dipraktikkan bagi setiap bangsa Indonesia yang berkaitan dengan keadilan
hukum.

Dalam konteks kehidupan berbangsa, keadilan bisa bermakna bahwa setiap bangsa Indonesia
berada dalam posisi yang setara.

Sehingga perlu adanya sikap adil yang dimulai dari pikiran dan berlanjut ke perbuatan, teman-teman.

Penerapan Pancasila dalam kehidupan bernegara

Bangga dan cinta terhadap tanah air, bangsa, dan negara. Rela berkorban demi kepentingan bangsa
dan negara. Membina hubungan baik dengan semua unsur bangsa. Menjunjung tinggi persatuan dan
kesatuan Indonesia.

Studi Kasus

Sila ke-2 Pancasila mempunyai bunyi “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”, dimana memiliki arti
bahwa Bangsa Indonesia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa harus saling menjunjung
tinggi harkat dan martabat seseorang tanpa membeda-bedakan suku, budaya, ras, dan
agamanya.Contoh kasus yang melanggar sila ke-2 Pancasila terkait pembahasan “Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab “tentang Bullying.

Tantangan dan peluang

Munculnya paham atau pemikiran baru yang bertentangan dengan nilai-nilai dan ideologi Pancasila.
– Masuknya budaya asing yang mengikis budaya asli Indonesia. – Masuknya kebiasaan dan
informasi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Tantangan Pancasila dalam kehidupan global

Persaingan yang dilakukan dengan bangsa lain merupakan tantangan global yang harus dihadapi
saat ini. "Tantangan berPancasila dalam kehidupan global dapat berupa tantangan ideologi, hoaks
dan post truth, serta tantangan global." Itu tadi beberapa tantangan yang dihadap dalam
berPancasila dalam kehidupan global.

Peluang Pancasila dalam kehidupan global

Pancasila dapat menjadi filter atau penyeleksi budaya yang dapat diterima dan bermanfaat bagi
bangsa dan negara Indonesia. Dengan Pancasila, kita dapat membedakan mana budaya yang
sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa kita dan mana yang tidak.

Anda mungkin juga menyukai