Anda di halaman 1dari 17

Proses Perumusan Pancasila

Proses perumusan Pancasila tak luput dari perjuangan para tokoh Indonesia.

Mulai dari adanya Pidato Soekarno hingga Rumusan Panitia Sembilan.

Presiden pertama Indonesia Soekarno mengemukakan konsep awal Pancasila yang menjadi dasar
negara Indonesia pada 1 Juni 1945.

Gagasannya disampaikan dalam sidang Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan.

Hingga akhirnya 1 Juni ditetapkan sebagai Hari Lahir Pancasila.

Kemudian, tanggal 18 Agustus 1945 merupakan hari bersejarah bagi rumusan Pancasila.

Sebab, hari itu resmi disahkannya Undang-Undang Dasar untuk negara Indonesia merdeka.

Perumusan Pancasila oleh Panitia Sembilan

BPUPKI membentuk panitia kecil untuk merumuskan dan menyusun Undang-Undang Dasar
yang berpedoman pada pidato Bung Karno.

Pada saat itulah, dibentuklah Panitia Sembilan.

Panitia Sembilan itu terdiri dari Soekarno, Mohammad Hatta, Mr. AA Maramis, dan Abikoesno
Tjokrosoejoso.

Kemudian, Abdul Kahar Muzakir, Agus Salim, Achmad Soebardjo, Wahid Hasjim, dan
Mohammad Yamin.

Panitia Sembilan ditugaskan merumuskan kembali Pancasila sebagai Dasar Negara berdasar
pidato yang diucapkan Soekarno pada 1 Juni 1945 dan menjadikan dokumen tersebut sebagai
teks untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Hingga akhirnya, rumusan Pancasila hasil penggalian Soekarno berhasil dirumuskan untuk
dicantumkan dalam Mukadimah Undang-Undang Dasar 1945.

Setelah melalui beberapa proses persidangan, Pancasila akhirnya dapat disahkan pada Sidang
PPKI tanggal 18 Agustus 1945.

Selanjutnya, disetujui bahwa Pancasila dicantumkan dalam Mukadimah Undang-Undang Dasar


1945 sebagai dasar negara Indonesia yang sah.

Penetapan Hari Lahir Pancasila sebagai Hari Libur Nasional

Kini, 1 Juni resmi ditetapkan jadi Hari Lahir Pancasila melalui Keputusan Presiden Nomor 24
Tahun 2016 Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Jokowi menyampaikan keputusan ini melalui pidato pada peringatan Pidato Bung Karno 1 Juni
1945 di Gedung Merdeka, Bandung pada 1 Juni 2016.

Tanggal 29 Mei 1945, Muhammad Yamin mengajukan usul mengenai calon dasar negara secara
lisan yang terdiri atas lima hal, yaitu:

- Peri Kebangsaan
- Peri Kemanusiaan
- Peri Ketuhanan
- Peri Kerakyatan
- Kesejahteraan Rakyat

Selain secara lisan M. Yamin juga mengajukan usul secara tertulis yaitu :

- Ketuhanan Yang Maha Esa


- Persatuan Indonesia
- Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
- Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan
- Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Kemudian pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno (Bung Karno) mengajukan usul mengenai
calon dasar negara yaitu:

- Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)


- Internasionalisme (Perikemanusiaan)
- Mufakat atau Demokrasi
- Kesejahteraan Sosial
- Ketuhananan yang Berkebudayaan

Kelima hal ini oleh Bung Karno diberi nama PANCASILA, lebih lanjut Bung Karno
mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila, yaitu

- Sosio nasionalisme
- Sosio demokrasi
- Ketuhanan

Selanjutnya oleh Bung Karno, berpendapat tiga hal tersebut masih bisa diperas lagi menjadi
Ekasila yaitu GOTONG ROYONG.

Kemudian, Pancasila dijadikan sebagai dasar negara sekaligus ideologi kebangsaan bagi Rakyat
Indonesia.

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia lahir pada tanggal 1 Juni 1945 yang dibidani oleh
Muhammad Yamin dan Ir. Soekarno.

Pancasila dijadikan sebagai dasar negara sekaligus idiologi kebangsaan bagi Rakyat Indonesia.

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia lahir pada tanggal 1 Juni 1945 yang dibidani oleh
Muhammad Yamin dan Ir. Soekarno.

Pancasila dijadikan sebagai dasar negara sekaligus idiologi kebangsaan bagi Rakyat Indonesia.

Berikut ini bunyi Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Sejarah Hari Lahirnya Pancasila

Adapun sejarahnya berawal dari kekalahan Jepang pada perang pasifik.

Kemudian, mereka berusaha mendapatkan hati masyarakat dengan menjanjikan kemerdekaan


kepada Indonesia dan membentuk sebuah Lembaga yang tugasnya untuk mempersiapkan hal
tersebut.

Lembaga ini dinamai Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

BPUPKI mengadakan sidang pertamanya pada tanggal 29 Mei 1945.

Diadakan di Gedung Chuo Sangi In (sekarang Gedung Pancasila), para anggota membahas
mengenai tema dasar negara.

Setelah beberapa hari, pada 1 Juni 1945, Soekarno mendapat giliran untuk menyampaikan
gagasannya.

Ia menyampaikan gagasan tentang dasar negara Indonesia merdeka, yakni Pancasila.

Pidato yang tidak dipersiapkan secara tertulis terlebih dahulu itu, diterima secara aklamasi oleh
segenap anggota BPUPKI.

Nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Negara Indonesia

1. Nilai Ketuhanan

Nilai Ketuhanan terdapat dalam sila pertama Pancasila.

Maksud dari nilai ketuhanan ini adalah Indonesia itu negara beragama.

Jadi, setiap rakyat Indonesia memiliki agama yang dipercaya.

Ada beberapa cara yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari terkait sila pertama
Pancasila.

Contohnya, seperti:

- Beribadah sesuai kepercayaan

- Menghargai orang lain yang agamanya berbeda

- Tolong menolong, meski memiliki agama yang berbeda

2. Nilai Kemanusiaan

Nilai Kemanusiaan terdapat dalam sila kedua Pancasila.

Maksud dari nilai kemanusiaan ini adalah bersikap adil dan manusiawi kepada setiap orang,
meskipun orang itu memiliki perbedaan.

Ada beberapa cara yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari terkait sila kedua Pancasila.

Contohnya, seperti:

- Tidak membeda-bedakan orang di sekitar kita


- Saling membantu, misalnya melakukan kerja bakti atau memberi bantuan korban bencana alam.

3. Nilai Persatuan

Nilai Persatuan terdapat dalam sila ketiga Pancasila.

Maksud dari nilai Persatuan adalah rakyat Indonesia harus bersatu, tidak boleh terpecah belah
hanya karena perbedaan.

Ada beberapa cara yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari terkait sila ketiga
Pancasila.

Contohnya, seperti:

- Mencintai negara Indonesia dengan cara menjaga warisan budaya yang ada

- Menjaga hubungan baik dengan teman-teman satu negara, meski beda suku, agama, dan
bahasa.

4. Nilai Kerakyatan

Nilai Kerakyatan terdapat dalam sila keempat Pancasila.

Maksud dari nilai kerakyatan ini adalah negara kita mengutamakan rakyat.

Jadi, rakyat Indonesia harus diutamakan.

Ada beberapa cara yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari terkait sila keempat
Pancasila.

Contohnya, seperti:

- Menyelesaikan masalah dengan musyawarah

- Tidak memaksakan kehendak kita saat bermusyawarah

- Menerima hasil musyawarah dengan lapang dada.

5. Nilai Keadilan

Nilai Keadilan terdapat dalam sila kelima Pancasila.

Maksud dari nilai keadilan ini adalah bersikap adil terhadap semua orang.

Ada beberapa cara yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari terkait sila kelima
Pancasila.

Contohnya, seperti:

- Bersikap adil kepada setiap orang

- Menjalankan kewajiban dan menghormati hak orang lain.


NORMA

Pengertian Norma dalam Masyarakat

Dalam kehidupan di masyarakat agar tidak terjadinya perpecahan dan konflik seringkali adanya
peraturan-peraturan untuk mengatur lingkungan tersebut. Dimana dengan adanya norma yang
berlaku dalam lingkungan, setiap orang akan memiliki kesadaran atas batasan dari suatu
perbuatan yang boleh dilakukan maupun hal-hal yang tidak boleh dilakukan.

Beragam norma diterapkan dan melekat di tengah kehidupan masyarakat sehari-hari. Norma-
norma yang ada biasanya bisa berupa aturan tertulis maupun tidak tertulis yang dipatuhi
masyarakatnya guna menciptakan lingkungan yang harmonis. Norma juga sering disebut sebagai
suatu kaidah yang berlaku untuk mengatur setiap perbuatan manusia.

Dengan adanya norma, maka tatanan kehidupan dalam lingkungan masyarakat akan tetap terjaga
dan bila tidak dilaksanakan oleh setiap anggota di dalam lingkungan tersebut maka tatanan
masyarakat tersebut akan kacau dan melanggar segala peraturan yang ada dan berlaku.

A. Pengertian Norma

Norma merupakan kata yang berasal dari bahasa Belanda yaitu norm yang memiliki arti patokan,
pedoman, atau pokok kaidah dan bahasa Latin yaitu mos yang memiliki arti tata kelakuan, adat
istiadat, atau kebiasaan.

Berdasarkan KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia, norma memiliki arti sebagai aturan
maupun ketentuan yang sifatnya mengikat suatu kelompok orang didalam masyarakat. Dimana
norma diterapkan sebagai panduan, tatanan, dan juga pengendali tingkah laku yang sesuai.

Menurut John J. Macionis yang merupakan profesor sosiologi menyatakan(1997), norma


merupakan segala aturan dan harapan yang ada di masyarakat yang memandu segala perilaku
yang dilakukan anggota masyarakat.

Craig Calhoun merupakan sosiologis asal Amerika menyatakan, norma baginya merupakan suatu
pedoman maupun aturan yang menyatakan bagaimana seorang individu seharusnya bertindak di
dalam suatu situasi ditengah masyarakat.

Craig Calhoun merupakan sosiologis asal Amerika menyatakan, norma baginya merupakan suatu
pedoman maupun aturan yang menyatakan bagaimana seorang individu seharusnya bertindak di
dalam suatu situasi ditengah masyarakat.

Sedangkan, menurut E. Utrecht yang merupakan ilmuwan sekaligus pakar hukum yang lahir di
Surabaya, menggambarkan norma sebagai segala himpunan petunjuk hidup yang digunakan
untuk mengatur berbagai tata tertib di dalam masyarakat maupun bangsa dimana peraturan
tersebut harus ditaati oleh setiap masyarakat, dan jika melanggar akan ada suatu bentuk
konsekuensi dari pihak yang berwenang.

Bellebaum yang merupakan sosiologis asal Jerman, menyatakan bahwa norma sosial merupakan
sebuah alat yang digunakan untuk mengatur tiap individu yang ada dalam suatu lingkungan
masyarakat agar bertindak maupun berperilaku yang sesuai dengan sikap dan keyakinan tertentu
yang berlaku dalam lingkungan tersebut.

Soerjono Soekanto yang merupakan Lektor Kepala Sosiologi dan Hukum Adat di Fakultas
Hukum Universitas Indonesia juga menyatakan bahwa norma sosial adalah sebuah perangkat
yang di mana norma tersebut dibuat agar hubungan yang ada di dalam suatu lingkungan
masyarakat dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan atau diharapkan.

Berdasarkan pengertian yang ada dari berbagai macam ahli dan Kamus Besar Bahasa Indonesia
di atas mengenai pengertian norma, dapat disimpulkan bahwa normal sosial merupakan aturan
yang dibentuk karena adanya suatu kebutuhan masyarakat akan ketertiban yang ingin dicapai
dalam kehidupan sehari-hari, dan jika norma atau peraturan yang ada dilanggar, orang tersebut
akan mendapatkan sanksi sesuai dengan kesepakatan yang sudah berlaku.

B. Fungsi Norma

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, norma merupakan suatu hal yang penting bagi masyarakat
untuk menjaga keseimbangan dan kedamaian bersama. Berikut beberapa fungsi norma yang ada
di masyarakat:

* Untuk memastikan terciptanya kehidupan masyarakat yang lebih aman dan tertib.
* Untuk mengatur perbuatan masyarakat agar sesuai dengan nilai yang ada dan berlaku.
* Agar dapat mencegah adanya benturan kepentingan antar masyarakat.
* Untuk membantu masyarakat dalam mencapai tujuan atau kesepakatan bersama.
* Digunakan sebagai petunjuk maupun pedoman yang dapat digunakan untuk menjalani hidup di

lingkungan masyarakat sebagai individu.


* Norma digunakan agar dapat mengatur perilaku masyarakat.
* Norma digunakan agar adanya suatu batasan untuk tidak dilanggar .
* Norma digunakan untuk mendorong individu untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan
masyarakat yang ada berdasarkan nilai-nilai yang berlaku.

C. Macam-macam Norma

Di dalam lingkungan masyarakat sendiri, norma dibagi menjadi 2 berdasarkan sifatnya yang
terdiri dari:

1. Norma Formal

Norma formal, merupakan suatu aturan yang dijalankan oleh masyarakat yang dirumuskan oleh
pihak yang berwenang seperti pemerintah maupun lembaga masyarakat atau institusi resmi yang
berguna untuk mengatur masyarakat dan memastikan adanya kesepakatan bersama yang sifatnya
resmi maupun formal.

Contoh dari norma formal yaitu, mengenai pelestarian lingkungan hidup yang diatur dalam
Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2008 yang tertera pada Lembaran Daerah. Yang kedua, norma
mengenai penataan pemukiman yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2008 yang
tertera pada Lembaran Daerah. Selanjutnya, kependudukan yang diatur dalam Peraturan Daerah
No. 15 Tahun 2008 yang tertera pada Lembaran Daerah, dan masih banyak lagi.

2. Norma Non Formal

Norma non-formal, merupakan suatu bentuk ketentuan maupun aturan yang dijalankan
masyarakat dalam sebuah lingkungan tanpa diketahui siapa yang merumuskannya dan biasanya
bentuk dari norma non-formal ini tidak tertulis, namun masyarakat menjalankannya karena
kesadaran ataupun sudah menjadi kebiasaan dalam diri untuk menjaga keharmonisan lingkungan
masyarakat yang sifatnya tidak resmi dan tidak memaksa masyarakatnya untuk menjalankan
aturan tersebut.

Contoh dari norma non-formal yaitu, aturan-aturan yang ada di rumah maupun keluarga, seperti
bagaimana cara kita bersikap ketika makan maupun minum, dan juga bagaimana cara kita
berpakaian yang biasanya norma non-formal ini berbentuk sebuah kebiasaan.
D. Jenis-jenis Norma dan Contohnya

Di dalam lingkungan masyarakat sendiri, norma dibagi menjadi 4 berdasarkan jenisnya yang
terdiri dari:

1. Norma Agama

Norma agama merupakan aturan-aturan yang dijalankan oleh masyarakat yang sumbernya
berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. Norma ini biasanya berisi akan perintah yang harus
dijalankan oleh seseorang, ajaran yang merupakan segala ilmu ataupun pedoman bagi para
penganut agama tersebut, maupun larangan yang berarti tidak melakukan suatu perbuatan yang
seharusnya dihindari.

Norma agama memiliki sifat yaitu dogmatis yang berarti bahwa aturan yang ada tidak boleh
ditambah maupun juga dikurangi nilainya sesuai dengan yang tertulis pada kitab suci masing-
masing agama.

Norma agama sendiri dipercaya jika dilanggar memiliki sanksi yang nantinya akan diberikan
setelah orang tersebut meninggal dunia berupa dosa maupun hukuman yang harus dijalankan
berdasarkan ajaran masing-masing agama di akhirat.

Di Indonesia sendiri, norma agama berbeda-beda dikarenakan terdapat enam agama berbeda
yang hidup saling berdampingan, seperti Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu,
Buddha, dan Konghucu yang memiliki baik perintah, ajaran, maupun larangan yang berbeda
antara satu sama lain.

Seperti pada contohnya, dimana dalam Agama Islam dilarang memakan makanan yang
mengandung babi, sedangkan agama memiliki pantangan lain yang berbeda mengikuti ajaran
agama masing-masing.

2. Norma Kesusilaan

Norma kesusilaan merupakan aturan-aturan yang dijalankan oleh masyarakat yang sumbernya
berasal dari hati nurani seseorang. Norma ini merupakan sesuatu yang kita jalani dan rasakan
setiap harinya, dimana seseorang didorong untuk melakukan tindakan yang baik dan
menghindari tindakan yang buruk. Intinya, norma ini memiliki tujuan untuk mengatur perbuatan
atau tingkah laku yang dilakukan seseorang.

Berdasarkan ajaran norma ini, biasanya orang yang melanggar akan mendapatkan sanksi berupa
perasaan bersalah, penyesalan, atau bahkan dikucilkan di tengah masyarakat.

Seperti salah satu contoh kasus norma kesusilaan adalah bagaimana seorang siswa yang
mengetahui bahwa menyontek adalah perbuatan yang salah sehingga dia lebih memilih untuk
belajar daripada menyontek teman sekolahnya, yang jika ketahuan siswa tersebut akan mendapat
sanksi bukan hanya di sekolah tapi juga lingkungan.

3. Norma Kesopanan

Norma kesopanan merupakan aturan-aturan yang menekankan pada perbuatan seseorang untuk
menjaga kesopan santunan, tata krama mereka, dan juga ada istiadat setiap individu. Hal tersebut
dikarenakan Indonesia merupakan negara dengan beragam suku, budaya, dan adat istiadat yang
berbeda-beda dan hidup berdampingan satu sama lain.
Norma ini diberlakukan untuk menjaga dan menghargai satu sama lain dalam kehidupan sehari-
hari. Tujuan diberlakukannya norma kesopanan adalah penerimaan diri dari masyarakat, mampu
menghargai orang lain khususnya orang yang lebih tua, memahami hakikat dan tata etika dalam
bergaul, dan mampu bersosialisasi dengan baik tanpa melanggar hal-hal yang tidak baik.

Seperti pada contohnya adalah, menghormati orang yang lebih tua dengan memanggil panggilan
kakak kepada orang yang lebih tua, tidak membuang ludah sembarangan di tempat umum, siswa
yang bersikap sopan sebagai bentuk hormat terhadap pengajar, dan masih banyak lagi.

4. Norma Hukum

Norma hukum merupakan aturan-aturan yang dibuat oleh badan yang bertanggung jawab seperti
pemerintah yang dikemas dalam bentuk Undang-Undang. Norma ini memiliki sifat yang
memaksa guna menjaga dan melindungi kepentingan masyarakat.
Norma ini diberlakukan untuk memastikan adanya keadilan yang diterima setiap orang dan
menciptakan kehidupan masyarakat yang tertib, aman, rukun, serta damai. Karena sifat norma ini
tertulis dan memaksa, maka jika aturan yang ada dilanggar maka akan mendapatkan hukuman
atau sanksi yang tegas yang sesuai dengan peraturan yang ada seperti membayar denda atau
dipenjara.

Seperti pada contohnya di Indonesia sendiri aturan hukum yang ada diatur berdasarkan Undang-
Undang Dasar 1945, sehingga jika melakukan pelanggaran seperti mencuri atau tidak membayar
pajak sesuai ketentuan akan mendapatkan sanksi sesuai dengan Undang-Undang yang ada.

E. Jenis-jenis Norma Sosial Berdasarkan Tingkatan Daya Ikat

Norma-norma yang berlaku di lingkungan masyarakat juga dibedakan menjadi beberapa


tingkatan daya ikat yang dibagi menjadi empat, yaitu:

1. Cara atau Usage

Norma sosial jenis ini memiliki daya pengikat yang paling lemah karena sanksi yang diberikan
jika dilanggar biasanya hanya berupa cemoohan. Contoh dari norma sosial jenis cara adalah
ketika kamu sedang makan tidak boleh berbicara, jadi ketika norma tersebut dilanggar kamu
akan ditegur atau diperingati oleh orang-orang yang ada.

2. Kebiasaan atau Folkways

Normal sosial jenis ini memiliki daya pengikat yang lebih kuat daripada norma jenis cara atau
usage karena merupakan suatu aturan yang akan dilakukan secara berulang-ulang. Contoh dari
norma sosial jenis kebiasaan adalah kita sebagai manusia harus menghormati orang yang lebih
tua dibandingkan kita, jika norma tersebut dilanggar maka sanksi yang diterima akan berbeda-
beda tergantung seberapa sering kita melakukan hal tersebut dan apakah ada niat untuk merubah
diri menjadi lebih baik.

3. Kelakuan atau Mores


Norma sosial jenis ini memiliki daya pengikat yang lebih kuat daripada norma jenis kebiasaan
atau Folkways karena norma jenis merupakan suatu aturan yang telah disepakati dalam
lingkungan masyarakat dan dijadikan nilai standar bagi orang di dalam lingkungan tersebut, jika
norma sosial jenis tata kelakuan atau mores ini dilanggar maka sanksi yang diterima akan lebih
berat. Contoh dari norma sosial jenis ini adalah larangan berzina atau hubungan terlarang,
dimana jika dilanggar maka akan diadili secara hukum yang berlaku di suatu daerah.

4. Adat Istiadat atau Custom


Dan yang terakhir, norma sosial ini memiliki daya pengikat yang paling tinggi daripada normal
sosial lain, karena memiliki sifat turun temurun yang sudah menjadi kewajiban orang di
lingkungan tersebut, dan jika normal sosial jenis adat istiadat atau custom ini dilanggar maka
akan mendapatkan sanksi yang berat. Contoh dari norma sosial jenis ini adalah larangan orang
Batak menikah dengan orang yang memiliki marga sama.

F. Ciri-Ciri Norma

Norma sebagai aturan di tengah masyarakat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

* Norma yang ada biasanya tidak tertulis dan dilakukan sebagai bentuk kebiasaan.
* Norma yang tercipta di suatu lingkungan masyarakat biasanya merupakan hasil kesepakatan
yang dapat diterima dan dijalankan setiap orang.
* Sebagai masyarakat dimana norma tersebut dijalankan, sudah menjadi kewajiban untuk
menaati
norma yang ada.
* Jika seseorang melanggar norma yang sudah disepakati bersama, maka orang tersebut akan
mendapat sanksi maupun hukuman yang telah disepakati.
* Dengan semakin berkembangnya zaman, norma yang ada juga dapat berubah seiring
perubahan
dan sifatnya menyesuaikan.
* Dan yang terakhir, norma yang berlaku di lingkungan masyarakat dibuat dan disepakati secara
sadar.

G. Kesimpulan

Pada hakikatnya, kita sebagai manusia dimana makhluk sosial yang hidup berdampingan dengan
orang lain dan membutuhkan satu sama lain, penting untuk saling menghargai satu sama lain
dengan menjaga dan menaati peraturan-peraturan yang berlaku. Kita dapat melakukannya
dengan menjalankan norma yang ada agar kedamaian tercipta dan konflik tidak terjadi dalam
lingkungan tersebut.
Sejarah Perumusan Dan Pengesahan UUD NRI Tahun 1945

Dalam sidang pertama BPUPKI, Muh. Yamin menyatakan bahwa Indonesia harus mendapatkan
dasar negara yang berasal dari peradaban kebangsaan Indonesia yang ketimur-timuran dan tidak
boleh meniru sesuatu tata negara lain. Bangsa Indonesia adalah kebudayaan yang beribu-ribu
tahun umumnya.

Oleh karena itu, para pendiri negara menyepakati dasar negara Indonesia, yaitu Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang dijadikan konstitusi negara atau hukum dasar negara.
Tata penyelenggaraan negara dan bernegara harus didasarkan pada Pancasila dan UUD NRI
Tahun 1945.

Pengertian Konstitusi

Konstitusi adalah hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan pemerintahan
negara. Oleh karena itu, menurut Jimly Asshiddiqie (2008, hlm. 5) konstitusi bukan undang-
undang biasa. Konstitusi tidak ditetapkan oleh lembaga legislatif biasa, tetapi oleh badan khusus
dan lebih tinggi kedudukannya.

Dalam hierarki hukum, konstitusi merupakan hukum yang paling tinggi dan fundamental
sifatnya sehingga peraturan-peraturan di bawahnya tidak boleh bertentangan dengan Undang-
Undang Dasar. Konstitusi terbagi menjadi dua, yaitu konstitusi tertulis dan konstitusi tidak
tertulis.

1. Konstitusi tertulis adalah aturan-aturan pokok dasar negara, bangunan negara dan tata negara
yang mengatur perikehidupan satu bangsa di dalam persekutuan hukum negara.
2. Sementara itu konstitusi tidak tertulis disebut juga konvensi, yaitu kebiasaan ketatanegaraan
yang sering timbul dalam sebuah negara.

Contoh konvensi dalam ketatanegaraan Indonesia antara lain pengambilan keputusan di MPR
berdasarkan musyawarah untuk mufakat.

Menurut E.C.S Wade, Undang-Undang Dasar adalah naskah yang memaparkan rangka dan
tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokok
cara kerja badan-badan tersebut.

Di dalam negara yang menganut paham demokrasi, Undang-Undang Dasar mempunyai fungsi
yang khas, yaitu membatasi kekuasaan pemerintahan agar penyelenggaraan kekuasaan tidak
bersifat sewenang-wenang. Dengan demikian, diharapkan hak-hak warga negara akan lebih
terlindung. Gagasan ini disebut dengan Konstitusionalisme.

Negara Indonesia menganut paham konstitusionalisme sebagaimana ditegaskan dalam pasal 1


ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi “Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”.

Perumusan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945


Perumusan UUD 1945 dilaksanakan oleh BPUPKI dalam sidang kedua tanggal 10 sampai
dengan 17 Juli 1945. BPUPKI membentuk 3 (tiga) Panitia Kecil untuk membahas dan
mempersiapkan perumusan Undang- Undang Dasar yang merupakan konstitusi atau hukum
dasar Indonesia.

Pada tanggal 14 Juli 1945, BPUPKI mengadakan sidang dengan agenda ”Pembicaraan tentang
pernyataan kemerdekaan”. Panitia Perancangan Undang-undang Dasar melaporkan hasilnya.
Pasal-pasal dari rancangan UUD berjumlah 42 pasal. Dari 42 pasal tersebut, ada 5 pasal masuk
tentang aturan peralihan dengan keadaan perang, serta 1 pasal mengenai aturan tambahan.

Selanjutnya, Pada sidang tanggal 15 Juli 1945 dilanjutkan dengan acara ”Pembahasan
Rancangan Undang-Undang Dasar”. Saat itu Ketua Perancang Undang-Undang Dasar, yaitu
Soekarno memberikan penjelasan tentang naskah yang dihasilkan dan mendapatkan tanggapan
dari Moh. Hatta, lebih lanjut Soepomo, sebagai Panitia Kecil Perancang Undang- Undang Dasar,
diberi kesempatan untuk memberikan penjelasan terhadap naskah Undang-Undang Dasar.

Naskah Undang-Undang Dasar akhirnya diterima dengan suara bulat pada Sidang BPUPKI
tanggal 16 Juli 1945. Selain itu juga, diterima usul-usul dari panitia keuangan dan Panitia
Pembelaan Tanah Air. Dengan demikian, selesailah tugas panitia BPUPKI.

Pengesahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia


(PPKI) yang menggantikan BPUPKI melaksanakan sidang, yakni pada tanggal 18 Agustus 1945.
Sidang tersebut masih membahas dasar hukum negara namun sudah menuju pada pengesahan
UUD sebagai konstitusi negara.

Proses pembahasan berlangsung dalam suasana yang penuh rasa kekeluargaan, tanggung jawab,
cermat dan teliti, dan saling menghargai antaranggota. Pembahasan rancangan Undang-Undang
Dasar menghasilkan naskah Pembukaan dan Batang Tubuh. Undang-Undang Dasar ini, dikenal
dengan sebutan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Melalui Berita Republik Indonesia tanggal 15 Februari 1946, Penjelasan Undang-Undang Dasar
menjadi bagian dari Undang-Undang Dasar 1945. Suasana permufakatan dan kekeluargaan, serta
kesederhanaan juga muncul pada saat pengangkatan Presiden dan Wakil Presiden.

Keputusan Persidangan PPKI

Dalam persidangan PPKI tanggal 18 Agustus 1945, di hasilkan keputusan sebagai berikut.

Mengesahkan UUD 1945.


Menetapkan Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil presiden Republik
Indonesia.
Membentuk Komite Nasional Indonesia Pusat.

Sidang PPKI telah melakukan beberapa perubahan rumusan pembukaan UUD naskah Piagam
Jakarta dan rancangan batang tubuh UUD hasil sidang kedua BPUPKI. Empat perubahan yang
disepakati tersebut adalah sebagai berikut.

1. Kata “Mukaddimah” diganti menjadi kata “Pembukaan”.


2 .Sila pertama, yaitu Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” diganti dengan rumusan ”Ketuhanan Yang Maha Esa”.
3. Perubahan pasal 6 UUD yang berbunyi
”Presiden ialah orang Indonesia asli yang beragama Islam” menjadi ”Presiden ialah orang
Indonesia asli”.
4. Pasal 28 UUD 1945 yang berbunyi ”Negara berdasar atas Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diganti menjadi pasal 29 UUD 1945
yang berbunyi ”Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Arti Penting UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bagi Bangsa dan Negara Indonesia

Setiap bangsa yang merdeka akan membentuk suatu pola kehidupan berkelompok yang disebut
sebagai negara. Pola ini dalam bernegara perlu diatur dalam suatu naskah berupa aturan hukum
tertinggi dalam kehidupan Negara Republik Indonesia yang dinamakan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berisi aturan dasar kehidupan
bernegara di Indonesia. Kedudukannya sebagai hukum yang paling tinggi dan fundamental
sifatnya, karena merupa kan sumber legitimasi atau lan dasan bentuk-bentuk peraturan
perundang-undangan di bawahnya.

Sesuai dengan prinsip hukum yang berlaku universal, maka semua peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia tidak boleh bertentangan dan harus berpedoman pada
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Sebagai warga negara Indonesia, kita semua harus patuh pada ketentuan yang terdapat dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kepatuhan warga negara
terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 akan mengarahkan kita
pada kehidupan yang tertib dan teratur.

Sebaliknya apabila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidak
dipatuhi, maka kehidupan bernegara kita mengarah pada ketidakharmonisan. Akibatnya bisa
berakibat pada tidak terwujudnya kesejahteraan, bubarnya negara Indonesia, bahkan terjadi
perang saudara. Siapa yang dirugikan? Semua warga negara Indonesia.

Peran Tokoh Perumus UUD 1945

Tokoh pendiri negara Indonesia merupakan putra terbaik bangsa yang memiliki kemampuan dan
visi ke depan untuk kebaikan bangsa Indonesia. Anggota BPUPKI merupakan tokoh-tokoh
bangsa Indonesia dan orang-orang yang terpilih serta tepat mewakili kelompok dan masyarakat
dam perumusan UUD 1945.

Anggota BPUPKI telah mewakili seluruh wilayah Indonesia, suku bangsa, golongan agama, dan
pemikiran yang berkembang di masyarakat saat itu. Ada dua paham utama yang dimiliki pendiri
negara dalam sidang BPUPKI, yaitu nasionalisme dan agama.

1. Pendiri negara yang didasarkan pemikiran nasionalisme menginginkan negara Indonesia yang
akan dibentuk merupakan negara nasionalis atau negara kebangsaan,
2. Sedangkan golongan agama menginginkan didasarkan pada salah satu agama.

Berbagai perbedaan di antara anggota BPUPKI dapat diatasi dengan sikap dan perilaku pendiri
negara yang mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan
golongan. BPUPKI melaksanakan sidang dengan semangat kebersamaan dan mengutamakan
musyawarah dan mufakat.

Sehingga dalam Persidangan PPKI, para tokoh pendiri Negara dalam perumusan 1945
memperlihatkan:

1. kecerdasan,
2. kecermatan,
3. ketelitian,
4. tanggung jawab,
5. rasa kekeluargaan,
6. toleransi, dan
7. penuh dengan permufakatan dalam setiap pengambilan keputusan.

Sikap patriotisme dan rasa kebangsaan antara lain dapat diketahui dalam pandangan dan
pemikiran mereka yang tidak mau berkompromi dengan penjajah dan bangga sebagai bangsa
yang baru merdeka. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peran tokoh perumus UUD 1945 bukan
hanya sebagai perancang dan pembentuk konstitusi saja, namun merupakan wakil dari seluruh
golongan masyarakat Indonesia.

Keberagaman SARA

SARA adalah salah satu isu yang sedang berkembang dengan pesat di Indonesia belakangan ini.
Kepanjangan SARA yaitu Suku, Agama, Ras dan Antargolongan telah menjadi salah satu pokok
konflik sosial yang rupanya sangat sensitif bagi sebagian besar publik. Salah satu alasannya
adalah karena multikulturalisme yang terdapat dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Keberagaman suku, ras, dan agama menjadi isu sensitif semenjak praktik politik identitas mulai
digunakan oleh para elit politik dalam kampanye-kampanyenya. Mobilisasi massa menggunakan
konten SARA dirasa menjadi salah satu jalan tercepat dan termudah untuk menarik simpati dan
dukungan. Dan pada praktiknya, hal ini memberikan hasil yang cukup signifikan.

Berikut adalah pengertian dari kepanjangan SARA dan bagaimana perkembangannya dalam
kehidupan sosial masyarakat.

Pengertian SARA

Mengutip dari Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada oleh Heru Nugroho,
kepanjangan SARA merupakan akronim dari Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan, yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.

Dalam konsep SARA ada pengertian konflik horisontal yang dimotori oleh suku, agama dan ras
dan juga konflik vertikal yang bersumber pada perbedaan "ekonomi-politik" antar-golongan
(Taufik A.Mullah, 1997).

Dalam sejarahnya, banyak rentetan kerusuhan dan konflik selalu didasarkan pada sentimen dan
konsep SARA. Hal ini dikonstruksikan oleh para pemegang kekuasaan. Mereka cenderung tidak
pernah bergeming dari perspektif lain dalam memahami penyebab kerusuhan, kecuali SARA
yang selalu dijadikan sebagai tersangka utama dan kausa prima dari gejolak sosial tersebut.

SARA Sebagai Sumber Perpecahan

Dampak sosiologis dari kondisi seperti ini membuat konstruksi sosial tentang makna SARA
dalam masyarakat lebih didominasi oleh perspektif rezim. SARA dipandang oleh negara sebagai
sumber perpecahan dan konflik sosial.

Hal ini lantas menjadikan SARA sebagai suatu pengetahuan atau realitas yang ditabukan. SARA
oleh masyarakat selalu dilihat sebagai sebuah potensi konflik daripada energi politis yang dapat
mewujudkan demokrasi dan kemajemukan sosial.

SARA Sebagai Sumber Kemajemukan dan Demokrasi

Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan yang menjadi kepanjangan SARA adalah realitas sosial
yang tidak dapat dielakkan oleh siapapun di dalam masyarakat baik dalam masyarakat pada
jenjang perkembangan tradisional maupun modern. Kenyataan sosial menegaskan bahwa
masyarakat-masyarakat di dunia ini terdiri dari berbagai macam etnis, agama dan golongan.
Kenyataan seperti itu tidak jarang menciptakan problem sosial seperti masalah konflik dan
disintegrasi.

Tetapi pada sudut lain (berdasarkan temuan-temuan historis) SARA justru dijadikan arena
pemberdayaan dan demokrasi. Elemen-elemen dalam SARA tidak selalu terpisah secara kaku.
Ada kemungkinan terjadi hal yang oleh seorang sosiolog bernama Peter Blau (1964) dinamakan
cross cutting afiliation. Misalnya, ada orang-orang yang berbeda ditinjau dari etnis tetapi
disatukan dalam agama, ekonomi, dan kepentingan yang sama.

Karena SARA merupakan kenyataan sosial maka keberadaannya tidak dapat dilenyapkan.
Bahkan setiap upaya untuk melenyapkan dengan dalih apapun, termasuk menuju unifikasi
melalui "monolitikisasi" masyarakat, cenderung akan menimbulkan keresahan, gejolak sosial,
kerusuhan massa, dan pasti berakhir dengan disintegrasi sosial (Berger dan Neuhauss, 1977).

Bentuk Kerjasama

Kerjasama Internasional adalah hubungan yang dilakukan antara satu negara dengan negara
lainnya, dengan memiliki tujuan bersama dan saling menguntungkan.

Setiap negara tidak mungkin bisa memenuhi kebutuhan pemerintah dan warganya sendiri. Hal
itulah yang menyebabkan tiap negara melakukan kerja sama agar masyarakatnya sejahtera.

Selain itu, tujuan kerja sama internasional ialah untuk meningkatkan hubungan persahabatan
yang terjalin antarnegara.

Jadi, antara negara satu dengan negara lainnya dapat saling mencukupi kebutuhan dan membantu
jika pada suatu saat satu di antara dari mereka membutuhkan bantuan.

Pada umumnya, kerja sama internasional ini dilakukan dalam bidang sosial, politik, kebudayaan,
pertahanaan keamanan serta ekonomi.

Kerja sama internasional harus dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati
oleh negara yang saling bekerja sama.

Selain menguntungkan masing-masing negara, kerja sama internasional akan mempererat


hubungan diplomasi yang baik antarnegara yang mengikuti atau menjalani kerja sama.

Di sisi lain, kerja sama internasional terdiri dari tiga bentuk. Apa saja bentuk-bentuk kerja sama
internasional?

Bentuk-Bentuk Kerja Sama Internasional

* Kerja sama bilateral

Kerja sama bilateral adalah kerja sama yang dijalin oleh dua negara atau lebih, biasanya didasari
oleh hubungan baik dan manfaat yang saling menguntungkan. Misalnya kerja sama pada sektor
ekonomi atau pariwisata.

* Kerja sama regional

Sedikit berbeda dengan kerja sama bilateral, kerja sama regional adalah suatu bentuk kerja sama
antarnegara di mana negara-negara tersebut berada dalam satu wilayah atau satu kawasan saja.

Misalnya negara-negara yang ada di Asia Tenggara, yang tergabung dalam kelompok ASEAN.
Sektor kerja sama yang dilakukan biasanya pada sektor pertahanan, politik, dan ekonomi.
* Kerja sama multilateral

Kerja sama sama ini merupakan kerja sama yang dilakukan oleh lebih dari dua negara dan tidak
terbatas pada status negara serta wilayah negara tersebut.

Anggota yang mengikuti kerja sama ini dibagi menjadi dua tipe, yaitu anggota aktif dan anggota
utama. Contoh kerja sama pada hal ini adalah Organisasi Kenferensi Islam yang sering disebut
dengan OKI.

Bentuk kerja sama yang berbeda-beda juga memberikan manfaat yang baik dalam kerja sama
internasional.

Berikut manfaat kerja sama internasional yang didapat oleh negara:

* Bidang Ideologi

Memunculkan rasa saling menghormati, meski tetap memiliki perbedaan pada bagian
landasan atau falsafahnya.

* Bidang politik

Di dalam politik, kerja sama internasional akan membuat negara bersama-sama saling
berorientasi pada kepentingan nasional masing-masing.

* Bidang ekonomi

Kerja sama internasional yang terjalin akan membuat negara saling menguntungkan
untuk meningkatkan kesejahteran melalui proses ekspor serta impor.

* Bidang sosial budaya

Dapat membuat antarnegara menjadi saling melengkapi. Akan tetapi, tetap berpedoman
pada kepribadian yang sudah dimiliki oleh masing-masing negara.

* Bidang pertahanan dan keamanan

Dapat melakukan pelatihan militer bersama guna meningkatkan kualitas keamanan serta
pertahanan suatu negara.

* Bidang pendidikan

Dapat dilakukan pertukaran pelajar dan mahasiswa. Hal ini bertujuan untuk menimba
ilmu sehingga pada nantinya akan membawa dampak positif bagi negara.
Karakteristik Daerah Dalam Kerangka NKRI

Negara Kesatuan Republik Indonesia atau yang sering disingkat NKRI ini memiliki karakteristik
utama yaitu membentuk suatu kesatuan kependudukan yang bernaung pada satu dasar negara,
yaitu Pancasila.

NKRI terbentuk atas daerah-daerah yang menjadi kesatuannya, dan dalam penjalankan
pemerintahan ada beberapa asas otonomi daerah yang dapat dijalankan yaitu sentralisasi dan
desentralisasi, Dan di Indonesia kita menganut sistem desentralisasi, sehingga pemerintah daerah
memiliki hak dan tanggungjawab dalam mengelola daerahnya sendiri. Dengan adanya otonomi
daerah, maka pemerintah mempunyai kebebasan mengelola daerahnya sendiri.

Adapun daerah memiliki fungsi sebagai berikut :

* Sebagai tempat beraktivitasnya dan menetapnya warganegara Indonesia serta sebagai tempat
singgah bagi penduduk bukan warganegara.
* Sebagai unsur pembentuk negara Indonesia
* Sebagai perwujudan dari adanya sistem desentralisasi

Maka tiap daerah memiliki karakterisitiknya masing-masing. Berikut 5 karakteristik daerah


dalam kerangka NKRI:

- Karakter Sosial

Karakter sosial kemasyarakatan juga menjadi pertimbangan satu daerah mendapat status
otonomi. Aceh misalnya, dengan sosial kemasyarakatannya menjadikan Aceh sebagai daerah
istimewa.

- Karakter Ekonomi

Kegiatan Ekonomi adalah Usaha Memenuhi Kebutuhan Hidup, Begini Penjelasannya

Ada daerah yang secara khusus mengembangkan ekonomi. Misalnya daerah Batam, yang
mendapat status daerah otonomi khusus. Batam, mendapat status ini karena letaknya yang sangat
strategis di perlintatasan perdagangan internasional. Tentunya, ini menyebabkan profesi
masyarakat di sana sangat beragam.

Manfaat keberagaman ekonomi dalam masyarakat, satu diantaranya adalah terpenuhinya


kebutuhan barang dan jasa untuk menunjang kehidupan. Coba lihat disekitarmu, ada yang
bekerja sebagai petani, pedagang sayur, peternak ayam, dan lain sebagainya. Beragamnya
ekonomi dilingkungan tersebut, membuatmu dapat memenuhi kebutuhan hidup.

Lalu mengapa ekonomi setiap orang beragam? Apa saja yang mempengaruhi keberagaman
tersebut? Secara sederhana, keberagaman ekonomi terjadi karena kemampuan manusia berbeda-
beda dalam mengelola produksi dan konsumsi sumber daya alam. Perbedaan itu membuat
penghasilan yang berbeda-beda.

Sumber daya alam yang ada di bumi ini diciptakan oleh Tuhan untuk dimanfaatkan oleh
manusia. Pemanfaatan itu digunakan untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraan umat manusia.

Sumber daya alam itu diolah oleh manusia melalui proses produksi yang menghasilkan barang
kemudian dijual ke konsumen. Proses pengolahan sumber daya alam sampai pemakaian di
tangan konsumen ini dinamakan kegiatan ekonomi.

Jadi, keberagaman ekonomi bergantung pada wilayah tempat tinggal penduduk. Setiap penduduk
yang tinggal di suatu wilayah pasti melakukan kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi adalah
semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

- Karakter Pariwisata

Manfaat pariwisata khususnya bahari, dapat dirasakan langsung oleh masyarakat sekitar kawasan
wisata secara langsung dan pemerintah daerah secara tidak langsung. Pemerintah daerah,
mendapat pemasukan uang dari bea masuk di pelabuhan dan bandara. Sedangkan masyarakat,
mendapat manfaat ekonomi dengan menjual cinderamata atau sebagai pemandu wisata.

Pariwisata bahari, merupakan bagian dari ekonomi kelautan (marine economy) yang merupakan
kegiatan ekonomi yang dilakukan di wilayah pesisir dan lautan serta di darat yang menggunakan
sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan kelautan untuk menghasilkan barang dan jasa.

Provinsi Bali misalnya, telah menjadikan pariwisata bahari sebagai sumber pendapatan daerah.
Karakteristik daerah wisata bahari pulau Bali, sangat terkenal di luar negeri. Contohnya, wisata
di Tanjung Benoa.

Pantai Tanjung Benoa merupakan pusat kegiatan olahraga air termasuk selam di Pulau Dewata.
Di tempat ini Anda dapat melakukan kegiatan seru yang memacu adrenalin. Maklum saja,
karakteristik ombak di pantai ini sangat tenang, cocok untuk olahraga air. Beberapa permainan
yang seru yang dapat dicoba meliputi sea walker, wakeboard, donut boat, waterski, banana boat,
jetski, flying fish, dan parasailing.

- Karakter Pendidikan

Yogyakarta, telah lama dikenal sebagai daerah pusat pendidikan di Indonesia. Dengan
banyaknya universitas dan akademi yang ada disana, tak heran bila banyak mahasiswa yang
menuntut ilmu dari berbagai daerah.

- Karakter Kesehatan

Pemerintah daerah, mengembangkan Rumah Sakit Umum Daerah untuk melayani kesehatan
warganya. Tentu, pelayanan kesehatan ini dibutuhkan bagi masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai