Anda di halaman 1dari 6

NAMA : SAMRINA

NIM : 21.13201.070

KELAS : NON REGULER

PEMINATAN : EPIDEMIOLOGI KESEHATAN

SEMESTER : VI (ENAM)

JAWABAN MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

1.) Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara berarti Pancasila dijadikan ideologi
sebagai pedoman oleh masyarakat Indonesia dalam menjalankan kehidupannya. Nilai-
nilai yang terkandung dalam kelima asas Pancasila menjadi landasan masyarakat
dalam bersosialisasi, kehidupan beragama, hak asasi manusia, dan bekerja sama.
Adapun makna Pancasila sebagai ideologi negara adalah sebagai berikut ini:
a. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dijadikan acuan dalam mencapai
cita-cita yang berkaitan dengan aktivitas kehidupan bernegara.
b. Nilai-nilai yang ada dalam Pancasila adalah nilai yang berupa kesepakatan
bersama, dan menjadi sarana pemersatu bangsa.
2.) Penerapan nilai-nilai Pancasila sangat penting karena dapat menciptakan suasana
yang tenang, aman, damai, dan sejahtera. Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila antara lain :

1. Nilai Ketuhanan yang Maha Esa

Memiliki keyakinan dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama
yang dianutnya. Dalam sila ini, nilai yang dikandung adalah saling menghormati dan
bekerjasama antar pemeluk agama yang berbeda-beda. Kita juga tidak bisa
memaksakan agama yang kita anut kepada pemeluk agama lain, karena kita harus
menghormati kebebasan beribadah antar pemeluk agama yang berbeda.

2. Nilai Kemanusian yang Adil dan Beradab


Menjungjung tinggi persamaan derajat, hak dan kewajiban dengan tujuan menegakan dan
memelihara kebersamaan bangsa Indonesia adalah nilai-nilai yang terkandung dalam sila
kedua.

Mengembangkan rasa saling mencintai sesama manusia, gemar melakukan kegiatan


kemanusiaan, saling bertenggang rasa, serta berani menegakan keadilan adalah penerapan
nilai sila kedua dalam kehidupan sehari-hari.

3. Persatuan Indonesia

Menjaga rasa kesatuan dan persatuan adalah makna yang terkandung dalam sila
ketiga. Penerapan nilai-nilai sila ketiga ini meliputi menerapkan sikap cinta tanah air
(nasionalisme), rela berkorban demi bangsa dan negara (patriotisme), dan pengakuan
terhadap etnis dan kebudayaan bangsa yang berbeda-beda, namun satu jiwa sehingga
terbentuk rasa persatuan bangsa Indonesia.

4. Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan Perwakilan

Sebagai warga negara Indonesia kita harus mengutamakan musyawarah untuk


menyelesaikan persoalan bersama. Mengutamakan kepentingan umum diatas kepentingan
pribadi dan golongan, mengutamakan budaya musyawarah dalam menyelesaikan
persoalan dan tidak memaksakan kehendak kepada orang lain adalah penerapan nilai sila
keempat.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Penerapan sila kelima dalam kehidupan sehari-hari bisa dilakukan dengan cara
mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban terutama hak milik orang lain
dan perlakuan adil disegala bidang kehidupan terutama dibidang politik, sosial, dan
budaya.
3. Kronologi penyusunan Dasar Negara Indnoesia yang kini kita kenal sebagai
Pancasila.

Lahirnya dasar negara Indonesia, Pancasila memiliki jalan perumusan yang


cukup panjang dan melibatkan banyak tokoh penting di dalamnya. Semua berawal
dari pemberian janji kemerdekaan oleh Perdana Menteri Jepang saat itu, Kuniaki
Kois untuk Indonesia pada 7 September 1944. pada 1 Maret 1945 yang memiliki
tujuan mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan tata pemerintahan Indonesia
Merdeka. Kemudian BPUPKI diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden Tumenggung
(K.R.T) Radjiman Wedyodiningrat.

Dalam pidato pembukaannya, Dr. Radjiman mengajukan pertanyaan kepada


anggota-anggota sidang yang terdiri dar 67 orang Indonesia dan 7 orang Jepang itu
mengenai dasar-dasar Negara Indonesia yang akan mereka bentuk saat itu.

Sejumlah usulan pun disampaikan oleh para anggota.

Satu di antaranya adalah Muhammad Yamin yang dalam pidatonya pada 29 Mei
1945 ia merumuskan lima dasar yaitu Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri
Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat.

Menurutnya, lima sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah, peradaban,
agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama berkembang di Indonesia.

Pada 1 Juni 1945, Soekarno menyebut dalam pidato spontannya yang


kemudian dikenal dengan judul 'Lahirnya Pancasila'.

Dasar-dasar yang ia susun sebagai berikut: Kebangsaan Indonesia,


Internasionalisme atau Peri-Kemanusiaan, Mufatakat atau Demokrasi, dasar
perwakilan, dasar permusyawaratan; Kesejahteraa Sosial, Ketuhanan.

Nama Pancasila diucapkan oleh Soeakrno dalam pidatonya pada tanggal 1


Juni saat itu.

Usulan Soekarno kemudian diterima baik oleh peserta sidang dan setelah itu,
tanggal 1 Juni 1945 pun diketahui sebagai Hari Lahirnya Pancasila.

g pertama berakhir, sebuah Panitia Kecil dibentuk untuk tak hanya merumuskan
kembali Pancasila sebagai dasar Negara, mengacu pada pidato yang diucapkan
Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945, tetapi juga menjadikan dokumen itu sebagai teks
untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Panitia Kecil itu diisi oleh 9 orang yang dikenal sebagai Panitia Sembilan
untuk menjalankan tugas tersebut. Rencana mereka kemudian disetujui pada tanggal
22 Juni 1945 yang kemudian diberi nama Piagam Jakarta.

Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi


beberapa dokumen penetapannya ialah:

- Rumusan Pertama: Piagam Jakarta (Jakarta Charter) – tanggal 22 Juni 1945

- Rumusan Kedua: Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 – tanggal 18 Agustus 1945

- Rumusan Ketiga: Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat – tanggal 27


Desember 1949

- Rumusan Keempat: Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara – tanggal 15 Agustus


1950

- Rumusan Kelima: Rumusan Pertama menjiwai Rumusan Kedua dan merupakan suatu
rangkaian kesatuan dengan Konstitusi (merujuk Dekret Presiden 5 Juli 1959)

Namun, setelah upacara Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, ada


beberapa utusan yang datang dari Indonesia Bagian Timur, untuk menyampaikan
keberatannya terkait bunyi sila pertama Pancasila.

Beberapa utusan tersebut di antaranya adalah Sam Ratulangi, wakil dari


Sulawesi, Tadjoedin Noor dan Ir. Pangeran Noor, wakil dari Kalimantan, I Ketut
Pudja wakil dari Nusa Tenggara, dan Latu Haryhary, wakil dari Maluku.

Menanggapi protes kecil tersebut, di sidang PPKI yang pertama pada 18


Agustus 1945, Mohammad Hatta pun mengusulkan kalimat 'Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya' diubah menjadi
'Ketuhanan Yang Maha Esa'.

Pengubahan itu sendiri telah dikonsultasikan bersama empat tokoh Islam yaitu
Kasman Singodimejo, Wahid Hasim, Ki Bagus Hadikusumo, dan Teuku M. Hasan.

Keempat tokoh ini menyetujui perubahan kalimat tersebut. Alhasil, ada


penetapan rancangan pembukaan sekaligus batang tubuh UUD 1945 pada Sidang
PPKI I tanggal 18 Agustus 1945, Pancasila pun ditetapkan sebagai dasar negara
Indonesia.

Pancasila sendiri diambil dari bahasa Sanskerta, yang terdiri dari dua kata, panca
yang berarti lima, dan sila yang berarti prinsip atau asas.

Dengan kata lain, Pancasila adalah rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi rakyat Indonesia.

Ada lima butiryraa penyusun Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradaab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwkailan, dan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

Semua tercantum pada paragraf keempat Preambule (Pembukaan) Undang-Undang


Dasar 1946.

Setelah mengalami banyak perubahan dalam kandungan dan urutan lima sila selama
tahap perumusannya.

Pancasila akhirnya menjadi Pancasila seperti yang dikenal sekarang. 1 Juni kini dikenal
sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

4.) Tokoh-tokoh Perumus UUD 1945 Ir. Sukarno Mohamad Yamin Mr. Soepomo K.R.T.
Wongsonegoro R. Soekardjo A.A. Maramis Panji Singgih Haji Agus Salim Soekiman
Wirjosandjojo Hoessein Djajadiningrat Mohammad Hatta Achmad Soebardjo Radjiman
Wediodiningrat

Tanggal 13 Juli 1945, Panitia Kecil Perancang Undang-Undang Dasar telah memperoleh
hasil terkait Lambang Negara, Negara Kesatuan, dan pembentukan Majelis Permusyawaratan
Rakyat. Selain itu, juga dibentuk Panitia Penghalus Bahasa yang beranggotakan Hoessein
Djajadiningrat, Haji Agus Salim, dan Soepomo. Pada 14 Juli 1945, digelar sidang dengan
tajuk “Pembicaraan tentang Pernyataan Lemerdekaan”. Isinya terkait UUD 1945 yang
jumlahnya 42 pasal, 5 di antaranya membahas aturan peralihan keadaan perang dan 1 pasal
yang dijadikan sebagai poin tambahan. Satu hari setelahnya, tanggal 15 Juli 1945, dilakukan
sidang “Pembahasan Rancangan UUD”. Di sidang inilah para tokoh berperan sentral dalam
perumusan UUD 1945. Sukarno ketika itu menjadi Ketua Perancang UUD. Bung Karno
menjelaskan bagaimana naskah yang dihasilkan dari rapat sebelumnya dan ternyata membuat
Mohammad Hatta menanggapinya. Lalu, Soepomo sebagai Ketua Panitia Kecil Perancang
UUD, ikut menjelaskan tentang naskah yang berjumlah 42 pasal itu. Berdasarkan catatan
Sekretariat Negara Republik Indonesia dalam Risalah Sidang BPUPKI PPKI 28 Mei 1945-22
Agustus 1945 (1995:264), terungkap bahwa Soepomo menegaskan bahwa proses perumusan
UUD juga tidak boleh dianggap tidak penting. Pada 16 Juli 1945, UUD akhirnya resmi
diterima oleh seluruh peserta sidang BPUPKI. Selain itu, diterima usul-usul dari Panitia
Keuangan dan Panitia Pembelaan Tanah Air. Dengan demikian, selesailah tugas BPUPKI.

5. )Secara terminologis tokoh yang mengembangkan istilah paradigma sebagai ilmu


pengetahuan terutama dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan adalah Thomas S.
Khun. Pengertian paradigama adalah: “suatu asumsi-asumsi dan asumsi-asumsi teoritis yang
umum , sehingga merupakan sumber hokum, metode, serta penerapan dalam ilmu
pengetahuan yang menentukan sifat, cirri, serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri
(Kaelan, 2000)”. Sifat ilmu pengetahuan yang dinamis menyebabkan semakin banyak hasil-
hasil penelitian, sehingga membuka kemungkinan ditemukan kelemahan-kelemahan pada
teori-teori yang digunakan. Dengan demikian para ilmuwan mengkaji kembali teori-teori
dasar dari ilmu itu sendiri. Contohnya dalam ilmu social manakala suatu teori didasarkan
kepada hasil penelitian ilmiah berdasarkan metode kuantitatif yang mengkaji manusia dan
masyarakat bedasarkan sifat-sifat parsial, terukur dan korelatif ternyata hasil daripada ilmu
pengetahuan itu secara epistemologis hanya mengkaji satu aspek saja dari objek ilmu
pengetahuan, yaitu manusia. Bedasarkan kajian paradigm ilmu pengetahuan social tersebut
kemudian dikembangkan metode baru, yaitu metode kualitatf, Istilah ilmiah itu berkembang
kepada bidang-bidang kehidupan lainnya, sehingga menjadi terminology dari suatu
pengembangan dan pembangunan yang mengandung konotasi pengertian: Kerangka berfikir
Sumber nilai, dan Orientasi arah.

Anda mungkin juga menyukai