NIM : 21.13201.070
SEMESTER : VI (ENAM)
1.) Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara berarti Pancasila dijadikan ideologi
sebagai pedoman oleh masyarakat Indonesia dalam menjalankan kehidupannya. Nilai-
nilai yang terkandung dalam kelima asas Pancasila menjadi landasan masyarakat
dalam bersosialisasi, kehidupan beragama, hak asasi manusia, dan bekerja sama.
Adapun makna Pancasila sebagai ideologi negara adalah sebagai berikut ini:
a. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dijadikan acuan dalam mencapai
cita-cita yang berkaitan dengan aktivitas kehidupan bernegara.
b. Nilai-nilai yang ada dalam Pancasila adalah nilai yang berupa kesepakatan
bersama, dan menjadi sarana pemersatu bangsa.
2.) Penerapan nilai-nilai Pancasila sangat penting karena dapat menciptakan suasana
yang tenang, aman, damai, dan sejahtera. Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila antara lain :
Memiliki keyakinan dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama
yang dianutnya. Dalam sila ini, nilai yang dikandung adalah saling menghormati dan
bekerjasama antar pemeluk agama yang berbeda-beda. Kita juga tidak bisa
memaksakan agama yang kita anut kepada pemeluk agama lain, karena kita harus
menghormati kebebasan beribadah antar pemeluk agama yang berbeda.
3. Persatuan Indonesia
Menjaga rasa kesatuan dan persatuan adalah makna yang terkandung dalam sila
ketiga. Penerapan nilai-nilai sila ketiga ini meliputi menerapkan sikap cinta tanah air
(nasionalisme), rela berkorban demi bangsa dan negara (patriotisme), dan pengakuan
terhadap etnis dan kebudayaan bangsa yang berbeda-beda, namun satu jiwa sehingga
terbentuk rasa persatuan bangsa Indonesia.
Penerapan sila kelima dalam kehidupan sehari-hari bisa dilakukan dengan cara
mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban terutama hak milik orang lain
dan perlakuan adil disegala bidang kehidupan terutama dibidang politik, sosial, dan
budaya.
3. Kronologi penyusunan Dasar Negara Indnoesia yang kini kita kenal sebagai
Pancasila.
Satu di antaranya adalah Muhammad Yamin yang dalam pidatonya pada 29 Mei
1945 ia merumuskan lima dasar yaitu Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri
Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat.
Menurutnya, lima sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah, peradaban,
agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama berkembang di Indonesia.
Usulan Soekarno kemudian diterima baik oleh peserta sidang dan setelah itu,
tanggal 1 Juni 1945 pun diketahui sebagai Hari Lahirnya Pancasila.
g pertama berakhir, sebuah Panitia Kecil dibentuk untuk tak hanya merumuskan
kembali Pancasila sebagai dasar Negara, mengacu pada pidato yang diucapkan
Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945, tetapi juga menjadikan dokumen itu sebagai teks
untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Panitia Kecil itu diisi oleh 9 orang yang dikenal sebagai Panitia Sembilan
untuk menjalankan tugas tersebut. Rencana mereka kemudian disetujui pada tanggal
22 Juni 1945 yang kemudian diberi nama Piagam Jakarta.
- Rumusan Kelima: Rumusan Pertama menjiwai Rumusan Kedua dan merupakan suatu
rangkaian kesatuan dengan Konstitusi (merujuk Dekret Presiden 5 Juli 1959)
Pengubahan itu sendiri telah dikonsultasikan bersama empat tokoh Islam yaitu
Kasman Singodimejo, Wahid Hasim, Ki Bagus Hadikusumo, dan Teuku M. Hasan.
Pancasila sendiri diambil dari bahasa Sanskerta, yang terdiri dari dua kata, panca
yang berarti lima, dan sila yang berarti prinsip atau asas.
Dengan kata lain, Pancasila adalah rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi rakyat Indonesia.
Ada lima butiryraa penyusun Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradaab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwkailan, dan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Setelah mengalami banyak perubahan dalam kandungan dan urutan lima sila selama
tahap perumusannya.
Pancasila akhirnya menjadi Pancasila seperti yang dikenal sekarang. 1 Juni kini dikenal
sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
4.) Tokoh-tokoh Perumus UUD 1945 Ir. Sukarno Mohamad Yamin Mr. Soepomo K.R.T.
Wongsonegoro R. Soekardjo A.A. Maramis Panji Singgih Haji Agus Salim Soekiman
Wirjosandjojo Hoessein Djajadiningrat Mohammad Hatta Achmad Soebardjo Radjiman
Wediodiningrat
Tanggal 13 Juli 1945, Panitia Kecil Perancang Undang-Undang Dasar telah memperoleh
hasil terkait Lambang Negara, Negara Kesatuan, dan pembentukan Majelis Permusyawaratan
Rakyat. Selain itu, juga dibentuk Panitia Penghalus Bahasa yang beranggotakan Hoessein
Djajadiningrat, Haji Agus Salim, dan Soepomo. Pada 14 Juli 1945, digelar sidang dengan
tajuk “Pembicaraan tentang Pernyataan Lemerdekaan”. Isinya terkait UUD 1945 yang
jumlahnya 42 pasal, 5 di antaranya membahas aturan peralihan keadaan perang dan 1 pasal
yang dijadikan sebagai poin tambahan. Satu hari setelahnya, tanggal 15 Juli 1945, dilakukan
sidang “Pembahasan Rancangan UUD”. Di sidang inilah para tokoh berperan sentral dalam
perumusan UUD 1945. Sukarno ketika itu menjadi Ketua Perancang UUD. Bung Karno
menjelaskan bagaimana naskah yang dihasilkan dari rapat sebelumnya dan ternyata membuat
Mohammad Hatta menanggapinya. Lalu, Soepomo sebagai Ketua Panitia Kecil Perancang
UUD, ikut menjelaskan tentang naskah yang berjumlah 42 pasal itu. Berdasarkan catatan
Sekretariat Negara Republik Indonesia dalam Risalah Sidang BPUPKI PPKI 28 Mei 1945-22
Agustus 1945 (1995:264), terungkap bahwa Soepomo menegaskan bahwa proses perumusan
UUD juga tidak boleh dianggap tidak penting. Pada 16 Juli 1945, UUD akhirnya resmi
diterima oleh seluruh peserta sidang BPUPKI. Selain itu, diterima usul-usul dari Panitia
Keuangan dan Panitia Pembelaan Tanah Air. Dengan demikian, selesailah tugas BPUPKI.