Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup

ISSN: 2528-4002 (media online)


ISSN: 2355-892X (print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/Kesehatan_Masyarakat
FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMBUHAN PASIEN
TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2018
1
Tamara Khairunnisa,2Masryna Siagian,3Rapael Ginting3
1
Mahasiswa Sarjana Kesehatan Masyarakat UNPRI
2,3
Dosen Sarjana Kesehatan Masyarakat UNPRI
Khairunnisa.tamara@gmail.com, Rynasiagian@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah
utama kesehatan di masyarakat. Angka kesembuhan penderita penyakit Tuberkulosis Paru di Wilayah
Kerja Puskesmas di Kabupaten Langkat masih rendah dilihat dari Indikator Nasional yang umum
digunakan dalam mengukur angka kesembuhan penderita TB Paru yakni sebanyak 20 penderita
(46,6%) sembuh dan 22 penderita (52,4%) tidak sembuh. Penelitian ini dilakukan di 4 Wilayah Kerja
Puskesmas di Kabupaten Langkat antara lain Puskesmas Tanjung Beringin, Puskesmas Securai,
Puskesmas Pangkalan Brandan dan Puskesmas Tanghkahan Durian pada bulan Agustus hingga
September 2018. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh antara variabel Kepatuhan
Minum Obat, Pengawas Minum Obat (PMO) dan Kunjungan Ulang terhadap Kesembuhan Penderita
penyakit Tuberkulosis Paru. Penelitian yang digunakan bersifat deskriptif analitik dan menggunakan
rancangan Cross Sectional dengan jumlah sampel sebanyak 42 penderita. Data dianalisis dengan
menggunakan Uji Regresi Ganda (CI= 95%, α 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh antara variabel Kepatuhan Minum Obat dengan kesembuhan penderita TB Paru (p value =
0,000 > 0,05), terdapat pengaruh antara variabel Pengawas Minum Obat (PMO) dengan kesembuhan
penderita TB Paru (p value = 0,000 > 0,05) dan terdapat pengaruh antara variabel Kunjungan Ulang
dengan kesembuhan penderita TB Paru (p value = 0,000 > 0,05). Diharapkan penderita TB Paru untuk
patuh mengikuti arahan dan metode selama masa pengobatan intensif dari petugas kesehatan sehingga
dapat meningkatkan angka kesembuhan dari penderita penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru).

Kata Kunci : Kepatuhan Minum Obat, Pengawas Minum Obat (PMO), Kunjungan
Ulang, Kesembuhan Pasien Tuberkulosis Paru

ABSTRACT

Lung Tuberculosis (Pulmonary TB) is one type of disease that is still a major problem in the
health community. The recovery rate of patients with pulmonary tuberculosis in the Puskesmas
Working Area in Langkat Regency is still low seen from the National Indicators that are commonly
used in measuring cure rates for pulmonary TB patients, namely 20 patients (46.6%) recovered and
22 sufferers (52.4%) did not healed. The research was carried out in 4 Puskesmas Working Areas in
Langkat District including Tanjung Beringin Health Center, Securai Health Center, Pangkalan
Brandan Health Center and Tanghkahan Durian Health Center in August to September 2018. The
purpose of this study was to see the compliance of taking medication, supervisors of taking
medication and revisit towards patients recovery with pulmonary tuberculosis. The type of this
research is descriptive analytic and used a Cross Sectional design with a total sample of 42 patients.
Data were analyzed using Multiple Regression Tests (CI = 95%, α 0,05). The results showed that
there was an influence between the variable of Compliance of taking medication with Patients
recovery with pulmonary tuberculosis (p value = 0,000> 0,05), there was an influence between the
variable of supervisors of taking medication with patients recovery with pulmonary tuberculosis (p
value = 0,000> 0, 05) and there is an influence between the variable of revisit with patients recovery
with pulmonary tuberculosis (p value = 0,000> 0.05). The expectations of this research is patients
with pulmonary TB will obey to follow the directions and methods during the intensive treatment

9
Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup
ISSN: 2528-4002 (media online)
ISSN: 2355-892X (print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/Kesehatan_Masyarakat
period of health workers so it can increase the cure rate of patients with pulmonary tuberculosis
(pulmonary TB).

Keywords: Compliance of taking medication, Supervisors of taking medication, Revisit, Patients


recovery with pulmonary tuberculosis.

PENDAHULUAN 100.000 penduduk) dengan 100.000 kematian


Negara Indonesia saat ini menghadapi pertahun (41 per 100.000 penduduk).
beban ganda dalam pembangunan kesehatan Diperkirakan 63.000 kasus TB dengan HIV
yang dikenal dengan Double Burden. Di satu positif (25 per 100.000 penduduk). Angka
sisi, penyakit menular masih menjadi masalah Notifikasi Kasus (Case Notification
yang ditandai dengan masih sering terjadi Rate/CNR) dari semua kasus, dilaporkan
KLB (Kejadian Luar Biasa) beberapa sebanyak 129 per 100.000 penduduk. Jumlah
penyakit menular tertentu, munculnya seluruh kasus 324.539 kasus, diantaranya
kembali beberapa penyakit menular lama (re- 314.965 adalah kasus baru. Secara nasional
emerging diseases) serta munculnya penyakit- perkiraan prevalensi HIV diantara pasien TB
penyakit menular baru (new-emerging diperkirakan sebesar 6,2%. Jumlah kasus TB-
diseases) seperti HIV/AIDS, Avian Influenza RO diperkirakan sebanyak 6700 kasus yang
dan Flu Babi. Salah satu penyakit menular berasal dari 1,9% kasus TB-RO dari kasus
yang masih menjadi perhatian dan masalah baru TB dan ada 12% kasus TB-RO dari TB
kesehatan masyarakat di Indonesia saat ini dengan pengobatan ulang (Kemenkes RI,
ialah penyakit Tuberkulosis Paru yang 2016).
penyebarannya semakin meluas (Kemenkes Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
RI, 2015). pada tahun 2013 menunjukkan prevalensi
Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah suatu penyakit Tuberkulosis Paru berdasarkan
penyakit infeksi menular yang disebabkan diagnosis sebesar 0,4% dari jumlah
oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis penduduk, dengan kata lain rata-rata tiap
yang dapat menyerang berbagai organ, 100.000 penduduk Indonesia terdapat 400
terutama paru-paru. Penyakit ini bila tidak orang yang di diagnosis TB Paru oleh tenaga
diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat kesehatan. Pada tahun 2013 ditemukan
menimbulkan komplikasi berbahaya hingga jumlah kasus baru BTA positif (BTA +)
kematian. TB Paru diperkirakan sudah ada di sebanyak 196.310 kasus. Lima provinsi
dunia sejak 5000 tahun sebelum Masehi, dengan TB paru tertinggi adalah Jawa Barat
namun kemajuan dalam penemuan dan (0.7%), Papua (0.6%), DKI Jakarta (0.6%),
pengendalian penyakit TB baru terjadi dalam Gorontalo (0.5%), Banten (0.4%) dan Papua
dua abad terakhir (Kemenkes RI, 2015). Barat (0.4%). (Riskesdas, 2013).
Menurut laporan WHO tahun 2015, Berdasarkan jumlah penduduk Provinsi
ditingkat global diperkirakan 9,6 juta kasus Sumatera Utara tahun 2016, diperhitungkan
TB baru dengan 3,2 juta kasus diantaranya sasaran penemuan seluruh kasus TB Paru
adalah perempuan. Dengan 1,5 juta kematian pada laki-laki dan perempuan adalah
karena TB dimana 480.000 kasus adalah sebanyak 17.798 jiwa, dan hasil cakupan
perempuan. Dari kasus TB tersebut penemuan kasus baru TB Paru BTA (+)
ditemukan 1,1 juta (12%) HIV positif dengan adalah sebanyak 11.771 kasus. Pada laki-laki,
kematian 320.000 orang (140.000 orang jumlah kasus baru BTA (+) adalah sebanyak
adalah perempuan) dan 480.000 TB Resistan 7.764 kasus sedangkan pada perempuan,
Obat (TB-RO) dengan kematian 190.000 terdapat 4.007 jumlah kasus baru BTA (+).
orang. Dari 9,6 juta kasus TB baru, (Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara,
diperkirakan 1 juta kasus TB Anak (di bawah 2016).
usia 15 tahun) dan 140.000 kematian/tahun Tahun 2016, Case Notification Rate/CNR
(Kemenkes RI, 2016). (kasus baru) TB Paru BTA (+) di Sumatera
Jumlah kasus TB di Indonesia menurut Utara baru mencapai 105,02/100.000
Laporan WHO tahun 2015, diperkirakan ada penduduk. Pencapaian per Kabupaten/Kota,
1 juta kasus TB baru pertahun (399 per tiga tertinggi adalah Kota Medan sebesar

10
Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup
ISSN: 2528-4002 (media online)
ISSN: 2355-892X (print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/Kesehatan_Masyarakat
3.006/100.000, Kabupaten Deli Serdang variabel kunjungan ulang, hasil penelitian
sebesar 2.184/100.000 dan Simalungun Nuviasari dkk (2015) menyatakan bahwa
sebesar 962/100.000). Sedangkan tiga terdapat hubungan yang signifikan antara
Kabupaten/Kota terendah adalah Kabupaten keteraturan pengobatan dengan status
Nias Barat sebesar 50/100.000, Pakpak Barat kesembuhan Pasien Tuberkulosis Paru.
sebesar 67/100.000 dan Gunung Sitoli sebesar Berdasarkan hasil survei awal yang
68/100.000 (Profil Kesehatan Provinsi dilakukan di 4 Wilayah Kerja Puskesmas di
Sumatera Utara, 2016). Kabupaten Langkat yakni Puskesmas Tanjung
Sejak tahun 1995, upaya pemberantasan Beringin, Puskesmas Securai, Puskesmas
dan pengendalian penyakit TB Paru secara Pangkalan Brandan dan Puskesmas
nasional dilaksanakan melalui Puskesmas Tangkahan Durian, total jumlah penderita
dengan menerapkan strategi DOTS (Directly BTA (+) di bulan Maret tahun 2018 adalah
Observed Treatment Shortcourse) yaitu sebanyak 42 penderita dari total 108 penderita
strategi penatalaksanaan penyakit TB Paru suspek TB Paru.
yang menekankan pentingnya pengawasan Jumlah penderita penyakit Tuberkulosis
untuk memastikan pasien menyelesaikan Paru di Puskesmas Tanjung Beringin pada
pengobatan sesuai ketentuan sampai bulan Maret tahun 2018 adalah sebanyak 11
dinyatakan sembuh. Kegiatan ini meliputi penderita BTA (+) dari 30 penderita suspek
upaya penemuan penderita dengan TB Paru (Program TB Nasional Puskesmas
pemeriksaan dahak di sarana kesehatan yang Tanjung Beringin, 2018).
ditindaklanjuti dengan paket pengobatan. Jumlah penderita penyakit Tuberkulosis
Strategi ini direkomendasikan oleh Paru di Puskesmas Securai pada bulan Maret
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara tahun 2018 adalah sebanyak 9 penderita BTA
global dalam pengendalian penyakit TB Paru (+) dari 28 penderita suspek TB Paru.
karena menghasilkan angka kesembuhan yang (Program TB Nasional Puskesmas Securai,
tinggi yaitu mencapai 85% (Kemenkes RI, 2018).
2013). Jumlah penderita penyakit Tuberkulosis
Secara umum, faktor utama yang Paru di Puskesmas Pangkalan Brandan pada
mempengaruhi angka kesembuhan pasien TB bulan Maret tahun 2018 adalah sebanyak 14
Paru ditentukan oleh kepatuhan pasien TB penderita BTA (+) dari 30 penderita suspek
Paru dalam minum Obat Anti Tuberkulosis TB Paru (Program TB Nasional Puskesmas
(OAT). Kepatuhan menyangkut aspek jumlah Pangkalan Brandan, 2018).
dan jenis OAT yang diminum, serta Jumlah penderita penyakit Tuberkulosis
keteraturan waktu minum obat. Tingginya Paru di Puskesmas Tangkahan Durian pada
angka putus berobat mengakibatkan tingginya bulan Maret tahun 2018 adalah sebanyak 8
kasus resistensi kuman terhadap OAT yang penderita BTA (+) dari 20 penderita suspek
membutuhkan biaya yang lebih besar dan TB Paru (Program TB Nasional Puskesmas
bertambah lamanya pengobatan (Kemenkes Tangkahan Durian, 2018).
RI, 2013). Setelah dilakukan observasi langsung
Hasil penelitian Muniroh dkk (2012) dengan menggunakan teknik wawancara
tentang variabel kepatuhan minum obat kepada penderita TB Paru BTA (+), masing-
menyatakan bahwa ada hubungan yang masing penderita memiliki alasan yang
signifikan antara kepatuhan minum obat hampir sama yakni tidak terdapatnya
terhadap kesembuhan pada penderita TBC di Pengawas Minum Obat (PMO) serta kurang
wilayah kerja Puskesmas Mangkang dengan p aktifnya dorongan dari keluarga sebagai orang
value 0,001 (p < 0,05). Sedangkan pada terdekat untuk mengawasi penderita selama
variabel pengawas minum obat (PMO), hasil masa pengobatan dengan rutin melakukan
penelitian Prabowo (2014) menyatakan follow up atau kunjungan ke Puskesmas setiap
bahwa terdapat hubungan antara peran minggu. Beberapa penderita juga
Pengawas Minum Obat (PMO) terhadap mengungkapkan, alasan langsung penderita
kepatuhan kunjungan berobat pasien putus berobat adalah mereka merasa terbebani
Tuberkulosis Paru (TB Paru) di Puskesmas karena harus minum obat selama fase intensif
Nogosari Boyolali (p= 0,033). Dan pada yakni setiap hari selama 6 bulan penuh.

11
4
Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup
ISSN: 2528-4002 (media online)
ISSN: 2355-892X (print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/Kesehatan_Masyarakat
Berdasarkan tingkat kepatuhan minum obat,
METODE PENELITIAN mayoritas penderita adalah dengan kategori
Jenis penelitian adalah deskriptif tidak patuh sebanyak 30 orang (71,4%) dan
analitik dengan rancangan Cross Sectional. minoritas penderita adalah dengan kategori
Yaitu rancangan penelitian yang digunakan patuh sebanyak 12 orang (28,6%).
untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kesembuhan pasien Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik
Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Responden Berdasarkan Variabel
Puskesmas Kabupaten Langkat Tahun 2018. Pengawas Minum Obat (PMO)
Lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah
di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Pengawas Jumlah Persentase
Langkat yang terdiri dari Puskesmas Tanjnng Minum Obat (n) (%)
Beringin, Puskesmas Securai, Puskesmas (PMO)
Pangkalan Brandan dan Puskesmas Baik 18 42,9
Tangkahan Durian. Hal ini dikarenakan di Tidak Baik 24 57,1
Puskesmas tersebut terdapat sampel sesuai Total 42 100,0
dengan kriteria penelitian yang akan
dilakukan. Penelitian ini dilaksanakan pada Berdasarkan pengawas minum obat (PMO),
bulan Agustus - September tahun 2018. mayoritas adalah dengan kategori tidak baik
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh sebanyak 24 orang (57,1%) dan minoritas
pasien Tuberkulosis Paru BTA (+) di Wilayah adalah dengan kategori baik sebanyak 18
Kerja Puskesmas Kabupaten Langkat pada orang (42,9%).
bulan Maret tahun 2018 yaitu sebanyak 42
penderita. Sampel dalam penelitian ini adalah Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik
seluruh pasien Tuberkulosis Paru BTA (+) di Responden Berdasarkan Variabel
Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Kunjungan Ulang
Langkat pada bulan Maret tahun 2018 yaitu
sebanyak 42 penderita, yang terdiri dari Kunjungan Jumlah Persentase
Puskesmas Tanjnng Beringin sebanyak 11 Ulang (n) (%)
penderita TB Paru BTA (+), Puskesmas Rutin 20 47,6
Securai sebanyak 9 penderita TB Paru BTA Tidak Rutin 22 52,4
(+), Puskesmas Pangkalan Brandan sebanyak Total 42 100,0
14 penderita TB Paru BTA (+) dan
Puskesmas Tangkahan Durian sebanyak 8 Berdasarkan tingkat kunjungan ulang,
penderita TB Paru BTA (+). mayoritas adalah dengan kategori tidak rutin
Teknik pengambilan sampel dalam sebanyak 22 orang (52,4) dan minoritas
penelitian ini diambil secara Sampel Random adalah dengan kategori rutin adalah sebanyak
Berstrata (Stratified Random Sampling) 20 orang (47,6%).
dimana sampel diambil dengan
memperhatikan strata (tingkatan) di dalam ANALISIS BIVARIAT
populasi. Tabel 2. Pengaruh Kepatuhan Minum
Obat Dengan Kesembuhan Pasien
HASIL PENELITIAN Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja
ANALISIS UNIVARIAT Puskemas Kabupaten Langkat Tahun 2018
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Kepat Kesembuhan To O P
Responden Berdasarkan Variabel uhan Pasien tal R Va
Kepatuhan Minum Obat Minu lue
m
Kepatuhan Jumlah Persentase Obat
Minum Obat (n) (%) Sem- Tdk
Patuh 12 28,6 buh Sem-
Tidak Patuh 30 71,4 buh
Total 42 100,0 n % n % N %

512
Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup
ISSN: 2528-4002 (media online)
ISSN: 2355-892X (print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/Kesehatan_Masyarakat
Patuh 1 10 0 0, 1 10 3, 0,0 dan minoritas responden adalah sembuh
2 0 0 2 0 7 00 sebanyak 2 responden (8,3%). Selain itu,
Tidak 8 26 2 73 3 10 diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 12, artinya
Patuh ,7 2 ,3 0 0 penderita dengan kategori Pengawas Minum
Obat (PMO) tidak baik memiliki nilai 12,0
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari kali lebih besar sebagai faktor risiko dalam
12 responden yang patuh minum obat, seluruh menderita penyakit Tuberkulosis Paru
responden sebanyak 12 orang (100%) adalah dibandingkan dengan penderita dalam
sembuh. Dari 30 responden yang tidak patuh kategori Pengawas Minum Obat (PMO) baik.
minum obat, mayoritas responden adalah Diperoleh pula nilai p value = 0,000 (p value
tidak sembuh sebanyak 22 responden (73,3%) < 0,05), artinya Ho ditolak, ini menunjukkan
dan minoritas responden adalah sembuh bahwa ada pengaruh yang signifikan antara
sebanyak 8 responden (26,7%). Selain itu, pengawas minum obat dengan kesembuhan
diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 3,7 artinya pasien Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja
penderita yang tidak patuh minum obat Puskesmas Kabupaten Langkat tahun 2018.
memiliki nilai 3,7 kali lebih besar sebagai
faktor risiko dalam menderita penyakit Tabel 4. Pengaruh Kunjungan Ulang
Tuberkulosis Paru dibandingkan dengan Dengan Kesembuhan Pasien Tuberkulosis
penderita yang patuh minum obat. Diperoleh Paru Di Wilayah Kerja Puskemas
pula nilai p value = 0,000 (p value < 0,05), Kabupaten Langkat Tahun 2018
artinya Ho ditolak, ini menunjukkan bahwa
ada pengaruh yang signifikan antara Kunju Kesembuhan To O P
kepatuhan minum obat dengan kesembuhan ngan Pasien tal R Va
pasien Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Ulang lue
Puskesmas Kabupaten Langkat tahun 2018. Sem- Tdk
Buh Sem-
Tabel 3. Pengaruh Pengawas Minum Obat buh
(PMO) Dengan Kesembuhan Pasien n % n % N %
Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Rutin 2 1 0 0, 2 10 0,0 0,0
Puskemas Kabupaten Langkat Tahun 2018 0 0 0 0 0 91 00
0
Peng Kesembuhan To O P Tidak 0 0, 2 1 2 10
awas Pasien tal R Val Rutin 0 2 0 2 0
Minu ue 0
m
Obat Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari
Sem- Tdk 20 responden dengan kategori kunjungan
Buh Sem- ulang rutin, seluruh responden sebanyak 20
buh orang (100%) adalah sembuh (100%). Dari 22
n % n % N % responden dengan kategori kunjungan ulang
Baik 1 1 0 0, 1 10 12 0,0 tidak rutin, seluruh responden sebanyak 22
8 0 0 8 0 ,0 00 orang (100%) adalah tidak sembuh. Selain itu,
0 diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 0,091,
Tidak 2 8, 2 91 2 10 artinya penderita dengan kategori kunjungan
Baik 3 2 ,7 4 0 ulang tidak rutin memiliki nilai 0,091 kali
lebih besar sebagai faktor risiko dalam
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari menderita penyakit Tuberkulosis Paru
18 responden dengan kategori pengawas dibandingkan dengan penderita dalam
minum obat baik, seluruh responden sebanyak kategori kunjungan ulang rutin. Diperoleh
18 orang (100%) adalah sembuh. Dari 24 pula nilai p value = 0,000 (p value < 0,05)
responden dengan kategori pengawas minum artinya Ho ditolak, ini menunjukkan bahwa
obat tidak baik, mayoritas responden adalah ada pengaruh yang signifikan antara
tidak sembuh sebanyak 22 responden (91,7%) kunjungan ulang dengan kesembuhan pasien

613
Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup
ISSN: 2528-4002 (media online)
ISSN: 2355-892X (print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/Kesehatan_Masyarakat
Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Dari 30 penderita yang tidak patuh
Puskesmas Kabupaten Langkat tahun 2018. minum obat, terdapat 22 penderita (73,3%)
yang dinyatakan tidak sembuh dan 8
PEMBAHASAN penderita (26,7%) yang dinyatakan sembuh.
Pengaruh Kepatuhan Minum Obat Dengan Penderita yang tidak patuh minum obat dan
Kesembuhan Pasien Di Wilayah Kerja dinyatakan tidak sembuh adalah penderita
Puskesmas Kabupaten Langkat Tahun yang tidak mengikuti aturan minum OAT
2018 sesuai anjuran seperti dengan sengaja tidak
Berdasarkan hasil analisis statistik minum OAT setiap hari, mengganti OAT
dengan menggunakan Uji Regresi Ganda yang sudah diberikan Puskesmas dengan
diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 3,7 artinya obat-obatan tradisional dan dengan sengaja
penderita yang tidak patuh minum obat mengurangi jumlah OAT yang sudah
memiliki nilai 3,7 kali lebih besar sebagai diresepkan sesuai dosis. Penderita yang tidak
faktor risiko dalam menderita penyakit patuh minum obat namun pada akhirnya
Tuberkulosis Paru dibandingkan dengan dinyatakan sembuh adalah penderita yang
penderita yang patuh minum obat. Selain itu, setiap hari tetap mengonsumsi Obat Anti
diperoleh pula nilai p value = 0,000 (p value < Tuberkulosis (OAT) sesuai dengan dosis,
0,05), artinya Ho ditolak, ini menunjukkan hanya saja waktu untuk minum obat yang
bahwa ada pengaruh yang signifikan antara berubah-ubah atau tidak sesuai jadwal. Hal
kepatuhan minum obat dengan kesembuhan tersebut membuktikan bahwa kesembuhan
pasien Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja penderita penyakit Tuberkulosis Paru lebih
Puskesmas Kabupaten Langkat tahun 2018. bergantung pada rutin atau tidaknya penderita
Penderita yang patuh berobat adalah penyakit Tuberkulosis Paru dalam
penderita yang menyelesaikan pengobatan mengonsumsi Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
secara teratur dan lengkap tanpa terputus sehingga pada akhir pengobatan dapat
selama minimal enam bulan sampai sembilan dinyatakan sembuh.
bulan. Penderita dikatakan lalai jika tidak
datang lebih dari tiga hari sampai dua bulan Pengaruh Pengawas Minum Obat (PMO)
dari tanggal perjanjian dan dikatakan drop out Dengan Kesembuhan Pasien Di Wilayah
jika lebih dari dua bulan berturut-turut tidak Kerja Puskesmas Kabupaten Langkat
datang berobat setelah dikunjungi petugas Tahun 2018
kesehatan (Depkes RI, 2010). Berdasarkan hasil analisis menggunakan
Penderita yang pada akhirnya Uji Regresi Ganda diperoleh nilai Odds Ratio
dinyatakan sembuh adalah penderita yang (OR) = 12,0 artinya penderita dengan kategori
mengikuti aturan minum Obat Anti Pengawas Minum Obat (PMO) tidak baik
Tuberkulosis (OAT) lini pertama secara memiliki nilai 12,0 kali lebih besar sebagai
lengkap dan sesuai dengan frekuensi yakni faktor risiko dalam menderita penyakit
sebanyak 5 jenis OAT per hari. Jenis-jenis Tuberkulosis Paru dibandingkan dengan
OAT tersebut antara lain Isoniazid (300 mg penderita dalam kategori Pengawas Minum
per hari), Rifampisin (600 mg per hari), Obat (PMO) baik. Selain itu, diperoleh pula
Pirazinamid (2000 mg per hari), Etambutol nilai p value = 0,000 (p value < 0,05), artinya
(250 mg per hari), Streptomisin (1000 mg per Ho ditolak, ini menunjukkan bahwa ada
hari). pengaruh yang signifikan antara pengawas
Selain mengikuti aturan minum obat minum obat dengan kesembuhan pasien
sesuai waktu dan frekuensi, 12 penderita Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja
(100%) yang dinyatakan sembuh juga Puskesmas Kabupaten Langkat tahun 2018.
mengikuti setiap saran dan anjuran dari Pengawasan pengobatan secara
petugas kesehatan di puskesmas tentang cara langsung adalah penting setidaknya selama
minum OAT yang benar serta apa-apa saja tahap pengobatan intensif (2 bulan pertama)
efek samping dari penggunaan OAT apabila untuk meyakinkan bahwa obat dimakan
tidak dikonsumsi sesuai dengan dosis dan dengan kombinasi yang benar dan jangka
frekuensi. waktu yang tepat. Pengawas pengobatan bisa
jadi siapa saja yang berkeinginan, terlatih,

14 7
Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup
ISSN: 2528-4002 (media online)
ISSN: 2355-892X (print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/Kesehatan_Masyarakat
bertanggung jawab, dapat diterima oleh dibandingkan dengan penderita dalam
pasien dan bertanggung jawab terhadap kategori kunjungan ulang rutin. Selain itu,
pelayanan pengawasan pengobatan diperoleh pula nilai p value = 0,000 (p value <
Tuberkulosis (WHO, 2007). 0,05) artinya Ho ditolak, ini menunjukkan
Penderita yang dinyatakan sembuh bahwa ada pengaruh yang signifikan antara
adalah penderita dengan kategori pengawas kunjungan ulang dengan kesembuhan pasien
minum obat (PMO) yang tergolong baik. Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja
Artinya, PMO menjamin keteraturan dan Puskesmas Kabupaten Langkat tahun 2018.
ketekunan pengobatan sesuai jadwal yang Pelaksanaan kunjungan ulang (follow up)
telah disepakati, serta mengurangi dalam rangka melakukan pemeriksaan dahak
kemungkinan gagal pengobatan dan resistensi di dalam program penanggulangan
terhadap penggunaan obat anti tuberkulosis tuberkulosis bertujuan untuk menegakkan
(OAT). diagnosis, menilai kemajuan pengobatan atau
Dari 24 responden dengan kategori keberhasilan dari pengobatan dan menentukan
pengawas minum obat (PMO) tidak baik, tingkat penularan (Kemenkes RI, 2011).
terdapat 22 penderita (91,7%) yang Penderita yang dinyatakan sembuh
dinyatakan tidak sembuh dan terdapat 2 adalah penderita dengan kategori kunjungan
penderita (8,3%) yang dinyatakan sembuh. ulang yang tergolong rutin. Artinya, jumlah
Penderita dengan kategori pengawas minum pemeriksaan yang dilakukan adalah lengkap,
obat tidak baik dan dinyatakan tidak sembuh mulai dari pemeriksaan akhir tahap intensif,
adalah PMO yang tidak mengingatkan dan sebulan sebelum pengobatan dan masa akhir
mengawasi penderita pada saat minum obat, pengobatan (AP).
tidak mendampingi penderita pada saat Penderita yang rutin melakukan
melakukan kunjungan berkala ke Puskesmas kunjungan secara berkala ke Puskesmas setiap
serta tidak mengingatkan agar penderita minggu lebih berpeluang besar untuk sembuh
minum OAT sesuai dengan dosis dan sebab kemajuan pengobatan dan kondisi fisik
frekuensi. Penderita dengan kategori penderita dipantau secara langsung oleh
pengawas minum obat tidak baik namun petugas kesehatan dengan cara melakukan
dinyatakan sembuh adalah penderita dengan penimbangan berat badan setiap minggu serta
pengawas minum obat yang hanya tidak memastikan agar penderita mengonsumsi
melakukan hal-hal kecil yang kurang jenis makanan yang sehat dan bergizi setiap
berpengaruh dalam penentuan status akhir hari.
penderita seperti kurang memberikan Dari 22 responden dengan kategori
motivasi bagi penderita untuk selalu semangat kunjungan ulang tidak rutin, seluruh penderita
dalam menjalani pengobatan dan tetap sebanyak 22 orang (100%) dinyatakan tidak
berfikiran positif, namun tetap menjalankan sembuh. Permasalahan utama penderita tidak
tugas utama sebagai PMO yakni mengawasi rutin melakukan kunjungan ulang adalah jarak
penderita pada saat minum obat dan rumah ke Puskemas yang cukup jauh, tidak
mendampingi penderita pada saat konsultasi terdapat anggota keluarga (PMO) yang
ke petugas kesehatan untuk memperoleh menemani serta tidak tersedianya sarana
informasi tentang penyakit Tuberkulosis Paru. transportasi untuk datang ke Puskesmas guna
melakukan pemeriksaan.
Pengaruh Kunjungan Ulang Dengan
Kesembuhan Pasien Di Wilayah Kerja KESIMPULAN DAN SARAN
Puskesmas Kabupaten Langkat Tahun KESIMPULAN
2018 Ada pengaruh kepatuhan minum obat
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan kesembuhan pasien Tuberkulosis Paru
dengan menggunakan Uji Regresi Ganda di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten
diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 0,091, Langkat tahun 2018. Ada pengaruh pengawas
artinya penderita dengan kategori kunjungan minum obat (PMO) dengan kesembuhan
ulang tidak rutin memiliki nilai 0,091 kali pasien Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja
lebih besar sebagai faktor risiko dalam Puskesmas Kabupaten Langkat tahun 2018.
menderita penyakit Tuberkulosis Paru Ada pengaruh kunjungan ulang dengan

8
15
Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup
ISSN: 2528-4002 (media online)
ISSN: 2355-892X (print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/Kesehatan_Masyarakat
kesembuhan pasien Tuberkulosis Paru di Alsagaff, H., Mukty, A., (2009) Dasar-Dasar
Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:
Langkat tahun 2018. Airlangga University Press.
Budiarto, Eko. (2001) Biostatistika untuk
SARAN Kedokteran dan Kesehatan
Bagi Pusat Kesehatan Masyarakat Masyarakat. Jakarta: EGC.
(Puskesmas) sebagai tempat pelayanan Crofton, J., Horne, N., Miller, Fred. (2002)
kesehatan dasar yang berhadapan langsung Tuberkulosis Klinis. Jakarta: Widya
dengan masyarakat, khususnya bagi Medika.
Puskesmas di Kabupaten Langkat disarankan Danusantoso, H. (2012) Ilmu Penyakit Paru.
untuk lebih meningkatkan pemahaman dan Jakarta: EGC.
memberikan motivasi bagi penderita yang Depkes RI (2010) Jakarta: Depkes RI.
berpendidikan rendah agar penderita dan Erawaty, N., Purwanta., & Subekti, H. (2009)
keluarga dapat paham tentang penyakit TB Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
paru, cara pencegahan dan akibat dari tidak Ketidakpatuhan Berobat Pada
teraturnya menjalankan pengobatan, sehingga Penderita Tuberkulosis Paru, Jurnal
dapat meningkatkan kepatuhan penderita Berita Kedokteran Masyarakat Vol
untuk datang berobat. Mengingat pengobatan 25, No.3 September 2009, pp. 117-
penderita TB Paru membutuhkan waktu yang 123.
cukup lama dengan berbagai risiko kebosanan Kemenkes RI (2011) Profil Kesehatan
dan putus berobat, maka disarankan agar Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.
dilakukan penanganan terpadu pada penderita, Kemenkes RI (2015) Profil Kesehatan
PMO maupun keluarga penderita. Petugas Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.
harus memberikan penjelasan secara rinci, Kemenkes RI (2016) Profil Kesehatan
berlaku simpatik dan ramah, serta bersikap Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.
empati. Kegiatan penyuluhan kesehatan harus Kemenkes RI (2016) Peraturan Menteri
terus dilakukan secara berkesinambungan dan Kesehatan Republik Indonesia Nomor
intensif pada setiap kesempatan dan harus 67 Tahun 2016 Tentang
lebih difokuskan pada penderita TB Paru Penanggulangan Tuberkulosis .
yang belum atau sementara berobat agar dapat Jakarta: Kemenkes RI.
dilakukan tindak lanjut pengobatannya serta Kemenkes RI (2014) Direktorat Jenderal
memberikan pembinaan kepada PMO di Pengendalian Penyakit dan
rumah agar dapat mengawasi penderita Penyehatan Lingkungan; Pedoman
dengan rasa tanggung jawab. Bagi Penderita Nasional Pengendalian Tuberkulosis.
Tuberkulosis Paru diharapkan mampu Jakarta: Kemenkes RI.
mengikuti arahan dan metode dalam Kemenkes RI (2013) Tuberkulosis; Temukan
perawatan dan mematuhi pengobatan 6 bulan Obati Sampai Sembuh. Jakarta:
atau sesuai anjuran yang telah ditetapkan oleh Kemenkes RI.
petugas kesehatan sehingga menurunkan Kemenkes RI (2011) Strategi Nasional
prevalensi angka kejadian TB Paru. Bagi Pengendalian TB di Indonesia Tahun
Peneliti Selanjutnya diharapkan pada 2010-2014. Jakarta: Kemenkes RI.
penelitian lebih lanjut agar penelitian ini Kepmenkes RI (1999) Persyaratan Kesehatan
dapat diteliti lagi dengan tempat penelitian Perumahan. Jakarta: Kemenkes RI.
yang luas dan jumlah sampel yang lebih Kurniawan, N., Rahmalia. S., & Indriati, G.
banyak serta menggunakan jenis penelitian (2015) Faktor-Faktor Yang
yang berbeda. Mempengaruhi Keberhasilan
Pengobatan Tuberkulosis Paru, Jurnal
DAFTAR PUSTAKA JOM Vol 2, No.1 Februari 2015, pp.
Aditama, Tjandra Yoga. (1994) Tuberkulosis 729-740.
Paru; Masalah dan Muniroh, N., Aisah. S., & Mifbakhuddin.
Penanggulangannya. Jakarta: (2013) Faktor-Faktor Yang
Universitas Indonesia (UI Press). Berhubungan Dengan Kesembuhan
Penyakit Tuberculosis (TBC) Paru Di

9
16
Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup
ISSN: 2528-4002 (media online)
ISSN: 2355-892X (print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/Kesehatan_Masyarakat
Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang, Paru di Puskesmas Nogosari
Semarang Barat, Jurnal Keperawatan Boyolali, Oktober 2014.
Komunitas Vol 1, No.1 Mei 2013, pp. Riskesdas (2013) Profil Kesehatan Sumatera
33-42. Utara Tahun 2013. Laporan Provinsi.
Niven, N. (2000) Psikologi Kesehatan; Senewe, F., (2002) Faktor-Faktor Yang
Pengantar Untuk Perawat & Mempengaruhi Kepatuhan Berobat
Profesional Kesehatan Lain. Jakarta: Penderita Tuberkulosis Paru di
EGC. Puskesmas Depok. Jurnal Buletin
Notoadmodjo, S. (2012) Promosi Kesehatan Penelitian Kesehatan Vol 30, No.1,
dan Perilaku Kesehatan . Jakarta: pp. 31-38.
Rineka Cipta Widyanto, F., Triwibowo, C., (2013) Trend
Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis Disease, Trend Penyakit Saat Ini.
(2014). Jakarta: TIM.
Prabowo, R., Irdawati., & Yuniartika, W. World Helath Organization (2007) Global
(2014) Hubungan Antara Peran Tuberculosis Report.
Pengawas Minum Obat (PMO) World Health Organization (2017) Global
Terhadap Kepatuhan Kunjungan Tuberculosis Report.
Berobat Pada Pasien Tuberkulosis
.

10
17

Anda mungkin juga menyukai