Anda di halaman 1dari 10

REMEDIAL PPKn

DIMAS ABDURRACHMAN

KELAS 7-8

ABSEN 10
PERUMUSAN DAN PENETAPAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
A. Sejarah Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara
1. Latar Belakang Sejarah Pancasila sebagai Dasar Negara
Pada tanggal 1 Juni 1945 Soekarno berpidato mengenai rumusan dasar Negara Indonesia.
Kemudian Soekarno memberi istilah dasar Negara dengan nama “Pancasila”. Menurut prof.
Mr Muhammad Yamin, perkataan pancasila berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari dua
suku kata dan mengandung dua macam arti, yaitu: Panca artinya “lima” dan Syila artinya “batu
sendi, alas, atau dasar”. Sedangkan menurut huruf Dewanagari “Syiila” yang artinya peraturan
tingkah laku yang penting/baik/senonoh. Dari kata “Syiila” ini dalam bahasa Indonesia
menjadi “susila” artinya tingkah laku yang baik.1
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pancasila merupakan dasar Negara dan pandangan
hidup bangsa Indonesia. Sebagai pandangan hidup bangsa, pancasila mengandung nilai-nilai
luhur yang berada, tumbuh dan berkembang bersama dengan bangsa Indonesia sejak dahulu
kala. Oleh karena keluhuran sifat nilai-nilai pancasila tersebut, dia merupakan sesuatu yang
akan dicapai dalam hidup masyarakat pendukungnya yaitu masyarakat Indonesia. Dengan
begitu, kedudukan nilai-nilai pancasila merupakan ukuran bagi baik-buruknya atau benar-
salahnya sikap warga Negara secara nasional. Dengan kata lain, nilai pancasila merupakan
tolok ukur, penyaring, atau alat penimbang, bagi semua nilai yang ada, baik dari dalam maupun
luar negeri.
Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia sebelum disahkannya pada tanggal 18
Agustus 1945 oleh PPKI, nilai-nilainya telah diimplementasikan dan mereka pada jiwa bangsa
Indonesia sejak zaman dahulu sebelum bangsa Indonesia mendirikan Negara, yang berupa nilai
- nilai adat-istiadat, kebudayaan serta nilai-nilai religious. Nilai - nilai tersebut sudah
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pedoman hidup. Nilai - nilai tersebut
kemudian diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para pendiri Negara untuk dijadikan
sebagai dasar filsafat Negara Indonesia. Proses perumusan materi pancasila secara formal
tersebut dilakukan dalam sidang - sidang BPUPKI pertama sidang panitia Sembilan, sidang
BPUPKI kedua, serta akhirnya disahkan sebagai dasar filsafat maupun ideologi Negara
kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sidang BPUPKI pertama dilaksanakan pada tanggal 29
Mei-1 Juni 1945, sedangkan sidang kedua dilaksanakan pada tanggal 10 - 16Juli 1945. Pada
tahun 1947 Ir. Soekarno mempublikasikan bahwa pada tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari
lahirnya pancasila.
Pidato Prof. Muhammad Yamin berisikan lima asas dasar Negara, yaitu: peri kebangsaan,
peri kemanusiaan , peri ketahanan, peri kerakyatan, dan kesejahteraan rakyat. Selanjutnya
Soepomo menyatakan gagasannya tentang rumusan lima dasar Negara yaitu: persatuan,
kekeluargaan, keseimbangan lahir dan batin, musyawarah, dan keadilan rakyat.
Pada tanggal 1 Juni 1945Soekarno menyampaikan pidatonya pada sidang BPUPKI. Isi
pidato nya terdapat beberapa susunan terkait lima asas sebagai dasar Negara Indonesia, yaitu:
Nasionalisme atau kebangkitan nasional, Internasionalisme atau peri kemanusiaan, Mufakat
atau Demokrasi, Kesejahteraan social, dan Ketuhanan yang berkebudayaan.
Setelah Undang-Undang Dasar 1945 berlaku kebali sebagai konstitusi di Indonesia sejak
Dekrit Presiden 5 Juli 1959, dan dasar Negara Republik Indonesia termuat di dalam alinea ke
empat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yang dinamakan dengan Pancasila. Adapun
tata urutan dan rumusan pancasila yang termuat di dalam pembukaan UUD 1945 adalah:
1. Ketuhanan yang maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Basis pancasila adalah ketuhanan yang maha esa dan puncaknya adalah keadilan social
yang merupakan tujuan dari empat sila yang lainnya, yaitu untuk mewujudkan keadilan social
bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian, sila ketuhanan yang maha esa memuat
dimensi vertical dari kehidupan kenegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan, sedangkan sila-
sila lainnya memuat dimensi horizontal dari tiga segi kehidupan nasional itu. Keterkaitan erat
antara dimensi vertical dan dimensi horizontal dalam pancasila adalah bahwa dimensi
horizontal itu sesungguhnya adalah juga dalam kerangka dimensi vertical, karena dimensi
horizontal dan dimensi vertical ditentukan oleh hakekat Tuhan.
2. Pembentukan BPUPKI
Pembentukan secara tertulis termuat dalam Maklumat Gunseikan Nomor 23 tanggal 29
Mei 1945. Pembentukan BPUPKI dilatarbelakangi karena kedudukan Jepang yang sudah
semakin terancam pada perang melawan sekutu saat itu. Sejarah pembentukan BPUPKI
diawali dengan Jepang yang mulai terdesak dalam Perang Asia Timur Raya pada akhir 1944.
Bayang-bayang kekalahan Jepang mulai nampak karena seluruh garis pertahanan Jepang di
Pasifik hancur oleh serangan sekutu.
Pada 1 Maret 1945 dalam situasi kritis, Letnan Jendral Kumakici Harada,pimpinan
pemerintah pendudukan Jepang di Jawa, mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Anggotanya terdiri dari 60 orang
yang bertujuan menyelidiki hal-hal penting menyangkut pembentukan negara Indonesia
merdeka.
Pengangkatan pengurus BPUPKI diumumkan pada 29 April 1945. Badan ini semula
berjumlah 70 orang, terdiri atas 62 orang Indonesia dan 8 orang istimewa Jepang yang hanya
bertugas mengamati, kemudian pada sidang kedua ditambah 6 orang anggota dari Indonesia
BPUPKI dibentuk pada tanggal 29 April 1945 dengan Ketua Dokter K.R.T. Radjiman
Wediodiningrat. Ketua muda pertama dijabat oleh Shucokan Cirebon, Icibangase.Kepala
Sekretariat dijabat oleh R.P. Suroso dibantu Toyohito Masuda dan Mr.A.G. Pringgodigdo
Dalam perjalanannya, sidang BPUPKI berlangsung selama dua kali yang kemudian
melahirkan Panitia Sembilan. Tugas dari Panitia Sembilan yaitu memberikan usul yang masuk
dan menentukan kebulatan pendapat. BPUPKI dibentuk pada tanggal 29 April 1945 dengan
anggota 62 orang, serta 8 orang istimewa dari Jepang yang tugasnya mengamati. Kemudian
terdapat tambahan 6 anggota dari Indonesia. Pembentukan anggota ini ditentukan oleh Jepang,
sementara tambahan 6 orang diangkat anggota BPUPKI sendirikan BPUPKi
3. Tahapan perumusan dasar negara
Mengutip "Sejarah Perumusan Pancasila dalam Hubungannya dengan Proklamasi" oleh
Darsita, dalam sidang yang pertama, hari pertama, 29 Mei 1945 bahwa Indonesia
membutuhkan dasar negara. Para tokoh-tokoh pendiri negara mulai mengusulkan rumusan
dasar negara yang isinya berbeda-beda namun tetap memiliki persamaan yaitu didasari oleh
gagasan besar bangsa Indonesia dan kepribadian bangsa Indonesia.
Salah satu tokoh yang mengemukakan pendapatnya adalah Mohammad Yamin. Disini, ia
mengemukakan bahwa dasar negara terdiri dari 5 asas yaitu:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat.
Kemudian, pada hari ketiga sidang pertama, 31 Mei 1945, Soepomo mengemukakan
pendapat dalam pidatonya yang menyatakan bahwa negara Indonesia merdeka adalah dengan
mengatasi segala golongan dan pemahaman untuk mempersatukan lapisan masyarakat
Indonesia. Hal ini, dirumuskan dalam 5 poin yaitu:
1) Persatuan
2) Kekeluargaan
3) Keseimbangan lahir dan batin
4) Musyawarah Keadilan rakyat
4. Sidang BPUPKI 1

Dikutip dari penelitian Darsita bertajuk "Sejarah Perumusan Pancasila dalam


Hubungannya dengan Proklamasi", istilah Pancasila mengemuka dalam sidang pertama
BPUPKI hari ketiga, yakni tanggal 1 Juni 1945. Ir. Sukarno menyampaikan gagasan tentang
dasar negara Indonesia yang ia sebut Pancasila. Tanggal 1 Juni inilah yang lantas ditetapkan
sebagai Hari Lahir Pancasila.
“Sekarang, banyaknya prinsip kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan
ketuhanan, lima bilangannya,” ucap Bung Karno dikutip dari Risalah BPUPKI (1995) terbitan
Sekretariat Negara RI. “Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan
petunjuk seorang teman kita ahli bahasa, namanya ialah Pancasila. Sila artinya asas atau dasar,
dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal, dan abadi,” lanjut
sosok yang nantinya menjadi Presiden RI pertama ini.
Pada hari terakhir dari sidang pertama, 1 Juni 1945 ini, Soekarno turut mengemukakan
pendapatnya dalam sebuah pidato yang diberi nama Pancasila atas usulan dari seorang teman,
ahli bahasa. Rumusan dasar negara dalam 5 sila tersebut, yaitu:
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau peri kemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan

5. Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara: Sidang BPUPKI II (10-16 Juni
1945)
Setelah sidang pertama selesai, Indonesia belum mencapai kesepakatan akhir. Karena hal
itu, BPUPKI membentuk panitia kecil yang beranggotakan 9 orang, di bawah pimpinan
Soekarno, dengan anggota terdiri atas Ki Bagoes Hadikoesoemo, Wachid Hasjim, Muhammad
Yamin, Abdulkahar Muzakir, Sutardjo Kartohadikoesoemo, A.A Maramis, Otto
Iskandardinata dan Mohammad Hatta. Dalam buku "Aku Warga Negara Indonesia untuk
SD/MI Kelas VI" karya Ika Kartika Sari dan Elly Malihah Setiadi disebutkan, panitia yang
diberi nama Panitia Sembilan ini, dibentuk dengan tujuan merumuskan rumusan-rumusan yang
telah dibicarakan agar menjadi kesepakatan yang lebih jelas.
Untuk mewujudkan hal tersebut, diadakan sidang kedua pada 10 Juni sampai dengan 16
Juni 1945. Setelah melewati pelbagai pertimbangan dan diskusi, pada 22 Juni 1945 berhasil
merumuskan dasar negara untuk Indonesia merdeka yang diberi nama Piagam Jakarta oleh M.
Yamin yang didalamnya berbunyi:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari‟at Islam bagi para pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Walaupun sudah dirumuskan, bukan berarti rumusan Pancasila mendapatkan kesepakatan
final. Karena, belum adanya perwakilan yang representatif yang mewakili dari berbagai unsur.
Berakhirnya kerja BPUPKI pada 7 Agustus 1945, dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) pada 9 Agustus 1945. Diketuai Soekarno dan wakilnya Moh. Hatta, PPKI
bertujuan untuk mempercepat persiapan kemerdekaan Indonesia.
Panitia ini beranggotakan 21 orang yang semua anggotanya terdiri 12 orang Jawa, 3 orang
Sumatera, 2 orang Sulawesi, 1 orang Kalimantan, 1 orang Nusa Tenggara, 1 orang Maluku,
dan 1 orang peranakan Tionghoa. Namun tanpa sepengetahuan Jepang, Soekarno menambah
6 orang lagi, sehingga total ada 27 anggota. Setelah Jepang menyerah terhadap Sekutu,
disitulah Indonesia mengambil kesempatan untuk mendeklarasikan kemerdekaan yang
sebelumnya dijanjikan oleh Jepang pada 24 Agustus 1945.
Dengan merdekanya Indonesia pada 17 Agustus 1945, PPKI berhasil merumuskan dan
mengesahkan dasar negara Indonesia yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada
18 Agustus 1945, bunyinya:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaran/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
B. Penetapan Pancasila sebagai Ideologi Negara
Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidangnya yang pertama. Pada sidang
ini PPKI membahas konstitusi negara Indonesia, Presiden dan Wakil Presiden Indonesia, serta
lembaga yang membantu tugas Presiden Indonesia. PPKI membahas konstitusi negara
Indonesia dengan menggunakan naskah Piagam Jakarta yang telah disahkan BPUPKI. Namun,
sebelum sidang dimulai, Bung Hatta dan beberapa tokoh Islam mengadakan pembahasan
sendiri untuk mencari penyelesaian masalah kalimat ”... dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya” pada kalimat ”Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.
Tokoh-tokoh Islam yang membahas adalah Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimejo,
K.H. Abdul Wachid Hasyim, dan Teuku Moh. Hassan. Mereka perlu membahas hal tersebut
karena pesan dari pemeluk agama lain dan terutama tokoh-tokoh dari Indonesia bagian timur
yang merasa keberatan dengan kalimat tersebut.
Mereka mengancam akan mendirikan negara sendiri apabila kalimat tersebut tidak diubah.
Dalam waktu yang tidak terlalu lama, dicapai kesepakatan untuk menghilangkan kalimat ”...
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Hal ini dilakukan
untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Kita harus menghargai nilai juang
para tokoh-tokoh yang sepakat menghilangkan kalimat ”.... dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.” Para tokoh PPKI berjiwa besar dan memiliki rasa
nasionalisme yang tinggi. Mereka juga mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
Adapun tujuan diadakan pembahasan sendiri tidak pada forum sidang agar permasalahan
cepat selesai. Dengan disetujuinya perubahan itu maka segera saja sidang pertama PPKI
dibuka.
keputusan:
1) Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD 1945 dan UUD 1945
2) Memilih presiden dan wakil presiden (Sukarno dan Moh. Hatta)
3) Membentuk Komite Nasional Indonesia sebagai badan musyawarah darurat.
C. Fungsi pokok pancasila sebagai dasar Negara dan ideology Negara
1. Pancasila sebagai dasar Negara :
a) Sebagai dasar Negara, pancasila berkedudukan sebagai norma dasar atau norma
fundamental (fundamental norm) Negara dengan demikian Pancasila menempati norma
hukum tertinggi dalam Negara ideologi Indonesia. Pancasila adalah cita hukum ( staatside
) baik hukum tertulis dan tidak tertulis ( konvensi ).
b) Sebagai sumber dari segala sumber hukum, Pancasila merupaka n kaidah Negara yang
fundamental artinya kedudukannya paling tinggi, oleh karena itu Pancasila juga sebagai
landasan ideal penyususnan arturan – aturan di Indonesia. Oleh karena itu semua peraturan
perundangan baik yang dipusat maupun daerah tidak menyimpang dari nilai Pancasila atau
harus bersumber dari nilai -nilai Pancasila.
c) Sebagai Pandangan Hidup, yaitu nilai Pancasila merupakan pedoman dan pegangan dalam
pembangunan bangsa dan Negara agar tetap berdiri kokoh dan mengetahui arah dalam
memecahkan masalah ideologi, politik, ekonomi, soaial dan budaya serta pertahanan dan
keamanan.
d) Sebagai iiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, nilai pancasila itu mencerminkan
kepribadian bangsa sebab nilai dasarnya kristalisasi nilai budaya bangsa Indonesia asli,
bukan diambil dari bangsa lain.
e) Sebagai Perjanjian luhur bangsa Indonesia, pancasila lahir dari hasil musyawarah para
pendiri bangsa dan negara ( founding fathers) sebagi para wakil bangsa, Pancasila yang
dihasilkan itu dapat dipertanggungjawabkan secara moral, sisio kulturil. Moral dalam arti
tidak bertentangan dengan nilai agama yang berlaku di Indonesia, sosio kultural berarti
cerminan dari nilai budaya bangsa Indonesia, karena itu Pancasila merangkul segenap
lapisan masyarakat Indonesia yang majemuk ini.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Pancasila sebagai dasar Negara merupakan
norma dasar dalam kehidupan bernegara yang menjadi sumber dasar, landasan norma, serta
memberi fungsi konstitutif dan regulative bagi penyusunan hukum –hokum Negara.
2. Pancasila Sebagai Ideologi Negara :
Dalam kehidupan sehari-hari istilah ideologi umumnya digunakan sebagai pengertian
pedoman hidup baik dalam berpikir maupun bertindak. Dalam hal ini ideologi dapat dibedakan
mejadi dua pengertian yaitu ideologi dalam arti luas dan ideologi dalam arti sempit. Dalam arti
luas ideologi menunjuk pada pedoman dalam berpikir dan bertindak atau sebagai pedoman
hidup di semua segi kehidupan baik pribadi maupun umum. Sedangkan dalam arti sempit,
ideologi menunjuk pada pedoman baik dalam berpikir maupun bertindak atau pedoman hidup
dalam bidang tertentu misalnya sebagai ideology Negara. Ideologi Negara adalah ideologi
dalam pengertian sempit atau terbatas. Ideologi Negara merupakan ideologi mayoritas waga
Negara tentang nilai -nilai dasar Negara yang ingin diwujudkan melalui kehidupan Negara itu.
Ideologi Negara sering disebut sebagai ideologi politik karena terkait dengan
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang tidak lain adalah kehidupan
politik. Pancasila adalah ideologi Negara yaitu gagasan fundamental mengenai bagaimana
hidup bernegara milik seluruh bangsa Indonesia bukan ideologi milik Negara atau rezim
tertentu. Sebagai ideologi, yaitu selain kedudukannya sebagai dasar Negara kesatuan republic
Indonesia Pancasila berkedudukan juga sebagai ideologi nasional Indonesia yang dilaksanakan
secara konsisten dalam kehidupan bernegara. Sebagai ideologi bangsa Indonesia, yaitu
Pancasila sebagai ikatan budaya ( cultural bond) yang berkembangan secara alami dalam
kehidupan masyarakat Indo nesia bukan secara paksaan atau Pancasila adalah sesuatu yang
sudah mendarah daging dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. Sebuah ideologi dapat
bertahan atau pudar dalam menghadapi perubahan masyarakat tergantung daya tahan dari
ideologi itu. Alfian mengatakan bahwa kekuatan ideologi tergantung pada kualitas tiga dimensi
yang dimiliki oleh ideologi itu, yaitu dimensi realita, idealisme, dan fleksibelitas. Pancasila
sebagai sebuah ideologi memiliki tiga dimensi tersebut:
a. Dimensi realita, yaitu nilai-nilai dasar yang ada pada ideologi itu yang mencerminkan
realita atau kenyataan yang hidup dalam masyarakat dimana ideologi itu lahir atau muncul
untuk pertama kalinya paling tidak nilai dasar ideologi itu mencerminkan realita
masyarakat pada awal kelahira nnya.
b. Dimensi Iidalisme, adalah kadar atau kualitas ideologi yang terkandung dalam nilai dasar
itu mampu memberikan harapan kepada berbagai kelompok atau golongan masyarakat
tentang masa depan yang lebih baik melalui pengalaman dalam praktik kehidupan bersama
sehari-hari.
c. Dimensi Fleksibelitas atau dimensi pengembangan, yaitu kemampuan ideologi dalam
mempengaruhi dan sekaligus menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakatnya
Mempengaruhi artinya ikut wewarnai proses perkembangan zaman tanpa menghilangkan
jati diri ideologi itu sendiri yang tercermin dalam nilai dasarnya. Mempengaruhi berarti
pendukung ideologi itu berhasil menemukan tafsiran –tafsiran terhadap nilai dasar dari
ideologi itu yang sesuai dengan realita -realita baru yang muncul di hadapan mereka sesuai
perkembangan zaman.
Menurut Dr.Alfian Pancasila memenuhi ketiga dimensi ini sehingga pancasila dapat
dikatakan sebagai ideologi terbuka. Fungsi Pancasila sebagai ideologi Negara, yaitu:
a. Memperkokoh persatuan bangsa karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk.
b. Mengarahkan bangsa Indonesia menuju tujuannya dan menggerakkan serta membimbing
bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan.
c. Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa dan sebagai dorongan dalam
pembentukan karakter bangs a berdasarkan Pancasila.
d. Menjadi standar nilai dalam melakukan kritik mengenai kedaan bangsa dan Negara.

Anda mungkin juga menyukai