Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH PANCASILA SEBELUM KEMERDEKAAN

DAN TOKOH PENTINGNYA


Muhammad Wisnu Nugroho
1744190014

Abstract
Pancasila adalah pilar ideologis negara Indonesia. Nama ini terdiri dari
dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas.
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lima ideologi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada alinea ke-4
Preambule (Pembukaan) Undang-Undang Dasar 1945.
Sekalipun terjadi perubahan isi dan urutan lima sila Pancasila yang
berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada
tahun 1945, tanggal 1 Juni diperingati bersama sebagai hari lahirnya
Pancasila.
PENDAHULUAN
Berdasarkan falsafah Pancasila, manusia Indonesia adalah makhluk
ciptaan Tuhan yang mempunyai naluri, akhlak, daya piker, dan sadar akan
keberadaannya yang serba terhubung dengan sesamanya, lingkungannya,
alam semesta, dan penciptanya. Kesadaran ini menumbuhkan cipta, karsa,
dan karya untuk mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidupnya dari
generasi ke generasi (Sumarsono dkk 2007). Pancasila merupakan dasar
Negara bagi Negara kita. Sebagai

Dasar Negara, Pancasila lahir berdasarkan nilai-nilai budaya yang


terkandung sejak zaman nenek moyang kita dahulu. Nilai-nilai tersebut lahir
dan melekat secara tidak sengaja pada nenek moyang kita. Pancasila itu
terdiri dari Panca dan Sila. Nama Panca diusulkan oleh Ir. Soekarno
sedangkan nama Sila diusulkan oleh salah seorang ahli bahasa. Pancasila
dirasakan sudah sempurna dan mencakup segala aspek pada Bangsa
Indonesia. Setelah puluhan tahun lahirnya Pancasila dari tahun 1945 hingga
saat ini, Negara di dunia mengalami pengembangan yang pesat dalam
berbagai bidang kehidupan. Masuknya era globalisasi menjadikan bangsa
dunia hampir tidak memiliki batas. Dambak baik dan buruknya globalisasi
tentunya mari kita kaji bersama dengan melandaskan Pancasila sebagai
pedoman hidup masyarakat Idonesia dalam menghadapi segala
permasalahan seiring perkembangan zaman. Kondisi bangsa saat ini
mencerminkan adanya penyimpangan dari Pancasila tidak sesuai dengan nilai
seharusnya. Namun masih ada upaya pelurusan kembali terhadap nilai-nilai
Pancasila. Kelangsungan hidup negara dan bangsa Indonesia di era
globlalisasi, mengharuskan kita untuk melestarikan nilai-nilai Pancasila, agar
generasi penerus bangsa tetap dapat menghayati dan mengamalkannya dan
agar intisari nilai-nilai yang luhur itu tetap terjaga dan menjadi pedoman
bangsa Indonesia sepanjang masa
1. Sejarah Pancasila Sebelum Kemerdekaan
Indonesia mengalami penjajahan selama 350 tahun oleh Belanda. Setelah
Belanda menyerah terhadap Jepang, Indonesia pun turut kedatangan pasukan
Jepang. Di sinilah para pemimpin mulai merencanakan landasan negara yaitu
Pancasila.
Membentuk BPUPKI pada 29 April 1945
Guna mempersiapkan kemerdekaan tersebut, para pemimpin kala itu
akhirnya membentuk BPUPKI yaitu Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia. Badan ini bertujuan untuk membahas semua hal
yang ada hubungannya soal tata pemerintahan.

Dengan begitu, BPUPKI juga akan membahas dasar negara sebagai


persiapan proklamasi kemerdekaan.  Sidang kemudian menjadi tonggak
penting dalam membuat Pancasila sebagai dasar negara.

Sidang BPUPKI yang pertama dilakukan pada 29 Mei sampai 1 Juni 1945.
Sidang tersebut dipimpin oleh Dr. Radjiman Widyodiningrat dengan 33 orang
pembicara. Dalam sidang ini, Mohammad Yamin termasuk ke dalam tokoh
penting.

Beliau adalah orang yang mengusulkan dasar negara dan disampaikan pada
sidang tersebut. Beberapa dasar negara yang diusulkan antara lain peri
kerakyatan, peri kemanusiaan, peri kebangsaan dan kesejahteraan rakyat.

Mohammad Yamin juga mengusulkan lima dasar yang menjadi gagasan


tertulis sebagai naskah rancangan UUD 1945. Poin tersebut antara lain
Ketuhanan yang Maha Esa, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan
kebangsaan persatuan Indonesia.

Tak lupa, beliau juga memasukkan poin mengenai kerakyatan yang bijaksana
serta rasa kemanusiaan yang beradap dan juga adil Tidak hanya Mohammad
Yamin saja, Soepomo juga termasuk tokoh yang berperan penting.

Dalam sidang pertama ini, Soepomo juga mengusulkan beberapa poin


sebagai dasar berbangsa dan bernegara. Poin tersebut antara lain adanya
perhubungan antara negara dan agama, sosialisasi negara, adanya paham
persatuan serta hubungan antar bangsa.

Soekarno juga turut mengusulkan poin sebagai dasar negara. Mulai dari
mufakat dan demokrasi, Ketuhanan yang berkebudayaan, kebangsaan
Indonesia, kesejahteraan sosial serta internasionalisme.

Lima poin yang dibawa oleh para tokoh ini kemudian dirumuskan dalam nama
Pancasila. Usulan tersebut kemudian dibahas dalam lingkup yang lebih kecil.
Panitia yang mendiskusikan tersebut diberi nama Panitia Sembilan.
Panitia Sembilan pada 22 Juni 1945
Sesuai namanya, panitia yang punya anggota sembilan orang ini
akhirnya sukses membuat naskah sebagai Rancangan Pembukaan UUD.
Kala itu, naskah ini juga disebut dengan Piagam Jakarta. Dalam piagam
tersebut disampaikan beberapa poin.

Dimulai dari poin ketuhanan yang mewajibkan orang untuk menjalankan


syariat Islam untuk pemeluknya. Kemudian ada poin kemanusiaan, persatuan
dan juga keadilan sosial. Terakhir, piagam Jakarta juga memasukkan poin
kerakyatan yang dipimpin sebuah kebijaksanaan.

Sidang BPUPKI II pada 10-16 Juli 1945


Setelah Panitia Sembilan menyelesaikan tugasnya, BPUPKI kemudian
langsung membuat sidang kedua. Ada beberapa keputusan penting yang
diambil dalam sidang ini. Pertama, menjadikan Pancasila yang tertuang dalam
Piagam Jakarta sebagai dasar negara.

Keputusan kedua adalah menyepakati Indonesia akan menjadi negara


Republik. Hasil ini diambil dari kesepakatan 55 orang dari 64 orang yang turut
berkontribusi dalam sidang tersebut. Ketiga, sidang ini juga menyepakati soal
wilayah Indonesia.

Dari hasil 39 suara sepakat bahwa Indonesia juga meliputi wilayah Malaka,
Timor Timur dan juga Hindia Belanda. Terakhir, sidang ini juga membentuk
panitia kecil yaitu Panitia Pembela Tanah Air, panitia untuk merancang UUD
dan juga panitia khusus ekonomi.

Dengan segala persiapan tersebut akhirnya pada 17 Agustus 1945, Indonesia


menyampaikan proklamasi kemerdekaan. Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia pun menggantikan fungsi BPUPKI. Badan ini akan
menyempurnakan dasar negara.
2. Sejarah Revisian Pancasila
Pancasila tidak serta merta langsung diterima dan tidak mengalami
perubahan. Beberapa kali Pancasila mengalami revisi. Berikut sederet momen
sejarah mengenai revisian Pancasila yang terjadi setelah kemerdekaan.

Protes dari Indonesia Bagian Timur


Munculnya PPKI akhirnya membuat sejarah Pancasila singkat menjadi
diskusi dan perdebatan kembali. Muhammad Hatta kala itu mengusulkan
perubahan pada poin ketuhanan.

Semula sila tersebut berbunyi Ketuhanan yang mewajibkan untuk


menjalankan syariat Islam untuk pemeluknya. Akhirnya di buatlah sila yang
lebih ringkas yaitu “Ketuhanan yang Maha Esa”

Penghapusan kalimat pada sila tersebut sempat menjadi isu yang cukup
menjadi perdebatan saat ini. Bahkan, masih juga diperdebatkan hingga
sekarang. Namun, para tokoh kala itu tetap mempertahankan poin yang lebih
ringkas dan bisa berlaku kepada seluruh rakyat.

Perubahan ini juga didorong oleh datangnya utusan yang hadir dari Indonesia
Bagian Timur. Para utusan ini datang setelah Soekarno mengumumkan
proklamasi pada 17 Agustus 1945. Utusan ini yang mendorong Mohammad
Hatta melakukan berbagai perubahan.

Utusan tersebut antara lain wakil dari Kalimantan yaitu Ir. Pangeran Noor,
perwakilan dari Sulawesi yaitu Sam Ratulangi, Nusa Tenggara diwakili oleh I
Ketut Pudja hingga Maluku yang diwakili oleh Latuharhary.

Protes kecil inilah yang yang membuat PPKI menggelar sidang pertama pada
18 Agustus. Di situlah Bung Hatta mengusulkan kalimat sila pertama yang
diubah menjadi Ketuhanan yang Maha Esa.

Pergantian kalimat ini juga melibatkan berbagai toko islam kala itu. Teuku M.
Hasan, Wahid Hasyim, Kasman Singodimejo serta Ki Bagus Hadikusumo.
Seluruh tokoh islam tersebut akhirnya menyetujui adanya perubahan kalimat
itu.

Penetapan rancangan pembukaan yang menjadi batang tubuh UUD 1945


akhirnya dilakukan pada sidang PPKI pertama tersebut. Di sinilah menjadi
tanda bahwa Pancasila secara resmi dan diterima semua pihak menjadi dasar
negara.
Perubahan Mukkadimah Konstitusi Republik Indonesia
Kemerdekaan Indonesia tampaknya tidak semulus yang dibayangkan.
Pada 1949, Belanda masih belum mengakui keberadaan Indonesia yang
merdeka. Akhirnya pada 27 Desember 1949, Indonesia berubah menjadi
Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS).

Kondisi ini berlaku sampai 17 Agustus 1950. Setelah itu, Indonesia kembali
disebut menjadi negara kesatuan alias NKRI. Lantas, apakah hal ini
mengubah dasar negara dan ideologi negara? Tidak banyak perubahan,
hanya saja penamaannya diubah menjadi mukadimah.

Di dalam mukadimah terdapat piagam persetujuan yang berisi dasar dan


ideologi negara. Pembukaan UUD 1945 yang dipakai berhubungan dengan
kesatuan, ketuhanan, kedaulatan dan filosofi negara.

Secara umum, filosofi negara Pancasila masih dipertahankan oleh para


pemimpin kala itu. Perjuangan pun terus dilakukan supaya mendapatkan
pengakuan kemerdekaan dari Belanda. Setelah 1950, Pancasila pun masih
terus bertahan sebagai dasar negara.

Rumusan Pancasila Akhir di Era Soeharto


Seiring perkembangan, sempat muncul Pancasila dengan berbagai versi
mulai dari cara mengucapkan, urutannya hingga cara membacanya.
Pemerintah era itu ingin mengantisipasi bila ada oknum yang ingin mengubah
ideologi negara.

Maka pada 1968, Presiden Soeharto membuat Instruksi Presiden Nomor 12.
Dalam instruksi tersebut dikemukakan rumusan pancasila yang baik dan
benar. Sila pertama berbunyi Ketuhanan yang Maha Esa.

Kemudian dilanjutkan dengan sila kedua yang melihat mengenai


Kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila ketiga berhubungan dengan
persatuan Indonesia. Sila berikutnya mengenai kerakyatan yang dipimpin
dengan kebijaksanaan dalam permusyawaratan.

Terakhir, keadilan sosial bagi rakyat Indonesia. Akhirnya sejarah


Pancasila terhenti sampai di poin pengesahan oleh Presiden Soeharto di era
orde lama. Dalam instruksinya, beliau juga mengingatkan untuk tidak
menggunakan ideologi negara lainnya selain Pancasila.

Secara singkat, Pancasila sendiri mengalami berbagai perubahan dokumen


hingga sekarang yang Anda lihat dalam bentuk pdf. Rumusan pertama adalah
Piagam Jakarta yang biasa disebut dengan Jakarta Charter. Piagam ini
diresmikan pada 22 Juni 1945.

Rumusan kedua dibuat sehari setelah hari kemerdekaan yaitu Pembukaan


Undang-Undang Dasar tahun 1945. Beberapa tahun kemudian terdapat
rumusan yang ketiga yaitu Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat
pada tanggal 27 Desember tahun 1949.

Kemudian ada rumusan yang disebut Mukaddimah Undang-undang Dasar


Sementara setahun kemudian di tanggal 15 Agustus. Terakhir adalah
rumusan terakhir yang merujuk kepada Dekrit Presiden di tanggal 5 Juli 1959.

Hingga terakhir pada masa pemerintahan Soeharto, Pancasila benar-benar


dibuat seragam dan wajib diterima seluruh warga negara Indonesia. Untuk
mengenangkan ideologi negara tersebut, Indonesia memperingati tanggal 1
Juni sebagai hari lahirnya Pancasila. 

3. Tokoh-tokoh yang Berperan dalam Penyusunan Pancasila

Penyusunan Pancasila juga tidak lepas dari pertanyaan sebenarnya siapa


saja tokoh yang menjadi latar belakang dari dasar negara itu sendiri. Berikut
rangkuman dari tokoh yang memiliki peran penting di dalam pembuatan
Pancasila yang Anda kenal hingga sekarang.

Ir. Soekarno

Pada masa kerajaan, Indonesia terbagi atas berbagai kerajaan yang


punya kepemimpinan masing-masing seperti Majapahit. Setelah menjadi
negara kesatuan, Indonesia memilih Soekarno sebagai pemimpin pertama
yang menyatukan nusantara.

Presiden pertama ini memiliki peran penting dalam perumusan Pancasila.


Peran Soekarno dalam berbagai organisasi perjuangan membuatnya menjadi
salah satu tokoh yang ikut dalam sidang BPUPKI maupun PPKI.

Pada sidang BPUPKI 1 Juni 1945, Soekarno membawakan sebuah pidato.


Dalam pidato itulah, ia mulai mengungkapkan gagasannya mengenai rumusan
lima poin yang akan menjadi dasar negara. Dari situlah dimulai disebut
dengan Pancasila.

Lima poin tersebut dimulai dengan Kebangsaan Indonesia. Sebagai sosok


yang nasionalis, Soekarno menanamkan semangat kebangsaan. Berbagai
artikel menunjukkan bahwa ia adalah sosok yang ingin memperjuangkan
kesatuan negara.

Aktivitas politiknya bahkan membawanya ke pengasingan sampai ke Flores.


Poin berikutnya yang diangkat oleh Soekarno adalah perikemanusiaan,
kesejahteraan sosial dan mufakat. Menurutnya, hal inilah yang menjadi ciri
khas Bangsa Indonesia.

Tak lupa Soekarno juga memasukkan poin Ketuhanan. Semua poin tersebut
kemudian langsung menuai dukungan. Buah-buah pikiran Soekarno dianggap
sangat mewakili kondisi Bangsa Indonesia sehingga sangat cocok bila
dijadikan sebagai dasar negara.

Mohammad Hatta
Berbagai buku sejarah mengungkapkan betapa pentingnya peran
Mohammad Hatta terhadap kepemimpinan Soekarno. Dengan nama
panggilan Bung Hatta, tokoh ini selalu menenami Soekarno di awal masa
berdirinya negara Indonesia.

Sama seperti Soekarno, Bung Hatta juga tumbuh dan menimba ilmu di tengah
dunia politik. Hal inilah yang membuatnya bergabung ke berbagai organisasi
hingga akhirnya ia hadir sebagai tokoh penggerak Partai Pendidikan Nasional
Indonesia.

Sosok Bung Hatta juga kerap menulis berbagai artikel dan jurnal politik. Tak
hanya itu saja, latar belakang pendidikan dari ekonomi membuat Bung Hatta
juga fokus memberikan pandangannya terhadap perkembangan ekonomi di
Indonesia.

Hal inilah yang membuat Bung Hatta juga turut bergabung dalam tokoh yang
mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Poin dan materi yang disampaikan
Soekarno banyak mendapatkan masukkan dari Bung Hatta.

Salah satu poinnya adalah kesejahteraan sosial. Ratusan tahun berada di


penjajahan membuat Bung Hatta memiliki misi membuat Indonesia juga
merdeka dari segi sosial ekonomi. Tak heran bila pemimpin pertama
Indonesia masih dikenang hingga sekarang.

Soepomo

Tokoh berikutnya adalah Soepomo. Meski namanya tak setenar


Soekarno dan Hatta, tokoh nasional ini juga berperan penting dalam
kemerdekaan Indonesia. Soepomo termasuk tokoh yang ahli mengenai
hukum.

Tentu hal ini sangat berpengaruh terhadap penyusunan dasar negara.


Kecerdasan Soepomo didapatkan dari pendidikannya sejak dahulu. Apalagi
Soepomo dikabarkan lahir dari keluarga ningrat. Maka tak heran bila Soepomo
termasuk golongan berpendidikan tinggi kala itu.

Sebagai tokoh nasional yang banyak melakukan perjuangan, Soepomo hadir


dalam sebuah gagasan yang disampaikan di dalam sidang 31 Mei 1945. Kala
itu, Soepomo menyampaikan pidato sebagai bentuk mengemukakan pendapat
dan gagasannya mengenai prinsip negara.

Soepomo menamai prinsip dan dasar negara tersebut dengan nama Dasar
Negara Indonesia Merdeka. Terdapat lima poin yang ingin diangkat oleh
Soepomo. Pertama adalah musyawarah dan keadilan sosial.
Sebagai ahli hukum, Soepomo yakni bahwa Indonesia akan memiliki tata
negara dengan berasaskan musyawarah dan mufakat. Maka, poin prinsip
negara berikutnya adalah persatuan, kekeluargaan serta demokrasi.

Lima pilar tersebut diajukan Soepomo untuk menggambarkan bahwa


Indonesia akan menjadi sebuah negara yang bersatu dari ujung barat sampai
timur. Meskipun berasal dari berbagai suku dan budaya, Indonesia akan tetap
menjadi suatu negara kesatuan yang utuh.

Mohammad Yamin
Berbagai makalah menceritakan bahwa tokoh satu ini termasuk yang
paling memperjuangkan kesatuan negara khususnya para pemuda. Hal itu
tercermin dalam perannya memperjuangkan Sumpah Pemuda yang terjadi
pada 28 Oktober 1928.

Pahlawan asal Sumatera Barat ini mulai aktif berorganisasi di Jong


Sumatranen Bond. Berkat organisasi inilah, Mohammad Yamin masuk ke
dalam panitia untuk mempersiapkan sumpah pemuda.

Dengan kecerdasan dan semangat nasionalis, Mohammad Yamin memiliki


peran penting dalam persiapan dan memperjuangkan kemerdekaan. Ia
banyak sekali membantu Soekarno maupun Bung Hatta. Ia termasuk berperan
dalam merumuskan dasar negara.

Pada tanggal 29 Mei 1945, sosok yang menjadi Menteri Kehakiman pada era
Soekarno ini menyampaikan pidato yang berisi gagasan soal rumusan dasar
negara. Kala itu, ia memberikan dan menyampaikan lima asas sebagai dasar
negara Indonesia.

Poin yang disampaikan oleh Mohammad Yamin antara lain berhubungan


dengan Ketuhana. Tak hanya itu saja, ia juga menyampaikan soal
kebangsaan dan kemanusiaan. Menurutnya lima poin penting ini menjadi hal
yang wajib dimiliki warga Indonesia khususnya dalam tata negara.

Pernyataan dari Mohammad Yamin sendiri yang akhirnya menguatkan lima


poin Pancasila yang utamanya mementingkan kepentingan rakyat. Selain itu,
beliau juga percaya bahwa bangsa ini akan tumbuh dengan semangat gotong
royong.
K.H Abdul Wachid Hasyim
Pahlawan ini merupakan seorang Kyai yang ikut memperjuangkan
kemerdekaan negeri ini. Kultur agama dari keluarga cukup kuat mengalir
dalam diri tokoh satu ini. Tak hanya itu saja, kecerdasannya juga sudah
terlihat saat ia berusia tujuh tahun.

Kecerdasan itu yang membuat sosok Wachid Hasyim aktif di berbagai


organisasi khususnya politik. Hingga akhirnya ia masuk ke dalam BPUPKI dan
PPKI. Sosoknya juga cukup dekat dengan tokoh penting seperti Soekarno.

Meskipun memang ia tidak menyampaikan secara langsung melalui pidato,


gagasan dari Abdul Wachid Hasyim turut memperkuat aspek-aspek sebagai
dasar negara. Apalagi pada bagian aspek Ketuhanan.

Sejarah Pancasila yang cukup panjang ini memang membuktikan bahwa


Indonesia mengalami fase perubahan untuk menemukan dasar negara yang
tetap dan bisa diterima oleh semua orang. Dasar negara itu pun masih
dipegang teguh sebagai lambang negara.

KESIMPULAN

Pancasila merupakan dasar Negara dan pandangan hidup bangsa


Indoesia. Sebagai dasar Negara, Pancasila dijadikan sebagai dasar dalam
membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia. Arus globalisasi tidak
mungkin dihentikan. Berjalannya globalisasi tidak terlepas dari perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai penyebabnya. Dampaknya juga tidak
bisa dihindarkan. Bagi masyarakat, bangsa dan Negara Indonesi, globalisasi
memiliki dampak positif dan negative. Pembudayaan nilai-nilai luhur Pancasila
perlu diupayakan. Diharapkan terdapat penghayatan dan pengalaman nilai-
nilai luhur Pancasila di berbagai bidang kehidupan bagi seluruh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

https://core.ac.uk/download/pdf/291656205.pdf

https://cimacnoticias.com/sejarah-pancasila/

Anda mungkin juga menyukai