Abstract
Pancasila adalah pilar ideologis negara Indonesia. Nama ini terdiri dari
dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas.
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lima ideologi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada alinea ke-4
Preambule (Pembukaan) Undang-Undang Dasar 1945.
Sekalipun terjadi perubahan isi dan urutan lima sila Pancasila yang
berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada
tahun 1945, tanggal 1 Juni diperingati bersama sebagai hari lahirnya
Pancasila.
PENDAHULUAN
Berdasarkan falsafah Pancasila, manusia Indonesia adalah makhluk
ciptaan Tuhan yang mempunyai naluri, akhlak, daya piker, dan sadar akan
keberadaannya yang serba terhubung dengan sesamanya, lingkungannya,
alam semesta, dan penciptanya. Kesadaran ini menumbuhkan cipta, karsa,
dan karya untuk mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidupnya dari
generasi ke generasi (Sumarsono dkk 2007). Pancasila merupakan dasar
Negara bagi Negara kita. Sebagai
Sidang BPUPKI yang pertama dilakukan pada 29 Mei sampai 1 Juni 1945.
Sidang tersebut dipimpin oleh Dr. Radjiman Widyodiningrat dengan 33 orang
pembicara. Dalam sidang ini, Mohammad Yamin termasuk ke dalam tokoh
penting.
Beliau adalah orang yang mengusulkan dasar negara dan disampaikan pada
sidang tersebut. Beberapa dasar negara yang diusulkan antara lain peri
kerakyatan, peri kemanusiaan, peri kebangsaan dan kesejahteraan rakyat.
Tak lupa, beliau juga memasukkan poin mengenai kerakyatan yang bijaksana
serta rasa kemanusiaan yang beradap dan juga adil Tidak hanya Mohammad
Yamin saja, Soepomo juga termasuk tokoh yang berperan penting.
Soekarno juga turut mengusulkan poin sebagai dasar negara. Mulai dari
mufakat dan demokrasi, Ketuhanan yang berkebudayaan, kebangsaan
Indonesia, kesejahteraan sosial serta internasionalisme.
Lima poin yang dibawa oleh para tokoh ini kemudian dirumuskan dalam nama
Pancasila. Usulan tersebut kemudian dibahas dalam lingkup yang lebih kecil.
Panitia yang mendiskusikan tersebut diberi nama Panitia Sembilan.
Panitia Sembilan pada 22 Juni 1945
Sesuai namanya, panitia yang punya anggota sembilan orang ini
akhirnya sukses membuat naskah sebagai Rancangan Pembukaan UUD.
Kala itu, naskah ini juga disebut dengan Piagam Jakarta. Dalam piagam
tersebut disampaikan beberapa poin.
Dari hasil 39 suara sepakat bahwa Indonesia juga meliputi wilayah Malaka,
Timor Timur dan juga Hindia Belanda. Terakhir, sidang ini juga membentuk
panitia kecil yaitu Panitia Pembela Tanah Air, panitia untuk merancang UUD
dan juga panitia khusus ekonomi.
Penghapusan kalimat pada sila tersebut sempat menjadi isu yang cukup
menjadi perdebatan saat ini. Bahkan, masih juga diperdebatkan hingga
sekarang. Namun, para tokoh kala itu tetap mempertahankan poin yang lebih
ringkas dan bisa berlaku kepada seluruh rakyat.
Perubahan ini juga didorong oleh datangnya utusan yang hadir dari Indonesia
Bagian Timur. Para utusan ini datang setelah Soekarno mengumumkan
proklamasi pada 17 Agustus 1945. Utusan ini yang mendorong Mohammad
Hatta melakukan berbagai perubahan.
Utusan tersebut antara lain wakil dari Kalimantan yaitu Ir. Pangeran Noor,
perwakilan dari Sulawesi yaitu Sam Ratulangi, Nusa Tenggara diwakili oleh I
Ketut Pudja hingga Maluku yang diwakili oleh Latuharhary.
Protes kecil inilah yang yang membuat PPKI menggelar sidang pertama pada
18 Agustus. Di situlah Bung Hatta mengusulkan kalimat sila pertama yang
diubah menjadi Ketuhanan yang Maha Esa.
Pergantian kalimat ini juga melibatkan berbagai toko islam kala itu. Teuku M.
Hasan, Wahid Hasyim, Kasman Singodimejo serta Ki Bagus Hadikusumo.
Seluruh tokoh islam tersebut akhirnya menyetujui adanya perubahan kalimat
itu.
Kondisi ini berlaku sampai 17 Agustus 1950. Setelah itu, Indonesia kembali
disebut menjadi negara kesatuan alias NKRI. Lantas, apakah hal ini
mengubah dasar negara dan ideologi negara? Tidak banyak perubahan,
hanya saja penamaannya diubah menjadi mukadimah.
Maka pada 1968, Presiden Soeharto membuat Instruksi Presiden Nomor 12.
Dalam instruksi tersebut dikemukakan rumusan pancasila yang baik dan
benar. Sila pertama berbunyi Ketuhanan yang Maha Esa.
Ir. Soekarno
Tak lupa Soekarno juga memasukkan poin Ketuhanan. Semua poin tersebut
kemudian langsung menuai dukungan. Buah-buah pikiran Soekarno dianggap
sangat mewakili kondisi Bangsa Indonesia sehingga sangat cocok bila
dijadikan sebagai dasar negara.
Mohammad Hatta
Berbagai buku sejarah mengungkapkan betapa pentingnya peran
Mohammad Hatta terhadap kepemimpinan Soekarno. Dengan nama
panggilan Bung Hatta, tokoh ini selalu menenami Soekarno di awal masa
berdirinya negara Indonesia.
Sama seperti Soekarno, Bung Hatta juga tumbuh dan menimba ilmu di tengah
dunia politik. Hal inilah yang membuatnya bergabung ke berbagai organisasi
hingga akhirnya ia hadir sebagai tokoh penggerak Partai Pendidikan Nasional
Indonesia.
Sosok Bung Hatta juga kerap menulis berbagai artikel dan jurnal politik. Tak
hanya itu saja, latar belakang pendidikan dari ekonomi membuat Bung Hatta
juga fokus memberikan pandangannya terhadap perkembangan ekonomi di
Indonesia.
Hal inilah yang membuat Bung Hatta juga turut bergabung dalam tokoh yang
mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Poin dan materi yang disampaikan
Soekarno banyak mendapatkan masukkan dari Bung Hatta.
Soepomo
Soepomo menamai prinsip dan dasar negara tersebut dengan nama Dasar
Negara Indonesia Merdeka. Terdapat lima poin yang ingin diangkat oleh
Soepomo. Pertama adalah musyawarah dan keadilan sosial.
Sebagai ahli hukum, Soepomo yakni bahwa Indonesia akan memiliki tata
negara dengan berasaskan musyawarah dan mufakat. Maka, poin prinsip
negara berikutnya adalah persatuan, kekeluargaan serta demokrasi.
Mohammad Yamin
Berbagai makalah menceritakan bahwa tokoh satu ini termasuk yang
paling memperjuangkan kesatuan negara khususnya para pemuda. Hal itu
tercermin dalam perannya memperjuangkan Sumpah Pemuda yang terjadi
pada 28 Oktober 1928.
Pada tanggal 29 Mei 1945, sosok yang menjadi Menteri Kehakiman pada era
Soekarno ini menyampaikan pidato yang berisi gagasan soal rumusan dasar
negara. Kala itu, ia memberikan dan menyampaikan lima asas sebagai dasar
negara Indonesia.
KESIMPULAN
https://core.ac.uk/download/pdf/291656205.pdf
https://cimacnoticias.com/sejarah-pancasila/