Anda di halaman 1dari 6

MATERI UJIAN PANCASILA

Pendidikan Pancasila Dalam Sistem Pendidikan Nasional


 Amanat UU No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi
 Keengganan mahassiswa untuk mengikuti perkuliahan ini, dikarenakan :
 Tidak sesuai bidang
 Materi kurang up to date
 Metode belajar tidak variatif dan inovatif
 Sudah pernah didapatkan sebelumnya
 Dasar-Dasar Pendidikan Pancasila
1. Dasar Filosofis
 Kemerdekaan Indonesia pasca Perang Dunia II
 Terdapat pertentangan ideologi : ideologi kapitalisme & ideologi
komunisme/kolektivisme
 Para pendiri mampu melepaskan diri dari kedua pengaruh tersebut
 Melahirkan philosophische grondslag, Pancasila.
 Nilai-nilai Pancasila sebagai margin of appreciation (penjaga keseimbangan)
2. Pancasila tidak muncul dari sekedar pikiran logis-rasional
3. Pancasila digali dari akar budaya masyarakat sendiri, nilai yang sejak lama hadir dalam
masyarakat nusantara.
4. Pancasila mengandung nilai-nilai dasar filsafat, jiwa bangsa atau jati diri bangsa, dan menjadi
cara hidup bangsa Indonesia sesungguhnya.

2. Dasar Sosiologis
 Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan tersebar di berbagai pulau
secara sosiologis telah mempraktekkan Pancasila
 Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya merupakan kenyataan yang ada di dalam
masyarakat
 Pancasila sebagai ideologi pemersatu
 Pancasila perlu dilestarikan dari generasi ke generasi
 Pelestarian Pancasila dilakukan dengan pendidikan formal.
3. Dasar Yuridis
 Pembukaan UUD 1945 mengikat.
 Nilai Pancasila dari segi implementasi terdiri atas nilai dasar, instrumental, dan nilai
praksis.

 II. KAJIAN HISTORIS PANCASILA
2.1 Latar belakang dirumuskannya Pancasila

Pra Kemerdekaan, Dr. Radjiman Wediodiningrat, Ketua BPUPKI tanggal 29 Mei 1945
meminta kepada sidang untuk mengemukakan dasar (negara) Indonesia merdeka, permintaan
itu menimbulkan rangsangan anamnesis yang memutar kembali ingatan para pendiri bangsa ke
belakang.
 Hal tsb mendorong mereka utk menggali kekayaan kerohanian, kepribadian dan wawasan
kebangsaan yang terpendam.
 Lamanya penjajahan di bumi pertiwi menyebabkan bangsa Indonesia kehilangan arah dalam
menentukan dasar negaranya.
 Sehingga dengan permintaan Dr. Radjiman, figur-figur negarawan bangsa Indonesia berpikir
keras untuk menemukan kembali jarti diri bangsanya.
2.2 Proses Perumusan Dasar Negara RI
 Sidang BPUPKI I, 29 Mei – 1 Juni 1945
a. Mr. Muh. Yamin (29 Mei 1945)
Dalam pidatonya, M. Yamin mengusulkan calon rumusan dasar negara Indonesia sebagai
berikut : I. Peri Kebangsaan, II. Peri Kemanusiaan, III. Peri Ketuhanan, IV. Peri
Kerakyatan (A. Permusyawaratan, B. Perwakilan, C. Kebijaksanaan) dan V.
Kesejahteraan Rakyat (Keadilan Sosial).
Selain usulan tsb, di akhir pidatonya M. Yamin menyerahkan naskah sebagai lampiran
suatu rancangan usulan sementara rumusan UUD RI, dimulai dengan Pembukaan
berbunyi, “untuk membentuk Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa ….”
b. Prof. Dr. Soepomo (31 Mei 1945)
Soepomo mengemukakan teori-teori negara sbb :
1. Teori Negara perseorangan (individualis), diajarkan o/Thomas Hobbes, J.J Rousseau,
Herbert Spencer. Menurut paham ini negara adalah masyarakat hukum (legal society)
yang disusun atas kontrak antara seluruh individu (contract social). Paham negara ini
banyak terdapat di Eropa dan Amerika.
2. Paham negara kelas (class theory) atau teori “golongan”. Teori ini menyatakan negara
adalah alat dari suatu golongan (suatu klasse) untuk menindas klasse lain. Negara
kapitalis adalah alat dari kaum borjuis, oleh karena itu kaum Marxis menganjurkan
u/meraih kekuasaan agar kaum buruh dapat ganti menindas kaum borjuis.
3. Paham negara integralistik, menurut paham ini negara bukanlah untuk menjamin
perseorangan atau golongan akan tetapi menjamin kepentingan masyarakat seluruhnya
sebagai suatu persatuan.
2. Dengan dasar filsafat Bangsa Indonesia, Soepomo mengusulkan :
1. Saya mengusulkan pendirian negara nasional yang bersatu dalam arti totaliter sbgmana
yg saya utarakan tadi, yaitu negara yang tidak akan mempersatukan diri dengan golongan
terbesar, akan tetapi yang mengatasi semua golongan, baik golongan besar atau kecil.
Dalam negara yang bersatu itu urusan agama diserahkan kepada golongan-golongan
agama yang bersangkutan.
2. Kemudian dianjurkan supaya para warga negara takluk kepada Tuhan
3. Mengenai kerakyatan disebutkan : untuk menjamin supaya pimpinan negara, terutama
kepala negara terus-menerus bersatu jiwa dengan rakyat dalam susunan pemerintahan
negara Indonesia harus dibentuk sistem badan permusyawaratan
4. Menurut Prof. Soepomo, dalam bidang ekonomi negara akan memiliki sifat kekeluargaan, karena
kekeluargaan tsb sifat ketimuran yang harus dipelihara dengan baik. Sistem tolong menolong,
koperasi hendaknya dipakai sebagai salah satu dasar ekonomi negara Indonesia yang makmur,
bersatu, berdaulat, adil.
5. Mengenai hubungan antar bangsa, Prof. Soepomo membatasi diri dan menganjurkan supaya
negara Indonesia bersifat negara Asia Timur Raya, anggota dari kekeluargaan Asia Timur Raya.
c. Ir. Soekarno (1 Juni 1945)
 Menyampaikan secara lisan (tanpa teks)
 Mengusulkan dasar negara yang terdiri atas lima prinsip dengan rumusan :
1. Nasionalisme (kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (peri kemanusiaan)
3. Mufakat (demokrasi)
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa (Ketuhanan Yang Berkebudayaan)
 Lima prinsip sebagai dasar negara tersebut kemudian oleh Soekarno diusulkan agar
diberi nama “Pancasila”.
 Menurut Soekarno kelima sila tersebut diperas menjadi “Tri Sila” yang meliputi :
1. Sosio nasionalisme yang merupakan sintesa dari “Kebangsaan/Nasionalisme”
dengan Peri kemanusiaan (internasionalisme)
2. Sosio demokrasi yang merupakan sintesa dari “Mufakat/Demokrasi” dengan kesejahteraan sosial,
serta
3. Ketuhanan

 Berikutnya, beliau juga mengusulkan bahwa “Tri Sila” tersebut juga dapat diperas menjadi “Eka
Sila” yang intinya adalah gotong royong.
 Beliau jga mengusulkan Pancasila sebagai dasar filsafat dan pandangan hidup bangsa Indonesia
(Philosophische grondslag)
 II. Masa Reses 2 Juni-9 Juli 1945
 Pada tanggal 22 juni 1945 Ir. Soekarno mengadakan pertemuan antara Panitia Kecil (Panitia
Sembilan) :
1. Ir. Soekarno 6. Mr. Soebardjo
2. Wachid Hasyim 7. K.Abdul Kahar Moezakir
3. Mr. Muh. Yamin 8. Abikoesno Tjokrosoejoso
4. Mr. Maramis 9. H. Agus Salim
5. Drs. Moh. Hatta
 Membahas pidato serta usul mengenai dasar negara dalam sidang BPUPKI
 Berhasil menyusun sebuah naskah piagam yg dikenal dengan “Piagam Jakarta”
 Pada tanggal 22 juni 1945 Ir. Soekarno mengadakan pertemuan antara Panitia Kecil (Panitia
Sembilan) :
1. Ir. Soekarno 6. Mr. Soebardjo
2. Wachid Hasyim 7. K.Abdul Kahar Moezakir
3. Mr. Muh. Yamin 8. Abikoesno Tjokrosoejoso
4. Mr. Maramis 9. H. Agus Salim
5. Drs. Moh. Hatta
 Membahas pidato serta usul mengenai dasar negara dalam sidang BPUPKI
 Berhasil menyusun sebuah naskah piagam yg dikenal dengan “Piagam Jakarta”
 Rumusan Pancasila yg termuat dalam Piagam Jakarta :
o Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya
o Kemanusiaan yang adil dan beradab
o Persatuan Indonesia
o Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
o Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
III.SIDANG BPUPKI II 10 JULI-17 JULI 1945
 10 Juli dalam Rapat BPUPKI kedua 10 Juli 1945, menyetujui seutuhnya rancangan Preambule yg
disusun o/panitia sembilan, yakni :
“.......maka disusunlah kemerdekaan bangsa Indonesia itu dalam suatu hukum dasar Negara
Indonesia, yg terbentuk dalan suatu negara Republik Indonesia yg berkedaulatan dengan berdasar
kepada : Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya,
menurut dasar kemanusiaan yg adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yg dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
PROSES PENGESAHAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
 Bom Hiroshima dan Nagasaki 6 Agustus, menyebabkan Jepang menyerah kepada sekutu
 Membawa dampak perginya Jepang dari daerah jajahannya, termasuk Indonesia.
 BPUPKI berubah menjadi PPKI.
 Pemerintah Jepang memanggil pemimpin Indonesia kala itu dan memberikan 3 cap :
1. Soekarno diangkat sebagai Ketua PPKI, Moh. Hatta sbg wakil ketua, dan Radjiman sebgai
anggota.
2. PPKI bekerja mulai tgl 9 agustus 1945
3. Cepat atau tidaknya pekerjaan panitia diserahkan sepenuhnya pada Panitia.
 SIDANG PPKI 18 AGUSTUS 1945
 Sehari setelah Proklamasi kemerdekaan RI, PPKI bersidang pertama u/membahas beberapa
perubahan yg berkaitan dg rancangan naskah Pembukaan UUD 1945 yg msh kental dg
Piagam Jakarta, terutama yg menyangkut Sila Pertama.
1. Sidang I (18 Agustus 1945)
 Dihadiri o/27 orang dan menghasilkan :
a. Mengesahkan UUD 1945 yg meliputi :
1. Setelah melakukan beberapa perubahan pada Piagam Jakarta yg kemudian
berfungsi sbg Pembukaan UUD 1945.
2. Menetapkan Rancangan Hukum Dasar yg telah diterima dari BPUPKI
pada tgl 17 Juli 1945, setelah mengalami berbagai perubahan karena
berkaitan dg perubahan Piagam Jakarta,kmudian berfungsi sbg UUD 1945.
b. Memilih Presiden dan Wakil Presiden yg pertama
c. Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat sbg badan musyawarah
darurat
2. Adapun perubahan dalam sidang PPKI I :
1. Kata “Mukadimah” diganti “Pembukaan”
2. “dalam suatu Hukum Dasar” diganti “dalam suatu UUD Negara…”
3. “…dengan berdasar kepada Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam
bagi pemeluk-pemeluknya” diganti “…dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha
Esa.
4. “…menurut dasar kemanusiaan yg adil dan beradab” diganti “…kemanusiaan yg adil dan
beradab”
SIFAT UMUM PANCASILA
 Isi sila-sila Pancasila merupakan satu kesatuan Dasar Filsafat Negara Indonesia
 Pancasila merupakan suatu kesatuan yang majemuk tunggal.
 Artinya, terdiri dari lima nilai tetapi merupakan satu kesatuan
 Konsekuensinya setiap sila tidak dapat berdiri sendiri-sendiri terlepas dari sila-sila lainnya dan
diantara sila satu dan lainnya tidak bertentangan.
 Hal tsb merupakan Pancasila yang bersifat organis.
 Isi dari sila-sila Pancasila yg bersifat organis tsb :
1. Jasmani rohani (susunan kodrat)
2. Individu-makhluk sosial (sifat kodrat)
3. pribadi berdiri sendiri-makhluk Tuhan YME (kedudukan kodrat)
 Unsur-unsur hakikat manusia tsb merupakan suatu kesatuan yg bersifat organis dan harmonis.
 Setiap unsur memiliki fungsi masing-masing namun saling berhubungan.
 Inti Isi Sila-sila Pancasila
 Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai keempat sila lainnya. Dalam sila
ini terkadung nilai bahwa negara yang didirikan adalah sebagai pengejahwantahan tujuan manusia
sebagai makhluk Tuhan yang Maha Kuasa.
 Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Dalam sila ini terkandung nilai-nilai bahwa negara harus menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia
sebagai makhluk yang beradab dan bermoral.
 Sila Persatuan Indonesia
Dalam sila ini terkandung nilai bahwa negara adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia yaitu
sebagai makhluk individu dan sosial. Negara adalah merupakan suatu persekutuan hidup bersama di
antara elemen-elemen yang membentuk negara yang berupa suku, ras, kelompok, golongan, maupun
kelompok agama.
 Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan
Nilai yang terkandung di dalamnya adalah bahwa hakikat negara bertujuan mewujudkan harkat dan
martabat manusia dalam suatu wilayah.
Rakyat adalah subjek pendukung pokok negara. Negara adalah dari oleh dan untuk rakyat, sehingga rakyat
adalah asal mula kekuasaan negara. Dalam sila ini terkandung nilai demokratis yang secara mutlak
harus dilaksanakan.
 Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Dalam sila ini terkandung nilai-nilai yang merupakan tujuan negara sebagai tujuan dalam hidup bersama.
Oleh karena itu, terkandung nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama.
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGIN EGARA
 Prof. W. Howard Wriggins : ideologi di negara-negara yang baru merdeka dan sedang
berkembang “confirm and deepen the identity of their people” (sesuatu yg memperkuat dan
memperdalam identitas rakyatnya).
 Oesman dan Alfian, ideologi berintikan serangkaian nilai (norma) atau sistem nilai dasar yang
bersifat menyeluruh dan mendalam yang dimiliki dan dipegang oleh suatu masyarakat atau
bangsa sebagai wawasan atau pandangan hidup bangsa mereka
 deologi bangsa adalah cara pandang suatu bangsa dalam menyelenggarakan negaranya.
 Ideologi tergantung pada kualitas tiga dimensi :
 Dimensi realita : bahwa nilai-nilai dasar yg terkandung dalam ideologi itu secara riil berakar
dan hidup dalam masyarakat atau bangsanya, terutama karena nilai-nilai dasar tersebut
bersumber dari budaya dan pengalaman sejarahnya.
 Dimensi idealisme : bahwa nilai-nilai dasar ideologi tsb mengandung idealisme, bkn
lambungan angan2 yg memberi harapan ttg masa depan yg lebih baik melalui perwujudan
atau pengalamannya dlm praktik kehidupan bersama mereka sehari-hari dg berbagai
dimensinya.
 Dimensi flesibilitas : bahwa idelogi tsb memiliki keluwesan yg memungkinkan dan bahkan
merangsan pengembangan pemikiran-pemikiran baru yg relevan ttg dirinya, tanpa
menghulangkan atau mengingkari hakikat atau jati diri yg terkandung dalam nilai2 dasarnya.
PANCASILA DAN LIBERALISME
 Periode 1950-1959 disebut periode pemerintahan demokrasi liberal
 Sistem parlemeter menimbulkan banyak munculnya partai politik, sebagaimana terjadi di dunia
barat.
 Ketidakpuasan dan gerakan kedaerahan cukup kuat pada periode ini.
 Pada 1950-1960 partai-partai Islam sbg hasil pemilihan umum 1955 muncul kekuatan Islam
(Masyumi, NU, dan PSII)
 Indonesia tidak menerima liberalisme dikarenakan Individualisme Barat yg mengutamakan
kebebasan makhluknya, sedangkan paham integralistik yg kita anut memandang manusia sbg
individu dan sekaligus juga makhluk sosial.
 Negara demokrasi model Barat lazimnya bersifat sekuler dan hal ini tidak dikehendaki oleh
segenap elemen bangsa Indonesia.
 Kaelan : negara liberal memberi kebebasan kepada warganya utk memeluk agama dan
menjalankan ibadah sesuai dg agamanya masing2.
 Dalam negara liberal diberikan kebebasan u/tdk percaya th Tuhan atau atheis,bahkan negara
liberal memberi kebebasan warganya u/menilai dan mengkritik agama.
 Sistem negara liberal membedakan dan memisahkan antara negara dan agama atau bersifat
sekuler.
 Berbeda dg Pancasila, dg rumusan Ketuhanan Yang Maha Esa telah memberikan sifat yg khas
kpd negara Indonesia, yaitu bkn merupakan negara sekuler yg memisah-misahkan agama dg
negara.
PANCASILA DAN KOMUNISME
 Periode 1945-1950, kedudukan Pancasila sbg dasar negara sdh kuat.
 Faktor eksternal dan internal mempengaruhi kedudukan Pancasila.
 Faktor eksternal : mendorong bangsa Indonesia u/memfokuskan diri thd agresi asing
sekutu/NICA yg merasa msh memiliki Indonesia sebagai jajahannya.
 Faktor internal : Pancasila diarahkan ke idelogi tertentu, RI diubah menjadi negara Islam dan
Pemberontakan PKI yg mengubah RI menjadi negara komunisKomunisme tidak pernah diterima
dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
 Komunisme lazimnya bersifat atheis yg menolak agama dalam suatu negara.
 Indonesia sebagai negara yg berdasar atas Ketuhanan Yang Maha esa.
 Ideologi Komunis tidak menghormati manusia sbg makhluk individu.
 Prestasi dan hak milik individu tdk diakui.
 Komunis bersifat totaliter, otoriter, bersifat tertutup
 Pancasila bersifat terbuka
 Memberikan kemungkinan dan bahkan menuntut sikap kritis dan rasional
 Pancasila bersifat dinamis, yg mampu memberikan jawaban atas tantangan yg berbeda2 di setiap
zaman
Fungsi ideologi negara bagi bangsa Indonesia
 Menggambarkan cita-cita bangsa, ke arah mana bangsa ini akan bergerak
 Menciptakan rasa kebersamaan dalam keluarga besar bangsa Indonesia sesuai dg semboyan
Bhinneka Tunggal Ika
 Meningkatkan semangat seluruh komponen bangsa dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan
negara RI

Anda mungkin juga menyukai