Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dasar Pemikiran Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara Menurut


Konsep Moh. Yamin, Konsep Soepomo, dan Konsep Soekarno
Sebagai suatu konsep yang terumuskan secara sistematis Pancasila
baru muncul pada tahun 1945, khususnya dalam sidang BPUPKI. Pada
tanggal 29 April 1945 bertepatan dengan ulang tahun Kaisar Jepang, Jepang
memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia dengan alasan Jepang
tersedak oleh tantara sekutu. Untuk mendapat simpati serta dukungan bangsa
Indonesia, Jepang menganjurkan untuk membentuk BPUPKI (Badan
Penyelidik Usaha- Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang dalam
bahasa Jepang disebut dengan Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai.

Anggota BPUPKI ada 62 orang dengan ketua Dr. Radjiman


Wedyodiningrat dan juga 7 orang lainnya sebagai anggota istimewa dari
Jepang. Itibangase Tosio Tekisan dan R.P Soeroso sebagai ketua muda
(Haoekoe Kaityoo). BPUPKI bertugas sebagai Lembaga yang
mempertimbangkan masalah-masalah pokok bagi persiapan Indonesia
Merdeka.

Sebagai ketua BPUPKI, Dr. Radjiman Wedyodiningrat membuka


sidang pertama BPUPKI pada 29 Mei 1945 dengan mengajukan masalah
pokok dalam persiapan Indonesia Merdeka.

Saat awal sidang, anggota sidang terbelah menjadi dua kelompok.


Kelompok pertama mempunyai anggapan bahwa pokok bahasan DR.
Radjiman Wedyodiningrat terlalu filosofis. Kelompok pertama lebih
mengedepankan untuk langsung membahas naskah UUD saja. Kelompok ini
berpikir bahwa situasi yang mendesak hanya perlu dibahas masalah yang
relevan. Namun kelompok kedua setuju dengan usulan Dr. Radjiman
Wedyodiningrat dengan alasan dasar negara perlu diselesaikan terlebih
dahulu sebelum melangkah pada permasalahan yang lain. Indonesia yang
merdeka
tidak akan dapat berdiri kokoh tanpa suatu dasar yang jelas dan mendasar.
(Darmaputera, 1988; 104-105)

Pada akhirnya sidang BPUPKI membahas tentang dasar negara


sebagai landasan Indonesia merdeka. Muncul pemikiran agar Islam dijadikan
sebagai dasar negara. Sebaliknya kelompok lain menginginkan Indonesia
merdeka mendasarkan pada prinsip kenegaraan yang sekuler. Ir. Soekarno
mengusulkan jalan tengah agar Indonesia tidak menjadi negara agama
sekaligus juga bukan negara sekuler. Solusi yang ditawarkan oleh Soekarno
ini adalah negara yang berdasarkan Pancasila.

Pancasila yang diusulkan Bung Karno pada sidang BPUPKI tanggal 1


Juni 1945 disebut sebagai Philosofische Grondslag atau Weltanschauung
diatas nama negara Indonesia didirikan. Suatu fundament yang menjadi
pijakan, suatu filsafat, pikiran yang hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di
atasnya didirikan Indonesia merdeka yang kekal dan abadi. Negara Indonesia
yang kekal abadi itu, menurut Ir. Soekarno, dasarnya merupakan Pancasila.

1. Sidang BPUPKI Pertama


Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa BPUPKI merupakan
badan yang mempunyai tugas untuk mempersiapkan hal-hal yang
berhubungan dengan kemerdekaan Indonesia yang di antara nya tentang
Rancangan Dasar Negara dan Rancangan Undang-Undang Dasar Negara.
BPUPKI melakukan sidang pertamanya dari tanggal 29 Mei
sampai dengan 1 Juni 1945 yang nanti nya hasil utama sidang ini adalah
sebuah rumusan yang menjadi dasar negara. Dalam upaya merumuskan
Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat berbagai usulan
pribadi yang diutarakan dalam BPUPKI yaitu :
a) Mr. Moh. Yamin
Mr. Mohammad Yamin menjadi orang pertama yang
mengusulkan rancangan dasar negara Indonesia dengan mengatakan
bahwa : “……rakyat Indonesia mesti mendapat dasar negara yang
berasal dari peradaban Kebangasaan Indonesia ; orang timur pulang
kepada kebudayaan timur.” “.............kita tidak berniat, lalu akan meniru
sesuatu susunan tata Negara negeri haram. Kita bangsa Indonesia
masuk yang beradab dan kebudayaan kita beribu-ribu tahun umurnya.”
Dalam pidatonya tanggal 29 Mei 1945 Muh. Yamin
mengusulkan calon rumusan dasar negara secara lisan yang berisi
sebagai berikut :
1) Peri Kebangsaan
Konsep Pertama dasar negara dalam pemikiran Mohammad
Yamin membahas mengenai negara kebangsaan Indonesia yang
beringinan untuk Merdeka, maka dari itu terdapat tiga usaha yang
tidak boleh bila tidak dilaksanakan menurut Moh. Yamin :
 Pekerjaan semua anggota untuk mengumpulkan segala bahan-
bahan untuk pembentukan negara.
 Mengenai pengurus Undang-Undang Dasar Negara.
 Usaha yang harus dilakukan untuk menjadikan Indonesia
merdeka sesuai dengan keinginan rakyat. (Floriberta Aning,
2006, Hlm 9- 10).

2) Peri Kemanusiaan
Tujuan Indonesia merdeka sama artinya dengan dasar
kemanusiaan yang berupa dasar kedaulatan rakyat atau negara.
Kedaulatan itu menuju ke dalam dengan memberi pengawasan luhur
kepada putera negara dengan hak milik dan harta bendanya
sedangkan menuju ke luar dengan mengatur hubungan antar negara-
negara lain, memeluk keanggotaan keluarga bangsa-bangsa.
(Sutrisno Kutoyo, 2004, Hlm 131-132)

3) Peri Ketuhanan
Beliau mengatakan bahwa bangsa Indonesia itu adalah bangsa
yang beradab luhur dan peradabannya mempunyai tuhan yang maha
esa, karena itu masyarakat akan menyadari bahwa negara Indonesia
itu berketuhanan. Tuhan akan melindungi negara Indonesia
(Saafroedin Bahar, 1992, Hlm 13).

4) Peri Kerakyatan
Konsep keempat yang dikemukakan Mohammad Yamin
mengambil pedoman dari beberapa unsur, yaitu :
 Permusyawaratan
Konsep keempat yang dikemukakan Mohammad Yamin
mengambil sumber dari kitab suci Al-Qur’an, berupa surah
Asyura ayat 38 yang artinya segala urusan mereka
dimusyawarakan. Dalam sejarah Rasulullah dan pada masa
Khalifah yang keempat Al-khulafaurasidin, ternyata musyawarah
bersama dijalankan dengan sebaik-baiknya, sehingga dalam
pelaksaaannya ummat atau wakil rakyat dapat ikut campur dalam
penyusunan dan pelaksanaan negara.
Musyawarah menjadi kekuatan karena membuka
kesempatan kepada orang yang berkepentingan, membesarkan
tangggung jawab warga negara dan menimbulkan kewajiban
yang tidak mengikat hati (Saafroedin Bahar, 1992, Hlm 13).

 Perwakilan

Muh Yamin juga menyatakan bahwa dasar perwakilan


ialah tenaga yang kuat dan memberi warna serta aliran istimewa
kepada keinginan orang Indonesia kepada susunan tata negara.
Perwakilan tidak hanya menguatkan persekutuan hukum adat
dalam tata negara bagian bawah, tetapi juga menjadi pedoman
dalam keinginan bangsa sekarang dalam menyusun tata negara
bagian tengah dan bagian atas.
 Kebijaksanaan

Moh. Yamin berpikir hikmah dari kebijaksanaan yang


menjadikan pemimpin rakyat Indonesia ialah rasionalisme yang
sehat, karena telah melepaskan diri dari anarki, liberalisme dan
semangat penjajahan. (Sutrisno Kutoyo, 2004, Hlm 80)

5) Kesejahteraan Rakyat

Peri kesejahteraan rakyat menurut Mohammad Yamin bahwa


mengutamakan kepentingan rakyat merupakan tujuan pemerintah
dari negara yang berdaulat. Kemudian Mohammad Yamin juga
menyampaikan rumusan dasar negara yang diajukan secara tertulis,
yaitu:

 Ketuhanan Yang Maha Esa


 Kebangsaan Persatuan Indonesia
 Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

b) Prof. Dr. Soepomo


Soepomo tampil ke panggung pada sidang hari keempat, tanggal
31 Mei. Awam jamak disuguhi informasi bahwa Soepomo spesifik
bicara tentang dasar negara. Menurut Direktur Pusat Studi Pemikiran
Pancasila (PSPP) Syaiful Arif, informasi itu tak sepenuhnya tepat.
Pasalnya, Soepomo sebetulnya lebih banyak bicara soal teori-teori
kenegaraan. Soepomo mengemukakan tiga teori dasar tentang negara :
 Teori pertama adalah negara perseorangan (individualis) yang
bertolak dari ide-ide John Locke, J.J. Rousseau, dan Harold Laski.
 Teori kedua adalah paham negara kelas yang berakar dari pemikiran
Karl Marx, Friedrich Engels, dan Lenin.
 Teori ketiga adalah paham negara integralistik yang didasarkan
pemikiran Baruch Spinoza, Adam Muller, dan Georg Hegel.
Menurut pengajar Fakultas Hukum Universitas Indonesia E.
Fernando M. Manullang, Soepomo bersepakat pada ide negara
integralistik karena paling sesuai dengan karakter masyarakat
Indonesia. Negara integralistik dalam pandangan Soepomo adalah
bentuk negara yang mengedepankan semangat kekeluargaan.
Selanjutnya dalam kaitannya dengan dasar negara Indonesia
Soepomo mengusulkan hal-hal mengenai :
 Persatuan
 Kekeluargaan
 Keseimbangan lahir dan batin
 Musyawarah
 Keadilan rakyat.

c) Ir. Soekarno
Menurut Ir. Soekarno, Pancasila adalah isi dalam jiwa bangsa
Indonesia yang secara turun-temurun telah terpendam bisu oleh
kebudayaan Barat. Dengan demikian, Pancasila bukan hanya falsafah
negara, melainkan falsafah bangsa Indonesia.
Rumusan Dasar Negara Menurut Ir. Soekarno : Lahirnya
Pancasila Dalam sidang pertama BPUPKI pada 1 Juni 1945, Ir.
Soekarno menyampaikan ihwal “Dasar Indonesia Merdeka” dan
memperkenalkan istilah Pancasila atau lima sila.
Dalam hal ini Ir.Soekarno menyampaikan dasar negara yang
terdiri atas lima prinsip yang rumusannya yaitu :
 Kebangsaan Indonesia
Yang dimaksud kebangsaan Indonesia adalah suatu
nationale staat diatas kesatuan bumi Indonesia. Masyarakat yang
ada di bumi nusantara yang berlatar belakang etnis, budaya, dan
agama yang berbeda perlu mendapat perhatian yang sama. Bahkan
kebangsaan yang ingin dibangun bukan suatu kebangsaan yang
mengarah pada chauvinism, yaitu pandangan yang menganggap
bahwa bangsa Indonesia sebagai bangsa yang paling tinggi atau
super disbanding bangsa yang lain.

 Internasionalisme atau perikemanusiaan


Internasionalisme adalah suatu pandangan yang
menempatkan bangsa-bangsa di dunia menduduki kedudukan
setara. Antar negara saling menghormati karna internasionalisme
tidak sama dengan kosmopolitisme. Internasionalisme tetap
menghargai eksistensi negara kebangsaan.

 Mufakat atau demokrasi


Mufakat, dasar perwakilan, dasar permusyawaratan
diusulkan sebagai salah satu sila untuk menjaga kesetaraan.
Indonesia didirikan bukan sebagai suatu negara untuk satu orang,
satu golongan atau kelompok yang kaya saja. Permusyawaratan
menjadi tempat untuk membicarakan berbagai masalah
kenegaraan.

 Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan merupakan suatu prinsip yang diarahkan
untuk menghilangkan kemiskinan di Indonesia yang merdeka.
Indonesia merdeka bukan untuk dijadikan lahan kaum kapitalis
berkembang dan merajalela.
 Ketuhanan Yang Maha Esa
Prinsip ketuhanan menjadi salah satu dasar atau sila karena
sejak awal kehidupan di Nusantara, manusia di Nusantara ini sudah
ber-Tuhan secara kebudayaan. Negara Indonesia merdeka harus
dapat memberi kebebasan pada setiap warganya untuk dapat
menyembah Tuhan yang diyakini secara leluasa.
Dari rumusan ketiga tokoh tersebut, terdapat perbedaan-
perbedaan yang mendasar. Perbedaan tersebut terletak pada pandangan
masing-masing dalam memaknai Pancasila. Muh.Yamin memiliki
pandangan bahwa Pancasila merupakan lima dasar negara yang menjadi
panduan aturan atas perilaku manusia yang baik. Adapun Soepomo
memandang Indonesia merdeka merupakan negara yang menyatukan
semua umat atau golongan dan segala pahamnya. Sedangkan pandangan
menurut Soekarno dasar negara harus mencakup jiwa dari seluruh
rakyat yang sudah bertumbuh lama dalam masyarakat Indonesia.

2. Sidang BPUPKI Kedua (10 – 16 Juli 1945)


Dengan selesainya rapat pada tanggal 1 Juni 1945, maka sudah
selesailah seluruh masa sidang pertama BPUPKI. Namun walaupun sidang
pertama sudah selesai, sidang tersebut belum mendapatkan kata sepakat
untuk menjadikan Pancasila sebagai dasar negara.
Oleh karena itu untuk menampung perumusan-perumusan yang
bersifat perseorangan atau individual, dibentuklah sebuah panitia kecil
yang disebut juga dengan “Panitia Sembilan” karena anggotanya hanya
terdiri dari 9 orang saja.
Tugas dari panitia sembilan ini adalah menyelesaikan rumusan
dasar negara serta tujuan dan asas yang akan digunakan oleh negara
Indonesia yang akan lahir.
Pada 22 Juni 1945, Panitia Sembilan berhasil menyusun dokumen
penting yang sampai saat ini masih kita gunakan sebagai rambu-rambu
dasar kebijakan pemerintah Indonesia, yakni preambul yang berisi asas
dan tujuan negara Indonesia merdeka. Adapun naskah yang disusun oleh
panitia Sembilan itu pada bagian akhirnya adalah sebagai berikut :
“………………….. maka disusunlah kemerdekaan bangsa Indonesia itu
dalam suatu hukum dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
negara yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada : Ketuhanan
dengan menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.”
Namun rumusan rumusan pada sila pertama menuai kritik dari
berbagai pihak karena dianggap memiliki narasi yang cukup berbeda dari
Pancasila yang digunakan sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia.
Beberapa tokoh menyatakan keberatan akan rumusan tersebut dikarenakan
bahwa rakyat Indonesia tidak hanya berasal dari kalangan umat muslim
saja.
Mendengar kabar tersebut, Moh. Hatta dan Ir. Soekarno meminta
empat tokoh Islam yang diantaranya Ki Bagus Hadikusumo, Wahid
Hasyim, Mr. Kasman Singodimejo, dan Mr. Teuku Moh. Hasan untuk
mendiskusikan hal tersebut. Hasil diskusi tersebut disepakati bahwa
rumusan pada sila pertama dalam rumusan panitia Sembilan diganti
dengan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kesepakatan ini menunjukkan sikap toleransi yang tinggi. Artinya
para pejuang menyadari bahwa Indonesia multikultural yang didirikan di
tengah keberangaman, baik suku, ras, maupun agama.
Dari peristiwa tersebut diketahui bahwa piagam Jakarta belum
mampu mengakomodasi seluruh agama atau keyakinan yang dipeluk
bansa Indonesia. Oleh karena itu, rumusan dasar negara dalam sila
pertama tersebut mengalami perubahan.
Hasil revisi tersebut yang disebutkan dalam Pembukaan UUD 1945
sebagai rumusan dasar negara yang sah dan juga benar. Hal ini ditegaskan
dalam intruksi Presiden Nomor 12 Tahun 1968.
Dengan mempelajari rumusan-rumusan tentang Dasar Negara
Indonesia dari Mr. Muh. Yamin, Prof Soepomo, dan Ir. Soekarno,
membuktikan bahwa ketiganya mempunyai andil besar dalam
merumuskan Pancasila Dasar Negara.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman hidupan bangsa dan
negara bagi seluruh rakyat Indonesia yang memiliki fungsi utama sebagai
dasar negara Indonesia. Dalam kedudukannya, Pancasila merupakan tempat
pertama atau yang paling tinggi sebagai sumber dari segala sumber hukum
dalam tata hukum di Indonesia.

Pancasila merupakan ruh atau kekuatan yang menjiwai kegiatan dalam


membentuk negara. Pancasila perlu diimplementasikan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara agar terciptanya keseimbangan, keadilan, dan
keselarasan dalam negara tersebut.

3.2 Saran
Diharapkan kepada semua masyarakat Indonesia untuk dapat
mengimplementasikan atau menerapkan semua nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila dan tidak hanya sekedar mengetahui saja namun
melaksanakannya dalam kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA

Aning, F. (2019). Lahirnya Pancasila: Kumpulan Pidato BPUPKI. Yogyakarta: Media


Pressindo.
Bahar, S. (1992). Risalah sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) 29 Mei 1945 - 19 Agustus 1945. Jakarta: Sekretariat
Negara Republik Indonesia.
Gesmi, I., & Hendri, Y. (2018). Pendidikan Pancasila. Sidoarjo: Uwais Inspirasi
Indonesia.
Hariyono. (2014). Ideologi Pancasila Roh Progresif Nasionalisme Indonesia.
Malang: Intrans Publishing.

Sutrisno Kutoyo, H. (2004). Prof. H. Muhammad Yamin SH. : Cita-cita dan


perjuangan seorang bapak bangsa. Jakarta: Mutiara Sumber Widya.
Syamsudin, M., Munthoha, & dkk. (2009). Pendidikan Pancasila : Menempatkan
Pancasila Dalam Konteks Keislaman Dan Keindonesiaan. Yogyakarta: Total Media

Anda mungkin juga menyukai