Anda di halaman 1dari 8

1.

3 Tokoh pengusul Dasar Negara :


a. Prof. Muhammad Yamin, SH
Muhammad Yamin dilahirkan di Sawahlunto,
Sumatera Barat, pada tanggal 23 Agustus 1903. Ia
menikah dengan Raden Ajeng Sundari
Mertoatmadjo. Di zaman penjajahan, Yamin
termasuk segelintir orang yang beruntung karena
dapat menikmati pendidikan menengah dan tinggi.
Dalam sidang BPUPKI, Muhammad Yamin benyak memainkan peran. Pada hari
pertama sidang BPUPKI pertama yaitu pada tanggal 29 Mei 1945, Muhammad
Yamin menyampaikan pidato tentang konsep dasar Negara di depan anggota
BPUPKI lainnya. Rumusan dasar Negara usulan Muhammad Yamin ini terdiri
dari 5 hal pokok yaitu:
1) Peri kebangsaan
2) Peri kemanusiaan
3) Peri ketuhanan
4) Peri kerakyatan
5) Kesejahteraan rakyat
Setelah menyampaikan pidatonya, Mr. Muhammad Yamin menyampaikan usul
tertulis naskah Rancangan Undang-Undang Dasar. Di dalam Pembukaan
Rancangan UUD itu tercantum rumbusan lima asas dasar negara yang berbunyi
sebagai berikut:
1) Katuhanan Yang Maha Esa.
2) Kebangsaan Persatuan Indonesia.
3) Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
4) Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Perumusyawaratan Perwakilan.
5) Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Jika diperhatikan lebih seksama, usulan tertulis Muhammad Yamin di atas
sangat mirip dengan sistematika dasar Negara Pancasila sekarang, perbedaannya
terdapat pada urutan sila ke dua dan ketiga serta beberapa kata yang dihilangkan.
Selain mengusulkan dasar Negara dalam sidang BPUPKI, Muhammad Yamin
juga dipercaya menjadi salah satu anggota panitia kecil bersama Sukarno yang
bertindak sebagai ketua panitia kecil, KH. Wachid Hasyim, A.A Maramis, M.
Soetardjo Kartohadikoesoemo, Otto Iskandardinata, Bagoes Hadikoesoemo.
Hasil dari Panitia kecil ini adalah Piagam Jakarta dimana rumusan dasar Negara
dalam Piagam Jakarta tersebut tidak jauh berbeda dengan rumusan Muhammad
Yamin secara tertulis.

b. Prof. DR. Soepomo


Selain Muhammad Yamin, tokoh perumus dasar Negara
yang lain adalah Soepomo. Soepomo dilahirkan di
Sukoharjo, 22 Januari 1903. Kedua kakek Soepomo dari
pihak ayah dan ibu adalah bupati pada jaman pemerintahan
kolonial. Sebagai keluarga terpandang, Soepomo
mendapatkan pendidikan untuk orang-orang Eropa sejak
tingkat dasar.
Sebagai ahli hukum generasi pertama, kontribusi Soepomo sangat besar dalam
pembentukkan dasar negara dan konstitusi bangsa ini. Di hadapan sidang resmi
pertama Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) pada 29 Mei-1 Juni 1945, Soepomo mengusulkan dasar negara
Indonesia merdeka yaitu:
1) persatuan
2) kekeluargaan
3) keseimbangan lahir dan bathin
4) musyawarah
5) keadilan rakyat
Tak hanya tentang asas negara, pada 31 Mei 1945 Soepomo juga diminta untuk
menuturkan beberapa teori tentang negara. Menurut dia, setidaknya ada tiga
teori.
 Pertama, teori negara individualistik yang dikembangkan Thomas Hobbes,
John Locke, JJ Rousseau dan Herbert Spencer yang berlaku di Eropa Barat
dan Amerika. Di sini negara harus melakukan kontrak sosial dengan
warganya dan konstitusinya amat sarat dengan kepentingan individualisme.
 Kedua, teori pertentangan kelas ala Marx, Engel dan Lenin yang
menyebutkan kaum buruh harus menguasai negara diktator proletariat-, agar
negara tak lagi dijadikan kaum borjuis sebagai mesin penindas.
 Sementara teori ketiga adalah teori integralistik yang diajarkan Spinoza,
Hegel dan Adam Muller yang mengedepankan kesatuan (integralistik)
negara dengan masyarakat sehingga negara tak diperkenankan memihak
golongan warga tertentu.

Dari ketiga teori itu, Soepomo cenderung memilih teori integralistik. Di dalam
buku Risalah BPUPKI dan PPKI terbitan Sekretaris Negara, Soepomo
menggambarkan dua negara yang saat itu menerapkan paham integralistik, yaitu
Jerman Nazi dengan persatuan antara pemimpin dan rakyatnya serta kekaisaran
Dai Nippon dengan hubungan lahir batin di bawah keluarga Kaisar Tenno
Heika. Dasar persatuan dan kekeluargaan ini sangat sesuai dengan corak
masyarakat Indonesia, kata Soepomo kala itu.
Pada bagian lain dalam sidang BPUPKI itu pula Soepomo sempat menolak
masuknya Hak Asasi Manusia (HAM) ke dalam konstitusi. Ia beranggapan
konsep HAM adalah produk negara individualistik dimana HAM adalah
pemberian alam dan negara. ..menurut pikiran saya aliran kekeluargaan sesuai
dengan sifat ketimuran. Jadi saya anggap tidak perlu mengadakan declaration of
rights, ujar Soepomo.
Sikap Soepomo yang menentang habis paham individualistik dan produk
turunannya seperti HAM dalam sidang BPUPKI sebenarnya tak bisa dilepaskan
dari keahlian Soepomo pada bidang hukum adat. Dalam bukunya
berjudul Hubungan Individu dan Masyarakat dalam Hukum Adat, Soepomo
menegaskan bahwa individu adalah anggota dari masyarakat.
Yang primer, menurut Soepomo, bukan individu. Melainkan masyarakat yang
berdiri di tengah kehidupan hukum. Kehidupan individu terutama ditujukan
mengabdi kepada masyarakat. Namun, pengabdian tersebut tidak dianggap
beban individu dan sebuah pengorbanan.
c. Ir. Soekarno
Ir. Soekarno dikenal dengan bapak proklamator Indonesia
karena beliau bersama Drs. Mohammad Hatta
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Soekarno lahir
di Surabaya pada tanggal 6 Juni 1901 dengan nama lahir
Koesno Sasrodihardjo, namun karena sering sakit maka
ayahnya mengganti namanya menjadi Soekarno. Nama
tersebut diambil dari nama seorang panglima dalam kisaha bratha Yudha yaitu
Karna, sedangkan awalan su dalam bahasa jawa berarti baik.
Saat sidang BPUPKI, Soekarno dikenal sebagai pemberi nama dasar Negara
Indonesia dengan nama Pancasila pada pidato tanggal 1 Juni 1945 di hadapan
anggota sidang BPUPKI. Oleh karena itulah tanggal 1 Juni seringkali diperingati
sebagai hari lahir nama/istilah Pancasila. Usul Sukarno sebenarnya tidak hanya
satu melainkan tiga buah usulan calon dasar negara yaitu lima prinsip, tiga
prinsip, dan satu prinsip. Sukarno pula-lah yang mengemukakan dan
menggunakan istilah “Pancasila” (secara harfiah berarti lima dasar) pada
rumusannya ini atas saran seorang ahli bahasa (Muhammad Yamin) yang duduk
di sebelah Sukarno. Oleh karena itu rumusan Sukarno di atas disebut dengan
Pancasila, Trisila, dan Ekasila.
2. Suasana Sidang BPUPKI yang pertama
BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
atau bahasa Jepangnya Dokuritsu Zjunbi Tyoosakai adalah badan bentukan
Jepang yang diresmikan pada
tanggal 1 Maret 1945.
Tugas BPUPKI itu sendiri
adalah untuk menyelidiki
kesiapan Bangsa Indonesia
dalam menyongsong
kemerdekaan dan membentuk
pemerintahan sendiri. Kemudian Jepang mengangkat Dr. K.R.T. Radjiman
Wediodiningrat sebagai ketua BPUPKI.
Jepang juga memberikan jabatan sebagai anggota kepada beberapa tokoh lain
yang dianggap mempunyai pengaruh besar terhadap rakyat Indonesia, seperti
misalnya Ir. Soekarno, Drs. Moh Hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H. Mas
Mansyur, K.H. Wachid Hasyim, H. Agus Salim, Soepomo, dan Muhammad
Yamin.
Selain itu, Jepang juga mengangkat tujuh suara untuk mengemukakan
pendapat. Pada tanggal 28 Mei 1945 Jepang secara resmi melantik anggota
BPUPKI. Oke langsung saja kita lihat hasil sidang pertama BPUPKI.
Hasil Sidang BPUPKI Pertama
Sidang pertama BPUPKI ini berlangsung pada tanggal 29 Mei 1945 sampai 1
Juni 1945, membahas dan merumuskan dasar negara Indonesia merdeka
(Philosofische Grondslag Indonesia Merdeka). Jadi sidang pertama BPUPKI
membahas tentang beberapa hal sebagai berikut
 Sidang Tanggal 29 Mei 1945
Mr. Moh Yamin mendapat kesempatan pertama untuk mengajukan
rancangan gagasan negara Indonesia merdeka yang diberi judul Asas dan
Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia, Mr. Moh Yamin
berpendapat bahwa negara Indonesia harus berpijak pada lima dasar
sebagai berikut :
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan rakyat

 Sidang Tanggal 31 Mei 1945


Menurut Dr. Soepomo, negara Indonesia harus didirikan dengan asas-asas
sebagai berikut :
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat
 Hasil Sidang BPUPKI 1 Tanggal 1 Juni 1945
Penyampaian gagasan Indonesia yang terakhir adalah Ir. Soekarno yang
menyatakan bahwa negara Indonesia harus didirikan diatas lima dasar,
dengan rincian sebagai berikut :
1. Kebangsaan Indonesia atau nasionalisme
2. Perikemanusiaan atau internasionalisme
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa
Lima gagasan negara Indonesia merdeka itu oleh Ir. Soekarno diberi nama
Pancasila. Usulan-usulan tersebut kemudian diterima dan ditampung oleh
BPUPKI untuk dimusyawarahkan bersama. Selanjutnya dibentuk sebuah
tim khusus yang dinamakan Panitia Sembilan adalah sebagai berikut :
1. Ir. Soekarno
2. Drs. Moh Hatta
3. Mr. Moh Yamin
4. Mr. A.A. Maramis
5. Mr. Ahmad Soebardjo
6. Abdul Kahar Muzakir
7. K.H. Wahid Hasyim
8. H. Agus Salim
9. Abikoesno Tjokrosoejoso
Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan mulai bersidang. Rapat
tersebut tidak hanya dihadiri oleh Panitia Sembilan tetapi anggota
BPUPKI yang lainpun turut hadir sehingga jumlah peserta sidang
mencapai 38 orang. Tujuannya untuk merumuskan dasar negara Indonesia.
Panitia Sembilan berhasil menetapkan suatu rumusan yang dinamakan
Piagam Jakarta (Jakarta Charter).
3. Perilaku dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila
1. Sikap yang sesuai dengan sila pertama
Sila pertama pancasila berbunyi : Ketuhanan yang Maha Esa. Sila ini
berhubungan dengan perilaku kita sebagai umat beragama pada Tuhannya.
Contoh sikap yang mencerminkan sila tersebut:
 Percaya dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa sesuai ajaran agama
yang dianut masing-masing
 Menjalankan perintah agama sesuai ajaran yang dianut masing-masing
 Saling menghormati antarumat beragama
 Tidak memaksakan suatu agama pada orang lain

2. Contoh sikap yang sesuai dengan sila kedua


Sila kedua pancasila berbunyi : Kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila ini
berhubungan dengan perilaku kita sebagai manusia yang pada hakikatnya
semuanya sama didunia ini.
Contoh sikap yang mencerminkan sila tersebut:
 Tidak membeda bedakan manusia berdasarkan suku, agama, warna kulit,
tingkat ekonomi, maupun tingkat pendidikan
 Menyadari bahwa kita diciptakan sama oleh Tuhan
 Membela kebenaran dan keadilan
 Menyadari bahwa kita mempunyai hak dan kewajiban yang sama
 Tidak melakukan diskriminatif
3. Contoh sikap yang sesuai dengan sila ketiga.
Sila ketiga pancasila berbunyi : Persatuan Indonesia. Sila ini berhubungan
dengan perilaku kita sebagai warga Negara Indonesia untuk bersatu membangun
negeri ini.
Contoh sikap yang mencerminkan sila tersebut:
 Cinta pada tanah air dan bangsa
 Menjaga nama baik bangsa dan Negara
 Tidak membangga banggakan bangsa lain dan merendahkan bangsa
sendiri
 Ikut serta dalam ketertiban dunia
 Menjunjung tinggi persatuan bangsa
 Mengutamakan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan
pribadi dan golongan
4. Contoh sikap yang sesuai sila keempat
Sila keempat pancasila berbunyi : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Sila ini berhubungan dengan
perilaku kita untuk selalu bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah.
Contoh sikap yang mencerminkan sila tersebut:
 Selalu mengedepankan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam
menyelesaikan masalah
 Tidak memaksakan kehendak pada orang lain
 Mengutamakan kepentingan masyarakat, bangsa, dan Negara
 Menghormati hasil musyawarah
 Ikut serta dalam pemilihan umum

5. Contoh sikap yang sesuai sila kelima.


Sila kelima pancasila berbunyi : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila ini berhubungan dengan perilaku kita dalam bersikap adil pada semua
orang.
Contoh sikap yang mencerminkan sila tersebut:
 Berusaha menolong orang lain sesuai kemampuan
 Menghargai hasil karya orang lain
 Tidak mengintimidasi orang dengan hak milik kita
 Menjunjung tinggi nilai kekeluargaan
 Menghormati hak dan kewajiban orang lain

Anda mungkin juga menyukai