Anda di halaman 1dari 5

KISI-KISI PPKN

1. UNSUR-UNSUR TERBENTUKNYA NEGARA


 UNSUR KONSTITUTIF
Unsur konstitutif negara meliputi terdapatnya wilayah yang mecakup darat, udara, serta perairan (secara khusus perairan tidak wajib), rakyat ataupun
masyarakat, serta pemerintahan yang sudah berdaulat.
 UNSUR DEKLARATIF
Unsur-unsur deklaratif mencakup terdapatnya tujuan negara, konstitusi, adanya pengakuan terhadap negara lain yaitu secara  de jure ataupun secara de facto,
serta negara tersebut masuk dalam perhimpunan dalam bangsa, seperti PBB.
2. TUJUAN NKRI
Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tercantum dalam pembukaan UUD 1945 di alinea ke 4 yaitu:

 Melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;


 Memajukan kesejahteraan umum;
 Mencerdaskan kehidupan bangsa;
 Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

3. SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA


Dalam sidang BPUPKI yang pertama kali diadakan 29 Mei - 1 Juni 1945 :
Moh. Yamin mengusulkan dasar negara dalam pidato tidak tertulisnya dalam sidang pertama BPUPKI, yaitu:

 Mr. Mohammad Yamin (29 Mei 1945) memberikan 5 poin usulan dasar negara dalam pidato secara lisan  :
1. Peri Kebangsaan.
2. Peri Kemanusiaan.
3. Peri Ketuhanan.
4. Peri Kerakyatan.
5. Kesejahteraan Rakyat.
Setelah selesai berpidato, Moh. Yamin juga mengusulkan gagasan tertulis naskah rancangan UUD RI yang tertuang rumusan 5 dasar, yaitu:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.


2. Kebangsaan Persatuan Indonesia.
3. Rasa Kemanusian yang Adil dan Beradab.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Kemudian ada sidang lanjutan yang diadakan pada tanggal 31 Mei 1945 oleh Mr.Soepomo :

 Mr. Soepomo (31 Mei 1945)


Dalam usulannya, Mr. Soepomo memaparkan 3 teori mengenai bentuk-bentuk negara, yaitu:

1. Negara individualistik, yaitu negara yang disusun atas dasar kontrak sosial dari warganya dengan mengutamakan kepentingan individu sebagaimana diajarkan oleh
Thomas Hobbes, John Locke, Jean Jacques Rousseau, Hebert Spencer, dan H. J. Laski.
2. Negara golongan (class theori) yang diajarkan Marx, Engels, dan Lenin.
3. Negara Integralistik, yaitu negara tidak boleh memihak pada salah satu golongan, tetapi berdiri di atas semua kepentingan sebagaimana diajarkan oleh Spinoza,
Adam Muller, dan Hegel.
Mr. Soepomo dalam hal ini menyuarakan negara integralistik (negara persatuan), yaitu negara satu yang berdiri di atas kepentingan semua orang. Sementara itu, dasar
negara yang digagaskan oleh Mr. Soepomo antara lain:

1. Paham Persatuan.
2. Perhubungan Negara dan Agama.
3. Sistem Badan Permusyawaratan.
4. Sosialisasi Negara.
5. Hubungan antar Bangsa yang Besifat Asia Timar Raya.

Kemudian pada tanggal 1 Juni 1945 , Ir. Soekarno sekaligus kandidat presiden pertama Indonesia memberikan point penting sebagai dasar pancasila :

 Ir. Soekarno (1 Juni 1945)


Ir. Soekarno mengusulkan lima poin-poin dasar negara yang dinamakan Pancasila, yaitu:

1. Kebangsaan Indonesia.
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan.
3. Mufakat atau Demokrasi.
4. Kesejahteraan Sosial.
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan.
Setelah menjalani banyak proses tentang pembahasan dalam musyawarah, persidangan BPUPKI mengambil kesepakatan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
merdeka. Pada tanggal 1 Juni 1945 inilah kemudian diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila. Selain sidang BPUPKI, pada hari yang sama juga dibentuk panitia kecil
beranggotakan delapan orang, yaitu: Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Sutardjo, A. Wachid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, Oto Iskandardinata, Mr. Moh. Yamin, dan Mr. A. A.
Maramis. Tugas Panitia Delapan ini adalah menerima dan mengidentifikasi usulan dasar negara dari anggota BPUPKI. Berdasarkan identifikasi, diketahui ada perbedaan pendapat
mengenai usulan tentang dasar negara. Golongan Islam menghendaki negara dengan dasar syariat Islam, sementara golongan nasionalis tidak menghendaki usulan tersebut.

Untuk menghindari perbedaan pendapat mengenai usulan dasar negara, dibentuklah panitia yang beranggotakan sebanyak sembilan orang diambil dari golongan Islam dan
golongan nasionalis, yaitu: Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh. Yamin, Mr. A.A. Maramis, Ahmad Soebardjo, Abikusno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakkir, A. Wachid
Hasyim, dan H. Agus Salim. Panitia yang dikenal sebagai Panitia Sembilan dan diketuai oleh Ir. Soekarno.

Panitia Sembilan melakukan sidang pertama pada 22 Juni 1945. Sidang tersebut pada akhirnya menghasilkan kesepakatan yang dijadikan sebagai patokan dasar negara.
Panitia Sembilan berhasil menyusun naskah yang disebut Rancangan Preambule Hukum Dasar. Mr. Moh. Yamin mempopulerkan naskah rancangan itu dengan nama Piagam
Jakarta yang di dalamnya tercantum rumusan dasar negara sebagai berikut:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
BPUPKI melakukan sidang kedua (10-16 Juli 1945) dengan pembahasan berupa lanjutan hasil kerja Panitia Sembilan dan berhasil menghasilkan:

1. Kesepakatan dasar negara Indonesia, yaitu Pancasila seperti yang tertuang dalam Piagam Jakarta.
2. Negara Indonesia berbentuk negara Republik. Ini merupakan hasil kesepakatan atas 55 suara dari 64 orang yang hadir.
3. Kesepakatan mengengai wilayah Indonesia yang meliputi wilayah Hindia Belanda, Timor Timur, sampai Malaka (Hasil kesepakatan 39 suara).
4. Pembentukan tiga panitia kecil sebagai: Panitia Perancang UUD, Panitia Ekonomi dan Keuangan, Panitia Pembela Tanah Air.
Pembentukan PPKI (9 Agustus 1945) dan Pengesahan Dasar Negara
Setelah selesai melaksanakan tugas, BPUPKI dibubarkan pada tanggal 9 Agustus 1945 yang kemudian dibentuk PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau
dalam bahasa Jepang disebut Dookuritsu Junbi Iinkai sebagai gantinya. PPKI bertugas mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia dengan tujuan utama mengesahkan dasar negara
dan UUD 1945. Ketua PPKI yaitu Ir. Soekarno, wakil ketua Moh. Hatta dan jumlah anggota 21 orang.
Pada 15 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini digunakan bangsa Indonesia untuk mempersiapkan kemerdekaan. Golongan pemuda
(Soekarni, Adam Malik, Kusnaini, Sutan Sjahrir, Soedarsono, Soepomo, dan kawan-kawan) meminta Ir. Soekarno agar segera mengumumkan kemerdekaan RI. Sebaliknya,
golongan tua menolak dengan alasan Proklamasi Kemerdekaan harus direncanakan secara matang. Terjadilah kesepakatan di Rengasdengklok dan Proklamasi dilaksanakan pada
Jumat, 17 Agustus oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta di Jakarta.

Sore hari setelah proklamasi, opsir Jepang datang ke rumah Moh. Hatta untuk menyampaikan keberatan dari wakil Indonesia bagian timur terhadap sila pertama Pancasila
dalam Piagam Jakarta. Setelah kemudian dilakukan sidang bersama wakil-wakil Islam, disepakati pengubahan sila pertama Pancasila menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Pada 18 Agustus 1945, PPKI melakukan persidangan pertama. Hasil sidang tersebut adalah:

1. Penetapan Pembukaan Hukum Dasar (sekarang disebut Pembukaan UUD 1945) yang di dalamnya memuat rumusan sila Pancasila sebagai dasar negara. Dalam hal ini
Pancasila telah disahkan sebagai dasar negara.
2. Pemilihan dan menetapkan Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden RI yang pertama.
3. Presiden dibantu oleh KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) dalam melakukan tugas-tugasnya.

4. PEMBAGIAN KEKUASAAN

1. Pembagian kekuasaan secara horizontal

Pembagian kekuasaan secara horizontal yaitu pembagian kekuasaan menurut fungsi lembaga-lembaga tertentu (legislatif, eksekutif dan yudikatif). Berdasarkan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, secara horizontal pembagian kekuasaan negara di lakukan pada tingkatan pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Pembagian kekuasaan
pada tingkat pemerintahan pusat mengalami pergeseran setelah terjadinya perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pergeseran yang dimaksud adalah pergeseran
klasifikasi kekuasaan negara yang umumnya terdiri atas tiga jenis kekuasaan (legislatif, eksekutif dan yudikatif) menjadi enam kekuasaan negara, yaitu:
Kekuasaan konstitutif, yaitu kekuasaan untuk mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar. Kekuasaan ini dijalankan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat
Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk menjalankan undang-undang dan penyelenggraan pemerintahan Negara. Kekuasaan ini dipegang oleh Presiden
Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membentuk undang-undang. Kekuasaan ini dipegang oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Kekuasaan yudikatif atau disebut kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Kekuasaan ini dipegang
oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi
Kekuasaan eksaminatif/inspektif, yaitu kekuasaan yang berhubungan dengan penyelenggaraan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara.
Kekuasaan ini dijalankan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
Kekuasaan moneter, yaitu kekuasaan untuk menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta memelihara
kestabilan nilai rupiah. Kekuasaan ini dijalankan oleh Bank Indonesia selaku bank sentral

2. Pembagian kekuasaan secara vertikal

Pembagian kekuasaan secara vertikal merupakan pembagian kekuasaan menurut tingkatnya, yaitu pembagian kekuasaan antara beberapa tingkatan pemerintahan. Pasal 18 ayat (1)
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerahdaerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas
kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.
5. NILAI-NILAI PANCASILA DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

 Sila pertama yaitu ketuhanan yang maha esa maka pemerintah harus menjamin keselamatan rakyat yang bebas memilih agamanya dan kegiatan pelaksaanaa ibadah
 Sila kedua ada kemanusiaan yang adil dan beradab artinya pemerintahan harus mengambil keputusan yang adil dan menghormati rakyat dan tidak berlaku semena
mena terhadap rakyat indonesia misalnya dengan melakukan penindasan,
 Sila ke tiga persatuan indonesia, pemerintahan harus mampu membuat persatuan di indonesia agar kita tidak menjadi bangsa yang lemah yang mudah terpecah belah
dan terjadi konflik di masyarakatnya,
 Sila keempat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, artinya kepemimpinan yang dilakukan harus bersikap
bijaksana dan bermusywarah tidak memeningkan ego penguasa
 Sila kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia yaitu menciptakan keputusan dan pemerintahan yang adil bagi seluruh rakyat indonesia di negara kita.
6. ASAS-ASAS DALAM MENENTUKAN KEWARGANEGARAAN
1. Asas Ius soli (asas berdasarkan tempat atau daerah kelahiran)
Asas Ius Soli ialah asas yang digunakan dalam menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat kelahiran orang tersebut.
Semisal: negara yang menganut asas Ius Soli adalah negara Inggris. Jika ada seorang yang memiliki kewarganegaraan A melahirkan anak di negara Inggris, maka
secara langsung anak tersebut memiliki kewarganegaraan Inggris.

2. Asas Ius Sanguinis (asas berdasarkan hubungan darah atau keturuan)


Asas Ius Sanguinis ialah asas yang digunakan dalam menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan kewarganegaraan orang tuanya.

7. MAKNA KEBEBASAN BERAGAMA DAN BERKEPENTINGAN


Kebebasan beragama adalah prinsip yang mendukung kebebasan individu atau masyarakat, untuk menerapkan agama atau kepercayaan dalam ruang pribadi atau umum.
Kebebasan beragama termasuk kebebasan untuk mengubah agama dan tidak menurut setiap agama. Dalam negara yang mengamalkan kebebasan beragama, agama-agama lain
bebas dilakukan dan ia tidak menghukum atau menindas pengikut kepercayaan lain yang lain dari agama resmi. Pasal 18 dalam Kovenan Internasional PBB tentang Hak-Hak Sipil
dan Politik menyatakan kebijakan yang menafikan kebebasan seseorang untuk mengamalkan agamanya adalah satu kezaliman spiritual. Kebebasan beragama merupakan satu
konsep hukum yang terkait, tetapi tidak serupa dengan, toleransi agama, pemisahan antara agama dan negara, atau negara sekuler (laïcité).

8. SUPRASTRUKTUR DAN INFRASTRUKTUR POLITIK


Suprastruktur politik adalah lembaga politik yang disusun oleh suatu negara untuk melakukan tugas atau kekuasaan negara. Pada negara yang menganut paham tr “Trias
Politika”, kekuasaan yang dimiliki oleh negara dibagi menjadi tiga, yaitu:
1.    Kekuasaan eksekutif ialah sebuah kekuasaan guna melaksanakan peraturan perundang-undangan. Di Indonesia kekuasaan Eksekutif dipegang oleh Presiden yang bertindak
sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Dalam menjalankan tugasnya presiden dibantu oleh menteri yang ditunjuknya.
2.    Kekuasaan yudikatif ialah sebuah kekuasaan guna mempertahankan peraturan perundang-undangan.  Di Indonesia kekuasaan Yudikatif dipegang oleh Mahkamah Agung dan
Mahkamah Konstitusi.
3.    Kekuasaan legislatif ialah sebuah kekuasaan guna menyusun dan membentuk peraturan perundang-undangan.  Di Indonesia, Lembaga legislatif adalah DPR (Dewan
Perwakilan Rakyat) bersama dengan DPD (Dewan Perwakilan Daerah). Anggota lembaga legislatif dipilih oleh rakyat di daerah pemilihan (untuk DPR) dan provinsi (untuk DPD)
melalui pemilihan umum.
Infrastruktur politik adalah lembaga politik non formal yang berperan secara tidak langsung dalam pengambilan kebijakan-kebijakan politik yang diambil oleh suprastruktur
politik, guna sebagai penyalur atau penyampai aspirasi dari berbagai kelompok pada suatu Negara dalam lapisan manapun.
Fungsi infrastruktur politik ialah Pendidikan politik, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan politik rakyat, mempertemukan kepentingan yang beraneka ragam dan kenyataan
hidup dalam masyarakat, agregasi kepentingan, yaitu menyalurkan segala hasrat, aspirasi, dan pendapat masyarakat dan Seleksi kepemimpinan, yaitu menyelenggarakan pemilihan
pemimpin atau calon pemimpin bagi masyarakat.
Contoh infrastruktur politik adalah partai politik, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).

 9. BUDAYA POLITIK

Tipe-tipe Budaya politik

 Budaya politik parokial yaitu budaya politik yang tingkat partisipasi politiknya sangat rendah. Budaya politik suatu masyarakat dapat dikatakan Parokial apabila frekuensi
orientasi mereka terhadap empat dimensi penentu budaya politik mendekati nol atau tidak memiliki perhatian sama sekali terhadap keempat dimensi tersebut. Tipe budaya
politik ini umumnya terdapat pada masyarakat suku Afrika atau masyarakat pedalaman di Indonesia. dalam masyarakat ini tidak ada peran politik yang bersifat khusus.
Kepala suku, kepala kampung, kyai, atau dukun,yang biasanya merangkum semua peran yang ada, baik peran yang bersifat politis, ekonomis atau religius.

 Budaya politik kaula (subjek),yaitu budaya politik yang masyarakat yang bersangkutan sudah relatif maju baik sosial maupun ekonominya tetapi masih bersifat pasif.
Budaya politik suatu masyarakat dapat dikatakan subyek jika terdapat frekuensi orientasi yang tinggi terhadap pengetahuan sistem politik secara umum dan objek output atau
terdapat pemahaman mengenai penguatan kebijakan yang di buat oleh pemerintah. Namun frekuensi orientasi mengenai struktur dan peranan dalam pembuatan kebijakan yang
dilakukan pemerintah tidak terlalu diperhatikan. Para subyek menyadari akan otoritas pemerintah dan secara efektif mereka di arahkan pada otoritas tersebut. Sikap masyarakat
terhadap sistem politik yang ada ditunjukkan melalui rasa bangga atau malah rasa tidak suka. Intinya, dalam kebudayaan politik subyek, sudah ada pengetahuan yang memadai
tentang sistem politik secara umum serta proses penguatan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.
 Budaya politik partisipan,yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik yang sangat tinggi. Masyarakat mampu memberikan opininya dan aktif dalam
kegiatan politik. Dan juga merupakan suatu bentuk budaya politik yang anggota masyarakatnya sudah memiliki pemahaman yang baik mengenai empat dimensi penentu
budaya politik. Mereka memiliki pengetahuan yang memadai mengenai sistem politik secara umum, tentang peran pemerintah dalam membuat kebijakan beserta penguatan,
dan berpartisipasi aktif dalam proses politik yang berlangsung. Masyarakat cenderung di arahkan pada peran pribadi yang aktif dalam semua dimensi di atas, meskipun
perasaan dan evaluasi mereka terhadap peran tersebut bisa saja bersifat menerima atau menolak.

10. DESENTRALISASI OTONIMI DAERAH


Desentralisasi adalah penyerahan Kekuasaan Pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada daerah otonom berdasarkan Asas Otonomi. pengertian ini sesuai dengan
Undang-undang nomor 23 tahun 2014. Dengan adanya desentralisasi maka muncul otonomi bagi suatu pemerintahan daerah. Desentralisasi sebenarnya adalah istilah dalam
keorganisasian yang secara sederhana di definisikan sebagai penyerahan kewenangan. Dalam kaitannya dengan sistem pemerintahan Indonesia, desentralisasi akhir-akhir ini
seringkali dikaitkan dengan sistem pemerintahan karena dengan adanya desentralisasi sekarang menyebabkan perubahan paradigma pemerintahan di Indonesia.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa desentralisasi berhubungan dengan otonomi daerah. Sebab, otonomi daerah merupakan kewenangan suatu daerah untuk
menyusun, mengatur, dan mengurus daerahnya sendiri tanpa ada campur tangan serta bantuan dari pemerintah pusat. Adanya desentralisasi akan berdampak positif pada
pembangunan daerah-daerah tertinggal dalam suatu negara hingga daerah otonom tersebut dapat mandiri dan secara otomatis dapat memajukan pembangunan nasional.

11. FAKTOR PENDORONG INTEGRASI NASIONAL


1. Rasa senasib-seperjuangan
2. Pemaknaan ideologi nasional
3. Keinginan bersatu
4. Antisipasi ancaman luar

12. ANCAMAN TERHADAP NEGARA BIDANG IPOLEKSOSBUDHAKAM

1. ANCAMAN DIBANG IDEOLOGI

Berdasarkan hukum yang berlaku, republik indonesia adalah sebuah negara yang dimana menolak akan komunisme dan zionis. Akibat dari hal tersebut, indonesia akan
memberikan pengaruh bagi negara yang dimana menganut sistem komunisme dan juga zionisme. Akan tetapi, meskipun itu tertulis secara hukum, tetapi dewasa kini masyarakat
indonesia sendiri memiliki kesulitan unutk terbebas dari jenis pengaruh paham lainnya yang berada di dunia, seperti liberalisme meskipun banyak negara mendukung adanya
sistem liberalisme.

2. ANCAMAN DIBIDANG POLITIK.

Pada kondisi ini ancaman dari bidang politik dapat berasal dari dalam maupun luar negeri. Sebagaimana contoh yang berasal dari luar negeri adalah sebuah tindakat
provokatif yang bertujuan untuk melakukan sebuah intimidasi, promokasi, hingga sebuah aksi untuk mealkukan blokade politik yang dimana bersifat non-militer. Untuk ancaman
politik dalam negeri adalah sebuah kegiatan yang dimana memiliki sifat untuk menurunkan sebuah pemerintahan yang sah dan pada saat itu sedang berkuasa.

3. ANCAMAN DIBIDANG EKONOMI

Contohnya adalah dengan datangnya barang-barang dari luar negeri ke indonesia. Perekonomian indonesia dikuasai oleh pihak luar negeri. Kemudian terjadinya persaingan
bebas yang kemudian akan membuat munculnya pihak dari pelaku ekonomi yang menang. Terjadi pengurangan subsidi pada sektor ekonomi masyarakat. Membuat perkembangan
ekonomi indonesia mundur dalam jangka waktu yang tergolong panjang.

4. ANCAMAN DIBIDANG SOSIAL BUDAYA

- Gaya hidup konsumtif

- Gaya hidup hedonism

- Sikap hidup invidualisme

- Gaya westernisasi

- Memudarnya sifat gotong royong

- Lunturnya agama dan sosial masayrakat.

5. ANCAMAN DIBIDANG PERTAHANAN DAN KEAMANAN.

Contohnya adalah sebuah ancaman dimana akan membuat timbulnya konflik dan teror yang bersifat sara.

13. WAWASAN NUSANTARA

Wawasan nusantara adalah cara pandan bangsa Indonesia terhadap rakyat, bangsa, dan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi darat, laut, dan udara di
atasnya sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan. Wawasan nasional itu selanjutnya menjadi pandangan atau visi bangsa dalam menuju
tujuan dan cita-cita nasionalnya.[1]

Fungsi

1. Wawasan nusantara sebagai konsepsi ketahanan nasional, yaitu wawasan nusantara dijadikan konsep dalam pembangunan nasional, pertahanan keamanan, dan
kewilayahan.[5]
2. Wawasan nusantara sebagai wawasan pembangunan mempunyai cakupan kesatuan politik, kesatuan ekonomi, kesatuan sosial dan ekonomi, kesatuan sosial dan politik, dan
kesatuan pertahanan dan keamanan.
3. Wawasan nusantara sebagai wawasan pertahanan dan keamanan negara merupakan pandangan geopolitik Indonesia dalam lingkup tanah air Indonesia sebagai satu
kesatuan yang meliputi seluruh wilayah dan segenap kekuatan negara.[5]
4. Wawasan nusantara sebagai wawasan kewilayahan, sehingga berfungsi dalam pembatasan negara, agar tidak terjadi sengketa dengan negara tetangga.[5] Batasan dan
tantangan negara Republik Indonesia adalah:[5]

 Risalah sidang BPUPKI tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 tentang negara Republik Indonesia dari beberapa pendapat para pejuang nasional. Dr. Soepomo menyatakan Indonesia
meliputi batas Hindia Belanda, Muh. Yamin menyatakan Indonesia meliputi Sumatra, Jawa, Sunda Kecil, Borneo, Celebes, Maluku-Ambon, Semenanjung
Melayu, Timor, Papua, Ir. Soekarno menyatakan bahwa kepulauan Indonesia merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
 Ordonantie (UU Belanda) 1939, yaitu penentuan lebar laut sepanjang 3 mil laut dengan cara menarik garis pangkal berdasarkan garis air pasang
surut atau countour pulau/darat. Ketentuan ini membuat Indonesia bukan sebagai negara kesatuan, karena pada setiap wilayah laut terdapat laut bebas yang berada di luar
wilayah yurisdiksi nasional.
 Deklarasi Juanda, 13 Desember 1957 merupakan pengumuman pemerintah RI tentang wilayah perairan negara RI, yang isinya:

1. Cara penarikan batas laut wilayah tidak lagi berdasarkan garis pasang surut (low water line), tetapi pada sistem penarikan garis lurus (straight base line) yang diukur dari
garis yang menghubungkan titik - titik ujung yang terluar dari pulau-pulau yang termasuk dalam wilayah RI.
2. Penentuan wilayah lebar laut dari 3 mil laut menjadi 12 mil laut.
3. Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) sebagai rezim Hukum Internasional, di mana batasan nusantara 200 mil yang diukur dari garis pangkal wilayah laut Indonesia. Dengan
adanya Deklarasi Juanda, secara yuridis formal, Indonesia menjadi utuh dan tidak terpecah lagi.

Tujuan
Tujuan wawasan nusantara terdiri dari dua, yaitu:

1. Tujuan nasional, dapat dilihat dalam Pembukaan UUD 1945, dijelaskan bahwa tujuan kemerdekaan Indonesia adalah "untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial".
2. Tujuan ke dalam adalah mewujudkan kesatuan segenap aspek kehidupan baik alamiah maupun sosial, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan bangsa Indonesia adalah
menjunjung tinggi kepentingan nasional, serta kepentingan kawasan untuk menyelenggarakan dan membina kesejahteraan, kedamaian dan budi luhur serta martabat
manusia di seluruh dunia.

15. SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA

Sistem pemerintahan yang dipakai bangsa Indonesia adalah sistem presidensial. Sistem presidensial adalah sistem negara yang dipimpin oleh presiden. Presiden adalah
kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemelihan umum (pemilu). Sistem pemerintahan merupakan
suatu sistem sebagai alat untuk mengatur jalannya pemerintahan sesuai pada kondisi negara dengan tujuan menjaga kestabilan negara.

16. PENGGOLONGAN HUKUM

Penggolongan hukum – Hukum adalah aturan yang diterapkan pada sebuah wilayah dan harus ditaati oleh semua elemen masyarakat. 
1. Penggolongan Hukum Berdasarkan Bentuknya
a) Hukum Tertulis
Hukum tertulis adalah hukum tertulis adalah hukum yang telah dicantumkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan secara tertulis. Contoh hukum tertulis adalah UUD
1945, keputusan presiden, KUHP, dan lain-lain.

Ada 2 jenis hukum tertulis yakni hukum tertulis yang dikodifikasikan serta hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan, sebagai berikut :

 Hukum tertulis yang dikodifikasikan, yaitu hukum yang disusun lengkap, sistematis, teratur serta dibukukukan, sehingga tidak lagi diperlukan peraturan pelaksanaan.
 Hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan, yakni hukum yang walaupun tertulis, akan tapi tidak disusun dengan sistematis, tidak lengkap, dan masih terpisah-pisah.
Karena itu hukum ini sering masih memerlukan peraturan pelaksanaan di dalam penerapannya.
b) Hukum Tidak Tertulis
Hukum tidak tertulis adalah hukum yang berlaku serta diyakini oleh masyarakat dan dipatuhi, akan tetapi tidak dibentuk menurut prosedur yang formal, melainkan lahir dan
tumbuh di kalangan masyarakat tersebut. Contoh hukum tidak tertulis adalah hukum adat, hukum agama, dan lain-lain.

2. Penggolongan hukum Berdasarkan Sumbernya


a) Hukum Undang-Undang
Hukum undang-undang atau disebut sebagai wettenrech, adalah jenis hukum yang terletak dan tercantum di dalam peraturan perundang-undangan.

b) Hukum Kebiasaan
Hukum kebiasaan atau disebut juga sebagai gewoonte-en adatrech, adalah jenis hukum yang berlaku di dalam peraturan-peraturan atau kebiasaan adat.

c) Hukum Traktat
Hukum traktat atau disebut juga sebagai tractaten recht, adalah jenis hukum yang ditetapkan oleh negara-negara melalui suatu perjanjian antar negara atau traktat.

d) Hukum Yurisprudensi
Hukum yurisprudensi atau disebut juga sebagai yurisprudentie recht, adalah jenis hukum yang muncul karena adanya keputusan hakim, yang menjadi rujukan hakim selanjutnya
dalam memberi putusan dalam pengadilan.

e) Hukum Ilmu
Hukum ilmu atau disebut juga sebagai wetenscaps recht, adalah jenis hukum yang pada dasarnya berupa ilmu hukum yang terdapat dalam pandangan para ahli hukum yang
terkenal dan sangat berpengaruh.

3. Penggolongan Hukum Berdasarkan Sifatnya     


a) Hukum yang Memaksa
Yang dimaksud hukum yang memaksa adalah jenis hukum yang dalam keadaan bagaimana pun, harus dan mempunyai paksaan yang mutlak. Contohnya adalah hukuman bagi
perkara pidana, maka sanksinya secara paksa wajib untuk dilaksanakan.

b) Hukum yang Mengatur


Yang dimaksud hukum yang mengatur adalah jenis hukum yang dapat dikesampingkan saat pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan tersendiri dalam suatu
perjanjian. Contohnya adalah hukum mengenai warisan yang dapat diselesaikan dengan kesepakatan antar pihak-pihak yang terkait.

4. Penggolongan Hukum Berdasarkan Tempat Berlakunya


a) Hukum Nasional
Hukum nasional adalah jenis hukum yang berlaku di dalam wilayah negara tertentu. Hukum nasional harus dilaksanakan oleh warga negara tersebut.

b) Hukum internasional
Hukum internasional adalah jenis hukum yang berguna untuk mengatur hubungan hukum antar negara di dalam hubungan internasional. Hukum internasional ini berlaku secara
universal, yang berarti dapat berlaku secara keseluruhan terhadap negara-negara yang mengikatkan diri dalam perjanjian internasional tertentu.

c) Hukum Asing
Hukum asing adalah jenis hukum yang berlakunya di dalam wilayah negara lain dan tidak berlaku pada negara yang bersangkutan.

5. Penggolongan Hukum berdasarkan Waktu Berlakunya


a) Ius Constitutum (Hukum Positif)
Hukum positif atau yang disebut sebagai ius constitutum, adalah jenis hukum yang berlaku sekarang dan hanya bagi suatu masyarakat tertentu saja di dalam daerah tertentu.
Contohnya adalah UUD 1945 yang berlaku saat ini untuk warga Indonesia.
b) Ius Constituendum (Hukum Negatif)
Hukum negatif atau yang disebut sebagai ius constituendum, adalah jenis hukum yang diharapkan dapat berlaku pada waktu yang akan datang. Contohnya adalah rancangan
undang-undang (RUU) yang masih direncanakan akan diterapkan.

c) Ius Naturale (Hukum Alam)


Hukum alam atau yang disebut sebagai ius naturale atau antar waktu, adalah jenis hukum yang berlaku kapan saja dan dimana saja dari dulu sampai sekarang.  Hukum ini tak
mengenal batas waktu melainkan berlaku untuk selama-lamanya terhadap siapapun juga di seluruh tempat. Contohnya adalah hukum keadilan, yang salah harus dihukum.

6. Penggolongan Hukum Berdasarkan Wujudnya 


a) Hukum Objektif
Hukum objektif adalah jenis hukum yang mengatur tentang hubungan antar dua orang atau lebih yang berlaku secara umum. Dalam artian, hukum di dalam suatu negara ini
berlaku secara umum dan tidak mengenai terhadap orang atau golongan tertentu saja.

b) Hukum Subjektif
Hukum subjektif adalah jenis hukum yang muncul dari hukum objektif dan berlaku terhadap seorang atau lebih. Hukum jenis ini juga sering disebut sebagai hak.

7. Penggolongan Hukum Berdasarkan Isinya


a. Hukum Publik (Hukum Negara)
Hukum publik atau disebut juga hukum negara, adalah jenis hukum yang mengatur hubungan antara negara dengan individu atau warga negaranya. Hukum publik umumnya
menyangkut tentang kepentingan umum atau publik dalam ruang lingkup masyarakat.

Hukum publik dibedakan menjadi beberapa macam antara lain adalah :

 Hukum Pidana, yaitu jenis hukum publik yang mengatur terkait pelanggaran dan kejahatan, serta memuat larangan dan sanksi.
 Hukum Tata Negara, yaitu jenis hukum publik yang mengatur terkait hubungan antara negara dengan bagian-bagiannya.
 Hukum Tata Usaha Negara, yaitu jenis hukum publik yang mengatur tentang tugas dan kewajiban para pejabat negara secara administratif.
 Hukum Internasional, yaitu jenis hukum publik yang mengatur terkait hubungan antar negara, seperti hukum perjanjian internasional, hukum perang internasional, dan
sejenisnya.
b. Hukum Privat (Hukum Sipil)
Hukum privat atau yang disebut juga hukum sipil, adalah jenis hukum yang berguna untuk mengatur hubungan antara individu satu dengan individu lainnya, termasuk negara
sebagai pribadi. Jenis hukum privat memfokuskan pada kepentingan perseorangan.

Hukum privat dibedakan menjadi beberapa macam antara lain adalah :

 Hukum Perdata, adalah jenis hukum privat yang mengatur hubungan antar individu secara umum, misalnya yaitu hukum keluarga, hukum perjanjian, hukum kekayaan,
hukum waris, hukum perkawinan, dan sebagainya.
 Hukum Perniagaan, adalah jenis hukum privat yang mengatur hubungan antar individu di dalam kegiatan perdagangan, misalnya yaitu hukum jual beli, hutang utang
piutang, hukum mendirikan perusahaan dagang, dan sebagainya.
8. Penggolongan Hukum Berdasarkan Cara Mempertahankannya
a) Hukum Material
Hukum material adalah jenis hukum yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat yang berlaku secara umum mengenai hal-hal yang dilarang serta hal-hal yang dibolehkan
untuk dilakukan. Contohnya adalah hukum pidana, hukum perdata, hukum dagang dan sebagainya.

b) Hukum Formal
Hukum formal adalah jenis hukum yang mengatur tentang bagaimana cara mempertahankan dan melaksanakan hukum material. Contohnya adalah Hukum Acara Pidana
(KUHAP), Hukum Acara Perdata, dan sebagainya.

17. SISTEM PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DI INDONESIA

Di antara perundang-undangan yang berkenaan dengan perlindungan tenaga kerja ialah:


 Pasal 27 ayat (2) UUD 1945, “Tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.”
 Pasal 28 D ayat (1) UUD 1945, “Setiap orang berhak atas jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.”
 Pasal 28 D ayat (2) UUD 1945  setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan hubungan Industiral.

18. SISTEM HUKUM INTERNASIONAL


Menurut Mochtar Kusumaatmaja, Hukum internasional merupakan keseluruhan aturan & asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara , antara
negara dengan negara , dan negara dengan subyek hukum internasional bukan bangsa, atau antar subjek hukum internasional bukan negara satu sama lain.

19. FAKTOR PENDORONG PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA


1. Rasa Nasionalisme
2. Rasa Toleransi yang tinggi
3. Kesadaran dalam hidup bermasyarakat, sehingga timbul keinginan dari dalam hati untuk selalu membantu sesama, mengikuti kegiatan sosial, dan lain-lain.
4. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara seperti jasa pahlwan yang telah melawan para penjajah.
5. Adanya rasa senasib dan sepenanggungan yang diakibatkan oleh penderitaan semasa penjajahan.
6. Penggunaan bahasa Indonesia.

20. PERAN PERS DI INDONESIA


1. Peran menjadi saluran informasi masyarakat
2. Peran menjadi media opini publik

21. PARTISIPASI WARGA NEGARA DALAM SISTEM POLITIK DI INDONESIA


Asas dari sistem politik demokrasi ialah terdapatnya pengakuan pada kewenangan yang berada di tangan rakyat. Oleh sebab itu, sistem politik demokrasi bisa
terwujud apabila rakyat (warga begara) berpartisipasi secara aktif serta bertanggung jawab.

Setiap warga negara mempunyai partisipasi yang berbeda-beda. Terdapat warga negara tang mampu berperan secara aktif dalam politik, contohnya mampu memiliki
kedudukan tertentu dalam sebuah partai politik, namun terdapat pula warga negara yang tidak aktif misalnya hanya bisa berperan aktif dalam pemilu.

Partisipasi Aktif
Partisipasi aktif ialah sebuah aktivitas yang digunakan untuk mengajukan usulan dalam kebijakan, kritikan, perbaikan, memutuskan pemimpin dalam pemerintahan, dan
membenarkan kebijakan.

Partisipasi Pasif
Partisipasi pasif ialah sebuah aktivitas yang digunakan demi mentaati sebuah peraturan pemerintahan, menerima serta melaksanakan sebuah kebijakan yang berasal dari
Pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai