Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PAKAN

PENGOLAHAN FISIK

Disusun oleh :

Kelompok 6
Kelas F

Haifa Farras 200110160155


Yutika Nurdiansyah 200110160156
Fajar Rizki 200110160157
Muhammad Aldi 200110160160
Fairus Shofa 200110160161

LABORATORIUM NUTRISI TERNAK UNGGAS NON RUMINANSIA


DAN INDUSTRI MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya

laporan praktikum teknologi pakan dapat terselesaikan. Laporan ini diajukan guna memenuhi

tugas praktikum teknologi pakan.

Sebagai calon sarjana peternakan kami wajib dan harus mengetahui tentang pengolahan

fisik pada bahan pakan ternak. Pengolahan secara fisik pada bahan pakan berserat tinggi

bertujuan untuk merombak struktur fisik bahan dan memecah matriks karbohidrat penyusun

dinding sel. Perlakuan secara fisik dapat digunakan dalam pengawetan, dan atau

menghilangkan anti nutrisi bahan. Pengolahan fisik merupakan upaya mengubah sifat pakan

melalui proses atau perlakuan perubahan temperatur sehingga pakan pada akhir proses akan

mengalami penurunan kandungan air.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga

Laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi

sempurnanya laporan ini. Semoga Laporan ini memberikan informasi bagi masyarakat dan

bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.

Sumedang, 8 Oktober 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Bab Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iii

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 6

1.2 Rumusan Masalah 6

1.3 Maksud dan Tujuan 6

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengolahan Fisik 8

III ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA

3.1 Alat 12

3.2 Bahan 12

3.3 Prosedur Kerja 13

IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan 15

4.2 Pembahasan 17

V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan 20

DAFTAR PUSTAKA 21

3
DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. 15

2. 16

3. 16

4
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pakan merupakan sumber nutrisi untuk ternak. Dalam pakan terkandung berbagai zat

seperti karbohidrat, lemak, protein, air, abu dan serat. Kandungan yang terdapat pada pakan

sangat penting untuk pertumbuhn ternak. Setiap tenak memerlukan kandungan nutrisi dalam

pakan yang berbeda-beda seusai dengan kebutuhan ternak tersebut. Pengolahan fisik

merupakan upaya mengubah sifat pakan melalui proses atau perlakuan perubahan temperatur

sehingga pakan pada akhir proses akan mengalami penurunan kandungan air.

Salah satu jenis pakan yang biasa diberikan kepada ternak yaitu berupa konsentrat

(butiran). Salah satu pengolahan konsentrat adalah secara fisik. Tipe pengolahan fisik ada 2,

yaitu tipe pengolahan alami: menggunakan panas matahari (sun drying), dan tipe pengolahan

buatan dengan oven, tunnel, pengering berputar. Tipe pengolahan alami dengan

menggunakan kekuatan alam yaitu panas matahari dan angin (Sun drying). Keuntungan tipe

pengolahan ini adalah proses pengeringan dengan biaya murah dan memperoleh sinar

ultraviolet yang dapat membantu mengurangi pertumbuhan mikrobia yang merugikan (pada

proses yang sesuai). Tipe pengolahan buatan dengan bantuan mesin pengering (oven,
pengering terowongan (tunnel), pengering berputar dan lainnya). Kelebihan tipe pengolahan

ini  adalah hemat tempat, waktu dan tenaga. Keuntungan pengolahan fisik adalah

memperpanjang masa simpan bahan pakan, dan menginaktifkan beberapa zat anti nutrisi.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Apa pengertian pengolahan bahan pakan dan pengolahan fisik bahan pakan ?

2. Bagaimana proses penyaringan pada bahan pakan hasil pengolahan fisik ?

3. Bagaimana cara pembuatan Urea Molasses Block serta perbedaan kandungan kadar

air sebelum dan sesudah proses pengeringan ?

5
1.3 Maksud dan Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian pengolahan bahan pakan dan pengolahan fisik bahan

pakan.

2. Untuk mengetahui proses penyarigan pada bahan pakan hasil pengolahan fisik.

3. Untuk mengetahui cara pembuatan Urea Molasses Block serta Perbedaan kandungan

kadar air sebelum dan sesudah proses pengeringan.

6
II

TINJAUAN PUSTAKA

Pengolahan Fisik

Pakan berkualitas baik mampu memberikan seluruh kebutuhan nutrisi secara tepat,

baik, jenis jumlah serta imbangan nutrisi bagi ternak sehingga proses metabolisme yang

terjadi didalam tubuh ternak akan berlangsung secara sempurna (Mochammad, 2004).

Pembuatan pakan yang disusun dari bahan baku berkualitas baik telah diuji (uji fisik, kimia,

dan biologis) dapat menghasilkan produk yang baik (Divakaran, 2003). Kualitas pakan dapat

ditentukan dengan melakukan pengujian berdasarkan serangkaian evaluasi secara fisik,

kimiawi, biologis dan organoleptik sehingga dapat menentukan pakan yang berkualitas cukup

baik atau tidak (Afrianto dan Liviawaty, 2005).

Pengamatan yang dilakukan secara sifat fisik memiiki tujuan untuk mengetahui mutu

bahan pakan yang tersedia. Keefisienan suatu proses penanganan, pengolahan dan

penyimpanan dalam industri pakan tidak hanya membutuhkan informasi mengenai komposisi

kimia dan nilai nutrisi bahan saja tetapi juga menyangkut sifat fisik, sehingga kerugian akibat

kesalahan penanganan bahan pakan dapat dihindari.

2.1 Penggilingan Bahan Pakan


Penggilingan merupakan menghancurkan bahan baku yang semula besar

menjadi partikel yang kecil atau halus (Koch, 2002). Selama proses penggilingan

harus tetap terjaga agar bahan baku tidak ada yang terbuang dan bahan baku menjadi

kecil serta seragam sehingga bahan baku pakan yang tercampur homogen

(Mochammad, 2004). Tujuan utama penghalusan bahan baku pakan adalah untuk

memperoleh ukuran relatif kecil dan seragam sehingga lebih homogen ketika

dicampur untuk menjadi konsentrat (Afrianto dan Liviawaty, 2005)

Pengurangan ukuran partikel contohnya pada biji jagung atau Zea mays Linn

ini sangat membantu pencernaan unggas, metode yang biasa digunakan untuk

mengurangi ukuran partikel adalah hammer mill dan roller mill (Waldroup,1997)

Ukuran partikel dapat didefinisikan sebagai diameter rata-rata butiran atau untuk

7
menyatakan tingkat kehalusan penggilingan bahan pakan yang disebut dalam ukuran

kasar, medium, dan halus (Davis dkk, 1951). Persyaratan SNI 01-3727-1995, kadar

air tepung jagung tidak lebih 10% dengan kehalusan minimal 99% .

Penggilingan tahap awal dilakukan dengan menggunakan hammer mill yang

menghasilkan grits, kulit, lembaga dan tip cap. Pemisahan kulit, lembaga, dan tip cap

dilakukan dengan cara pencucian dan perendaman, grits mengendap dan kulit serta

lembaga mengapung. Grits jagung dikering-anginkan selama 2 jam (hingga kadar air

±17%) untuk mempermudah ke tahap penggilingan selanjutnya. Kadar air grits yang

tinggi dapat menyebabkan bahan menempel pada disc mill sehingga menimbulkan

kemacetan pada alat, sedangkan kadar air yang terlalu rendah akan menyebabkan

partikel tepung setelah penggilingan lebih besar (tidak halus) (Faridi dan Faubion

1990).

2.2 Penyaringan Bahan Pakan

Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik

berdasarkan perbedaan ukuran partikel pada bahan tertentu (Khalil, 1999).

Pengayakan screening dipakai dalam skala industri, sedangkan pengayakan sieving

dipakai untuk skala laboratorium. Menurut Khalil (1999), produk dari proses

pengayakan atau penyaringan ada dua meliputi ukuran lebih besar daripada ukuran
lubang-lubang ayakan (oversize) dan ukuran yang lebih kecil daripada ukuran lubang-

lubang ayakan (undersize).

Penyaringan sangat dibutuhkan untuk dapat dijadikan alternatif dalam

meningkatkan keseragaman dan kualitas fisik bahan pakan, dengan dasar teori untuk

peningkatan nutrisi bahan pakan melalui penurunan kadar serat kasar secara fisik, hal

ini bertujuan akhir untuk optimalisasi penggunaan tepung jagung tersebut dalam

ransum. penggunaan ayakan secara umum diarahkan untuk mengukur kadar

keseragaman bahan dan mendapatkan ukuran partikel bahan. Nomor mesh 4 (4,76

mm) sampai nomor mesh 16 (1 mm) mengindikasikan kriteria bahan dalam kondisi

kasar sedangkan nomor mesh 30 (0,548 mm) sampai nomor mesh 50 (0,28 mm)

digunakan untuk mengindikasikan kriteria bahan dalam kondisi medium dan nomor

8
mesh 100 (0,149 mm) digunakan untuk mengindikasikan kriteria bahan dalam kondisi

halus (Toharmat dkk, 2006).

Penggilingan grits jagung dengan menggunakan disc mill (penggiling halus)

dari penggilingan tahap akhir kemudian diayak atau di saring dengan menggunakan

pengayak. Perbedaan ukuran partikel yang tidak seragam menyebabkan terbentuknya

specks (noda) berwarna putih karena ukuran partikel yang lebih besar membutuhkan

waktu yang lebih lama untuk menyerap air, sehingga bagian yang tidak menyerap air

tersebut membentuk noda berwarna putih (Faridi dan Faubion 1990). Persyaratan SNI

01-3727-1995 untuk lolos ayakan 60 mesh dan minimal 70% lolos ayakan 80 mesh.

2.3 Pengeringan

Pengeringan merupakan salah satu cara dalam teknologi pangan yang

dilakukan dengan cara pengawetan (Rukmana, 2005). Pengeringan dapat

menghasilkan produk dengan satu atau lebih produk, tergantung tujuan produk yang

diinginkan, misalnya bentuk fisik (bubuk, pipih atau butiran), warna, rasa, dan

strukturnya (Mujumdar, 2008). Salah satu tujuan pengeringan adalah untuk

mengurangi kadar air bahan sampai batas dimana perkembangan mikroorganisme dan

kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti. Bahan

yang dikeringkan biasanya mempunyai waktu simpan yang lebih lama. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengeringan ada 2 faktor, yaitu faktor yang berhubungan dengan

udara pengering seperti suhu, kelembaban udara dan faktor yang berhubungan dengan

sifat bahan seperti ukuran bahan, kadar air awal (Rukmana, 2005).

Salah satu pengeringan yang dilakukan yaitu membuat pakan tambahan seperti

Urea Molases Blok atau UMB. UMB (Urea Molases Block) adalah pakan suplemen

untuk ternak ruminansia, berbentuk padat yang kaya dengan zat-zat makanan, terbuat

dari bahan utama molase (tetes tebu) sebagai sumber energi, pupuk urea sebagai

sumber nitrogen (protein), bahan lain seperti garam dapur, ultra mineral, kapur

sebagai pelengkap zat-zat makanan, serta bahan pengisi dan penyerap molase seperti

dedak, konsentrat. Manfaat UMB untuk ternak antara lain adalah meningkatkan

9
konsumsi pakan, meningkatkan kecernaan zat-zat makanan, meningkatkan produksi

ternak (Dinas Peternakan Kabupaten Brebes, 1990).

Bahan komposisi UMB yang digunakan terdiri dari molase sebagai komponen

utama dalam pembuatan UMB. Bahan ini digunakan karena mengandung karbohidrat

sebagai sumber energi dan mineral. Urea sebagai sumber nitrogen yang diperlukan

pada proses fermentasi dalam rumen dan bahan pengisi ditambahkan agar dapat

meningkatkan kandungan zat-zat makanan dan untuk menjadikan UMB menjadi

bentuk padat dan kompak. Bahan ini dapat berupa dedak padi, dedak gandum, bungkil

kelapa, bungkil biji kapuk, bungkil kedelai, ampas tebu, ampas tahu atau bahan lain

yang murah dan mudah didapat, lalu bahan pengeras, penambahan ini dimaksudkan

untuk menghasilkan UMB yang keras, bahan-bahan ini juga mengandung mineral

terutama Calsium (Ca) yang cukup tinggi, bahan pengeras antara lain tepung batu

kapur, semen (Dinas Peternakan Kabupaten Brebes, 1990). Bentuk UMB yang padat

dan keras, bertujuan agar ternak mau “menjilati” bahan ini sesuai dengan kebutuhan

biologisnya, sehingga ternak akan mengkonsumsi zat-zat makanan yang berasal dari

bahan suplemen ini meskipun secara sedikit demi sedikit namun berlangsung terus

menerus (Dinas Peternakan Kabupaten Brebes, 1990).

Bahan-bahan pembuatan UMB dicampur dimulai bahan yang paling ringan


lalu disampur sampai homogen dan dicetak sampai menjadi padat. Pengeringan UMB

ini memiliki 2 cara yaitu dengan cara dijemur dengan sinar matahari dan dengan cara

di oven. Pengeringan matahari (sun drying) sering disebut juga sebagai pengeringan

alami (Rukmana, 2005). Pengeringan matahari merupakan salah satu metode

pengeringan tradisional, karena menggunakan panas yang berasal dari sinar matahari

langsung. Pengeringan ini sangat rentan terhadap resiko kontaminasi lingkungan,

sehingga bahan yang akan dikeringkan harus dilindungi dari serangan serangga dan

sebaiknya ditutup pada malam hari. Pengeringan matahari juga sangat tergantung

pada iklim dengan matahari yang panas dan udara atmosfer yang kering (Frazier,

1988).

10
Pengeringan dengan oven yaitu dengan memanaskan, memanggang dan

mengeringkan. Oven dapat digunakan sebagai alat pengering apabila dengan

kombinasi pemanas dengan humidity rendah dan sirkulasi udara yang cukup.

Pengeringan menggunakan oven (oven drying) lebih cepat dibandingkan dengan

pengeringan menggunakan matahari akan tetapi, kecepatan pengeringan tergantung

dari tebal bahan yang dikeringkan. Kelebihan pengeringan menggunakan oven

diantaranya dapat dipertahankan dan diatur suhunya selain itu, dapat melindungi

bahan pangan dari serangan serangga dan debu (Hui, 2007). Pengeringan dengan

menggunakan oven tidak disarankan untuk pengeringan bahan pangan karena sulit

untuk mengontrol suhu rendah dan pangan yang dikeringkan lebih rentan hangus

(Hughes and Willenberg, 1994).

11
III

ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA

1.1 Alat dan Bahan

1.1.1 Penggilingan

1. Butiran jagung sebanyak 5 kg

2. Hammer mill

3. Screen ukuran 3

4. Wadah / baki penampung

5. Timbangan

1.1.2 Penyaringan

1. Jagung hasil gilingan

2. Mesh ukuran 14, 18, dan 30

3. Timbangan

4. Baki
5. Terpal

6. Plastik

1.1.3 Pengeringan (Pengolahan Urea Molases Block (UMB))

1. Baki

2. Timbangan

3. Cetakan diameter 14 cm

4. Alat press

5. Wadah

6. Terpal (alas)

7. Molases

8. Semen

12
9. Garam

10. Urea

11. Mineral mix

12. Dedak

13. Kapur

1.2 Prosedur Kerja

1.2.1 Penggilingan

1. Siapkan sampel bahan pakan sebanyak 5 kg

2. Siapkan screen ukuran 3

3. Nyalakan mesin hammer mill & biarkan bekerja saat sampai mesin stabil

4. Tuangkan jagung secara bertahap kedalam mesin sambil menyalakan timer untuk

mencatat waktu penggilingan

5. Tunggu hingga jagung halus, matikan timer

6. Timbang jagung halus yang dihasilkan

7. Hitung waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh jagung halus (kg/jam)

1.2.2 Penyaringan

Pengukuran persentase ukuran partikel


1. Ambil 1 kg / kelompok/ ukuran screen

2. Saring jagung halus pada ukuran saringan 14

3. Timbang jagung yang tidak lolos saringan 14

4. Sisa saringan 14 disaring kembali dengan saringan 18

5. Timbang jagung yang tidak lolos saringan 18

6. Sisa saringan 18 disaring kembali dengan saringan 30

7. Timbang jagung yang tidak lolos saringan 30

8. Timbang sisa akhir jagung yang tidak lolos saringan

1.2.3 Pengeringan (pengolahan Urea Molases Block (UMB))

1. Timbang bahan sesuai formula

13
2. Bahan yang berbentuk padat/kering dicampur dari yang jumlahnya sedikit lslu

ditambahkan ke bahan yang lebih besar sambal diaduk

3. Tambahkan bahan yang cair sedikit demi sedikit dan diaduk hingga tidak ada

gumpalan

4. Adonan dicetak dengan alat cetak sampai padat

5. Timbang adonan UMB dan ambil adonan sisa untuk dihitung kadar airnya

6. Adonan dijemur dibawah sinar matahari

7. Hitung waktu penjemuran hingga adonan kering

Pengukuran kadar air :

1. Ambil sampel 5-10 gram (A)

2. Siapkan cawan dan beri label

3. Timbang cawan (B) lalu masukkan sampel

4. Oven sampel selama 20 menit

5. Masukkan sampel ke eksikator selama 10 menit

6. Timbang berat akhir (C)

14
IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Penggilingan

a. Rumus
A
Produksi Mesin = B x 60 menit

Ket: A = Berat jagung (kg), B= Waktu (menit)

b. Perhitungan :
4,67
Produksi Mesin = 1.43 x 60 menit

= 195,94 kg/jam

Tabel 1. Penggilingan

Kelompo Screen B. Awal B. Akhir Waktu Produktifitas Mesin

k (kg) (kg) (menit) (kg/jam)

1 2 5 4,75 03:11 96,46

2 3 5 4,95 01:18 254,23

3 2 5 4,8 04:43 67,41


4 3 5 4,93 00:43 697,67

5 2 5 4.84 03:41 87,97

6 3 5 4,67 01:43 195,94

7 5 5 5,1 01:13 265,5

8 5 5 4,94 00:30 1000

9 5 5 4.97 00:29 1034,48

10 5 5 4,94 00:38 789,47

4.1.2 Penyaringan

a. Rumus
∑ jagung (gr ) x 100 %
%= 1000(gr)

15
b. Perhitungan
275
% Screen 14 = 1000 x 100% = 27,5%
238
% Screen 18 = 1000 x 100 % = 23,8%
257
% Screen 30 = 1000 x 100 % = 25,7%
221
% LS = 1000 x 100 % = 22,1%
9
% Kehilangan = 1000 x 100 % = 0,9%

Tabel 2. Penyaringan

Screen 2 Screen 3 Screen 5

Ukuran Kel 1 Kel 3 Kel 5 Kel 2 Kel 4 Kel 6 Kel 7 Kel 8 Kel 9 Kel 10
Mesh (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)

14 3,8 3,3 4,7 30,3 33,5 27,5 38,6 51,3 55,7 50

18 19,2 3,3 16,6 20,9 31,7 23,8 19,5 15,3 16,5 15,7

30 36,5 3,2 37,3 15,1 21,7 25,7 20,9 13,7 13,5 16,6

LS 39,2 90,2 40,4 17,7 7,6 22,1 20,7 14,3 13,7 15,6

Kehilangan 1,3 0,1 1 16 5,5 0,9 0,3 5,4 0,6 2,1

4.1.3 Pengeringan

a. Rumus
A−(C−B)
Kadar Air % = x 100 %
A
b. Perhitungan
6−(30−25)
Kadar Air % = x 100 %
6
= 16,6%

Tabel 3. Pengeringan

B. Akhir

Kelompo B. Awal B. Akhir B. Sisa KA Suhu Pengeringan

k (kg) (kg) (kg) (%) (˚C) (kg)

1 2,1 2,058 0,042 37,5 26,5 2,025

2 2,2 2,098 0,112 34 26,5 2,021

16
3 1,923 1,919 0,004 33,3 26,5 1,873

4 2,2 2,124 0,076 10 26,5 2,054

5 1,939 1,533 0,003 44,4 26,5 1,89

6 2,2 2,17 0,03 16,6 26,5 2,085

7 2,42 2,35 0,01 44,4 26,5 2,172

8 2,38 2,376 0,044 10 26,5 2,202

9 2,397 2,432 0,055 20 26,5 2,212

10 2,39 2,227 0,163 16,7 26,5 2,073

4.2 Pembahasan

4.2.1 Penggilingan

Pada praktikum yang telah dilakukan, jagung sebanyak 5 kg dimasukan kedalam

hammer mill. Hammer mill sendiri adalah sebuah alat yang digunakan untuk menggiling atau

menghaluskan bahan pakan. Jika ingin menggiling menggunakan hammer mill, perlu

disediakan screen. Screen disini bertujuan juga untuk membantu fungsi penggilingan

hammer mill. Screen memiliki berbagai macam ukuran, namun pada praktikum, hanya

disediakan ukuran screen 2, 3 dan 5. Perbedaanya hanyalah ukuran mmnya. Jagung yang

sudah dimasukan pada hammer mill yang keadaannya masih mati, kemudai dinyalakan.

Waktu harus dihitung dari awal mesin dinyalakan sampai mesin dimatikan atau pada saat

jagung sudah semua digiling. Sedikit-sedikit jagung digiling sampai habis. Hasil jagung yang

digiling, masuk ke karung yang terdapat dibawah hammer mill. Hammer mill dimatikan

apabila semua jagung telah selesai digiling, kemudian jagung halus yang ada didalam karung

dipindahkan ke plastic yang telah disediakan dan ditimbang berat akhirnya.

Kelompok 1, 3, dan 5 menggunakan screen 2. Kelompok 2, 4, dan 6 menggunakan

screen 3. Kelompok 7, 8, 9, dan 10 menggunakan screen 5. Hasil dari perhitungan yang

dilakukan, terlihat bahwa nilai produktifitas mesin tertinggi ada pada kelompok 7, 8, 9, 10

yang menggunakan screen 5. Pada kelompok 9 contohnya, didapatkan hasil 1034,48 dengan

17
waktu penggilingan hanya 29 detik. Hasil perhitungan terkecil didapatkan oleh kelompok 1,

3, dan 5 yang menggunakan screen 2. Kelompok 3 mendapat hasil 67,41 dengan lama waktu

penggilingan 4 menit 43 detik.

Hasil-hasil ini menunjukan bahwa semakin besar ukuran screen yang digunakan pada

saat penggilingan, semakin besar produktifitas mesin yang didapatkan. Jagung yang digiling

menggunakan screen 5 ialah yang paling besar. Semakin besar ukuran screen maka semakin

sebentar juga waktu penggilingan karena hasil yang didapat, jagung masih berukuran partikel

besar sedangakn pada screen yang berukuran 2 atau screen yang paling kecil, dibutuhkan

waktu yang lebih lama untuk menggiling karena hasil yang didapat lebih halus atau

partikelnya lebih kecil. Pada kelompok 6 didapatkan berat akhir yang paling kecil dan pada

kelompok 7 berat akhir bertambah dari berat awal, ini dikarenakan hasil dari gilingan

kelompok 6 belum terangkat semua atau masih ada yang tersisa di karung hasil penggilingan,

sehingga terbawa ke perhitungan berat kelompok 7.

4.2.2 Penyaringan

Pada kegiatan penyaringan digunakan 3 macam mesh (saringan) dengan ukuran yang

berbeda yaitu mesh ukuran 14, 16, dan 30. Semakin besar angka ukuran mesh maka akan

semakin rapat saringan tersebut. Tabel hasil praktikum menunjukkan hasil saringan dari mesh

14 sebanyak 27,5% yang tidak lolos saringan, mesh 16 sebanyak 28,3% yang tidak lolos, dan

mesh nomor 30 sebanyak 25,7% yang tidak lolos saringan. Total jagung yang lolos saringan

sebanyak 22,1% dan kehilangan sebanyak 0,9%. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan antar

setiap kelompok dikarenakan ukuran partikel jagung yang telah digiling berbeda-beda. Pada

kelompok kami, mesh nomor 4 menghasilkan lebih banyak jagung yang tidak lolos. Hal

tersebut menunjukkan bahwa partikel jagung kelompok kami masih kasar atau oversize.

Kehilangan sebanyak 0,9% dikarenakan partikel jagung ada yang menempel pada mesh dan

berceceran saat dilakukan penyaringan. Banyak sedikitnya jagung yang lolos dikarenakan

ukuran partikel jagung kelompok kami masih kurang halus. Lama penyaringan pada setiap

mesh juga dapat mempengaruhi banyak sedikitnya jagung yang lolos saringan.

18
4.2.3 Pengeringan

Pengolahan Urea Molases Block (UMB) dilakukan dengan mencampur beberapa

bahan yaitu urea sebanyak 10% (200 gram), garam 5% (100 gram), semen 5% (100 gram),

mineral mix 5% (100 gram), kapur 10% (200 gram), molasses 20% (400 gram), dan dedak

sebanyak 45% (900 gram). Pencampuran bahan dilakukan mulai dengan bahan yang

jumlahnya sedikit kemudian dedak dan urea, terakhir bahan yang cair (molases). Semen pada

campuran adonan berfungsi sebagai perekat dari semua bahan yang digunakan untuk

pembuatan UMB. Pencampuran bahan cair dilakukan terakhir agar saat melakukan

homogenisasi bahan tidak sulit menyatu. Setelah dilakukan pencetakan pada adonan UMB,

adonan ditimbang kemudian adonan sisa di ambil sebagai sampel untuk diketahui kadar air

dari adonan UMB tersebut. Kemudian dilakukan perhitungan kadar air pada sampel UMB.

Pengeringan terbagi menjadi dua cara yaitu menggunakan oven dan menggunakan matahari.

Pengeringan pada praktikum ini dilakukan dengan cara penjemuran menggunakan tenaga

matahari. UMB di jemur mulai pagi hari sampai sore hari selama 3 hari kemudian diukur

suhu akhirnya. Setelah UMB dalam keadaan kering, ditimbang kembali untuk mengetahui

berat akhir pengeringan.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan untuk pengolahan Urea Molases Block

(UMB) oleh kelompok kami, didapatkan data berat awal 2,2 kg, berat akhir 2,17 kg, berat

sisa 0,03 kg, kadar air 16,6%, suhu 26,5% dan berat akhir pengeringan 2,085 kg.

V. KESIMPULAN

19
5.1 Kesimpulan

1. Megetahui cara pengolahan fisik penggilingan jagung dengan menggunakan hammer

mill dan Roller Mill dan menggunakan screen 2 dengan cara memasukkan jagung

sedikit demi sedikit ke dalam hammer mill.

2. Mengetahui proses penyaringan pada bahan pakan hasil pengolahan fisik dengan

menggunakan mesh ukuran 14, 18 dan 30 diawali dengan penyaringan menggunakan

mesh dari ukuran terbesar hingga yang terkecil.

3. Mengetahui cara pembuatan Urea Molasses Block yaitu dengan cara

menghomogenkan bahan-bahan yang telah disediakan lalu mencetaknya pada cetakan

diameter 14 cm dan dikeringkan di bawah sinar matahari.

4. Mengetahui perbedaan kandungan air sebelum dan sesudah proses pengeringan dan

cara pembuatan UMB. Kandungan air sebelum proses pengeringan yaitu 2,2 gram dan

sesudah pengeringan yaitu 2,83 gram.

20
DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E. dan E. Liviawaty. 2005. Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. 148 hlm.

Arief T.Q, Mochammad. 2004. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan.

Klaten : CSGF.

BSN. 1997. Tepung Jagung (SNI 01-3727-1995). Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Davis, R. l., Hill, E. G., Sloan, H. J., dan Briggs, G. M. 1951. Detrimental effect of corn of

coarse particle size in rations of chicks. Poultry Science 30: 325- 328.

Dinas Peternakan Kabupaten Brebes. 1990. Teknologi Penyuluhan Peternakan. Kabupaten

Brebes.

Divakaran, S. 2003. Moisture in Feed and Food Product: it is not just water. Feed

Management Vol. 54 (7)

Faridi H dan JM Faubion. 1990. Dough Reology and Baked Product Texture. Nostrand

Reinhold, USA.

Frazier, W. C. dan D. C. Westhoff. 1988. Food Microbiology 4thedition. Mc Graw Hill Book

Company, New York.

Hughes, K.V. & B.J. Willenberg. 1994. Quality for Keeps : Drying Foods. University of

Missouri. http://www. Extension.missouri.edu.com.

Hui, Y. H. 2007. Handbook of Food Products Manufacturing. John Wiley and Sond Inc.

Hoboken. New Jersey

21

Anda mungkin juga menyukai