Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU NUTRISI IKAN

PEMBUATAN FORMULASI PAKAN


BUATAN
KELOMPOK 2
Nama Anggota Kelompok:
Aufa Hadi Khoironi / 201110032
Rizky Pandu / 201110030
Roni Apriyanto / 20111002
Melia / 201110027
Septianingsih / 201110026
Retno / 201110024
Joga Supriansyah / 201110022
Ira Pando Yapado / 201110020
Nandia Athaya Maulid / 212110004

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur praktikan panjatkan kehadirat Allah SWT, karena


atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga praktikan dapat
menyelesaikan laporan ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Praktikan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan laporan “Pembuatan Pakan Buatan”
terutama kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Ilmu Nutrisi Ikan
Dr.Ir. Hendry Yanto, M.Si, dan Eka Indah Raharjo, S.Pi, M.Si, dan
kakak-kakak asisten dosen yang telah memberikan bimbingan,
pengarahan dan memberikan bantuan serta teman-teman yang telah
memberikan dukungan dalam pembuatan laporan ini. Praktikan
menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu praktikan mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita
semua.
Pontianak, 25 Juni 2022

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB 1......................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................3
1.2 Tujuan......................................................................................................................3
BAB 2......................................................................................................................4
2.1. Pellet dan Kualitas Pellet.........................................................................................4
BAB 3......................................................................................................................7
3.1 Waktu dan Tempat................................................................................................7
3.2 Alat dan Bahan.......................................................................................................7
A. Alat........................................................................................................................7
B. Bahan.....................................................................................................................7
3.3 Hasil.........................................................................................................................8
3.4 Pembahasan............................................................................................................10
A. Formulasi Pakan..................................................................................................10
B. Pembuatan Pakan.................................................................................................12
A. Kesimpulan.............................................................................................................13
B. Saran.......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pakan yang berkualitas kegizian dan fisik merupakan kunci untuk
mencapai tujuan-tujuan produksi dan ekonomis budidaya ikan. Pengetahuan
tentang gizi ikan dan pakan ikan berperan penting di dalam mendukung
pengembangan budidaya ikan (aquaculture) dalam mencapai tujuan tersebut.
Konversi yang efisien dalam memberi makan ikan sangat penting bagi
pembudidaya ikan sebab pakan merupakan komponen yang cukup besar dari total
biaya produksi. Bagi pembudidaya ikan, pengetahuan tentang gizi bahan baku dan
pakan merupakan sesuatu yang sangat kritis sebab pakan menghabiskan biaya
40-  50% dari biaya produksi. (Herry.S.si,2008)
Bahan – bahan baku yang dipakai dalam pembuatan pakan buatan berfungsi
sebagai sumber protein, energi, mineral dan vitamin. Faktor utama yang harus
diperhatikan dalam pemilihan bahan pakan adalah kandungan nutrisi bahan,
tingkat kecernaan, ketersediaan, kontinuitas dan harga. Bahan-bahan ini bisa
didapatkan dari tumbuhan (nabati) dan hewan (hewani). Penggunaan bahan baku
lokal potensial untuk kepentingan budidaya tidak hanya berfungsi untuk menekan
biaya produksi, tetapi sekaligus menjamin kontinuitas bahan untuk kepentingan
pembuatan pakan. Pakan ikan dikatakan bermutu jika mengandung nilai nutrisi
dan gizi yang dibutuhkan oleh ikan. Berdasarkan hal itu, perlu dilakukan proses
pembuatan pakan buatan dengan memiliki protein yang baik untuk ikan

1.2 Tujuan
Pelaksanaan praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat menyusun formulasi
pakan ikan sesuai dengan kebutuhan ikan dengan menggunakan metode formulasi pakan.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pellet dan Kualitas Pellet


Pellet adalah bahan baku pakan yang telah dicampur, dikompakkan dan
dicetak dengan mengeluarkan dari die melalui proses mekanik (Nilasari, 2012).
Pengolahan pakan bentuk pellet dapat dijadikan pilihan karena mempunyai
beberapa keuntungan, diantaranya: 1) meningkatkan densitas pakan sehingga
mengurangi keambaan, mengurangi tempat penyimpanan, menekan biaya
transportasi, memudahkan penanganan dan penyajian pakan; 2) densitas yang
tinggi akan meningkatkan konsumsi pakan dan mengurangi pakan yang tercecer;
3) mencegah “de-mixing” yaitu penguraian kembali komponen penyusun pellet
sehingga konsumsi pakan sesuai dengan kebutuhan standar (Retnari, 2013).
Usaha untuk mendapatkan pellet dengan kualitas yang baik menurut
Parker (1986) dalam sitasi Sutrisno et al. (2005) dilakukan dengan beberapa
tahapan yaitu penggilingan (grinding), pencampuran (mixing), penguapan
(conditioning), pencetakan (pelleting), pendinginan (cooling) dan pengeringan
(drying). Pencampuran (mixing) adalah proses mengkombinasikan bahan baku
sehingga masing-masing bahan baku dapat terdistribusikan secara merata. Tujuan
dari proses pencampuran adalah untuk menghasilkan produk yang mempunyai
nilai nutrisi yang homogen (Suparjo, 2010). Penguapan (conditioning) adalah
proses pemanasan dengan uap air pada bahan yang ditujukan untuk membentuk
proses gelatinisasi agar terjadi perekatan antar partikel bahan penyusun sehingga
penampakan pellet menjadi kompak, durasinya mantap, tekstur dan kekerasannya
bagus (Sutrisno et al., 2005). Pelleting adalah proses pengolahan menjadi bentuk
yang kompak melalui proses penekanan dan penguapan. Proses pelleting
bertujuan untuk membentuk suatu kesatuan pakan yang tidak mudah tercecer.
Keuntungan pelleting adalah penurunan segresi ransum, meningkatkan kerapatan
jenis, mengurangi debu dan memudahkan penanganan. Keberhasilan proses
pelleting dipengaruhi sifat fisik dan kimia bahan baku (Suparjo, 2010). Proses
pelleting dapat dilakukan tanpa melalui proses pemanasan (conditioning) atau
metode dingin. Pelleting dengan metode dingin dilakukan apabila bahan yang

4
digunakan mengandung pati yang bila terkena air akan mampu merekatkan bahan
(Tillman et al., 1998). Wheat brand dan pollard memiliki pati yang mengandung
amilosa 25% dan amilopektin 75% yang dapat menyebabkan gelatinisasi
(Purnomo, 2000).
Proses pengeringan menurut Winarno et al. (1981) adalah mengeluarkan
kandungan air dalam pakan menjadi kurang dari 14% sesuai dengan syarat mutu
pakan pada umumnya. Proses pengeringan dilakukan jika pencetakan dilakukan
dengan mesin sederhana. Menurut Thomas dan van der Poel (1996), pengeringan
dan pendinginan dilakukan untuk menghindarikan pellet dari serangan jamur
selama proses penyimpanan. Kualitas adalah kesesuaian dengan standar yang
mampu memberikan kepuasan konsumen dan diukur berbasis proses perbaikan
berkesinambungan. Kualitas ditentukan pada desain produk dan dicapai dengan
pengendalian proses yang efektif dimana produk cacat dihindari dalam
keberlangsungannya (Mulyana., 2010). Kualitas pellet dapat diukur secara kimia,
fisik dan biologis. Kualitas fisik pellet yang dapat diukur antara lain durasi,
kekerasan, penampakan, tekstur, warna, keseragaman dan kekompakkan (Behnke,
2013). Kualitas pellet yang direkomendasikan untuk pabrik pakan tertera pada
Tabel 1.
Tabel 1. Kualitas Pellet Minimum yang Direkomendasikan untuk Pabrik
Pakan

Kekerasan pellet merupakan suatu respon terhadap atsiri yang bersifat


fragmentasi. Hal ini penting terutama pada saat transportasi adanya segregasi atau
fragmentasi pellet dapat memperbesar distribusi ukuran partikel yang akan
berakibat pada tidak terjaminnya homogenitas nutrien (Widiyastuti et al., 2004).
Nilai hardness mempunyai variasi yang lebar yang disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu: a). variasi panjang pellet, pellet lebih panjang biasanya memerlukan
pemecahan yang lebih besar dibanding pellet yang pendek. b). adanya keretakan
pada pellet. c). pada beberapa kasus disebabkan karena kompresi yang diterima

5
oleh bahan selama proses pembuatan pellet berbeda-beda (Tabil et al., 1997).
Pellet yang bagus mempunyai tingkat kekerasan tidak terlalu keras ataupun lunak
(Thomas dan van der Poel, 1996).
Wheat brand dan pollard memiliki pati yang mengandung amilosa 25% dan
amilopektin 75% yang dapat menyebabkan gelatinisasi (Purnomo, 2000). 7
Gelatinisasi merupakan sumber perekat alami pada proses pelleting, dimana
mengubah pati yang terkandung di dalam bahan baku menjadi zat perekat antar
partikel bahan baku dan membantu menghilangkan mikroorganisme yang
merugikan dari campuran bahan pakan (Sutrisno et al., 2005). Pati tersusun dari
dua macam karbohidrat yaitu amilosa dan amilopektin dalam komposisi yang
berbeda-beda.Amilosa memberikan sifat keras (pera), sedangkan amilopektin
menyebabkan sifat lengket. Amilopektin secara struktural terbentuk dari rantai
glukosa yang terikat dengan ikatan 1,6-glikosidik, sama dengan amilosa namun
pada amilopektin terbentuk cabang-cabang (sekitar tiap 20 mata rantai glukosa)
sama dengan ikatan 1,4-glikosidik (Purnomo, 2000).

6
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Pembuatan Pakan Buatan dilaksanakan pada hari Minggu
tanggal 19 Juni 2022 dan dilakukan di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Muhammadiyah Pontianak.

3.2 Alat dan Bahan

A. Alat
Adapun alat dalam praktikum Formulasi Pembuatan Pakan Buatan yang dapat dilihat
pada table di bawah ini.

Tabel 4. Alat yang digunakan saat praktikum

No Alat Kegunaan
1 Timbangan digital Untuk menimbang bahan-bahan agar
lebih tertakar
2 Mesin pellet Mencetak pellet
3 Baskom / bokor kecil Wadah untuk mencampur tepung
4 Alat tulis Untuk mencatat hasil formulasi pakan
5 Cutter Untuk memotong pellet yang telah jadi
6 Alas seng Alas saat penjemuran pakan

B. Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan saat praktikum formulasi pemuatan Pakan Buatan
adalah sebagai berikut:
1) Tepung ikan
2) Vitamin mix
3) Minyak goring cap jagung
4) Bungkil kelapa
5) Tepung ikan
6) Dedak halus

7
7) Mintak cuimi
8) Tepung kanji
3.3 Hasil
Untuk hidup normal dan tumbuh dengan baik ikan memerlukan sejumlah
energi dan materi dari makanan atau pakannya materi yang diperlukan oleh ikan
tersebut berupa protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral yang tersedia
dalam pakan sesuai dengan kebutuhannya.Upaya pemenuhan kebutuhan nutrien
tersebut sangat bergantung juga pada kualitas bahan-bahan yang dan digunakan
untuk pembuatan pakan ikan. Kemudian kualitas bahan pakan ditentukan pula
kandungan nutrien bahan penyusun pakan tersebut.
Untuk mengetahui kandungan nutrien dalam bahan pakan yang akan
digunakan dalam pembuatan pakan perlu dilakukan analisis kimia berupa analisis
analisis proksimat. Hal ini penting untuk mengetahui kandungan energi dan
nutrient-nutrien dalam bahan pakan hingga pakan yang akan dibuat dalam dapat
diformulasi sesuai dengan kebutuhan sebagai contoh hasil analisis proksimat
berbagai bahan-bahan pada tabel berikut ini.
Tabel 1. Hasil Analisis Proksiman Bahan-Bahan Pakan
Kandungan protein
Bahan pakan Air Abu Protein Serat Lemak BETN
kasar kasar kasar
Tepung ikan 6,78 26,05 52,23 0,13 9,42 12,17
Tepung 6,75 13,75 53,33 2,01 18,13 5,45
tapioca
Teung udang 6,75 13,75 53,3 2,0118,13 18,13 5,45
rebon
Dedak terigu 7,86 3,4 18,04 9,83 5,62 63,11

1. Melakukan formulasi pakan sesuai dengan kebutuhan ikan dengan metode


formulasi yang dapat anda lakukan seperti metode coba-coba (try and error)
segi empat person, persamaan aljabar, persamaan linier atau metode yang
memadukan metode coba-coba dengan perangkat lunak Microsoft Excel dan
lain-lainnya adapun kandungan protein pakan yang akan diformulasi yaitu

8
37,5% kemudian ketentuan susunan bahan-bahan lihat pada tabel di bawah
ini.

Tabel 2. Formulasi Pakan Sesuai Kandungan Protein Pakan


No Bahan Pakan Kandungan Protein
Pakan (37,5%)
1 Tepung ikan 35,44
2 Tepung jagung 16,16
3 Dedak halus 16,16
4 Tepung kanji 16,16
5 Bungkil kelapa 16,16
6 Minyak ikan 2
7 Minyak sawit 2
8 Vitamin campuran 1
9 Mineral campuran 1

Tabel 3. Susuan Pakan Sesuai Kandungan Protein Pakan untuk pembuatan 500
gram pakan
No Bahan pakan Kandungan protein pakan (gram)
1 Tepung ikan 177,2
2 Tepung jagung 80,65
3 Dedak halus 80,65
4 Tepung kanji 80,65
5 Bungkil kelapa 60,65
6 Suplemen 3,7
7 Minyak cumi 5
8 Vitamin mix dan mineral 5
mix

2. Timbang semua bahan pakan yang diperlukan sesuai formulasinya untuk


membuat pakan masing-masing 500 gram

9
3. Campurkan setiap bahan mulai dari bahan yang jumlahnya paling sedikit
terlebih dahulu sampai bahan yang paling banyak
4. Setelah semua bahan pakan dicampur dan diaduk sampai rata tambahkan
minyak sesuai dengan formulasi pakan. Kemudian campuran dan diaduk
kembali semua bahan dengan minyak sampai benar-benar rata
5. Selanjutnya air panas ditambahkan sebanyak 50% dari volume bahan pakan
dan diaduk kembali sampai rata
6. Campuran bahan pakan yang dicetak dengan alat pencetak pakan menjadi
potongan kecil-kecil
7. Kemudian pakan atau pelet dijemur sampai kering sehingga kandungan
airnya mencapai < 10%

3.4 Pembahasan
A. Formulasi Pakan
Formuasi pembuatan pakan menggunakan bahan baku berupa tepung ikan,
bungkil kelapa, dedak halus, tepung jagung dan tepung kanji. Pakan ini
diharapkan mengandung protein 37,5% sebanyak 500 gram. Untuk menyelesaikan
formulasi ini digunakan metode segi empat person.
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengelompokan bahan baku
menjadi dua kelompok, yaitu kelompok protein suplemen dan protein basal.
Bahan baku protein suplemen yaitu adalah tepung ikan. Bahan baku protein
penunjang adalah bungkil kelapa, dedak halus, tepung jagung dan tepung kanji.
Kelompok sumber protein suplemen:
- Tepung Ikan : 52,23%
Kelompok sumber protein basal :
- Bungkil kelapa = 18%
- Dedak halus = 13%
- Tepung jagung = 8,46%
- Tepung kanji = 3,2% +
Jumlah = 42,66 %

Setelah dihitung rata-rata kandungan protein tiap kelompok, gambar


sebuah bujur sangkar kemudian masukan hasil penghitungan rata-rata kandungan

10
protein dan kurangi dengan jumlah yang diinginkan dan jumlahkan. Proses
selengkapnya dapat dilihat sebagai berikut :

= 52,23 % 26,83%

protein
37,5%

= 10,67 % =14,73 %
- +
=41,56 % =41,56%

Lalu, dilanjutkan dengan eprhitungan komposisi setiap bahan baku yang


disusun, sebagai berikut:
14,73 %
- Protein suplemen : ×100 %=35,44 %
41,56 %
26,83 %
- Protein basal : ×100 %=65,55 %
41,56 %
Dari hasil perhitungan, maka komposisi bahan baku yang digunakan adalah
-Tepung ikan = 35,44 %
- Bungkil kelapa = 64,55 % : 4 = 16,16%
-Dedak halus = 64,55 % : 4 = 16,16%
-Tepung jagung = 64,55 % : 4 = 16,16%
-Tepung kanji = 64,55 % : 4 = 16,16%
Jadi, jika kita akan membuat pakan ikan sebanyak 100 kg maka komposisi bahan
baku yang harus disiapkan sebagai berikut:

-Tepung ikan = 35,44 % x 500 gram = 177,2 gram


- Bungkil kelapa = 16,16% x 500 gram = 80,65 gram
-Dedak halus = 16,16% x 500 gram = 80,65 gram
-Tepung jagung = 16,16% x 500 gram = 80,65 gram
-Tepung kanji = 16,16% x 500 gram = 80,65 gram +
Jumlah = 499,8 gram

11
Dalam formulasi ini, air tidak dimasukan karena keduanya merupakan
bahan tambahan dan juga tidak mengandung protein. Hal ini tidak berpengaruh
dalam formulasi pakan.
B. Pembuatan Pakan

Dalam proses pembuatan pakan, bahan baku yang tersedia telah menjadi tepung
lalu dilanjutkan dengan proses penimbangan dari setiap bahan baku yang telah dihitung
menggunakan metode segi empat person. Tepung ikan sebanyak 177,2 gram. Bungkil
kelapa,tepung jagung, tepung kanji dan dedak halus sebanyak 80,65 gram. Proses
penimbangan menggunakan alat timbangan digital. Lalu dilanjutkan dengan proses
pencampuran setiap bahan baku yang telah ditimbang menggunakan air, sedikit vitamin
mix dan minyak cumi. Dilanjutkan dengan proses pencetakan bahan baku yang telah
dicampur di dalam baskom yang telah homogen dilanjutkank dengan pencetakan pakan
menggunakan mesin pencetak pakan berukuran kecil-kecil. Dan proses yang terkhir
adalah proses pengeringan.. Pengeringan ini bertujuan untuk menurunkan kadar air yang
terkandung di dalam pakan atau pelet sehingga menjadi minimal dan stabil (sekitar 10%).
Proses pengeringan dilakukan secara alami dengan bantuan sinar matahari yang memakan
waktu 4 s/d 5 hari. Pellet yang telah dikeringkan kemudian dimasukan di dalam toples
yang kemudian disimpan di tempat kering dan tidak lembab.

12
BAB 5
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan penyusunan diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam penyusunan formulasi pakan, terdapat beberapa metode yang dapat
dipergunakan, diantaranya adalah metode trial error, metode persegi empat
pearson’s, dan gabungan kedua metode tersebut. Metode yang paling umum
digunakan dan mudah diaplikasikan adalah , metode persegi empat pearson’s.
Dalam penyusunan formulasi pakan pula, kita dapat menentukan kandungan
protein dan dosis bahan baku yang akan dibuat.
2. Dalam membuat pakan dibutuhkan proses seperti Pencampuran, Pencetakan,
Pengeringan, dan Penyimpanan.
3. Dalam pemberian pakan harus memenuhi beberapa strategi salah satunya
adalah dosis pemberian dan persentase pemberian.

B. Saran
Adapun saran dari kami yaitu tempat praktikum tidak baik untuk dilakukan
kegiatan evaluasi kelayakan pakan dengan uji biologis karena sarana dan
prasarana yang tidak mendukung. Di tambah lagi tidak ada pengawasan dari
Dosen yang memberikan praktikum sehingga mahasiswa dapat melakukan apa
maunya. Alangkah baiknya untuk uji biologis diadakan di lab. yang dapat
dikontrol oleh dosen penanggung jawab.

13
DAFTAR PUSTAKA

Behnke, C. K. 2013. Factors Incfluencing Pellet Quality. Department of Grain Science and
Industry. Kansas State University, Manhattan, Kansas, USA.
Herry. 2008. Pengenalan Bahan Baku Pakan Ikan. http://www.forumsains.com/. 
Kaliyan, N. dan Vance Morey, R. 2009. Factors affecting strength and durability
of densified biomass product. Biomass and Bioenergy, 33 (3). Pp. 337-
359.
Mulyana. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja.
Rosdakarya
Nilasari. 2012. Pengaruh Penggunaan Tepung Ubi Jalar, Garut dan Onggok
Terhadap Sifat Fisik dan Lama Penyimpanan Ayam Broiler Bentuk
Pellet. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Purnomo, H. 2000. Pembuatan Chicken Nuggets. Lembaga Pengabdian
Masyarakat Universitas Brawijaya, Malang.
Retnasari Yuli. 2013. Proses Industri Pakan. PT Penerbit IPB Press Bogor, Bogor
Suparjo. 2010. Analisis Bahan Pakan Secara Kimiawi: Analisis Proksimat dan
Analisis Serat. Laboratorium Makanan Ternak. Fakultas Peternakan.
Universitas Jambi. hal. 7.
Sutrisno , 2005 menejemen sumberdaya manusia ,Jakarta
Widjastuti, T., Abun., T. Wiwin. dan Y.S. Indrawati. 2007. Pengolahan bungkil
inti
sawit melalui fermentasi oleh jamur Marasmius sp guna menunjang bahan
pakan alternatif untuk ransum ayam broiler. Program Hibah Kompetisi
A3Jurusan Produksi Ternak Fakultas Peternakan. Universitas Padjajaran.
Winarno, F. G. dan Fardiaz D. 1981. Pengantar Teknologi Pangan. PT Gramedia,
Jakarta
Tillman, A. D. H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumadan S.
Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University
Press.Yogyakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai