Di susun oleh :
Aisyah Sausan (P032013411004)
Maulidya Amelza (P032013411022)
Nadila Khairulnisa (P032013411025)
Nisa Anggria Putri (P032013411026)
Tsa’adah Ramayani (P032013411035)
DIII Gizi Tk.2A
Dosen Pengajar :
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan Laporan
Akhir Praktikum Teknologi Pengolahan Pangan Pembuatan
Kamaboko,Bakso,dan Chicken Nugget ini dapat terselesaikan dengan baik
tanpa kendala. Maksud dan tujuan penyusunan ini adalah untuk melengkapi
tugas dalam mata kuliah Ilmu Teknologi Pangan.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN.......................................................................................1
I. Latar Belakang..................................................................................................1
II. Tujuan..............................................................................................................2
III. Prinsip...............................................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Fermentasi.......................................................................................................3
B. Donat................................................................................................................6
BAB III : METODOLOGI........................................................................................9
A. Waktu dan Tempat..........................................................................................9
B. Alat & Bahan....................................................................................................9
C. Prosedur Kegiatan..........................................................................................11
BAB IV : HASIL & PEMBAHASAN....................................................................13
A. Hasil................................................................................................................13
B. Pembahasan...................................................................................................14
BAB V : KESIMPULAN & SARAN.....................................................................20
A. Kesimpulan.....................................................................................................20
B. Saran..............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Kamaboko
2.2 Bakso
Bakso merupakan salah satu produk pangan dari daging yang digiling, dan dicampur
dengan bahan-bahan lain, serta dibentuk bulat dan dilakukan proses perebusan. Bakso dipasar
memiliki beragam jenis dan bakso biasanya diikuti dengan penggunaan dagingnya, seperti
bakso ikan, bakso ayam, bakso sapi. Kandungan gizi yang terdapat dalam bakso cukup tinggi
dan rasanya enak, sehingga banyak masyarakat yang menyukai bakso.
Definisi Bakso yaitu produk olahan berbahan daging hewan ternak dan dicampur
tepung pati serta bumbu, dan ditambahkan ataupun tidak bahan pangan lain yang diizinkan,
yang bentuknya bulat atau bentuk lainnya dan dimatangkan. Bakso akan membentuk struktur
yang kompak disebabkan karena adanya kemampuan paada daging untuk berikatan. Mutu
bakso dapat dilihat dengan menilai dua aspek yaitu mutu bakso dari sifat bakso yang tampak
dan mutu bakso dari sifat tersembunyi.
Mutu bakso dapat diketahui dengan menilai mutu sensoris dan oragnoleptik serta
diperkuat dengan pengujian secara fisik, kimia maupun mikrobiologis pada bakso tersebut
(Astuti, Arso and Wigati, 2015). Lima parameter utama dalam penilaian sensoris bakso yaitu
penampakan, warna, bau, rasa dan tekstur (Wibowo, 2014). Kualitas bakso yang baik dapat
dilihat dari tekstur bakso yang halus, kompak, kenyal dan empuk, bakso juga harus memiliki
warna dan aroma yang baik.
Daging yang tidak berlemak, merupakan bahan yang baik untuk membuat bakso.
Daging yang berkadar lemak tinggi mengakibatkan tekstur bakso menjadi kasar, selain
daging bahan lainnya yang tak kalah pentingnya dalam pembuatan bakso yaitu tepung
tapioka. Kualitas bakso akan semakin baik, apabila komponen daging lebih banyak dari
tepung tapioka. Bakso yang berkualitas biasanya mengandung 90% daging ddan 10% tepung
tapioka. Bakso akan terasa lebih lezat, apabila ditambahkan dengan bumbu seperti bawang
merah, bawang putih, merica bubuk dan garam. Bahan lain yang biasa ditambahkan ketika
membuat bakso adalah pengenyal, adapun bahan pengenyal yang aman digunakan adalah
Sodium Tripoli Fosfat (STF). Sodium Tripoli Fosfat berfungsi sebagai pengemulsi sehingga
menghasilkan adonan yang lebih merata, adonan yang lebih merata akan menghasilkan bakso
yang lebih baik (Pradini, 2018).
2) Pembuatan Adonan
Pembuatan adonan dilakukan dengan cara mencampur seluruh bahan
dan bumbu secara sedikit demi sedikit hingga adonan tersebut homogen.
3) Pencetakan Bakso
Adonan yang telah homogenkan, selanjutnya dicetak hingga berbentuk
bola-bola. Pencetakan adonan dapat dilakukan secara manual menggunakan
tangan ataupun dapat dilakukan menggunakan mesin pencetak bakso.
Pencetakan secara manual dapat dilakukan dengan menggambil segenggam
adonan lalu diremas dan ditekan kearah ibu jari, adonan yang keluar akan
membentuk bulatan lalu diambil menggunakan sendok.
4) Pemasakan
Proses pemasakan merupakan proses terpenting dalam pembentukan
gel. Proses pemasakan dilakukan secara 2 kali, yaitu pemasakan pada suhu
sekitar 40⁰C selama 20 menit dengan tujuan terbentuk massa yang cukup
hangat dan struktur produk yang kompak. Setelah itu bakso direbus
dalam air mendidih (90-100⁰C) sampai bakso mengapung sebagai tanda
bahwa bakso tersebut sudah matang.
Nugget adalah suatu produk olahan daging yang terbuat dari daging giling yang dicetak
dalam bentuk potongan empat persegi dan dilapisi dengan tepung berbumbu (battered dan
braded). Nugget dikonsumsi setelah dilakukan proses penggorengan rendam (deep fat frying).
Nugget dibuat dari daging giling yang diberi bumbu, dicampur bahan pengikat, kemudian
dicetak membentuk tertentu, dikukus, dipotong dan dilumuri perekat tepung (batter) dan
diselimuti tepung roti (breading). Nugget digoreng setengah matang dan dibekukan untuk
mempertahankan mutunya selama penyimpanan. Nugget merupakan salah satu produk
makanan beku siap saji yang telah mengalami pemanasan sampai setengah matang
(precooked), kemudian dibekukan. Produk beku siap saji ini hanya memerlukan waktu
penggorengan selama 1 menit pada suhu 150º C. Tekstur nugget tergantung dari bahan
asalnya (Tian, 2010).
Pembuatan nugget mencakup lima tahap, yaitu penggilingan yang disertai oleh
pencampuran bumbu, es dan bahan tambahan, pengukusan dan pencetakan, pelapisan
perekat tepung dan pelumuran tepung roti, penggorengan awal (pre-frying) dan
pembekuan.
Tahapan pembuatan nugget adalah sebagai berikut :
1. Penggilingan
Penggilingan daging diusahakan pada suhu di bawah 15ºC, dengan
menambahkan es pada saat penggilingan daging. Pendinginan bertujuan
untuk mencegah denaturasi protein aktomiosin oleh panas. Pada proses
penggilingan daging, terjadi gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan
panas. Air yang ditambahkan ke dalam adonan nugget pada waktu
penggilingan daging dalam bentuk serpihan es. Air es digunakan untuk
mempertahankan temperatur selama pendinginan. Air es selain berfungsi
sebagai fase pendispersi dalam emulsi daging, juga berfungsi untuk
melarutkan protein sarkoplasma dan sebagai pelarut garam yang akan
melarutkan protein myofibril.
2. Pengukusan
Pengukusan menyebabkan terjadinya pengembangan pada granula pati
yang disebut gelatinisasi. Gelatinisasi ini tidak dapat kembali seperti keadaan
semula. Mekanisasi gelatinisasi, diawali dengan granula pati akan menyerap
air yang memecah kristal amilosa dan memutuskan ikatan–ikatan struktur
heliks dari molekul tersebut. Penambahan air dan pemanasan akan
menyebabkan amilosa berdifusi keluar granula, sehingga granula tersebut
hanya mengandung sebagian amilopektin dan akan pecah membentuk suatu
matriks dengan amilosa yang disebut gel.
4. Penggorengan
Penggorengan merupakan proses yang umum dilakukan orang dengan
menggunakan minyak atau lemak pangan. Bahan pangan yang digoreng
mempunyai permukaan luar berwarna coklat keemasan. Warna yang muncul
disebabkan karena reaksi pencoklatan. Penggorengan awal (pre-frying)
adalah langkah yang terpenting dalam proses aplikasi batter dan breading.
Tujuan penggorengan awal adalah untuk menempelkan perekat tepung pada
produk sehingga dapat diproses lebih lanjut dengan pembekuan selanjutnya
didistribusikan kepada konsumen. Penggorengan awal akan memberikan
warna pada produk, membentuk kerak pada produk setelah digoreng,
memberikan penampakan goreng pada produk serta berkontribusi terhadap
rasa produk.
Penggorengan awal dilakukan dengan menggunakan minyak mendidih
(180-195°C) sampai setengah matang. Suhu penggorengan jika terlalu
rendah, pelapis produk menjadi kurang matang. Jika suhu terlalu tinggi,
pelapis produk akan berwarna gelap dan gosong. Waktu untuk penggorengan
awal adalah sekitar 30 detik. Penggorengan awal dilakukan karena
penggorengan pada produk akhir hanya berlangsung sekitar 4 menit, atau
tergantung pada ketebalan dan ukuran produk (Tian, 2010)
3.2 Alat
- Pisau
- Waskom
- Timbangan
- Wajan
- Botol/ wadah penutup
- Termometer
- Talenan
- Wadah penjemur
- alat penggiling
- kertas/plastik pembungkus
- saringan
- gelas ukur
3.3 Kamaboko
- Ikan tenggiri/tuna/belida/gabus½ kg
- Gula pasir 5%
- Tapioca 3%
- Garam dapur 3%
- MSG
- Air es
3.4 Bakso
- Daging sapi giling 400 gr
- Tepung maizena 1 sdm
- Tepung roti 2 sdm
- Merica halus 1/3 sdt
- Garam 1 sdt peres
- Telur 1 btr
- Bawang Putih 1 Siung
3.7.1 Kamaboko
Bersih ikan, lalu haluskan daging ikan. Tambahkan es batu selama
kamaboko penggilingan
Cuci daging ikan sebanyak 3 - 4 x dengan air es, gunakan air cukup
banyak dapada pencucian terakhir gunakan larutan NaCl 0.1 %, lalu
Luang air cuciadengan kain saring.
3.7.2 Bakso
Bakso yang telah dibentuk kemudian direbus dalam air mendidih selama
Hitung
15 menit (sampai bulatan bakso mengapung).
rendemen.Amati
cita rasa (rasa,
aroma, warna, dan
tekstur)
3.7.3 Chicken Nugget
Chicken Nugget Simpan daging ayam dengan suhu 2oc selama 1 malam, lalu giling
daging ayam dengan di tambahkan air es
Sosis Sapi Pisahkan daging dengan lemak lalu campur dengan air es dan Giling
daging
4.1. Hasil
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hasil produksi kamaboko, antara lain sebagai
berikut :
Tingkat elastisitas.
Tekstur elastis pada produk kamaboko sangat mempengaruhi penampilan
(kilap), cita rasa, dan daya tahan produk.
Tingkat kesegaran ikan.
Ikan dengan tingkat kesegaran prima akan menghasilkan produk dengan cita
rasa yang baik pula
Cita rasa.
Cita rasa produk dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya jenis ikan
(kandungan protein), tingkat kesegaran, bumbu yang diberikan, serta komposisi
bahan.
Kadar garam.
Kadar garam pada produk kamaboko berkisar antara 2,5 - 3,5%. Kadar garam
yang terlalu rendah akan menghasilkan kamaboko dengan tekstur kurang baik.
Bila terlalu tinggi, rasanya terlalu asin.
Daya tahan
Produk kamaboko yang dapat disimpan dalam waktu lama akan lebih menarik.
Untuk itu, perlu disimpan pada suhu rendah.
Mekanisme terbentuknya gel pada kamaboko yaitu pada saat proses pemanasan
menyebabkan terjadinya pembentukan gel, saat pemanasan adonan (sol aktomiosin)
akan berubah menjadi gel suwari. Selajutnya pada suhu 60oC terjadi pelunakkan gel
(madoni) dan pada suhu diatas 70oC terbentuk gel kamaboko (ashi) yang kenyal dan
elastis. Pemanasan dapat dilakukan dengan cara perebusan, pengukusan, penggorengan
dan pemanggangan .
Bakso adalah salah satu makanan olahan yang berasal dari daging. ada beberapa
bumbu yanga biasa dimasukkan kedalam adonan bakso agar rasa bakso lebih enak
diantaranya adalah bawang putih. Selain untuk menambah kelezatan bakso biasanya
pembuat bakso juga menambahkan zat kimia untuk mengawetkan dan memperindah
bakso. bakso yang bermutu bagus dapat dibuat tanpa penambahan bahan kimia apapun.
Tapi pada kenyataanya banyak pembuat bakso yang menambahkan zat kimia pada
baksonya. Menurut Beberapa pedagang baso sering menggunakanbahan tambahan pada
produknya, seperti bahan pemutih, bahan pengawet, boraks,fosfat (STPP), dan tawas.
Pengolahan bakso meliputi aspek penyediaan bahan baku yaitu daging, tepung
pati dan cara pengolahannya. Bahan tambahan yang biasanya digunakan dalam
pembuatan bakso adalah garam, es atau air es dan bumbu-bumbu. Tujuan penggilingan
daging adalah mencacah dan meningkatkan keseragaman ukuran serabut otot dan
jaringan ikat schingga distribusinya dapat merata. Selain itu emulsi yang terbentuk akan
lebih stabil
Tekstur bakso ditentukan oleh kandungan air, kadar lemak, dan jenis karbohidrat.
Tekstur yang didapat dari semua bakso ini yaitu agak halus. Hal ini dapat disebabkan
pencampuran kacang yang tidak ditumbuk dengan halus pada bakso kacang, kentang
yang tidak halus pada bakso kentang dan penambahan ebi serta jamur pada bakso jambi.
Kandungan air yang tinggi akan menghasilkan bakso dengan tekstur yang lembek,
begitu juga dengan kadar lemak yang tinggi akan menghasilkan bakso dengan tekstur
yang berlubang-lubang . Bahan-bahan bakso terdiri dari bahan utama dan bahan
tambahan. Bahan utama bakso adala daging, sedangkan bahan tambahan baks adalah
bahan pengisi, garam, es atau air es, bumbu-bumbu seperti lada, serta bahan penyedap.
Bakso merupakan salah satu produk olahan daging yang banyak dikonsumsi dan
sangat popular di kalangan masyarakat. Pengolahan daging menjadi bakso bertujuan
untuk memperpanjang daya simpan, meningkatkan nilai estetika, dan meningkatkan
nilai ekonomis. Bakso merupakan produk olahan daging atau bahan lain yang telah
dihaliskan, dicampur dengan bumbu dan tepung kemudian dibentuk bulat – bulat
dengan diameter 2-4 cm atau sesuai dengan selera .
Pada praktikum kali ini kami membuat bakso dengan penambahan es pada saat
proses penggilingan daging. Di dapatkan hasil dengan warna yang pucat, tekstur yang
empuk, rasa yang gurih khas dading, dan aroma yang khas daging.
Pada proses pembuatan bakso yang paling penting adalah proses pencampuran
bahan. Untuk pencampuran bahan ini ditambahkan es. Penggunaan es sebanyak 10 –
15% dari berat daging atau bahkan 30% dari berat daging. Es yang ditambahkan
berfungsi untuk menjaga suhu food processor agar tidak naik. Suhu alat ini perlu dijaga
agar proses emulsi dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Faktor yang sangat penting pada pembuatan emulsi daging adalah suhu. Suhu
menentukan efektivitas ekstraksi yang bersifat larut dalam larutan garam serta
menentukan stabilitas emulsi yang dihasilkan. Penambahan es batu pada proses
pegiilingan daging dapat membantu dalam menstabilkan suhu. Peningkatan suhu selama
proses pelumatan daging akan mencairkan es, sehingga suhu daging atau adonan dapat
dipertahankan. Selain itu, penambahan es atau air juga penting untuk menjaga
kelembaban produk akhir agar tidak kering, meningkatkan sari minyak (juiceness) dan
keempukan daging . Jumlah es yang ditambahkan ke dalam adonan akan mempengaruhi
kadar air, daya mengikat air, kekenyalan dan kekompakan bakso . Oleh sebab itu,
penggunaan es atau air es harus dibatasi.
Salah satu tujuan penambahan air dan es pada produk emulsi daging adalah
menurunkan panas produk yang dihasilkan akibat gesekan selama penggilingan,
melarutkan dan mendistribusikan garam ke seluruh bagian massa daging secara merata,
mempermudah ekstraksi proterin otot, membantu proses pembentukan emulsi, dan
mempertahankan suhu adonan agar tetap rendah. Jika panas ini berlebih maka emulsi
akan pecah, karena panas yang terlalu tinggi mengakibatkan terjadinya denaturasi
protein. Akibatnya produk tidak akan bersatu selama pemasakan .
Bakso adalah produk olahan daging giling yang dicampur dengan tepung dan
bumbu-bumbu serta bahan lain yang dihaluskan, kemudian dibentuk bulatan - bulatan
dan kemudian direbus hingga matang. Bakso umumnya dibuat dari campuran daging
sapi giling dan tepung tapioka, tetapi ada juga bakso yang terbuat dari daging ayam,
ikan, atau udang bahkan daging kerbau. Dalam penyajiannya, bakso umumnya disajikan
panas-panas dengan kuah kaldu sapi bening, dicampur mie, bihun, taoge, tahu,
terkadang telur lalu ditaburi bawang goreng dan seledri. Bahan baku utama dalam
pembuatan bakso yaitu daging sapi dan bahan tambahan lainnya seperti tepung, garam,
dan bumbu. Selain garam dan tepung, pada proses pembuatan bakso digunakan bawang
merah, bawang putih, dan merica.
Bakso yang dibuat tanpa menggunakan es batu, maka hasilnya kurang sempurna.
Peran es batu sangatlah penting dalam pembuatan bakso. Fungsi es batu sebagai
pembentuk tekstur bakso menjadi halus, lembut, dan mudah dibentuk. Proses
pembuatan bakso terdiri dari beberapa tahapan, yaitu penghancuran daging, pembuatan
dan pencampuran adonan, pencetakan bakso dan pemasakan bakso. Penghancuran
daging memiliki tujuan untuk memperluas permukaan daging sehingga protein larut
garam dapat ditarik keluar yang kemudian akan menyebabkan perubahan jaringan lunak
pada daging menjadi mikropartikel. Adonan bakso dibuat dengan cara daging yang telah
di hancurkan dicampur dengan garam dan bumbu secukupnya kemudian ditambahkan
dengan tepung, pati, atau tapioka, sedikit demi sedikit sambil diaduk dan dilumatkan
hingga homogeni.
Proses pencetakan bakso dapat dilakukan dengan tangan dengan cara meremas-
remas adonan di tangan, kemudian menekannya ke tengah-tengah jari antara ibu jari dan
jari telunjuk, kemudian adonan yang keluar diambil dengan menggunakan sendok.
Pemasakan bakso harus memperhatikan suhu, hal ini berkaitan dengan proses denaturasi
protein pada bakso sehingga terbentuk gel. Proses pemasakan dilakukan dengan
menggunakan air mendidih atau menggunakan uap panas pada suhu 85-900 C. Bakso
yang matang ditandai dengan mengapungnya bakso ke permukaan. Selain itu,
kematangan bakso juga dapat dilihat dengan mengiris bakso, apabila bagian dalam
tampak mengkilap agak transparan, tidak keruh seperti adonan lain, maka bakso
dikatakan telah matang. Proses pemasakan bakso biasanya dilakukan selama 15 menit.
Bakso yang telah matang dapat langsung dikonsumsi atau dapat disimpan. Proses
penyimpanan bakso dapat dilakukan pada suhu 50 C.
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
5.1. Kesimpulan
Kamaboko merupakan produk hasil olahan daging ikan yang berbentuk gel
protein yang homogen dan berwarna putih, bersifat kenyal dan elastis. Produk ini
berasal dari Jepang. Proses pengolahan kamaboko diawali dengan dressing yaitu
pemisahan bagian bukan daging, dalam hal ini cumi dibersihkan dari kulit, lendir, tinta
dan rangka dalam ikan cumi. Proses ini bertujuan untuk membersihkan daging yang
akan digunakan serta mendapatkan daging ikan cumi atau disebut dengan edible
portion.
Pengolahan bakso meliputi aspek penyediaan bahan baku yaitu daging, tepung
pati dan cara pengolahannya. Bahan tambahan yang biasanya digunakan dalam
pembuatan bakso adalah garam, es atau air es dan bumbu-bumbu. Tujuan penggilingan
daging adalah mencacah dan meningkatkan keseragaman ukuran serabut otot dan
jaringan ikat schingga distribusinya dapat merata. Selain itu emulsi yang terbentuk akan
lebih stabil.
Salah satu tujuan penambahan air dan es pada produk emulsi daging adalah
menurunkan panas produk yang dihasilkan akibat gesekan selama penggilingan,
melarutkan dan mendistribusikan garam ke seluruh bagian massa daging secara merata,
mempermudah ekstraksi proterin otot, membantu proses pembentukan emulsi, dan
mempertahankan suhu adonan agar tetap rendah. Jika panas ini berlebih maka emulsi
akan pecah, karena panas yang terlalu tinggi mengakibatkan terjadinya denaturasi
protein. Akibatnya produk tidak akan bersatu selama pemasakan .
5.2. Saran
Sebelum melakukan penelitian, hendaknya mensterilkan terlebih dahulu alat-
alat yang akan digunakan dalam proses pembuatan yoghurt untuk menghindari
kontaminasi dengan bakteri lain. Buatlah yoghurt pada malam hari, agar ketika bangun
keesokan harinya yoghurt telah jadi, kemudian segera dimasukkan ke kulkas.
Pada setiap materi pembelajaran yang memungkinkan untuk diadakan
percobaan ini, diharapkan melakukan prercobaan untuk membuktikan kesesuaian setiap
materi dengan teori-teori yang ada pada setiap bab. Diharapkan juga agar laporan ilmiah
ini dapat menjadi referensi bagi pendidikan‚ baik dalam ruang lingkup permasalahan
yang sama maupun yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA