Dibuat oleh:
KELOMPOK 1 (TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN)
1. Dyah Ayu Ningrum (2210711320004)
2. M.Anshori safikri (
3. M.Guzali Anfal (
4. Nadia Devita Sari (2210711220014)
5. Nazmi Zahra (2210711220015)
6. Reza Maulana Saputra (
Wirawan
Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, hikmah, serta
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Biokimia ini dengan
baik. Shalawat dan salam kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW tercinta. Judul
yang diambil untuk pembuatan laporan praktikum Biokimia yaitu “Pengamatan Zat
Terlarut dan Ph pada Albumin Telur dan Gelatin”
Kami menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak telah membantu
penyusunan laporan ini, khususnya untuk para dosen mata kuliah Biokimia:
1. Candra, SPi, MSi
2. Iin Khusnul Khotimah, SPi, MSi
3. Dr. Yuspihana Fitrial, SPi, MSi
Kami memahami bahwa tanpa kerja-sama semua pihak, kami tidak akan dapat
menyelesaikan laporan ini secara efektif dan benar. Karena kami sangat menyadari
bahwa laporan ini tidak sempurna, kami mengantisipasi dan mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk memperbaiki dan menyempurnakan laporan ini. Semoga
laporan ini bermanfaat dan menjadi pengetahuan bagi kita semua yang membacanya.
Praktikan
i
DAFTAR PUSTAKA
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................................5
1.1 Latar belakang.............................................................................................................5
1.2 Tujuan..........................................................................................................................6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................7
BAB 3 METODE PRAKTIKUM.........................................................................................9
3.1. Waktu dan Tempat.....................................................................................................9
3.2. Alat dan Bahan...........................................................................................................9
3.3. Prosedur Kerja.........................................................................................................10
3.3.1 Percobaan 1: Kelarutan Protein Albumin Putih Telur....................................10
3.3.2 percobaan 2: Kelarutan Protein Gelatin...........................................................11
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................12
4.1 hasil.............................................................................................................................12
4.2 pembahasan...............................................................................................................15
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................18
5.1 kesimpulan.................................................................................................................18
5.2 saran...........................................................................................................................19
ii
DAFTAR TABEL
iii
1
BAB 1 PENDAHULUAN
Selama ini sisa putih telur ayam yang berada di pasaran maupun industri
makanan pemanfaatannya sangatlah kurang. Sisa putih telur ayam jika dibiarkan
menumpuk hingga kondisinya rusak, maka dapat menimbulkan masalah
lingkungan (limbah) yang akhirnya berdampak pada masalah kesehatan. Dalam
pengolahnnya, putih telur ayam hanya dimanfaatkan dalam ruang lingkup bahan
tambahan makanan seperti halnya dalam industri roti tawar, roti kering hingga
hanya dikukus untuk dijadikan lauk pauk konsumsi sehari-hari.
Putih telur ayam digunakan secara luas dalam industri pangan seperti
industri kue, roti dan pengolahan daging karena sifat putih telur ayam yang sangat
baik dalam meningkatkan daya busa dan kekenyalan produk. Sifat ini merupakan
dampak dari kandungan protein putih telur ayam yang mencapai 80%. Produksi
telur secara nasional menurut data statistik tahun 2013 menunjukkan peningkatan
dibandingkan tahun 2012 masingmasing dengan rincian adalah telur ayam
kampung 200.615 ton (peningkatan 1,79%), telur ayam ras petelur 1.223.718 ton
(peningkatan 7,35%), dan telur itik 272.431 ton (peningkatan 2,81%) (Ditjennak,
2013). Data tersebut menunjukkan adanya peningkatan produksi telur unggas
yang dapat menjamin ketersediaan telur secara berkesinambungan setiap
tahunnya.
Telur merupakan produk unggas dengan nilai gizi yang tinggi dan
dibutuhkan oleh tubuh manusia karena merupakan sumber protein, asam lemak,
vitamin dan mineral yang lezat untuk dikonsumsi. Selain itu, telur juga sudah
banyak tersedia dan harganya relatif murah dibandingkan dengan bahan makanan
lainnya (seperti ikan, daging, ayam). Telur memiliki banyak keunggulan,
diantaranya kandungan asam amino terlengkap. Namun demikian telur mudah
mengalami kerusakan selama penyimpanan pada suhu kamar. Kesegaran telur
ditandai oleh keadaan fisik dan kimiawi, selama proses penyimpanan keadaan ini
akan terus mengalami perubahan dan kesegaran telur semakin menurun. Telur
yang disimpan di ruangan terbuka lebih dari dua minggu akan mengalami
kerusakan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Menurut Novia et al, 2011
2
1.2 Tujuan
Albumin adalah protein yang dapat larut air serta dapat terkoagulasi oleh
panas dimana terdapat dalam serum darah dan bagian putih telur (Poedjiaji, 1994).
Dalam plasma manusia, albumin merupakan protein terbanyak (4,5 g/dl) yaitu
sekitar 60% dari total plasma (Murray et al., 1993). Peranan albumin dalam tubuh
sangat besar, oleh karena itu diperlukan cara untuk memenuhi kebutuhan albumin
dalam tubuh terutama untuk pasien pasca operasi. Salah satu cara yaitu dengan
pemberian Human Serum Albumin (HSA), namun harganya yang sangat mahal
mencapai Rp. 1,3 juta per 10 mililiter (Aqua, 2002).
Zat adalah sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang. Zat
tersusun atas partikel-partikel yang sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan
mata telanjang. Susunan dan sifat partikel setiap zat berbedabeda. Susunan dan
sifat partikel sangat menentukan wujud zat.
Larutan adalah suatu campuran homogen yang terdiri dari dua atau
lebih zat dalam komposisi yang bervariasi (Petrucci.1985). Zat yang jumlahnya
lebih sedikit di dalam larutandisebut (zat) terlarut, sedangkan zat yang
jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut.
Sebagai contoh, jika sejumlah gula dilarutkan dalam air dan diaduk dengan baik,
maka campuran tersebut pada dasarnya akan seragam (sama) di semua bagian
(Styarini, L. W. 20012).
Keasaman (PH) adalah tingkat asam dan basa air yang sering pula dikenal
dengan istilah potensial Hidrogen (pH). pH adalah derajat keasaman yang
digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau tingkat kebasaan yang
dimiliki suatu larutan. Total skala pH berkisar dari 1 sampai 14, dengan 7
dianggap netral. Sebuah pH kurang dari 7 dikatakan asam dan larutan dengan pH
lebih dari 7 dasar atau alkali. Asam dan basa adalah besaran yang sering
digunakan untuk pengolahan suatu zat, baik di industri maupun kehidupan sehari-
hari. Pada industri kimia, keasaman merupakan variabel yang menentukan, mulai
dari pengolahan bahan baku, menentukan kualitas produksi yang diharapkan
sampai pengendalian limbah industri agar mencegah pencemaran pada
3
lingkungan. Pada bidang pertanian, keasaman pada waktu mengelola tanah
pertanian perlu
4
diketahui. Dasar pengukuran derajat keasaman akan diuraikan dahulu
pengertian derajat keasaman itu sendiri. Pada prinsipnya pengukuran suatu pH
adalah didasarkan pada potensial elektrokimia yang terjadi antara larutan yang
terdapat di dalam elektroda glass (membrane glass) yang telah diketahui dengan
larutan yang terdapat diluar elektroda glass yang tidak diketahui. Hal ini di
karenakan lapisan tipis dari gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion
hidrogen yang ukurannya relatif kecil dan aktif, elektroda gelas tersebut akan
mengukur potensial elektro kimia dari ion hidrogen. Untuk melengkapi sirkuit
elektrik dibutuhkan elektroda pembanding. Sebagai catatan alat tersebut tidak
mengukur arus tetapi hanya mengukur tegangan.
BAB 3 METODE PRAKTIKUM
NO Nama Fungsi
1 Pipet ukur Pipet ukur berfungsi untuk mengambil
sampel atau memindahkan larutan ke
dalam wadah.
2 Rak tabung reaksi Alat ini berfungsi sebagai wadah atau
tempat untuk meletakkan tabung reaksi.
3 Runner bulb Runner bulb berfungsi sebagai menyedot
larutan yang dipasang pada pangkal pipet
ukur untuk memindahkan larutan.
4 Tabung Reaksi Tabung reaksi berfungsi sebagai tempat
larutan atau bahan kimia, dan wadah
pengembangbiakkan mikroba dalam media
cair.
5 Hotplate magnetik strirrer Untuk memanaskan atau mencampurkan
larutan kimia.
6 Erlenmeyer Berfungsi sebagai wadah bahan kimia cair
7 Bunsen Untuk mensterilisasi alat.
8 Tabel indikator pH Untuk mengetahui kadar asam dalam
larutan .
9 Spatula Untuk mengambil objek bahan kimia yang
bersifat padat.
10 Pinset Sebagai alat bantu dalam memasukkan
kertas lakmus ke dalam tabung reaksi.
11 Beaker glass wadah penampung yang digunakan untuk
mengaduk, mencampur, dan memanaskan
cairan yang biasanya digunakan dalam
laboratorium
4.1 hasil
Albumin pH = 10
Keadaan Keadaan pH
Bahan Sebelum Sesudah
Sebelum Sesudah
Dipanaskan Dipanaskan
Membeku
Albumin Dasar
berwarna putih 7 7
Akuades masih terlarut susu
Mengendap dan
Albumin terlarut warnanya berbusa
7 7
NaCl 30% agak kekuning
kuningan
Membentuk 2
Atas bentuk gel lapisan dibawah
Albumin
berwarna kuning menjadi gel lapisan 0 0
NaOH 40%
atas
berwarna oren
Dasar bentuk gel
Albumin Tidak berubah atas tidak
7 7
Alkohol 96% warna dan
mengendap
berwarna jernih
Sebelum
dipanaskan
Hasil:
Tidak
Larut /Tidak Larut Larut Larut Larut Larut
larut
larut
Setelah dipanaskan
Hasil:
Larut/Tidak Larut Larut Larut Larut Larut Larut
larut
Gelatin pH = 5
4.2 pembahasan
Dalam praktikum kali ini adalah melakukan pengamatan zat terlarut dan
pH terhadap pada albumin telur dan gelatin. Pada percobaan kelarutan protein
terdapat 12 tabung reaksi yang digunakan, kemudian dibagi menjadi 6 tabung
reaksi untuk percobaan menggunakan albumin telur dan 6 tabung reaksi untuk
percobaan menggunakan gelatin. Dalam praktikum kali ini ada 6 zat pelarut yang
digunakan yaitu akuades, NaCl 30%, HCl 10%, NaOH 40%, alkohol 96%, dan
benzena, kemudian digunakan masing-masing pelarut sebanyak 2 mL ke dalam
masing- masing tabung reaksi dan campurkan zat albumin telur dan gelatin ke
dalam 6 tabung reaksi pada percobaan menggunakan albumin telur dan 6 tabung
reaksi pada percobaan menggunakan gelatin sebanyak 4 mL. Tabung reaksi yang
sudah dicampurkan dengan zat pelarut dikocok dengan kuat hingga tercampur
dengan merata sampai ada perubahan wujud dari wujud aslinya. Keadaan wujud
dari zat terlarut sebelum dipanaskan dan sesudah dipanaskan dapat dilihat pada
(Tabel 4.2) yang menggunakan albumin telur dan dapat dilihat pada (Tabel 4.4)
yang menggunakan gelatin.
Dari (Tabel 4.2) tersebut dapat dilihat dari hasil percobaan yang telah
dilakukan bahwa pada percobaan kelarutan protein albumin telur terjadi
perubahan wujud atau pengendapan pada zat terlarut ketika sebelum dipanaskan
dan sesudah dipanaskan, namun tidak terjadi perubahan tingkat pH dibeberapa
tabung reaksi ketika sebelum dipanaskan dan sesudah dipanaskan kecuali 1 zat
terlarut pada tabung reaksi 6 yang mengandung campuran zat albumin telur (pH
= 10) dengan benzena yang dimana keadaan tingkat pH pada tabung reaksi 6
terjadi penurunan 1 pH ketika sesudah dipanaskan. Pada tabel percobaan 1
tabung reaksi 1,2,3,5,dan 6 campuran zat terlarut dan albumin telur tidak larut
setelah dipanaskan kecuali pada tabung reaksi 4 campuran zat terlarut dengan
albumin telur larut setelah dipanaskan.
Pada (4.4) dari hasil yang didapatkan setelah dilakukan percobaan bahwa
pada beberapa tabung reaksi tidak terjadi perubahan wujud atau pengendapan
yang siginifikan pada campuran gelatin (pH = 5) dan zat terlarut sebelum
dipanaskan dan sesudah dipanaskan dan beberapa tabung reaksi lainnya bahkan
tidak terjadi perubahan wujud atau pengendapan dengan kata lain konstan
sebelum dipanaskan
5.1 kesimpulan
Pada percobaan 6 zat pelarut yang digunakan yaitu akuades, NaCl 30%,
HCl 10%, NaOH 40%, alkohol 96%, dan benzena, kemudian digunakan masing-
masing pelarut sebanyak 2 mL ke dalam masing-masing tabung reaksi dan
campurkan zat albumin telur dan gelatin ke dalam 6 tabung reaksi pada
percobaan menggunakan albumin telur dan 6 tabung reaksi pada percobaan
menggunakan gelatin sebanyak 4 mL.
Pada beberapa tabung reaksi tidak terjadi perubahan wujud atau
pengendapan yang siginifikan pada campuran pada percobaan kelarutan protein
albumin telur terjadi perubahan wujud atau pengendapan pada zat terlarut ketika
sebelum dipanaskan dan sesudah dipanaskan, namun tidak terjadi perubahan
tingkat pH dibeberapa tabung reaksi ketika sebelum dipanaskan dan sesudah
dipanaskan kecuali 1 zat terlarut pada tabung reaksi 6 yang mengandung
campuran zat albumin telur (pH = 10) dengan benzene.gelatin (pH = 5) dan zat
terlarut sebelum dipanaskan dan sesudah dipanaskan dan beberapa tabung reaksi
lainnya bahkan tidak terjadi perubahan wujud atau pengendapan dengan kata lain
konstan sebelum dipanaskan dan sesudah dipanaskan, namun hanya terjadi
perubahan warna setelah campuran gelatin dan zat terlarut dipanaskan.
Protein mencapai titik terendah pada saat mencapai titik isoelektriknya,
karena pada titik ini interaksi protein dengan protein lebih kuat bila dibandingkan
dengan interaksi protein dengan air. Pada saat pH diatas atau dibawah titik
isoelektrik, yang terjadi adalah interaksi protein dengan air lebih kuat
dibandingkan interaksi protein dengan protein, sehingga protein dapat larut. Suhu
yang cukup tinggi juga dapat mengakibatkan terjadinya denaturasi protein.
Terjadinya denaturasi protein dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti
pemanasan, pengadukan, asam atau basa dan garam. Tiap faktor tersebut
memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap denaturasi protein.
5.2 saran