Judul Proposal : Performance Burung Puyuh yang Diberi Level Jus Kulit Buah
Naga yang Berbeda Melalui Air Minum
NIM : 1603511087
………………………………………………
Pembimbing I Pembimbing II
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN PEMBIMBING.....................1
DAFTAR ISI................................................................................................................2
DAFTAR TABEL........................................................................................................4
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................6
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................6
1.1 Latar Belakang................................................................................................................6
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................8
1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................................................8
1.4 Hipotesis.........................................................................................................................8
1.5 Manfaat Penelitian.........................................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................9
2.1 Burung Puyuh.................................................................................................................9
2.2 Konsumsi ransum.........................................................................................................10
2.3 Konsumsi air minum.....................................................................................................11
2.4 Pertambahan bobot badan..........................................................................................12
2.5 FCR...............................................................................................................................12
2.6 Kulit buah naga.............................................................................................................13
BAB III MATERI DAN METODE.........................................................................15
3.1 Materi..........................................................................................................................15
3.1.1 Tempat dan Waktu Penelitian...............................................................................15
3.1.2 Burung Puyuh........................................................................................................15
3.1.3 Kulit Buah Naga.....................................................................................................15
3.1.4 Kandang dan Perlengkapan...................................................................................15
3.1.5 Ransum dan air minum.........................................................................................15
3.1.6 Peralatan...............................................................................................................16
3.2 Metode penelitian........................................................................................................16
3.2.1 Rancangan percobaan...........................................................................................16
3.2.2 Persiapan Kandang................................................................................................17
3.2.3 Pengacakan burung puyuh....................................................................................17
2
3.2.4 Pemberian ransum dan air minum........................................................................17
3.2.5 Pemberian jus kulit buah naga..............................................................................17
3.2.6 Variabel yang diamati............................................................................................18
3.2.7 Analisis Statistik.....................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................20
3
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
4
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
5
BAB I
PENDAHULUAN
Burung puyuh salah satu komoditi unggas yang semakin popular di Indonesia.
Hal ini terbukti dengan banyaknya masyarakat yang berminat memelihara burung puyuh
dihasilkan burung puyuh baik berupa telur maupun daging. Burung puyuh (coturnix-
coturnix japonica) merupakan salah satu sektor peternakan yang paling efisien dalam
menyediakan daging dan telur serta merupakan bahan makanan sumber hewani yang
memiliki kandungan protein tinggi, rendah lemak dan bergizi tinggi (Kartikayudha et
al., 2014). Produksi telur burung puyuh dalam satu tahun berkisar antara 200-300 butir
(Amo et al., 2013). Keuntungan lainnya yaitu dapat berproduksi dalam usia muda,
siklus reproduksi singkat, dan tidak memerlukan lahan yang luas (Tim Karya Tani
Mnadiri, 2009). Nilai jual puyuh di setiap tingkat umur cukup tinggi, baik telur
konsumsi, telur tetas, bibit, hingga afkirnya (Listiyowati & Roospitasari, 2007).
Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan (2018) menyatakan bahwa populasi burung
puyuh saat ini mencapai 14,6 juta ekor dan meningkat 3,42% tiap tahunnya yang
menandakan burung puyuh memiliki potensi besar dalam sektor peternakan untuk usaha
Telur puyuh mempunyai kandungan gizi yang tinggi karena mengandung 13,1%
protein dan lemak sebesar 11,1% yang lebih baik dari pada telur ayam ras yang
mengandung 12,7% protein dan 11,3% lemak (Listiyowati dan Roospitasari, 2000).
6
Kandungan nutrisi daging puyuh meliputi air 70,50%, lemak 7,70%, protein 21,10%,
abu 1%, kalsium 129%, fosfor 189%, besi 1,50%, thiamin 0,05%, riboflavin 0,27%,
niasin 5,20% dan vitamin A 1,636 IU (Sang, 2012). Burung puyuh umur 0-6 minggu
Burung puyuh betina lebih berat dari pada yang jantan yaitu puyuh betina
beratnya sekitar 110 - 160 g/ekor sedangkan jantan 100 - 140 g/ekor (Nugroho dan
Mayun, 1990). Berat ringannya bobot badan itu sebenarnya dipengaruhi oleh tebal
baik terutama pakan berprotein tinggi. Menurut Widyatmoko et al. (2013), salah satu hal
yang terpenting dalam pemeliharaan burung puyuh adalah pakan yang lengkap. Kualitas
pakan yang baik akan meningkatkan produktivitas burung puyuh, namun perusahaan
pakan atau AGP (Antibiotic Growth Promoter) merupakan antibiotik yang diberikan
untuk meminimalisir bakteri merugikan saluran pecernaan agar mendapat bobot badan
serta rasio konversi pakan yang lebih baik (Institut Pertanian Bogor, 2018). AGP
menempel pada permukaan vili usus dalam saluran pencernaan agar mendapatkan bobot
badan serta konversi rasio pakan yang lebih baik. Namun saat ini pemakaian AGP
sintetis telah dilarang berdasarkan UU No. 18 Tahun 2009 dan juga tercantum dalam
PERMENTAN Nomor 14 Tahun 2017 yang mulai diberlakukan pada Januari 2018.
7
unggas tersebut karena dapat mengakibatkan residu antibiotik dalam tubuh, sehingga
Barton (2001) yang menyatakan, penggunaan antibiotik dalam ransum ternak menjadi
Salah satu upaya untuk mencari bahan alternatif pengganti antibiotik sintetik
adalah menggunakan antibiotik alami yaitu kulit buah naga. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Jamilah et al (2011), kulit buah naga mengandung komponen gula
sekitar 8.4%. Gula yang terdeteksi di antaranya adalah glukosa, fruktosa serta maltosa.
Glukosa merupakan komponen gula utama pada kulit buah naga merah dengan
persentase 4,15% maltosa sebesar 3,37%, dan fruktosa 0,86%. Selain itu, Ide (2009)
menyatakan bahwa kulit buah naga merah juga mengandung mineral sebesar 82,5-
83 gram, protein 0,159-0,229 gram. Penambahan bahan alami yang terbuat dari kulit
pertumbuhan burung puyuh, sehingga diharapkan dengan pemberian jus kulit buah
mengetahui pengaruh pemberian jus kulit buah naga dalam air minum terhadap
performa burung puyuh umur 5 minggu. Melalui penelitian ini diharapkan dapat
peternakan bahwa penggunaan jus kulit buah naga sebagai air minum burung puyuh,
8
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah Apakah pemberian
jus kulit buah naga dalam air minum dengan level yang berbeda dapat berpengaruh
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jus kulit buah
naga dalam air minum dengan level yang berbeda dapat berpengaruh terhadap
1.4 Hipotesis
Hipotesis yang dapat diajukan adalah pemberian jus kulit buah naga sebanyak
3%, 4%, dan 5% berpengaruh terhadap performance burung puyuh umur 5 minggu.
Manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini ialah memberikan informasi
terhadap masyarakat tentang pengaruh pemberian jus kulit buah naga dengan level
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Burung Puyuh
Burung puyuh merupakan salah satu komoditi unggas yang semakin popular
maupun daging. Burung Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang,
ukuran tubuh relatif kecil, dan berkaki pendek. Burung puyuh disebut juga Gemak
(liar) yang pertama kali diternakkan di Amerika Serikat, tahun 1987. Dan
diternakkan semenjak akhir tahun 1979 (Nugroho dan Mayun, 1986). Menurut
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Orab : Galliformes
Famili : Phasianidae
Genus : Coturnix
10
Ternak Burung Puyuh termasuk ternak dengan Produktivitas yang relatif
tinggi. Singkatnya siklus hidup burung puyuh menyebabkan unggas ini cepat
berproduksi, yaitu saat berumur 35-42 hari sudah mulai bertelur. Berarti sejak
ras atau ayam kampung (Topan, 2007), Keunggulan burung puyuh lainnya adalah
cara pemeliharaannya yang tidak sulit, mudah beradaptasi, memiliki daya tahan
tubuh yang tinggi terhadap penyakit. Ciri khas burung puyuh betina adalah pada
warna, suara dan bobot tubuh, bulu leher dan dada bagian atas berwarna lebih
terang serta terdapat totol - totol cokelat tua pada bagian leher sampai dada,
sedangkan burung puyuh jantan bulu dadanya polos berwarna cokelat muda, bangsa
rata–rata 10 g/butir (Randell dan Gery, 2008). Burung puyuh betina akan mulai
bertelur pada umur 41 hari. Puncak produksi terjadi pada umur 5 bulan dengan
persentase telur 96% (Djulardi, et al, 2006). Selain diambil telurnya, daging puyuh
juga merupakan makanan yang lezat dan bernilai gizi tinggi. Telur puyuh
mengandung 13,6% protein dan 8,2% lemak (Nugroho dan Mayun, 1990) yang tidak
kalah dengan nilai gizi telur ayam ras yang mengandung 12,8% protein dan 11,5%
lemak (Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1989). Produksi telur puyuh pada
tahun 2013 yaitu 7.059.767 kg dan 2,60% diantaranya ditetaskan (Dinas Peternakan
11
Pemeliharaan puyuh terbagi menjadi atas tiga fase yaitu fase starter umur 0 -
3 minggu, fase grower umur 4 - 6 minggu dan fase layer umur 7 - 60 minggu. Pada
fase grower kandungan protein pakan puyuh petelur lebih tinggi dibanding dengan
ransum yang dimakan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, aktivitas
nutrisi di dalam ransum, jika energi ransum menurun maka konsumsi akan meningkat
sedangkan jika energi ransum meningkat maka konsumsi akan mengalami penurunan.
Kandungan nutrisi ransum yang sama akan menyebabkan konsumsi ransum dan
konsumsi xat makanan yang sama sedangkan peningkatan konsumsi ransum akan
mengakibatkan peningkatan konsumsi zat makanan seperti energi, serat kasar, dan
kandungan nutrisi lainnya (Suci et al., 2005). Nutrisi dalam ransum memiliki peranan
pencernaan, memberikan rasa kenyang dan media mikroba pada usus buntu dalam
penambah cita rasa, mengandung asam lemak essensial yang berperan dalam
(Kartadisastra, 1994).
12
Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dimakan oleh puyuh
pada ukuran tubuh ternak, sifat genetis (breed), suhu lingkungan, tingkat produksi,
perkandangan, tempat pakan per ekor, keadaan air minum, kualitas dan kuantitas
pakan serta penyakit. North & Bell (1990) konsumsi pakan dipengaruhi oleh
berat badan, ukuran tubuh, tahapan produksi, keadaan energi pakan dan suhu
lingkungan.
kandang. Semakin tinggi suhu di dalam kandang maka suhu tubuh burung puyuh
akan meningkat. Panas suhu tubuh ternak ungags karena bertambahnya penggunaan
energi untuk pernafasan, kerja jantung serta sirkulasi darah. Peningkatan suhu tubuh
meningkat dengan tujuan panas dalam tubuh akan keluar melalui penguapan.
Kebutuhan air pada unggas sesuai pendapat Sudaryani dan Santoso (2003) Pada suhu
lingkungan 250C adalah dua kali jumlah pakan, namun pada suhu lingkungan 30-320C
konsumsi air dapat meningkatkan menjadi 4 kali jumlah konsumsi pakan. Konsumsi
air yang banyak menurut Gunawan (2002) menyebabkan tembolok dan saluran
13
2.4 Pertambahan bobot badan
sehingga pertumbuhan akan diketahui setiap hari, setiap minggu atau dalam waktu
tertentu dan pertambahan bobot badan ditentukan oleh konsumsi pakan, tata
Konsumsi pakan yang tinggi seharusnya diikuti oleh PBB yang tinggi dan begitupun
sebaliknya. Hal ini berhubungan dengan proses metabolisme yang terjadi dalam
tubuh ternak yang akhirnya hasil proses tersebut digunakan untuk pertumbuhan
Faktor yang berpengaruh pada pertambahan bobot badan yaitu perbedaan jenis
bobot badan sangat berkaitan dengan pakan, dalam hal kuantitas yang berkaitan
antara faktor genetik dan faktor lingkungan (Petrawati, 2003). Panas yang ekstrim
bobot badan dan menurunkan produksi telur, juga meningkatkan kematian dan
peka terhadap penyakit. Perubahan yang terjadi secara fisiologis sebagai akibat dari
suhu lingkungan yang tinggi adalah fungsi hormon tinggi yang pada akhirnya
14
2.5 FCR
yang digunakan dengan jumlah bobot burung puyuh yang dihasilkan. Semakin kecil
nilai FCR (faktor yang lain sama) menunjukkan kondisi usaha ternak burung
dengan proporsi yang lebih besar. Untuk mengelola usaha burung puyuh agar
mempunyai prestasi yang baik (FCR rendah) maka perlu diketahui faktor-
burung puyuh. Seperti halnya pada penambahan pakan, dalam penambahan input
yang lain, penambahan input yang dimaksud dikatakan berpengaruh baik terhadap
penambahan bobot burung puyuh dengan proporsi yang lebih besar (Suwarta, 2011).
Buah naga merupakan buah yang tergolong dalam buah batu yang berdaging
dan berair. Bentuk buah naga yaitu bulat sedikit memanjang ataupun bulat sedikit
lonjong. Kulit buah naga terdapat berbagai warna, yaitu berwarna merah menyala,
merah gelap, dan kuning, tergantung dari jenis buah naga itu sendiri. Kulit
buah memiliki ketebalan yaitu sekitar 3-4 mm. Seluruh kulitnya terdapat jumbai-
15
jumbai yang menyerupai sisik ular naga sehingga dikatakan buah naga. Berat
buah naga memiliki berbagai variasi, berkisar antara 80-500 g, tergantung dari
jenis buah naga itu sendiri. Terdapat variasi jenis daging buah naga yaitu daging
buah naga yang berwarna merah, putih, dan hitam, tergantung jenis dari buah
naga itu sendiri. Daging buah naga memiliki tekstur yang lunak dan memiliki
Menururt Saati (2009), buah naga memiliki kulit yang berjumlah 30-35 % dari
berat daging buahnya dan kulit buah naga sering dibuang, sehingga hanya menjadi
sampah saja. Hasil beberapa penelitian menyatakan kulit buah naga merah
kadar kolestrol menjadi rendah (Kanner et al., 2001). Kulit buah naga merah
protein dan serat pangan. Kandungan serat pangan yang terdapat dalam kulit buah
naga merah sekitar 46,7 % (Susanto dan Saneto, 1994). Kandungan serat kulit buah
naga merah lebih tinggi dibandingkan dengan buah pear, buah orange dan buah
persik (Susanto dan Saneto, 1994). Menurut Santoso (2011) serat pangan
memiliki manfaat bagi kesehatan yaitu mengontrol berat badan atau kegemukan,
kolon (usus besar) serta mengurangi tingkat kolestrol darah. Menurut Dewi (1999)
26,4587 ppm. Antosianin merupakan zat warna yang berperan memberikan warna
merah berpotensi menjadi pewarna alami untuk pangan dan dapat dijadikan alternatif
16
pengganti pewarna sintesis yang lebih aman bagi kesehatan (Citramukti, 2008).
Ekstrak kulit buah naga merah yang diteliti oleh Wu et al. (2006) mempunyai
aktivitas antioksidan yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak buahnya karena
menyatakan kandungan total fenol dalam kulit dan daging buah naga merah
flavonoid sebesar 1310,10 mg CE/100g pada kulit dan 220,28 CE/100g pada
daging buah. Kulit buah naga bisa dimanfaatkan untuk dijadikan pewarna maupun
polifenol
17
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 Materi
Burung puyuh yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu burung puyuh
Kulit buah naga yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kulit
Kandang yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kandang “colony”
sebanyak 16 petak. Setiap petak kandang memiliki ukuran panjang 100 cm, tinggi 20
cm, dan lebar 70 cm. Setiap petak kandang diisi lima ekor burung puyuh. Masing-
masing petak kandang dilengkapi tempat pakan dan air minum. Di bawah setiap
petak kandang diletakkan plastik sebagai tempat kotoran dan sisa- sisa makanan yang
hari.lima minggu.
18
3.1.5 Ransum dan air minum
Ransum yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah ransum komersial
QQ 504 S produksi PT. Sierad Produce Tbk. Adapun kandungan nutrisi pada ransum
Kandungan Nutrisi
Kadar Air Maks 13%
Protein 20-22 %
Lemak Maks 4%
Serat Maks 6%
Abu Maks 13%
Kalsium 3.0 - 3.5 %
Fosfor 0.7 - 1.0 %
Fosfor Tersedia Min 0.40%
Lisin Min 1.20%
Metionin Min 0.60%
Metionin + Sistin Min 0.90%
Triptofan Min 0.22%
Sumber: Kandungan Zat Gizi ransum QQ 504 S PT.Sierad Produce Tbk.
Air minum yang akan digunakan pada penelitian ini berasal dari PDAM
3.1.6 Peralatan
Alat alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: timbangan digital
yang digunakan untuk menimbang bobot badan burung puyuh, ember dengan ukuran
sedang, tempat pakan, tempat minum, gelas ukur, suntikan bekas untuk mengambil
jus kulit buah naga, lembaran plastik untuk menampung feses, talenan dan pisau
untuk menyembelih burung puyuh, kertas tisu untuk mengelap peralatan yang
19
digunakan, alat tulis untuk mencatat setiap kegiatan yang dilaksanakan selama
penelitian.
Acak Lengkap (RAL) dengan terdiri dari 4 perlakuan dan 4 kali ulangan. Setiap
ulangan terdiri dari 5 ekor burung puyuh umur 5 minggu, sehingga total burung
A = Burung puyuh tanpa diberi air minum jus kulit buah naga
B = Burung puyuh ysng diberi 3% air minum jus kulit buah naga
C = Burung puyuh yang diberi 4% air minum jus kulit buah naga
D = Burung puyuh yang diberi 5% air minum jus kulit buah naga
sebagai desinfektan. Pada hari pertama puyuh akan ditimbang untuk mengetahui
bobot badan awal dan pemberian identitas dengan nomor yang sudah disediakan.
20
3.2.3 Pengacakan burung puyuh
mendapatkan berat badan burung puyuh yang homogen, maka semua burung puyuh
sebanyak (80 ekor), penempatan burung puyuh akan dilakukan melalui teknik
dengan catatan bobot badan burung puyuh homogen/koefisien variasi < 5%. Burung
Pemberian ransum dan air minum diberikan secara ad libitum pada pagi hari
Pembuatan jus kulit buah naga dilakukan dengan cara mengumpulkan kulit
buah naga, kemudian kulit buah naga dicuci dengan air bersih. Setelah itu
potong kecil-kecil kulit buah naga tersebut dengan lebar ± 2cm, kemudian beratnya
ditimbang 1 kg dan ditambahkan air dengan perbandingan 1:1 selanjutnya kulit buah
naga tersebut diblender sampai halus, setelah itu masukkan ke dalam botol
penampungan untuk diberikan melalui air minum sesuai yang diberikan yaitu 3%, 4%
dan 5%. Bagan proses pembuatan jus kulit buah naga dapat dilihat pada Gambar 3.2
21
Pencacahan dengan ukuran ± 2 cm
1. Setelah umur 5 minggu puyuh di potong untuk mendapatkan berat badan awal
burung puyuh, sehari sebelum di potong dipuasakan 12 jam. Puyuh di potong setiap
22
3. Konsumsi air minum dihitung setiap hari dengan mengukur pemberian air
minum awal dan dikurangi sisa akhir minum yang diberikan (Maknun et al.,
2015).
4. Pertambahan bobot badan diukur dengan menimbang bobot badan pada akhir
minggu dan dikurangi bobot badan pada awal minggu (Maknun et al., 2015).
5. Bobot badan akhir diperoleh dengan menimbang berat badan burung puyuh
Data yang diperoleh akan dinalisis menggunakan sidik ragam (Anova). Apabila hasil
sidik ragam terdapat perbedaan nyata (P<0,05), maka dilanjutkan dengan uji jarak
23
DAFTAR PUSTAKA
24
broiler yang dipelihara menggunakan desinfektan herbal. Jurnal
Ilmu-Ilmu Peternakan Universitas Brawijaya, 27(2), pp.19-24.
Nugroho, E. dan I.G.K. Mayun. 1990. Beternak Burung Puyuh. Kanisius,
Yogyakarta.
Nugroho, E., I. G. K Mayun. 1990. Beternak burung puyuh. Eka Offset.
Semarang.
Petrawati. 2003. Pengaruh Unsur Mikro Kandang Terhadap Jumlah Konsumsi
Pakan Dan Bobot Badan Ayam Broiler di Dua Ketinggian Tempat
Berbeda. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Institut Pertanian.Bogor.
Piliang WG, Djojosoebagio Al Haj S. 2006. Fisiologi Nutrisi Volume 2.
Bogor: IPB Press.
Randell, M dan B. Gery. 2008. Raising Japanese Quail.
http://www.dpi.nsw.gov.au. Diakses 3 oktober 2011.
Saati, Elfi Anis. 2009. Identifikasi dan Uji Kualitas Pigmen kulit Buah Naga
Merah pada Beberapa Umur Simpan dengan Perbedaan Jenis
Pelarut. Direktorat Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat._JIPTUMMDPPM.UMM.Malang.
Sang, A.I. 2012. Pengembangan produk burung puyuh dalam pembuatan
aneka lauk pauk. Skripsi. Program Studi Teknik Boga. Fakultas
Teknik. Universitas Negeri Yogyakarta.
Santoso, A. 2011. Serat pangan (Dietary fiber) dan manfaatnya bagi
kesehatan. Jurnal Magistra. Vol 2: 35-40.
Suci, D. M., I. Rosalina, & R. Mutia. 2005. Evaluasi penggunaan tepung daun
pisang pada periode starter untuk mendapatkan pertumbuhan
kompensasi ayam broiler. Med. Pet. 28: 21-28.
Sudaryani, T. dan Santoso. 2003. Pembibitan Ayam Ras. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Suprijatna, E. U, Atmomarsono. R, Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Susanto, T dan B. Saneto, 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Bina
Ilmu, Surabaya.
Suwarta, 2010. Efektifitas pola kemitraan inti-plasma dan produktivitas, usaha
ternak ayam broiler peternak plasma dan mandiri serta faktor yang
mempengaruhi di Kabupaten Sleman. J-SEP 4(1):130-139
25
Tabara, J. H. 2012. Respon Ayam Ras Pedaging Pada Lokasi Pemeliharaan
Daerah Pantai dan Pegunungan.Fakultas Peternakan. Universitas
Hasanuddin. Makasar.
Tim Karya Tani Mandiri., 2009.Pedoman Budidaya BeternakBurung Puyuh.
Bandung,Nuansa Aulia.
Topan. 2007. Sukses Beternak Puyuh. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Widyatmoko. H., Zuprizal, dan Wihandoyo, 2013. Pengaruh penggunaan corn
dried distillers grains with solubles dalam ransum terhadap
performan puyuh jantan.Buletin Peternakan. Vol. 37(2): 120-124.
Wu, Li-chen, Hsu, Hsiu-Wen, Chen, Yun-Chen, Chiu, Chih-Chung, Ldi, Yu-
In dan annie Ho, Ja-an. 2006. Antioksidan dan
semutiproliferatif kegiatan HaiF merah pitaya. Makanan Kimia,
95:319 – 327
26