HASIL PENELITIAN
Oleh :
ANNISA ANGRAENI
L1A1 17098
Judul : Persentase Karkas dan Giblet Burung Puyuh yang Diberi Ekstrak
Daun Singkong Sebagai Feed Additive
Nama : AnnisaAnggraeni
NIM : L1A1 17 098
Jurusan : Peternakan
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Jurusan Peternakan
ii
DAFTAR ISI
Judul Halaman
HALAMAN SAMPUL...................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................v
DAFTAR TABEL...........................................................................................vi
I. PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3. Tujuan dan Manfaat..............................................................................2
1.4 Kerangka Pikir.......................................................................................3
1.5. Hipotesis Penelitian...............................................................................4
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
2.1. Burung Puyuh.......................................................................................5
2.2. Keburtuhan Nutrien Burung Puyuh......................................................7
2.3. Presentase Karkas dan Non Karkas Burung Puyuh..............................7
2.4. Tanaman Singkong (Manihot esculenta Crantz)..................................9
2.5. Kandungan Zat Aktif Daun Singkong..................................................10
2.6. Penelitian Terdahulu.............................................................................11
III. MATODE PENELITIAN........................................................................13
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................13
3.2. Bahan dan Alat Penelitian.....................................................................13
3.3. Prosedur Penelitian...............................................................................13
3.4. Rancangan Penelitian............................................................................16
3.5. Variabel penelitian................................................................................17
3.6. Analisis Data ........................................................................................18
iii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................19
4.1. Persentase Karkas Burung Puyuh.........................................................19
4.2. Persentase Hati Burung Puyuh..............................................................20
4.3. Persentase Gizzard Burung Puyuh........................................................22
4.4. Persentase Jantung................................................................................23
V. KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................26
5.1. Kesimpulan...........................................................................................26
5.2. Saran......................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................27
LAMPIRAN....................................................................................................
iv
.DAFTAR GAMBAR
GambarTeks Halaman
v
DAFTAR TABEL
TabelTeks Halaman
vi
1
I. PENDAHULUAN
burung puyuh
2
(2016),melaporkanbahwakandunganzataktifdalamekstrakdaunsingk
ekstrak daun singkong sebagai feed additive terhadap persentase karkas dan
karkas dan giblet burung puyuh yang diberi ekstrak daun singkong sebagai feed
additive
3
persentase karkas dan giblet burung puyuh yang diberi ekstrak daun singkong
informasi bagi masyarakat dan dapat dijadikan rujukan bagi para peneliti
selanjutnya.
dan telur. Burung puyuh memiliki kelebihan antara lain,pertumbuhan yang cepat,
dewasa kelamin lebih awal, produksi telur yang relatif tinggi, interval generasi
dalam waktu singkat, dan periode inkubasi relatif cepat. Salah satu permasalahan
sebagai penghasil telur maupun daging. Salah satu penyebabnya yaitu manajemen
pemberian pakan yang kurang efisien. Salah satualternatif yang dapat digunakan
ekstrak daun singkong. Ekstrak daun singkong memiliki berbagai zat aktif yang
lebih optimal. Ekstrak daun singkong memiliki zat aktif berupa saponin,
Hipotesis dalam penelitian ini adalah diduga persentase karkas dan giblet
burung puyuh dipengaruhi oleh pemberian ekstrak daun singkong sebagai feed
additive.
5
unggas dari genus Coturnix yang dapat dimanfaatkan sebagai penghasil telur
dandaging (Setyawanet al. 2012). Puyuh mulai dijinakkan di Jepang pada tahun
dikenal dan diternakkan pada tahun 1979 (Progressio, 2000). Jenis puyuh yang
adalah : (1) paruh pendek dan kuat, badan lebih besar dibandingpuyuhjenislain,
panjangbadan 18-19 cm, berbentuk bulat dengan ekor pendek, (2) jari kaki empat
buah, tiga jari ke arah depan satu jari ke arah belakang, warna kaki kekuning-
kuningan, (3) pada kepala puyuh jantan dewasa, diatas mata dan bagian alis mata
6
belakang terdapat bulu putih berbentuk garis melengkung yang tebal, bulu dada
merah sawo matang polos tanpa ada bercak-bercak cokelat kehitaman, suara
puyuh jantan lebih keras dibanding yang betina, (4) warna bulu puyuh betina
dewasa hampir sama dengan warna bulu puyuh jantan berbeda hanya pada dada
(5) puyuh mencapai dewasa kelamin sekitar umur 40-42 hari, (6) berat badan
gram/ekor, (7) puyuh betina dapat bertelur 200-300 butir/tahun dengan berat telur
9-10 gram/butir.
terhadap kondisi lingkungan. Gizzard dan usus halus pada puyuh memberikan
respon yang fleksibel terhadap ransum dengan kandungan serat kasar yang tinggi
Kingdom : Animalia
Fillum : Chordata
Class : Aves
Ordo : Galliformes
Sub-ordo : Phasianoidea
Family : Phasianidae
7
Genus : Coturnix
Karkas adalah bagian tubuh unggas tanpa bulu, jeroan, kepala, leher,
kaki, ginjal dan paru-paru. Proses pemotongan ternak hidup dilakukan secara
halal. Karkas pada umumnya dapat disajikan dalam bentuk karkas beku, karkas
ternak sehingga hasil pemotongan ternak juga dipengaruhi oleh umur saat
(2014), karkas akan relatif konstan apabila dewasa tubuh telah tercapai,
pakan yang dikonsumsi akan dialihkan untuk reproduksi dan bukan untuk
karkas akan tetap sejalan dengan pertumbuhan jaringan tubuh secara umum.
daging sekitar 70-74 % dari bobot hidup puyuh, dengan persentase bobot daging
paling berat dibagian dada (41%). Burung puyuh dapat menghasilkan bobot
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Familia : Euphorbiaceae
9
Genus : Manihot
kalsium, dan fosfor. Kandungan zat besi yang tinggi terdapat pada kulit umbi
dibandingkan dalam umbi. Zat besi juga terdapat di dalam daun singkong. Daun
singkong juga mengandung vitamin A dan asam sianida (HCN). Asam sianida
pada kondisi kekurangan air atau curah hujan yang rendah, dapat berproduksi
dengan baik di tanah yang miskin hara. Selain itu umbinya dapat diolah menjadi
10
berbagai produk, seperti gaplek, tepung tapioka, tapai, dan keripik (Elida dan
Hamidi 2009).
B1, vitamin B2, vitamin C dan karoten. Pada penelitian yang pernah dilakukan,
mengandung banyak karbohidrat, lemak, zat besi, fosfor, kalsium dan air,
memiliki aktivitas antivirus dan antibakteri, serta dapat mengobati kerusakan pada
kalori 90 kal, air 77 g, protein 6,8 g, lemak 1,2 g, karbohidrat 13 g, kalsium 165
mg, fosfor 54 mg, besi 2 g, retinol 3300 mcg, thiamin 0,12 mcg, dan asam
alkaloid, tanin, antrakuinon, saponin, gula produksi, dan antro sianida, tetapi tidak
saponin, tannin dan vitamin C (Nurdiana 2013). Menurut hasil penelitian, daun
utama flavonoid daun singkong adalah rutin yang merupakan glikosida kuersetin
dengan disakarida yang terdiri dari glukosa dan shamnosa (Sukrasno et al 2007).
daun singkong berpotensi sebagai penurun tingkat stres namun pemberian hingga
dosis 21,168 mg/168 g BB belum mampu menurunkan kadar MDA pada puyuh
yang diberi cekaman panas. Dosis 21,168 mg ekstrak daun singkong berpotensi
sebagai penurun tingkat stres, namun tidak mampu memicu respons imun
singkong sebagai antioksidan pada burung puyuh yang mendapat cekaman panas
memiliki potensi sebagai antioksidan pada burung puyuh dewasa yang diberikan
pengaruh terhadap jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit
dan indeks eritrosit pada burung puyuh dewasa yang diberikan cekaman panas
singkat dengan level ekstrak klorofil daun singkong sebanyak 5,29 mg/168 gram.
herbal sebagai feed additive terhadap bobot karkas dan organ dalam burung puyuh
12
jepang (Coturnix coturnix japonica). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 3,6,
dan 9 ml ramuan herbal yang di encerkan denga 1 liter air minum sebagai feed
additive tidak memberikan pengaruh nyata terhadap bobot karkas, bobot hati,
bobot jantung dan bobot gizzard pada burung puyuh jepang (coturnix coturnix
japonica)
singkong (manihot utilissima) dalam ransum dengan persentase 0%, 2%, 4%, dan
suhu 40°C selama delapan jam tiap hari, kemudian diberi ekstrak klorofil daun
singkong 5,29, 10,58, dan 21,16 mg/168 g bobot badan per oral selama 28 hari
pakan, kecernaan pakan, bobot badan, jumlah dan bobot telur, tinggi yolk dan
albumen, dan tebal kerabang telur menunujukkan perbedaan nyata (P<0,05) antar
sebagai antioksidan pada burung puyuh dewasa yang diberikan paparan panas
singkat.
13
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 ekor DOQ puyuh
yang tidak dibedakan jenis kelaminnya, jagung, dedak, CAB, dan ekstrak daun
singkong.
20 unit dengan ukuran panjang 40 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm, tempat
pakan, tempat minum, timbangan, alat tulis, blender, pisau serta lampu sebagai
penerangan
daun berwarna merah. Sampel daun singkong yang digunakan yaitu daun yang
terletak pada posisi ke 4-7 dari pucuk tanaman daun singkong. Pembuatan
ekstrak daun singkong megacu pada metode Alsu hendra(2004). Daun singkong
yang digunakan terlebih dahulu dipisahkan dari tangkai dan dicuci bersih. Setelah
itu daun singkong dikering anginkan selama 3 hari. Proses pengeringan dan
dengan blender rmenggunakan 125 ml etanol 70% selama 3 menit. Larutan daun
singkong dalam etanol tersebut kemudian disaring dengan penyaring kain halus,
dilakukan dalam kondisi terhindar dari cahaya. Selanjutnya ekstrak daun singkong
pasta daun singkong. Alur pembuatan ekstrak daun singkong dalam penelitian ini
Dipisahkan
DicuciDaun
Dicuci
DiberiSingkong
Dari
Diblender
Disaring
Residu
dengan Tangkai
Etanol
Ekstrak
Etanol
Dikeringkan
Disaring
Dicacah
Ransum yang digunakan terdiri dari jagung kuning, dedak dan CAB.
Penelitian ini terdiri dari 2 tahapan yaitu tahap adaptasi pakan dan tahap
diberikan dua kali sehari, yaitu pada pagi hari dan sore hari. Pemberian air minum
gram yang dilarutkan dalam satu liter air setiap 3 hari sekali pada minggu pertama
pemeliharaan.
Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan dan 5 ulangan. Masing-masing
unit satuan percobaan diisi dengan 5 ekor burung puyuh, sehingga jumlah burung
adalah :
Yij = µ + αi + εijk
Keterangan :
µ : Rataan pengamatan.
darah, kepala, leher, kaki dan organ dalamsatuan g dengan bobot potong (g)
(Anjani, 2018):
giblet adalah masing-masing dilepas dari organ lain. Rumus untuk menghitung
1.
2.
3.
akan dilakukan uji lanjut menggunakan uji wilayah Berganda Duncan dengan
bahwa persentase karkas juga akan ditentukan oleh besarnya bagian tubuh yang
terbuang seperti kepala, leher, kaki, alat pencernaan, bulu dan darah. Rata-rata
persentase karkas burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) yang diberi ekstrak
singkong berkisar antara 67,99- 69,71%. Hasil penelitian ini lebih tinggi dari
uyuhumur 35 hari.
burung puyuh. Winarno (2005) menyatakan bahwa pada unggas kecil seperti
penelitian ini diduga karena dosis ekstrak daun singkongyang masih terlalu
rendah, sehingga efek dari kandungan minyak atsiri yang berperan sebagai
et al. (2013), kandungan minyak atsiri dan flavonoid dapat digunakan sebagai
adalah jenis kelamin, umur, aktivitas, bangsa, jumlah dan kualitas pakan, ditinjau
dari perlemakan tubuh, berat potong dan konsumsi pakan. Hal yang dapat
mempengaruhi persentase karkas adalah zat dalam pakan seperti nutrisi protein
fungsi yaitu pertukaran zat dari protein, lemak sekresi empedu, dektoksifikasi
21
tidak berguna (Jumiati, 2017). Rata-rata persentase hati burung puyuh (Coturnix
Rataan persentase hati burung puyuh pada penelitian ini berkisar antara
1,88-2,17%. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Putnam (1991) yang
menyatakan bahwa persentase hati 1,70 – 2,80 % dari berat hidup. Namun, hasil
penelitian ini lebih rendah dari penelitian Arifindan Widiastuti (2016) dimana
burung puyuh yang diberi pakan komersial dengan suplementasi protein dan serat
kasar tepung daun mengkudu memiliki persentase hati antara 2,52 – 2,65%.
burung puyuh. Hal diduga karena lingkungan burung puyuh berada dalam kondisi
Hati memiliki beberapa fungsi diantaranya pertukaran zat dari protein, lemak,
mempengaruhi ukuran, konsistensi dan warna hati yaitu bangsa, umur dan status
individu ternak yang sama dan apabila keracunan warna hati berubah menjadi
kuning, warna hati yang normal yaitu coklat kemerahan atau cokelat.
singkong tidak berpengaruh nyata terhadap hati burung puyuh dikarenakan zat
sebagai organ tempat detoksifikasi racun. Ini juga membuktikan bahwa pemberian
ekstrak daun singkong terhadap burung puyuh aman digunakan walaupun daun
partikel makanan atau biji-bijian yang besar menjadi partikel makanan yang lebih
ternak, jenis pakan dan jumlah pakan yang dikonsumsi (Merry, 2016). Rata-rata
persentase gizzard burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) yang diberi pakan
burung puyuh. Hal ini diduga disebabkan ukuran, bentuk dan jenis pakan yang
gizzard bisa dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah bentuk fisik pakan
yang diberikan yaitu mash, crumble, pelet dan butiran. Dimana besar partikel pada
pakan yang digunakan lebih kasar dapat membuat kerja keras pada otot gizzard
makanan secara mekanis seperti halnya hati dan jantung, gizzard memberi respon
kepada serat kasar yang tinggi dalam pakan. Tambunan (2007) juga menyatakan
yang cukup berat dalam menggiling bahan makanan menjadi partikel yang lebih
24
dipengaruhi oleh bobot rempela, sehingga semakin tinggi kandungan serat kasar
dalam bahan pakan maka aktivitas rempela juga semakin tinggi dan berat rempela
Menurut Rahmat (2011), bahwa besar partikel pada pakan yang digunakan
lebih kasar dapat membuat kerja keras pada otot gizzard sehingga akan menambah
berat gizzard ternak. Artinya semakin besar partikel pakan yang diberikan kepada
ternak maka akan mempengaruhi ukuran gizard, maka dapat disimpulkan bahwa
pada pemberian ekstrak daun singkong tidak mempengaruhi kerja gizzard karena
ekstrak daun singkong yang diberikan pada ternak puyuh dalam bentuk cair
sehingga otot - otot gizzard tidak bekerja dengan keras dan hal ini berdampak
dan kemudian memompa darah tersebut dari ventrikel menuju ke jaringan dan
kembalilagi (Jumiati, 2017). Besar jantung dipengaruhi dari jenis kelamin, umur,
bobot badan dan aktivitas hewan tersebut (Setiadi, 2013). Rata-rata persentase
Tabel 7. Persentase Jantung Burung Puyuh yang Diberi Ekstrak Daun Singkong
Sebagai Feed Additive
Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 0,81 0,83 0,82 0,78
2 0,89 0,66 0,88 0,94
3 0,82 0,74 1,09 0,77
4 1,10 0,72 0,74 0,95
5 0,69 0,80 0,78 0,90
Rataan 0,86±0,15 0,75±0,06 0,86±0,14 0,87±0,09
antara 0,75-0,78%. Hal ini sesuai dengan pendapat Fritzgerald (1969) menyatakan
bahwa bobot jantung puyuh berkisar antara 0,6 - 0,9% dari bobot tubuhnya. Hasil
ini lebih rendah dari hasil penelitian Fitrah et al. (2018) memperoleh rataan
persentase jantung burung puyuh sebesar 0,92% dengan pemberian larutan daun
kelor.
burung puyuh. Ressang (1998), menyatakan bahwa berat jantung dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu jenis, umur, besar, serta aktivitas ternak tersebut. Anggorodi
besar tubuh ternak, peningkatan ukuran sel pada otot jantung terjadi saat jantung
bekerja lebih keras. Menurut Tambunan (2007), ukuran sel pada otot jantung
dapat meningkat disebabkan karena jantung bekerja lebih keras, ukuran besar
(1984) menjelaskan bahwa besar jantung tergantung dari jenis kelamin, umur,
metabolisme dapat berjalan. Menurut Tambunan (2007), ukuran sel pada otot
jantung dapat meningkat disebabkan karena jantung bekerja lebih keras. Ukuran
jantung yang diakibatkan oleh penyakit atau racun yang terkandung dalam pakan
jantung bekerja lebih keras dan akan mengalami pembengkakkan. Infeksi atau
besar kecilnya jantung dari ukuran normal yaitu 0,6 - 0,9% dari bobot tubuhnya.
daun singkong mengandung gizi yang tinggi, diantaranya Flavonoid dan saponin
yang dikenal sebagai senyawa yang memiliki peran anti inflamasi dan anti bakteri,
kedua zat inilah yang menghambat siklus peradangan terutama pada organ jantung
dan berdampak terhadap kondisi burung puyuh yang sehat menunjukkan bobot
jantung pada burung puyuh penelitian ini berukuran normal dengan persentase
5.1. Kesimpulan
(P>0,05) terhadap produksi karkas dan non karkas burung puyuh (Coturnix
coturnix japonica).
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Akinfala EO, Aderibigbe and Matanmi O. 2002. Evaluation of the Nutritive value
of whole cassava plant meal as replacement for maize in the starter diets
for broiler chickens. Res. Rural Dev. 14(6).
Alsuhendra. 2004. Daya anti-aterosklerosis turunan klorofil dari daun singkong
(Manihot esculenta Crantz) pada kelinci percobaan [Disertasi]. Bogor.
Institut Pertanian Bogor.
Amri U dan Iskandar. 2014. Pengaruh Umur terhadap Persentase Karkas dan Non
Karkas pada Ternak Kerbau. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan, 17
(2):58-61.
Anggorodi, H. R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Umum.
Anjani, INF. 2018. Pengaruh Pemberian Duckweed dalam Ransum terhadap
Komposisi Karkas dan Organ Lainnya pada Ayam Broiler. Publikasi
Ilmiah. Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas
Mataram, Mataram.
Arifin HD, Widiastuti R. 2016. Persentase Karkas dan Giblet Burung Puyuh
Pengaruh Suplementasi Protein dan Serat Kasar Tepung Daun Mengkudu
dalam Pakan Komersial. Journal of Animal Science and Agronomy
Panca Budi. Bp104. Hal. 1-7
Ayasan, Tugay. 2013. Effects of Dietary Inclusion of Protexin (Probiotic) on
Hatchability of Japanese Quails. Indian J. Anim. Sci, vol. 83, no. 1, pp.
78-81.
Badan Standarisasi Nasional. 2009. Mutu dan Karkas Daging Ayam. SNI 3924-
2009.
Dharmawati S, Ari JK. 2012. Pengaruh Penggunaan Tepung Daun Alang Alang
(Imperata cylindrica) dalam Ransum terhadap Kadar Lemak, Kolesterol
Karkas dan Organ Pencernaan Itik Alabio Jantan. Ziaraa’ah (34) 2:150-
160.
Retnodiati, N. 2011. Persentase Berat Karkas, Organ Dalam dan Lemak Abdomen
Ayam Broiler yang Diberi Pakan Berbahan Baku Tepung Kadal
(Mabouya Mulfifacaata Kuhl). Skripsi. Fakultas Peternakan. IPB. Bogor.
Santoso K., Jumadil L, Satyaningtijas AS,. 2019. Ekstrak Daun Singkong Baik
Sebagai Antioksidan Pada Burung Puyuh Dewasa Yang Mendapat
Paparan Panas Singkat. Jurnal Veteriner 18(1): 135-143.
Setiadi D, K Nova dan S Tanalo. 2013. Perbandingan Bobot Hidup, Karkas,
Giblet dan Lemak Abdominal Ayam Jantan Tipe Medium dengan Strain
Berbeda yang diberi Ransum Komersial Broiler. Fakultas Peternakan.
Universitas Lampung
Setyawan, A.E., E. Sudjarwo, E. Widodo, dan H. Prayogi. 2012. Pengaruh
penambahan limbah teh dalam pakan terhadap penampilan produksi telur
burung puyuh. Jurnal Ilmu-ilmu Peternakan. 23:7-10.
SNI 01-3907-2006. Pakan puyuh bertelur (quail layer). Badan Standardisasi
Nasional, Indonesia.
Soeparno. 2011. Ilmu Nutrisi dan Gizi Daging. Gadjah Mada University
Press,Yogyakarta. 637 + xx halaman
Starck, M.J. and G.H.A. Rahman. 2003. Phenotypic flexibility of structure and
function of the digestive system of Japanese quail. J. Exp. Biol.
206:1887-1897.
Steel RGD and Torrie JH. 1993. Principle and Procedure af Statistic. Mc. Graw-
Hill-Book Co, New York.
Sukrasno, K. R., Wirasutisna dan Fidrianny, I. 2007. Pengaruh Perebusan
terhadap Kandungan Flavonoid dalam Daun Singkong. Jurnal Obat
Bahan Alam Vol. 6 No. 2. Jakarta.
Suryani, R. 2015. Beternak Puyuh di Pekarang Tanpa Bau. Cetakan I. Arcitra.
Yogyakarta.
Tambunan, I. R. 2007. Pengaruh Pemberian Tepung Kertas oran pada Periode
Grower Terhadap Persentase karkas, Lemak Abdominal, Organ dalam,
dan Saluran Pencernaan Ayam Broiler. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.
Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusuma, dan S.
Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-5.
Gadjah Mada University Press. Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta.
Tumbilung W., L. Lambey., E. Pudjihastuti dan E. Tangkere. 2014. Sexing
Berdasarkan Morfologi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica).
Jurnal Zootek. 34 (2): 170-184.
Utomo, J.W., A.A. Hamiyanti, danE.Sudjarwo. 2014. Pengaruh penambahan
tepung darah pada pakan terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot
badan, konversi pakan serta umur pertama kali bertelur burung puyuh.
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 24(2): 41-48.
Vali, N. 2008. The Japanese Quail: A Review. Int. J. Poultry Sci, vol. 7, no. 9, pp.
925-931.
Warditiani. 2011. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 70 % Daun Singkong
(Manihot utilissima Pohl) terhadap Kadar Gula Darah Mencit Jantan
33
LAMPIRAN GAMBAR