Anda di halaman 1dari 27

USULAN PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN CAMPURAN TEPUNG DAUN Polyalthia


Longifolia & Allium Sativum DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT
HATI, JANTUNG, PANKREAS DAN PANJANG USUS BROILER

OLEH:

AFFRIAN PERDANA
E10017111

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH PENAMBAHAN CAMPURAN TEPUNG DAUN Polyalthia


Longifolia & Allium Sativum DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT
HATI, JANTUNG, PANKREAS DAN PANJANG USUS BROILER

OLEH
AFFRIAN PERDANA
E10017111

Menyetujui,
Pembimbing Utama

Filawati, S.Pt, MP.


NIP. 197008211997022001

Mengetahui
Ketua Jurusan/Program Studi Pembimbing Pendamping

Dr.Ir. Endri Musnandar, M.S. Heru Handoko, S.Pt., M.Si


NIP.195909261986031004 NIP. 197302041999031005

i
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL........................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang............................................................................. 1
1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah........................................... 3
1.3. Hipotesis....................................................................................... 3
1.4. Tujuan.......................................................................................... 3
1.5. Manfaat........................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 4
2.2. Polyalthia Longifolia.................................................................... 4
2.2. Allium Sativum............................................................................ 5
2.3. Ayam Broiler................................................................................ 6
2.4. Konsumsi Ransum....................................................................... 6
2.5. Bobot Potong................................................................................ 7
2.6. Hati............................................................................................... 8
2.7. Jantung......................................................................................... 8
2.8. Pnkreas......................................................................................... 9
2.9. Usus Halus................................................................................... 10
BAB III MATERI DAN METODE............................................................. 11
3.1.Tempat dan Waktu........................................................................ 11
3.2.Materi dan Peralatan..................................................................... 11
3.3.Metode.......................................................................................... 11
3.4.Rancangan Penelitian.................................................................... 16
3.5.Peubah yang Diamati ………………………………………....... 16
3.6.Analisis Data……………………………………………………. 17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 18

ii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Kebutuhan Zat Nutrient Ransum Ayam Broiler.................................... 13
2. Kandungan Zat Makanan Bahan Penyusun Ransum Basal............ 13
3. Komposisi Bahan Penyusun Ransum Basal (%)............................ 13
4. Kandungan Zat Makanan Ransum Basal ....................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Broiler merupakan jenis ayam ras unggulan penghasil daging dengan ciri
pertumbuhan yang cepat sehingga dapat menghasilkan daging lebih cepat dari
jenis ayam lainnya. Menurut (Situmorang et al. 2013) broiler dapat dipanen pada
umur 5 minggu dengan rata-rata bobot badan 1,5 kg/ekor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi broiler adalah DOC yang digunakan, pakan yang
diberikan dan alat pemanas yang digunakan, dimana pakan merupakan faktor
terbesar dalam peningkatan produksi ayam broiler. ( Kenapa alenia ini berubah,
yang diminta tambahkan 3 faktor yang mempengaruhi usaha peternakan yg lain
tetap)
Salah satu cara dalam meningkatkan produksi adalah dengan pemberian
imbuhan pakan berupa antibiotik pada ransum. Antibiotik pada ilmu kedokteran
hewan diberikan sebagai antibiotik growth promoter (AGP) yang tujuannya untuk
mengurangi bakteri yang merugikan pada saluran pencernaan agar mendapatkan
bobot badan/produktivitas yang tinggi. Menurut (Regar. 2014) antibiotik
dipercaya dapat menekan pertumbuhan bakteri-bakteri patogen yang berakibat
meningkatkan populasi bakteri menguntungkan dalam saluran pencernaan
sehingga penyerapan zat nutrisi dalam saluran pencernaan akan meningkat dan
produktivitas dari ternak akan meningkat pula. Penggunaan antibiotik (growth
promoter) seperti avilamycin, avoparcin, flavomycin, salinomycin, spiramycin,
virginiamycin, zn-bacitracin, carbadox, olaquindox dan monensin telah dilarang
penggunaannya dalam ransum ternak.
Pada bulan januari 2018 pemerintah Indonesia melalui kementrian
pertanian secara resmi telah melarang penggunaan imbuhan pakan seperti
antibiotik (antibiotic growth promoter atau AGP) karena berpotensi ikut terserap
kedalam produk hasil peternakan dan secara tidak langsung konsumen yang
mengkonsumsinya akan memperoleh antibiotik dalam konsentrasi yang rendah
yang mampu meningkatkan resistensi bakteri terhadap antibiotik tersebut dan
dapat mengganggu kesehatan manusia.

1
Salah satu alternatif yang berpotensi menggantikan antibiotik AGP adalah
imbuhan pakan yang berasal dari tanaman sebagai sumber senyawa-senyawa
fitogenik yang bermanfaat sebagai pemicu pertumbuhan dan peningkatan daya
tahan tubuh ternak. Menurut (Hidayat dan Rahman. 2018) imbuhan pakan
fitogenik memilki kemampuan dalam mengendalikan bakteri patogen dalam usus
halus.
Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti antibiotik
AGP adalah glodokan tiang (polyalthia longifolia). Menurut (Ojewuyi et al. 2014)
daun glodokan tiang (polyalthia longifolia) mengandung nutrisi protein kasar
(PK): 10,05 %, abu : 5,05 %, lemak kasar (LK): 0,26 %, serat kasar (SK): 18,50
%, kadar air (KA): 8,70 %, karbohidrat (KH): 57,44 %. Kandungan serat kasar
yang dimiliki daun glodokan tiang cukup tinggi hal ini dapat menyebabkan kerja
dari organ pencernaan akan meningkat sebagai akibat dari kandungan serat kasar
yang tinggi dalam ransum sehingga persentase dari berat organ pencernaan akan
meningkat karena broiler memiliki keterbatasan dalam mencerna serat kasar.
Akibatnya persentase hati dan panjang usus halus broiler meningkat hal ini karena
proses pencernaan dan penyerapan zat nutrisi paling banyak terjadi pada organ
tersebut. Menurut (Sutrisna. 2012) kadar serat kasar yang direkomendasikan bagi
broiler maksimal adalah 5% dalam ransum, unggas mempunyai keterbatasan
dalam mencerna serat kasar karena organ penyerapan nutrisi terletak pada bagian
akhir dari organ absorpsi.
Tingginya kandungan serat kasar dalam tepung daun glodokan tiang maka
pencampuran dengan tepung bawang putih diharapkan dapat membantu dalam
meningkatkan penyerapan nutrisi pada organ pencernaan sehingga performa
broiler tidak terganggu. Menurut (Dharmawati et al. 2013) penambahan tepung
bawang putih dalam ransum ayam pedaging dapat mempercepat pertumbuhan,
meningkatkan sistem kerja organ pencernaan sehingga penyerapan makanan lebih
optimal selain itu juga berfungsi untuk mempertahankan daya tahan tubuh ternak.
Menurut (Alagbe J.O. 2017) penambahan campuran tepung daun
polyalthia longifolia dan tepung bawang putih hingga level 3% dengan
perbandingan 3:1 memiliki dampak positif pada kinerja pertumbuhan dan tidak
memiliki efek buruk terhadap status kesehatan burung puyuh. Penelitian ini

2
dilakukan untuk mengetahui apakah penambahan campuran tepung daun
glodokan tiang dan tepung bawang putih dalam ransum dengan perbandingan 3:1
memiliki dampak positif terhadap kinereja pertumbuhan ayam broiler tanpa
mempengaruhi persentase bobot hati, jantung, pankreas dan panjang usus halus
seperti yang sudah dilakukan oleh Alagbe J.O pada ternak puyuh.

1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Adanya larangan oleh pemerintah tentang penggunaan antibiotik AGP


maka diperlukan alternatif lain sebagai imbuhan pakan. Salah satu tanaman yang
berpotensi sebagai imbuhan pakan adalah glodokan tiang tetapi tepung daun
glodokan tiang memiliki kandungan serat kasar yang cukup tinggi dimana broiler
memiliki keterbatasan dalam mencerna serat kasar oleh sebab itu pencampuran
dengan tepung bawang putih diharapkan dapat meningkatkan penyerapan nutrisi
pada organ pencernaan sehingga performa broiler tidak terganggu. Oleh sebab
tersebut maka perlu dilakukan penelitian apakah penambahan capuran tepung
daun glodokan tiang dan bawang putih dalam ransum berpengaruh terhadap bobot
hati, jantung, pankreas, dan panjang usus halus broiler tanpa mempengaruhi
performa dari broiler itu sendiri.

1.3. Hipotesis

Penambahan campuran tepung daun glodokan tiang (polyalthia longifolia)


dan tepung bawang putih (allium sativum) sampai level 3% dalam ransum dapat
meningkatkan performa ayam tanpa mempengaruhi persentase bobot hati,
jantung, pankreas dan panjang usus halus broiler dibandingkan dengan ransum
kontrol. (Langsung kr parameter/peubah yg diamati)

1.4. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek penambahan


campuran tepung daun glodokan tiang (polyalthia longifolia) dan tepung bawang
putih (allium sativum) dalam ransum terhadap persentase bobot hati, jantung,
pankreas dan panjang usus halus pada broiler.

1.5. Manfaat

3
Manfaat dari penelitian ini adalah menjadi sumber informasi mengenai
efek penambahan campuran tepung daun glodokan tiang (polyalthia longifolia)
dan bawang putih (allium sativum) yang ditambahkan dalam ransum broiler.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Glodokan Tiang (Polyalthia Longifolia)

Polyalthia longifolia di Indonesia dikenal dengan pohon glodokan tiang.


Tanaman ini mempunyai ciri morfologi daun dengan bangun daun berbentuk
lanset, ujung daun runcing, pangkal tumpul, tepi berombak, pertulangan daun
menyirip, permukaan daun licin mengkilat, warna hijau, dan duduk daun
berseling. Sifat perakaran tanaman ini tunggang, batangnya berbentuk bulat, arah
tumbuh batang tegak, sifat batang berkayu, dan permukaan batang kasar (Susilo
dan Dhaniaputri., 2016).
Klasifikasi polyalthia longifolia kingdom: plantae, divisi: magnoliophyta,
kelas: magnoliopsida, subclass: magnoliidae, keluarga: annonaceae, suku:
annoneae, genus: polyalthia, spesies: longifolia (Osuntokun et al. 2017). Menurut
(Alagbe J.O. 2017) komponen fitokimia daun polyalthia longifolia mengandung
tanin 3,87ppm, fenol 0,42ppm, flavonoid 5,91%, alkaloid 0,51%, steroid 1,19%
dan saponin 1,31%. Menurut (Yanuartono et al. 2017) saponin memiliki aktivitas
yang luas seperti antibakteri, antijamur, kemampuan menurunkan kolesterol
dalam darah dan menghambat pertumbuhan sel tumor.

4
Daun glodokan tiang (polyalthia longifolia) mengandung nutrisi protein
kasar (PK): 10,05 %, abu : 5,05 %, lemak kasar (LK): 0,26 %, serat kasar (SK):
18,50 %, kadar air (KA): 8,70 %, karbohidrat (KH): 57,44 %. (Ojewuyi et al.,
2014). Menurut (Jothy et al. 2013) polyalthia longifolia memiliki aktivitas
biologis dan farmakologis yang signifikan, seperti antibakteri, antijamur,
antitumor, anti-ulkus, dan sifat antioksidan. Menurut (Soemarie et al. 2018)
ekstrak etanol daun glodokan tiang memilki zona hambat terhadap bakteri karena
memiliki senyawa aktif yaitu alkaloid, flavonoid, dan tannin. Menurut (Alagbe
J.O. 2017) penambahan campuran tepung daun polyalthia dan bubuk bawang
putih hingga level 3% dengan perbandingan 3:1 memiliki dampak positif pada
kinerja pertumbuhan dan tidak memiliki efek buruk terhadap status kesehatan
burung puyuh.

2.2. Bawang Putih (Allium Sativum)

Bawang putih (allium sativum) merupakan tanaman herba semusim


berumpun yang bagian bawahnya bersiung-siung, bergabung menjadi umbi besar
berwarna putih, bawang putih mengandung senyawa fitokimia yang bermanfaat
untuk meningkatkan konsumsi pakan, air minum, dan protein (Nuningtyas.,
2014). Penambahan tepung bawang putih dalam ransum ayam pedaging dapat
mempercepat pertumbuhan, meningkatkan sistem kerja organ pencernaan
sehingga penyerapan makanan lebih optimal selain itu juga berfungsi untuk
mempertahankan daya tahan tubuh ternak ( Dharmawati et al., 2013).
Menurut (hernawan dan setyawan. 2003) bawang putih memiliki Senyawa
bioaktif utama berupa alliin, allisin, ajoene, kelompok allil sulfida, dan allil
sistein, bawang putih tidak memiliki efek samping dan tidak bersifat racun
sehingga aman untuk ditambahkan dalam ransum. Bawang putih yang
mengandung senyawa organosulfur tersebut menjadikan tanaman ini dapat
dimanfaatkan sebagai antioksidan di dalam tubuh ternak yang mengkonsumsinya
(Deko et al., 2018).
Kemampuan bawang putih sebagai sumber imbuhan pakan dikarenakan
adanya kandungan organosulfur yang dapat berfungsi sebagai antibakteri,
antijamur dan antioksidan. Kandungan tersebut diantaranya adalah allicin, ajoene,
minyak atsiri dan flavonoid. Allicin berperan sebagai antibakteri, antijamur dan

5
antivirus (Salima., 2015). Tepung bawang putih memilki protein kasar 7,08%,
serat kasar 3,07%, lemak kasar 0,68%, abu 2,49% dan bahan ekstrak tanpa
nitrogen 85,96% (Alagbe J.O., 2017).

2.3.Ayam Broiler

Broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang dibutuhkan


masyarakat sehingga dengan meningkatnya populasi broiler maka konsumsi
protein hewani dimasyarakat dapat terpenuhi (Fatmaningsih., 2016). Pertumbuhan
broiler sangat cepat sehingga dapat dijual pada usia 5 minggu dengan bobot badan
rata–rata 1.5 kg dan Faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keberhasilan pemeliharaan ayam khususnya broiler adalah pakan. Protein, energi
(karbohidrat dan lemak), vitamin, mineral dan air merupakan kandungan gizi
utama yang berperan penting bagi pertumbuhan ayam broiler (Situmorang et al.,
2013).
Pertumbuhan broiler yang cepat tentu saja dicapai dengan usaha perbaikan
melalui rekayasa genetik, perbaikan tata laksana pemeliharaan dan perbaikan
kualitas ransum, sehingga diperoleh hasil yang baik (Silondae dan Polakitan.,
2018). Menurut kecepatan pertumbuhannya, maka periode pemeliharaan broiler
dapat dibagi menjadi dua yaitu periode starter dan finisher, periode starter dimulai
pada umur 1-21 hari dan periode finisher dimulai pada umur 22-35 atau sesuai
umur dan bobot potong yang diinginkan (Murwarni., 2010).
Ayam broiler memiliki kelemahan yaitu mudah mengalami stres akibat
panas dan mudah terserang penyakit akibat virus, bakteri, kapang dan lain-lain
yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, penurunan produksi dan kualitas
ayam broiler (Hendriana et al., 2018). Kadar serat kasar yang direkomendasikan
bagi broiler maksimal adalah 5% dalam ransum, unggas mempunyai keterbatasan
dalam mencerna serat kasar karena organ penyerapan nutrisi terletak pada bagian
akhir dari organ absorpsi (Sutrisna., 2012)

2.4. Konsumsi Ransum

Konsumsi pakan merupakan kegiatan masuknya sejumlah unsur nutrisi


yang ada di dalam ransum yang telah tersusun dari berbagai bahan makanan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi broiler yang dikonsumsi dalam kurun waktu tertentu

6
(Hidayatullah., 2018). Menurut (Dewi et al. 2014) dengan meningkatnya
pertumbuhan ayam maka kebutuhan zat makanan juga semakin meningkat,
sebagai usaha untuk menunjang pertumbuhan yang cepat maka konsumsi ransum
menjadi meningkat.
Faktor yang mempengaruhi konsumsi adalah palatabilitas/tingkat
kesukaan dan selera. Palatabilitas dipengaruhi oleh bau, rasa, tekstur, dan suhu
makanan yang diberikan sedangkan selera merupakan faktor internal yang
merangsang rasa lapar. Faktor lain yang juga mempengaruhi konsumsi adalah
ternak, lingkungan dan stres karena penyakit (Wahju., 2004).
Akibat kandungan serat kasar dalam ransum yang tinggi menyebabkan
konsumsi ransum menurun hal ini karena broiler belum dapat mencerna serat
kasar dengan baik dan memiliki keterbatasan dalam mencerna serat kasar dan
serat kasar yang bersifat bulky atau mudah membuat kenyang (Nurhayati et al.,
2016). Menurut (Alifian et al. 2018) suhu kandang yang cukup tinggi berkisar
antara 26,77° -31,54°C akan memicu ternak untuk beradaptasi dalam mengontrol/
menurunkan panas tubuh dengan cara mengurangi konsumsi ransum dan
meningkatkan konsumsi air minum.

2.5. Bobot Potong

Menurut (Jumiati et al. 2017) bobot potong adalah bobot yang didapat
dengan cara menimbang bobot akhir ayam setelah dipuasakan selama kurang
lebih 4 jam. Menurut (Sibarani et al. 2014) rata–rata bobot potong ayam broiler
terdapat pada kisaran 1.228 – 1.331 g/ekor, rendahnya bobot hidup dibandingkan
dengan standar yang ada disebabkan karena konsumsi pakan pada ayam broiler
yang rendah. Pemberian pakan dengan menurunkan protein tanpa menurunkan
energi merupakan salah satu penyebab rendahnya konsumsi pakan.
Menurut (Abdullah et al. 2015) bobot hidup/potong ayam broiler umur 5
minggu yang ditambahkan tepung temukunci dalam ransum berkisar antara
1.394,5-1.719 gram. Menurut (Wijaya et al. 2020) bobot potong ayam broiler
umur 5 minggu yang diberi level tepung kulit ari dan biji kedelai yang berbeda
berkisar antara 1549-1621 gr.
Menurut (Sawadi et al. 2016) bobot potong akhir broiler akan semakin
tinggi sejalan dengan bertambahnya umur broiler hal ini terjadi karena

7
pertumbuhan dan perkembangan broiler semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya umur broiler. Menurut (Akmal. 2008) tingginya kandungan serat
kasar dalam ransum menyebabkan terjadinya penurunan konsumsi ransum.
Konsumsi ransum yang rendah menyebabkan pertumbuhan terganggu karena zat-
zat makaanan yang dibutuhkan untuk membentuk jaringan tidak terpenuhi
sehingga bobot potong yang dihasilkan menjadi rendah.

2.6. Hati

Menurut (Sulistyoningsih. 2015) hati adalah organ yang berperan sebagai


alat penyaring zat–zat makanan yang telah diserap sebelum kemudian masuk
dalam peredaran darah dan jaringan-jaringan. Menurut (Akmal. 2008) hati
merupakan organ detoksifikasi (penetralan) zat yang bersifat racun sehingga
kerjanya akan meningkat apabila didalam ransum terdapat zat antinutrisi (tannin)
dalam jumlah yang tinggi sehingga menyebabkan bobot hati meningkat dan
terjadi perubahan warna hati.
Rataan persentase bobot hati dan jantung ayam broiler umur lima minggu
yang diperoleh pada penelitian (Akhardianto. 2010) berkisar antara 2,25-2,65%
dan 0,42-0,70%. Menurut (Subekti., 2009) rataan bobot hati ayam broiler
memiliki kisaran 1887,840 – 1947,329 mg/100gram bobot hidup. Menurut
(Lisnanti et al. 2019) rataan persentase bobot hati hasil yang ditambahan ekstrak
sarang semut (Myrmecodia sp) dalam ransum berkisar antara 38,15 - 38,9 gram
atau 2,51%-2,60% dari berat hidup.
Menurut (Fitri L dan Sundari. 2016) bobot hati pada unggas dipengaruhi
oleh ukuran tubuh unggas, sehingga ukuran tubuh yang besar menunjukkan
adanya bukti pertumbuhan. Menurut (Sari dan Ginting. 2012) rataan persentase
berat hati yang ditambahkan enzim fitase dalam ransum basal adalah bekisar 2.35-
3.01%. Menurut (Has et al. 2014) rataan persentase berat hati yang ditambahkan
tepung daun murbei dalam ransum adalah 2,13-2,38%.

2.7. Jantung

Menurut (Jumiati et al. 2017) jantung adalah suatu struktur muscular


berongga yang bentuknya menyerupai kerucut yang berfungsi memompakan
darah ke dalam bilik-bilik atrial dan kemudian memompakan darah tersebut dari

8
ventrikel menuju ke jaringan dan kembali lagi. Menurut (Aqsa et al., 2016)
persentase berat jantung berturut–turut tiap perlakuan adalah 0.8% (P0), 0.9%
(P1), 0.8% (P2), 0.7% (P3), 0.7% (P4) dan rata-rata bobot jantung adalah 0,78%.
Berdasarkan penelitian (Pangesti et al., 2016) rata-rata presentase jantung berkisar
antara 0,68-0,73 g/100g BB.
Menurut (Mayana et al. 2018) rataan persentase bobot jantung ayam
broiler yang ditambahkan tepung kulit buah naga yang difermentasi dengan
khamir saccharomyces cerevisiae dalam ransum berkisar antara 7,00 - 6,33 gram
(0,5% - 0,47% dari bobot potong).
Menurut (Daud et al. 2016) rataan persentase bobot jantung ayam broiler
yang ditambahkan tepung kulit pisang fermentasi dan feed supplement dalam
ransum komersil berada dalam kisaran 0,27‒0,36%. Menurut (Ibrahim et al.
2018) rataan persentase bobot jantung yang ditambahkan tepung kulit nanas
fermentasi dan bahan aditif yang berasal dari beberapa gulma berkisar antara
0.410.48%.

2.8. Pankreas

Pankreas merupakan sebuah kelenjar yang mensekresikan sari cairan


makanan yang kemudian masuk ke dalam duodenum melewati saluran pankreas
dimana enzim-enzimnyanya membantu pencernaan pati, lemak dan protein, Sari
cairan ini menetralisir kondisi asam asal lambung kelenjar (Amrullah., 2003
dalam Syukron, M., 2006). Kelenjar pankreas menghasilkan enzim amilase,
tripsin dan lipase, masing-masing mencerna karbohidrat, protein dan lemak
(Dianti., 2012).
Enzim yang dihasilkan pankreas memiliki peranan penting dalam
mencerna pakan yang dikonsumsi oleh ternak. Apabila enzim tersebut tidak dapat
membantu dalam penyerapan makanan, maka pakan yang diberikan tidak akan
berguna bagi tubuh (Rahmawati., 2013). Menurut (Aqsa et al. 2016) rata-rata
persentase berat pangkreas berturut–turut tiap perlakuan adalah 0.3% (P0), 0.3%
(P1), 0.4% (P2), 0.3% (P3), dan 0.3% (P4) rataan berat pangkreas berada pada
kisaran 0,32%. Menurut (Rohmah et al. 2016) rataan persentase bobot pankreas
yang ditambahkan tepung daun sirsak dalam ransum memiliki kisaran 0,257
sampai dengan 0,442%.

9
2.9. Usus Halus

Usus halus merupakan organ penting pencernaan yang terdiri dari tiga
bagian yaitu duodenum, jejunum dan ileum. (Rahmawati., 2013). Menurut
(Cahyono et al. 2012) panjang usus halus yang berbeda nyata antara jantan dan
betina. Rata-rata panjang usus halus jantan yang dipelihara yaitu 129,8 cm/ekor
dibandingkan dengan betina yaitu 119,2 cm. Menurut (Lisnanti et al. 2018) rataan
panjang usus tertinggi yaitu mencapai 173,8 cm dan diikuti bobot hidup ayam
yang tinggi pula.
Menurut (Abdurrahman dan Yanti. 2018) usus ayam mengandung
beberapa mikroba, baik yang dapat memberi efek positif maupun yang merugikan
(patogen). Apabila perkembangan bakteri yang patogen meningkat, maka dapat
memberikan dampak negatif terhadap performans ayam. Menurut (Satimah et al.
2019) panjang usus halus ayam broiler yang diberi ransum menggunakan
cangkang telur mikropartikel dengan suplementasi probiotik Lactobacillus sp
mencapai 212,5 cm.
Menurut (Wulandari. 2013 dalam Komalasari., 2017) semakin tinggi serat
kasar dalam ransum, maka laju pencernaan dan penyerapan zat makanan akan
semakin lambat sehingga untuk memaksimalkan penyerapan zat makanan
tersebut, maka daerah penyerapan akan diperluas atau diperpanjang. Semakin
tinggi kandungan serat kasar dalam suatu bahan makanan maka semakin rendah
daya cerna bahan makanan tersebut.

10
BAB III
MATERI DAN METODA

3.1. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di kandang Farm Fakultas Peternakan


Universitas Jambi yang dimulai pada bulan ….. sampai …….. 2020.

3.2. Materi dan Peralatan

Materi yang digunakan pada penelitian ini yaitu 200 ekor (DOC). Bahan
pakan yang digunakan adalah jagung, dedak, bungkil kedelai, tepung ikan,
mineral mix, premix, minyak, lysin, metionin dan tepung daun glodokan tiang
(polyalthia longifolia) dan tepung bawang putih (allium sativum).
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tempat pakan, tempat
minum, lampu pijar, lampu 40 wat, koran, kertas tempel, pena, sapu, pel, ember,
pisau, telenan, timbangan (neraca), penggaris, tali rapia, serta kandang dengan
perlengkapannya.

3.3. Metode

3.3.1. Persiapan Kandang

Kandang dibersihkan terlebih dahulu dengan cara kandang dicuci dengan


air bersih, bagian lantai kandang disikat begitu juga dengan sekat-sekat yang akan
digunakan. Tunggu kandang hingga kering, setelah kering lakukan desinfeksi
dengan cara menyemprotkan desinfektan. Kemudian biarkan selama satu minggu
untuk memutus siklus hidup bibit penyakit sebelum ayam dimasukkan. Peralatan
kandang seperti tempat pakan dan tempat minum disucihamakan hingga bersih
dan terbebas dari bibit penyakit. Kandang yang digunakan adalah kandang koloni
yang diberi kode perlakuan secara acak, Selanjutnya 2 jam sebelum ayam datang
terlebih dahulu menyediakan pakan dan air minum serta menghidupkan lampu
yang berfungsi sebagai pemanas. kemudian masukkan 200 ekor anak ayam
berumur 1 hari ke dalam 20 unit kandang dengan setiap kandang berisi 10 ekor
anak ayam.

11
3.3.2. Persiapan Ransum

Daun glodokan tiang (polyalthia longifolia) diperoleh dari daun tanaman


glodokan tiang (polyalthia longifolia) yang di dapat di lingkungan Universitas
Jambi. Daun ini dipisahkan dari tangkai daun dan tulang daun kemudian dicuci
hingga bersih lalu dijemur pada sinar matahari sampai kering yang selanjutnya
dijadikan tepung. Bawang putih (allium sativum) yang dibeli pada toko sayur
sekitaran Universitas Jambi. Bawang putih yang sudah di peroleh selanjutnya
dipisahkan dari kulitnya kemudian dicuci hingga bersih dan dipotong tipis lalu
dijemur pada sinar matahari yang ditutup kain tipis hingga kering yang
selanjutnya di jadikan tepung.
Pencampuran tepung daun glodokan tiang (polyalthia longifolia) dan
tepung bawang putih (allium sativum) dilakukan dengan cara memberikan
perbandingan 3 : 1 antara tepung daun glodokan tiang dan tepung bawang putih.
Misal untuk 10 kg ransum basal yang ditambahkan 1% campuran tepung daun
glodokan tiang dan tepung bawang putih maka 1% dari 10 kg ransum basal adalah
100 gr (kalau 1% dan 1% bukan 3:1). Campuran tepung daun glodokan tiang dan
tepung bawang putih dengan perbandingan 3 : 1 yaitu 75 gr tepung daun glodokan
tiang dan 25 gr tepung bawang putih. Pencampuran dilakukan dengan cara
mencampurkan antara tepung daun glodokan tiang dan tepung bawang putih yang
sudah diketahui jumlahnya yang dicampurkan sampai homogen kemudian
ditambahkan kedalam ransum basal masing-masing perlakuan.
Ransum yang digunakan terdiri dari jagung, tepung ikan, dedak, bungkil
kedele, mineral mix, premix, minyak, lysin, methionin, tepung daun glodokan
tiang (polyalthia longifolia) dan tepung bawang putih (allium sativum). Ransum
disusun sesuai dengan kebutuhan zat makanan untuk ayam broiler. Pembuatan
ransum dilakukan dengan cara mencampurkan bahan yang jumlahnya sedikit dan
tekstur lebih halus terlebih dahulu, kemudian tambahkan sedikit demi sedikit
bahan yang berjumlah banyak. Kemudian ransum tersebut dicampur sedikit demi
sedikit sampai homogen.

12
Kebutuhan zat nutrisi ransum ayam broiler, kandungan zat makanan bahan
penyusun ransum basal, komposisi bahan penyusun ransum basal, dan kandungan
zat makanan ransum basal yang disajikan dalam tabel 1, 2, 3, dan 4.
Tabel 1. Kebutuhan Zat Nutrisi Ransum Ayam Broiler
Zat Makanan (%) Starter Finisher
(umur 0-3Minggu) (4-5 minggu)
Protein Kasar 23 20
Lemak Kasar 5 5
Serat Kasar 5 5
Kalsium 0,9 1,2
P tersedia 0,6 1
P total* (0,60-1,00) (0,60-1,00)
Lisisn* 1,10 1,00
Methionin* 0,50 0,38
Energi Metabolisme* (kkal/kg) 3200 3000
Sumber: PT. Charoen Pokphand Indonesia (2016) dalam Pertiwi et al (2017) dan
NRC (1994)*
Tabel 2. Kandungan Zat Makanan Bahan Penyusun Ransum Basal

No Bahan Pakan BK EM PK LK SK CA P Lisy Met

1 Jagung 86.3 *3281 *7,55 *2,26 2,2 *0,03 *0,01 0.26 0.18
2 Dedak 95.56 *2547 *11,61 *7,50 3,36 *0,01 *1,69 0,59 0,26
3 Tepung ikan 89.37 *3131 *54,02 *7,76 13,21 *7,06 *2,50 3,97 1,3
4 B. kedelai 92.58 *2995 *47,53 *0,51 0,7 *0,05 *0,69 2,9 0,65
5 Mineral - - - - - 32,5 10 - -
6 Minyak - 8600 - - - - - - -
7 Premix - - - - - *2,79 *0,51 - -
8 Liys - - - - - - - 0.25 -
9 Met - - - - - - - - 0.25
Sumber: *(Sejati et al. 2017) dan (SNI 2008)
Tabel 3. Komposisi Bahan Renyusun Ransum Basal (%)
Perlakuan Starter (%) Perlakuan Finisher (%)
Bahan

Jagung 46 44
Tepung Ikan 12 7,5
Dedak 14 22,5
Bungkil Kedele 26,4 23
Mineral 0,1 0,5
Premix 0,1 0,6
Minyak 1 1
Lysn 0,2 0,5
Met 0,2 0,4

13
Jumlah 100 100

Ransum penelitian ini dibuat sesuai kebutuhan pada fase starter (1-3
minggu) dan finisher (4-5 minggu). Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi masing-
masing ransum perlakuan dibuat iso-protein dan iso-energi, yaitu pada fase starter
kandungan proteinnya 23% dan energinya 3200 Kkal/kg sedangkan untuk
kebutuhhan periode finisher (4-5 minggu) kandungan proteinnya 20% dan
energinya 3000 Kkal/kg
Tabel 4. Kandungan Zat Makanan Ransum Basal.

Perlakuan Starter (%) Perlakuan Finisher (%)


Bahan
(0-3 minggu) (4-5 minggu)
Bahan Kering 88,24 87,46
Protein Kasar 24,13 20,91
Lemak Kasar 3,15 3,38
Serat Kasar 3,25 2,87
Ca 0,91 0,73
P 0,74 0,79
Lis 1,45 1,21
Met 0,45 0,39
EM (kkal/kg) 3118,24 3026,4

3.3.3. Pengacakan Kandang dan Pemeliharaan

Penempatan ayam dan pemberian perlakuan didalam kandang dilakukan


secara acak, pengacakan kandang dilakukan dengan cara undian (lotre) dengan
cara memberi nomor pada setiap unit kandang dari 1-20. Buat nomor undian dari
1 sampai 20 juga untuk menentukan penampatan ayam setiap perlakuan mulai dari
P0 sampai dengan P4. Penempatan setiap perlakuan dilakukan dengan cara
mengambil undian untuk perlakuan P0 sampai ulangan 4 dengan mengambil 4
undian misal mendapat nomor 5, 7, 13, 19 kemudian P1 sampai ulangan 4 dan
seterusnya sampai perlakuan P4 ulangan 4/sampai semua perlakuan sudah
mendapatkan kandang.
Kemudian setiap ayam di timbang dan di beri nomor di kakinya mulai dari
1-200 untuk mengetahui bobot badan awal ayam tersebut. Ayam di ambil secara
acak dan di masukkan kedalam kandang, kemudian setiap kandang di isi dengan
10 ekor ayam broiler.

14
Pemeliharaan ayam dilakukan selama 5 minggu di dalam kandang koloni.
Pemberian pakan umur pemeliharaan 1-14 hari dilakukan lima kali sehari, yaitu
pagi hari pukul 07.00, 10.00, siang hari pukul 13.00, sore hari pukul 16.00, dan
malam hari pukul 19.00 karena pada periode awal pemeliharaan anak ayam masih
dalam tahap belajar dan beradaptasi terhadap lingkungan sehingga pemberian
pakan dalam jumlah sedikit demi sedikit dimaksudkan agar pakan tidak banyak
terbuang. Pada umur 15-35 hari pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari yaitu
pagi hari pukul 07.00, siang hari pukul 12.00 dan sore hari pukul 17.00. Pakan
yang diberikan yaitu pakan basal yang telah dicampurkan dengan tepung daun
glodokan tiang (polyalthia longifolia) dan bawang putih (allium sativum).
Pemeliharaan di mulai dari ayam umur 1 hari (DOC) sampai dengan umur 35 hari.
Pemberian air minum pada hari pertama, DOC diberikan air dengan
campuran gula merah, hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan energi yang
hilang dan stress yang dialami selama perjalanan, setelah 4 jam air larutan gula
diganti dengan air biasa yang diberikan secara adlibitum.

3.3.4. Cara Pengambilan Sampel Dan Penimbangan Organ Dalam

Pada hari ke-35 satu ekor ayam dari tiap unit kandang diambil untuk
disembelih, sebelum ternak disembelih ternak harus di puasakan selama minmal 8
jam kemudian ditimbang. Sebelum dipotong ayam dipastikan dalam kondisi sehat,
bentuk tubuh normal serta tidak ada luka ditubuhnya, lincah, mata cerah (tidak
mengantuk) dan bebas dari penyakit (Selain ini apa syarat yg paling penting).
Setelah disembelih keluarkan saluran dan organ pencernaan dari karkas lalu tiap
bagian dari saluran pencernaan dipisahkan, organ yang diambil adalah hati`yang
terletak diantara empedu, jantung yang terletak dibelakang tembolok dan dibawah
lambung kelenjar (proventrikulus), pankreas yang terletak pada lipatan duodenum,
usus halus halus yang terletak mulai dari setelah ampela sampai dengan sekum
yang kemudian ditimbang dengan teliti dan diamati. Semua proses pemisahan dan
penimbangan dilakukan oleh satu orang yang sama pada hari itu juga agar tidak
menimbulkan kekeliruan. Pengukuran bobot dan panjang dilakukan dengan
menggunakan neraca analitik dan penggaris.

Kenapa satu ekor ?

15
Jawab : karena mempercepat proses, memudahkan dalam penanganan dan
agar tidak menimbulkan bias atau data yang yang hanya sebuah prasangka dalam
memperkirakan sebuah nilai. (SALAH, cek cara pengambilan sample)

3.4. Rancangan Penelitian

Penelitian ini seluruh percobaannya menggunakan Rancangan Acak


Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan.
Perlakuan yang akan diberikan yaitu :
P0 = Ransum control ( apa berbedaan ransum control dan basal)
P1 = Ransum basal + antibiotik
P2 = Ransum basal + 1% campuran tepung daun polyalthia longifolia dan tepung
allium sativum.
P3 = Ransum basal + 2% campuran tepung daun polyalthia longifolia dan tepung
allium sativum.
P4 = Ransum basal + 3% campuran tepung daun polyalthia longifolia dan tepung
allium sativum.
Perbandingan antara tepung daun polyalthia longifolia dan allium sativum
adalah 3 : 1. Antibiotik yang digunakan adalah spiramycin yang diberikan pada
air minum dengan perbandingan 1 ml antibiotik dengan 1 liter air.
Model matematis dan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menurut Steel dan
Torrie (1993) adalah sebagai berikut:
Үij = µ + αi + εij
Katerangan:
Үij = hasil pengamatan akibat pengaruh perlakuan ke-i dalam ulangan ke-j
i = perlakuan ransum ke-i (1,2,3,4, dan 5)
j = ulangan ke-j (1,2,3, dan 4)
µ = nilai tengah umum (rata-rata populasi)
αi = pengaruh dari faktor perlakuan ransum ke-i
εij = pengaruh alat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

3.5. Peubah Yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi ransum, bobot
potong dan bobot organ pencernaan.

16
1. Konsumsi ransum
Konsumsi ransum adalah selisih antara ransum yang diberikan dengan
ransum yang bersisa yang dinyatakan dalam gram per ekor per hari.
2. Bobot potong / bobot hidup
Bobot badan akhir broiler/bobot potong adalah hasil penimbangan ayam
sebelum potong setelah sebelumnya dipuasakan dari pakan dan minum selama 8
jam yang dinyatakan dalam gram/ekor.
3. Persentase organ dalam
Menghitung persentase bobot organ dalam meliputi berat hati, berat
pankreas dan berat jantung dengan cara menimbang bobot organ di bagi dengan
bobot hidup di kali 100%.

Persentase bobot organ dalam = . (Pranomo. 2017)

4. Menghitung panjang usus


Mengukur panjang usus halus dengan cara memotong usus halus dari
pangkal ventrikulus sampai ujung sekum dengan menggunakan pita ukur (cm).
(Cahyono et al. 2012)

3.6. Analisis Data

Data yang diperoleh dari setiap parameter yang diamati dianalisis


menggunakan analisis ragam (ANOVA) dengan model persamaan berikut :
Yij = µ + αi + Eij
i = 1, 2, 3, 4, 5 (banyaknya perlakuan)
j = 1, 2, 3, 4 (banyaknya ulangan)
Yij = Nilai pengamatan yang diukur
µ = Pengaruh dari rata – rata peubah yang diamati
αi = Pengaruh perlakuan ke – i
Eij = Pengaruh alat percobaan ulangan ke - i dan perlakuan ke – j
Data yang terhimpun dianalisis menggunakan analisis ragam sesuai
rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap. Bila terdapat
pengaruh yang nyata maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, B., Kusumanti, E., & Atmomarsono, U. (2015). Pengaruh penambahan


tepung temukunci (boesenbergia pandurata roxb) dalam ransum terhadap
bobot hidup, kadar sgot sgpt dan kondisi hati ayam broiler. Animal
Agriculture Journal, 4(1), 41-46.

Abdurrahman, Z. H., & Yanti, Y. (2018). Gambaran umum pengaruh probiotik


dan prebiotik pada kualitas daging ayam. Jurnal Ternak Tropika, 19(2),
95-104.

Akhadiarto, S. (2010). Pengaruh pemberian probiotik temban, biovet dan biolacta


terhadap persentase karkas, bobot lemak abdomen dan organ dalam ayam
broiler. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, 12(1), 53-59
Akmal. (2008). Pengaruh pemberian daun sengon (albizzia falcataria) hasil
rendaman dengan larutan Ca(OH)2 terhadap bobot karkas dan bobot organ
pencernaan ayam pedaging. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan, 11(4),
100-107..
Alifian, M., Nahrowi, & Evvyernie, D. (2018). Pengaruh pemberian imbuhan
pakan herbal terhadap performa ayam broiler. Buletin Makanan Ternak,
16(1), 47-57.

Aqsa.A.D., K. Kiramang., M.N. Hidayat. (2016). Profil organ dalam ayam


pedaging (broiler) yang diberi tepung daun sirih (piper betle linn) sebagai
imbuhan pakan. Jurnal Ilmu dan Industri Perternakan, 3(1), 148-159.
Cahyono.E.D, U. Atmomarsono., E.Suprijatna. (2012). Pengaruh penggunaan
tepung jahe (zingiber offinale) dalam ransum terhadap saluran pencernaan
dan hati pada ayam kampung umur 12 minggu. Animal Agricultural
Journal, 1(I), 65-74.
Daud, M., Zulfan, & Syafriadi. (2016). Pengaruh substitusi ransum komersil
dengan tepung kulit pisang fermentasi + feed supplement terhadap berat
dan persentase organ dalam ayam broiler. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Pertanian Unsyiah, 1(1), 671-674.
Deko.M.K, I.H.Djunaidi, dan M.H.Natsir. (2018). Efek penggunaan tepung umbi
dan kulit bawang putih (allium sativum linn) sebagai feed additive
terhadap penampilan produksi ayam petelur. Jurnal Ilmu-Ilmu
Peternakan, 28(3), 192-202.
Dewi, K. T., Bidura, I., & Candrawati, D. (2014). Pengaruh pemberian ekstrak
daun kelor (moringa oleifera) dan bawang putih (allium sativum) melalui
air minum terhadap penampilan broiler umur 2-6 Minggu. Journal of
Tropical Animal Science, 2(3), 461– 475.

18
Dharmawati.S, N.Firahmi, Parwanto. (2013). Penambahan tepung bawang putih
(allium sativum l) sebagai feed additif dalam ransum terhadap penampilan
ayam pedaging. ZIRAA’AH, 38(3), 17-22.
Dianti , D. (2012). Pengaruh pemberian ransum dengan beberapa level serat kasar
pada periode awal terhadap bobot organ fisiologis ayam broiler pasca
pemberian ransum normal. Jurnal Teknologi Pertanian, 1(II), 28-37.
Ertika, L. F., & Sundari. (2016). Pengaruh perbedaan jenis warna cahaya lampu
dan kepadatan kandang terhadap persentase karkas dan bobot organ
visceral bujudurung puyuh (coturnix coturnix japonica) jantan. Jurnal
Fillia Cendekia, 1(1), 18-25.

Fatmaningsih, R. (2016). Performa Broiler Pada Sistem Brooding Konvensional


Dan Sistem Brooding Thermos. Skripsi.
Fatmaningsih.R, Riyanti, K.Nova. (2016). Performa ayam pedaging pada sistem
brooding konvensional dan thermos. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu,
4(3), 222-229.
Haroen, U., & Budiansyah, A. (2019). Penggunaan ekstrak metanol bawang putih
(allium sativum) sebagai feed additive terhadap kualitas karkas ayam
broiler. Jurnal Peternakan Indonesia, 21(2), 108-120.

Has, H., Napirah, A., & Indi, A. (2014). Efek peningkatan serat kasar dengan
penggunaan daun murbei dalam ransum broiler terhadap persentase bobot
saluran pencernaan. JITRO, 1(1), 63-69.

Hendriana, A., Nurhayatin, T., & Hadist, I. (2018). Pengaruh penambahan tepung
kunyit (curcuma domestica) dalam ransum terhadap performan ayam
broiler. Jurnal Ilmu Peternakan (JANHUS), 2(2), 15-21.

Hernawan, U. E., & Setyawan, A. D. (2003). Senyawa organosulfur bawang putih


(allium sativum l.) dan aktivitas biologinya. Biofarmasi, 1(2), 65-76.
Hidayat.C, Rahman. (2019). Peluang pengembangan imbuhan pakan fitogenik
sebagai pengganti antibiotika dalam ransum ayam pedaging di Indonesia.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis, 6(2), 188-213.
Hidayatullah , S. (2018). Performa Broiler Yang Diberikan Antibiotik Dan
Probiotik. Skripsi.
Ibrahim, W., Mutia, R., & Nurhayati. (2018). Penggunaan kulit nanas fermentasi
dalam ransum yang mengandung gulma berkhasiat obat terhadap organ
pencernaan ayam broiler. Jurnal Sain Peternakan Indonesia, 13(2), 214-
222.

Jothy.S.J, Y.S.Choong, D.Saravanan, S. Deivanai, L.Y.Latha, S.Vijayarathna,


S.Sasidharan. (2013). Polyalthia longifolia sonn: an ancient remedy to

19
explore for novel therapeutic agents. Research Journal of Pharmaceutical,
Biological and Chemical Sciences, 4(1), 713-730.
Jumiati.S, Nuraini, dan R.Aka. (2017). Bobot potong, karkas, giblet dan lemak
abdominal ayam broiler yang temulawak (curcumaxanthorrhiza,roxb)
dalam pakan. JITRO, 4(3), 11-19.
Komalasari , R. (2017). Pengaruh Berbagai Pakan Tambahan Terhadap Persentase
Berat Hati, Pankreas, Dan Usus Halus Ayam Kampung Super. Skripsi.
Lisnanti, E. F., Fitriyah, N., & Anwar, M. R. (2018). Pengaruh penambahan
ekstrak sarang semut (myrmecodia sp) terhadap persentase karkas dan
panjang usus ayam broiler fase finisher. Jurnal Nutrisi Ternak Tropis,
1(1), 60-68.
Lisnanti, E. F., Qowim, N., & Fitriyah, N. (2019). Pengaruh penambahan ekstrak
sarang semut (myrmecodia sp) terhadap bobot akhir, persentase
lemakabdominal dan hati ayam broiler fase finisher. Journal of Tropical
Animal Production, 20(2), 111-119.
Mayana, M. I., Dewi, G.A.M.K, & Nuriyasa, I. M. (2018). Pengaruh penggunaan
tepung kulit buah naga difermentasi khamir saccharomyces cerevisiae
dalam ransum terhadap organ dalam broiler. Journal of Tropical Animal
Science, 6(3), 869-879.

Muwarni, R. (2010). Broiler Modern. Semarang: CV. Widya Karya.


National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry 9th Revised
Ed. National Academy of Science. Washington D.C. (US).
Nuningtyas , Y. F. (2014). Pengaruh penambahan tepung bawang putih (allium
sativum) sebagai aditif terhadap penampilan produksi ayam pedaging. J.
Ternak Tropika, 15(1), 21-30.
Nurhayati, Berliana, dan Nelwida. (2016). Performa ayam broiler yang
mengkonsumsi kulit nanas yang difermentasi dengan yogurt dalam ransum
mengandung gulma obat. Agripet, 16(1), 31-36.
Ojewuyi, O.B, T.O.Ajiboye, E.O.Adebanjo, A.Balogun, A.O.Mohammed. (2014).
Proximate composition, phytochemical and mineral contents of young and
mature polyalthia longifolia sonn. leaves. Fountain Journal of Natural and
Applied Sciences, 3(1), 10-19.
Osuntokun.O, A.A.Olanbiwonnu, G.FOrimolade. (2017). Assessment of
antibacterial, phytochemical properties and GCMS profiling of crude
polyalthia longifolia extract. International Journal of Medical, Pharmacy
and Drug Research (IJMPD), 1(1), 12-27.
Pangesti.U.T, M.H.Natsir dan E.Sudjarwo. (2016). Pengaruh penggunaan tepung
biji nangka (artocarpus heterophyllus) dalam pakan terhadap bobot giblet
ayam pedaging. J. Ternak Tropika, 17(2), 58-65.

20
Pertiwi, D. D., Murwani, R., & Yudiarti, T. (2017). Bobot relatif saluran
pencernaan ayam broiler yang diberi tambahan air rebusan kunyit dalam
air minum. Jurnal Peternakan Indonesia, 19(2), 61-65.

Pramono , D. (2017). Pemberian Air Minum Mengandung Aditif Herbal Terhadap


Persentase Karkas Dan Organ Dalam Ayam Broiler. Skripsi.
Rahayu, N., & Frasiska, N. (2019). Bobot potong dan persentase karkas ayam
broiler yang diberi air minum mengandung kombinasi ekstrak daun
sambiloto (andrographis paniculata) dan daun sirsak (announa muricata
L). Bulletin of Applied Animal Research, 1(1), 31-34.

Rahmawati , L. (2013). Pemberian Tepung Daun Kemangi (Ocimum Basilicum)


Terhadap Organ Dalam Dan Produksi Amonia Ayam Broiler Yang
Diinfeksi Escherichia Coli. Skripsi.
Regar, M. N., Mutia, R., Widhyari, S. D., & Kowel, Y. H. (2014). Pengaruh
pemberian ransum kombinasi suplemen herbal dengan mineral zink
terhadap jumlah leukosit, eritrosit dan kadar hemogobin broiler yang
diinfeksi escherichia coli. Jurnal zootek, 34(2), 82 - 88.

Rohmah, N., Tugiyanti, E., & Roesdiyanto. (2016). Pengaruh tepung daun sirsak
(announa muricata L.) dalam ransum terhadap bobot usus, pankreas dan
gizzard itik tegal jantan. Agripet, 16(2), 140-146.

Salima , J. (2015). Antibacterial activity of garlic (allium sativum l.). J


MAJORITY, 4(2), 30-39.
Sari, M. L., & Gurki N Ginting, F. (2012). Pengaruh penambahan enzim fitase
pada ransum terhadap berat relatif organ pencernaan ayam broiler.
Agripet, 12(2), 37-41.

Satimah, S., Yunianto, V. D., & Wahyono, F. (2019). Bobot relatif dan panjang
usus halus ayam broiler yang diberi ransum menggunakan cangkang telur
mikro partikel dengan suplementasi probiotik lactobacillus sp. Jurnal Sain
Peternakan Indonesia, 14(4), 396-403.

Sawadi.M, H.Hafid., L.O.Nafiu. (2016). Pengaruh bobot potong dan pakan


komersial terhadap pertumbuhan ayam broiler. JITRO, 3(3), 47-56.
Sibarani.J, V.D. Yunianto, dan L.D.Mahfudz. (2014). Persentase karkas dan non
karkas serta lemak abdominal ayam broiler yang diberi acidifier asam
sitrat dalam pakan double step down. Animal Agriculture Journal, 3(2),
273-280.
Silondae.H dan D.Polakitan. (2018). Pengaruh imbangan energi dan protein serta
kepadatan kandang terhadap penampilan ayam pedaging. Jurnal
Peternakan Indonesia, 20(3), 175-180.

21
Situmorang.N.A., L.D.Mahfudz., dan U.Atmomarsono. (2013). Pengaruh
pemberian tepung rumput laut (gracilaria verrucosa) dalam ransum
terhadap efisiensi penggunaan protein ayam broiler. Animal Agricultur al
Journal, 2(2), 49-56.
Soemarie.Y.B., A.Apriliana, M.Indriastuti, N.Fatimah,H.Wijaya. (2018). Uji
aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun glodokan tiang (polyalthia
longifolia s.) terhadap bakteri propionibacterium acnes. Jurnal Farmasi
Lampung, 7(1), 15-27.
Subekti , K. (2009). Pengaruh pola waktu pemberian pakan dengan suplementasi
beberapa level vitamin C terhadap performans produksi dan organ
fisiologis ayam broiler. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan, XII(4), 203-
213.
Sulistyoningsih , M. (2015). Pengaruh variasi herbal terhadap organ dalam broiler.
Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam, 93-
97.
Susilo.M.J, M.P d dan R.Dhaniaputri,M.Sc. (2016). Analisis potensi
pengembangan ruang terbuka hijau (rth) di kampus universitas ahmad
dahlan yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional II, 782-811.

Sutrisna, R. (2012). Pengaruh beberapa tingkat serat kasar dalam ransum terhadap
pekembangan organ dalam itik jantan. Jurnal Penelitian Pertanian
Terapan, 12(1), 1-5.

Syukron , M. (2006). Kandungan Lemak Dan Kolesterol Daging Serta Persentase


Organ Dalam Ayam Broiler Yang Diberi Ransum Finisher Dengan
Penambahan Kepala Udang. BOGOR: Program Studi Nutrisi Dan
Makanan Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Wijaya, A. J., Nuraini, & Aka, R. (2020). Pengaruh pemberian tepung limbah
padat dari industri pengolahan tempe terhadap bobot potong, persentase
karkas, dan lemak abdominal ayam broiler. Jurnal Ilmiah Peternakan
Halu Oleo, 2(1), 10-14.

Wirawan.I.M.W, I.W.Sukanata dan M.Wirapartha. (2019). Analisis performa


produksi dan pendapatan usaha ternak ayam broiler pola mandiri dengan
sistem kandang terbuka (open house) (studi kasus di ud. merta pura desa
meliling, kecamatan kerambitan, kabupaten tabanan). Journal of Tropical
Animal Science, 7(1), 32-50.
Yanuartono, Purnamaningsih, H., Nururrozi, A., & Indarjulianto, S. (2017).
Saponin : dampak terhadap ternak (ulasan). Jurnal Peternakan Sriwijaya,
6(2), 79-90.

22
CATATAN ;

- CEK ULANG CARA PENULISAN, SERTA PUSTAKA YANG DIPAKAI

- SEMUA PUSTAKA INI saudara punya dan SUDAH DIBACA?

23

Anda mungkin juga menyukai