OLEH:
AFFRIAN PERDANA
E10017111
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
HALAMAN PENGESAHAN
OLEH
AFFRIAN PERDANA
E10017111
Menyetujui,
Pembimbing Utama
Mengetahui
Ketua Jurusan/Program Studi Pembimbing Pendamping
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL........................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang............................................................................. 1
1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah........................................... 3
1.3. Hipotesis....................................................................................... 3
1.4. Tujuan.......................................................................................... 3
1.5. Manfaat........................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 4
2.2. Polyalthia Longifolia.................................................................... 4
2.2. Allium Sativum............................................................................ 5
2.3. Ayam Broiler................................................................................ 6
2.4. Konsumsi Ransum....................................................................... 6
2.5. Bobot Potong................................................................................ 7
2.6. Hati............................................................................................... 8
2.7. Jantung......................................................................................... 8
2.8. Pnkreas......................................................................................... 9
2.9. Usus Halus................................................................................... 10
BAB III MATERI DAN METODE............................................................. 11
3.1.Tempat dan Waktu........................................................................ 11
3.2.Materi dan Peralatan..................................................................... 11
3.3.Metode.......................................................................................... 11
3.4.Rancangan Penelitian.................................................................... 16
3.5.Peubah yang Diamati ………………………………………....... 16
3.6.Analisis Data……………………………………………………. 17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 18
ii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kebutuhan Zat Nutrient Ransum Ayam Broiler.................................... 13
2. Kandungan Zat Makanan Bahan Penyusun Ransum Basal............ 13
3. Komposisi Bahan Penyusun Ransum Basal (%)............................ 13
4. Kandungan Zat Makanan Ransum Basal ....................................... 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Broiler merupakan jenis ayam ras unggulan penghasil daging dengan ciri
pertumbuhan yang cepat sehingga dapat menghasilkan daging lebih cepat dari
jenis ayam lainnya. Menurut (Situmorang et al. 2013) broiler dapat dipanen pada
umur 5 minggu dengan rata-rata bobot badan 1,5 kg/ekor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi broiler adalah DOC yang digunakan, pakan yang
diberikan dan alat pemanas yang digunakan, dimana pakan merupakan faktor
terbesar dalam peningkatan produksi ayam broiler. ( Kenapa alenia ini berubah,
yang diminta tambahkan 3 faktor yang mempengaruhi usaha peternakan yg lain
tetap)
Salah satu cara dalam meningkatkan produksi adalah dengan pemberian
imbuhan pakan berupa antibiotik pada ransum. Antibiotik pada ilmu kedokteran
hewan diberikan sebagai antibiotik growth promoter (AGP) yang tujuannya untuk
mengurangi bakteri yang merugikan pada saluran pencernaan agar mendapatkan
bobot badan/produktivitas yang tinggi. Menurut (Regar. 2014) antibiotik
dipercaya dapat menekan pertumbuhan bakteri-bakteri patogen yang berakibat
meningkatkan populasi bakteri menguntungkan dalam saluran pencernaan
sehingga penyerapan zat nutrisi dalam saluran pencernaan akan meningkat dan
produktivitas dari ternak akan meningkat pula. Penggunaan antibiotik (growth
promoter) seperti avilamycin, avoparcin, flavomycin, salinomycin, spiramycin,
virginiamycin, zn-bacitracin, carbadox, olaquindox dan monensin telah dilarang
penggunaannya dalam ransum ternak.
Pada bulan januari 2018 pemerintah Indonesia melalui kementrian
pertanian secara resmi telah melarang penggunaan imbuhan pakan seperti
antibiotik (antibiotic growth promoter atau AGP) karena berpotensi ikut terserap
kedalam produk hasil peternakan dan secara tidak langsung konsumen yang
mengkonsumsinya akan memperoleh antibiotik dalam konsentrasi yang rendah
yang mampu meningkatkan resistensi bakteri terhadap antibiotik tersebut dan
dapat mengganggu kesehatan manusia.
1
Salah satu alternatif yang berpotensi menggantikan antibiotik AGP adalah
imbuhan pakan yang berasal dari tanaman sebagai sumber senyawa-senyawa
fitogenik yang bermanfaat sebagai pemicu pertumbuhan dan peningkatan daya
tahan tubuh ternak. Menurut (Hidayat dan Rahman. 2018) imbuhan pakan
fitogenik memilki kemampuan dalam mengendalikan bakteri patogen dalam usus
halus.
Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti antibiotik
AGP adalah glodokan tiang (polyalthia longifolia). Menurut (Ojewuyi et al. 2014)
daun glodokan tiang (polyalthia longifolia) mengandung nutrisi protein kasar
(PK): 10,05 %, abu : 5,05 %, lemak kasar (LK): 0,26 %, serat kasar (SK): 18,50
%, kadar air (KA): 8,70 %, karbohidrat (KH): 57,44 %. Kandungan serat kasar
yang dimiliki daun glodokan tiang cukup tinggi hal ini dapat menyebabkan kerja
dari organ pencernaan akan meningkat sebagai akibat dari kandungan serat kasar
yang tinggi dalam ransum sehingga persentase dari berat organ pencernaan akan
meningkat karena broiler memiliki keterbatasan dalam mencerna serat kasar.
Akibatnya persentase hati dan panjang usus halus broiler meningkat hal ini karena
proses pencernaan dan penyerapan zat nutrisi paling banyak terjadi pada organ
tersebut. Menurut (Sutrisna. 2012) kadar serat kasar yang direkomendasikan bagi
broiler maksimal adalah 5% dalam ransum, unggas mempunyai keterbatasan
dalam mencerna serat kasar karena organ penyerapan nutrisi terletak pada bagian
akhir dari organ absorpsi.
Tingginya kandungan serat kasar dalam tepung daun glodokan tiang maka
pencampuran dengan tepung bawang putih diharapkan dapat membantu dalam
meningkatkan penyerapan nutrisi pada organ pencernaan sehingga performa
broiler tidak terganggu. Menurut (Dharmawati et al. 2013) penambahan tepung
bawang putih dalam ransum ayam pedaging dapat mempercepat pertumbuhan,
meningkatkan sistem kerja organ pencernaan sehingga penyerapan makanan lebih
optimal selain itu juga berfungsi untuk mempertahankan daya tahan tubuh ternak.
Menurut (Alagbe J.O. 2017) penambahan campuran tepung daun
polyalthia longifolia dan tepung bawang putih hingga level 3% dengan
perbandingan 3:1 memiliki dampak positif pada kinerja pertumbuhan dan tidak
memiliki efek buruk terhadap status kesehatan burung puyuh. Penelitian ini
2
dilakukan untuk mengetahui apakah penambahan campuran tepung daun
glodokan tiang dan tepung bawang putih dalam ransum dengan perbandingan 3:1
memiliki dampak positif terhadap kinereja pertumbuhan ayam broiler tanpa
mempengaruhi persentase bobot hati, jantung, pankreas dan panjang usus halus
seperti yang sudah dilakukan oleh Alagbe J.O pada ternak puyuh.
1.3. Hipotesis
1.4. Tujuan
1.5. Manfaat
3
Manfaat dari penelitian ini adalah menjadi sumber informasi mengenai
efek penambahan campuran tepung daun glodokan tiang (polyalthia longifolia)
dan bawang putih (allium sativum) yang ditambahkan dalam ransum broiler.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Daun glodokan tiang (polyalthia longifolia) mengandung nutrisi protein
kasar (PK): 10,05 %, abu : 5,05 %, lemak kasar (LK): 0,26 %, serat kasar (SK):
18,50 %, kadar air (KA): 8,70 %, karbohidrat (KH): 57,44 %. (Ojewuyi et al.,
2014). Menurut (Jothy et al. 2013) polyalthia longifolia memiliki aktivitas
biologis dan farmakologis yang signifikan, seperti antibakteri, antijamur,
antitumor, anti-ulkus, dan sifat antioksidan. Menurut (Soemarie et al. 2018)
ekstrak etanol daun glodokan tiang memilki zona hambat terhadap bakteri karena
memiliki senyawa aktif yaitu alkaloid, flavonoid, dan tannin. Menurut (Alagbe
J.O. 2017) penambahan campuran tepung daun polyalthia dan bubuk bawang
putih hingga level 3% dengan perbandingan 3:1 memiliki dampak positif pada
kinerja pertumbuhan dan tidak memiliki efek buruk terhadap status kesehatan
burung puyuh.
5
antivirus (Salima., 2015). Tepung bawang putih memilki protein kasar 7,08%,
serat kasar 3,07%, lemak kasar 0,68%, abu 2,49% dan bahan ekstrak tanpa
nitrogen 85,96% (Alagbe J.O., 2017).
2.3.Ayam Broiler
6
(Hidayatullah., 2018). Menurut (Dewi et al. 2014) dengan meningkatnya
pertumbuhan ayam maka kebutuhan zat makanan juga semakin meningkat,
sebagai usaha untuk menunjang pertumbuhan yang cepat maka konsumsi ransum
menjadi meningkat.
Faktor yang mempengaruhi konsumsi adalah palatabilitas/tingkat
kesukaan dan selera. Palatabilitas dipengaruhi oleh bau, rasa, tekstur, dan suhu
makanan yang diberikan sedangkan selera merupakan faktor internal yang
merangsang rasa lapar. Faktor lain yang juga mempengaruhi konsumsi adalah
ternak, lingkungan dan stres karena penyakit (Wahju., 2004).
Akibat kandungan serat kasar dalam ransum yang tinggi menyebabkan
konsumsi ransum menurun hal ini karena broiler belum dapat mencerna serat
kasar dengan baik dan memiliki keterbatasan dalam mencerna serat kasar dan
serat kasar yang bersifat bulky atau mudah membuat kenyang (Nurhayati et al.,
2016). Menurut (Alifian et al. 2018) suhu kandang yang cukup tinggi berkisar
antara 26,77° -31,54°C akan memicu ternak untuk beradaptasi dalam mengontrol/
menurunkan panas tubuh dengan cara mengurangi konsumsi ransum dan
meningkatkan konsumsi air minum.
Menurut (Jumiati et al. 2017) bobot potong adalah bobot yang didapat
dengan cara menimbang bobot akhir ayam setelah dipuasakan selama kurang
lebih 4 jam. Menurut (Sibarani et al. 2014) rata–rata bobot potong ayam broiler
terdapat pada kisaran 1.228 – 1.331 g/ekor, rendahnya bobot hidup dibandingkan
dengan standar yang ada disebabkan karena konsumsi pakan pada ayam broiler
yang rendah. Pemberian pakan dengan menurunkan protein tanpa menurunkan
energi merupakan salah satu penyebab rendahnya konsumsi pakan.
Menurut (Abdullah et al. 2015) bobot hidup/potong ayam broiler umur 5
minggu yang ditambahkan tepung temukunci dalam ransum berkisar antara
1.394,5-1.719 gram. Menurut (Wijaya et al. 2020) bobot potong ayam broiler
umur 5 minggu yang diberi level tepung kulit ari dan biji kedelai yang berbeda
berkisar antara 1549-1621 gr.
Menurut (Sawadi et al. 2016) bobot potong akhir broiler akan semakin
tinggi sejalan dengan bertambahnya umur broiler hal ini terjadi karena
7
pertumbuhan dan perkembangan broiler semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya umur broiler. Menurut (Akmal. 2008) tingginya kandungan serat
kasar dalam ransum menyebabkan terjadinya penurunan konsumsi ransum.
Konsumsi ransum yang rendah menyebabkan pertumbuhan terganggu karena zat-
zat makaanan yang dibutuhkan untuk membentuk jaringan tidak terpenuhi
sehingga bobot potong yang dihasilkan menjadi rendah.
2.6. Hati
2.7. Jantung
8
ventrikel menuju ke jaringan dan kembali lagi. Menurut (Aqsa et al., 2016)
persentase berat jantung berturut–turut tiap perlakuan adalah 0.8% (P0), 0.9%
(P1), 0.8% (P2), 0.7% (P3), 0.7% (P4) dan rata-rata bobot jantung adalah 0,78%.
Berdasarkan penelitian (Pangesti et al., 2016) rata-rata presentase jantung berkisar
antara 0,68-0,73 g/100g BB.
Menurut (Mayana et al. 2018) rataan persentase bobot jantung ayam
broiler yang ditambahkan tepung kulit buah naga yang difermentasi dengan
khamir saccharomyces cerevisiae dalam ransum berkisar antara 7,00 - 6,33 gram
(0,5% - 0,47% dari bobot potong).
Menurut (Daud et al. 2016) rataan persentase bobot jantung ayam broiler
yang ditambahkan tepung kulit pisang fermentasi dan feed supplement dalam
ransum komersil berada dalam kisaran 0,27‒0,36%. Menurut (Ibrahim et al.
2018) rataan persentase bobot jantung yang ditambahkan tepung kulit nanas
fermentasi dan bahan aditif yang berasal dari beberapa gulma berkisar antara
0.410.48%.
2.8. Pankreas
9
2.9. Usus Halus
Usus halus merupakan organ penting pencernaan yang terdiri dari tiga
bagian yaitu duodenum, jejunum dan ileum. (Rahmawati., 2013). Menurut
(Cahyono et al. 2012) panjang usus halus yang berbeda nyata antara jantan dan
betina. Rata-rata panjang usus halus jantan yang dipelihara yaitu 129,8 cm/ekor
dibandingkan dengan betina yaitu 119,2 cm. Menurut (Lisnanti et al. 2018) rataan
panjang usus tertinggi yaitu mencapai 173,8 cm dan diikuti bobot hidup ayam
yang tinggi pula.
Menurut (Abdurrahman dan Yanti. 2018) usus ayam mengandung
beberapa mikroba, baik yang dapat memberi efek positif maupun yang merugikan
(patogen). Apabila perkembangan bakteri yang patogen meningkat, maka dapat
memberikan dampak negatif terhadap performans ayam. Menurut (Satimah et al.
2019) panjang usus halus ayam broiler yang diberi ransum menggunakan
cangkang telur mikropartikel dengan suplementasi probiotik Lactobacillus sp
mencapai 212,5 cm.
Menurut (Wulandari. 2013 dalam Komalasari., 2017) semakin tinggi serat
kasar dalam ransum, maka laju pencernaan dan penyerapan zat makanan akan
semakin lambat sehingga untuk memaksimalkan penyerapan zat makanan
tersebut, maka daerah penyerapan akan diperluas atau diperpanjang. Semakin
tinggi kandungan serat kasar dalam suatu bahan makanan maka semakin rendah
daya cerna bahan makanan tersebut.
10
BAB III
MATERI DAN METODA
Materi yang digunakan pada penelitian ini yaitu 200 ekor (DOC). Bahan
pakan yang digunakan adalah jagung, dedak, bungkil kedelai, tepung ikan,
mineral mix, premix, minyak, lysin, metionin dan tepung daun glodokan tiang
(polyalthia longifolia) dan tepung bawang putih (allium sativum).
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tempat pakan, tempat
minum, lampu pijar, lampu 40 wat, koran, kertas tempel, pena, sapu, pel, ember,
pisau, telenan, timbangan (neraca), penggaris, tali rapia, serta kandang dengan
perlengkapannya.
3.3. Metode
11
3.3.2. Persiapan Ransum
12
Kebutuhan zat nutrisi ransum ayam broiler, kandungan zat makanan bahan
penyusun ransum basal, komposisi bahan penyusun ransum basal, dan kandungan
zat makanan ransum basal yang disajikan dalam tabel 1, 2, 3, dan 4.
Tabel 1. Kebutuhan Zat Nutrisi Ransum Ayam Broiler
Zat Makanan (%) Starter Finisher
(umur 0-3Minggu) (4-5 minggu)
Protein Kasar 23 20
Lemak Kasar 5 5
Serat Kasar 5 5
Kalsium 0,9 1,2
P tersedia 0,6 1
P total* (0,60-1,00) (0,60-1,00)
Lisisn* 1,10 1,00
Methionin* 0,50 0,38
Energi Metabolisme* (kkal/kg) 3200 3000
Sumber: PT. Charoen Pokphand Indonesia (2016) dalam Pertiwi et al (2017) dan
NRC (1994)*
Tabel 2. Kandungan Zat Makanan Bahan Penyusun Ransum Basal
1 Jagung 86.3 *3281 *7,55 *2,26 2,2 *0,03 *0,01 0.26 0.18
2 Dedak 95.56 *2547 *11,61 *7,50 3,36 *0,01 *1,69 0,59 0,26
3 Tepung ikan 89.37 *3131 *54,02 *7,76 13,21 *7,06 *2,50 3,97 1,3
4 B. kedelai 92.58 *2995 *47,53 *0,51 0,7 *0,05 *0,69 2,9 0,65
5 Mineral - - - - - 32,5 10 - -
6 Minyak - 8600 - - - - - - -
7 Premix - - - - - *2,79 *0,51 - -
8 Liys - - - - - - - 0.25 -
9 Met - - - - - - - - 0.25
Sumber: *(Sejati et al. 2017) dan (SNI 2008)
Tabel 3. Komposisi Bahan Renyusun Ransum Basal (%)
Perlakuan Starter (%) Perlakuan Finisher (%)
Bahan
Jagung 46 44
Tepung Ikan 12 7,5
Dedak 14 22,5
Bungkil Kedele 26,4 23
Mineral 0,1 0,5
Premix 0,1 0,6
Minyak 1 1
Lysn 0,2 0,5
Met 0,2 0,4
13
Jumlah 100 100
Ransum penelitian ini dibuat sesuai kebutuhan pada fase starter (1-3
minggu) dan finisher (4-5 minggu). Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi masing-
masing ransum perlakuan dibuat iso-protein dan iso-energi, yaitu pada fase starter
kandungan proteinnya 23% dan energinya 3200 Kkal/kg sedangkan untuk
kebutuhhan periode finisher (4-5 minggu) kandungan proteinnya 20% dan
energinya 3000 Kkal/kg
Tabel 4. Kandungan Zat Makanan Ransum Basal.
14
Pemeliharaan ayam dilakukan selama 5 minggu di dalam kandang koloni.
Pemberian pakan umur pemeliharaan 1-14 hari dilakukan lima kali sehari, yaitu
pagi hari pukul 07.00, 10.00, siang hari pukul 13.00, sore hari pukul 16.00, dan
malam hari pukul 19.00 karena pada periode awal pemeliharaan anak ayam masih
dalam tahap belajar dan beradaptasi terhadap lingkungan sehingga pemberian
pakan dalam jumlah sedikit demi sedikit dimaksudkan agar pakan tidak banyak
terbuang. Pada umur 15-35 hari pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari yaitu
pagi hari pukul 07.00, siang hari pukul 12.00 dan sore hari pukul 17.00. Pakan
yang diberikan yaitu pakan basal yang telah dicampurkan dengan tepung daun
glodokan tiang (polyalthia longifolia) dan bawang putih (allium sativum).
Pemeliharaan di mulai dari ayam umur 1 hari (DOC) sampai dengan umur 35 hari.
Pemberian air minum pada hari pertama, DOC diberikan air dengan
campuran gula merah, hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan energi yang
hilang dan stress yang dialami selama perjalanan, setelah 4 jam air larutan gula
diganti dengan air biasa yang diberikan secara adlibitum.
Pada hari ke-35 satu ekor ayam dari tiap unit kandang diambil untuk
disembelih, sebelum ternak disembelih ternak harus di puasakan selama minmal 8
jam kemudian ditimbang. Sebelum dipotong ayam dipastikan dalam kondisi sehat,
bentuk tubuh normal serta tidak ada luka ditubuhnya, lincah, mata cerah (tidak
mengantuk) dan bebas dari penyakit (Selain ini apa syarat yg paling penting).
Setelah disembelih keluarkan saluran dan organ pencernaan dari karkas lalu tiap
bagian dari saluran pencernaan dipisahkan, organ yang diambil adalah hati`yang
terletak diantara empedu, jantung yang terletak dibelakang tembolok dan dibawah
lambung kelenjar (proventrikulus), pankreas yang terletak pada lipatan duodenum,
usus halus halus yang terletak mulai dari setelah ampela sampai dengan sekum
yang kemudian ditimbang dengan teliti dan diamati. Semua proses pemisahan dan
penimbangan dilakukan oleh satu orang yang sama pada hari itu juga agar tidak
menimbulkan kekeliruan. Pengukuran bobot dan panjang dilakukan dengan
menggunakan neraca analitik dan penggaris.
15
Jawab : karena mempercepat proses, memudahkan dalam penanganan dan
agar tidak menimbulkan bias atau data yang yang hanya sebuah prasangka dalam
memperkirakan sebuah nilai. (SALAH, cek cara pengambilan sample)
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi ransum, bobot
potong dan bobot organ pencernaan.
16
1. Konsumsi ransum
Konsumsi ransum adalah selisih antara ransum yang diberikan dengan
ransum yang bersisa yang dinyatakan dalam gram per ekor per hari.
2. Bobot potong / bobot hidup
Bobot badan akhir broiler/bobot potong adalah hasil penimbangan ayam
sebelum potong setelah sebelumnya dipuasakan dari pakan dan minum selama 8
jam yang dinyatakan dalam gram/ekor.
3. Persentase organ dalam
Menghitung persentase bobot organ dalam meliputi berat hati, berat
pankreas dan berat jantung dengan cara menimbang bobot organ di bagi dengan
bobot hidup di kali 100%.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
Dharmawati.S, N.Firahmi, Parwanto. (2013). Penambahan tepung bawang putih
(allium sativum l) sebagai feed additif dalam ransum terhadap penampilan
ayam pedaging. ZIRAA’AH, 38(3), 17-22.
Dianti , D. (2012). Pengaruh pemberian ransum dengan beberapa level serat kasar
pada periode awal terhadap bobot organ fisiologis ayam broiler pasca
pemberian ransum normal. Jurnal Teknologi Pertanian, 1(II), 28-37.
Ertika, L. F., & Sundari. (2016). Pengaruh perbedaan jenis warna cahaya lampu
dan kepadatan kandang terhadap persentase karkas dan bobot organ
visceral bujudurung puyuh (coturnix coturnix japonica) jantan. Jurnal
Fillia Cendekia, 1(1), 18-25.
Has, H., Napirah, A., & Indi, A. (2014). Efek peningkatan serat kasar dengan
penggunaan daun murbei dalam ransum broiler terhadap persentase bobot
saluran pencernaan. JITRO, 1(1), 63-69.
Hendriana, A., Nurhayatin, T., & Hadist, I. (2018). Pengaruh penambahan tepung
kunyit (curcuma domestica) dalam ransum terhadap performan ayam
broiler. Jurnal Ilmu Peternakan (JANHUS), 2(2), 15-21.
19
explore for novel therapeutic agents. Research Journal of Pharmaceutical,
Biological and Chemical Sciences, 4(1), 713-730.
Jumiati.S, Nuraini, dan R.Aka. (2017). Bobot potong, karkas, giblet dan lemak
abdominal ayam broiler yang temulawak (curcumaxanthorrhiza,roxb)
dalam pakan. JITRO, 4(3), 11-19.
Komalasari , R. (2017). Pengaruh Berbagai Pakan Tambahan Terhadap Persentase
Berat Hati, Pankreas, Dan Usus Halus Ayam Kampung Super. Skripsi.
Lisnanti, E. F., Fitriyah, N., & Anwar, M. R. (2018). Pengaruh penambahan
ekstrak sarang semut (myrmecodia sp) terhadap persentase karkas dan
panjang usus ayam broiler fase finisher. Jurnal Nutrisi Ternak Tropis,
1(1), 60-68.
Lisnanti, E. F., Qowim, N., & Fitriyah, N. (2019). Pengaruh penambahan ekstrak
sarang semut (myrmecodia sp) terhadap bobot akhir, persentase
lemakabdominal dan hati ayam broiler fase finisher. Journal of Tropical
Animal Production, 20(2), 111-119.
Mayana, M. I., Dewi, G.A.M.K, & Nuriyasa, I. M. (2018). Pengaruh penggunaan
tepung kulit buah naga difermentasi khamir saccharomyces cerevisiae
dalam ransum terhadap organ dalam broiler. Journal of Tropical Animal
Science, 6(3), 869-879.
20
Pertiwi, D. D., Murwani, R., & Yudiarti, T. (2017). Bobot relatif saluran
pencernaan ayam broiler yang diberi tambahan air rebusan kunyit dalam
air minum. Jurnal Peternakan Indonesia, 19(2), 61-65.
Rohmah, N., Tugiyanti, E., & Roesdiyanto. (2016). Pengaruh tepung daun sirsak
(announa muricata L.) dalam ransum terhadap bobot usus, pankreas dan
gizzard itik tegal jantan. Agripet, 16(2), 140-146.
Satimah, S., Yunianto, V. D., & Wahyono, F. (2019). Bobot relatif dan panjang
usus halus ayam broiler yang diberi ransum menggunakan cangkang telur
mikro partikel dengan suplementasi probiotik lactobacillus sp. Jurnal Sain
Peternakan Indonesia, 14(4), 396-403.
21
Situmorang.N.A., L.D.Mahfudz., dan U.Atmomarsono. (2013). Pengaruh
pemberian tepung rumput laut (gracilaria verrucosa) dalam ransum
terhadap efisiensi penggunaan protein ayam broiler. Animal Agricultur al
Journal, 2(2), 49-56.
Soemarie.Y.B., A.Apriliana, M.Indriastuti, N.Fatimah,H.Wijaya. (2018). Uji
aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun glodokan tiang (polyalthia
longifolia s.) terhadap bakteri propionibacterium acnes. Jurnal Farmasi
Lampung, 7(1), 15-27.
Subekti , K. (2009). Pengaruh pola waktu pemberian pakan dengan suplementasi
beberapa level vitamin C terhadap performans produksi dan organ
fisiologis ayam broiler. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan, XII(4), 203-
213.
Sulistyoningsih , M. (2015). Pengaruh variasi herbal terhadap organ dalam broiler.
Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam, 93-
97.
Susilo.M.J, M.P d dan R.Dhaniaputri,M.Sc. (2016). Analisis potensi
pengembangan ruang terbuka hijau (rth) di kampus universitas ahmad
dahlan yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional II, 782-811.
Sutrisna, R. (2012). Pengaruh beberapa tingkat serat kasar dalam ransum terhadap
pekembangan organ dalam itik jantan. Jurnal Penelitian Pertanian
Terapan, 12(1), 1-5.
22
CATATAN ;
23