Anda di halaman 1dari 24

INDEKS KUNING TELUR, WARNA KUNING TELUR

DAN TEBAL KERABANG TELUR AYAM YANG DI


BERIKAN PAKAN YANG MENGANDUNG ASAM
AMINO ARGININ Kualitas fisik telur ayam yang diberi pakan yang mengandung
asam amino arginin (judul,nanti dilatar belakang disebutkan apa yang menjadi fokus
penelitian)

PROPOSAL

MOH. ARDI

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021

ii
INDEKS KUNING TELUR, WARNA KUNING TELUR
DAN TEBAL KERABANG TELUR AYAM YANG DI
BERIKAN PAKAN YANG MENGANDUNG ASAM
AMINO ARGININ
Kualitas fisik telur ayam yang diberi
pakan yang mengandung asam
amino arginin (judul,nanti dilatar
PROPOSAL belakang disebutkan apa yang
menjadi fokus penelitian)
Di Susun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Peternakan Pada Program Studi S1 Peternakan Jurusan Peternakan
Fakultas Peternakan Dan Perikanan Universitas Tadulako

OLEH :

MOH. ARDI
O 121 18 147

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : IndeksKuningTelur, WarnaKuningTelur Dan

iii
TebalKerabangTelurAyam Yang Di BerikanPakan
Yang MengandungAsam Amino Arginin

Nama : Moh. Ardi

No. Stambuk : O 121 18 147

Jurusan : Peternakan

Program Studi : Peternakan

Fakultas : Peternakan dan Perikanan

Universitas : Tadulako

Pelaksanaan :

Palu2021

Menyetujui
PembimbingUtama PembimbingAnggota

Dr. Ir. SelvyMozin, M. Sc NuunMarfuah, S.Pt., M. Si

NIP. 19681111 199302 2 001 NIP.19700312 200701 2 002

Menyetujui
Ketua Jurusan Peternakan Fakultas
Peternakan Dan Perikanan
Universitas Tadulako

Muhamad Ilyas Mumu, S.Pt., M.Sc. Ag., Ph. D


NIP. 19701208 199603 1 001

DAFTAR ISI
HALAMAN

iv
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL.........................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iv
DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1Latar Belakang1
1.2 Tujuan Penelitian3..............................................................................
1.3 Manfaat Penelitian3............................................................................
1.4 Hipotesis...........................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................4


2.1 Telur Ayam Ras................................................................................4
2.2 Kuning Telur....................................................................................6
2.3 Indeks Kuning Telur.......................................................................6
2.4 Tebal Kerabang Telur.......................................................................7
2.5 Asam Amino Arginin.......................................................................9

BAB III METODE PENELITIAN


3.1Tempat dan Waktu11
3.2Materi (Alat dan Bahan)11
3.2.1 Ternak Percobaan..........................................................................11
3.2.2 Kandang Percobaan.................................................................11
3.2.3Timbangan................................................................................11
3.2.4RansumPercobaan..........................................................................12
3.3DesainPenelitian...............................................................................12
3.4Variabel Penelitian dan Cara Pengukuran........................................13
3.4.1 Pengukuran Indeks KuningTelur.............................................13
3.4.2 Pengukuran Warna Kuning Telur............................................13
3.4.3 Pengukuran tebal kerabang telur..............................................13
3.5 AnalisisData...................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL
HA
LAMAN

v
Tabel 2-1Kebutuhan nutrisi ayam petelur............................................................5

Tabel 3-1 Kandungan Nutrient Bahan Pakan Penelitian………….…………………12

vi
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha peternakan ayam ras petelur memiliki prospek yang cukup baik dan

menunjukkan pertumbuhan yang pesat.Direktorat Jenderal Peternakan dan

Kesehatan Hewan, dalam kurun waktu 2013-2017 populasi ayam ras di Indonesia

mengalami peningkatan sebesar 3%. Peningkatan populasi ini belum diiringi dengan

peningkatan produktivitas ayam petelur,sehinggaperlu dilakukan usaha untuk

meningkatkan produktivitas ayam petelur, salah satunya melalui perbaikan sistem

pemeliharaan (Setiawati, 2016).

Peran ayam ras sebagai komoditi ternak penghasil telur sudah tidak

diasingkan???? lagi kehadirannya, karena telur merupakan salah satu sumber protein

hewani yang sangat terjangkau. Adanya telur ini cukup membantu masyarakat yang

menengah kebawah dalam asupan kebutuhan gizi mereka sebagai menu makanan

sehari – hari, dan perlu diketahui telur merupakan sumber makannya yang memiliki

kandungan gizi cukup padat yang baik dimanfaatkan sebagai pertumbuhan dan

pengganti sel-sel tubuh yang telah rusak.


Terlalu
Kebutuhan komsumsi telur nasional menurut data statistik pada tahun 2011 tua
tahunnya,
yakni sebesar 7,20 kg/kapital dalam rentang waktu satu tahun. kebutuhan komsumsi cari yang
terbaru
telur ayam ras akan terus meningkat signifikan sebesar 0,88 kg (15,09%) dari tahun

2009 sebesar 5,83 kg. Tingkat komsumsi akan telur ayam diprediksi akan terus

meningkat setiap tahun, hal ini karena karateristik harga nya cukup terjangkau oleh

1
masyarakat luas dan memiliki kualitas gizi yang padat sebagai asupan protein hewani,

disukai oleh konsumen segala umur.

Ayam ras petelur dapat berproduksi dengan baik apabila segala yang

dibutuhkan oleh ayam tersebut terpenuhi. Kelebihan dari yang dibutuhkan barulah

digunakan untuk produksi. Untuk keperluan hidupnya dan untuk produksi ayam

membutuhkan sejumlah unsur-unsur nutrisi yaitu protein (asam-asam amino yang

seimbang dan berkualitas), energi yang berintikan karbohidrat dan lemak, vitamin

dan mineral. Semua unsur nutrisi itu diambil dari luar tubuh ayam, unsu-runsur

nutrisi yang diambil dari luar itu dibutuhkan ayam dalam jumlah tertentu tidak lebih

dan tidak kurang (Hegazy dan Badawy, 2010).

Pentingnya penggunaan asam amino arginin dapat dijadikan sebagai solusi

untuk mengurangi stress yang diakibatkan oleh temperatur (Balnave et al.,

1999).Pada lingkungan tropis seperti di Indonesia, hususnya di Sulawesi Tengah

dimana ayam petelur cenderung mengkonsumsi pakan lebih sedikit, maka dari itu

dibutuhkan arginin dalam pakan dengan konsentrasi yang lebih tinggi untuk dapat

memenuhi kebutuhannya untuk memproduksi telur secara optimal dan meminimalkan

stress akibat temperatur.

Berdasarkan uraian diatas maka akan dilakukan penelitian tentang

pemanfaatan asam amino arginin sebagai feed additive terhadap produksi telur ayam

ras. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap meningkatnya

produksi telur ayam ras.

2
1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruhasam amino

argininterhadapindekskuningtelur,warnakuningtelurdantebalkerabangtelurayam yang

di berikanpakan yang mengandungasam amino arginin. Berulang,tidak perlu

1.3 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

penggunaan asam amino arginine terhadapindekskuningtelur,

warnakuningtelurdantebalkerabangtelur.

1.4 Hipotesis

Penggunaanasam amino arginin dapat

memberikanpengaruhterhadapindekskuningtelur, warnakuningtelur,

dantebalkerabangtelur.

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Telur Ayam Ras

Ayamraspetelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk produksi

telur dan tidak boleh disilangkan kembali (Sudaryani dan Samosir, 2000). Ayamras

petelur memiliki laju pertumbuhan yang sangat cepat, dimana pada saat umur 4,5 - 5

bulan sudah terjadi dewasa kelamin dengan bobot badan 1,6-1,7kg, produksi telur

yang dihasilkan per tahun sebesar 250 - 280 butir dengan bobot telur 50 - 60 g,

kemampuan dalam mengkonsumsi ransum sangat baik dan efisien sehingga dapat

membentuk telur, dan memiliki periode yang lama untuk bertelur. Ayamras petelur

memiliki sifat kanibalisme yang tinggi, peka terhadap lingkungan yang ekstrem, dan

membutuhkan ransum dengan kandungan nutien yang seimbang (Sudarmono, 2003).

Jenis ayamras petelur ada 3 tipe yaitu; tipe ringan, tipe medium, dan tipe berat.

Karakteristik tipe ringan yaitu bulu berwarna putih, memiliki bobot badan ± 1880 g,

bentuk tubuh ramping, dan konsumsi ransum maksimal 100 g/ekor/hari. Tipe medium

memiliki karakteristik yaitu bentuk tubuh tidak terlalu gemuk, bobot badan± 2500g

memiliki sifat dwiguna, konsumsi ransum 120-150 g/ekor/hari, dan tipe berat

memiliki karakteristik bobot badan ± 3500 g, dan konsumsi ransum lebih dari 150

g/ekor/hari. Contoh ayamras petelur tipe ringan (Babcock, Hyline, dan Kimber), tipe

medium (Dekalb, Kimbrown), dan tipe berat (Hubbard, Starbro, dan Jabro) (Wahju,

1987).

4
Kartasujana (2005)menyatakanbahwapemeliharaan ayamras petelur dibagi

menjadi tiga, yaitu fase starter (umur 1 hari - 6 minggu), fase grower(umur 6 - 18

minggu), dan fase layer (umur 18 minggu-afkir). Fase grower pada ayam petelur,

terbagi ke dalam dua kelompok umur yaitu umur 7 - 12 minggu dan umur 13-18

minggu yang disebut dengan fase developer(pengembangan).

Kebutuhan nutrisi dan asam amino ayam petelur anjuran SNI (2008) pada

umumnya lebih rendah dibandingkan dengan NRC (1994).

Tabel 2-1 Kebutuhan nutrien ayam petelur


Umur (minggu)
KomponenNutrien
0 – 6 (starter) 6 – 12 (grower) 12 – 18 (developer) > 18 (layer)

Kadar air (%) (**) 10,00 (maks. 10,00 (maks. 10,00 (maks. 14,00) 10,00 (maks.
14,00) 14,00) 14,00)

Protein (%) (*) 18,00 (min. 18,00) 16,00 (min. 15,00) 15,00 17,00 (min. 16,00)

Energi (kkalEM/kg) 2850 (min. 2700) 2850 (min. 2600) 2900 2900 (min. 2650)
(**)

Lisin (%) (*) 0,85 (min.0,90) 0,60 (min. 0,50) 0,45 0,52 (min. 0,80)

Metionin (%) (*) 0,30 (min. 0,40) 0,25 (min. 0,30) 0,20 0,22 (min. 0,35)

Metionin + sistin (%) 0,62 (min. 0,60) 0,52 (min. 0,50) 0,42 0,47 (min. 0,60)
(*)

Ca (%) (**) 0,90 (0,90 – 1,20) 0,80 (0,90 – 1,20) 0,80 2,00 (3,25 – 4,25)

P tersedia (%) (**) 0,40 (min. 0,35) 0,35 (min. 0,35) 0,30 0,32 (min. 0,32)

P total (%) (**) (0,60 – 1,00) (0,60 – 1,00)) (0,60) (0,60 – 1,00)

Sumber 1) NRC (1994) (*)


2) SNI (2008) (**)

5
Indeks kuning telur,warna kuning telur dan kerabang telur
merupakan parameter penelitian TETAPI HANYA DIBAHAS DUA
PARAGRAF???TAMBAHKAN LITERATURNYA JANGAN MALAS
UNTUK MENCARI!!!!!
2.2kuningTelur

Kuning telur atau egg yolk merupakan bagian yang paling penting bagi isi telur,

hal ini dikarenakan pada kuning telur terdapat dan tumbuh embrio hewan, khususnya

pada bagian telur yang sudah dibuahi. Selain itu bagian kuning telur ini paling banyak

tersimpan zat gizi yang sangat menunjang perkembangan embrio (Hardini, 2000).

Kuning telur berbatasan dengan putih telur dan dibungkus oleh suatu lapisan tipis

yang elastis yang disebut membran vitelin yang terbuat dari keratin dan musin

(Yuwanta, 2010).

Kuning telur terletak di pusat telur dan berwarna kuning. Kuning telur terdiri

atas dua tipe emulsi lipoprotein yaitu kuning agak tua dan kuning cerah. Warna

kuning telur mulai dari kuning pucat sekali sampai orange tua kemerahan. Hal ini

disebabkan oleh pigmen dalam pakan ternak ayam, seperti betakarotein. Persentase

kuning telur sekitar 30--32% dari berat telur. Asam lemak yang banyak terdapat pada

kuning telur adalah linoleat, oleat dan stearat (Bell dan Weaver, 2002).

2.3IndeksKuningTelur

Indeks kuning telur merupakan perbandingan antara tinggi kuning telur dengan

diameter kuning telur. Menurut Badan Standarisasi Nasional (2008) tentang SNI

3926 : 2008 menyatakan bahwa indeks kuning telur segar berkisar antara 0,33-0,52.

Penyimpanan telur dapat menyebabkan terjadinya pemindahan air dari putih telur

menuju kuning telur sebanyak 10 mg/hari pada suhu 10˚C. Tekanan osmosis kuning

telur lebih besar daripada putih telur, sehingga air dan putih telur berpindah menuju

6
ke kuning telur. Perpindahan air secara terus menerus akan menyebabkan viskositas

kuning telur menurun, sehingga kuning telur menjadi pipih dan kemudian pecah

(Scott and Silversides, 2000). Pemindahan air tersebut tergantung pada kekentalan

putih telur.

Kuning telur akan menjadi semakin lembek, sehingga indeks kuning telur akan

menurun, kemudian membran vitelin akan rusak dan menyebabkan kuning telur

pecah. Menurut Yuwanta (2010), indeks kuning telur akan menurun dari 0,45

menjadi 0,30 apabila disimpan selama 25 hari pada suhu 25˚C. Masa simpan telur

yang terlalu lama dengan suhu penyimpanan di atas 25˚C akan menyebabkan kuning

telur semakin besar, sehingga indeks kuning telur pun semakin kecil. Penurunan

tinggi kuning telur akan terjadi setelah 3 bulan penyimpanan pada suhu 2˚C, namun

demikian, tinggi kuning telur akan menurun lebih cepat lagi setelah disimpan 3

minggu pada suhu penyimpanan 25˚C (Utomo, 2010).

2.4 TebalKerabangTelur

Kerabang telur merupakan bagian terluar yang melindungi isi telur. Kerabang

telur bersifat porous yang berfungsi sebagai tempat pertukaran gas dan uap air dari

telur (Stadelman dan Cotteril, 1997). Kerabang telur terdiri atas 94,0% karbonat,

0,1% kalsium fosfat dan 4,0% bahan organik (Romanof, 1963). Tebal kerabang telur

sangat menentukan kualitas telur dalam pemasaran (Stadelman dan Cotteril, 1977).

Ketebalan kerabang telur dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah

hereditas, variasi musim, pakan dan faktor fisiologis (Romanof dan Romanof, 1963).

7
Kualitas akan turun jika terjadi penipisan pada kerabang telur. Penipisan kerabang

telur dapat terjadi karena pengaruh musim, temperatur, ransum, keturunan, umur,

penyakit, dan obat-obatan (Hintono, 1991).

Bertambahnya umur akan terjadi penipisan pada kerabang telur. Peningkatan

ukuran telur yang tidak diimbangi dengan sekresi kalsium karbonat atau CaCo3 akan

mengakibatkan terjadinya penipisan pada kerabang telur (Eches, 1996). Kerabang

telur yang kuat merupakan hal essensial untuk pemasaran telur yang baik (Anggorodi,

1985). Kerabang telur ayam ras petelur normalnya adalah tipis sampai dengan tebal

sesuai dengan SNI 01-3926-2008 (BSN, 2008).

Penampang cangkang telur ayam arab yang berwarna putih hingga kecoklatan,

sangat mirip dengan cangkang telur ayam kampung lainnya. Perbedaan hanya tampak

pada cangkang telur yamg relatif lebih tebal, dengan kuning telur yang lebih besar,

serta rasa yang lebih gurih dan tidak amis. Sementara, berat telur ayam arab relatif

lebih ringan dibandingkan dengan telur ayam lainnya (Triharyanto, 2001).

2.5Asam Amino Arginin

Telur mengandung satu set asam amino yang diperlukan untuk

pertumbuhan dan perkembangan embrio. Dalam perkembangan embrio, semua

asam amino sangat penting. Apabila salah satunya tidak tercukupi maka dapat

menyebabkan kerusakan sintesis protein dan gangguan homeostasis pada embrio,

dimana pada akhirnya dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan

perkembangan pada awal pertumbuhan organisme (Gaca, dkk., 2017).

8
Arginin adalah asam amino dasar dan diklasifikasikan sebagai unsur

penting, dengan fungsi utama sebagai partisipasi dalam sintesis protein. Fungsi

arginine dalam tubuh seperti potensinya untuk dikonversi menjadi glukosa (maka

klasifikasinya sebagai glycogenic asam), dan kemampuannya dalam katabolisme

untuk menghasilkan energi (Tong and Barbul, 2004; Rahmawati, 2016). Wu &

Morris (1998) menggambarkan Arginin sebagai salah satu asam amino paling

serbaguna pada sel hewan. Hal ini diperlukan untuk sintesis beberapa senyawa,

seperti ornitin, prolin, kreatin, protein, oksida nitrat (NO), dan citrullin. Arginin

juga berperan meningkatkan pelepasan insulin, hormon pertumbuhan dan IGF-1

dalam aliran darah.

Arginin berperan penting dalam mengatur metabolisme energi dan tidak

hanya menkonversi glukosa melalui proses glukoneogenesis (Foye, dkk., 2006;

Tangara, dkk., 2010; Yu, dkk., 2017) tapi juga menstimulasi pelepasan hormon

untuk mengatur metabolisme energi (Kim, dkk., 2004; Foye, dkk., 2006; Wu ,

dkk., 2009; Yu, dkk., 2017). In ovo feeding dengan L-arginin dapat digunakan

sebagai bahan untuk meningkatkan daya tetas dan peningkatan performa (Daraji,

dkk., 2012).

Arginin adalah stimulator IGF yang akan bekerja sebagai stimulator

aktivitas proliferasi sel otot pada fase embrio. Oleh karena itu,Arginine

merangsang produksi IGFs (IGF-1 dan IGF-2) melalui mekanisme axis GH / IGFs

(Fernandes et al., 2009; (Azhar, dkk., 2016). Pada penelitian Yu, dkk., (2017)

9
melaporkan bahwa IOF (in ovo feeding) menggunakan larutan Arginin dapat

meningkatkan cadangan energi pada hati dan otot dada saat menetas, yang dapat

dianggap sebagai strategi efektif untuk mengatur metabolisme energi awal pada

ayam broiler.

Daraji, dkk., (2012)melaporkan bahwa injeksi L-arginine masing masing 2%

dan 3% pada 0 hari inkubasi memicu peningkatan yang signifikan terhadap

produktifitas dan fisiologis dari puyuh. Pada penelitian Azhar (2016) juga

melaporkan bahwa pemberian in-ovo L-Arginine meningkatkan perkembangan

embrio ayam kampung. Injeksi 1,0% konsentrasi L-Arginin in-ovo meningkatkan

performa pasca tetas dan tingkat pertumbuhan.

10
BAB 3 MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan di

kandangpercobaanLaboratoriumPengembanganAgribisnispeternakandanPerikanan,

Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Tadulako, di desa Sibalaya Selatan,

KecamatanTanambulava, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian akan

dilaksanakan selama 5 minggu.

3.2 Materi (Bahan dan Alat) TIDAK SALAH INI???


HITUNG ULANG
3.2.1 Ternak Percobaan

Ternak yang AKAN digunakansebanyak 60 ekor ayam ras petelur yang

berasaldari PT japfaComfeed Strain Lohmanyang berumurkuranglebih 24 minggufase

layer dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan.

3.2.2Kandang Percobaan

Ayamakan dipelihara dalam kandang battray yang berukuran 35 cm x 30 cm.

kandangdibutuhkansebanyak 30 buah, masing-masingpetakberisi 2 ekorayamraspetelur.

3.2.3 Timbangan

Timbangan yang AKAN digunakan yaitu timbangan yang berkapasitas 5 kg

dengan skala ketelitian 1 gram untuk menimbang ransum.Sedangkantimbangan yang

digunakanuntukmenimbangkualitastelurdigunakantimbangandigital

denganskalaketelitian 0,01 gram.

11
3.2.4 Ransum Percobaan

Ransum yang akan digunakan selama penelitian yaitu ransum sesuai

kebutuhan ayam ras petelur umur kurang lebih 24 minggu (fase layer). Kandungan

nutrient bahan pakan penelitian dapat dilihat pada tabel 3-1

Tabel 3-1. Kandungan Nutrient Bahan Pakan Penelitian

KandunganNutrien
BahanPakan
PK(%) (1)
SK(%)(1) LK(%)(1) EM(Kkal/kg)(1)
Jagunggiling 9.60 3.62 3.81 3039
BungkilKedelai 44 3 0,5 2550
15,14 17,18 6,08 5088
BungkilSawit 50 1 2 2750
Tepung Ikan
Dedak Padi 11.00 12.00 5.00 1900
CaCo3

Keterangan: (1) Hafsah.(2015)

3.3 DesainPenelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL)

yang terdiri dari 5 perlakuan dengan 3 ulangan. Dalam penelitian ini bahanpakan

yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. A0 :Ransum basal (Jagung 50%, Konsenrat 35% danDedak 15%)

2. A1 : Ransum basal + 0,1 gramasam amino arginin

3. A2 : Ransum basal + 0,2 gramasam amino arginin

4. A3 : Ransum basal + 0,3 gramasam amino arginin

12
5. A4 :Ransum basal + 0,4 gramasam amino arginin

3.4 Variabel Penelitiandan Cara Pengukuran

3.4.1 Pengukuran Indeks Kuning Telur

Indeks kuning telurdiukurmenggunakandeph

micrometeruntukmengetahuitinggikuningtelurdanjangkasoronguntukmengetahuilebar

kuningtelur. Indekskuningtelurdihitungmenggunakanrumus:

Diameter telur
IKT =
tinggi kuning telur

3.4.2 pengukuran Warna kuning Telur

Warna kuning telur diukur dengan menggunakan Egg YoulkColour

Fansebagaipembandingtinggkatkecerahantelurwarnakuningtelur.Warnakuningtelurdi

beriskordengannilainterendah 1 dannilaitertinggi 15.

Semakinjinggawarnakuningtelurmakasemakintingginilaikecerahanya.

3.4.3 pengukuran Tebal Kerabang Telur

Pengukurantebalkerabangdengancaramengukurkerabangtelurtanpamenghilangkanlapi

san tipis yang adadidalamkerabangtelur, denganmenggunakan micrometer (mm).

3.5 Analisis Data

Data dianalisis dengan menggunakan model matematika yaitu faktorial:

13
Y ijk = μ + α i + βj + (αβ ¿ij + ε (ij)k

Keterangan

Y ijk = Variabel respon hasil observasi ke-k akibat pengaruh bersama taraf ke I faktor

A dan taraf ke j faktor B

ε = Rataan umum

βj = pengaruh taraf ke K dan B

αβ ij= efek interasi antara taraf ke i faktor A dan taraf ke j faktor B

ε (ij)k = galat percobaan

Data dianalisis dengan menggunakan analisis ragam dari RAL (Rancangan

Acak Lengkap). Dengan 5 perlakuan 3 ulangan. Apabila perlakuan menunjukkan

pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Benar Nyata Jujur (BNJ) untuk

mengetahui perbedaan tiap perlakuan.

14
1.PENULISAN DAFTAR PUSTAKA MASIH KELIRU TIDAK MENGIKUTI PANDUAN PENULISAN----
IKUTI PANDUAN PENULISAN PROPOSAL

2.PENOMORAN HALAMAN PROPOSAL JUGA TIDAK MENGIKUTI PANDUAN=== TAJUK


HALAMAN BAWAH TENGAH,SELANJUTNYA BARU KANAN ATAS

3.PERBAIKI DAN IKUTI PANDUAN PENULISAN PROPOSAL FAPETKAN

DAFTAR PUSTAKA

Ad-Daraji. Dkk. 2012. Offering As a Comisive and Directive Speech Act:


Consequence for Cross-Cultural Communication. Tikrit University Iraq:
International Journal of Scientific and Research Publications, Volume 2,
Issue 3, March 2012. Hal 1-6 Tersedia:
www.ijsrp.org/research_paper_mar2012/ijsrp-Mar-2012 [11 Mei 2013]

Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas.


Universitas Indonesia Press, Jakarta

Azhar. 2016. Media Pembelajaran.Rajawali Perss.Jakarta.

Bell, D. D, and W. D. Weaver. 2002. Comercial Chicken Meat and Egg


Production. 5 th Edition. Springer Science and Business Media, Inc, New
York.

Bidura, I.G.N.G., D.A. Candrawati, dan D.P.M.A. Candrawati. 2010. Pakan


Unggas. Konvensional dan Inkonvensional. Penerbit Udayana University
Press, Denpasar
Djaelani, M.A. 2016. Kualitas Telur Ayam Ras (Gallus L) setelah Penyimpanan
yang dilakukan Pencelupan pada Air Mendidih dan Air Kapur sebelum
Penyimpanan. Buletin Anatomi dan Fisiologi. 24 (1): 122-127.

Eches, R.J. 1996. Reproduction in Poultry. Wallingford Oxon. Unitex Kingdom.


P 99-136.

Fernandes, J.I.M., A.E. Murakami, E.N. Martins, M. I. Sakamoto, and E.R.M.


Garcia. 2009. Efect of arginine on the development of the pectoralis
muscle and the diameter and the protein: deoxyribonucleic acid rate of its
skeletal myofibers in broilers. Poultry Sci. 88:1399–1406.

Foye, O. T., Z. Uni, J. P. Mcmurtry, and P. R. Ferket. 2006. The effects of


amniotic nutrient administration, “in ovo feeding” of arginine and or β-
hydroxy β-methylbutyrate (HMB) on insulin like growth factors, energy
metabolism and growth in turkey poults. Int. J. Poul. Sci. 5:309–317.

Gaca, J. K., E. Kowalska dan M. Dębowska. 2017. In ovo feeding technology of


the future a review. Ann. Anim. Sci., 17 (4): 979–992.

15
Hardini. 2000. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Telur Konsumsi dan Telur
Biologis Terhadap Kualitas Interior Telur Ayam Kampung. FMIPA
Universitas Terbuka.

Hastang, Veronica S. L. dan Arie Prayudi. 2011. Beberapa Faktor yang


Mempengaruhi Jumlah Permintaan Telur Ayam Ras oleh Konsumen di
Pasar Pa’Baeng-Baeng, Makassar. Jurnal Agribisnis. Universitas
Hasanudin. Makassar

Hintono, A. 1991. Pengendalian Kualitas Telur pada Pascaproduksi.. Yogyakarta.


Gajah Mada Universitas.

Kartasujana, R. dan E. Suprijatna. 2005. Manajemen Ternak Unggas.


PenerbitSwadaya: Jakarta.
Kim, S.W., R.L .Mcpherson, and G. Wu. 2004. Dietary arginine supplementation
enhances the growth of milk fed young pigs. J.Nutr. 134: 625–630.

Kusmajadi S. 2000. Perubahan Kualitas Telur Ayam Ras dan Itik Selama
Penyimpanan Pada Temperatur Kamar. Jurnal Ilmu Ternak. Universitas
Pajajaran. Bandung

Mastika, I M. 2000. Ilmu Nutrisi Unggas. Penerbit Universitas Udayana,


Denpasar.
National Research Council (NRC). 1994. Nutrient Requirement of Poultry. 8th
Revised Ed. Washington, DC: National Academy Pres.

Nova, Ilmia. 2014. Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Internal


Telur Ayam Ras Pada Fase Produksi Pertama. Skripsi. Fakultas Pertanian.
Universitas Lampung. Lampung.

Rahmawati. 2016. Histologis saluran pencernaan ayam buras hasil in ovo feeding
asam amino l-arginine. Skripsi Program Studi Peternakan Fakultas
Peternakan Universitas Hasanudin Makassar.

Romanoff, A.L. and A.J. Romanoff. 1963. The Avian Egg. 2nd Edition. Jhon Wiley
and Sons, Inc., New York.

Sarwono. 1997. Pengawetan dan Pemanfaatan Telur. Cetakan ke-4. Penebar


Swadaya, Bandung

16
Scoot, T. A and F. G. Silversides. 2000. The effect of storage and strain of hen on
egg quality. Poultry Science. 79: 1725-1729. Pacific Agri-Food Research
Center, Agassiz, British Columbia, Canada.

Setiawati, 2016. PeformaProduksidanKualitasTelurAyamPetelurpadaSistem Litter


dan Cage denganSuhuKandangBerbeda. Bogor. FakultasPeternakan, Institute
Perntanian Bogor.
Siregar, R. F., Hintono, A., dan Mulyani, S. (2012). Perubahan Sifat Fungsional
Telur Ayam Ras Pasca Pasteurisasi. Animal Agriculture Journal. Fakultas
Peternakan dan Pertanian. Universitas Diponegoro. Semarang.

SNI (Standar Nasional Indonesi). 2008. Kumpulan SNI bidang pakan. Direktorat
Budidaya Ternak Non Ruminansia, Direktorat Jenderal Peternakan,
Departemen Pertanian, Jakarta.

Stadelman, W. J. and O. J. Cotterill. 1997. Egg Science and Technology. 4 th


Edition. Food Products Press. An Imprint of the Haworth Press, Inc., New
York.

Stadelman, W.J. and O.J. Cotteril. 1977. Egg Science and Technology. 2nd Edition
Avi. Publishing Co. Inc., Westport Connecticut

Sudarmono. 2003. PedomanPemeliharaanAyamRasPetelur. Kanisius Yogyakarta.


Sudaryani dan Samosir. 2000. Mengatasi permasalahan beternak ayam. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Sudaryani T. 2003. Kualitas Telur. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Tangara, M., W. Chen, J. Xu, F. R. Huang, and J. Peng. 2010. Effects of in ovo
feeding of carbohydrates and arginine on hatchability, body weight, energy
metabolism and perinatal growth in duck embryos and neonates. Br. Poult.
Sci. 51:602–608.

Tong, B. C. and Barbul, A., 2004. Cellular and physiological effects of arginine.
Mini Rev. Med. Chem. 4 (8), 823-832.

Triharyanto, B. 2001. Beternak Ayam Arab. Penerbit Kanisius. Yogyakarta

17
Umar M.M., S. Sundari, A.M. Fuah. 2000. Kualitas Fisik Telur Ayam
Kampung Segar di Pasar Tradisional, Swalayan dan Peternak di
Kotamadya Bogor. Jurnal Med. Pet . 24(2).

Utomo, D. W. 2010. Sifat Fisikomia Telur Ayam Ras yang Dilapisi dengan Lidah
Buaya (Aloe vera) Selama Penyimpanan. Skripsi. Semarang.Universitas
Diponegoro.

Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke-4. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Wu, G. and Morris JR S. M. 1998. Arginine metabolism: Nitric oxide and beyond.
Biochem. J. 336: 1-7.

Wu, G., F. W. Bazer, T. A. Davis, S.W. Kim, P. Li, J. M. Rhoads, M.C.


Satterfield, S.B. Smith, T.E. Spencer, and Y. Yin. 2009. Arginine
metabolism and nutrition in growth, health and disease. Amino Acids,
37:153–168.

Yu, L.L., T. Gao, M. M. Zhao, P. A. Lv, L. Zhang, J. L. Li, Y. Jiang, F. Gao, dan
G. H. Zhou. 2017. In ovo feeding of L-arginine alters energy metabolism in
post-hatch broilers. Poultry Science 97:140–148.

Yu, L.L., T. Gao, M. M. Zhao, P. A. Lv, L. Zhang, J. L. Li, Y. Jiang, F. Gao, dan
G. H. Zhou. 2017. In ovo feeding of L-arginine alters energy metabolism in
post-hatch broilers. Poultry Science 97:140–148.

Yuwanta, T. 2010. Pemanfaatan Kerabang Telur. Program Studi Ilmu dan Industri
Peternakan. Fakultas Peternakan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai